• Tidak ada hasil yang ditemukan

(7) Usul sebagaimana dimaksu pada pasal 14 ayat (1) menjadi hak angket DPRD apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPRD yang dihadiri

sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil

dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota

DPRD yang hadir.

Pengawasan DPRD terhadap Kebijakan Kepala Daerah juga dapat dilaksanakan berdasarkan hak angket yang dimiliki DPRD, dimana jika ada indikasi kebijakan yang dijalankan Kepala Daerah bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang dianggap strategis serta berdampak luas.

Sebagaimana pada TATIB DPRD Kabupaten Deli Serdang pasal 17 bahwa setiap orang yang dipanggil, didengar, dan diperiksa untuk melakukan penyelidikan wajib memenuhi panggilan panitia angket kecuali ada alasan yang sah menurut peraturan perundang-undangan. Menurut pasal tersebut bahwa setiap orang yang dipanggil DPRD dalam rangka penyelidikan, maka yang bersangkutan harus hadir, dan dalam hal ini dapat memanggil paksa dengan bantuan Kepolisian.

Hak menyatakan pendapat adalah salah satu hak DPRD Kabupaten Deli Serdang dalam rangka Pengawasan. Dalam rangka pelaksanaan Hak Menyatakan Pendapat tersebut pada dasarnya sama dengan pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Hanya saja jika DPRD menerima jawaban pernyataan pendapat tersebut , maka Keputusan DPRD dapat berupa : pernyataan pendapat, saran penyelesaian, dan peringatan serta rekomendasi kebijakan.

4. Hambatan – Hambatan Dalam Melaksanakan Fungsi Pengawasan DPRD

Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, tentu mengalami banyak hambatan–hambatan. Hambatan – hambatan yang dialami DPRD Kabupaten Deli Serdang tidak terlepas dari perubahan perundang – undangan yang ada yakni perubahan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam UU No. 22 Tahun 1999 bahwa peranan DPRD sangat kuat dimana DPRD mempunyai kewenangan memilih Kepala Daerah serta proses pengangkatan Sekretariat Daerah juga terdapat peranan DPRD. Berkaitan dengan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, maka DPRD dapat menolak pertanggungjawaban Kepala Daerah dengan alasan – alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Jika terjadi penolakan yang kedua kalinya, maka DPRD dapat mengusulkan pemberhentian Kepala Daerah kepada Presiden.

Namun kebijakan undang – undang saat ini tidak berlaku lagi sistem pertanggungjawaban Kepala Daerah terhadap DPRD. Perubahan kebijakan tersebut tentu akan mempengaruhi pengawasan DPRD terhadap implementasi Perda dan APBD. DPRD hanya dapat mengawasi jalannya kebijakan pemerintah serta memberikan pendapat dan rekomendasi kepada Kepala Daerah untuk dilakukan perbaikan terhadap penyimpangan – penyimpangan pelaksanaan peraturan yang terjadi.

Permasalahan berkaitan dengan kualitas anggota DPRD yang dihasilkan oleh Pemilihan Umum secara langsung juga menjadi hambatan dalam pengawasan. Faktanya, para anggota DPRD berasal dari berbagai latar belakang yang sangat beragam. Sistem Pemilihan Umum yang bersifat langsung memang membuka peluang bagi semua komponen dalam masyarakat untuk memilih dan dipilih sebagai wakil rakyat.

Hasil wawancara dengan Bapak Irawadi Harahap,SH, Kepala Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat di Kantor DPRD Deli Serdang, menuturkan bahwa ;

“Kualitas DPRD yang dihasilkan dalam pemilu saat ini masih rendah, oleh karena itu fungsi pengawasannya juga masih kurang maksimal. Masih rendahnya kualitas pengawasan DPRD disebabkan oleh rendahnya kualitas pengetahuan yang dimiliki oleh anggota DPRD yang duduk di kursi dewan tersebut. Jika diperhatikan bahwa dari segi kapabilitas masih ada sebagian anggota DPRD yang belum memiliki pengalaman di bidang politik dan bukan berasal dari latar belakang pendidikan di bidang politik dan pemerintahan. Tetapi karena mereka telah dipilih oleh konstituen di daerahnya, tidak ada yang bisa membantahnya. Itulah demokrasi, tidak penting siapa yang mampu memimpin, tetapi siapa yang paling dominan terpilih untuk memimpin. Hal ini juga disebabkan karena pola rekrutmen calon DPRD oleh partai politik tidak selektif, kebanyakan partai politik dalam merekrut calon DPRD tidak memandang latar belakang pendidikan yang sesuai serta tidak berasal dari kaderisasi partai yang berkualitas. Kebanyakan orang yang dicalonkan partai politik tiba – tiba saja dicalonkan menjadi anggota DPRD tanpa melalui proses kaderisasi atau pendidikan politik. Akibatnya, masih banyak dari anggota DPRD

yang masih belum memahami secara benar tugas, fungsi dan wewenangnya sebagai legislatif daerah” 35 .

Keanggotaan DPRD Deli Serdang memang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dan pengalaman yang berbeda. Pemahaman akan pelaksanaan fungsi pengawasan juga berbeda – beda. Hal ini memiliki persoalan dan permasalahan yang mempengaruhi kinerja DPRD. Pendidikan formal yang dimiliki dewan sebagian besar tidak berasal dari pendidikan yang berhubungan dengan pemerintahan, bahkan pendidikan yang bertolak belakang dengan pekerjaan sebagai dewan. Hal ini juga disebabkan rekrutmen calon oleh partai politik yang tidak selektif dalam mencalonkan anggotanya sebagai calon dewan sehingga kualitas DPRD yang dihasilkan masih jauh dari harapan.

Karena DPRD berasal dari partai politik, maka kendala dalam pelaksanaan tugas DPRD juga dipengaruhi oleh kepentingan partai politik. Hal ini mengakibatkan anggota DPRD tidak dapat sepenuhnya bebas nilai dan memperjuangkan kepentingan konstituennya, melainkan terkadang DPRD masih membawa kepentingan dari partai politik yang mencalonkannya. Hal ini tentu karena dewan berasal dari partai politik, apalagi berdasarkan dengan Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan anggota MPR, DPR, DPD dan DPRD bahwa partai politik dapat merecaal anggotanya yang ada di dewan.

Pengawasan semestinya merupakan salah satu fungsi yang paling intensif yang dilakukan oleh Lembaga DPRD. Masih lemahnya pengawasan DPRD Deli Serdang, diindikasikan dari masih banyaknya pengaduan masyarakat tentang ketidakberesan pelaksanaan pembangunan, masih banyaknya terjadi aksi – aksi demo yang dilakukan oleh kelompok tani dan buruh, serta pemberitaan dari media massa yang memberitakan masih buruknya kualitas pelayanan publik dan pelaksanaan pembangunan daerah yang tidak merata dan tidak berkualitas, dimana masih banyak desa – desa yang tertinggal yang belum mengalami pembangunan daerah sehingga sarana dan prasarana umum yang dibangun oleh pemerintah di desa – desa yang tertinggal belum maksimal, serta laporan hasil audit oleh lembaga Badan Keuangan Daerah (BPK) wilayah Sumatera Utara terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah setiap akhir satu tahun kerja, yang menyatakan bahwa LKPD Deli Serdang setiap tahunnya, yakni dari tahun 2009 – 2013 dengan status “Disclaimer”, yang artinya bahwa Laporan Keuangan Daerah tersebut tidak wajar. Hal ini merupakan indikasi bahwa pemerintah daerah belum

35

Wawancara dilakukan dengan Bapak Irawadi Harahap, SH, pada tanggal 14 Januari 2014 di Kantor DPRD Deli Serdang.

maksimal menjalankan pemerintahan dengan baik, sedangkan DPRD belum maksimal dalam menjalankan fungsi pengawasannya untuk mengawasi pekerjaan yang dilakukan Pemerintah Daerah.

Perlu dipahami juga bahwa fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPRD tidak

Dokumen terkait