• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja

2.1.4 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Klasifikasi kecelakaan kerja menurut organisasi perburuhan internasional (ILO) tahun 1962 dalam Suma’mur (1987) sebagai berikut :

1. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan a. Terjatuh.

b. Tertimpa benda jatuh.

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh.

d. Terjepit oleh benda.

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan.

f. Pengaruh suhu tinggi.

g. Terkena arus listrik.

h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut.

2. Klasifikasi Menurut Penyebab A. Mesin

1. Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik.

2. Mesin penyalur.

3. Mesin-mesin untuk mengerjakan logam.

4. Mesin-mesin pengolah kayu.

5. Mesin-mesin pertanian.

6. Mesin-mesin pertambangan.

7. Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut.

B. Alat angkut dan alat angkat

1. Mesin angkat dan peralatannya.

2. Alat angkutan diatas rel.

3. Alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api.

4. Alat angkutan udara.

5. Alat angkutan air.

6. Alat-alat angkutan lain.

7. Peralatan Lain

a. Bejana bertekanan.

21

b. Dapur pembakar dan pemanas.

c. Instalasi pendingin.

d. Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat listrik (tangan).

e. Alat-alat listrik (tangan).

f. Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik.

g. Tangga.

h. Perancah.

i. Peralatan lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut.

C. Bahan-bahan, Zat-zat dan Radiasi 1. Bahan peledak.

2. Debu, gas cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak.

3. Benda-benda melayang.

4. Radiasi.

5. Bahan-bahan, zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut.

D. Lingkungan Kerja 1. Di luar bangunan.

2. Di dalam bangunan.

3. Di bawah tanah.

E. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut : 1. Hewan.

2. Penyebab lain

3. Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan :

a. Patah tulang.

b. Dislokasi/keseleo.

c. Regang otot/urat.

d. Memar dan luka dalam yang lain.

e. Amputasi.

f. Luka di permukaan.

g. Gegar dan remuk.

h. Luka bakar.

i. Keracunan-keracunan mendadak.

j. Akibat cuaca, dan lain-lain.

k. Mati lemas.

l. Pengaruh arus listrik.

m. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya.

4. Klasifikasi Menurut Letak Kelainan atau Luka di Tubuh 1. Kepala.

2. Leher.

3. Badan.

4. Anggota atas.

5. Anggota bawah.

6. Banyak tempat.

7. Kelainan umum.

2.1.5 Kerugian oleh Karena Kecelakaan

Setiap kejadian kecelakaan kerja pasti akan menimbulkan kerugian baik tenaga kerja, keluarga, pemilik perusahaan/industri maupun masyarakat (masyarakat industri, masyarakat konsumen, dan masyarakat sekitar industri).

Besar kecilnya kerugian tergantung daripada keadaan kecelakaan yang terjadi.

Bisa saja suatu keadaan kecelakaan kerja hanya menimbulkan “nyaris kecelakaan”

(near missaccident) yang tidak menimbulkan kerugian ekonomis tetapi mungkin kerugian non ekonomis, atau cidera bahkan kematian, di samping kerusakan atau musnahnya profesi menimbulkan kerugian bersifat ekonomis maupun non ekonomis.

Adapun Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja Yaitu : 1. Kerugian Non Ekonomis

A. Aspek Manusia

1. Terhadap Tenaga Kerja

a. Penderitaan fisik berupa : cidera, luka ringan tanpa cacat, luka di sertai cacat sementara, cacat selama-lamanya tanpa memerlukan bantuan orang lain, cacat selama-lamanya dengan memerlukan bantuan orang lain, korban jiwa/meninggal.

b. Menurunnya moral kerja : timbul kekhawatiran, ketakutan akan kemungkinan terulangnya kejadian kecelakaan serupa.

2. Terhadap di luar tenaga kerja, yaitu : penderitaan akibat kehilangan orang tua, anak, dan orang yang dicinta.

3. Terhadap manajemen, yaitu : bertambahnya beban tanggung jawab dalam pengoperasian perusahaan.

B. Aspek Lingkungan, yaitu tergantung dari besar dan luas serta jenis kecelakaan tersebut akan menimbulkan dampak :

1. Pencemaran lingkungan.

2. Gangguan terhadap kehidupan masyarakat sekitarnya.

1. Kerugian Ekonomis A. Biaya Langsung

1. Biaya Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3k).

2. Biaya pengobatan.

3. Biaya perawatan.

4. Biaya dokter.

5. Biaya transportasi.

6. Upah selama pekerja tidak mampu bekerja.

7. Santunan kompensasi (ganti upah) cacat.

B. Biaya Tidak Langsung

1. Kerugian akibat hilangnya waktu dari : a. Tenaga kerja yang mengalami kecelakaan.

b. Rekan kerja yang memberi perhatian dan simpati pada saat kejadian, rekan-rekan kerja yang membantu melibatkan diri menangani kecelakaan.

c. Petugas P3K.

d. Suvervisor/pimpinan lainnya untuk membantu tenaga kerja yang cidera, menyelidiki penyebab kecelakaan, mengatur proses produksi, dan lain-lain sesuai tugasnya.

2. Biaya (upah) yang dibayarkan selama waktu kerja yang hilang karena cidera.

3. Biaya (upah) tenaga kerja pengganti.

4. Menurunnya output (produktivitas) tenaga kerja yang cidera.

5. Bertambahnya waktu dan biaya pekerjaan/pengurusan administrasi asuransi.

6. Dampak ekonomi terhadap keluarga korban.

7. Biaya pelatihan tenaga kerja baru.

8. Biaya perbaikan/penggantian harta benda.

9. Kerugian akibat terganggunya prodiktivitas/kelambatan aktivitas pekerjaan, sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi order pada waktunya.

10. Kerugian akibat berhenti sementara atau total tidak beroperasinya perusahaan akibat adanya kerusakan (perbaikan) atau penggantian profesi.

11. Kerugian akibat hilangnya jasa yang diberikan, prestise dan citra perusahaan.

Korban kecelakaan kerja mengeluh dan menderita, sedangkan sesama pekerja ikut bersedih dan berduka cita. Kecelakaan sering kali di sertai terjadinya luka, kelainan tubuh, cacat bahkan juga kematian. Gangguan terhadap pekerja demikian adalah suatu kerugian besar bagi pekerja dan juga keluarganya serta perusahaan tempat ia bekerja.

Tiap kecelakaan merupakan suatu kerugian yang antara lain tergambar dari pengeluaran dan besarnya biaya kecelakaan. Biaya yang dikeluarkan akibat terjadinya kecelakaan seringkali sangat besar, padahal biaya tersebut bukan

semata-mata beban suatu perusahaan melainkan juga beban masyarakat dan negara secara keseluruhan. Biaya ini dapat di bagi menjadi biaya langsung meliputi biaya atas P3K, pengobatan, perawatan, biaya angkutan, upah selama tidak mampu bekerja, kompensasi cacat, biaya atas kerusakan bahan, perlengkapan, peralatan, mesin dan biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu pasca kecelakaan terjadi, seperti berhentinya operasi perusahaan oleh karena pekerja lainnya menolong korban, biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang ditimpa kecelakaan dan sedang sakit serta berada dalam perawatan dengan orang baru yang belum biasa bekerja pada pekerjaan di tempat terjadinya kecelakaan (Suma’mur, 2009).

2.1.6 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.6.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja mulai menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak Tahun 1970. UU RI No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja yang dikeluarkan sebagai upaya awal pemerintah dalam menggalakkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur menurut Mangkunegara dalam Silalahi (2011).

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang diaplikasikan dalam suatu lingkungan unit yang terbatas.

Perhatian utama preventif, promotif, tanpa meninggalkan tindakan kuratif pada Penyakit Akibat Kerja (Aditama, 2002).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang di sebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Menurut America Society of safety and Engineering (ASSE), Keselamatan dan Kesehatan Kerja di artikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat di filosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya manusia dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.

Sedangkan secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak dapat di pisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri (Widayana, 2014).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat di artikan sebagai kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja (Yuli, 2005).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan upaya preventif, yang kegiatan utamanya adalah identifikasi, substitusi, eliminasi, evaluasi, dan pengendalian risiko dan bahaya (Notoatmodjo, 2007).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada hakekatnya merupakan suatu pengetahuan yang berkaitan dengan dua kegiatan. Kegiatan pertama berkaitan dengan upaya keselamatan terhadap keberadaan tenaga kerja yang sedang bekerja.

Kegiatan kedua berkaitan dengan kondisi kesehatan sebagai akibat adanya Penyakit Akibat Kerja (Suardi, 2005).

2.1.7 Keselamatan Kerja

2.1.7.1 Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja atau dalam bahasa inggris “work safety” mempunyai fungsi mencegah kecelakaan di tempat tenaga kerja melakukan pekerjaan. Arti dan tujuan Keselamatan Kerja dapat diterangkan dalam perumusan sebagai berikut : “menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rokhaniah, manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya”.

Keselamatan Kerja mempunyai sasaran terperinci sebagai berikut : 1. Mencegah terjadinya kecelakaan.

2. Mencegah timbulnya penyakit akibat/pekerjaan.

3. Mencegah/mengurangi kematian.

4. Mencegah/mengurangi cacat tetap.

5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan-bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi dan sebagainya.

6. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin kehidupan produktifnya.

7. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat dan sumber-sumber produksi lainnya sewaktu kerja dan sebagainya.

8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman, dan aman sehingga dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja.

9. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, industri, serta pembangunan (Harun, 1980).

Keselamatan Kerja adalah pelajaran yang harus di ketahui oleh para pemilik bengkel, pekerja bengkel, pelajar dan mahasiswa jurusan teknik mesin/otomotif, serta instruksi teknik mobil. Tujuannya agar selamat selama bekerja. Bagaimanapun juga, langkah kerja harus dilakukan dengan benar sehingga keselamatan dalam bekerja tetap terjaga (Daryanto, 2016 ).

Keselamatan Kerja adalah Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan Kerja bersasaran segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara. Tempat-tempat kerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa, dan lain-lain. Keselamatan kerja menyangkut segenap

proses produksi dan distribusi, baik barang, maupun jasa. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan Kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masyarakat pada umumnya.

Keselamatan Kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja (suma’mur P.k, 2013).

Keselamatan Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan manusia baik jasmani maupun rohani serta karya dan budayanya yang tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya (Suardi, 2005).

2.1.8 Kesehatan Kerja

2.1.8.1 Pengertian Kesehatan Kerja

Kesehatan adalah faktor sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik pula.

Sebaliknya keadaan sakit atau gangguan kesehatan menyebabkan tenaga kerja tidak atau kurang produktif dalam melakukan pekerjaannya.

Kesehatan Kerja adalah ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam keseimbangan yang mantap antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja, serta terlindung dari penyakit yang di sebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Kesehatan kerja memiliki sifat medis dan sasarannya adalah tenaga kerja (pekerja) (Suma’mur, 2009).

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Menurut Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran, dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses usaha dari manusia untuk tahu.

Menurut Green (2005) pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam memotivasi seseorang dalam bertindak. Perilaku seseorang yang di dasari pengetahuan akan lebih bersifat bertahan lama daripada perilaku seseorang tanpa di dasari pengetahuan. Menurut ILO (1998) pengetahuan yaitu pemahaman pekerja mengenal tife-tife risiko yang terdapat di tempat kerja, sumber pajan dan faktor-faktor berbahaya yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan atau cedera, sesuai dengan tugasnya.

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Penelitian ini berfokus pada pengetahuan pekerja tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Kecelakaan Kerja, sehingga dapat di artikan bahwa pengetahuan pekerja adalah segala sesuatu yang di ketahui dan di pahami oleh pekerja tentang hal-hal yang berkaitan dengan kecelakaan kerja misalnya pengetahuan tentang faktor risiko kecelakaan kerja,

penyebab kecelakaan kerja, akibat adanya kecelakaan kerja, upaya pencegahan kecelakaan kerja, dan faktor lainnya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

Menurut Bloom, pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu .

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen–komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak (2007) ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

1. Pendidikan merupakan suatu bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

2. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang.

3. Umur, bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya bentuk lama dan timbulnya bentuk baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.

4. Minat, merupakan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu yang diminatinya. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal yang diinginkan dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam ;

5. Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

6. Kebudayaan lingkungan, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

7. Informasi, kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.3 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengetahuan Pekerja

Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Kecelakaan Kerja

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana cara pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jalan Mahkamah Medan, Kelurahan Mesjid Kecamatan Medan kota Sumatera utara, di karenakan tukang las memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi, dan tidak adanya pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja sehingga pengetahuan tentang K3 pada pekerja rendah, serta belum pernah ada penelitian mengenai hubungan penegetahuan K3 dengan kecelakaan kerja pada tukang las di tempat tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Agustus tahun 2018.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yaitu berjumlah 30 orang yang bekerja sebagai Tukang Las di Jalan Mahkamah Medan Kelurahan Mesjid Kecamatan Medan kota Sumatera Utara, yang terdiri dari : Bengkel Las &

konstruksi Usaha Baru berjumlah 5 orang, Bengkel Las & Konstruksi Karya

Sepakat berjumlah 9 orang, Bengkel Las & Konstruksi Sandro berjumlah 6 orang, Bengkel Las & konstruksi Bonapasogit berjumlah 5 orang, Bengkel Las &

Konstruksi Bahari berjumlah 5 orang.

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling, yaitu seluruh populasi berjumlah 30 orang. Jadi sampel dalam penelitian ini yaitu 30 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu data primer. Data tersebut diperoleh dengan kuesioner yang diajukan kepada Tukang Las di Jalan Mahkamah Medan. Teknik yang dipakai diantaranya adalah dengan melakukan wawancara, yang berpedoman pada kuesioner yang dimodifikasi dari kuesioner Zubaidi Bajuri (2014).

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel

Dalam penelitian ini variabel-variabelnya adalah sebagai berikut : 1. Variabel Independen

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi terhadap segala sesuatu gejala. Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

2. Variabel dependen

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang akan dipengeruhi oleh variabel bebas. Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah Kecelakaan Kerja.

3.5.2 Defenisi Operasional

1. Kecelakaan Kerja adalah kajadian kecelakaan yang pernah dialami oleh Tukang Las di Jalan Mahkamah Medan sewaktu melakukan pekerjaan dalam 1 tahun terakhir.

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang di ketahui dan di pahami oleh Tukang Las di Jalan Mahkamah Medan tentang kecelakaan kerja.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pengukuran dilakukan menggunakan kuesioner yang di dasarkan pada skala ordinal yang diukur dengan 30 pertanyaan dan jawaban disusun dengan pembobotan (skoring) sebagai berikut :

Skor 1 bila benar.

Skor 0 bila salah.

Pengukuran pengetahuan dimaksud untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam persentase kemudian di tafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif (Notoatmodjo, 2003), yaitu :

a. Baik : bila responden mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh pertanyaan.

b. Cukup : bila responden mampu menjawab dengan benar 60-75% dari seluruh pertanyaan.

c. Kurang : bila responden mampu menjawab pertanyaan benar <60% dari seluruh pertanyaan.

3.6.2 Kecelakaan Kerja

Penilaian yang dilakukan untuk mengetahui kecelakaan kerja pada responden diberi kuesioner dengan kriteria :

Pernah, 1.

Tidak pernah, 0.

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup : 1. Analisis Univariat

Analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel independen, yang pada penelitian ini variabel independen yaitu Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan variabel dependen adalah Kecelakaan Kerja.

2. Analisis Bivariat

Untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara variabel independen (Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dengan variabel dependen (Kecelakaan Kerja), analisa data dan pengujian hipotesis penelitian yang digunakan adalah uji chi-square (Notoatmodjo, 2005).

Syarat uji chi-square adalah tidak ada sel yang nilai observed-nya bernilai nol, dan sel yang digunakan mempunyai expexted kurang dari 5, maksimal 20%

dari jumlah sel, dan menggunakan tabel 2x2. Jika syarat uji chi-square tidak terpenuhi maka dilakukan uji alternatif yaitu uji fisher.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Bengkel Las Jalan Mahkamah Medan

Bengkel Las Jalan Mahkamah Medan terletak di Lingkungan 7 Kelurahan Mesjid Kecamatan Medan Kota Provinsi Sumatera Utara. Setiap bengkel las memiliki jumlah pekerja yang berbeda-beda, satu bengkel las ada yang terdiri dari 4 sampai 9 pekerja. Pekerja di bengkel las Jalan Mahkamah Medan merupakan buruh harian lepas dan tinggal di sekitar Jalan Mahkamah Medan.

Bengkel las di Jalan Mahkamah Medan merupakan usaha yang dikelola secara perorangan yang menghasilkan berbagai produk seperti pagar pekarangan, pintu gerbang, jerjak pintu atau jendela rumah, aneka jenis permainan anak-anak yang terbuat dari besi dan lain-lain. Dalam proses produksinya pengelasan menggunakan peralatan seperti las busur listrik, las oksi astilen, mesin gerinda, palu, kabel-kabel las, penjepit atau klem, dan perlengkapan-perlengkapan pendukung lainnya.

Proses kerja pengelasan diawali dengan pemilihan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, setelah bahan di peroleh kemudian dilakukan pemotongan sesuai dengan kebutuhan, setelah ukuran bahan dipotong sesuai dengan kebutuhan maka material yang telah dipotong tersebut dibentuk sesuai dengan model yang diinginkan konsumen, setelah pembentukan selesai, dilakukan pengelasan untuk menyambungkan material-material yang telah dibentuk tersebut, setelah pengelasan, material dipoles untuk menghasilkan bentuk yang menarik dan indah.

Dalam proses kerja, produk-produk las mengandung bahaya terhadap pekerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja karena mesin pengelasan menggunakan mesin-mesin yang berhubungan dengan

Dalam proses kerja, produk-produk las mengandung bahaya terhadap pekerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja karena mesin pengelasan menggunakan mesin-mesin yang berhubungan dengan

Dokumen terkait