• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011."

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN

KERJA PADA PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA DURI TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

LIDYA SILALAHI NIM. 071000121

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN

KERJA PADA PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA DURI TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

LIDYA SILALAHI NIM. 071000121

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelaksanaan program

keselamatan dan kesehatan kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square.

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja kontraktor yang berada pada daerah HOOU (Heavy Oil Operating Unit) PT Chevron Pacific Indonesia Duri yang berjumlah 3.255 orang, dimana sampel penelitian adalah sebagian pekerja kontraktor yang berada pada daerah HOOU (Heavy Oil Operating Unit) sebanyak 97 orang.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel program keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi standard operating procedure, job safety analysis, stop work authority, alat pelindung diri, pelatihan K3 dan behavior based safety, memiliki nilai p < 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011. Jenis kecelakaan kerja yang banyak terjadi pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri khususnya daerah HOOU adalah kecelakaan yang membutuhkan pertolongan pertama dan tidak mengakibatkan hilangnya hari kerja.

Untuk meningkatkan pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja agar dapat mengurangi terjadinya kecelakaan diperlukan pengawasan yang lebih baik dari pihak manajemen dan leader terhadap pelaksanaan masing-masing program di daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia Duri.

(5)

ABSTRACT

This research aims to known about the relationship of occupational safety and health program related to the accident in the company Chevron Pacific Indonesia Duri in 2011.

This research was a descriptive analysis research using cross sectional. The chosen analysis are univariate analysis and bivariate analysis with chi-square test. The population of this research were 3.255 people from all contract employees at HOOU (Heavy Oil Operating Unit) in the company Chevron Pacific Indonesia Duri, whereas the samples of the research were 97 contract employees .

From the results of the research that variables occupational safety and health program such as standard operating procedure, job safety analysis, stop work authority, personal protective equipment, training and behavior based safety, have p value < 0,05. The results of the research showed there is relationship occupational safety and health program related to the accident in the company Chevron Pacific Indonesia Duri in 2011. Type of accident which most happened in the company Chevron Pacific Indonesia Duri especially at HOOU is first aid incident, without cause the loss of working days of the workers.

To improve the implementation of occupational safety and health program to less accident needed a good controlling for each occupational safety and health program by leader and management at operation area in the company Chevron Pacific Indonesia Duri.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lidya Silalahi

Tempat/Tanggal Lahir : Duri, 3 April 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Anak ke : 3 dari 5 bersaudara

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jalan Gajah Mada 151 Sebanga - Duri Riwayat Pendidikan : 1994-1995 : TK Swasta Santo Yosef Duri

1995-2001 : SD Swasta Santo Yosef Duri

2001-2004 : SMP Swasta Santo Yosef Duri

2004-2007 : SMA Negeri 2 Mandau

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya penulis dapat melakukan dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Hubungan Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan

Kerja dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011”.

Keberhasilan penulisan skripsi ini didukung dan tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji II. 3. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS, sebagai Dosen Pembimbing I sekaligus

Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan petunjuk ataupun saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS, sebagai Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, petunjuk, dan saran kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(8)

6. PT. Chevron Pacific Indonesia Duri yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat mengembangkan keilmuan khususnya ilmu keselamatan dan kesehatan kerja yang telah didapat selama kuliah melalui program tugas akhir beserta fasilitas yang telah diberikan.

7. Bapak Pitu Pardamean Sidabutar selaku pembimbing tugas akhir yang telah memberikan motivasi dan masukan yang sangat berarti bagi penulis selama melaksanakan tugas akhir di MFE Infrastructure Maintenance Pari Office Duri HOOU.

8. Seluruh staf MFE Infrastructure Maintenance Pari Office Duri HOOU yang telah banyak membantu memberikan semangat, dorongan, dan motivasi kepada penulis selama melaksanakan tugas akhir di Duri.

9. Bapak Syaiful, Bapak Muntanzar, Bapak Darwin Pangaribuan, Bapak Syeplaizer yang telah membimbing, memotivasi penulis pada saat berada dilapangan, dan membantu menyebarkan kuesioner.

10. Kepada kedua orang tua tercinta Bapak Alm. M. Silalahi dan Ibu E. Simorangkir yang telah memberikan kasih sayang tak terhingga kepada penulis. 11. Kak Yati, Kak Eva, Mas Viqi, Mas Indra, Mas Bambang, terima kasih untuk semua dukungan, semangat dan motivasi yang tak pernah habis kepada penulis selama melaksanakan tugas akhir di MFE Infrastructure Maintenance Pari Office Duri HOOU.

(9)

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, erima kasih atas bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2011

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... .... xiii

Daftar Lampiran ... .... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 9

2.1.1 Tujuan Program dan Sasaran K3 ... 14

2.2 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 14

2.2.1 Defenisi Pelatihan Kerja ... 14

2.2.2 Jenis Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 18

2.2.3 Manfaat Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 18

2.2.4 Indikator Keberhasilan Pelatihan K3 ... 19

2.3 Job Safety Analysis ... 20

2.3.1 Defenisi Job Safety Analysis ... 20

2.3.2 Proses Job Safety Analysis ... 21

2.4 Standard Operating Procedure ... 23

2.5 Behavior Based Safety ... 24

2.6 Stop Work Authority ... 25

2.7 Alat Pelindung Diri... 27

2.7.1 Jenis-jenis APD ... 27

2.7.2 Tujuan Penggunaan APD ... 30

2.8 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 30

(11)

2.8.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 32

2.9 Kecelakaan Kerja ... 33

2.9.1 Defenisi Kecelakaan Kerja ... 33

2.9.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja ... 34

2.9.3 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja ... 38

2.9.4 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja ... 41

2.9.5 Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan Kerja ... 43

2.10 Kerangka Konsep Penelitian ... 46

2.11 Hipotesa Penelitian... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian... 47

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 47

3.2.2 Waktu Penelitian ... 47

3.3 Populasi dan Sampel ... 47

3.3.1 Populasi ... 47

3.3.2 Sampel ... 48

3.4 Metode Pengumpulan Data………... 48

3.4.1 Data Primer ... 48

3.4.2 Data Sekunder ... 49

3.5 Defenisi Operasional ... 49

3.6 Aspek Pengukuran ... 50

3.7 Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL…….. ... 53

4.1 Gambaran Umum PT Chevron Pacific Indonesia ... 53

4.1.1 Sejarah PT Chevron Pacific Indonesia ... 53

4.1.2 Lokasi dan Daerah Operasi ... 56

4.1.3 Bahan Baku dan Produk ... 58

4.1.4 Kegiatan Operasi ... 58

4.1.5 Sarana Penunjang Operasi ... 62

4.1.6 Sumber Daya Manusia ... 64

4.1.7 Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Dasar ... 65

4.1.8 Organisasi PT Chevron Pacific Indonesia ... 66

4.1.9 Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja ... 66

(12)

4.2.1 Health, Environment, dan Safety (HES) ... 73

4.2.2 Hierarki HES PT Chevron Pacific Indonesia ... 76

4.2.3 Program Kerja PT Chevron Pacific Indonesia ... 77

4.3 Karakteristik Pekerja Kontraktor PT Chevron Pacific Indonesia Duri ... 82

4.4 Analisis Univariat ... 84

4.5 Analisis Bivariat ... 89

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Pekerja Kontraktor PT Chevron Pacific Indonesia Duri ... 96

5.2 Kecelakaan Kerja ... 98

5.3 Hubungan Pelaksanaan Standard Operating Procedure dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja ... 99

5.4 Hubungan Pelaksanaan Job Safety Analysis dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja……… 100

5.5 Hubungan Pelaksanaan Stop Work Authority dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja ... 101

5.6 Hubungan Pelaksanaan Alat Pelindung Diri dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja ... 102

5.7 Hubungan Pelatihan K3 dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja .... 103

5.8 Hubungan Pelaksanaan Behavior Based Safety dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja ... 105

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

6.1 Kesimpulan ... 108

6.2 Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA…. ... 110 LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Pekerja Kontraktor Menurut Umur pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011……… 82

Tabel 4.2. Distribusi Pekerja Kontraktor Menurut Pendidikan Terakhir pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011………... 83 Tabel 4.3. Distribusi Pekerja Kontraktor Menurut Masa Kerja pada PT Chevron

Pacific Indonesia Duri Tahun 2011……… 84 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific

Indonesia Duri Tahun 2011……… 85 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Jenis Kecelakaan Kerja

pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011………. 85 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Letak Luka pada

PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011……… 86 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Menurut Penyebab Kecelakaan

pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011………. 86 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Standard Operating Procedure pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011……… 87 Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Job Safety Analysis pada PT Chevron Pacific

Indonesia Duri Tahun 2011……… 87 Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Stop Work Authority pada PT Chevron Pacific

Indonesia Duri Tahun 2011……… 88 Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Alat Pelindung Diri pada PT Chevron Pacific

Indonesia Duri Tahun 2011……… 88 Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada

(14)

Tabel 4.15. Hubungan Pelaksanaan Job Safety Analysis dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja di PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun

2011……….. 91

Tabel 4.16. Hubungan Pelaksanaan Stop Work Authority dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja di PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun

2011……….. 92

Tabel 4.17. Hubungan Pelaksanaan Alat Pelindung Diri dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja di PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun

2011………... 93

Tabel 4.18. Hubungan Pelatihan K3 dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja di PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011………. 94 Tabel 4.19. Hubungan Pelaksanaan Behavioral Based Safety dengan Terjadinya

Kecelakaan Kerja di PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Hierarki Penerapan Regulasi/Guideline HES PT Chevron Pacific

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Lampiran 2 : Hasil Pengolahan Statistik Lampiran 3 : Master Pengolahan Data Lampiran 4 : Surat Izin Survei Pendahuluan Lampiran 5 : Surat Permohonan Tugas Akhir

(17)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelaksanaan program

keselamatan dan kesehatan kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square.

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja kontraktor yang berada pada daerah HOOU (Heavy Oil Operating Unit) PT Chevron Pacific Indonesia Duri yang berjumlah 3.255 orang, dimana sampel penelitian adalah sebagian pekerja kontraktor yang berada pada daerah HOOU (Heavy Oil Operating Unit) sebanyak 97 orang.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel program keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi standard operating procedure, job safety analysis, stop work authority, alat pelindung diri, pelatihan K3 dan behavior based safety, memiliki nilai p < 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011. Jenis kecelakaan kerja yang banyak terjadi pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri khususnya daerah HOOU adalah kecelakaan yang membutuhkan pertolongan pertama dan tidak mengakibatkan hilangnya hari kerja.

Untuk meningkatkan pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja agar dapat mengurangi terjadinya kecelakaan diperlukan pengawasan yang lebih baik dari pihak manajemen dan leader terhadap pelaksanaan masing-masing program di daerah operasi PT Chevron Pacific Indonesia Duri.

(18)

ABSTRACT

This research aims to known about the relationship of occupational safety and health program related to the accident in the company Chevron Pacific Indonesia Duri in 2011.

This research was a descriptive analysis research using cross sectional. The chosen analysis are univariate analysis and bivariate analysis with chi-square test. The population of this research were 3.255 people from all contract employees at HOOU (Heavy Oil Operating Unit) in the company Chevron Pacific Indonesia Duri, whereas the samples of the research were 97 contract employees .

From the results of the research that variables occupational safety and health program such as standard operating procedure, job safety analysis, stop work authority, personal protective equipment, training and behavior based safety, have p value < 0,05. The results of the research showed there is relationship occupational safety and health program related to the accident in the company Chevron Pacific Indonesia Duri in 2011. Type of accident which most happened in the company Chevron Pacific Indonesia Duri especially at HOOU is first aid incident, without cause the loss of working days of the workers.

To improve the implementation of occupational safety and health program to less accident needed a good controlling for each occupational safety and health program by leader and management at operation area in the company Chevron Pacific Indonesia Duri.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka melaksanakan pembangunan masyarakat dan menyumbang pemasukan bagi negara peranan Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi diharapkan masih tetap memberikan sumbangan yang cukup berarti. Pertambangan minyak dan gas bumi banyak mengandung resiko-resiko kecelakaan. Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai “kejadian yang tidak dapat diduga”. Sebenarnya setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Statistik mengungkapkan bahwa 80% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya 20% oleh kondisi yang tidak selamat (unsafe condition) (Silalahi, 1991). Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang semuanya itu dapat mempengaruhi kinerja keselamatan dalam suatu perusahaan/industri. Kecelakaan di tempat kerja merupakan penyebab utama penderitaan perorangan dan penurunan produktivitas (Sastrohadiwiryo, 2002).

(20)

Setiap jamnya, sedikitnya terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan bahwa pada tahun 2010 sedikitnya terjadi 65.000 kasus kecelakaan kerja dimana jumlah ini telah mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus kecelakaan kerja. Walaupun demikian, kasus kecelakaan kerja di Indonesia masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan negara lain. Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan ILO mengenai standar kecelakaan kerja, Indonesia menempati urutan ke-152 dari 153 negara yang diteliti (Depnakertrans, 2010).

(21)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi pekerja yang merupakan komponen dari hak asasi manusia. Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan melindungi pekerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan demi kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja, dan memelihara serta menggunakan sumber-sumber produksi secara aman dan efisien. Kebijakan perlindungan tenaga kerja bertujuan untuk mewujudkan ketenangan bekerja dan berusaha, sehingga tercipta hubungan industrial yang serasi antara pekerja dan pengusaha, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya (Silalahi, 1991).

(22)

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki dan dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda. Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian bagi pekerja, pengusaha, pemerintah dan masyarakat sekitarnya. Pada umumnya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor yaitu manusia dan lingkungan. Faktor manusia yaitu tindakan tidak aman dari manusia seperti sengaja melanggar peraturan keselamatan kerja yang di wajibkan, kurang terampilnya pekerja itu sendiri. Sedangkan faktor lingkungan yaitu keadaan tidak aman dari lingkungan kerja yang menyangkut antara lain peralatan atau mesin-mesin, tetapi frekuensi terjadinya kecelakaan kerja lebih banyak terjadi karena faktor manusia, karena manusia yang paling banyak berperan dalam menggunakan peralatan kerja yang semakin canggih dan modern di perusahaan (Suma’mur, 1996).

(23)

Pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat meningkatkan pengetahuan karyawan tentang keselamatan kerja yang tinggi dan pengalaman kerja bahaya-bahaya kecelakaan mendapat perhatian dari tenaga kerja yang bersangkutan. Pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat perlu dan penting, karena membantu terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik, sehingga mereka menyadari arti penting dari pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja bagi dirinya maupun perusahaan (Mangkunegara, 2001).

Saat ini perkembangan perusahaaan minyak bumi dan gas (migas) sangat besar di Indonesia. Potensi sumber daya minyak bumi dan gas tersebut merupakan faktor dominan dalam strategi pembangunan bangsa dan negara Indonesia terutama dalam menghadapi era globalisasi dan perdangangan bebas. Kegiatan perusahaan migas mulai dari produksi, pengolahan, maupun transportasi mempunyai potensi bahaya yang sangat besar yaitu terjadinya kecelakaan kerja dan kebakaran. Untuk mengurangi potensi bahaya tersebut, perusahaan migas dapat mengembangkan sistem manajemen keselamatan proses (Ramli, 2010).

(24)

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, PT Chevron Pacific Indonesia membuat Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja yang dimiliki PT Chevron Pacific Indonesia Duri telah mencakup program untuk manusia (pekerja), peralatan dan lingkungan kerja.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan diperoleh data mengenai program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dilakukan oleh PT Chevron Pacific Indonesia Duri dan data kecelakaan kerja tahun 2009 dan 2010. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dilakukan oleh PT Chevron Pacific Indonesia Duri antara lain adalah standard operating procedure, job safety analysis, stop work authority,dan alat pelindung diri (personal protective equipment) yang terkandung dalam FSWP (Fundamental Safe Work Practice), pelatihan K3 dan behavior based safety.

Sedangkan dari data kecelakaan kerja dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah kecelakaan kerja dari tahun 2009 sebanyak 39 kasus kecelakaan ke tahun 2010 sebanyak 29 kasus kecelakaan. Diharapkan dengan adanya pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini, pekerja akan merasa aman, terlindungi dan terjamin keselamatannya, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan mencapai efisiensi baik dari segi biaya, waktu dan tenaga serta dapat meningkatkan produktivitas kerja.

(25)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahui hubungan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.

2. Untuk mengetahui jenis kecelakaan kerja, penyebab kecelakaan kerja, maupun letak luka akibat kecelakaan kerja yang terjadi pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.

3. Untuk mengetahui hubungan pelatihan K3 dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.

4. Untuk mengetahui hubungan Job Safety Analysis dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.

(26)

6. Untuk mengetahui hubungan Behavior Based Safety dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.

7. Untuk mengetahui hubungan Stop Work Authority dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.

8. Untuk mengetahui hubungan Alat Pelindung Diri dengan terjadinya kecelakaan kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2011.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai pentingnya pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna mengurangi terjadinya kecelakaan kerja dan meningkatkan produktifitas.

2. Sebagai bahan masukan bagi pekerja mengenai pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di suatu perusahaan.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Dewan K3 Nasional, program K3 adalah upaya untuk mengatasi ketimpangan pada empat unsur produksi yaitu manusia, sarana, lingkungan kerja dan manajemen. Program ini meliputi administrasi dan manajemen, P2K3, kebersihan dan tata ruang, peralatan K3, pengendalian bahaya dan beracun, pencegahan kebakaran, keadaan darurat, penerapan K3 dan sistem evaluasi program (DK3N, 1993).

Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian resiko dan paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman, meliputi : 1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi

berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya kesehatan. 2. Membuat prosedur keamanan.

3. Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya.

4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada. 5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.

6. Rapat bulanan P2K3

7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti alat pelindung diri, standar keselamatan yang baru.

(28)

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya program keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan semaunya. Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja dibuat berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya. Program keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain (Ramli, 2010).

Efektifitas program keselamatan dan kesehatan kerja sangat tergantung kepada komitmen dan keterlibatan semua pekerja. Keterlibatan pekerja akan meningkatkan produktivitas. Beberapa kegiatan yang harus melibatkan pekerja antara lain (Nasution, 2005) :

1. Kegiatan pemeriksaan bahan berbahaya dan beracun dan menyusulkan rekomendasi bagi perbaikan.

2. Mengembangkan atau memperbaiki aturan keselamatan umum. 3. Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja baru.

4. Membantu proses analisis penyebab kecelakaan kerja.

(29)

AOMA (American Occupational Medical Assosiation) dalam Soehatman Ramli (2010) membagi komponen penting dari program K3, yaitu :

I. Komponen Pokok, meliputi: 1. Pemerikasaan Kesehatan Pekerja

a. Pre-placement yaitu pemeriksaan kesehatan atau status kesehatan termasuk penilaian emosional, untuk memberikan rekomendasi pada manajemen mengenai kemampuan seorang pekerja untuk dapat melakukan pekerjaannya secara aman tanpa membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja dan orang lainnya. Dalam memberikan rekomendasi tersebut ada beberapa faktor yang diperhatikan yaitu riwayat kesehatan, riwayat pekerjaan, penilaian terhadap fisik dan alat-alat tubuh, apakah tidak akan terpengaruh oleh pekerjaannya, evaluasi dari macam kerja yang akan diberikan.

b. Pemeriksaan kesehatan berkala yang bertujuan untuk mengetahui status kesehatan pekerja yang mempunyai efek buruk terhadap kesehatannya. c. Pemeriksaan kesehatan setelah pekerja menderita sakit atau kecelakaan. d. Pemerikasaan kesehatan pada waktu pensiun atau berhenti bekerja yang

bertujuan untuk mengetahui apakah ada gangguan kesehatan akibat kerja. 2. Diagnosa dan pengobatan atau kecelakaan akibat kerja, termasuk rehabilitasinya. 3. Pengobatan darurat dan pengobatan atas kecelakaan yang bukan akibat kerja. 4. Pendidikan terhadap pekerja akan potensial occupational/hazard dan tindakan

pencegahan dan pengetahuan akan bahaya terhadap kesehatan.

(30)

6. Inspeksi berkala dan evaluasi atas lingkungan kerja untuk mengetahui apakah ada kemungkinan berbahaya terhadap kesehatan serta pencegahannya.

7. Pemeriksaan atau studi terhadap bahan kimia yang dipergunakan yang belum mendapat pemeriksaan secara toksikologis.

8. Studi epidemiologik untuk mengevaluasi dampak daripada lingkungan kerja. 9. Pemerikasaan occupational health records.

10. Imunisasi terhadap penyakit infeksi.

11. Ikut serta dalam penentuan dan evaluasi dari ansuransi pekerja.

12. Keikutsertaan dalam program peraturan dari perusahaan yang berhubungan dengan kesehatan.

13. Mengevaluasi secara periodik efektivitas program kesehatan kerja yang ada. II. Komponen Pilihan, meliputi:

1. Penyediaan tempat pengobatan (klinik) untuk hal-hal yang sifatnya minor dan

non occupational.

2. Pengobatan yang berulang-ulang dan kondisi non occupational yang diberikan oleh dokter pribadi seperti fisioterapis, suntikan yang rutin, dapat disediakan/diadakan demi mencegah hilangnya waktu kerja dan tentunya menurunkan biaya dari pekerja itu sendiri.

3. Program bantuan terhadap pekerja bertujuan untuk membantu memecahkan masalah atau keadaan yang ada hubungannya dan dapat mempengaruhi kesehatan/kesejahteraan serta pekerjaan.

(31)

5. Bantuan terhadap pimpinan perusahaan dalam mengontrol absen kerja oleh karena sakit.

6. Program keadaan darurat di tempat kerja, termasuk koordinasi dengan bagian yang penting di luar perusahaan.

Program keselamatan dan kesehatan kerja akan memperbaiki kualitas hidup pekerja melalui jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat menciptakan situasi kerja yang aman, tenteram dan sehat sehingga dapat mendorong pekerja untuk bekerja lebih produktif. Melalui program keselamatan dan kesehatan kerja, terjadinya kerugian dapat dihindarkan sehingga perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pekerjanya (Siregar, 2005).

Heinrich menyatakan prinsip dasar dari program keselamatan dan kesehatan kerja yang perlu diterapkan dalam upaya pencegahan kecelakaan, yaitu :

1. Melakukan usaha inspeksi keselamatan kerja untuk mengidentifikasikan kondisi-kondisi yang tidak aman.

2. Mengadakan usaha pendidikan dan pelatihan para pekerja untuk meningkatkan pengetahuan pekerja akan tugasnya sehari-hari dan cara kerja yang aman.

3. Membuat peraturan-peraturan keselamatan kerja yang harus ditaati oleh semua pekerja.

(32)

2.1.1 Tujuan dan Sasaran Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja secara umum adalah mempercepat proses gerakan nasional K3 dalam upaya memberdayakan keselamatan dan kesehatan kerja guna mencapai kecelakaan nihil.

Sasaran dari program keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :

1. Meningkatkan pengertian, kesadaran, pemahaman dan penghayatan K3 semua unsur pimpinan dan pekerja pada sutau perusahaan.

2. Meningkatkan fungsi manajemen K3 atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

3. Mendorong terbentuknya manajemen K3 pada setiap perusahaan. 4. Mendorong pembinaan K3 pada sektor informal dan masyrakat umum. 2.2 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.2.1 Defenisi Pelatihan K3

(33)

Pelatihan merupakan proses membantu tenaga kerja untuk memperoleh efektifitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan dan sikap yang layak (Sastrohadiwiryo, 2002).

Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan pelatihan yang diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan tenaga kerja. Kebutuhan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja antara satu perusahaan dengan perusahaan lain berbeda sesuai sifat bahaya, skala kegiatan dan kondisi pekerja (Ramli, 2010).

Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting mengingat kebanyakan kecelakaan terjadi pada pekerja yang belum terbiasa bekerja secara selamat. Penyebabnya adalah ketidaktahuan tentang bahaya atau cara mencegahnya meskipun tahu tentang adanya suatu resiko (Santoso,2002).

Menurut Soehatman Ramli (2010), pengembangan pelatihan K3 yang baik dan efektif dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain :

1. Analisa Jabatan atau pekerjaan

Dalam tahapan ini dilakukan identifikasi dan analisa semua pekerjaan atau jabatan yang ada dalam perusahaan kemudian akan dibuat daftar pekerjaan yang dilakukan oleh setiap pekerja.

2. Identifikasi pekerjaan atau tugas kritis

(34)

3. Mengkaji data-data kecelakaan

Informasi kecelakaan yang pernah terjadi merupakan masukan penting dalam merancang pelatihan K3. Kecelakaan mengidentifikasikan adanya penyimpangan atau kelemahan dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3), salah satu diantaranya adalah kurangnya kompetensi atau kepedulian mengenai K3. Untuk itu perlu dilakukan pembinaan dan pelatihan.

4. Survei kebutuhan pelatihan

Melakukan survei mengenai kebutuhan pelatihan dan jenis pelatihan yang diperlukan untuk meningkatkan keterampilan pekerja sehingga pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan selamat di masing-masing tempat kerja. 5. Analisa kebutuhan pelatihan

Melakukan analisa keselamatan kerja untuk mengetahui apa saja potensi bahaya yang ada dalam suatu pekerjaan. Dari analisa keselamatan kerja dapat diidentifikasi jenis bahaya dan tingat resiko dari setiap pekerjaan.

6. Menentukan sasaran dan target pelatihan

Pelatihan K3 diharapkan akan memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku dari masing-masing pekerja. Sasaran dan target pelatihan harus ditetapkan dengan tepat sebagai masukan untuk merancang format dan silabus pelatihan.

7. Mengembangkan objektif pembelajaran

(35)

8. Melaksanakan pelatihan

Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilakukan secara eksternal melalui lembaga pelatihan atau secara internal yang dirancang sesuai dengan kebutuhan.

9. Melakukan evaluasi

Hasil pelatihan harus dievaluasi untuk menentukan efektifitasnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh aspek pelatihan seperti materi pelatihan dan dampak terhadap pekerja setelah kembali ke tempat kerja masing-masing.

10. Melakukan perbaikan

Langkah terakhir dalam proses pelatihan adalah melakukan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan.

Dalam melaksanakan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan (Ridley, 2008), antara lain :

1. Perkulihan dan percakapan 2. Video dan film

3. Peran yang langsung dimainkan oleh peserta pelatihan 4. Studi kasus

5. Diskusi kelompok

(36)

2.2.2 Jenis Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Soehatman Ramli (2010), pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Induksi K3

Induksi K3 yaitu pelatihan yang diberikan sebelum seseorang mulai bekerja atau memasuki tempat kerja. Pelatihan ini ditujukan untuk pekerja baru, pindahan, mutasi, kontraktor dan tamu yang berada di tempat kerja.

2. Pelatihan Khusus K3

Pelatihan ini berkaitan dengan tugas dan pekerjaan masing-masing pekerja. Misalnya pekerja di lingkungan pabrik kimia harus diberi pelatihan mengenai bahan-bahan kimia dan pengendaliannya.

3. Pelatihan K3 Umum

Pelatihan K3 umum merupakan program pelatihan yang bersifat umum dan diberikan kepada semua pekerja mulai level terbawah sampai manejemen puncak. Pelatihan ini umumnya bersifat awareness yaitu untuk menanamkan budaya atau kultur K3 di kalangan pekerja. Misalnya pelatihan mengenai dasar K3 dan petunjuk keselamatan seperti keadaan darurat dan pemadam kebakaran. 2.2.3 Manfaat Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Widuri (1992) setiap program pelatihan kerja ada manfaatnya, demikian juga dengan pelatihan K3. Manfaat pelatihan K3 yaitu :

1. Meningkatkan ilmu dan keterampilan pekerja 2. Mengurangi kecelakaan kerja

(37)

4. Mengurangi beban pengawasan 5. Mengurangi waktu yang terbuang 6. Mengurangi biaya lembur

7. Mengurangi biaya pemeliharaan mesin 8. Mengurangi keluhan-keluhan

9. Meningkatkan kepuasaan kerja 10. Meningkatkan produksi

11. Komunikasi yang baik 12. Kerjasama yang baik

2.2.4 Indikator Keberhasilan Pelatihan K3

Untuk mengetahui efektifitas dari suatu pelatihan K3 dapat diukur dengan memperhatikan indikator keberhasilan pelatihan (Widuri, 1992), yaitu :

1. Prestasi kerja karyawan 2. Kedisplinan karyawan 3. Absensi karyawan

4. Tingkat kerusakan produksi, alat-alat dan mesin 5. Tingkat kecelakaan karyawan

6. Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga dan waktu 7. Tingkat kerja sama karyawan

8. Tingkat upah karyawan 9. Prakarsa karyawan

(38)

2.3 Job Safety Analysis

2.3.1 Defenisi Job Safety Analysis

Dalam membuat prosedur pekerjaan, bahaya yang akan timbul sudah diidentifikasi dan telah disiapkan cara penanggulangannya melalui penerapan program analisa keselamatan kerja (Ladou, 2007). Job safety analysis adalah suatu pendekatan struktural untuk mengidentifikasi potensi bahaya dalam suatu pekerjaan dan memberikan langkah-langkah perbaikan (Anonim, 2007).

Job safety analysis merupakan uraian setiap operasi dalam pekerjaan, menelaah bahaya-bahaya dari tiap-tiap kegiatan dan menunjukkan tindakan pencegahannya. Analisa keselamatan kerja berhubungan dengan penelaahan izin kerja, rencana peralatan, kualifikasi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dan pedoman kerja serta latihan yang diperlukan (Suma’mur, 1996).

Job safety analysis merupakan identifikasi sistematik dari bahaya potensial di tempat kerja dan mencari cara untuk menanggulangi resiko bahaya. Dalam analisa keselamatan kerja dilakukan peninjauan terhadap metode kerja dan menemukan bahaya yang mungkin diabaikan dalam proses design peralatan, pemasangan mesin dan proses kerja. Melalui penerapan analisa keselamatan kerja dapat dilakukan perubahan prosedur kerja menjadi lebih aman (Greenwood, 2006).

Tujuan melaksanakan job safety analysis adalah sebagai beikut :

1. Memberikan pelatihan individu mengenai keselamatan dan prosedur kerja efisien.

(39)

3. Meninjau prosedur kerja setelah terjadi kecelakaan.

4. Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan di tempat kerja. 5. Meningkatkan partisipasi pekerja mengenai keselamatan di tempat kerja. 6. Mengurangi absen.

7. Mengurangi biaya kompensasi pekerja. 8. Meningkatkan produktivitas.

2.4 Proses Job Safety Analysis

Menurut Greenwood (2006), proses job safety analysis terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :

1. Memilih Pekerjaan

Pekerjaan dengan kecelakaan yang besar akan menjadi prioritas dan dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa, terdapat beberapa faktor yang harus dipenuhi antara lain :

1. Frekuensi kecelakaan.

Pekerjaan dengan frekuensi kecelakaan tinggi memjadi prioritas utama dalam

job safety analysis.

2. Tingkat cedera yang menyebabkan cacat.

Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam job safety analysis.

3. Kekuatan potensi

(40)

4. Pekerjaan baru

Job safety analysis untuk setiap pekerjaan baru harus dibuat segera mungkin.

Job safety analysis untuk pekerjaan baru tidak boleh ditunda hingga dapat terjadi kecelakaan atau hampir terjadi kecelakaan.

5. Mendekati bahaya

Pekerjaan dengan tingkat bahaya yang besar harus menjadi prioritas dalam

job safety analysis. 2. Membagi Pekerjaan

Untuk membagi pekerjaan diperlukan seorang pekerja yang mampu melakukan observasi. Pekerja yang mampu melakukan observasi adalah pekerja yang berpengalaman dan kooperatif sehingga mampu berbagi ide.

3. Identifikasi Bahaya dan Potensi Kecelakaan Kerja

Tahap berikutnya untuk mengembangkan job safety analysis adalah melakukan identifikasi semua bahaya. Identifikasi dilakukan terhadap bahaya yang disebabkan oleh lingkungan dan yang berhubungan dengan prosedur kerja. 4. Mengembangkan Solusi

Langkah terakhir dalam job safety analysis adalah mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk mencegah kejadian atau potensi kecelakaan. Beberapa solusi yang dapat diterapkan antara lain :

a. Menemukan cara baru untuk suatu pekerjaan. b. Mengubah prosedur kerja,

(41)

2.5 Standard Operating Procedure

Standard operating procedure (SOP) adalah langkah-langkah kerja tertulis yang terfokus kepada pelaksanaan pekerjaan untuk mengurangi resiko kerugian dan mempertahankan kehandalan. Dalam standard operating procedure biasanya terdapat batasan operasi peralatan dan keselamatan, prosedur menghidupkan, mengoperasikan, dan mematikan peralatan (Anonim, 2007).

Dalam Anonim (2007), secara garis besar ketentuan-ketentuan yang ada dalam standard operating procedure terdiri atas :

1. SOP harus spesifik untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan.

2. SOP dapat menggambarkan semua resiko pekerjaan yang akan dilaksanakan. 3. Identifikasi semua resiko keselamatan, bahaya lingkungan, dan ergonomi yang

berhubungan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.

4. Menentukan alat pelindung diri yang sesuai untuk menghindari terkena resiko keselamatan yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan. 5. Izin kerja yang digunakan untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan.

6. Menggambarkan aturan, tanggung jawab maupun kewenangan untuk semua karyawan.

7. Menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua karyawan. 8. Dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan job safety analysis.

9. Menjelaskan pengoperasian normal dan tindakan yang akan dilakukan jika terjadi perubahan.

(42)

2.6 Behavior Based Safety

Mempromosikan perilaku aman di tempat kerja merupakan bagian penting dari manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja (Scott Geller, 2001). Program behavior based safety digunakan untuk menggambarkan program yang berfokus pada perilaku pekerja sebagai salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Program behavior based safety

akan mengidentifikasi pekerja yang berperilaku tidak aman kemudian mengarahkan pekerja tersebut untuk berperilaku aman pada saat bekerja (Krause, 2000).

Menurut Scott Geller (2001), behavior based safety adalah program dengan metode untuk mengubah perilaku pekerja dengan menggabungkan beberapa prinsip, yaitu :

a. Mendorong pekerja agar memiliki perilaku aman pada saat bekerja.

b. Melakukan perbaikan secara terus-menerus jikalau pekerja belum dapat untuk berperilaku aman.

c. Fokus pada perubahan perilaku bukan pada kecelakaan.

Menurut Krause (2000), behavior based safety dilaksanakan dengan beberapa tahapan, yaitu :

1. Pengamatan di tempat kerja

(43)

Lalu pengamat akan menjelaskan secara rinci perilaku berisiko yang pekerja lakukan. Kemudian pengamat meminta pekerja untuk memberi alasan mengapa ia menempatkan dirinya pada keadaan yang berisiko.

2. Pengumpulan data dan laporan awal

Hasil pengamatan yang diperoleh akan dikumpulkan dan menjadi laporan awal dalam pelaksanaan program behavior based safety. Laporan awal ini menjelaskan alasan mengapa seorang pekerja melakukan perilaku berisiko dan lokasi tempat kerja.

3. Laporan analisis dan rekomendasi

Laporan awal yang telah diterima akan dibahas dan dianalisis oleh perusahaan. Pembahasan tersebut akan menghasilkan sebuah rekomendasi untuk mengatasi perilaku berisiko pekerja, misalnya dengan menyediakan alat pelindung diri (APD). Pelaksanaan rekomendasi diharapkan dapat mengubah perilaku berisiko dan menghilangkan bahaya atau risiko di tempat kerja.

2.7 Stop Work Authority

Program stop work authority merupakan suatu program yang memungkinkan setiap karyawan yang menyaksikan suatu tindakan tidak aman atau merasa bahwa kondisi tidak menjamin operasi yang aman untuk segera menghentikan pekerjaan tanpa pertanyaan (Hanford, 2008).

(44)

keamanan pengoperasian, menyebabkan kerusakan fasilitas, atau mengakibatkan pelepasan limbah ke lingkungan dan menyediakan metode untuk mengatasi masalah tersebut (Hanford, 2008).

Menurut Scott Geller (2001), proses pelaksanaan stop work authority antara lain:

1. Stop work authority dilakukan jika suatu kondisi diyakini tidak aman, seperti : a. Kondisi yang menempatkan pekerja, rekan kerja atau masyarakat dalam risiko

atau bahaya.

b. Kondisi yang dapat mempengaruhi keamanan pengoperasian atau menyebabkan kerusakan fasilitas.

c. Kondisi yang mengakibatkan terjadinya pelepasan limbah ke lingkungan. 2. Memastikan pekerjaan dalam kondisi yang aman dan segera memberitahu

pengawas/manajemen dan pekerja yang terkena ketika melakukan stop work authority.

3. Menyelesaikan setiap masalah yang telah mengakibatkan seorang pekerja berhenti kerja.

Stop work authority dapat dilakukan untuk kondisi dengan kriteria :

1. Kondisi yang terjadi akan menimbulkan bahaya bagi keselamatan dan kesehatan pekerja.

2. Kondisi yang apabila dibiarkan terus-menerus dapat mempengaruhi keselamatan operasi atau menyebabkan kerusakan fasilitas.

(45)

2.7 Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya (Cahyono, 2004). Menurut Suma’mur (2009), alat pelindung diri adalah suatu alat

yang dipakai untuk melindungi diri terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. 2.7.1 Jenis-jenis APD

Alat-alat pelindung diri beraneka ragam macamnya. Jika digolongkan berdasarkan bagian-bagian tubuh yang dilindunginya, maka jenis-jenis alat pelindung diri adalah sebagai berikut :

1. Alat Pelindung Kepala (Head Cover)

Alat ini terdiri dari alat pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan. Tujuan pemakaian alat pelindung kepala adalah untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur dengan benda tajam atau benda keras, baik yang sifatnya jatuh, melayang atau meluncur termasuk melindungi diri dari panas radiasi bahan-bahan kimia korosif. Jenis pekerjaan yang memerlukan alat pelindung kepala misalnya pekerjaan di bawah mesin-mesin maupun pekerjaan di sekitar konduktor energy yang terbuka. Contoh alat pelindung kepala adalah topi plastik, topi plastik berlapis asbes, topi aluminium, dan topi logam.

2. Alat Pelindung Mata (Eye Protection)

(46)

Alat pelindung mata terdiri dari 3 macam, yaitu : a. Kaca mata biasa

b. Kaca mata goggles yaitu kaca mata yang tertutup semua, tetapi terdapat lubang-lubang kecil sebagi ventilasi.

c. Tameng muka

3. Alat Pelindung Telinga (Hearing Protection)

Alat pelindung telinga bekerja sebagai penghalang antara bising dan telinga dalam. Alat ini diperlukan apabila tingkat kebisingan di tempat kerja sudah mencapai 85 dB diatas 8 jam sehari.

Alat pelindung telinga terdiri dari 3 macam, yaitu : a. Kapas.

b. Sumbat telinga (Ear Plugs) mempunyai daya atenuasi suara sebesar 25-30 dB. c. Tutup telinga (Ear Muffs) mempunyai daya atenuasi suara sebesar 10-15 dB

lebih besar dari sumbat telinga. d. Canal Caps

4. Alat Pelindung Pernapasan (Respiratory Protection)

Alat pelindung pernapasan diperlukan di tempat kerja dimana udara didalamnya tercemar. Secara umum ada 2 macam alat pelindung pernapasan, yaitu :

a. Respirator atau Purifying Respirator.

(47)

b. Breathing Apparatus atau Air Supply Respirator

Alat ini berfungsi untuk memberikan udara bersih atau oksigen kepada pekerja yang menggunakannya.

5. Alat Pelindung Tangan dan Jari-jari (Hand Gloves)

Alat pelindung tangan ini paling banyak digunakan, karena kecelakaan yang paling banyak terjadi pada tangan dari keseluruhan kecelakaan yang ada. Menurut bentuknya, sarung tangan dapat dibedakan menjadi :

a. Sarung tangan biasa (Gloves)

b. Sarung tangan yang dilapisi dengan plat logam (Grantlet) yang digunakan di lengan.

c. Mitth, sarung tangan untuk 4 jari yang terbungkus. 6. Alat Pelindung Kaki (Foot Cover)

Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda berat, percikan asam dan basa yang korosif, cairan panas dan terinjak benda-benda tajam. Contoh alat pelindung kaki seperti sepatu kulit, sepatu karet, sepatu bot karet, sepatu anti slip, sepatu dilapisi baja, sepatu plastik, sepatu dengan sol kayu/gabus, pelindung betis, tungkai dan mata kaki.

7. Alat Pelindung Tubuh

(48)

2.7.2 Tujuan Penggunaan APD

Pemakaian APD bertujuan untuk melindungi tenaa kerja dan juga merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja oleh bahaya potensial pada suatu perusahaan yang tidak dapat dihilangkan atau dikendalikan.

2.8 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.8.1 Defenisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja mulai menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak tahun 1970. Undang-undang tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang dikeluarkan sebagai upaya awal pemerintah dalam menggalakkan keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur (Mangkunegara, 2001).

Ditinjau dari aspek teknis, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dijabarkan ke dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut SMK3 (Soemaryanto, 2002).

(49)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada hakekatnya merupakan suatu pengetahuan yang berkaitan dengan dua kegiatan. Kegiatan pertama berkaitan dengan upaya keselamatan terhadap keberadaan tenaga kerja yang sedang bekerja. Kegiatan kedua berkaitan dengan kondisi kesehatan sebagai akibat adanya penyakit akibat kerja. Keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan manusia baik jasmani maupun rohani serta karya dan budayanya yang tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususny. Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja (Suardi, 2005).

Keselamatan kerja bersifat teknik dan sasarannya adalah lingkungan kerja. Keselamatan kerja berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaaan. Keselamatan kerja juga menyangkut seluruh proses produksi dan distribusi barang maupun jasa. Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup, menjamin keselamatan setiap orang lain di tempat kerja, dan meningkatkan produksi (Santoso, 2002).

Menurut Suma’mur (2009), kesehatan kerja adalah ilmu kesehatan dan

(50)

Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal (Harrington, 2003).

2.8.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Sendjun Manulang (2001), tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. Tujuan kesehatan kerja adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial.

2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.

3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja.

(51)

Menurut Mangkunegara (2001), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Setiap tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

2. Perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya mungkin. 3. Memelihara keamanan semua hasil produksi.

4. Menjamin pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi tenaga kerja. 5. Meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

6. Untuk menghindari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

7. Untuk melindungi tenaga kerja dan memberi rasa aman pada saat bekerja. 2.9 Kecelakaan Kerja

2.9.1 Defenisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda (Suma’mur, 2009). Dengan demikian menurut definisi tersebut ada 3 hal pokok yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak diinginkan.

2. Kecelakaan mengakibatkan kerugian jiwa dan kerusakan harta benda.

(52)

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak disengaja dan tidak terkendali yang menyebabkan cedera dan kerugian. Kecelakaan kerja juga dapat diartikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan dimana kecelakaan kerja terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau keadaan pada saat melaksanakan pekerjaaan (Reese, 2009).

Kecelakaan kerja merupakan hasil langsung dari tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman, yang keduanya dapat dikontrol oleh manajemen. Tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman disebut sebagai penyebab langsung (immediate / primary causes) kecelakaan karena keduanya adalah penyebab yang jelas / nyata dan secara langsung terlibat pada saat kecelakaan terjadi (Reese, 2009).

2.9.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO,1962) dalam Suma’mur (1989) adalah sebagi berikut :

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan a. Terjatuh

b. Tertimpa benda jatuh.

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh. d. Terjepit oleh benda.

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan. f. Pengaruh suhu tinggi.

g. Terkena arus listrik.

h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

(53)

2. Klasifikasi menurut penyebab. a. Mesin

1. Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik. 2. Mesin penyalur.

3. Mesin-mesin untuk mengerjakan logam. 4. Mesin-mesin pengolah kayu.

5. Mesin-mesin pertanian. 6. Mesin-mesin pertambangan.

7. Mesin-mesin yang tidak termasuk kalsifikasi tersebut. b. Alat angkat dan angkut

1. Mesin angkat dan peralatannya. 2. Alat angkutan di atas rel.

3. Alat angkutan yang beroda kecuali kereta api. 4. Alat angkutan udara.

5. Alat angkutan air. 6. Alat-alat angkutan lain c. Peralatan lain

1. Bejana bertekanan.

2. Dapur pembakar dan pemanas. 3. Instalasi pendingin

(54)

6. Alat-alat kerja dan perlengkapannya kecuali alat-alat listrik. 7. Tangga

8. Perancah

9. Peralatan lain yang belum termasuk kalsifikasi tersebut. d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi

1. Bahan peledak

2. Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak. 3. Benda-benda melayang.

4. Radiasi

5. Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut. e. Lingkungan kerja

1. Di luar bangunan. 2. Di dalam bangunan. 3. Di bawah tanah.

f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut. 1. Hewan.

2. Penyebab lain.

g. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tak memadai.

3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan a. Patah tulang

(55)

d. Memar dan luka dalam yang lain

e. Amputasi

f. Luka-luka lain g. Luka di permukaan h. Gegar dan remuk

i. Luka bakar

j. Keracunan-keracunan mendadak (akut) k. Akibat cuaca dan lain-lain

l. Mati lemas

m. Pengaruh arus listrik n. Pengaruh radiasi

o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya p. Lain-lain

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh a. Kepala

b. Leher c. Badan d. Anggota atas e. Anggota bawah f. Banyak tempat g. Kelainan umum

(56)

Klasifikasi menurut jenis menunjukkan peristiwa yang langsung mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan bagaimana suatu benda atau zat sebagai penyebab kecelakaan menyebabkan terjadinya kecelakaan, sehingga sering dipandang sebagai kunci bagi penyelidikan sebab lebih lanjut (Silalahi, 1991).

Klasifikasi kecelakaan berguna untuk menemukan sebab-sebab kecelakaan. Upaya untuk mencari sebab kecelakaan dapat dilakukan dengan analisa kecelakaan. Analisa kecelakaan tidak mudah, oleh karena penentuan sebab-sebab kecelakaan secara tepat adalah pekerjaan sulit. Kalsifikasi kecelakaan yang bersifat jamak adalah pencerminan kenyataan bahwa kecelakaan akibat kerja jarang sekali disebabkan oeh suatu, melainkan berbagai faktor (Silalahi, 1991).

2.9.3 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja pada umumnya diakibatkan oleh berbagai faktor penyebab. Teori tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja antara lain :

1. Teori Kebetulan Murni (PureChance Theory)

Kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan kerja terjadi secara kebetulan saja.

2. Teori Kecenderungan Belaka (Accident Phone Theory)

Pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan.

3. Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factors Theory)

(57)

4. Teori Dua Faktor Utama (Two Main Factors Theory)

Kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan tindakan atau perbuatan berbahaya (unsafe action).

5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory)

Menekankan bahwa pada akhirnya semua kecelakaan kerja baik langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kesalahan manusia. (Azmi, 2008).

Penyebab kecelakaan kerja diberbagai negara tidak sama, namun ada beberapa kesamaan umum. Menurut Matondang yang dikutip oleh Salawati (2009), kecelakaan kerja disebabkan oleh :

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition) a. Mesin, peralatan, bahan, dan lain-lain b. Lingkungan kerja

c. Proses kerja d. Sifat pekerjaan e. Cara kerja

2. Perbuatan berbahaya (unsafe action) dari manusia a. Sikap dan tingkah laku yang tidak baik b. Kurang pengetahuan dan keterampilan c. Cacat tubuh yang tidak terlihat

(58)

Menurut Sendjun Manulang (2001), ada 4 faktor penyebab kecelakaan kerja, antara lain :

1. Faktor manusia

Kecelakaan kerja yang disebabkan faktor manusia meliputi kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologi, kurangnya atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan atau keahlian, stress, motivasi yang tidak cukup atau salah. 2. Faktor material/bahan/peralatan

Misalnya bahan yang seharusnya terbuat dari besi, akan tetapi supaya lebih murah dibuat dari bahan lain sehingga dengan mudah menimbulkan kecelakaan. 3. Faktor bahaya/ sumber bahaya, ada dua sebab :

a. Perbuatan berbahaya

Misalnya karena metode kerja yang salah, keletihan/kelesuan, sikap kerja yang tidak sempurna dan sebagainya.

b. Kondisi/keadaan berbahaya

Yaitu keadaan yang tidak aman dari mesin/peralatan-peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan.

4. Faktor yang dihadapi

Misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan mesin-mesin sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna.

(59)

Kecelakaan juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperi ventilasi, penerangan, kebisingan, atau suhu yang tidak aman melampaui ambang batas. Selain itu, kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material (Ramli, 2010). 2.9.4 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha atau perusahaan tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampakpada masyarakat luas (Depkes RI, 2008).

Menurut Soehatman Ramli (2010), kerugian akibat kecelakaan kerja dikategorikan atas dua kerugian, yaitu :

1. Kerugian Langsung

Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi atau perusahaan.

Kerugian langsung dapat berupa :

a. Biaya Pengobatan dan Kompensasi

(60)

b. Kerusakan Sarana Produksi

Kerusakan langsung lainnya adalah kerusakan sarana produksi akibat kecelakaan seperti kebakaran, peledakan, dan kerusakan.

2. Kerugian Tidak Langsung

Di samping kerugian langsung, kecelakaan juga menimbulkan kerugian tak langsung antara lain :

a. Kerugian jam kerja

Jika terjadi kecelakaan, kegiatan pasti akan terhenti sementara untuk membantu korban yang cedera, penanggulangan kejadian, perbaikan kerusakan atau penyelidikan kejadian. Kerugian jam kerja yang hilang akibat kecelakaan jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi produktivitas.

b. Kerugian produksi

Kecelakaan juga membawa kerugian terhadap proses produksi akibat kerusakan atau cedera pada pekerja.

Perusahaan tidak bisa berproduksi sementara waktu sehingga kehilangan peluang untuk mendapat keuntungan.

c. Kerugian Sosial

(61)

2.9.5 Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan Kerja

Tujuan utama penerapan sistem manajemen K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau kerugian materi (Ramli, 2010). Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja ditujukan untuk mengenal dan menemukan sebab-sebabnya bukan gejala-gejalanya untuk kemudian sedapat mungkin dikurangi atau dihilangkan.

Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilakukan setelah ditentukan sebab-sebab terjadinya kecelakaan dalam sistem atau proses produksi, sehingga dapat disusun rekomendasi cara, sehingga dapat disusun rekomendasi cara pengendalian kecelakaan kerja yang tepat. Pengendalian kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan antara lain :

1. Pendekatan Energi

Kecelakaan bermula karena adanya sumber energi yang mengalir mencapai penerima. Pendekatan energi untuk mengendalikan kecelakaan dilakukan melalui 3 titik, yaitu :

a. Pengendalian pada sumber bahaya

Bahaya sebagai sumber terjadinya kecelakaan dapat dikendalikan langsung pada sumbernya dengan melakukan pengendalian secara teknis atau administratif.

b. Pendekatan pada jalan energi

(62)

c. Pengendalian pada penerima

Pendekatan ini dilakukan melalui pengendalian terhadap penerima baik manusia, benda atau material. Pendekatan ini dapat dilakukan jika pengendalian pada sumber atau jalannya energi tidak dapat dilakukan dengan efektif.

2. Pendekatan Manusia

Pendekatan secara manusia didasarkan hasil statistik yang menyatakan bahwa 85 % kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang tidak aman. Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3 dilakukan berbagai pendekatan dan program K3 antara lain:

a. Pembinaan dan Pelatihan b. Promosi K3 dan kampanye K3 c. Pembinaan Perilaku Aman d. Pengawasan dan Inspeksi K3 e. Audit K3

f. Komunikasi K3

g. Pengembangan prosedur kerja aman 3. Pendekatan Teknis

Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain :

(63)

b. Sistem pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah kecelakaan dalam pengoperasian alat atau instalasi.

4. Pendekatan Administratif

Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

a. Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan bahaya dapat dikurangi.

b. Penyediaan alat keselamatan kerja.

c. Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3. d. Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja.

5. Pendekatan Manajemen

Banyak kecelakaan yang disebabkan faktor manajemen yang tidak kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

a. Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). b. Mengembangkan organisasi K3 yang efektif.

(64)

2.10 Kerangka Konsep Penelitian

2.11 Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada hubungan antara pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan

Gambar

Gambar 4.1  Hierarki Penerapan Regulasi/GuidelineHealth, Environment , and Safety (HES) PT Chevron Pacific Indonesia
Tabel 4.1 Distribusi
Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Kontraktor Menurut Masa Kerja pada
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Objective of this research is to know relationship between behavior of occupational safety and health with work accident on workers at PT Aneka Adhilogam Karya,

Hubungan Faktor Penentu Perilaku Keselamatan Kerja Perawat dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Tertusuk Jarum Suntik pada Perawat di RSD dr.. Rumah sakit merupakan suatu

Berdasarkan hasil wawancara dengan SHEO PT PP (Persero) Tbk, dalam pembangunan proyek hotel Ibis ini, sudah diterapkan kebijakan untuk mencegah terjadinya

Penelitian ini berfokus pada pengetahuan pekerja tentang Hubungan Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada Tukang Las, sehingga

zero accident diharapkan mampu meminimalisasikan resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja karena kondisi pekerja yang sehat berdampak pada produksi kerja yang baik dari

Hasil uji statistik menggunakan Chi- square didapatkan hasil p value = 0,200 &gt; α = 0,05 hal ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan keaktifan

PT Jamsostek: melakukan sosialisasi penerapan SMK3, menganalisis kasus kecelakaan kerja, membantu (meringankan) dalam penyediaan alat pelindung diri, penyebaran informasi SMK3

Hasil uji hubungan menggunakan Pearson’s Chi-Square Ha ditolak, sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dengan kejadian kecelakaan kerja Pekerja