• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA TUKANG LAS DI KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA TUKANG LAS DI KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)HUBUNGAN PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA TUKANG LAS DI KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2018. SKRIPSI. Oleh: SITI ZAHARA NIM : 141000040. FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018. Universitas Sumatera Utara.

(2) HUBUNGAN PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA TUKANG LAS DI KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2018. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Oleh: SITI ZAHARA NIM : 141000040. FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018. Universitas Sumatera Utara.

(3) Universitas Sumatera Utara.

(4) HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA TUKANG LAS DI KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.. Medan, Agustus 2018. Siti Zahara. ii. Universitas Sumatera Utara.

(5) ABSTRAK. Usaha pengelasan merupakan salah satu sektor informal yang mempunyai bahaya dan risiko yang tinggi. Jenis kecelakaan yang sering terjadi pada pekerja di bengkel Las Kecamatan Medan Kota Tahun 2018 yaitu luka bakar. Hal ini di karenakan kurangnya pengetahuan pekerja akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Kecelakaan Kerja pada Tukang Las di Kecamatan Medan Kota Tahun 2018. Penelitian menggunakan survei analitik dengan rancangan cross sectional yang Populasinya adalah pekerja las yang bekerja di bengkel las Jalan Mahkamah Medan Kecamatan Medan Kota Tahun 2018 berjumlah 30 orang, dan sampel dengan teknik total populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner dan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya Hubungan Pengetahuan K3 dengan Kecelakaan Kerja pada Tukang Las di Kecamatan Medan Kota Tahun 2018 dengan hasil p-value yaitu 0,009, dengan demikian disarankan agar pemilik bengkel las dapat menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) dan membuat peraturan serta sanksi apabila pekerja tidak memakai APD tersebut, diharapkan agar pemilik bengkel las dapat melakukan pengawasan saat bekerja, pekerja las lebih meningkatkan pengetahuan tentang sumber-sumber bahaya di tempat kerja serta meningkatkan kesadaran tentang pentingnya penggunaan APD sehingga dapat terhindar dari Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja.. Kata kunci : Kecelakaan Kerja, Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. iii. Universitas Sumatera Utara.

(6) ABSTRACT. Welding business is one of the informal sector which has a high dangerous risk. the common accidents that often occurs to the workers in welding garage in district Medan city on 2018 is burns. This is because of the lack of information about the importance of Occupational Health and Safety at Work (K3). The purpose of this research aims to determine the relationship between Knowledge of Occupational Health and Safety (K3) with Work Accidents in Welders in Medan Kota District in 2018. This research is about analitical survey with cross sectional design which aim to find out the relation between K3 with work accident on welders at district Medan City on 2018, totaling 30 people, and samples with total population technic. Data collection was done by distributing questionnaires and using univariate and bivariate analitical. The results of this research indicate that there is a Knowledge of K3 relationship with Work Accident in Welder in district Medan city on 2018 with a p-value result of 0.009, Therefore, it is recommend thus it is recommended that the welding workshop owner can provide Personal Protective Equipment (APD) and make regulations and sanctions if the worker does not use the APD. It is expected that the welding workshop owners can carry out supervision while working, welding workers further enhance their knowledge of the sources of hazards in the workplace and increase awareness about the importance of using APD so that they can avoid work accidents and occupational diseases.. Key word : Accident at Work, Knowledge of Occupational Health and Safety. iv. Universitas Sumatera Utara.

(7) KATA PENGANTAR. Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat taufiq dan hidayah-Nya sehingga Skripsi dengan judul “HUBUNGAN PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA TUKANG LAS DI KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2018” ini dapat di selesaikan. Selama proses penyusunan Skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU dan selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 4. Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan mimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 5. Ir. Kalsum, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. v. Universitas Sumatera Utara.

(8) 6. Dr. Asfriyati, SKM. M.Kes, selaku Dosen Penasihat Akademik. 7. Para Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 8. Kepada orang tua saya terkasih Bapak dan Ibunda yang telah memberikan doa tanpa kenal waktu, semangat, nasihat, dukungan dan kasih sayang. 9. Sudarmanto, ST.MM selaku Kepala Lurah Kelurahan Mesjid yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian. 10. Masing-masing pemilik unit usaha pengelasan dan para Pekerja Bengkel Las di Jalan Mahkamah Medan Tahun 2018. 11. Rekan-rekan peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan seluruh temanteman di FKM USU. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih di perlukan kesempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kamampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan menambah pengetahuan Pekerja Las dalam hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja sehingga mengurangi tingkat Kecelakaan Kerja di tempat penelitian.. Medan,. Agustus 2018. Penulis. Siti Zahara. vi. Universitas Sumatera Utara.

(9) DAFTAR ISI. Halaman. HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... ABSTRAK .................................................................................................. ABSTRACT .................................................................................................. KATA PENGANTAR ..................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL ............................................................................................ DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... i ii iii iv v vii ix x xi xii. BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1 Latar Belakang................................................................................. 1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 1.4 Hipotesis .......................................................................................... 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 1 1 9 10 10 11. BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 2.1 Kecelakaan Kerja ............................................................................. 2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja.................................................. 2.1.2 Teori Kecelakaan Kerja .......................................................... 2.1.3 Penyebab Kecelakaan ............................................................. 2.1.4 Klasifikasi Kecelakaan Kerja ................................................. 2.1.5 Kerugian Karena Kecelakaan ................................................. 2.1.6 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ......................................... 2.1.7 Keselamatan Kerja.................................................................. 2.1.8 Kesehatan Kerja ...................................................................... 2.2 Pengetahuan ..................................................................................... 2.2.1 Pengertian Pengetahuan.......................................................... 2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan .................. 2.3 Kerangka Konsep .............................................................................. 12 12 12 13 15 19 23 26 28 30 31 31 33 34. BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 3.2.1 Lokasi Penelitian .................................................................... 3.2.2 Waktu Penelitian...................................................................... 35 35 35 35 35. vii. Universitas Sumatera Utara.

(10) 3.3 Populasi dan Sampel ......................................................................... 3.3.1 Populasi .................................................................................. 3.3.2 Sampel .................................................................................... 3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ................................................... 3.6 Metode Pengukuran .......................................................................... 3.6.1 Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja .................... 3.6.2 Kecelakaan Kerja .................................................................... 3.7 Metode Analisis Data ....................................................................... 35 35 36 36 37 37 37 38 38. BAB IV HASIL ............................................................................................... 4.1 Gambaran Umum Bengkel Las ........................................................ 4.2 Analisis Univariat ............................................................................. 4.2.1 Karakteristik Pekerja .............................................................. 4.2.2 Pengetahuan Pekerja .............................................................. 4.2.3 Pengetahuan Total ................................................................. 4.2.4 Kecelakaan Kerja ................................................................... 4.2.5 Jenis Kecelakaan..................................................................... 4.2.6 Penyebab Kecelakaan ............................................................. 4.2.7 Sifat Luka ............................................................................... 4.3 Analisis Bivariat .............................................................................. 4.3.1 Hubungan Pengetahuan K3 Dengan Kecelakaan Kerja ......... 40 40 41 41 43 46 46 47 47 48 48 48. BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 5.1 Karakteristik Responden .................................................................. 5.2 Pengetahuan Responden .................................................................. 5.2.1 Kecelakaan Kerja ................................................................... 5.3 Hubungan Pengetahuan K3 Dengan Kecelakaan Kerja ................... 50 50 50 52 53. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 56 6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 56 6.2 Saran ................................................................................................. 57 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58 LAMPIRAN. viii. Universitas Sumatera Utara.

(11) DAFTAR TABEL. Tabel 4.1 Jumlah Pekerja Berdasarkan Kelompok Umur Pada Pekerja Pengelasan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2018 ...................... 41. Tabel 4.2 Jumlah Pekerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Pekerja Pengelasan di Kecamatan Medan Kota Tahun 2018 ...................... 42. Tabel 4.3 Jumlah Pekerja Berdasarkan Masa Kerja Pada Pekerja Pengelasan di kecamatan Medan Kota Tahun 2018....................... 42. Tabel 4.4 Pengetahuan Pekerja Las Tentang Sumber-Sumber Bahaya di Tempat Kerja, Risiko Bahaya Serta Pencegahan Kecelakaan di Tempat Kerja .................................................................................. 43. Tabel 4.5 Pengetahuan Total Pekerja Las di Jalan Mahkamah Medan Tahun 2018..................................................................................... 46. Tabel 4.6 Tingkat Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Las di Jalan Mahkamah Medan Tahun 2018...................................................... 46. Tabel 4.7 Jenis Kecelakaan Kerja Pada Tukang Las di Jalan Mahkamah Medan Tahun 2018......................................................................... 47. Tabel 4.8 Penyebab Kecelakaan Kerja Pada Bengkel Las di Jalan Mahkamah Medan Tahun 2018...................................................... 47. Tabel 4.9 Sifat Luka Pada Pekerja Las di Jalan Mahkamah Medan Tahun 2018..................................................................................... 48. Tabel 4.10 Hubungan Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Las di Kecamatan Medan Kota Tahun 2018 ............................................. 48. ix. Universitas Sumatera Utara.

(12) DAFTAR GAMBAR Halaman Gamabar 2.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 34. x. Universitas Sumatera Utara.

(13) DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Master Data Lampiran 2. Output Hasil Uji Statistik Lampiran 3. Dokumentasi Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian Lampiran 6. Kuesioner Penelitian. xi. Universitas Sumatera Utara.

(14) RIWAYAT HIDUP PENULIS. Penulis bernama Siti Zahara dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1996 di Telaga Suka, Labuhan Bilik Sumatera Utara. Beragama Islam, anak pertama dari satu bersaudara dari pasangan Ayahanda Zuhri dan Ibunda Seriani, penulis bertempat tinggal di Jl. Panglima Ujung Dusun IV Desa Telaga Suka Kabupaten Labuhan Batu. Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan dasar di SDN 112222 Telaga Suka pada tahun 2002-2008, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Panai Tengah pada tahun 2009-2011, kemudian pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Panai Tengah pada tahun 2012-2014. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Pada Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).. xii. Universitas Sumatera Utara.

(15) BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Hakikat dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) meliputi dua hal, yaitu yang pertama sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal mungkin pada pekerja/buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, pengusaha, manager atau pekerja bebas di semua sektor kegiatan formal dan informal, sehingga tercapai kesejahteraan tenaga kerja, dan yang kedua sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas yang berlandaskan kepada perbaikan daya kerja dan produktivitas faktor manusia dalam produksi (Kalalo, 2016). Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak di duga semula dan tidak di kehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Syarat-syarat Keselamatan Kerja di tetapkan salah satu untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan dan termasuk di tempat kerja yang sedang dikerjakan (UU RI No. 1 Tahun 1970). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hak bagi pekerja yang berada dalam sektor formal maupun sektor informal, begitupun bagi tukang las. Tukang las sangat rentan sekali terhadap Kecelakaan Kerja. Hal ini di sebabkan oleh minimnya pengetahuan tentang K3. Keselamatan Las adalah pertimbangan yang sangat penting di dalam bidang pengelasan, pemotongan dan pekerjaan yang berhubungan dengan keduanya. Komponen yang paling penting dan efektif dalam. 1. Universitas Sumatera Utara.

(16) 2. K3 adalah kepemimpinan, dukungan, dan pengarahan. Pihak manajemen harus jelas dan obyektif serta menunjukkan komitmen dalam masalah K3 serta memberikan dukungan yang konsisten dengan memberikan latihan K3 (Jokosisworo, 2007). Pada perkembangan era industri yang bersifat global seperti sekarang ini, industri besar maupun industri kecil di hadapkan pada masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peralatan serta cara kerja di setiap organisasi baik perusahaan kearah penggunaan peralatan maupun cara kerja yang semakin canggih. Sumber Daya Manusia sebagai salah satu unsur dalam proses produksi di samping dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan diri juga diharapkan mewaspadai pemanfaatan unsur lainnya berupa peralatan kerja yang lebih di anggap canggih dan modern. Mekanisme cara-cara kerja dengan peralatan yang canggih tidak selalu membawa keuntungan dan kemudahan bagi pekerja melainkan tidak jarang juga membawa musibah, kecelakaan, penyakit dan bahkan kematian bagi penggunanya. Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari pekerjaan, apapun jenis pekerjaan selalu dilakukan dalam rangka memenuhi kehidupan sehari-hari, mulai dari pekerjaan beresiko rendah hingga beresiko tinggi. Disamping itu pemahaman dan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) masih kurang di perhatikan oleh pekerja formal maupun informal. Padahal faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat penting dan harus di perhatikan oleh pekerja hal ini menjadi tanggung jawab bersama, perlu adanya kerjasama antara pemerintah,. Universitas Sumatera Utara.

(17) 3. perusahaan dan pekerja agar terhindar dari kecelakaan akibat kerja (Salawati, 2015). Analisa kecelakaan memperlihatkan bahwa untuk setiap kecelakaan ada faktor penyebabnya. Sebab-sebab tersebut bersumber kepada alat-alat mekanik dan lingkungan serta kepada manusianya sendiri. Untuk mencegah kecelakaan, penyebab-penyebab ini harus dihilangkan. 85% dari sebab-sebab kecelakaan adalah faktor manusia. Maka dari itu usaha-usaha keselamatan selain ditujukan kepada teknik mekanik juga harus memperhatikan secara khusus aspek manusiawi (Suma’mur, 2013). Dalam hal ini, pengetahuan dan penggairahan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) kepada tenaga kerja merupakan saran penting. Kecelakaan kerja pada pekerja las umumnya di sebabkan karena kurang hati-hati pada pengerjaan las, pemakaian alat pelindung diri yang kurang benar, pengaturan lingkungan yang tidak tepat. Untuk menghindari kecelakaan tersebut diperlukan adanya pengetahuan yang baik terhadap pemakaian alat pelindung diri dan mengetahui tindakan-tindakan yang bisa menyebabkan faktor-faktor terjadinya kecelakaan kerja. Adapun kejadian kecelakaan kerja yang terjadi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pada tukang las yaitu tertusuk, tergores oleh benda tajam saat menggunakan mesin, terkena percikan api pada saat menggerinda plat besi, terjadinya peledakan gas akibat kalalaian pekerja terhadap pemeriksaan tabung karbondioksida, pengaturan besar kecilnya tegangan/arus listrik. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi. Universitas Sumatera Utara.

(18) 4. melalui panca indera manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini berfokus pada pengetahuan pekerja tentang Hubungan Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada Tukang Las, sehingga dapat diartikan bahwa pengetahuan pekerja adalah segala sesuatu yang diketahui dan dipahami oleh pekerja tentang hal-hal yang berkaitan dengan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), kecelakaan kerja, pengetahuan tentang faktor risiko kecelakaan kerja, penyebab kecelakaan kerja, akibat adanya kecelakaan kerja, upaya pencegahan kecelakaan kerja, dan faktor lainnya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Bengkel las merupakan salah satu tempat kerja informal yang berisiko untuk terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Selama proses pengelasan akan timbul radiasi dari sinar ultraviolet yang mengakibatkan kelelahan pada mata, penglihatan kabur, foto fobia, konjungtiva kemotik, kekeruhan pada lensa, katarak dan mata terasa sakit. Kejadian trauma pada pekerja las juga sering terjadi seperti trauma mekanik yang bisa melukai palpebra, sistem lakrimalis, laserasi konjungtiva, erosi kornea, trauma fisik seperti luka bakar dan luka akibat radiasi (Salawati, 2015). Bengkel las merupakan bengkel yang melayani konstruksi besi dan sejenisnya, biasanya berupa pagar/pintu besi, teralis pengaman/teralis jendela, tangga, canopi, rangka atap dan lain-lain. Banyak pekerja las selama ini hanya memperoleh pelayanan kesehatan secara umum, namun belum di kaitkan dengan pekerjaannya. Pada umumnya fasilitas pelayanan Keselamatan dan Kesehatan. Universitas Sumatera Utara.

(19) 5. Kerja lebih banyak dinikmati oleh tenaga kerja yang bekerja pada industri berskala besar. Pada industri berskala kecil dan menengah, fasilitas pelayanan kesehatan kerja masih bersifat parsial dan mungkin tidak ada sama sekali. Upaya kesehatan kerja merupakan upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri, maupun masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Berdasarkan data Jamsostek angka kecelakaan kerja cenderung meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2010 terdapat 98.711 kasus, tahun 2011 terdapat 99.491 kasus, tahun 2012 terdapat 103.074 kasus, tahun 2014 terdapat 103.283 kasus kecelakaan kerja. Menurut data yang didapat dari BPJS Ketenagakerjaan jumlah kecelakaan kerja pada tahun 2016 mencapai rata-rata 226 kasus perhari. Dari jumlah kasus tersebut, diantaranya setiap hari ada 20 orang yang mengalami cacat, 7 orang meninggal dunia dan 1 orang cacat total. Sedangkan data BPJS Ketenagakerjaan hingga 30 oktober 2017, terjadi kecelakaan kerja sebanyak 88.000 kasus atau ratarata 303 kasus perbulan. Untuk wilayah Sumatera Utara dengan jumlah peserta BPJS Ketenagakerjaan 1,1 juta lebih, terdapat 6.217 kasus pada tahun 2017. OSHA (Occupational Safety and Health Administration) telah melakukan penelitian dimana menyatakan bahwa telah terjadi 200 kasus kematian yang berhubungan dengan kegiatan pengelasan pada umumnya di sebabkan karena kurangnya kehati-hatian, cara memakai alat yang salah. Pemakaian pelindung diri. Universitas Sumatera Utara.

(20) 6. yang kurang baik dan kesalahan-kesalahan lainnya (Agung Budiyanto dan Ismail, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kalalo (2016) menyatakan bahwa terdapat Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja, dimana dari 17 responden yang pengetahuannya baik, sebanyak 10 responden (58,8%) pernah mengalami kecelakaan kerja dalam kurun waktu 6 bulan terakhir, sedangkan dari 33 responden yang pengetahuannya kurang, ada 33 responden (100%) pula yang pernah mengalami kecelakaan kerja dalam kurun waktu 6 bulan terakhir. Selanjutnya, menurut penelitian yang dilakukan oleh Adhiwijaya (2014) diketahui bahwa ada Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Risiko Kecelakaan Kerja, dengan responden yang berpengetahuan baik yaitu 32 responden (61,5%) dimana 12 responden (23,1%) tidak mengalami risiko kecelakaan kerja, sedangkan 20 responden (38,5%) yang berpengetahuan kurang dimana 3 responden (5,8%) pernah mengalami risiko kecelakaan kerja. Liza Salawati (2009) juga menyatakan dalam penelitiannya bahwa Ada Hubungan Pengetahuan Pekerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja. Paling banyak responden yang berpengetahuan kurang yaitu berjumlah 12 responden dimana 11 orang (91,7%) pernah mengalami kecelakaan kerja sedangkan 11 responden yang berpengetahuan baik sebanyak 6 orang (54,5%) tidak pernah mengalami kecelakaan kerja. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Green yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam memotivasi seseorang. Universitas Sumatera Utara.

(21) 7. dalam bertindak. Perilaku seseorang yang di dasari pengetahuan akan lebih bersifat bertahan lama daripada perilaku seseorang tanpa di dasari pengetahuan. Semakin positif perilaku yang dilakukannya akan mampu menghindari kejadian yang tidak diinginkan (Siregar, 2014). Pekerja yang memiliki pengetahuan tinggi akan mampu membedakan dan mengetahui bahaya disekitarnya serta dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang ada karena mereka sadar akan risiko yang di terima, sehingga kecelakaan kerja dapat di hindari. Pekerja yang memiliki pengetahuan tinggi akan berusaha menghindari kecelakaan ringan karena mereka sadar bahwa kecelakaan ringan akan menyebabkan kecelakaan kerja yang lebih parah. Jika pekerja memiliki pengetahuan yang baik maka mereka akan bertindak positif dan berusaha untuk menghindari kecelakaan kerja. Sebaliknya pekerja yang memiliki pengetahuan rendah akan cenderung mengabaikan bahaya disekitarnya dan tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur karena ketidaktahuan akan risiko yang diterima. Pekerja yang memiliki pengetahuan K3 yang rendah akan cenderung bekerja terburu-buru dan hanya ingin menyelesaikan pekerjaan dengan cepat guna menghemat waktu dan waktu istirahat menjadi lebih cepat. Hal ini di karenakan ketidaktahuan dan ketidaksadaran pekerja akan pentingnya prosedur dan peraturan dalam bekerja guna melindungi pekerja itu sendiri. Oleh karena itu pengetahuan pekerja yang rendah akan K3 dapat menimbulkan kecelakaan ringan dan kecelakaan kerja yang lebih parah (Kalalo, 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prasetia (2007) pada 21 tenaga pengelas di 10 bengkel las menunjukkan bahwa kecelakaan kerja yang. Universitas Sumatera Utara.

(22) 8. pernah mereka alami diantaranya adalah terpukul, tertusuk, dan tergores pada waktu pemotongan bahan, perakitan, penggerindaan, dan pengamplasan. Selain itu 8 pekerja mengeluh mata merah, pedih, pandangan menjadi gelap dalam waktu tertentu, 9 pekerja mengalami kulit wajah terasa terbakar serta kulit wajah mengelupas. Bengkel las yang terletak di sepanjang Jalan Mahkamah Medan tepatnya di Kelurahan Mesjid, kecamatan Medan Kota secara umum mereka melayani segala kegiatan yang menggunakan besi di dalamnya, seperti pembuatan pagar, gerbang, mainan anak seperti ayunan, dan bentuk lain. Rata-rata waktu kerja di mulai pukul 08.00 hingga pukul 17.00 dan jumlah tersebut dapat bertambah bergantung pada banyaknya pesanan. Jumlah bengkel yang banyak dengan ratarata pekerja 5 orang setiap bengkelnya dan jarak setiap bengkel pun tidak terlalu jauh. Dalam kerjanya, para pekerja umunya hanya menggunakan alat pelindung mata, tangan dan kaki saja dan itupun masih beberapa orang pekerja saja yang menggunakannya. Seharusnya alat pelindung diri di bengkel las meliputi kacamata las, helm pelindung, alat pelindung telinga, baju dan celana panjang, sarung tangan dan sepatu. Kegiatan yang di lakukan di bengkel las pada umumnya meliputi pengelasan (penyambungan besi),pembubutan, pemotongan, penghalusan dan pengecatan. Dalam kegiatan itu melibatkan mesin gerinda lengan (anggel gerinder), gerinda duduk, las karbit yang menggunakan asitelin dan cat dengan berbagai jenis. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada 5 bengkel las, yaitu Bengkel Las & konstruksi Karya Sepakat, Bengkel Las & Konstruksi Usaha Baru,. Universitas Sumatera Utara.

(23) 9. Bengkel Las & Konstruksi Sandro, Bengkel Las & Konstruksi Bonapasogit, Bengkel Las & Konstruksi Bahari. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada 10 pengelas di kelima bengkel tersebut, ditemukan bahwa 8 dari 10 pekerja mengalami kecelakaan kerja seperti luka bakar, terkena, terjadi ledakan saat bekerja, pekerja juga mengatakan bahwa selama mereka bekerja di tempat tersebut tidak pernah ada pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja tersebut, Alat Pelindung Diri (APD) tidak disediakan oleh pemilik bengkel, sehingga tidak adanya kesadaran tentang pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi pekerja. Berdasarkan hal di atas maka perlu dilakukan kajian penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kecelakaan Kerja pada Tukang Las di Kecamatan Medan Kota Tahun 2018. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan. latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan. penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kecelakaan Kerja Pada Tukang Las di Kecamatan Medan Kota Tahun 2018”. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Antara Pengetahuan Keselamatan dan. Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Tukang Las di Jalan Mahkamah Medan Kelurahan Masjid Kecamatan Medan Kota Tahun 2018.. Universitas Sumatera Utara.

(24) 10. 1.3.2 1.. Tujuan Khusus. Untuk mengidentifikasi karakteristik tenaga kerja berdasarkan (umur, pendidikan, masa kerja).. 2.. Untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya di Bengkel Las Jalan Mahkamah Medan Kelurahan Masjid Kecamatan Medan Kota Tahun 2018.. 3.. Untuk mengidentifikasi risiko bahaya di Bengkel Las Jalan Mahkamah Medan Kelurahan Masjid Kecamatan Medan Kota Tahun 2018.. 4.. Untuk mengidentifikasi pencegahan kecelakaan di Bengkel Las Jalan Mahkamah Medan Kelurahan Masjid Kecamatan Medan Kota Tahun 2018.. 1.4 Hipotesis Berdasarkan permasalahan penelitian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu : Ada Hubungan Antara Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kecelakaan Kerja Pada Tukang Las di Kecamatan Medan Kota Tahun 2018.. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Teoritis Diharapkan agar penelitian ini dapat di jadikan sebagai pembuktian teori. bahwa pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai Hubungan Terhadap Kecelakaan Kerja Pada Tukang Las di Kecamatan Medan Kota Tahun 2018.. Universitas Sumatera Utara.

(25) 11. 1.5.2. Manfaat Aplikatif 1.. Menambah pengetahuan pada pekerja sehingga kecelakaan kerja tidak terulang kembali di tempat kerja.. 2.. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi kontribusi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan bagi peneliti-peneliti lainnya yang hendak meneliti masalah ini di masa yang akan datang.. Universitas Sumatera Utara.

(26) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 2.1.1. Kecelakaan Kerja Pengertian Kecelakaan Kerja Menurut Suma’mur (2013) Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga. dan tidak diharapkan. Tidak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan Akibat Kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi di karenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu : Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan. Terdapat tiga kelompok kecelakaan : 1. Kecelakaan akibat kerja di perusahaan/industri. 2. Kecelakaan lalu lintas. 3. Kecelakaan di rumah. Kecelakaan adalah sebuah kejadian tidak terduga yang menyebabkan cedera atau kerusakan (Sandewa, 2014). Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak di duga semula dan tidak di kehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda (Depnaker, 1999).. 12. Universitas Sumatera Utara.

(27) 13. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya sehingga menghasilkan cedera yang riil. Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus di teliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang di tujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali (Suma’mur, 2009). Berdasarkan UU RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Kecelakaan Kerja adalah suatu kejadian yang tidak di duga semula dan tidak di kehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan menurut UU RI No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. 2.1.2 Teori Kecelakaan Kerja Teori kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak di inginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta milik atau kerugian waktu. Salah satu teori yang berkembang untuk menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja menurut H.W. Heinrich (1980) yang di kenal sebagai teori Domino Heinrich. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan, yaitu: (1) kondisi kerja, (2) kelalaian. Universitas Sumatera Utara.

(28) 14. manusia, (3) tindakan tidak aman, (4) kecelakaan, dan (5) cedera. Kelima faktor ini tersusun seperti kartu domino yang diberdirikan. Jika satu kartu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama. Ilustrasi ini mirip dengan efek domino, jika satu bangunan roboh, kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan lain. Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman yang merupakan poin ketiga dari lima faktor penyebab kecelakaan yang menyumbang 98% terhadap penyebab kecelakaan. Jika di analogikan dengan kartu domino, maka jika kartu nomor 3 tidak ada lagi, seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya semua kartu. Dengan adanya jarak antara kartu kedua dengan kartu keempat, maka ketika kartu kedua terjatuh tidak akan sampai menimpa kartu nomor 4. Akhirnya kecelakaan pada poin 4 dan cedera pada poin 5 dapat dicegah. Teori Frank E. Bird Petersen (1985) mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak di kehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas atau struktur. Teori ini memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan teori manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan, antara lain : a. Manajemen kurang control. b. Sumber penyebab utama. c. Gejala penyebab langsung. d. Kontak peristiwa.. Universitas Sumatera Utara.

(29) 15. e. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda).. 2.1.3 Penyebab Kecelakaan Dalam setiap kegiatan manusia selalu terdapat kemungkinan terjadi kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan atau industri tidaklah terjadi begitu saja tetapi ada faktor penyebabnya. Kecelakaan kerja yang terjadi Suma’mur (2009) di sebabkan oleh dua faktor, yaitu: 1. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat pelindung tidak dipakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula di kelompokkan menurut keperluan dengan suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan manual (tangan), menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan kematian di karenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi maupun di tempat datar. Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan di sini terletak. pada rencana tempat kerja, cara. menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu,. Universitas Sumatera Utara.

(30) 16. keadaan lembab yang tinggi. sehingga orang merasa tidak enak kerja.. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat. 2. Faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin kerja, perbuatanperbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang di sebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit. Diperkirakan 85% dari kecelakaan kerja yang terjadi di sebabkan oleh faktor manusia. Hal ini di karenakan pekerja itu sendiri (manusia) yang tidak memenuhi Keselamatan seperti lengah, ceroboh, mengantuk, lelah dan sebagainya. Menurut Daryanto (2016), ada dua penyebab kecelakaan, yaitu kecerobohan pekerja dan kondisi tidak aman. Seseorang yang terluka tidak selalu di akibatkan karena kecelakaan. kecelakaan di tempat kerja di sebabkan oleh beberapa orang yang lalai dalam bekerja. Berikut beberapa contoh sikap kerja yang tidak memperhatikan Keselamatan Kerja : 1. Pemakaian peralatan tanpa mendapatkan pelatihan yang tepat tentang penggunaannya.. Universitas Sumatera Utara.

(31) 17. 2. Penggunaan alat atau perlengkapan dengan cara yang salah. 3. Lalai menggunakan perlengkapan pelindung diri seperti sarung tangan, masker, tameng dan pelindung dada. 4. Bermain-main di dalam ruang kerja atau bengkel. 5. Terburu-buru dan membiarkan bahaya kecil terjadi di bengkel. 6. Kekacauan pekerjaan atau membiarkan diri anda dalam kebingungan. Adapun contoh kondisi yang tidak aman untuk bekerja sebagai berikut: 1.. Kurangnya instruksi dengan metode yang aman.. 2.. Kurangnya latihan.. 3.. Pakaian yang tidak sesuai untuk bekerja.. 4.. Fisik yang kurang baik seperti mata rabun atau pendengaran berkurang.. 5.. Rambut panjang bekerja di dekat mesin yang berputar.. 6.. Kurangnya penjagaan keamanan pada mesin. Menurut W.H. Heinrich pada dasarnya Kecelakaan Kerja di sebabkan oleh. dua faktor utama yaitu : unsafe actions (tindakan tidak anam) dan unsafe condition (keadaan tidak aman), dimana sebagian besar kecelakaan di sebabkan oleh unsafe conditions. 1. Unsafe actions (tindakan tidak aman) adalah suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan kerja yang memberikan peluang terhadap terjadinya kecelakaan. Contoh unsafe actions : a. Mengerjakan pekerjaan yang bukan tugasnya/tanpa perintah. b. Membuat alat pengaman yang bukan tugasnya. c. Menjalankan mesin dengan kecepatan yang membahayakan.. Universitas Sumatera Utara.

(32) 18. d. Kurang pengetahuan dan keterampilan. e. Tidak memakai/salah memakai Alat Pelindung Diri. f. Kesalahan memberikan peringatan atau keamanan. g. Memakai peralatan yang rusak. h. Menggunakan peralatan yang tidak memadai/sesuai. i. Pembebanan/penempatan yang salah. j. Mengangkat dengan cara yang salah. k. Posisi kerja yang tidak sesuai. l. Memperbaiki peralatan yang sedang bergerak. m. Bekerja sambil berkelakar/becanda. n. Bekerja tidak konsentrasi. o. Meminum minuman keras (alkohol) dan menggunakan obat-obat terlarang. p. Cacat tubuh yang tidak kentara. q. Kelelahan dan kelesuaan. 2. Unsafe conditions (keadaan tidak aman) adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat langsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Contoh unsafe conditions : a. Mesin tidak di beri pagar pengaman. b. Pagar pengaman tidak berfungsi. c. Kerusakan alat, peralatan dan substansi/bahan baku yang digunakan. d. Disain dan konstruksi bangunan /tempat kerja yang tidak betul. e. Ventilasi yang tidak memenuhi syarat.. Universitas Sumatera Utara.

(33) 19. f. Tidak ada/tidak memadai sistem tanda-tanda/syarat-syarat. Peringatanperingatan (warning sistem) keselamatan di tempat kerja atau pada peralatan yang digunakan. g. Bahaya kebakaran dan peledakan. h. Kemacetan alat/peralatan yang digunakan. i. Pemeliharaan kebersihan (house keeping) di bawah standart/ tidak memadai. j. Kondisi lingkungan (panas, bising, pencahayaan, atau ventilasi tidak memadai, debu, gas, radiasi, uap). k. Cara penyimpanan yang berbahaya. l. Tidak ada prosedur operasional kerja. m. Adanya pemakaian bahan-bahan yang mudah terbakar, mudah meledak, toksik, dan iritasi. n. Tata letak (lay out) area kerja yang tidak baik. 2.1.4 Klasifikasi Kecelakaan Kerja Klasifikasi kecelakaan kerja menurut organisasi perburuhan internasional (ILO) tahun 1962 dalam Suma’mur (1987) sebagai berikut : 1.. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan a. Terjatuh. b. Tertimpa benda jatuh. c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh. d. Terjepit oleh benda. e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan. f. Pengaruh suhu tinggi.. Universitas Sumatera Utara.

(34) 20. g. Terkena arus listrik. h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi. i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut. 2. Klasifikasi Menurut Penyebab A. Mesin 1. Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik. 2. Mesin penyalur. 3. Mesin-mesin untuk mengerjakan logam. 4. Mesin-mesin pengolah kayu. 5. Mesin-mesin pertanian. 6. Mesin-mesin pertambangan. 7. Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut. 21. B. Alat angkut dan alat angkat 1. Mesin angkat dan peralatannya. 2. Alat angkutan diatas rel. 3. Alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api. 4. Alat angkutan udara. 5. Alat angkutan air. 6. Alat-alat angkutan lain. 7. Peralatan Lain a. Bejana bertekanan.. Universitas Sumatera Utara.

(35) 21. b. Dapur pembakar dan pemanas. c. Instalasi pendingin. d. Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat listrik (tangan). e. Alat-alat listrik (tangan). f. Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik. g. Tangga. h. Perancah. i. Peralatan lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut. C. Bahan-bahan, Zat-zat dan Radiasi 1.. Bahan peledak.. 2.. Debu, gas cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak.. 3.. Benda-benda melayang.. 4.. Radiasi.. 5.. Bahan-bahan, zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut.. D. Lingkungan Kerja 1.. Di luar bangunan.. 2.. Di dalam bangunan.. 3.. Di bawah tanah.. E. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut : 1. Hewan. 2. Penyebab lain 3. Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan :. Universitas Sumatera Utara.

(36) 22. a. Patah tulang. b. Dislokasi/keseleo. c. Regang otot/urat. d. Memar dan luka dalam yang lain. e. Amputasi. f. Luka di permukaan. g. Gegar dan remuk. h. Luka bakar. i. Keracunan-keracunan mendadak. j. Akibat cuaca, dan lain-lain. k. Mati lemas. l. Pengaruh arus listrik. m. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya. 4. Klasifikasi Menurut Letak Kelainan atau Luka di Tubuh 1. Kepala. 2. Leher. 3. Badan. 4. Anggota atas. 5. Anggota bawah. 6. Banyak tempat. 7. Kelainan umum.. Universitas Sumatera Utara.

(37) 23. 2.1.5 Kerugian oleh Karena Kecelakaan Setiap kejadian kecelakaan kerja pasti akan menimbulkan kerugian baik tenaga kerja, keluarga, pemilik perusahaan/industri maupun masyarakat (masyarakat industri, masyarakat konsumen, dan masyarakat sekitar industri). Besar kecilnya kerugian tergantung daripada keadaan kecelakaan yang terjadi. Bisa saja suatu keadaan kecelakaan kerja hanya menimbulkan “nyaris kecelakaan” (near missaccident) yang tidak menimbulkan kerugian ekonomis tetapi mungkin kerugian non ekonomis, atau cidera bahkan kematian, di samping kerusakan atau musnahnya profesi menimbulkan kerugian bersifat ekonomis maupun non ekonomis. Adapun Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja Yaitu : 1. Kerugian Non Ekonomis A. Aspek Manusia 1. Terhadap Tenaga Kerja a. Penderitaan fisik berupa : cidera, luka ringan tanpa cacat, luka di sertai cacat sementara, cacat selama-lamanya tanpa memerlukan bantuan orang lain, cacat selama-lamanya. dengan. memerlukan. bantuan. orang. lain,. korban. jiwa/meninggal. b. Menurunnya moral kerja : timbul kekhawatiran, ketakutan akan kemungkinan terulangnya kejadian kecelakaan serupa. 2. Terhadap di luar tenaga kerja, yaitu : penderitaan akibat kehilangan orang tua, anak, dan orang yang dicinta.. Universitas Sumatera Utara.

(38) 24. 3. Terhadap manajemen, yaitu : bertambahnya beban tanggung jawab dalam pengoperasian perusahaan. B. Aspek Lingkungan, yaitu tergantung dari besar dan luas serta jenis kecelakaan tersebut akan menimbulkan dampak : 1. Pencemaran lingkungan. 2. Gangguan terhadap kehidupan masyarakat sekitarnya. 1. Kerugian Ekonomis A. Biaya Langsung 1. Biaya Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3k). 2. Biaya pengobatan. 3. Biaya perawatan. 4. Biaya dokter. 5. Biaya transportasi. 6. Upah selama pekerja tidak mampu bekerja. 7. Santunan kompensasi (ganti upah) cacat. B. Biaya Tidak Langsung 1. Kerugian akibat hilangnya waktu dari : a. Tenaga kerja yang mengalami kecelakaan. b. Rekan kerja yang memberi perhatian dan simpati pada saat kejadian, rekanrekan kerja yang membantu melibatkan diri menangani kecelakaan. c. Petugas P3K.. Universitas Sumatera Utara.

(39) 25. d. Suvervisor/pimpinan lainnya untuk membantu tenaga kerja yang cidera, menyelidiki penyebab kecelakaan, mengatur proses produksi, dan lain-lain sesuai tugasnya. 2. Biaya (upah) yang dibayarkan selama waktu kerja yang hilang karena cidera. 3. Biaya (upah) tenaga kerja pengganti. 4. Menurunnya output (produktivitas) tenaga kerja yang cidera. 5. Bertambahnya waktu dan biaya pekerjaan/pengurusan administrasi asuransi. 6. Dampak ekonomi terhadap keluarga korban. 7. Biaya pelatihan tenaga kerja baru. 8. Biaya perbaikan/penggantian harta benda. 9. Kerugian akibat terganggunya prodiktivitas/kelambatan aktivitas pekerjaan, sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi order pada waktunya. 10. Kerugian akibat berhenti sementara atau total tidak beroperasinya perusahaan akibat adanya kerusakan (perbaikan) atau penggantian profesi. 11. Kerugian akibat hilangnya jasa yang diberikan, prestise dan citra perusahaan. Korban kecelakaan kerja mengeluh dan menderita, sedangkan sesama pekerja ikut bersedih dan berduka cita. Kecelakaan sering kali di sertai terjadinya luka, kelainan tubuh, cacat bahkan juga kematian. Gangguan terhadap pekerja demikian adalah suatu kerugian besar bagi pekerja dan juga keluarganya serta perusahaan tempat ia bekerja. Tiap kecelakaan merupakan suatu kerugian yang antara lain tergambar dari pengeluaran dan besarnya biaya kecelakaan. Biaya yang dikeluarkan akibat terjadinya kecelakaan seringkali sangat besar, padahal biaya tersebut bukan. Universitas Sumatera Utara.

(40) 26. semata-mata beban suatu perusahaan melainkan juga beban masyarakat dan negara secara keseluruhan. Biaya ini dapat di bagi menjadi biaya langsung meliputi biaya atas P3K, pengobatan, perawatan, biaya angkutan, upah selama tidak mampu bekerja, kompensasi cacat, biaya atas kerusakan bahan, perlengkapan, peralatan, mesin dan biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu pasca kecelakaan terjadi, seperti berhentinya operasi perusahaan oleh karena pekerja lainnya menolong korban, biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang ditimpa kecelakaan dan sedang sakit serta berada dalam perawatan dengan orang baru yang belum biasa bekerja pada pekerjaan di tempat terjadinya kecelakaan (Suma’mur, 2009). 2.1.6 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.6.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja mulai menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak Tahun 1970. UU RI No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja yang dikeluarkan sebagai upaya awal pemerintah dalam menggalakkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur menurut Mangkunegara dalam Silalahi (2011). Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang diaplikasikan dalam suatu lingkungan unit yang terbatas.. Universitas Sumatera Utara.

(41) 27. Perhatian utama preventif, promotif, tanpa meninggalkan tindakan kuratif pada Penyakit Akibat Kerja (Aditama, 2002). Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang di sebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Menurut America Society of safety and Engineering (ASSE), Keselamatan dan Kesehatan Kerja di artikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat di filosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya manusia dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak dapat di pisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri (Widayana, 2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat di artikan sebagai kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja (Yuli, 2005).. Universitas Sumatera Utara.

(42) 28. Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan upaya preventif, yang kegiatan utamanya adalah identifikasi, substitusi, eliminasi, evaluasi, dan pengendalian risiko dan bahaya (Notoatmodjo, 2007). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada hakekatnya merupakan suatu pengetahuan yang berkaitan dengan dua kegiatan. Kegiatan pertama berkaitan dengan upaya keselamatan terhadap keberadaan tenaga kerja yang sedang bekerja. Kegiatan kedua berkaitan dengan kondisi kesehatan sebagai akibat adanya Penyakit Akibat Kerja (Suardi, 2005). 2.1.7 Keselamatan Kerja 2.1.7.1 Pengertian Keselamatan Kerja Keselamatan Kerja atau dalam bahasa inggris “work safety” mempunyai fungsi mencegah kecelakaan di tempat tenaga kerja melakukan pekerjaan. Arti dan tujuan Keselamatan Kerja dapat diterangkan dalam perumusan sebagai berikut : “menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rokhaniah, manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya”. Keselamatan Kerja mempunyai sasaran terperinci sebagai berikut : 1. Mencegah terjadinya kecelakaan. 2. Mencegah timbulnya penyakit akibat/pekerjaan. 3. Mencegah/mengurangi kematian. 4.. Mencegah/mengurangi cacat tetap.. Universitas Sumatera Utara.

(43) 29. 5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunanbangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi dan sebagainya. 6. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin kehidupan produktifnya. 7. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat dan sumber-sumber produksi lainnya sewaktu kerja dan sebagainya. 8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman, dan aman sehingga dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja. 9. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, industri, serta pembangunan (Harun, 1980). Keselamatan Kerja adalah pelajaran yang harus di ketahui oleh para pemilik bengkel, pekerja bengkel, pelajar dan mahasiswa jurusan teknik mesin/otomotif, serta instruksi teknik mobil. Tujuannya agar selamat selama bekerja. Bagaimanapun juga, langkah kerja harus dilakukan dengan benar sehingga keselamatan dalam bekerja tetap terjaga (Daryanto, 2016 ). Keselamatan Kerja adalah Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan Kerja bersasaran segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara. Tempat-tempat kerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa, dan lain-lain. Keselamatan kerja menyangkut segenap. Universitas Sumatera Utara.

(44) 30. proses produksi dan distribusi, baik barang, maupun jasa. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan Kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masyarakat pada umumnya. Keselamatan Kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja (suma’mur P.k, 2013). Keselamatan Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan manusia baik jasmani maupun rohani serta karya dan budayanya yang tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya (Suardi, 2005). 2.1.8 Kesehatan Kerja 2.1.8.1 Pengertian Kesehatan Kerja Kesehatan adalah faktor sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik pula. Sebaliknya keadaan sakit atau gangguan kesehatan menyebabkan tenaga kerja tidak atau kurang produktif dalam melakukan pekerjaannya. Kesehatan Kerja adalah ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam keseimbangan yang mantap antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja, serta terlindung dari penyakit yang di sebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Kesehatan kerja memiliki sifat medis dan sasarannya adalah tenaga kerja (pekerja) (Suma’mur, 2009).. Universitas Sumatera Utara.

(45) 31. 2.2 Pengetahuan 2.2.1 Pengertian Pengetahuan Menurut Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran, dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses usaha dari manusia untuk tahu. Menurut Green (2005) pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam memotivasi seseorang dalam bertindak. Perilaku seseorang yang di dasari pengetahuan akan lebih bersifat bertahan lama daripada perilaku seseorang tanpa di dasari pengetahuan. Menurut ILO (1998) pengetahuan yaitu pemahaman pekerja mengenal tife-tife risiko yang terdapat di tempat kerja, sumber pajan dan faktor-faktor berbahaya yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan atau cedera, sesuai dengan tugasnya. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Penelitian ini berfokus pada pengetahuan pekerja tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Kecelakaan Kerja, sehingga dapat di artikan bahwa pengetahuan pekerja adalah segala sesuatu yang di ketahui dan di pahami oleh pekerja tentang hal-hal yang berkaitan dengan kecelakaan kerja misalnya pengetahuan tentang faktor risiko kecelakaan kerja,. Universitas Sumatera Utara.

(46) 32. penyebab kecelakaan kerja, akibat adanya kecelakaan kerja, upaya pencegahan kecelakaan kerja, dan faktor lainnya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Menurut Bloom, pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu : a. Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu . b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar. dapat. menyebutkan,. tetapi. orang. tersebut. harus. dapat. menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.. Universitas Sumatera Utara.

(47) 33. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen–komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. 2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Mubarak (2007) ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : 1. Pendidikan merupakan suatu bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. 2. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. 3. Umur, bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya bentuk lama dan timbulnya bentuk baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.. Universitas Sumatera Utara.

(48) 34. 4. Minat, merupakan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu yang diminatinya. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal yang diinginkan dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam ; 5. Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. 6. Kebudayaan lingkungan, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. 7. Informasi, kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. 2.3 Kerangka Konsep Variabel Bebas. Variabel Terikat. Pengetahuan Pekerja Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Kecelakaan Kerja. Gambar 2.1 Kerangka Konsep. Universitas Sumatera Utara.

(49) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana cara pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jalan Mahkamah Medan, Kelurahan Mesjid Kecamatan Medan kota Sumatera utara, di karenakan tukang las memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi, dan tidak. adanya pelatihan Keselamatan dan. Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja sehingga pengetahuan tentang K3 pada pekerja rendah, serta belum pernah ada penelitian mengenai hubungan penegetahuan K3 dengan kecelakaan kerja pada tukang las di tempat tersebut. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Agustus tahun 2018. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yaitu berjumlah 30 orang yang bekerja sebagai Tukang Las di Jalan Mahkamah Medan Kelurahan Mesjid Kecamatan Medan kota Sumatera Utara, yang terdiri dari : Bengkel Las & konstruksi Usaha Baru berjumlah 5 orang, Bengkel Las & Konstruksi Karya. 35. Universitas Sumatera Utara.

(50) 36. Sepakat berjumlah 9 orang, Bengkel Las & Konstruksi Sandro berjumlah 6 orang, Bengkel Las & konstruksi Bonapasogit berjumlah 5 orang, Bengkel Las & Konstruksi Bahari berjumlah 5 orang. 3.3.2 Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling, yaitu seluruh populasi berjumlah 30 orang. Jadi sampel dalam penelitian ini yaitu 30 orang. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu data primer. Data tersebut diperoleh dengan kuesioner yang diajukan kepada Tukang Las di Jalan Mahkamah Medan. Teknik yang dipakai diantaranya adalah dengan melakukan wawancara, yang berpedoman pada kuesioner yang dimodifikasi dari kuesioner Zubaidi Bajuri (2014). 3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel Dalam penelitian ini variabel-variabelnya adalah sebagai berikut : 1. Variabel Independen Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi terhadap segala sesuatu gejala. Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).. Universitas Sumatera Utara.

(51) 37. 2. Variabel dependen Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang akan dipengeruhi oleh variabel bebas. Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah Kecelakaan Kerja. 3.5.2 Defenisi Operasional 1. Kecelakaan Kerja adalah kajadian kecelakaan yang pernah dialami oleh Tukang Las di Jalan Mahkamah Medan sewaktu melakukan pekerjaan dalam 1 tahun terakhir. 2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang di ketahui dan di pahami oleh Tukang Las di Jalan Mahkamah Medan tentang kecelakaan kerja. 3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pengukuran dilakukan menggunakan kuesioner yang di dasarkan pada skala ordinal yang diukur dengan 30 pertanyaan dan jawaban disusun dengan pembobotan (skoring) sebagai berikut : Skor 1 bila benar. Skor 0 bila salah. Pengukuran pengetahuan dimaksud untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam persentase kemudian di tafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif (Notoatmodjo, 2003), yaitu : a. Baik : bila responden mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh pertanyaan.. Universitas Sumatera Utara.

(52) 38. b. Cukup : bila responden mampu menjawab dengan benar 60-75% dari seluruh pertanyaan. c. Kurang : bila responden mampu menjawab pertanyaan benar <60% dari seluruh pertanyaan. 3.6.2 Kecelakaan Kerja Penilaian yang dilakukan untuk mengetahui kecelakaan kerja pada responden diberi kuesioner dengan kriteria : Pernah, 1. Tidak pernah, 0. 3.7 Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini mencakup : 1. Analisis Univariat Analisis. yang menggambarkan secara tunggal. variabel-variabel. independen, yang pada penelitian ini variabel independen yaitu Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan variabel dependen adalah Kecelakaan Kerja. 2. Analisis Bivariat Untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara variabel independen (Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dengan variabel dependen (Kecelakaan Kerja), analisa data dan pengujian hipotesis penelitian yang digunakan adalah uji chi-square (Notoatmodjo, 2005). Syarat uji chi-square adalah tidak ada sel yang nilai observed-nya bernilai nol, dan sel yang digunakan mempunyai expexted kurang dari 5, maksimal 20%. Universitas Sumatera Utara.

(53) 39. dari jumlah sel, dan menggunakan tabel 2x2. Jika syarat uji chi-square tidak terpenuhi maka dilakukan uji alternatif yaitu uji fisher.. Universitas Sumatera Utara.

(54) BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1. Gambaran Umum Bengkel Las Jalan Mahkamah Medan Bengkel Las Jalan Mahkamah Medan terletak di Lingkungan 7 Kelurahan Mesjid Kecamatan Medan Kota Provinsi Sumatera Utara. Setiap bengkel las memiliki jumlah pekerja yang berbeda-beda, satu bengkel las ada yang terdiri dari 4 sampai 9 pekerja. Pekerja di bengkel las Jalan Mahkamah Medan merupakan buruh harian lepas dan tinggal di sekitar Jalan Mahkamah Medan. Bengkel las di Jalan Mahkamah Medan merupakan usaha yang dikelola secara perorangan yang menghasilkan berbagai produk seperti pagar pekarangan, pintu gerbang, jerjak pintu atau jendela rumah, aneka jenis permainan anak-anak yang terbuat dari besi dan lain-lain. Dalam proses produksinya pengelasan menggunakan peralatan seperti las busur listrik, las oksi astilen, mesin gerinda, palu, kabel-kabel las, penjepit atau klem, dan perlengkapan-perlengkapan pendukung lainnya. Proses kerja pengelasan diawali dengan pemilihan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, setelah bahan di peroleh kemudian dilakukan pemotongan sesuai dengan kebutuhan, setelah ukuran bahan dipotong sesuai dengan kebutuhan maka material yang telah dipotong tersebut dibentuk sesuai dengan model yang diinginkan konsumen, setelah pembentukan selesai, dilakukan pengelasan untuk menyambungkan material-material yang telah dibentuk tersebut, setelah pengelasan, material dipoles untuk menghasilkan bentuk yang menarik dan indah.. 40. Universitas Sumatera Utara.

(55) 41. Dalam proses kerja, produk-produk las mengandung bahaya terhadap pekerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja karena mesin pengelasan menggunakan mesin-mesin yang berhubungan dengan panas yang berasal dari mesin las, radiasi akibat proses pengelasan, listrik sebagai sumber tenaga mesin, mata pisau, dan mesin gerinda. 4.2 Analisis Univariat 4.2.1 Karakteristik Pekerja Responden dalam penelitian ini adalah pekerja pengelasan dari masingmasing usaha pengelasan yang berada di Jalan Mahkamah Medan. Karakteristik pekerja meliputi usia, tingkat pendidikan, masa kerja. Berikut ini akan di tampilkan data dari hasil penelitian dari ketiga karakteristik tersebut dalam bentuk tabel. 4. 2.1.1 Distribusi Frekuensi Umur Pekerja Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Pekerja Las di Jalan Mahkamah Medan Tahun 2018 Umur. Frekuensi. Persentase (%). 21-30. 22. 73,3. 31-40. 8. 26,7. Total. 30. 100. Persentase umur responden terbanyak adalah 21-30 tahun sebanyak 22 orang (73,3%) kemudian umur 31-40 tahun yaitu 8 orang (26,7%).. Universitas Sumatera Utara.

(56) 42. 4.2.1.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pekerja Las di Jalan Mahkamah Medan Tahun 2018 Pendidikan. Frekuensi. Persentase (%). SMP. 19. 63,3. SMA. 11. 36,7. Total. 30. 100. Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden dengan persentase terbanyak adalah mempunyai tingkat pendidikan SMP yaitu sebesar 19 orang (63,3%) dari total 30 responden dan tingkat pendidikan SMA yaitu 11 orang (36,7%). 4.2.1.3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Las di Jalan Mahkamah Medan Tahun 2018 Masa kerja. Frekuensi. Persentase (%). <4 tahun. 4. 13,3. >= 4 tahun. 26. 86,7. Total. 30. 100. Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa masa kerja yang paling besar yaitu >=4 tahun yaitu 26 orang (86,7%), dan <4 tahun ada 4 orang (13,3%).. Universitas Sumatera Utara.

(57) 43. 4.2.2 Pengetahuan Pekerja Las di Jalan Mahkamah Medan Tahun 2018 Tabel 4.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan Pekerja las tentang sumber-sumber bahaya di tempat kerja, risiko bahaya serta pencegahan kecelakaan di tempat kerja No. Pertanyaan. Jawaban Benar F. A.. Pengetahuan K3. 1.. Apakah yang dimaksud dengan Keselamatan dan 10 Kesehatan Kerja (K3) ?. Total. Salah %. f. %. f. %. 33,3. 20. 66,7. 30. 100. 2.. Berikut ini yang tidak 8 termasuk tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah ?. 26,7. 22. 73,3. 30. 100. 3.. Menurut anda, apakah 19 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perlu diterapkan di bengkel las ?. 63,3. 11. 36,7. 30. 100. 4.. Apa yang dimaksud 9 dengan bahaya ?. 30,0. 21. 70,0. 30. 100. 5.. Menurut anda apakah 5 yang dimaksud dengan Kecelakaan Kerja ?. 16,7. 25. 83,3. 30. 100. B.. Sumber bahaya bengkel las. 6.. Berikut ini yang bukan merupakan bahaya K3 yang ada di bengkel las adalah ?. 20,0. 24. 80,0. 30. 100. 7.. Berikut ini yang tidak 22 termasuk sumber debu adalah ?. 73,3. 8. 26,7. 30. 100. di 6. Universitas Sumatera Utara.

(58) 44. 8.. Debu dapat masuk 22 kedalam tubuh manusia melalui jalur sebagai berikut ?. 73,3. 8. 26,7. 30. 100. 9.. Hal-hal berikut yang 1 mempengaruhi tingkat gangguan debu terhadap kesehatan adalah ?. 3,3. 29. 96,7. 30. 100. 10.. Kebakaran terjadi karena 28 adanya 3 faktor yang menjadi unsur api diantaranya adalah ?. 93,3. 2. 6,7. 30. 100. 11.. Di bawah ini yang bukan 18 termasuk penyebab terjadinya sengatan listrik adalah ?. 60,0. 12. 40,0. 30. 100. 12.. Berikut ini merupakan 11 akibat tersengat listrik, kecuali ?. 36,7. 19. 63,3. 30. 100. 13.. Zat kimia yang dapat 27 menyebabkan keracunan adalah ?. 90,0. 3. 10,0. 30. 100. 14.. Berikut yang tidak 29 termasuk sumber kebisingan adalah ?. 96,7. 1. 3,3. 30. 100. C.. Risiko bahaya di bengkel las. 46,7. 15.. Risiko dari debu las bagi kesehatan adalah ?. 16.. Apa akibat yang anda 2 ketahui jika debu las terpapar secara terusmenerus ?. 6,7. 28. 93,3. 30. 100. 17.. Risiko kecelakaan kerja 18 yang dapat terjadi pada saat pekerja mengatur tegangan listrik adalah ?. 60,0. 12. 40,0. 30. 100. 14. 16. 53,3. 30. 100. 45. Universitas Sumatera Utara.

(59) 45. 18.. Risiko kecelakaan kerja 17 yang dapat terjadi pada saat mengarahkan mesin kelogam/besi adalah ?. 56,7. 13. 43,3. 30. 100. 19.. Radiasi dapat 3 memberikan kerugian bagi kesehatan di antaranya adalah ?. 10,0. 27. 90,0. 30. 100. 20.. Berikut ini akibat 13 terpapar zat kimia pada saat pengecatan adalah, kecuali ?. 43,3. 17. 56,7. 30. 100. 21.. Berikut yang tidak 15 termasuk bahaya dari kebisingan adalah ?. 50,0. 50. 50,0. 30. 100. D.. Pencegahan kecelakaan. 22.. Berikut ini yang bukan termasuk syarat pencegahan paparan 2 debu las yang baik adalah ?. 6,7. 28. 93,3. 30. 100. 23.. Sengatan listrik dapat 7 dicegah dengan beberapa cara diantaranya adalah ?. 23,3. 23. 76,6. 30. 100. 24.. Bahan sarung tangan 14 yang cocok digunakan untuk pekerja pengelasan listrik untuk terhindar dari sengatan listrik adalah ?. 46,7. 16. 53,3. 30. 100. 25.. Berikut ini merupakan 26 akibat kebakaran, kecuali ?. 86,7. 4. 13,3. 30. 100. 26.. Untuk menghindari 7 terjadinya kebakaran pekerja sebaiknya ?. 23,3. 23. 76,7. 30. 100. 27.. Manakah. 90,0. 3. 10,0. 30. 100. APD. yang 27. Universitas Sumatera Utara.

(60) 46. harus digunakan bagi pekerja saat menggunakan/melakukan pengelasan ? 28.. Radiadi dapat 8 diminimalisir/dikurangi dengan cara ?. 26,7. 22. 73,3. 30. 100. 29.. Kebisingan dapat 25 diminimalisi/dikurangi dengan cara sebagai berikut, kecuali ?. 83,3. 5. 16,7. 30. 100. 30.. Berikut ini yang bukan 0 merupakan syarat APD yang baik adalah ?. 100. 0. 0. 30. 100. 4.2.3 Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Total Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Total Pekerja Las di Jalan Mahkamah Medan Tahun 2018 Pengetahuan. Frekuensi. Persentase (%). Baik. 3. 10,0. Cukup. 6. 20,0. Kurang. 21. 70,0. Total. 30. 100. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pekerja yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 21 orang (70,0%) kemudian pekerja yang memiliki pengetahuan cukup 6 orang (20,0%), dan pekrja yang memiliki pengetahuan baik 3 orang (10,0%).. Universitas Sumatera Utara.

(61) 48. 4.2.4 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Las di Jalan Mahkamah Medan Tahun 2018 Kecelakaan kerja. Frekuensi. Persentase (%). Pernah. 16. 53,3. Tidak pernah. 14. 46,7. Total. 30. 100. Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 30 pekerja Las yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 16 orang (53,3%), dan tidak pernah mengalami kecelakaan kerja yaitu 14 orang (46,7%). 4.2.5 Distribusi Frekuensi Jenis Kecelakaan Kerja Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jenis Kecelakaan Kerja Pada Tukang Las di Jalan Mahkamah Medan Tahun 2018 Jenis kecelakaan kerja. Frekuensi. Persentase (%). Terjatuh. 7. 23,3. Tertimpa benda. 1. 3,3. Terkena arus listrik. 7. 23,3. Kontak dengan bahanbahan berbahaya atau radiasi. 1. 3,3. Total. 30. 100. Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa pekerja yang tidak mengalami kecelakaan yaitu 14 orang (46,7%), sedangkan pekerja yang mengalami kecelakaan dengan jenis kecelakaan terjatuh sebanyak 7 orang. Universitas Sumatera Utara.

(62) 49. (23,3%), kemudian terkena arus listrik yaitu 7 orang (23,3%), tertimpa benda dan kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi 1 orang (3,3%). 4.2.6 Distribusi Frekuensi Penyebab Kecelakaan Kerja Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Penyebab Kecelakaan Kerja Pada Bengkel Las di Jalan Mahkamah Medan Tahun 2018 Penyebabkecelakaan. Frekuensi. Persentase (%). Mesin. 8. 26,7. Peralatan listrik. 7. 23,3. Bahan-bahan, zat-zat atau radiasi. 1. 3,3. Total. 30. 100. Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa penyebab kecelakaan yang paling besar yaitu mesin 8 orang (26,7%), terkena peralatan listrik yaitu 7 orang (23,3%), dan bahan-bahan, zat-zat atau radiasi 1 orang (3,3%). 4.2.7 Distribusi Frekuensi Sifat Luka Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Sifat Luka Pada Pekerja Las di Jalan Mahkamah Medan Tahun 2018 Sifat luka. Frekuensi. Persentase. Keseleo. 4. 13,3. Regang otot atau urat. 1. 3,3. Luka bakar. 7. 23,3. Keracunan-keracunan mendadak. 1. 3,3. Gegar dan remuk. 3. 10,0. Total. 30. 100. Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Daya aktif adalah daya yang dipakai untuk keperluan menggerakkan mesin atau mekanik, dimana daya tersebut dapat diubah menjadi panas. Daya aktif ini merupakan pembentuk dari

Keputusan analisis regresi juga menjelaskan bahawa pemboleh ubah tidak bersandar rancangan perniagaan (β = .413, p&lt; .01) telah berhubung secara signifikan positif

untuk menempuh satu panjang gelombang atau melakukan satu kali getaran. Besaran ini menunjukkan banyaknya getaran yang terjadi dalam waktu 1 sekon. Cepat rambat

Di tengah fenomena umum maraknya tradisi penafsiran Al-Quran yang terjadi di kalangan Muhammadiyah, metodologi tafsir ternyata masih menjadi hal langka kaitannya dengan kajian

Gerçek beni ve kıllı beni ve onun o gün ellerimle ilgili söylediklerini −evet, her şey orada başlamıştı− ve sonrasında nasıl görevlerimi yerine getirmek istemediğimi

Agar memudahkan dalam proses perhitungan statistik peneliti menggunakan perhitungan menggunakan SPSS versi 21, prosedur dalam penghitung dengan SPSS yaitu pertama

Kemungkinan yang dimaksud dengan masjid dalam hadis tersebut adalah mushalla yang sering digunakan untuk shalat Id dan shalat Istisqa‟ karena di samping masjid Nabi tidak