ACEH CONVENTION CENTER
(ARSITEKTUR HIGH TECH)
LAPORAN PERANCANGAN
TKA - 490 STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2008/2009
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
H U S N A
03 0406 042
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
ACEH CONVENTION CENTER
(ARSITEKTUR HIGH TECH)
Oleh :
H U S N A
03 0406 042
Medan, Agustus 2009
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT
NIP. 132 206 820
Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M. Phil, Ph. D
NIP: 130 288 509
Hilma Tamiami F, ST, M.Sc
NIP:
132 208 818
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR
(SHP2A)
Nama
: Husna
NIM
: 03 0406 042
Judul Proyek Tugas Akhir : Aceh Convention Center
Tema
: Arsitektur High Tech
Rekapitulasi Nilai :
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :
No.
Status
Waktu
Pengumpulan
Laporan
Paraf
Pembimbing I
Paraf
Pembimbing II
Koordinator
TKA-490
1.
Lulus Langsung
2.
Lulus Melengkapi
3.
Perbaikan Tanpa
Sidang
4.
Perbaikan
Dengan Sidang
5.
Tidak Lulus
Medan, Agustus 2009
KATA PENGANTAR
A
B+
B
C+
C
D
E
Ketua Departemen Arsitektur,
Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT
NIP: 132 206 820
Koordinator TGA-490,
Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT
“Allah meninggikan derarajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan
beberapa derajat”.(Qs. Al-Mujaadalah 11)
Alhamdulillahi rabbil a’lamin, puji serta syukur ku ucapkan kehadirat-Mu ya Rabbi penguasa langit dan bumi, atas rahmat dan izin-Mu ku dapat mengikuti semua proses dan menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir sebagai syarat setiap mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Salawat dan salam ku panjatkan kepada junjungan Rasul Muhammad SAW permata penerang alam.
Proses panjang yang telah kulalui selama perkuliahan yang akan menjadi lembaran hidup dan akan selalu kukenang sebagai evaluasi untuk lembaran-lembaran selanjutnya dengan harapan “hari esok harus lebih baik dari hari yang telah kulalui dan hari ini”, namun ini adalah awal untukku berkarya dan terus belajar.
Suka dan duka dalam mengerjakan tugas akhir ini tidak bisa ku lalui tanpa dukungan semangat, do’a dan kasih sayang yang tulus dari kedua orang tuaku tercinta, Abah (almarhum Bachtiar Ismail) sebagai inspirasiku, Bunda (Azizah Ali) sebagai ibu sekaligus ayah yang menjadi penyemangat dalam hari-hariku yang tiada hentinya berusaha dan berdoa untuk kami anaknya, semoga kami menjadi anak yang berbakti dan kebangganmu, kakak dan adik-adikku tersayang (Kak May, Hikmah dan syukran) yang terus memotivasi setiap langkahku, Om Dan sebagai pengganti Abah yang selalu memperhatikanku, Minek yang selalu mendoakan dan menyayangiku dan terimakasih untuk seluruh keluarga yang selalu mendukungku.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
− Bapak Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M. Phil, Ph.D. sebagai Dosen Pembimbing I atas waktu, arahan dan motivasi yang sangat berarti.
− Ibu Hilma Tamiami F ST, M.Sc sebagai Dosen Pembimbing II yang meluangkan waktu dan membimbing dengan penuh kelembutan dan kesabaran.
− Bapak Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT selaku Koordinator Tugas Akhir dan Ketua Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, yang telah mengkoordinir semua pesrta Tugas Akhir.
− Untuk Icha dan Adam Miraza, ST yang selalu mewarnai hari-hariku, semoga persahabatan dan kebersamaan ini akan selalu terjalin.
− Irda Meitika Mariza, ST dan keluarga yang sudah kuanggap sepeti keluargaku, yang selalu menerima kedatanganku, cuma Allah yang bisa membalas.
− Zakiyah Marlina Lingga, ST, Maya Sita, ST, Sastri Ramadhani, ST terima kasih atas saran dan masukannya, motivasi dan kebersamaannya selama ini.
− Bang Edi terimakasi selalu mengompori semangatku.
− Bang Budi terimakasi selalu mendukung apapun yang menjadi kebaikan serta pengertian dan doanya.
− Bang Dani terimakasih atas nasehat-nasehat dan motivasinya.
− Seluruh teman-teman Stambuk 2003 (Anarkotig) yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan moral dan semangat serta kebersamaannya selama ini, serta seluruh teman-teman seperjuangan di studio dan satu kelompok Tugas Akhir.
− Untuk juniorku Nonong terimakasih atas bantuan fasilitas printertnya.
− Kepada semua pihak yang telah membantuku dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ku ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, hanya Allah yang bisa membalas.
Dengan sepenuhnya ku menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan tangan terbuka harapan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga segala yang kita impikan tercapai dengan indah, apa yang kita miliki dapat kita nikmati dalam hidup dengan penuh syukur dan bermanfaat bagi semua orang, amin ya Allah, amin ya Rahim.
Medan, Agustus 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……….. i
DAFTAR ISI………. iii
DAFTAR GAMBAR……… vi
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM……….. ix
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Tujuan Dan Manfaat………... 4
1.3 Rumusan Masalah……….. 4
1.4 Metode Pendekatan Perancangan………...5
1.5 Lingkup dan Batasan Proyek... 6
1.6 Kerangka Berpikir... 7
1.7 Sistematika Laporan...8
BAB II DESKRIPSI PROYEK...9
2.1 Pengertian Judul... 9
2.1.1 Tinjauan Umum Convention Center...10
2.1.2 Jenis-jenis/kelompok kegiatan konvensi...10
2.1.3 Konvensi Non formal...10
2.1.4 Kegiatan penunjang………....15
2.2 Lokasi Proyek...15
2.2.1 Studi Literatur...15
2.2.2 Kriteria Pemilihan Lokasi Proyek………20
2.2.3 Alternatif Pemilihan Lokasi...21
2.2.3.1 Kondisi Eksisting Lokasi Proyek...26
2.3 Deskripsi Proyek...28
2.4 Tinjauan Fungsi...29
2.4.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan………...29
2.4.1.1 Kegiatan Umum………..29
2.4.1.2 Kegiatan Pendukung………..30
2.5 Studi Banding Fungsi Sejenis ………...31
2.5.1 Tiara Convention Cente...31
2.5.2 Monona Terrace Convention Center Madison, Wisconsin...32
BAB III ELABORASI TEMA………39
3.1 Alasan Pemilihan Tema………...39
3.2 Pengertian Tema………...39
3.3 Interpretasi Tema………...40
3.3.1 Sejarah Singkat High-Tech. ………..40
3.3.2 Karakteristik Arsitektur High-Tech. ………...44
3.3.3 Fungsi dan Representasi………45
3.3.4 Ruang dan Fleksibilitas………...46
3.3.5 Arsitektur High-Tech dan Kota………...47
3.3.6 Struktur dan Zona Servis………48
3.3.6.1 Lloyd’s of London (1979- 1984) ………...48
3.3.6.2 Hongkong and Shanghai Bank (1979-1986) ……….50
3.3.6.3 Kesimpulan………..52
3.4 Keterkaitan Tema dengan Judul……….53
3.5 Studi Banding Tema Sejenis……….54
3.5.1 The water Cube – National Aquatics Center, Beijing, China………54
3.5.2 BMW Welt, Jerman………..58
3.5.3 New Camp Nou Stadium for FC, Barcelona………59
BAB IV ANALISA………..62
4.1 Analisa Tapak………...62
4.1.1 Lokasi (Posisi Site Terhadap Kota dan Lingkungan) ………62
4.1.2 Tata Guna Lahan……….64
4.1.2.1 Batas Tapak……….66
4.1.2.2 Tanggapan………...67
4.1.3 Analisa Kondisi dan Potensi Tapak………..68
4.1.3.1 Analisa Sirkulasi………..68
4.1.3.2 Analisa Pencapaian………73
4.1.3.3 Analisa View………77
4.1.3.4 Analisa Sarana Prasarana………81
4.1.3.5 Analisa Kebisingan……….85
4.1.3.6 Analisa Vegetasi……….86
4.1.3.7 Analisa Iklim (Matahari, Angin dan Hujan) ………...87
4.2 Analisa Non Fisik………..90
4.2.1 Analisa Bangunan………90
4.2.1.1 Sirkulasi………90
4.2.1.3 Struktur……….93
4.2.2 Analisa Fungsional………...99
4.2.2.1 Analisa kegiatan………..99
4.2.2.2 Analisa ruang……….105
BAB V KONSEP PERANCANGAN……….109
5. 1 Konsep Perancangan……….109
5.1.1 Konsep Penzoningan………109
5.1.1.2 Ruang Dalam……….111
5.1 Konsep Gubahan Massa………...113
5.3 Konsep Taman………115
5.4 Konsep Sirkulasi dan Pencapaian………...116
5.4.1 Sirkulasi Kenderaan………..116
5.4.2 Sirkulasi Pejalan Kaki ………...117
5.5 Konsep Utilitas Bangunan……….118
5.5.1 Air Bersih……….118
5.5.2 Air Kotor………...118
5.5.3 Air Hujan……….118
5.5.4 Sistem Pembuangan Sampah……….119
5.5.5 Sistem Kelistrikan………..119
BAB VI HASIL PERANCANGAN……….120
6.1 Gambar Perancangan………120
6.2 Foto maket………148
DAFTAR GAMBAR
BAB II
Gambar 2.1 Peta Indonesia dan Nanggroe Darussalam……… 16
Gambar 2.2 Peta NAD dan Banda Aceh………... 17
Gambar 2.3 Peta Lokasi Site……….. 21
Gambar 2.4 Lokasi usulan tapak A di Kecamatan Kuta Alam………... 22
Gambar 2.5 Foto udara site A………. 22
Gambar 2.7 Foto Udara Site B……… 23
Gambar 2.6 Lokasi usulan tapak B di Kecamatan Blang Padang………....23
Gambar 2.8 Lokasi usulan tapak C di Kecamatan Blang Padang……….24
Gambar 2.9 Foto udara site C……….24
Gambar 2.10 Foto udara lokasi site………26
Gambar 2.11 Lokasi dan suasana site………...28
Gambar 2.13 Balai raya………31
Gambar 2.14 Monona Terrace Convention Center………..32
Gambar 2.15 Interior Monona Terrace Convention Center Madison……….34
Gambar 2.16 Tampak dan Perspektif The Armadillo ………...35
Gambar 2.17 interior dan fasilitas pertemuan………36
BAB III Gambar 3.1 Jembatan sungai Severn di Coalbrookdale……….41
Gambar 3.2 Foto Buckminster Fuller dan eksterior Dymaxion House...42
Gambar 3.3 Eksterior dan aksonometri Lloyd’s of London……….48
Gambar 3.4 Interior, detail dan entrance Lloyd’s of London………...49
Gambar 3.5 Eksterior dan potongan Hongkong Bank……….50
Gambar 3.6 Atrium Hongkong Bank………...51
Gambar 3.7 Eskalator yang menembus lantai kaca……….52
Gambar 3.8 Miniature dan interior The Water Cube pada siang dan malam hari………...54
Gambar 3.9 Foam bubble……….55
Gambar 3.10 skematik potongan……….55
Gambar 3.11 detai gutterI dan EFTE………..56
Gambar 3.12 suasana interior………..57
Gambar 3.13 BMW Welt………...58
Gambar 3.14 Stadion FC Barcelona………...59
Gambar 3.15 Panel polycarbonate………..60
BAB IV
Gambar 4.1 Peta Lokasi Proyek……….62
Gambar 4.2 Peta lokasi dan kondisi tapak……….63
Gambar 4.3 Tagula………65
Gambar 4.4. Batas Site……….66
Gambar 4. 5. Analisa Sirkulasi Kendaraan………69
Gambar 4.6 Analisa Sirkulasi Kendaraan………..70
Gambar 4.7 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki………72
Gambar 4.8 Pencapaian ke tapak………...74
Gambar 4.9 View dari dalam ke luar………...77
Gambar 4.10 View keluar……….78
Gambar 4.11 View ke dalam………79
Gambar 4.12 Eksisting lingkungan sekitar……….81
Gambar 4.13 Eksisting bangunan………...82
Gambar 4.14 Kebisingan………..85
Gambar 4.15 Peta Lokasi Site……….86
Ganbar 4.16 Analisa iklim……….89
Gambar 4.17 Dinding dan skematik ruang auditorium……….96
Gambar 4.18 skematik belakang panggung………..97
Gambar 4.19 system plafon bertrap………...97
Gambar 4.20 skematik dalam balkon ……….98
BAB V Gambar 5.1 penzoningan ruang luar ………...109
Gambar 5.2 konsep penzoningan tapak………..110
Gambar 5.3 zoning lantai 1………....111
Gambar 5.4 zoning lantai 2………111
Gambar 5.5 zoning basement Lt. 1………..112
Gambar 5.6 zoning basement Lt. 2 dan 3………...112
Gambar 5.7 Pola massa bangunan………..113
Gambar 5.8 Konsep bentuk bangunan………114
Gambar 5.9 Fasad bangunan ………...115
Gambar 5.11 Konsep sirkulasi………..116
BAB VI
Gambar 6.1 Site Plan………..120
Gambar 6.2 Ground Plan………121
Gambar 6.3 Denah Lantai 1………...122
Gambar 6.4 Denah Lantai 2………...123
Gambar 6.5 Denah Basement Lt. 1………..124
Gambar 6.6 Denah Basement Lt. 2………..125
Gambar 6.7 Denah Basement Lt. 3………..126
Gambar 6.8 Tampak Depan………..127
Gambar 6.9 Tampak Samping Kanan………..128
Gambar 6.10 Tampak Belakang………129
Gambar 6.11 Tampak Samping Kiri………..130
Gambar 6.12 Potongan A – A………131
Gambar 6.13 Potongan B – B………132
Gambar 6.14 Rencana Pembalokan Lt. 1………133
Gambar 6.15 Rencana Pembalokan Lt. 2………134
Gambar 6.16 Rencana Pembalokan Basement Lt. 1……….135
Gambar 6.17 Rencana Pembalokan Basement Lt. 2……….136
Gambar 6.18 Rencana Pondasi………137
Gambar 6.18 Detail Pondasi………..138
Gambar 6.19 Detail Struktur Kabel.………..139
Gambar 6.20 Rencana elektrikal dan plafond Lt. 1………140
Gambar 6.21 Rencana elektrikal dan plafond Lt. 2.………...141
Gambar 6.22 Rencana elektrikal basement Lt. 1………142
Gambar 6.23 Rencana elektrikal basement Lt. 2………143
Gambar 6.24 Rencana elektrikal basement Lt. 3………144
Gambar 6.25 Interio Convention………145
Gambar 6.26 Interior ruang miting………146
Gambar 6.27 Interior ruang seminar……….147
DAFTAR GAMBAR BAB II Gambar 2.1 Peta Indonesia dan Nanggroe Darussalam……… 16
Gambar 2.2 Peta NAD dan Banda Aceh………... 17
Gambar 2.3 Peta Lokasi Site……….. 21
Gambar 2.4 Lokasi usulan tapak A di Kecamatan Kuta Alam………... 22
Gambar 2.7 Foto Udara Site B……… 23
Gambar 2.6 Lokasi usulan tapak B di Kecamatan Blang Padang………....23
Gambar 2.8 Lokasi usulan tapak C di Kecamatan Blang Padang……….24
Gambar 2.9 Foto udara site C……….24
Gambar 2.10 Foto udara lokasi site………26
Gambar 2.11 Lokasi dan suasana site………...28
Gambar 2.13 Balai raya………31
Gambar 2.14 Monona Terrace Convention Center………..32
Gambar 2.15 Interior Monona Terrace Convention Center Madison……….34
Gambar 2.16 Tampak dan Perspektif The Armadillo ………...35
Gambar 2.17 interior dan fasilitas pertemuan………36
BAB III Gambar 3.1 Jembatan sungai Severn di Coalbrookdale……….41
Gambar 3.2 Foto Buckminster Fuller dan eksterior Dymaxion House...42
Gambar 3.3 Eksterior dan aksonometri Lloyd’s of London……….48
Gambar 3.4 Interior, detail dan entrance Lloyd’s of London………...49
Gambar 3.5 Eksterior dan potongan Hongkong Bank……….50
Gambar 3.6 Atrium Hongkong Bank………...51
Gambar 3.7 Eskalator yang menembus lantai kaca……….52
Gambar 3.8 Miniature dan interior The Water Cube pada siang dan malam hari………...54
Gambar 3.9 Foam bubble……….55
Gambar 3.10 skematik potongan……….55
Gambar 3.11 detai gutterI dan EFTE………..56
Gambar 3.12 suasana interior………..57
Gambar 3.13 BMW Welt………...58
Gambar 3.14 Stadion FC Barcelona………...59
Gambar 3.15 Panel polycarbonate………..60
Gambar 3.16 Konstruksi………61
BAB IV Gambar 4.1 Peta Lokasi Proyek……….62
Gambar 4.2 Peta lokasi dan kondisi tapak……….63
Gambar 4.3 Tagula………65
Gambar 4.4. Batas Site……….66
Gambar 4. 5. Analisa Sirkulasi Kendaraan………69
Gambar 4.6 Analisa Sirkulasi Kendaraan………..70
Gambar 4.8 Pencapaian ke tapak………...74
Gambar 4.9 View dari dalam ke luar………...77
Gambar 4.10 View keluar……….78
Gambar 4.11 View ke dalam………79
Gambar 4.12 Eksisting lingkungan sekitar……….81
Gambar 4.13 Eksisting bangunan………...82
Gambar 4.14 Kebisingan………..85
Gambar 4.15 Peta Lokasi Site……….86
Ganbar 4.16 Analisa iklim……….89
Gambar 4.17 Dinding dan skematik ruang auditorium……….96
Gambar 4.18 skematik belakang panggung………..97
Gambar 4.19 system plafon bertrap………...97
Gambar 4.20 skematik dalam balkon ……….98
BAB V Gambar 5.1 penzoningan ruang luar ………...109
Gambar 5.2 konsep penzoningan tapak………..110
Gambar 5.3 zoning lantai 1………....111
Gambar 5.4 zoning lantai 2………111
Gambar 5.5 zoning basement Lt. 1………..112
Gambar 5.6 zoning basement Lt. 2 dan 3………...112
Gambar 5.7 Pola massa bangunan………..113
Gambar 5.8 Konsep bentuk bangunan………114
Gambar 5.9 Fasad bangunan ………...115
Gambar 5.11 Konsep sirkulasi………..116
Gambar 5.12 Konsep sirkulasi pejalan kaki………117
BAB VI Gambar 6.1 Site Plan………..120
Gambar 6.2 Ground Plan………121
Gambar 6.3 Denah Lantai 1………...122
Gambar 6.4 Denah Lantai 2………...123
Gambar 6.5 Denah Basement Lt. 1………..124
Gambar 6.6 Denah Basement Lt. 2………..125
Gambar 6.8 Tampak Depan………..127
Gambar 6.9 Tampak Samping Kanan………..128
Gambar 6.10 Tampak Belakang………129
Gambar 6.11 Tampak Samping Kiri………..130
Gambar 6.12 Potongan A – A………131
Gambar 6.13 Potongan B – B………132
Gambar 6.14 Rencana Pembalokan Lt. 1………133
Gambar 6.15 Rencana Pembalokan Lt. 2………134
Gambar 6.16 Rencana Pembalokan Basement Lt. 1……….135
Gambar 6.17 Rencana Pembalokan Basement Lt. 2……….136
Gambar 6.18 Rencana Pondasi………137
Gambar 6.18 Detail Pondasi………..138
Gambar 6.19 Detail Struktur Kabel.………..139
Gambar 6.20 Rencana elektrikal dan plafond Lt. 1………140
Gambar 6.21 Rencana elektrikal dan plafond Lt. 2.………...141
Gambar 6.22 Rencana elektrikal basement Lt. 1………142
Gambar 6.23 Rencana elektrikal basement Lt. 2………143
Gambar 6.24 Rencana elektrikal basement Lt. 3………144
Gambar 6.25 Interio Convention………145
Gambar 6.26 Interior ruang miting………146
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM
BAB I
Diagram 1.1 kerangka berfikir………7
BAB II Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kota Banda Aceh pra dan pasca Tsunami. ………...18
Tabel 2.2 Rata-rata Temperature/Suhu Udara (0 Tabel 2.3 Rata-rata Kelembaban Udara Tahun 2003-2007………...19
C) Banda Aceh Tahun 2003-2007……..18
Tabel 2.4 Arah Angin Terbanyak dan Kecepatan Angin Rata-rata di Banda Aceh Tahun 2007………19
Tabel 2.5 Kriteria Pemilihan Lokasi……….20
Table 2.6 Penilaian Alternatif Lokasi………...25
Tabel 2.7 Jenis dan besaran hall SECC……….37
Tabel 2.8 Kesimpulan………38
BAB III Tabel 3.1 Kesimpulan studi banding………...61
BAB IV Tabel 4.1 Cara menyikapi kebisingan……….85
Tabel 4.2 Jenis sirkulasi ruang
………...
.90Table 4.3 Jenis sirkulasi pameran………...92
Tabel 4.4 struktur atap
...
93Tabel 4.5 struktur bawah………..94
Table 4.6 kriteria struktur………..94
Table 4.7 Bahan bangunan………..95
Table 4.8 Kebutuhan Ruang……….99
Table 4.9 aliran kegiatan……….103
Table 4.10 Karakteristik ruang………...105
Tabel 4.11 besaran ruang………..106
BAB V Diagram 5.1 Skema distribusi air………..118
Diagram 5.2 Skema pembuangan air kotor……….118
Diagram 5.3 Skema pembuangan air hujan………118
Diagram 5.4 Skema pembuangan sampah……….119
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Nanggroe Aceh Darussalam merupakan propinsi paling barat di Indonesia dengan julukan kota Serambi Mekah yang terkenal dengan budaya dan sumber daya alamnya. Namun berbicara tentang Nanggroe Aceh Darussalam yang beribukota Banda Aceh mengingatkan kita pada dua kejadian besar yaitu antara tsunami yang menghantam sebagian wilayah pantai tepatnya hari Minggu 26 Desember 2006 dan perdamaian GAM dengan RI lewat proses Helsinki Meeting yang ditanda tangani Senin 15 Agustus 2005. Keduanya telah membawa kerugian dan keuntungan kepada sebahagian masyarakat di Aceh. Diantara keperluan yang mutlak dilakukan dalam hal ini adalah membangun kembali untuk para korban gempa dan tsunami, memberikan dana pemberdayaan kepada korban konflik sesuai dengan kapasitas dan posisinya masing-masing, membangun semua infrastruktur baik yang hancur dan rusak karena gempa dan tsunami maupun karena faktor lain, merevisi Undang-undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh sesuai dengan Memorandum of Understanding (MoU) Helsingki dan menjalankan kandungannya dengan sempurna dan memprioritaskan tegaknya Syariat Islam yang lengkap dan sempurna di NAD.
Banda Aceh sebagai ibukota provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, memiliki banyak tuntutan yang harus dilaksanakan sesuai dengan arahnya menuju kota metropolitan, sebagaimana yang tercantum dalam visi kota Banda Aceh. Sesuai dengan kondisi pada saat ini, provinsi NAD memberikan kontribusi yang tidak sedikit kepada perekonomian Indonesia. Kontribusi tersebut berasal dari berbagai macam aspek, seperti hasil sumber daya alam, perkebunan, pariwisata, dan lain-lain. Dapat dimaklumi apabila Aceh menjadi salah satu komoditi perdagangan agro baik migas maupun non migas yang penting di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2003 sesudah diberlakukannya pasar bebas Asia AFTA (Asean Free Trade Acociation).
Dengan adanya penemuan-penemuan baru, mengakibatkan timbulnya persaingan yang cukup ketat dalam dunia industri. Persaingan ini terlihat dalam perlombaan merebut pasar, perlombaan dalam menemukan gagasan-gagasan baru. Akibatnya timbul kecendrungan ataupun keharusan untuk mengadakan pertemuan-pertemuan guna memperkenalkan penemuan ataupun gagasan bari tersebut, serta membahasnya untuk menghasilkan ide ataupun rumusan-rumusan yang nantinya berguna untuk memajukan perusahaan, lembaga dan yayasan ataupun sejenisnya.
Akibat perkembangan dalam kegiatan seperti itu, maka dibutuhkan suatu wadah untuk mengadakan pertemuan-pertemuan yang tujuannya adalah untuk menghasilkan sesuatu yang dapat meningkatkan berbagai sektor, baik ekonomi, sosial maupun politik. Wadah tersebut harus mampu mencerminkan fungsinya dalam hal kenyamanan ruang, keamanan dalam penggunaan, estetika dan fleksibilitas ruangannya. Disamping itu harus dapat menggunakan kebenaran struktur yang digunakan, yang nantinya akan menjadi bagi kota Banda Aceh.
Di Indonesia kegiatan konvensi bukanlah hal baru, karena sering diselenggarakannya pertemuan-pertemuan seperti seminar, loka karya, symposium dan exhibition atau pameran. Namun fasilitas yang ada untuk menampung jenis kegiatan yang ada belum memadai, karena memang pada mulanya bukan direncanakan untuk mewadahi kegiatan tersebut. Pada umumnya Convention yang berkembang di Indonesia merupakan bagian kelengkapan suatu hotel atau perkantoran besar.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, haruslah direncanakan bangunan dengan fasilitas yang dapat menampung berbagai jenis kegiatan, sekaligus dapat menunjang aspek pariwisata di Banda Aceh. R. G. Soekardijo dalam bukunya “Anatomi Pariwisata” menyebutkan jika semua kegiatan tidak dapat mendatangkan wisatawan, maka semua
kegiatan tersebut dianggap gagal. Tanpa adannya wisatawan semua kegiatan
pembangunan, pemugaran obyek-obyek kebudayaan tidak memiliki makna
kepariwisataan. Sebagai ibu kota, maka Banda Aceh seyogyanya perlu memiliki suatu
wadah yang dapat menampung kegiatan pertemuan baik formal maupun non formal, seperti konferensi atau pertemuan dagang, pameran, akomodasi wisata dan kegiatan pertemuan lainnya.
3,14%, maka jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan pembangunan kota (2010) yaitu sebesar 183.466 jiwa. Menyadari hal tersebut, maka untuk kepentingan perencanaan pengembangan kota Banda Aceh jumlah perkiraan penduduk tahun 2010 berdasarkan hasil pendataan dapat dijadikan sebagai tolak ukur perhitungan pemenuhan kota di masa yang akan datang. Dalam penataan ruangnya akan dikembangkan berdasarkan pemanfaatan ruang kota secara optimal dengan melihat ketersediaan lahan yang dapat dijadikan objek pengembangan fisik kota.
Sejalan dengan kebijaksanaan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Kota Banda Aceh dan arahan tata ruang berdasarkan RUTRK Banda Aceh tahun 2001, maka penegasan fungsi yang di emban Kota Banda Aceh adalah sebagai berikut :
− Pusat pemerintahan dan perkantoran.
− Pusat pemasaran hasil-hasil produksi bagi daerah-daerah sekitarnya.
− Pusat kegiatan perdagangan dan jasa pelayanan umum.
− Pusat keagamaan, pendidikan dan kegiatan sosial kebudaya.
− Pusat kegiatan masyarakat di bidang hiburan, rekreasi dan tujuan wisata.
− Pusat transit yang di tunjang oleh terminal regional, pelabuhan terpadu, kegiatan perdagangan dan jasa, perhotelan, restoran dan sebagainya.
Banda Aceh menuntut sarana dan prasarana untuk menuju ke arah kota metropolitan, salah satunya yaitu Convention Center yang merupakan sarana komersial untuk pusat pertemuan baik formal ataupun non formal yang sampai saat ini belum ada. Hal tersebut menjadi salah satu tuntutan untuk masyarakat Aceh dengan gaya hidup modern, seperti fenomena saat ini masyarakat yang cenderung mengadakan acara resepsi pernikahan, pesta ulang tahun atau pertemuan keluarga di gedung-gedung karena lebih praktis dan leluasa daripada di rumah. Rencana pembangunan Aceh Convention Center diharapkan menjadi pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat Aceh khususnya Banda Aceh, juga menjadi salah satu bangunan arsitektural dengan taraf internasional di Aceh yang mampu menjadi simbol kebanggaan masyarakat Banda Aceh.
kebutuhan tersebut tidak hanya tertuju pada masalah atau topik yang dibicarakan dalam sidang, tetapi lebih terarah kepada suasana yang tercipta dalam kegiatan pertemuan tersebut dan urutan-urutan kejadian yang menghasilkan suatu keputusan (dikutip dari buku tugas akhir Andalucia, 1994).
Harapan untuk pemerintah daerah harus mampu meningkatkan mutu kota Banda Aceh dan mengembangkan daerah-daerah yang memiliki potensi yang cukup baik dengan mendukung pembangunan, sehingga tidak jauh ketinggalan dengan negara-negara maju seperti negara tetangga Malaysia dan Singapura. Dengan adanya pertimbangan-pertimbangan seperti ini akan memberikan kesempatan bagi kita untuk meningkatkan kinerja perekonomian dengan negara lain.
1.2 TUJUAN DAN MANFAAT
Maksud dan tujuan yang akan dicapai dari proyek yaitu:
− Menciptakan fasilitas yang dapat mewadahi dan mengakomodir semua kegiatan pertemuan dan pertunjukan bagi masyarakat Aceh;
− Melengkapi fasilitas komersil perdagangan yang dapat memperlancar dan meningkatkan pertumbuhan regional maupun nasional.
− Meningkatkan kualitas lingkungan sekitar, adanya bangunan Aceh Convention Center akan menjadi suatu Landmark baru kota Banda Aceh yang dapat menciptakan karakteristik dan image kota.
− Mengetahui fungsi-fungsi kegiatan yang dapat jadikan fasilitas pendukung pada Aceh
Convention Center sehingga memiliki karakter yang berbeda dengan Convention pada
umumnya.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Merencanakan sebuah wadah untuk pusat pertemuan mempunyai standar-standar perencanaan yang perlu diperhatikan sesuai dengan literature dan tuntutan. Dari rumusan dan pertimbangan maka akan ada beberapa masalah yang akan dihadapi dalam proyek ini, yaitu:
− Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tema yang diambil untuk diterapkan dalam desain bangunan agar sesuai dengan fungsi dan prinsip-prinsip estetika dalam teori arsitektur.
− Pemilihan lokasi proyek agar sesuai dengan fungsi bangunan berdasarka literature dan peruntukan kawasan berdasarkan tata ruang kota.
− Bagaiman menciptakan bangunan yang sesuai dengan lingkungan sekitar, serta menarik minat bagi pemakai dalam skala kota sehingga tercapai maksud dan tujuan perencanaan bangunan.
− Penerapan kebutuhan dan besaran ruang yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar, serta sirkulasi ruang luar dan dalam bangunan yang terintegrasi.
− Bagaimana mengatur arus sirkulasi ruang luar yang terkait dengan kendaraan dan pejalan kaki agar tercipta ruang gerak yang nyaman dan efisien.
− Bagaimana menciptakan kualitas potensi lingkungan pada lokasi proyek sebagai kontribusi pengembangan dan fungsi kawasan sesuai dengan tata ruang kota.
− Bagaimana menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan perlengkapan bangunan seperti pencahayaan dan pengaturan akustik dalam bangunan, perencanaan system utilitas yang mampu mengakomodir fungsi-fungsi di dalam bangunan.
1. 4 METODA PENDEKATAN PERANCANGAN
Dalam menyelesaikan berbagai masalah permasalahan yang akan dihadapi dalam proses perencanaan dan perancangan Convention Center dilakukan berbagai pendakatan, yaitu:
− Studi literatur
Mempelajari permasalahan serta pemecahannya berdasarkan referensi-referensi yang dianggap relevan dan mendukung dalam proses perancangan seperti buku panduan standar bangunan maupun standar keselamatan pada bangunan sesuai dengan fungsi proyek dan kelayakannya. Melakukan pendekatan masalah melalui kajian pustaka untuk menambah pemahaman mengenai pengertian akan aspek-aspek yang terlibat dalam perancangan, serta teknis perancangan bangunan dengan tipologi
Convention Center.
− Studi banding
kesamaan tema dan pemecahan masalah. Studi banding dilakukan terutama untuk mengetahui conto-contoh masalah yang ada, usaha pemecahan masalah, hingga sejauh mana solusi tersebut bisa memecahkan masalah yang ada.
− Survey lapangan
Mengumpulkan data-data mengenai kondisi tapak, potensi lokasi serta permasalahannya terhadap daerah sekitar dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi atau menjadi batasan-batasab dalam proses perancangan.
− Wawancara
Mengumpulkan informasi dari instansi-instansi terkait untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk mendukung kelayakan studi proyek, baik dengan instansi pemerintah maupun swasta.
1. 5 LINGKUP DAN BATASAN PROYEK
1. 6 KERANGKA BERFIKIR
Latar belakang
Maksud dan Tujuan
Pengumpulan Data
Kelayakan studi proyek
Indentifikasi masalah
Rumusan masalah
− Studi Literatur
− Studi banding
− Data lokasi
Analisa
Program perancangan
permasalahan Potensi Prospek
Konsep perancangan
Pra rancangan
Perndekatan struktur Pendekatan arsitektural
1. 7 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang kajian latar belakang, tujuan dan manfaat, batasan permasalahan, metoda pendekatan perancangan, lingkup dan batasan proyek, kerangka berfikir dan sistematika penulisan laporan.
BAB II DESKRIPSI PROYEK
Berisi tentang pengertian Tinjauan Umum, pengertian secara umum, secara khusus, faktor pendukung proyek secara umum, deskripsi proyek, tinjauaan lokasi proyek, serta studi banding proyek sejenis.
BAB III ELABORASI TEMA
Berisi tentang kajian mengenai pengertian, interpretasi, dan keterkaitan tema dengan judul serta studi banding terhadap bangunan-bangunan yang menerapkan tema yang sejenis.
BAB IV ANALISA PERANCANGAN
Berisi tentang kajian analisis terhadap lokasi tapak perancangan, masalah, potensi, prospek dan kondisi lingkungan, pemakai dan aktivitasnya. Juga berisi tentang dasar-dasar pemrograman fasilitas yang direncanakan, meliputi kebutuhan ruang, besaran dan persyaratan ruang, dan hubungan antar ruang, dan utilitas.
BAB V KONSEP PERANCANGAN
Berisi tentang konsep gubahan massa, konsep struktur, serta penzoningan baik luar maupun dalam.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1 PENGERTIAN JUDUL
Kasus proyek yang akan direncanakan adalah “Aceh Convention Center”, dilihat dari judul maka mengandung pengertian:
− Aceh adalah daerah atau nama provinsi yang terletak di Pulau Sumatra yang saat ini bernama Nanggroe Aceha Darussalam dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia yang terkenal dengan julukan Serambi Mekkah.
− Convention1
• Dalam bahasa Indonesia Konvensi
berasal dari bahasa Inggris yang berarti konvensi/rapat, pertemuan,
pejanjian, persetujuan nasional dan internasional.
2
• Convention
adalah permufakatan atau kesepakatan, perjanjian antar negara-negara atau pemerintah, perjanjian tokoh-tokoh masyarakat ataupun partai politik dengan tujuan khusus.
3
• Convention
adalah pertemuan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mempunyai beberapa masalah yang sama, atau untuk tukar menukar informasi, gagasan, pemikiran yang menarik, dan biasanya memiliki tema khusus dan diikuti dengan kegiatan pameran.
4
− Center berasal dari bahasa latin yang berarti Centrum sedangkan bahasa Yunani yang berarti Ketron.
adalah forum pertemuan dengan peserta-peserta baik dari dalam
maupun luar negeri untuk aneka ragam keperluan yang diselenggarakan oleh suatu instansi, lembaga, asosiasi, perhimpunan, perkumpulan. Kelompok organisasai lainnya sebagai rangkaian kegiatan sesuai tujuan organisasi yang bersangkutan.
Dalam bahasa Inggris, Center5
1
Shadily, Hassan, 2003, An English-Indonesia Dictionary, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2
Poerwadarminta, 1984, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, 3
Lawson, Fred, 1981, Convention, and Exhibition Facilities, The Architectural Press Ltd, London, 4
Keputusan Menteri Perhubungan No. Sk. 85/07001/phb-78, 5
Salim, Peter, 1990, The Contemporary English-Indonesia Dictionary, Modern English Press, Jakarta,
Aceh Convention Center (ACC) adalah sebagai pusat untuk melakukan pertemuan oleh
sekelompok orang untuk bermusyawarah membicarakan semua permasalahan, gagasan atau informasi sambil belajar sekaligus menjadi tempat untuk kegiatan pameran, pertunjukan, pagelaran seni, pertemuan resepsi keluarga/HUT sebagai sarana penujang di Aceh yang bertempat di Banda Aceh.
2.1.1 Tinjauan Umum Convention Center
Aceh Convention Center yang direncanakan merupakan suatu wadah sarana fisik untuk
menampung kegiatan konvensi, pertemuan formal atau non formal dan pameran baik skala regional, nasional maupun internasional. Kegiatan konvensi diawali dengan membentuk suatu kebutuhan untuk menginformasikan penemua-penemuan baru kepada pihak yang berkepentingan berhubungan dengan teknologi dan inovasi-inovasi baru di bidang sains dan sosial, pertigaan situasi politik dunia dan pertemuan antar negara.
Kegiatan konvensi bukan hanya sekedar pertemuan biasa namun merupakan gabungan dari kegiatan perjalanan dan rekreasi (wisata konvensi). Dewasa ini kegiatan konvensi berupa pertemuan bisnis, pengenalan penemuan baru, training dan lain-lain, yang pesertanya adalah usahawan atau kelompok dan keluarga.
2.1.2 Jenis-jenis/kelompok kegiatan konvensi6
− Konferensi
:
Konferensi adalah kegiatan pertemuan secara formal antara suatu kelompok organisasi profesi untuk bertukar fikiran mengenai masalah organisasi, operasional, kenyataan yang terjadi atau informasi-informasi terbaru. Kegiatan pertemuan yang bersifat interaktif, pembicaraab atau pembahasan timbal balik setiap peserta dapat berbicara langsung dari tempat duduknya. Lama kegiatan minimal selama enam jam, dengan pembahasan masalah-masalah besar kemudian dilanjutkan dengan rapat-rapat komisi yang biasanya diadakan lebih dari satu hari, maka akan membutuhkan tempat yang relatif dekat dengan penginapan atau bahkan menyediakan penginapan. Pengaturan interior untuk konferensi yaitu meja diatur menurut pola lingkaran, setengah lingkaran, atau bahkan persegi. Untuk suatu konferensi yang besar dengan jumlah peserta lebih dari 150 orang menggunakan lantai bertrap, sehingga peserta yang duduk di belakang dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
6
− Kongres
Merupakan kegiatan pertemuan berupa diskusi untuk menyelesaikan beberapa masalah. Kongres merupakan jenis kegiatan pertemuan besar yang bersifat formal untuk bertukar informasi, mencari pemecahan terhadap permasalahan yang diajukan. Ruangan harus mampu menampung peserta dalam jumlah yang besar apalagi bertaraf internasional. Untuk penyusunan kursinya, biasanya disusun seperti kursi-kursi teater.
− Forum
Merupakan kegiatan diskusi yang menyanggah sebuah pendapat, dimana pesertanya dari bidang yang berlainan. Disini para peserta bebas untuk berpartisipasi.
− Seminar
Merupakan kegiatan tatap muka antara orang-orang yang telah memiliki pengalaman untuk melakukan diskusi dan membahas masalah serta membagi pengalaman antar peserta.
− Simposium
Merupakan kegiatan diskusi untuk membahas suatu persoalan dari berbagai sudut pandang dengan melakukan interaksi tanya jawab dari seorang ahli dalam bidangnya dengan peserta yang terlibat. Diskusi ini kadangkala meminta pendapat dari seorang ahli terlebih dahulu sebelum dilempar kepada peserta, melalui diskusi ini akan menghasilkan perbandingan pandangan paham serta titik-titik pokok dari suatu masalah.
− Workshop
Merupakan kegiatan untuk membahas suatu masalah secara bersama-sama antar kelompok peserta dan melatih satu sama lain sehingga setiap peserta akan mendapat pengetahuan, keahlian, dan wawasan mengenai hal-hal yang baru.
− Panel
− Lecture
Presentasi yang bersifat formal, dibawakan oleh seorang ahli dan diikuti dengan sesi tanya jawab.
− Institusi/lembaga
Merupakan kegiatan untuk membahas dan mendiskusikan persoalan dari berbagai sudut pandang antara beberapa orang. Kegiatan ini dibuat sebagai pengganti pendidikan formal untuk staff suatu perusahaan.
− Kolokium
Sebuah program kegiatan dimana peserta menentukan sendiri topik yang akan didiskusikan, pembimbing akan memberi gagasan atau masukan mengenai topik tersebut.
− Lokakarya
Kegiatan pertemuan yang dihadiri oleh sekelompok orang untuk mengadakan penelitian, pembahasan, dan bertukar pendapat mengenai masalah tertentu.
Direktorat Jenderal Pariwaisata, Departemen Jenderal Pariwisata dan Telekomunikasi mengklasifikasikan kegiatan konvensi berdasarkan penyelenggaranya, yaitu:
− International Organization / Organisasi Intenasional
Merupakan kegiatan konvensi yang dihadiri oleh para peserta sebagian besar atau keseluruhannya yang merupakan anggota dari organisasi yang bernaung di bawah organsasi internasional, seperti : PBB (UNESCO, UNICEF, ILO), OPEC, dan lain-lain.
− Association Convention / Rapat Asosiasi
Pertemuan yang biasanya diselenggarakan oleh suatu asosiasi profesi baik tingkat nasional, regional, maupun internasional, seperti :
• Pertemuan dari Ikatan Dokter Indonesia se-Indonesia
• Pertemuan dari Ikatan Ahli Penyakit Dalam se-Asia Pasifik
− Incentive Programm
Pertemuan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan besar atau support system. Para peserta adalah distributor khusus dari perusahaan atau Support System tersebut, yang bisa meningkatkan produktifitas perusahaan, program ini sering disebut
Motivator ravel Program.
− Commpany / Coorperate Event
Pertemuan yang umumnya berupa rapat oleh anggota direksi, seminar bagi distributor, pertemuan antar distributor, atau rapat divisi.
− Trade Fair / Exhition atau Pameran
Bisa disebut juga Trade Show yang artinya bagian dari promosi bisnis perdagangan yang menuntut standar tinggi untuk memamerkan produk spesial, seperti penjualan dan produk launching (Lawson, 1981). Sedangkan pameran suatu kegiatan produksi barang dan jasa yang menunjang kemajuan dan peningkatan perkembagan perekonomian perusahaan. Sebagai media promosi yang paling efektik untuk menyampaikan informasi tentang produk baru untuk menciptakan trend baru pada masyarakat melalui riset dan persiapan yang matang membuat pameran dapat diterima sebagai pusat informasi produk terbaru. Pameran yang dapat diselenggarakan secara nasional seperti Jakarta Fair, regional seperti Asean Fair, dan yang bersifat Internasional seperti Osaka Fair, Hanoover Fair, dan Leipzig
International Fair.
Kegiatan konvensi juga merupakan salah satu klasifikasi motif dan tipe wisata7
− Wisata konvensi
:
Banyak pertemuan-pertemuan nasional maupun internasional untuk membicarakan bermacam-macam masalah, seperti kelaparan dunia, pelestarian hutan, pemberantasan penyakit tertentu dan sebagainya.
Banyak masalah yang sifatnya global, akan tetapi memerlukan kerjasama internasional, demikian juga mengenai keahlian. Semua keahlian dewasa ini adalah hasil akumulatif jerih payah ahli-ahli sebelumnya dari seluruh dunia, barang siapa mengisolasikan diri pasi ketinggalan, maka banyak kontak internasional, baik secara pribadi maupun dalam rangka organisasi keahlian. Dalam hubungan seperti maka ini banyak diselenggarakan konferensi, wisata yang ditimbulkan oleh konferensi tersebut
7
dinamakan wisata konferensi (conference tourism). Bila konferensi diadakan antara ahli-ahli seprofesi, maka perjalanan wisata yang timbul juga disebut wisata profesi
(profession tourism).
Dalam hal ini ada kecenderungan untk membuat wisata profesi yang berupa seminar, simposium atau lokakarya itu menjadi usaha bisnis. Ada lembaga-lembaga yang pertemuan-pertemuan tersebut dengan maksud mencari untung sebagai suatu usaha bisnis. Penyelenggaraannya tidak hanya secara insidental, akan tetapi secara terencana dan dijadwalkan dengan mengingat waktu para ahli yang bersangkutan.
− Wisata bisnis
Bisnis merupakan dalam motif wisata bisnis, banyak hubungan terjadi antara orang-orang bisnis, seperti kunjungan bisnis, pertemuan-pertemuan bisnis, pekan raya dagang baik besar maupun kecil dan sebagainya. Semuan peristiwa itu mengundang kedatangan orang-orang bisnis, baik dari dalam maupu dari luar negeri. Bila pekan raya dagang, pameran bisnis dan sebagainya itu diselenggarakan dengan baik dan berhasil, dampaknya pada arus kedatangan wisatawan akan terus terasa dalam waktu lama.
Kegiatan konvensi seperti yang telah dijelaskan diatas akan menberi dampak positif bagi pembangunan dan kepariwisataan:
− Dapat meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya, pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya;
− Memperkenalkan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia;
− Meningkatkan persaudaraan atau hubungan nasional/internasioanal.
2.1.3 Kegiatan Konvensi Non formal
Sebuh gedung Convention tidak pernah terlepas dari fungsi kegiatan pameran (exhibition). Pamera (Exhibition), yaitu ruangan yang disediakan untuk kegiatan memamerkan, pertunjukan suatu produk terbaru atau lainnya, seperti barang dan jasa, atau pameran seni kepada masyarakat.
yang berminat untuk memenuhi batiniah. Interior untuk kegiatan seperti ini susunan tempat duduknya mengelilingi arena atau stage.
Untuk kegiatan pertemuan silaturahmi, resepsi pernikahan, HUT dan lain-lain, yang merupakan pertemuan antara sahabat secara informal yang bertujuan untuk merayakan atau memperingati suatu pristiwa penting. Dewasa ini kegiatan seperti ini lebih banyak diperingati dengan berdiri (standing party), sehingga dapat menampung lebih banyak pengunjung atau sistem penjamuan (Banquet). Kegiatan bersifat formal dan biasanya berlangsung tidak lebih dari empat jam, hal yang perlu diperhatikan untuk kegiatan seperti ini adalah kemudahan pencapaian kendaraan langsung menuju entrance bangunan untuk keperluan upacara yang menjadi bagian dari kegiatan.
2.1.4 Kegiatan penunjang
Kegiatan penunjang merupakan kegiatan yang berfungsi untuk menunjang kelancaran pengoperasian kegiatan convention, yaitu kegiatan pengelolaan, sistem manajemen / teknis bangunan dan kegiatan lain yang berfungsi untuk menghidupkan mobilitas manusia pada bangunan.
2.2 LOKASI PROYEK
Berikut ini akan dibahas tentang uraian deskripsi dan tinjauan lokasi proyek.
2.2.1 Studi Literatur
Aceh yang terletak di bagian paling barat gugusan kepualauan Nusantara, menduduki posisi strategis sebagai pintu gerbang lalu lintas perniagaan dan kebuadayaan yang menghubungkan Timur dan Barat sejak berabad-abad lampau. Aceh sering disebut sebagai tempat persinggahan para pedagang Cina, Eropa, India dan Arab, sehingga menjadikan daerah Aceh pertama masuknya budaya dan Agama Islam di Nusantara.
seluruh kerajaan-kerajaan kecil yang terdapat di daerah itu. Dengan demikian kesultanan Aceh mencapai puncak kejaannya pada permulaan abad ke-17, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Pada saat itu pengaruh agama dan kebudayaan islam begitu besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh, sehingga daerah ini mendapat julukan Seuramo Mekkah (Serambi Mekkah). Namun keadaan ini tidak berlangsung lama, karena sepeninggalan Sultan Iskandar Muda para penggantinya tidak mampu mempertahankan kebesaran kerajaan tersebut. Sehingga kedudukan daerah ini sebagai salah satu kerajaan besar di Asia dan besarnya semakin rosot dan mulai dimasuki pengaruh luar.
Daerah yang sekarang lebih dikenal dengan nama ”Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam” dengan luas daerah 57.365,57 km2 dan jumlah penduduk 4.084.586 juta jiwa. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dibagi dalam 21 Kabupaten, 6 Kotamadya yang terdiri dari 216 kecamatan, 642 mukim dan 5.750 desa serta 112 kelurahan. Kabupaten yang terdapat di NAD saat ini, yaitu Kabupaten Simeulue, Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Besar, Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Barat Daya, Gayo Lues, Aceh Tamiang, Nagan Raya, Aceh Jaya, Bener Meriah, Banda Aceh, Sabang, Langsa, dan Lhokseumawe8.
8
[image:31.595.100.517.278.510.2]BPS Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Aceh dalam Angka 2006, Banda Aceh,
Gambar 2.1 Peta Indonesia dan Nanggroe Darussalam
Tinjauan Kota Banda Aceh
− Gambaran Secara Umum Kota Banda Aceh
Dalam kedudukannya sebagai Ibukota Provinsi, maka Banda Aceh mengemban fungsi utama sebagai pusat pemerintahan, pusat pendidikan, pusat sosial budaya serta pusat politik dalam wilayah Proinsi Nanggrioe Aceh Darussalam.
− Kondisi Geografis9
Letak Geografis Kota Banda Aceh terletak antara 050 16’ 15” – 050 22’ 16” LU dan 950 16’ 15” – 950 22’ 35” BT, ketinggian rata-rata diatas permukaan laut 0,80 meter, dengan luas wilayah 61,36 km2
• Utara
. Batas-batas wilayahnya, yaitu:
: Selat Malaka, setelah melewati Selat Malaka dari Kota Banda Aceh dapat ditemui Pulau We dengan Ibu Kota Sabang.
• Selatan : Kecamatan Darul Imarah dan Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar,
• Timur : Kecamatan Barona Jaya dan Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar,
• Barat : Samudera Indonesia
Kota Banda Aceh terdiri dari 10 kecamatan, 70 desa dan 20 kelurahan. Kecamatan yang berada dikota Banda Aceh yaitu kecamatan Meuraxa, Jaya Baru, Banda Raya, Baiturrahman, Lueng Bata, Kuta Alam, Kuta Raja, Syiah Kuala dan Ulee Kareng.
9
BPS Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh Dalam Angka Tahun 2006, Banda Aceh,
Gambar 2.2 Peta NAD dan Banda Aceh
− Kondisi Demografi
Pasca Tsunami jumlah penduduk Kota Banda Aceh berkurang sekitar 27% dari total jumlah penduduk Banda Aceh 263.668 jiwa menjadi 192.194 jiwa.
Tabel 2.1 Jumlah penduduk Kota Banda Aceh pra dan pasca Tsunami.
Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Pengungsi Pra Tsunami Pasca Tsunami
Baiturrahman 37.449 36.783 5.052 Kuta Alam 55.062 43.113 23.971 Meuraxa 31.218 5.657 867 Syiah Kuala 42.779 35.514 6.411
Lueng Bata 18.360 18.254 5.229
Kuta Raja 20.217 5.122 230
Banda Raya 19.071 19.015 9.451
Jaya Baru 22.005 11.384 6.163
Ulee Kareng 17.510 17.388 8.126
Total 263.668 192.194 65.500
Sumber: Visi, Misi dan Arah Pembangunan Banda Aceh, Situs Resmi Pemerintah Kota Banda Aceh, HTKL file, diakses pada 2 Februari 2009,
− Kondisi Klimatologi:
• Temperatur rata-rata bulana berkisar antara 25,0 0C – 33,0 0C, temperature tertinggi mencapai 33,0 0C – 37,0 0
• Tekanan udara 1011,8 – 1008,5 mb C
• Kelembaban berkisar dari 81 – 91 %
• Curah hujan rata-rata 2.345 mm/tahun
Untuk lebih rincinya dijelaskan pada table 2.1 sampai table 2.3, berdasarkan data yang diperoleh dari stasiun Klimatologi Indrapuri Aceh Besr tahun 2003-2008.
Tabel 2.2: Rata-rata Temperature/Suhu Udara (0C) Banda Aceh Tahun 2003-2007
Bulan
Termperatur/Suhu udara (0 Tahun
C)
2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 2 3 4 5 6
Januari 26,4 25,5 26,3 25,8 25,9 26,0 Februari 26,5 26,0 26,4 26,4 26,2 26,0 Maret 27,0 26,9 25,5 26,3 25,9 25,8 April 27,6 27,2 25,9 25,5 25,8 27,0 Mei 28,0 26,9 27,2 26,9 26,4 27,0 Juni 27,7 26,6 27,3 25,9 26 27,1 Juli 27,0 26 25,9 27,7 25,8 26,8 Agustus 26,9 27,3 25,5 27,2 26,8
Oktober 26,1 26 26,6 26,1 26,1 November 26,3 24,9 25 24,9 26,1 Desember 26,5 24,1 25,9 26,1 25,5
Rata-rata 26,8 26,0 26,1 26,4 26,0
Sumber: Stasiun Klimatologi Indra Puri Aceh Besar, tahun 2008
Tabel 2.3: Rata-rata Kelembaban Udara Tahun 2003-2007
Tahun/Bulan Kelembaban (%)
(1) (2)
2003 84
2004 84
2005 85
2006 86
2007
Januari 90 Februari 78
Maret 52
April 77
Mei 88
Juni 85
Juli 83
Agustus 90 September 82 Oktober 88 November 87 Desember 88
Rata-rata 82
Sumber: Stasiun Klimatologi Indra Puri Aceh Besar,2008
Rata-rata kelembaban setiap harinya/jam yaitu:
− 07.00 WIB : 90 %
− 13.00 WIB : 65 %
− 18.00 WIB : 70 %
Tabel 2.4: Arah Angin Terbanyak dan Kecepatan Angin Rata-rata di Banda Aceh Tahun 2007.
Bulan Arah Angin Terbanyak Kecepatan Angin Rata-rata (Knot)
(1) (2) (3)
Januari Timur 10
Februari Timur 10
Maret Timur 8
April Timur 9
Mei Barat Daya 11
Juni Barat Daya 9
Juli Barat Daya 11 Agustus Barat Daya 13 September Barat Daya 11
Oktober Selatan 9
November Timur 9
Desember Timur 10
Jumlah/total 10
− Kondisi Klitologi
Kondisi tanah yang umumnya terdapat di Kota Banda Aceh secara umum dan khususnya di daerah pesisir ini didomonasi oleh jenis tanah Podzolik Merah Kuning (PMK) dan Regosol dengan tekstur tanah antara sedang sampai kasar. Sebagai hasil erosi partikel-partikel tanah diendapkan melalui media air sungai atau aliran permukaan pada daerah rendah.
3.2.2 Kriteria Pemilihan Lokasi Proyek
Dalam memilih lokasi terdapat beberapa kriteria, karena fungsi bangunan yang direncanakan merupakan bangunan komersil yang bersifat publik dan berskala kota.
Tabel 2.5: Kriteria Pemilihan Lokasi
No Kriteria Pemilihan Lokasi Keterangan
1 Tinjauan terhadap arsitektur kota Lokasi yang dipilih berada di kawasan pusat pemerintahan dan dekat dengan pusat kota maupun sub pusat kota, dengan pertimbangan komersil dan berskala kota.
2 Pencapaian Lokasi harus dapat dicapai dari berbagai arah dan dengan segala alternatif (kendaraan umum, pribadi, pejalan kaki).
3 Area pelayanan Lokasi memiliki area pelayanan ±1 km dari berbagai fasilitas seperti bank, tempat ibadah, pasar, kantor dan lain-lain.
4 Persyaratan lain Lokasi harus jelas kepemilikannya, terkait dengan pembebasan lahan, potensi dan peraturan yang berlaku.
2.2.3 Alternatif Pemilihan Lokasi
Beberapa alternatif pemilihan lokasi perancangan yang berada di Jalan T. Nyak Arif dengan Jalan P. Nyak makam (site A), Jalan T. Nyak Arif dengan Jalan Mayjen T. Hamzah (site B), Jalan Mohammad Jam dengan Jalan Abdullah Rimba (site 3) yang ditunjukkan pada gambar 2.3. Berikut ini data-data yang diperoleh mengenai tiga alternatif lokasi site Aceh Convention Center.
Site A
Site C
Site B
U
Gambar 2.3 Peta Lokasi Site
− Lokasi A
[image:37.595.173.431.109.362.2]U
Gambar 2.4 Lokasi usulan tapak A di Kecamatan Kuta Alam Sumber: Bappeda Banda Aceh
Jl. P. Nyak Makam
[image:37.595.92.516.437.712.2]− Lokasi B
[image:38.595.167.458.425.717.2]U
Gambar 2.6 Lokasi usulan tapak B di Kecamatan Blang Padang Sumber: Peta Banda Aceh
Gambar 2.7 Foto Udara Site B Sumber: Bappeda Banda Aceh Jl. H. Dimurtala
− Lokasi C
U
[image:39.595.148.491.110.375.2]Gambar 2.8 Lokasi usulan tapak C di Kecamatan Blang Padang Sumber: Peta Kota Banda Aceh
Gambar 2.9 Foto udara site C Sumber: Bappeda Banda Aceh, Jl. Abdullah
Rimba
Table 2.6: Penilaian Alternatif Lokasi Penilaian Kriteria
Lokasi
Lokasi A Lokasi B Lokasi C
Tata guna lahan Pelayanan umum, perdagangan dan jasa, pendidikan dan permukiman.
3
Bisnis, perkantoran, pemukiman
3
Bisnis, Tempat ibadah, pemukiman
3 Luas lahan 25.000 m2 (2.5 ha)
3
12.800 m² (1,2 ha)
2
10.000 m² (1 ha)
2 Pemilik Pemda
3
- Pemda
3 Citra lingkungan Positif pelayanan
umum, perkantoran, pendidikan dan komersial
3
Positif untuk jasa, perdagangan dan perkantoran.
3
Positif untuk jasa, perdagangan dan perkantora
3 Strategis Sangat strategis
3
Sangat strategis
3
Sangat strategis
2 Pencapaian Sangat mudah diakses
dan dicapai
3
Mudah dicapai dan diakses
2
Sulit diakses karena satu arah
1 Sirkulasi Kendaraan roda
empat, roda dua pejalan kaki
Kendaraan roda empat, roda dua dan pejala kaki
Kendaraan roda empat dan roda dua.
Aksesibilitas Kendaraan pribadi, kendaraan umum dan pejalan kaki
3
Kendaraan pribadi, kendaraan umum dan pejalan kaki
3
Kendaraan pribadi, kendaraan umum dan pejalan kaki
3 Kebisingan Bising
2
Sangat bising
1
Sangat bising
1 Potensi lahan Cocok untuk
bangunan perkantoran dan komersial
3
cocok dijadikan tempat bisnis
2
cocok dijadikan tempat bisnis
2 Total penilaian 26 19 20
Sumber: hasil olah data lapangan
Keterangan: 3 = Sangat baik 2 = Cukup baik 1 = Kurang baik
− Lokasi sangat strategis yang berada pada sub pusat kota yang berdekatan dengan area fasilitas lainnya.
− Lokasi berada pada kawasan campuran, seperti pelayanan umum, jasa dan perkantoran.
− Lokasi berdasarkan informasi terkait akan direncanakan sebuah tempat pertemuan,
mall dan kantor.
− Lokasi mudah dikenal oleh masyarakat.
[image:41.595.76.534.244.703.2]3 Kondisi Eksisting Lokasi Proyek
Gambar 2.10 Foto udara lokasi site Sumber: Bappeda Banda Aceh
U
2
1
5
6
3
4
7
8
9
Batas Utara Batas Selatan
Batas Timur Batas Barat
Jalan T. Nyak Arif
2
Kantor Gubernur NAD
1
SMK 3 Banda Aceh
3
SMEA Banda Aceh
4
Jalan P. Nyak Makan
5
Lahan kosong milik PDAM
3.1 Deskripsi Proyek
− Kasus proyek : Aceh Convention Center − Tema : Arsitektur High-Tech
− Lokasi proyek : Jl. T. Nyak Arif - Jl. P. Nyak Makam, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, NAD
− Batas-batas tapak
• Utara : Jl. T. Nyak Arif
• Selatan : SMEA dan SMK 3
• Timur : Jl. P. Nyak Makam
• Barat : Lahan kosong dan PDAM Tirta Daroi
− Pemilik : Pemerintah daerah Kota Banda Aceh
Kantor KB dan Kantor BRR
6
PDAM Tirta Daroi
[image:43.595.93.521.67.427.2]8
Gambar 2.11 Lokasi dan suasana site Sumber: Dokumen pribadi, hasil survei lapangan Kondis site saat dari Jl. T. Nyak Arif
9
Kondis site saat dari Jl. P. Nyak Makam
− Pemilik Dana : Pemerintah daerah Kota Banda Aceh yang bekerja sama dengan pihak swasta
− Status proyek : Fiktif
− Luas lahan : ± 20.000 m2
− KDB
(2 Ha)
• Jl. T. Nyak Arif : 60 %
• Jl. P. Nyak Makam : 60 %
− GSB : 15,0 m
− LLD (maksimum) : KDB x Luas lahan = 15.000 m2
3.2 TINJAUAN FUNGSI
Berikut ini akan dijelaskan tinjauan fungsi dari aspek pengguna, kegiatan, kebutuhan ruang dan persyaratan ruang.
2.4.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan
2.4.1.1 Kegiatan Utama
1. Pengunjung atau peserta
Convention Center direncanakan dapat melayani semua pertemuan dengan skala
regional, nasional sampai skala internasional, maka peserta yang akan datang terdiri dari peserta asing dan peserta lokal. Peserta ini berasal dari berbagai kalangan seperti ilmuwan, cendekiawan, partisipan dan masyarakat umum.
Peserta dalam suatu konvensi terdiri dari:
− Peserta biasa, yaitu perorangan atau wakil badan/instansi yang ikut serta secara aktif dalam pembahasan pertemuan tersebut
− Penyaji, terbagi atas:
• Penyaji sambutan, yaitu pejabat atau atasan guna mengemukan pengarahan dan harapan tercapainya hasil pertemuan.
− Peninjau, yaitu perorangan atau wakil badab/instansi yang ikut serta secara pasif dalam pertemuan tersebut.
− Konsultan, yaitu seorang ahli yang memberi konsultasi dari segi suatu permasalahan yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut.
2. Penyelenggara
Memberi informasi menganai kegiatan pertemuan kepada para peserta dan mengadakan hubungan dengan perusahaan atau instansi yang terlibat dalam konvensi
3. Pengelola
Mengelola dan mengatur semua jenis kegiatan dan jadwal kegiatan yang berlangsung dalam bangunan. Mengingat kepemilikan Pemda, dalam hal ini akan bekerjasama dengan pihak swasta agar tercapai tujuan yang diharapkan, pihak pengelola harus memegang peranan penting dalam mengatur strategi pemasaran yang ekektif dan pengaturan intensitas kegiatan yang berkesinambungan.
2.4.1.2 Kegiatan Pendukung
Selain kegiatan pertemuan disediakan juga fasilitas penunjang untuk memenuhi dan menghidupkan fasilitas gedung Convention, diantaranya yaitu restoran dan cafeteria, retail dan perkantoran.
Vine Cledding, yaitu ruang terbuka yang hanya diatapi, yang didekor sesuai tuntutan
3.3 STUDI BANDING FUNGSI SEJENIS
3.3.1 Tiara Convention Center
Tiara Convention Center merupakan salah satu tempat yang paling sering dipergunakan oleh masyarakat Medan untuk mengadakan pertemuan, seminar, rapat, resepsi, konser musik, pameran dan acara lainnya, merupakan salah satu fasilitas yang disediakan oleh Hotel Tiara Medan.
Tiara Convention Center terdiri dari 5 ruangan utama, yaitu :
− Balai Raya
Balai raya merupakan ruang utama untuk kegiatan seperti pertemuan, resepsi, pertunjukan musik, pameran dan ain-lain. Pada ruangan ini interiornya seperti perletakan kursinya tidak pemanen, sehingga bisa disesuaikan menurut keperluan konsumen. Ukuran ruang balai raya, 48 m x 28 m x 27 m.
Gambar 2.12 Tiara Convention Center
Sumber:
Gambar 2.13 Balai raya
− Balai Citra, sering digunakan sebagai banquet hall, ukuran ruang 17 m x 23 m.
− Balai Wara, ukuran ruang 9 m x 18 m.
− Balai Duta, ukuran ruang 9,6 m x 9 m.
− Balai Tama, ukuran ruang 7,2 m x 9,5 m.
3.3.2 Monona Terrace Convention Center Madison, Wisconsin
Arsitek : Frank Lyod Wright Jenis bangunan : Konvensi dan eksibisi
Merupakan inspirasi Frank Lyod Wright, bangunan ini didesain tidak hanya untuk pertemuan dengan jumlah peserta yang banyak, pameran, dan pertemuan industri, tapi juga dilengkapi dengan kemudahan aksesbilitrasi dan civic enjoyment. Monona Terase Convention Center berlokasi di Madison, Wisconsin.
About Monona Terrace Convention Center:
− 250,000 square-foot, five-level facility,
extending 90 feet over Lale Monona − 37.200 square-foot Exhibition Hall,
accommodating 212 10’ x 10’ booths,
seats 3,300 for concerts and 2,000 for
banquets.
− 13,524 square-foot Madison Ballroom,
seating 1,400 theater style and 808 fr
banquet round of 8.
− 5,540 square-foot Lecture Hall, seating
320 and 21 break-out rooms.
− 45,590 square-foot William T. Evju Roof Top Garden, accommoding 3,043 for a
reception.
− Gender convertible resr room on Level 1 Lakeside. Ample rest room on all levels.
[image:47.595.326.527.264.598.2]− 600 parking spaces.
Gambar 2.14 Monona Terrace Convention Center Sumber: www.google.com/Monona Terrace - State of
Nama Ruang
Multimedia Lecture Hall
Ruang ini dilengkapi dengan multimedia, dapat berkomunikasi langsung dengan negara lain melalui hubungan satelit, yang terdiri dari 320 tempat duduk tipe teater.
Ball Room
Ball room dengan luas 14,000 ft2 yang dapat menampung lebih dari 1000 orang undangan makan malam, yang merupakan insprirasi Wrigh. Ruan ini bisa diatur sesuai tututan fungsi.
Pre-Function space
Meeting Space and Ball Room
Memiliki luas 28.000 ft2 dengan ruang yang fleksibel.
Shope, Dome & Stairway
Roof Top Garden
Roof top memiliki luas 28.000 ft2
Gambar 2.15 Interior Monona Terrace Convention Center Madison
3.3.3 Scottish Convention Center and Exhibition (The Armadillo)
Arsiitek : Norman Foster Lokasi : Kingston
Jenis bangunan : Convention and Exhibition Center Konstruksi : Struktur Cangkang
The Armadillo terletak di pinggir sungai Clyde, sebelah barat jembatan Kingston dan pusat kota. Bangunan ini dijuluki “The Armadillo” karena bentuknya diadopsi dari binatang bernama sama yaitu armadillo (trenggiling).
Bangunan ini mampu menampung 3000 orang untuk kepentingan pertemuan tingkat dunia. Bangunan ini terdiri dari auditorium, aula ekshibisi dan ruang seminar. Strukturnya terbuat dari cangkang yang dilapisi alumunium yang terpisah-pisah dan diatur secara bertimpa menciptakan bentuk yang unik pada skyline. The Clyde Auditorium secara teknis merupakan pernyataan seni.Kompleks bangunan secara keseluruhan seluas 25 Ha di mana di dalamnya termasuk kompleks ekshibisi, konferensi dan kompleks hiburan dengan arena berkapasitas 12.500 orang sementara The Armadillo sendiri merupakan bangunan tambahan yang dibuka tahun 1997.
Gambar 2.16 Tampak dan Perspektif The Armadillo
Hall 1 375 tempat duduk
Hall 1 2.500 tempat duduk
Hall 2
Hall 3 Hall 4
10.000 tempat duduk
Hall 4
8.200 tempat duduk
Loch Suite Alsh Loch Suite
Lomond Auditorium
Loch Suite Lomond Auditorium
Gambar 2.17 interior dan fasilitas pertemuan
Tabel 2.7 Jenis dan besaran hall SECC
Sumber: :
− Ruang konser
−
Pada ruangan konser, terdapat area yang didisain layanan khusus bagi orang yang memakai kursi roda.
Perjalanan dengan kereta
−
Bila perjalanan dilakukan dengan kereta bawah tanah ke pusat Exhibition, terdapat lift yang akan mengantar ke lantai atas. terdapat suatu jalan yang kemudian akan mengantar pengunjung masuk langsung ke entrance timur dari SECC Building.
Medical Centre
−
Fasilitas ini terdapat di tengah bangunan utama dekat dengan entrance Timur. Memiliki staff untuk penanganan serius jika terjadi kecelakaan yang selanjutnya memperoleh bantuan pertama.
Parkir
Area parkir dipisah dalam tiga bagian berdasar akan area fungsi sejenis di dalam bangunan.
UKURAN HALL
Halls 1 2 3 4 5
Luas keseluruhan 775 2,315 5,095 10,065 4,105
Dimensions (metres)
( Panjang x Lebar ) 27.9 x 22.6 51.3 x 44.2 82.1 x 59.7 115.4 x 81.6 81.6 x 44.5 Tinggi 90 9.0 9.0 20 14 Bentang lebar no yes yes yes yes
Kapasitas tempat duduk
Teater 375 2,500 5,000 10,000 4,000
Konser
Duduk - - 4,232 9,275 4,200 Duduk dan Berdiri - 3,200 4,656 10,103 5,200 berdiri - 3,600 5,852 10,000 5,000
Fungsi Lain
Stage Area - 12 50 35 12 Banqueting 300 1,000 2,500 6,000 2,000
Akses
Kasus Kesimpulan
Tiara Convention Center Ruang pertemuan yang bervariasi yang sesuai dengan jenis kegiatan dan fleksibel.
Monona Terrace Convention Center Madison, Wisconsin
Bangunan yang sangat inspiratif yang menawarkan suasana didukung dengan fasilitas, dan ruang yang fleksibel
Scottish Convention Center and Exhibition (The Armadillo)
Ruang pertemuan yang sangat bervariasi dan dibuat sefleksiibel mungkin
Kesimpulan:
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1 ALASAN PEMILIHAN TEMA
Pada saat sekarang dan kedepan perkembangan teknologi lebih mengarah kepada teknologi yang ramah lingkungan, hal ini disebabkan karena perkembangan teknologi yang lalu-lalu selalu memanfaatkan dan mengeksplorasi alam tanpa memikirkan keberlangsungannya dimasa yang akan datang sehingga akibatnya dapat kita rasakan sekarang, seperti berkurangnya bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama dimuka bumi ini, memanasnya suhu permukaan bumi akibat penggunaan bahan-bahan yang dapat merusak lapisan ozon.
Pemanfaatan teknologi dalam arsitektur diharapkan dapat menjadi solusi terhadap pengendalian lingkungan dan tidak semata-mata untuk estetika arsitekural yang hanya dapat dinikmati secara visual, karena karya arsitektur sebagai bagian dari lingkungan binaan harus handal dan dapat berfungsi dengan baik yang dapat mewadahi kegiatan manusia.
3.2 PENGERTIAN TEMA
Tema yang dipilih untuk proyek Aceh Convention Center yaitu Arsitektur High-tech.
Arsitektur adalah :
Menurut Fransis D. K. Ching dalam bukunya, Bentuk, Ruang dan Susunannya:
− Lingkungan binaan,
Suatu ruangan yang diwujudkan, dibina, dan ditata menurut norma, kaidah, dan aturan tertentu yang berkembang menurut waktu dan tempatnya.
− Ilmu dalam merancang bangunan
Adalah suatu yang sengaja dirancang guna memenuhi kebutuhan para pemakai sebagai suatu pemecahan dari masalah yang ada dan harus memenuhi persyaratan fungsional.
”Lingkungan buatan yang mempunyai bermacam-macam kegunaan melindungi manusia dan kegiatannya serta hak miliknya dari elemen, dari musuh dan kekuatan-kekuatan adikodrati dengan membuat tempat, menciptakan suatu kawasan aman yang berpenduduk dalam dunia fana dan cukup berbahaya, menekankan sosial yang menonjolkan status”.
High-tech adalah:
High dalam bahasa Indonesia berarti tinggi. Tinggi disini maksudnya adalah sesuatu yang
mengacu pada modernisasi dan hal yang baru.
Tech merupakan kata lain dari Technology. Dalam Bahasa Indonesia, kata ini berubah
dan diserap menjadi “teknologi” yang berarti suatu metode yang dipakai dalam suatu pemecahan masalah perancangan. Masalah perancangan yang dimaksud di sini adalah masalah struktur, serta pemakaian material dengan sistem konstruksi yang mendukung untuk bangunan yang dirancang.
Arsitektur High-tech adalah gaya perancangan suatu bangunan atau lingkungan binaan dengan beberapa standar tertentu yang kemudian ditata dan diatur agar pemecahan masalah yang ada berhasil dicapai dengan pemakaian suatu metode yang tidak biasa, baik itu dari sistem struktur maupun pemakaian bahan bangunan yang fungsional dan estetis.
High-tech dalam arsitektur mempunyai arti yang berbeda dengan High-tech dalam
industri, High-tech dalam industri berarti elektronik, komputer, chip silicon, robot dan sebagainya, namun dalam arsitektur High-tech berarti suatu style bangunan atau langgam tertentu. Arsitek yang mempelopori style ini yaitu Richard Rogers, Norman Foste