ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA CLOUD COMPUTING
DENGAN SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI
KONVENSIONAL
SKRIPSI
BAGOES HARSONO
061401012
PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA CLOUD COMPUTING DENGAN SISTEM INFORMASI KONVENSIONAL
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komputer
BAGOES HARSONO 061401012
PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA CLOUD
COMPUTING DENGAN SISTEM TEKNOLOGI
INFORMASI KONVENSIONAL
Kategori : SKRIPSI
Nama : BAGOES HARSONO
Nomor Induk Mahasiswa : 061401012
Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER
Departemen : ILMU KOMPUTER
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di
Medan, Desember 2010
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
M.Andri Budiman, S.T., M.Comp.Sc., M.E.M. Prof. Dr. Muhammad Zarlis
NIP. 19751008200801 1 011 NIP. 19570701 1986011003
Diketahui/Disetujui oleh
Program Studi S1 Ilmu Komputer Ketua,
PERNYATAAN
ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA CLOUD COMPUTING DENGAN SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI KONVENSIONAL.
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Desember 2010
PENGHARGAAN
Alhamdulillah, puji syukur sayasampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta segala sesuatunya dalam hidup, sehingga sayadapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer, Program Studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Shalawat beriring salam saya persembahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlissebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak M. Andri Budiman, S.T., M.Comp.Sc., M.E.M. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, dan masukankepada saya untuk menyempurnakan kajian ini. Panduan ringkas, padat dan profesional telah diberikan kepada sayasehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Selanjutnya kepada Dosen Penguji Bapak Syahriol Sitorus, S.Si., M.I.T. danBapak Ade Candra, S.T., M.Kom. atas saran dan kritikan yang sangat berguna bagi saya.Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer, Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Bapak Syariol Sitorus, S.Si, M.I.T., Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen serta pegawai di Program Studi S1 Ilmu Komputer FMIPA USU.
Skripsi ini terutama saya persembahkan untuk kedua orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan dukungan dan motivasi, ayahanda A.Rahman dan ibunda Mariani yang selalu sabar dalam mendidik saya. Kepada teman-teman terbaik yang selalu memberikan dukungan M. Januar Rambe, Andika Novaldy, Muriyana br. Sukatendel, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.Untuk yang tersayang Dameria Gloria Christina yang telah banyak memberikan dukungan, doa, serta cinta kepada penulis.
ABSTRAK
COMPARATIVE STUDY BETWEEN CLOUD COMPUTING AND CONVENTIONAL INFORMATION TECHNOLOGY SYSTEM
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 4
1.5 Manfaat Penelitian 4
1.6 Diagram Konsep 5
1.7 Metodologi Penelitian 5
1.8 Sistematika Penulisan 6
Bab 2 Tinjauan Teoretis
2.1 Sistem Informasi 8
2.2 Teknologi Informasi 10
2.3 Konsep Dasar Sistem 15
2.3.1 Tujuan 16
2.3.2 Masukan 17
2.3.3 Proses 17
2.3.4 Keluaran 17
2.3.5 Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik 17
2.3.6 Batas 18
2.3.7 Lingkungan 18
2.4 Arsitektur Informasi 19
2.5Aplikasi Web 22
2.5.1 e-Business 23
2.5.2 e-Commerce 24
2.5.2.1 Business-to-Business (B2B) 24
2.5.2.2 Business-to-Consumer (B2C) 25
2.5.2.3 Consumer-to-Consumer (C2C) 25
2.5.2.4 Consumer-to-Business (C2B) 25
2.5.2.6 Government-to-Business (G2B) 25
2.5.2.7 Government-to-Citizen (G2C) 26
Bab 3 Analisis Sistem
3.1 Analisis Permasalahan Umum 27
3.2 Analisis Cloud Computing 27
3.2.1 Analisis Pembagian CloudComputing 29
3.2.1.1 Pembagian Cloud Menurut Infrastruktur 29
3.2.1.1.1 Public Cloud 30
3.2.1.1.2 Private Cloud 30
3.2.1.1.3 Hybrid Cloud 31
3.2.1.2 Pembagian Cloud Menurut Jenis Layanan 32
3.2.1.2.1 Infrastructure as a Service (IaaS) 32
3.2.1.2.2 Platform as a Service (PaaS) 33
3.2.1.2.3 Software as a Service (SaaS) 34
3.2.2 Virtualisasi 36
3.2.3Tingkat Keamanan IT 37
3.2.3.1Lokasi Data di Cloud 38
3.2.3.2 Kontrol Data di Cloud 39
3.2.3.3 Keamanan Data untuk Transportasi di Cloud 39
3.2.4 Skalabilitas 40
3.2.5 Efektifitas Biaya 42
3.3 Membandingkan Cloud Provider dengan IT Service Provider Tradisional 44
3.3.1 Virtualisasi Sistem Pada TI Konvensional 45
3.3.2 Keamanan dalam Pusat Data Tradisional 46
3.3.3 Skalabilitas 48
3.3.4 Biaya 48
3.4 Green Computing 49
3.5 Google Apps 50
Bab 4 Implementasi Sistem
4.1 Mendaftar pada Google Apps 52
4.2 Menambah Aplikasi pada Google Apps 55
4.3 Microsoft Office Live 63
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 65
5.2 Saran 65
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Informasi dengan Sistem Informasi Manajemen 9
Tabel 3.1 Tabel Perhitungan Biaya Pusat Data Tradisional 44
Tabel 3.2 Tabel Perhitungan Biaya Pusat Data Cloud 44
Tabel 3.3 Lima Edisi Google Apps 50
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Diagram Komponen Cloud Computing 5
Gambar 2.1 Transformasi data menjadi informasi 14
Gambar 2.2 Hubungan data, informasi, dan pengetahuan 14
Gambar 2.3 Sistem perusahaan dan elemen-elemennya 16
Gambar 3.1 Tipe Cloud Computing 30
Gambar 3.2 Komponen Infrastructure-as-a-Service 33
Gambar 3.3 Komponen Platform-as-a-Service 34
Gambar 3.4 Komponen Software-as-a-Service 35
Gambar 3.5 Contoh Cloud Provider Lokal 41
Gambar 3.6 Grafik Perhitungan Biaya per Pengguna per Tahun 42
Gambar 3.7 Perbandingan Cloud Data Center dengan Traditional Corporate Data
Center 43
Gambar 3.8 Konsumsi Tenaga Pusat Data Cloud 49
Gambar 4.1 Halaman Depan Google Apps 52
Gambar 4.2 Pendaftaran Domain 53
Gambar 4.3 Form Pendaftaran Google Apps 53
Gambar 4.4 Halaman Login Google Apps 54
Gambar 4.4 Tampilan Control Panel Google Apps 55
Gambar 4.5 Google Apps Marketplace 56
Gambar 4.6 Aplikasi Slide Rocket Overview 57
Gambar 4.7 Halaman Persetujuan Penambahan Aplikasi 58
Gambar 4.8 Halaman Awal Slide Rocket 59
Gambar 4.9 Halaman Editor Slide Rocket dengan Fitur – Fiturnya 59
Gambar 4.10 Halaman Depan Setiap Presentasi 60
Gambar 4.11 Halaman Untuk Pengaturan Presentasi Secara Online 60
Gambar 4.12 Halaman Kolaborasi Presentasi 61
Gambar 4.13 Halaman Analytics Presentasi 62
Gambar 4.14 Halaman Export File Presentasi 62
Gambar 4.15 Aplikasi Microsoft Office Live 63
ABSTRAK
COMPARATIVE STUDY BETWEEN CLOUD COMPUTING AND CONVENTIONAL INFORMATION TECHNOLOGY SYSTEM
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penggunaan teknologi internet didunia semakin meningkat. Setiap orang pasti telah
menikmati layanan internet. Dahulu internet hanya digunakan oleh para pekerja
dibidang teknologi komputasi berbasis internet dan yang mengerti teknologi itu saja.
Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi ini juga mengalami perkembangan
kearah pencapaian kemudahan dan kenyamanan luar biasa dalam melakukan kegiatan
sehari-hari yang dianggap tidak mungkin dapat dikerjakan dalam waktu singkat.
Pengembangan teknologi komputasi berbasis internet sekarang ini lebih
diarahkan kepada proses pengaplikasian sistem yang mudah dan tidak memerlukan
banyak waktu atau tenaga. Permasalahan diperoleh dalam pengolahan sistem jaringan.
Apabila ada suatu perubahan pada program aplikasi internet pada server dalam
jaringan lokal, datanya harus diinstal ulang atau disesuaikan kembali, termasuk pada
pemakaian komputer biasa, yang biasanya diperlukan sistem operasi dan program
aplikasi. Sistem operasi sangat menentukan program aplikasi. Kalau pemakai memilih
sistem operasi MS Windows misalnya, maka aplikasinya pun harus berbasis
Windows. Demikian juga kalau sistemnya berbasis DOS, Linux, Mac, dan
sebagainya. Padahal memilih sistem operasi sendiri sering membuat pengguna merasa
bingung.
Sistem teknologi informasi yang ada sekarang ini sangat terbatasi oleh ruang.
Ruang untuk server yang dibutuhkan untuk penyimpanan data dan peningkatan
kemampuan perangkat keras dalam rangka peningkatan proses komputasi sangat
terbatas dan memerlukan biaya yang tidak murah untuk menambah perangkat yang
mengandalkan teknologi yang sudah usang, sehingga para CIO (Chief Information
Officer) harus mengikuti perkembangan perangkat keras yang ada.
Menurut Bambang Patrap Yakin seperti yang dikemukan oleh Deliusno (2010),
“Cloud computing memiliki beberapa kelebihan dibandingkan apabila suatu
perusahaan mengelola TI-nya sendiri. Pertama, cloud computing dapat mengubah cara
pandang seseorang dalam melihat TI. Kedua, perusahaan hanya perlu membayar apa
yang mereka gunakan, sehingga terjadi pengurangan biaya (cost reduction).”
Menurut perusahaan IBM (2010), “Sebuah kemunculan model TI yang baru –
cloud computing – dapat secara signifikan mengurangi biaya TI dan kompleksitas
sambil meningkatkan pengoptimalan beban kerja dan pelayanan.
Cloudcomputingdapat dikembangkan dengan skala besar, memberikan pengalaman
pengguna yang superior, dan ditandai oleh sesuatu yang baru, yaitu ekonomi berbasis
internet.”
Sekarang konsep teknologi informasi cloud computing sedang hangat
dibicarakan. Istilah cloud computing mungkin belum banyak didengar, karena
memang masih baru. Namun, perkembangannya sangat luar biasa.
Perusahaan-perusahaan besar di bidang TI pun sekarang mencurahkan perhatiannya ke sana.
Cloud computing digunakan karena timbulnya kendala seperti keterbatasan sumber
daya yang menyebabkan terhambatnya beberapa kegiatan perkomputasian.
Saya memilih judul ini karena topik cloud computing ini sedang hangat
dibahas oleh para pakar TI. Cloud computing ini diharapkan menjadi pengganti sistem
yang ada serta ramah lingkungan. Cloud computing ini mengembangkan teknologi
jaringan internet untuk menciptakan satu komputer yang sangat besar dan menghemat
sumber daya serta perangkat keras yang digunakan.
Diawali dari kebiasaan orang-orang yang memiliki mobilitas tinggi dalam
menjalani keseharian, segala sesuatu dibuat lebih praktis dan mengikuti kebiasaan ini.
Diperlukan adanya fasilitas untuk mengakses internet dimana saja dan kapan saja.
internet via broadband. Namun kesiapan infrastruktur untuk cloud computing perlu
dipertanyakan. Dampak ke cloud juga berdampak ke infrastruktur yang ada. Ada
hal-hal dilematis seperti server yang divirtualisasi tapi menggunakan
cloud.Cloudcomputing menyajikan peluang besar,namun penggunaannya tergantung
pada kebutuhan dan target perusahaan. Harus ada sekuriti, dan tidak untuk semuanya.
Harus ada keseimbangan kebutuhan, mana yang harus di-cloud, dan mana yang di
premises. Intinya harus ada balancing, tidak semua perlu di cloud. Jika tujuannya
mendapatkan efisiensi yang lebih besar, berikut beberapa rekomendasi. Pertama,
jangan memikirkan hanya dalam kapasitas. Kedua, pelanggan harus memikirkan
integrasi ke aplikasi. Terakhir, perusahaan perlu mendorong pelanggan untuk
mengadaptasi teknologi deduplikasi agar tidak hanya membicarakan harga per GB.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas di dalam penelitian ini adalah membandingkan antara
penggunaan cloud computing dengan sistem konvensional pada dunia bisnis TI.
1.3 Batasan Masalah
Agar pembahasan penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang telah dirumuskan,
maka diperlukan batasan-batasan. Batasan-batasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Sistem cloud yang digunakan dalam implementasi adalah Google Apps dan
Microsoft Office Live.
2. Sistem yang analisis untuk dibandingkan dengan cloud computing adalah sistem
TI konvensional dengan aplikasi stand-alone.
3. Analisis masalah hanya membahas tentang penggunaan, pemanfaatan, penerapan
dan perbedaan cloud computing dengan sistem TI yang ada sekarang.
4. Konsep yang akan dianalisis hanyalah sebagai berikut:
a. Virtualisasi
b.Keamanan IT
d.Efektifitas Biaya
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan antara cloud computing dengan
sistem teknologi informasi konvensional.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah pengguna dapat mengetahui perbedaan cloud computing
dengan sistem teknologi informasi konvensional dan mengetahui sistem yang lebih
1.6 Diagram Konsepsi
Gambar 1.1 Diagram Komponen Cloud Computing
1.7 Metodologi Penelitian
Dalam menyusun skripsi ini penulis melakukan beberapa penerapan metode penelitian
untuk menyelesaikan permasalahan. Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah
1. Studi Literatur
Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan, mempelajari serta menyeleksi
bahan-bahan yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini.
2. Pengumpulan Data
Melakukan pengumpulan data dari buku-buku yang berkaitan dan sumber
informasi lainnya.
3. Analisis Sistem
Menganalisis dua sistem berbeda antara cloud dan sistem biasa.
4. Dokumentasi Sistem
Pembuatan laporan Tugas Akhir
1.8 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari beberapa bagian utama sebagai
berikut:
BAB I . PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang masalah yang dibahas dalam
skripsi ini, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II. TINJAUAN TEORETIS
Bab ini merupakan tinjauan teoretis yang berkaitan dengan cloud computingserta
hal-hal yang berhubungan dengan data-data yang akan digunakan yang berasal dari
internet dan buku literatur.
BABIII. ANALISIS SISTEM
Dalam bab ini akan dibahas tentang analisis karakteristik sistem cloud computing,
analisis pembagian cloud computing, analisis fungsi cloud computing, dan analisis
kelebihan dan kekurangan sistem cloud computing.
Dalam bab ini akan berisiimplementasi penggunaan aplikasi Google Apps.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir akan memuat kesimpulan isi dari keseluruhan uraian bab-bab
sebelumnya dan saran-saran dari hasil yang diperoleh yang diharapkan dapat
BAB 2
TINJAUAN TEORETIS
2.1 Sistem Informasi
Banyak aktivitas manusia yang berhubungan dengan sistem informasi. Tak hanya di
negara-negara maju, di Indonesia pun sistem informasi telah banyak diterapkan
dimana- mana. Sesungguhnya yang dimaksud dengan sistem informasi tidak harus
melibatkan komputer. Sistem informasi yang menggunakan komputer biasa disebut
sistem informasi berbasis komputer.
Ada beragam definisi sistem informasi, menurut Alter (1992), yang dikutip
dalam buku Pengenalan Sistem Informasi mendefinisikan sistem informasi adalah
kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang
diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi. Selain itu menurut
Turban, McLean, dan Wetherbe (1999) yang dikutip dalam buku yang sama
mendefinisikan Sebuah sistem informasi mengumpulkan, memproses, menyimpan,
menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik. Istilah sistem
informasi juga sering dikacaukan dengan sistem informasi manajemen (SIM). Kedua
hal ini sebenarnya tidak sama. Sistem informasi manajemen merupakan salah satu
jenis sistem informasi, yang secara khusus ditujukan untuk menghasilkan informasi
Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Informasi dengan Sistem Informasi
Manajemen
Sistem Informasi Sistem informasi Manajemen
1. Ditujukan kepada semua pihak
2. Memiliki tujuan tertentu
bergantung jenisnya
3. Lebih fokus terhadap penggunaan
sistem berbasis komputer
1. Hanya ditujukan kepada pihak
manajemen
2. Bertujuan untuk pengambilan
keputusan
3. Adanya peran manusia sebagai
penentu hasil akhir
Berikut ini merupakan kemampuan utama dari sistem informasi menurut
Turban, McLean, dan Wetherbe (1999) :
1. Melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar, dan dengan kecepatan tinggi.
2. Menyediakan komunikasi dalam organisasi atau antar organisasi yang murah,
akurat, dan cepat.
3. Menyimpan informasi dalam jumlah yang sangat besar dalam ruang lingkup yang
kecil tetapi mudah diakses
4. Memungkinkan pengaksesan informasi yang sangat banyak di seluruh dunia
dengan cepat dan murah.
5. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi orang-orang yang bekerja dalam kelompok
dalam suatu tempat atau pada beberapa lokasi.
6. Menyajikan informasi dengan jelas yang menggugah pikiran manusia.
7. Mengotomasikan proses-proses bisnis yang semi-otomatis dan tugas-tugas yang
dikerjakan secara manual.
8. Mempercepat pengetikan dan penyuntingan.
9. Pembiayaan yang jauh lebih murah daripada pengerjaan secara manual.
Kemampuan-kemampuan ini mendukung sasaran bisnis yang mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1. Peningkatan produktivitas.
2. Pengurangan biaya.
4. Peningkatan layanan ke pelanggan.
5. Pengembangan aplikasi-aplikasi strategis yang baru.
2.2 Teknologi Informasi
Teknologi informasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama
komputer untuk menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan informasi apa saja
termasuk kata, bilangan, dan gambar. Secara lebih umum, Lucas (2000) yang dikutip
dalam buku Pengenalan Sistem Informasi mendefinisikan teknologi informasi adalah
segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan
informasi dalam bentuk elektronis. Mikrokomputer, komputer mainframe, pembaca
barcode, perangkat lunak pemroses transaksi, perangkat lunak lembar kerja
(spreadsheet), dan peralatan komunikasi dan jaringan merupakan contoh teknologi
informasi.
Secara garis besar, teknologi informasi dapat dikelompokkan kedalam 2
bagian, yaitu perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).
Teknologi informasi dibagi menjadi 6 kelompok (Abdul Kadir, 2003), yaitu sebagai
berikut:
1. Teknologi masukan (input technology)
2. Teknologi keluaran (output technology)
3. Teknologi perangkat lunak (software technology)
4. Teknologi penyimpanan (storage technology)
5. Teknologi telekomunikasi (telecommunication technology)
6. Teknologi perangkat keras (hardware technology)
Teknologi masukan adalah segala perangkat yang digunakan untuk menangkap
data/informasi dari sumber asalnya. Contoh teknologi ini antara lain barcode scanner
dan keyboard. Supaya informasi bisa diterima oleh pemakai yang membutuhkan
informasi perlu disajikan dalam berbagai bentuk. Dalam hal ini teknologi keluaran
mempunyai andil yang cukup besar. Pada umumnya informasi disajikan dalam
kertas (hard copy). Pada keadaan seperti ini, peranti printer berperan dalam
menentukan kualitas cetakan. Dewasa ini, terdapat berbagai peranti yang mendukung
penyajian informasi, termasuk dalam suara. Untuk menciptakan informasi diperlukan
perangkat lunak atau sering kali disebut program. Program adalah sekumpulan
instruksi yang digunakan untuk mengendalikan perangkat keras komputer. Teknologi
penyimpanan menyangkut segala peralatan yang digunakan untuk menyimpan data.
Teknologi telekomunikasi merupakan teknologi yang memungkinkan hubungan jarak
jauh. Mesin pemroses adalah bagian penting dalam teknologi informasi yang
berfungsi mengingat data/program (berupa komponen memori) dan mengeksekusi
program (berupa komponen CPU).
Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini sangat besar.
Teknologi informasi telah menjadi fasilitator utama bagi kegiatan-kegiatan bisnis,
memberikan andil besar terhadap perubahan-perubahan yang mendasar pada struktur,
operasi, dan manajemen informasi. Pengambilan uang melalui ATM, transaksi melalui
internet yang dikenal dengan e-commerce atau perdagangan elektronik, transfer uang
melalui fasilitas e-banking yang dapat dilakukan dari rumah, merupakan sejumlah
contoh hasil penerapan teknologi informasi.Secara garis besar dapat dikatakan bahwa:
1. Teknologi informasi menggantikan peran manusia. Dalam hal ini, teknologi
informasi melakukan otomasi terhadap suatu tugas atau proses.
2. Teknologi memperkuat peran manusia, yakni dengan menyajikan informasi terhdap
suatu tugas atau proses.
3. Teknologi informasi berperan dalam restrukturisasi terhadap peran manusia. Dalam
hal ini, teknologi berperan dalam melakukan perubahan-perubahan terhadap
sekumpulan tugas atau proses.
Menurut O’Connor dan Galvin (1997) seperti yang dikutip dalam buku yang
berjudul Pengenalan Sistem Informasi menyatakan, yang menyoroti penerapan
teknologi informasi untuk keperluan pemasaran, mengemukakan beberapa alasan
penggunaan teknologi informasi, antara lain :
1. Secara signifikan meningkatkan pilihan-pilihan yang tersedia bagi perusahaan
dengan memegang peranan penting dalam implementasi yang efektif terhadap
2. Mempengaruhi proses pengembangan strategi pemasaran karena teknologi
informasi memberikan lebih banyak informasi ke manajer melalui pemakaian
sistem pengambilan keputusan.
3. Teknologi informasi memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai
bagian yang berbeda dalam organisasi dan menyediakan banyak informasi ke
manajer.
4. Teknologi informasi juga mempengaruhi antarmuka-antarmuka organisasi dengan
lingkungan, seperti pelanggan dan pemasok. Sistem antar organisasi yang
dilengkapi dengan pertukaran data elektronis menciptakan hubungan yang lebih
dekat antara organisasi dan pemasok, memfasilitasi manajemen sediaan yang lebih
efisien, dan memungkinkan pendekatan tepat waktu dalam melakukan pemesanan
kembali.
Teknologi informasi sering dikatakan dapat digunakan untuk membentuk
strategi untuk menuju keunggulan yang kompetitif (O’Brien, 1996), antara lain :
1. Strategi biaya : meminimalisir biaya / memberikan harga yang lebih murah
terhadap pelanggan, menurunkan biaya dari pemasok, atau meningkatkan biaya
pesaing untuk tetap bertahan di industri.
2. Strategi diferensiasi : mengembangkan cara-cara untuk membedakan produk/jasa
yang dihasilkan perusahaan terhadap pesaing sehingga pelanggan menggunakan
produk/jasa karena ada manfaat atau fitur yang unik.
3. Strategi inovasi : memperkenalkan produk/jasa yang unik atau membuat
perubahan yang radikal dalam proses bisnis yang menyebabkan
perubahan-perubahan yang mendasar dalam pengelolaan bisnis.
4. Strategi pertumbuhan : mengembangkan kapasitas produksi secara signifikan,
melakukan ekspansi ke dalam pemasaran global, melakukan diversifikasi
produk/jasa baru, atau mengintegrasikan ke dalam produk/jasa yang terkait.
5. Strategi aliansi : membentuk hubungan dan aliansi bisnis yang baru dengan
pelanggan, pemasok, pesaing, konsultan, dan lain-lain.
Alter (1992) mengemukakan berbagai kecenderungan teknologi yang
dengan cepat, tetapi ada juga yang masih tertinggal. Kecenderungan itu antara lain
sebagai berikut:
1. Peningkatan kecepatan dan kapasitas komponen-komponen elektronik.
2. Ketersediaan informasi dalam bentuk digital semakin banyak.
3. Portabilitas peralatan-peralatan elektronis semakin meningkat.
4. Konektivitas meningkat.
5. Kemudahan pemakaian meningkat.
6. Ketidakmampuan mengotomasikan logika masih berlanjut.
Informasi merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam manajemen
modern. Banyak keputusan strategis yang bergantung kepada informasi. Sebagaimana
diketahui, sumber daya 4M+1I yang mencakup manusia (sumber daya manusia atau
SDM), material (termasuk di dalamnya energi), mesin, modal, dan informasi
merupakan sumber daya vital bagi kelangsungan organisasi bisnis.
Perbedaan antara data dan informasi sering menjadi titik awal untuk
memahami sistem informasi. Sebagai tambahan, pengetahuan juga diikutkan untuk
dibahas, mengingat pada saat ini pemakaian sistem pakar yang berbasiskan
pengetahuan telah banyak digunakan. Secara konseptual, data adalah deskripsi tentang
benda, kejadian, aktivitas, dan transaksi, yang tidak mempunyai makna atau tidak
berpengaruh secara langsung kepada pemakai. Sedangkan informasi adalah data yang
telah melalui suatu tahap pemrosesan sehingga menjadi bermakna dan bermanfaat
bagi pemakai. Data dapat berupa nilai yang terformat, teks, citra, audio, dan video.
Data yang terformat adalah data dengan suatu format tertentu. Misalnya, data yang
menyatakan tanggal atau jam, atau menyatakan nilai mata uang. Teks adalah sederetan
huruf, angka, dan simbol-simbol khusus (misalnya + dan $) yang kombinasinya tidak
tergantung pada masing-masing item secara individual. Citra adalah data dalam
bentuk gambar. Citra dapat berupa grafik, foto, hasil rontgen, dan tanda tangan,
ataupun gambar yang lain. Audio adalah data dalam bentuk suara. Instrumen musik,
suara orang atau suara binatang, gemericik air, detak jantung, merupakan beberapa
contoh data audio. Video menyatakan data dalam bentuk sejumlah gambar yang
bergerak dan bisa saja dilengkapi dengan suara. Video dapat digunakan untuk
McFadden, dkk (1999) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah
diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang
menggunakan data tersebut.
Gambar 2.1 Transformasi data menjadi informasi
Jadi, hal yang terpenting untuk membedakan informasi dengan data, informasi
itu mempunyai kandungan “makna”, sedangkan data tidak. Pengertian makna disini
merupakan hal yang sangat penting karena berdasarkan maknalah si penerima dapat
memahami informasi tersebutdan secara lebih jauh dapat menggunakannya untuk
menarik suatu kesimpulan bahkan mengambil keputusan.
Pengetahuan (knowledge) adalah kombinasi dari naluri, gagasan, aturan, dan
prosedur yang mengarahkan tindakan atau keputusan (Alter, 1992). Sebagai
gambaran, informasi yang dipadukan dengan pengalaman masa lalu dan keahlian akan
memberikan suatu pengetahuan yang tentu saja memiliki nilai yang tinggi.
Gambar 2.2 Hubungan data, informasi, dan pengetahuan
akumulasi pengetahuan
memformat, memilih, meringkas
data menerjemahkan, memutuskan,
bertindak
hasil
informasi pengetahuan
Secara tradisional, data disusun dalam suatu hierarki yang terdiri dari elemen
data, rekaman (record), dan berkas (file).
1. Elemen data
Elemen data adalah suatu data terkecil yang tidak dapat dipecah lagi menjadi unit
data yang lain. Istilah lain untuk elemen data adalah medan (field), kolom, item,
dan atribut.
2. Rekaman
Rekaman adalah gabungan sejumlah elemen data yang saling terkait. Istilah lain
untuk rekaman adalah tupel dan baris.
3. Berkas
Himpunan seluruh rekaman yang bertipe sama membentuk sebuah berkas. Dalam
sistem basis data relasional, berkas mewakili komponen yang disebut tabel atau
relasi.
2.3 Konsep Dasar Sistem
Pada dasarnya, sistem merupakan sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu
yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan. Ada beberapa elemen yang
membentuk sebuah sistem, yaitu: tujuan, masukan, keluaran, proses, mekanisme
Gambar 2.3 Sistem perusahaan dan elemen-elemennya
2.3.1 Tujuan
Ada 3 tujuan umum dari sistem informasi yaitu:
1. Untuk mendukung fungsi kepengurusan manajemen
2. Untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen
3. Untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan
Secara lebih spesifik, tujuan sistem informasi bergantung pada kegiatan yang
ditangani. Namun kecenderungan penggunaan sistem informasi lebih ditujukan pada
usaha menuju keunggulan kompetitif, yang artinya mampu bersaing dan mengungguli
2.3.2 Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan
selanjutnya menjadi bahan untuk diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang
berwujud maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan
mentah, sedangkan masukan yang tidak berwujud adalah informasi.
Pada sistem informasi, masukan dapat berupa data transaksi dan data
non-transaksi (misalnya surat pemberitahuan), serta instruksi.
2.3.3 Proses
Merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan
menjadi keluaran yang berguna, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga
bisa berupa hal-hal yang tidak berguna misalnya saja sisa pembuangan atau limbah
pada pabrik kimia, proses dapat berupa pemanasan bahan mentah. Pada rumah sakit
proses berupa aktivitas pembedahan pasien.
Pada sistem informasi, proses dapat berupa suatu tindakan yang
bermacam-macam. Meringkas data, melakukan perhitungan, dan mengurutkan beberapa contoh
proses.
2.3.4 Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran
bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.
2.3.5 Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan
umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk
sistem berjalan sesuai dengan tujuan. Dalam bentuk yang sederhana dilakukan
perbandingan antara keluaran sistem dan keluaran yang dikehendaki (standard).
Pada sistem informasi, cara yang pertama dapat memberikan masukan pada
setiap individu atau memberikan ringkasan kinerja terakhir untuk kegiatan
manajemen. Adapun hal yang terakhir sering terjadi pada sistem informasi karena
program komputernyalah yang salah satu keluarannya dikehendaki atau diubah.
Umpan balik seperti yang diutarakan di depan, yaitu menyesuaikan
penyimpangan terhadap standar biasa disebut umpan balik negatif (negative
feedback). Contoh penerapan umpan balik negatif yaitu penerapan thermostat pada
sistem pendingin (AC)
Selain dengan menggunakan umpan balik negatif, pengendalian juga bisa
memakai umpan balik positif (positive feedback) atau sering kali disebut umpan maju
(feedforward). Pada sistem ini, pengendalian dimaksudkan untuk menambah kekuatan
atau mendorong proses suapaya memberikan hasil yang lebih baik, tanpa harus
menunggu terjadinya penyimpangan. Umpan maju biasanya digunakan untuk suatu
sistem yang mencegah terjadinya penyimpangan yang besar.
2.3.6 Batas
Batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem
(lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan
sistem. Batas sebuah sitem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan
mengubah perilaku sistem.
2.3.7 Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem. Lingkungan bisa
berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan
sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan
menguntungkan tetap harus dijaga karena memacu terhadap kelangsungan hidup
sistem. Lingkungan bagi sebuah organisasi dapat berupa vendor, pelanggan, pemilik,
pemerintah, bank, bahkan pesaing.
2.4 Arsitektur Informasi
Arsitektur informasi (atau arsitektur teknologi informasi, arsitektur sistem informasi,
infrastruktur teknologi informasi) adalah suatu pemetaan atau rencana
kebutuhan-kebutuhan informasi di dalam suatu organisasi.
Arsitektur ini berguna sebagai penuntun bagi operasi sekarang atau menjadi
cetak biru (blueprint) untuk arahan di masa mendatang. Tujuan dari arsitektur ini
adalah agar bagian teknologi informasi memenuhi kebutuhan-kebutuhan strategis
organisasi. Oleh karena itu, arsitektur informasi memadukan kebutuhan informasi,
komponen sistem informasi, dan teknologi pendukung.
Arsitektur informasi menggunakan arsitektur teknologi yang dapat dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut:
1. Arsitektur Tersentralisasi
Arsitektur tersentralisasi (terpusat) sudah dikenal sejak tahun 1960-an, dengan
mainframe sebagai aktor utama. Mainframe adalah komputer yang relatif berukuran
besar yang ditujukan untuk menangani data yang berukuran besar, dengan ribuan
terminal mengakses data dengan tanggapan yang sangat cepat, dan melibatkan jutaan
transaksi.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, dominasi mainframe pada
lingkungan dengan komputasi terpusat menjadi berkurang karena kehadiran
minikomputer dan mikrokomputer (PC) yang berkemampuan lebih kecil tetapi dengan
harga yang jauh lebih murah. Implementasi dari arsitektur terpusat adalah pemrosesan
data yang terpusat. Semua pemrosesan data dilakukan oleh komputer yang
organisasi. Kebanyakan perusahaan yang tidak memiliki cabang menggunakan model
ini.
2. Arsitektur Desentralisasi
Arsitektur desentralisasi merupakan konsep dari pemrosesan data tersebar (atau
terdistribusi). Sistem pemrosesan data terdistribusi sebagai sistem yang terdiri atas
sejumlah komputer yang tersebar pada berbagai lokasi yang dihubungkan dengan
sarana telekomunikasi dengan masing-masing komputer mampu melakukan
pemrosesan yang serupa secara mandiri, tetapi bisa saling berinteraksi dalam
pertukaran data. Dengan kata lain, sistem pemrosesan data terdistribusi membagi
sistem pemrosesan data terpusat ke dalam subsistem-subsistem yang lebih kecil, yang
pada hakikatnya masing-masing subsistem tetap berlaku sebagai sistem pemrosesan
data yang terpusat.
Model sederhana sistem pemrosesan terdistribusi terdapat pada sejumlah
komputer yang terhubung dalam jaringan yang menggunakan arsitektur peer-to-peer.
Pada model ini masing-masing komputer memiliki kontrol terhadap resource
(misalnya data, printer, atau cdrom), tetapi memungkinkan komputer lain
menggunakan sesumber (resource) tersebut. Sistem seperti ini menjadi pemandangan
yang umum semenjak kehadiran PC yang mendominasi perkantoran. Sistem
pemrosesan terdistribusi bisa diterapkan dalam sebuah organisasi. Setiap area
fungsional (departemen) mempunyai unit pemrosesan tersendiri.
Penerapan sistem terdistribusi biasa dilakukan pada dunia perbankan. Setiap
kantor cabang memiliki pemrosesan data tersendiri. Namun, jika dilihat pada
operasional seluruh bank bersangkutan, sistem pemrosesannya berupa sistem
pemrosesan yang terdistribusi.
Keuntungan sistem pemrosesan data terdistribusi adalah sebagai berikut :
1. Penghematan biaya
2. Peningkatan tanggung jawab terhadap pengeluaran biaya
3. Peningkatan kepuasan pemakai
Kekurangan sistem pemrosesan data terdistribusi yaitu:
1. Memungkinkan kekacauan kontrol terhadap sistem komputer
2. Ketidaksesuaian dalam menyediakan perangkat lunak dan perangkat keras
3. Kemubaziran dalam tugas
4. Standarisasi bisa tidak tercapai
3. Arsitektur Client/Server
Dewasa ini, konektifitas antar berbagai macam komputer sangatlah tinggi. Beragam
komputer dari vendor yang bermacam-macam bisa saling berinteraksi. Istilah
interoperatibilitas sering dipakai untuk menyatakan keadaan ini. Perkembangan ini
akhirnya juga disusul oleh kemudahan perangkat lunak untuk saling berinteraksi.
Sebuah basis data pada prinsipnya dapat diakses oleh perangkat lunak apa saja.
Kebebasan di atas merupakan ciri – ciri yang khas pada arsitektur yang
dinamakan client/server. Pada arsitektur ini ada yang disebut clientdan ada yang
disebut server. Client adalah sembarang sistem atau proses yang melakukan sesuatu
permintaan data atau layanan ke server. Server adalah sistem atau proses yang
menyediakan data atau layanan yang diminta oleh client.Secara fisik, sebuah server
dapat berupa komputer (mainframe, minikomputer, workstation, ataupun PC) atau
peranti yang lain (misalnya printer). Client mempunyai kemampuan untuk melakukan
proses sendiri. Ketika sebuah client meminta suatu data ke server, server akan segera
menanggapinya dengan memberikan data yang diminta ke client yang bersangkutan.
Setelah data diterima, client segera melakukan pemrosesan.
Adapun keuntungan arsitektur ini adalah sebagai berikut :
1. Jaringan mesin – mesin yang kecil tetapi berdaya guna. Jika sebuah mesin macet
bisnis tetap berjalan.
2. Kumpulan komputer dengan ribuan MIPS (Milion instruction per second). Sistem
memberikan kekuatan dalam melakukan tugas tanpa memonopoli sumber-sumber
daya. Pemakai akhir diberi hak untuk bekerja secara lokal.
3. Beberapa workstation sangat handal seperti mainframe, tetapi dengan biaya 90%
sistem menawarkan keluwesan untuk melakukan pmberian pada hal-hal lain atau
untuk meningkatkan keuntungan.
4. Sistem terbuka. Anda bisa memilih perangkat keras, perangkat lunak, dan layanan
dari berbagai vendor.
5. Sistem tumbuh dengan mudah dan dapat diperluas secara tak terbatas. Sangatlah
mudah untuk memperbaharui sistem Anda saat kebutuhan Anda berubah.
6. Lingkungan operasi client yang bersifat individual. Anda dapat mencampur dan
mencocokkan platform komputer yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing
departemen dan pemakai.
4. Arsitektur Cloud
Arsitektur ini berkembang dengan konsep dasar arsitektur desentralisasi dan
client-server. Cloud memiliki gabungan dari keduanya. Pada server cloud,
diterapkan arsitektur desentralisasi, dimana keberadaan server dari cloud tersebar
luas. Dalam hal ini, keberadaan servercloud sendiri dibuat sedemikian rupa
sehingga memiliki fasilitas backup data disaat data pada satu server tidak dapat
diakses. Setiap koneksi antar server pada cloud terhubung secara virtualisasi.
Konsep virtualisasi pada server ini ditujukan agar mempermudah proses kerja
komputasi juga untuk kemampuan skalabilitas. Selain itu virtualisasi juga dapat
mencegah hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan sumber daya tidak pada
tempatnya. Sedangkan client pada cloud, berupa thin dan thickclient. Klien dapat
berupa perorangan ataupun perusahaan besar.
2.5 Aplikasi Web
Pada awalnya aplikasi web hanya dibangun dengan menggunakan bahasa yang disebut
HTML (HyperText Markup Language). Pada perkembangan berikutnya sejumlah
skrip dan objek dikembangkan untuk memperluas kemampuan HTML. Pada saat ini,
banyak skrip seperti itu antara lain, yaitu PHP dan ASP, sedangkan contoh yang
berupa objek adalah applet.
Aplikasi web itu sendiri dibagi menjadi web statis dan web dinamis. Web
terletak pada keharusan untuk memelihara program secara terus menerus untuk
mengikuti segala perubahan yang terjadi. Kelemahan ini diatasi dengan model aplikasi
web dinamis. Dengan memperluas kemampuan HTML, yakni dengan menggunakan
perangkat lunak tambahan, perubahan informasi dalam halaman-halaman web dapat
ditangani melalui perubahan data, bukan melalui perubahan program. Sebagai
implementasinya, aplikasi web dapat dikoneksikan ke basis data. Dengan demikian,
perubahan informasi dapat dilakukan oleh operator atau yang bertanggung jawab
kemutakhiran data, dan tidak menjadi tanggung jawab pemrogram atau web master.
Klien berinteraksi dengan web server. Secara internal, web server berkomunikasi
dengan middleware dan middleware inilah yang berhubungan dengan basis data.
2.5.1 e-Business
e-Business merupakan penggunaan teknologi internet untuk menguhubungkan dan
memperkuat proses-proses bisnis, perdagangan elektronis, dan komunikasi serta
kolaborasi antara sebuah perusahaan dengan para pelanggan, pemasok, dan mitra kerja
bisnis elektronis lainnya. Aplikasi komunikasi dan kolaborasi perusahaan digunakan
untuk mendukung komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi anggota tim bisnis dalam
perusahaan. Sebagai contoh, para pegawai dan konsultan yang terlibat dalam sebuah
proyek bisa menggunakan jaringan telekomunikasi, baik menggunakan internet,
intranet atau extranet untuk saling berkomunikasi. Aplikasi ini meliputi:
1. Surat elektronis
2. Surat bersuara ( voice mail )
3. Forum diskusi
4. Sistem percakapan tertulis (chat)
5. Konferensi suara
6. Konferensi video
7. Sistem pertemuan elektronis
Aplikasi perdagangan elektronisdigunakan untuk mendukung kegiatan
pembelian dan penjualan, pemasaran produk, jasa, dan informasi melalui internet atau
extranet. Aplikasi bisnis internal digunakan untuk mendukung kegiatan, proses, dan
extranet, atau internet untuk mendukung portal informasi perusahaan (enterprise
information portal atau EIP atau biasa juga disebut coporate portal). EIP adalah suatu
sistem berbasis web yang dirancang oleh perusahaan agar para pemakai intranet dan
pemakai extranet tertentu dapat mengakses informasi ke layanan yang disediakan oleh
perusahaan tersebut. Aplikasi bisnis internal juga digunakan untuk mendukung Sistem
Pendukung Manajemen.
Dengan melakukan koneksi internet, para manajer yang sedang bertugas di
luar kota memperoleh informasi terkini yang tersimpan dalam basis data perusahaan.
2.5.2. e-Commerce
e-Commerce digunakan untuk mendukung kegiatan pembelian dan penjualan,
pemasaran produk, jasa, dan informasi melalui internet atau extranet. e-commerce
umumnya dikelompokkan menjadi 2 buah kategori yaitu business-to-business (B2B)
dan business-to-consumer (B2C). Pada perkembangan terakhir juga muncul jenis
hubungan yang disebut consumer-to-consumer (C2C) dan consumer-to-business
(C2B), serta governmet-to-government (G2G), government-to-business (G2B),
dangovernment-to-citizen (G2C).
2.5.2.1 Business-to-Business (B2B)
B2B menyatakan penjualan produk atau jasa yang melibatkan beberapa perusahaan
dan dilakukan dengan sistem otomasi. Umumnya, perusahaan-perusahaan yang
terlibat adalah pemasok, distributor, pabrik, toko, dll. Kebanyakan transaksi
berlangsung secara langsung antara dua sistem. Model seperti ini telah banyak
diterapkan. Misalnya, yang terjadi antara Wal-Mart dan para pemasoknya.
Keuntungan B2B, jika dikerjakan dengan benar, dapat menghemat biaya,
meningkatkan pendapatan, mempercepat pengiriman, mengurangi biaya administrasi,
2.5.2.2 Business-to-Consumer (B2C)
B2C melibatkan interaksi dan transaksi antara sebuah perusahaan penjual dan para
konsumen. Perusahaan – perusahaan terkenal yang melayani B2C antara lain adalah
Dell, Cisco, dan Amazon.
2.5.2.3 Consumer-to-Consumer (C2C)
C2C atau terkadang disebut person-to-person menyatakan model perdagangan yang
terjadi antara konsumen dengan konsumen melalui internet. Situs seperti e-Bay
menyediakan sarana yang memungkinkan orang-orang dapat menjual atau membeli
barang di antara mereka sendiri.
2.5.2.4 Consumer-to-Business (C2B)
Beberapa situs telah berinisiasi untuk mendukung bisnis yang berbasiskan konsumen
ke pebisnis. Sebagai contoh, Priceline.com merupakan situs yang memungkinkan
seseorang menjual rumah ke perusahaan ini. Dalam hal ini, internet dapat digunakan
sebagai sarana untuk negoisasi.
2.5.2.5 Government-to-Government(G2G)
Merupakan sebuah interaksi non-komersil secara online antara organisasi
pemerintahan, departemen, dan pihak berwenang dengan organisasi pemerintahan,
departemen dan pihak berwenang lainnya. Sering digunakan bersamaan dengan G2C
(government-to-consumer). Contoh web G2G adalah
http://www.gateway.gov.uk/yang merupakan web site internal untuk pemerintah,
agen-agen, organisasi, dan pihak berwenang.
2.5.2.6 Government-to-Business (G2B)
Merupakan interaksi non-komersil secara online antara pemerintah lokal dan pusat
http://www.dti.gov.ukmerupakan sebuah web site dimana bisnis dapat memperoleh
informasi dan saran tentang latihan terbaik dalam e-bisnis.
2.5.2.7 Government-to-Citizen (G2C)
Sebuah hubungan komunikasi antara pemerintah dan pribadi individu atau penduduk.
Komunikasi seperti ini sering merujuk pada sesuatu yang berlangsung melalui ICT
(Information Communication Technologies), akan tetapi dapat juga menyertakan
pesan langsung dan media. G2C biasa bertempat di pusat, provinsi, dan lokal. Sebuah
BAB 3
ANALISIS SISTEM
3.1 Analisis Permasalahan Umum
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan pada Bab I, akan ditelusuri sejauh
mana efektifitas dari sebuah sistem cloud dengan membandingkan beberapa parameter
yang ada.
3.2 Analisis CloudComputing
Cloudcomputing merupakan teknologi terkini yang saat ini mencuat, yang berawal
dari implementasinya di industri TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) untuk
mendapatkan utilitas resource komputasi yang optimal dengan konsep
resourcesebagai layanan atau utility computing. Cloudcomputing ini mewujudkan
dirinya sebagai turunan dari beberapa area penelitian komputasi lainnya seperti
Service-Oriented-Architecture (SOA), komputasi terdistribusi dan grid, dan
virtualisasi, sehingga cloudcomputing mewarisi keunggulan dan keterbatasan
teknologi tersebut.
Dalam pasar cloud, ada 3 pihak yang terkait di dalamnya. Tiga pihak tersebut
adalah sebagai berikut:
1. End user : merupakan pengguna yang kurang paham tentang penggunaan
teknologi secara keseluruhan. Pengguna hanya paham tentang hal-hal yang umum
saja. Sebagai contoh, pada situs jejaring sosial Facebook mereka adalah seluruh
pengguna yang terdaftar.
2. Business management : merupakan pihak yang bertanggung jawab atas
adalah para pengelola sistem IT perusahaannya. Sebagai contoh, mereka adalah
pemilik dan pengelola aplikasi pihak ke-3 yang ada di Facebook.
3. Cloud service provider : pemilik sekaligus pengelola dari layanan cloud. Mereka
merupakan pengelola dari Facebook itu sendiri.
Secara keseluruhan, cloud meliputi 4 karakteristik dasar berikut :
1. Elastisitas dan kemampuan untuk dikembangkan (upgrade & downgrade) .
2. Pengaturan manual dan otomatis.
3. Application Programming Interfaces (APIs)
4. Pembiayaan serta pengukuran penggunaan layanan dengan model pay-as-you-go.
Berdasarkan survei Springboard, para eksekutif bisnis dan TI di Asia Pasifik
lebih tertarik mengadopsi hybrid cloud computing di perusahaannya.Sebesar 38% dari
6593 responden berminat memasang kombinasi awan publik (public cloud) dan awan
privat (private cloud), sementara 37% lainnya hanya menginginkan implementasi
awan privat.
Hal ini mencerminkan sikap para responden yang belum seratus persen yakin
untuk memanfaatkan awan publik dalam arsitektur TI mereka. Bahkan di Jepang –
negara paling positif terhadap awan dalam survei yang disponsori VMware ini,
ternyata hanya 15% responden yang mau menggunakan awan publik.
Bagi para eksekutif ini, perpindahan ke komputasi awan dipercaya bisa
membantu perusahaan mencapai skalabilitas sesuai permintaan, mengurangi biaya
infrastruktur peranti keras, serta menyederhanakan sumber daya. Namun, ada juga
yang menganggap adopsi ini sebagai investasi strategis jangka panjang. Perusahaan di
Asia Pasifik tergolong siap menyongsong komputasi awan. Sebanyak 59% di
antaranya telah menggunakan atau berencana memakai inisiatif awan, bertumbuh
dibandingkan enam bulan lalu (45%) dan tahun 2009 (22%).
Sebelum menuju komputasi awan, ada baiknya perusahaan menerapkan
virtualisasi terlebih dahulu. Virtualisasi memungkinkan organisasi memisahkan
aplikasi bisnis dan informasi kritikal dengan peranti keras fisik. Hal ini menjadi cara
yang efektif dan cepat menuju awan.
Sebagian besar perusahaan menggunakan virtualisasi untuk server dan pusat data.
komputasi personal. Beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari virtualisasi
desktop contohnya fleksibilitas dalam pengantaran aplikasi dan data kepada pengguna
akhir, tanpa tergantung jenis peranti akses.
Adapun serangkaian proses bisnis yang telah ada pada cloud, dan menjadi suatu
hal yang tak terpisahkan bagi sebagian besar perusahaan:
1. Clerical activity: perangkat lunak kantor seperti word processing, spread-sheets,
dan lainnya.
2. Communications: persatuan komunikasi, email, instantmessaging, voice,
conferencing.
3. Collaboration: kemampuan desktop-to-desktop, dari webinars hingga kerja
kolaboratif, file sharing.
4. Data backup dan disaster recovery.
5. Payment technology: PayPal, kartu kredit, voucher dan lainnya.
6. Research: marketing research, technical research, patent research.
7. Web site work: design, content, advertising, SEO.
3.2.1 Analisis Pembagian CloudComputing
CloudComputing dapat dibedakan menjadi beberapa bagian. Dalam bab ini akan
dibahas pembagian cloudcomputing menurut infrastruktur dan layanannya.
3.2.1.1 Pembagian Cloud Menurut Infrastruktur
Menurut infrastrukturnya, cloud dibangun dalam beberapa struktual yang berbeda.
Gambar 3.1 Tipe Cloud Computing
3.2.1.1.1 Public Cloud
Public cloud merupakan bentuk cloud pada umumnya yang ditujukan untuk pekerjaan
yang umum. Pada bentuk ini, pusat data terletak dalam lingkungan virtualisasi sebuah
cloudprovider. Setiap data dan aplikasi terletak pada pusat data dan diakses secara
publik. Sistem keamanan hanya sederhana, hanya dibuat sebuah halaman otentikasi
untuk menentukan seorang user mengakses data yang tepat. Tidak ada layanan yang
khusus pada public cloud. Sebuah aplikasi yang diperuntukkan oleh publik dan
diakses secara massal menggunakan public cloud, sebagai contoh adalah aplikasi
image sharing. Contoh public cloud ini adalah Amazon Simple Storage Service
(Amazon S3).
3.2.1.1.2Private Cloud
Private cloud di sini berarti sebuah pusat data cloud yang bersistem virtualisasi secara
total yang berlokasi di dalam firewall perusahaan sang user. Dapat juga berupa ruang
yang tersedia secara privat di dalam sebuah pusat data dari cloud vendor untuk
1. Memperbolehkan IT untuk menyediakan layanan dan kemampuan komputasi
untuk pengguna internal dalam sebuah cara self-service.
2. Otomasi tugas-tugas manajemen dan memberikan tagihan bisnis untuk setiap
layanan yang digunakan.
3. Menyediakan lingkungan yang tertata dengan baik.
4. Optimasi penggunaan sumber daya komputasi seperti server.
5. Mendukung beban kerja spesifik.
6. Menyediakan perangkat keras dan lunak sesuai ketentuan berdasarkan pada
self-service.
Meskipun terlihat mirip dengan public cloud, kunci dari perbedaannya adalah
kontrol pada lingkungan, dimana pada private cloud sang penggunalah yang
mengontrol dari manajemen servis.
Ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan perusahaan memilih private
cloud ketimbang public cloud (Hurwitz, 2010), yaitu sebagai berikut:
1. Bisnis berhubungan dengan data dan aplikasi, dimana kontrol dan keamanan
menjadi prioritas utama.
2. Bisnis yang berhubungan dengan bagian dari sebuah industri yang mana harus
mengkonfirmasi untuk isu larangan keamanan dan privasi data.
3. Perusahaan yang cukup besar sehingga memiliki skala ekonomi yang harus
berjalan pada pusat data cloud secara efisien dan efektif.
Sebagai contoh dari private cloud ini adalah Amazon Virtual Private Cloud
(Amazon VPC), yang menyediakan sebuah komputasi terisolasi Amazon Work Space
(AWS) untuk pelanggannya.
3.2.1.1.3 Hybrid Cloud
Hybrid cloud adalah sebuah lingkungan komputasi cloud computing dimana sebuah
organisasi menyediakan dan mengelola beberapa sumber daya yang ada di rumah dan
sumber daya lainnya yang disediakan secara eksternal. Hybrid Cloud merupakan
mana meskipun secara entitas mereka tetap berdiri sendiri-sendiri, tapi dihubungkan
oleh suatu teknologi atau mekanisme yang memungkinkan portabilitas data dan
aplikasi antar Cloud itu. Idealnya, pendekatan hybrid memungkinkan sebuah bisnis
untuk mengambil keuntungan dari skalabilitas dan efektifitas biaya yang ditawarkan
public cloud tanpa memaparkan aplikasi dan data yang kritikal untuk kerentanan
terhadap pihak ketiga. Sebagai contoh, sebuah organisasi mungkin menggunakan
sebuah layanan public cloud, seperti Amazon Simple Storage Service (Amazon S3)
untuk data arsip tetapi tetap melanjutkan urusan pemeliharaan penyimpanan di rumah
untuk operasional data pelanggan.
3.2.1.2 Pembagian Cloud Menurut Jenis Layanan
Pada dasarnya cloud memiliki 3 jenis layanan. Sebagian besar dari layanan ini
digunakan ketiganya secara berkolaborasi. Akan tetapi ada juga yang hanya
menggunakan salah satu dari ketiga jenis layanan ini. Ketiga jenis layanan tersebut
antara lain Infrastructure as a service, Platform as a service, dan Software as a
service.
3.2.1.2.1 Infrastructure as a Service(IaaS)
Layanan IaaS menawarkan perangkat keras komputer (server, jaringan, storage dan
ruang pusat data) sebagai layanan. Adapun alasan penyewaan layanan perangkat keras
ini disebabkan oleh empat hal:
1. Harga
2. Kumpulan resource
3. Kecepatan penyebaran
4. Keamanan
Ada beberapa hal juga yang harus diperhatikan sebelum memilih provideryang
menyajikan layanan ini (Hurwitz, 2010).
1. Tingkat keamanan
Keamanan merupakan hal yang fundamental menyangkut dengan keberadaan data,
2. Transparansi kontrol
Penyediaan antarmuka untuk pelanggan dengan kontrol penuh atau sebagian,
bergantung dari layanan yang diberikan oleh cloudprovider.
3. Biaya untuk resourceaktual
Tiap pengeluaran untuk resource yang kita gunakan harus diperhatikan. Biaya
yang dikeluarkan belum tentu sepadan dengan apa yang kita dapatkan. Untuk itu
perlu diteliti ulang untuk setiap rincian perangkat yang ada.
4. 99.9% uptime
Jaminan bahwa infrastruktur yang kita sewa online 24 jam merupakan hal yang
utama untuk sebuah aplikasi yang berjalan pada web. Keandalan infrastruktur
diukur dari sistem backup data, integritas data, dan jaminan server online 24 jam.
5. Fitur tambahan yang diberikan
Fitur tambahan memberikan nilai tambah untuk masing-masing cloudprovider.
Fitur tambahan memberikan opsi tambahan untuk pengguna dengan fungsi yang
tentu berhubungan dengan apa yang kita butuhkan.
Berikut adalah komponen dari sebuah IaaS:
Infrastructure as a Service (IaaS)
Gambar 3.2 Komponen Infrastructure-as-a-Service
3.2.1.2.2 Platformas a Service(PaaS)
Agar sebuah aplikasi berjalan pada cloud, dibutuhkan sebuah wadah yang berjalan
disemua kondisi. Sebuah platform memberikan kemudahan bagi developer untuk
Kunci utama sebuah platform adalah memberikan developer sebuah dukungan
full-environment dalam membuat aplikasi tanpa harus membeli tool secara terpisah.
Adapun platform yang dibutuhkan harus memiliki elemen dasar sebagai berikut:
1. Workflow engine
2. Development tools
3. Testing environment
4. Integrating database
5. Third-party tools and services
Berikut adalah gambaran dari komponen – komponen yang termasuk di dalam PaaS.
Platform as a Service (PaaS)
Gambar 3.3 Komponen Platform-as-a-Service
3.2.1.2.3 Software as aService(SaaS)
Layanan yang paling banyak digunakan pada cloud adalah Software as a Service
(SaaS). SaaS merupakan layanan yang paling cepat berkembang setelah
penggunaannya mulai menyebar dengan pesat seiring dengan laju pertumbuhan
pengguna layanan internet.
SaaS adalah area yang paling matang pada cloud. SaaS memperoleh traksi awal
dengan pasar customer relationship management (CRM) dan telah diperluas ke sektor
lainnya — khususnya kolaborasi pasar dan penyediaan peralatan dan manajemen
lingkungan.
SaaS memiliki karakteristiknya tersendiri agar keberadaannya di pasar komersial
1. Sebuah aplikasi SaaS perlu disamaratakan menjadi suatu yang umum sehingga
banyak pelanggan yang tertarik pada layanan tersebut. Beberapa tipe aplikasi yang
pada umumnya digunakan seperti accounting, collaboration, project management,
testing, analytics, content management, internet marketing, risk management, dan
CRM.
2. Aplikasi SaaS harus menyediakan navigasi yang canggih dan kemudahan
penggunaan.
3. Aplikasi SaaS harus berupa berorientasi modular dan berorientasi layanan.
4. Aplikasi SaaS perlu menyertakan pengukuran dan pemantauan sehingga
pelanggan dapat dikenakan biaya sesuai penggunaan aktual.
5. Aplikasi SaaS harus memiliki sebuah layanan billing built-in.
6. Aplikasi SaaS harus mempublikasikan antarmuka dan ekosistem dari partner yang
dapat memperluas basis pelanggan perusahaan dan tujuan pasar.
7. Aplikasi SaaS harus memastikan bahwa setiap data pelanggan dan konfigurasi
khusus terpisah dan aman dari data dan konfigurasi pelanggan lainnya.
8. Aplikasi SaaS harus menyediakan sebuah konfigurasi proses bisnis yang mutakhir
untuk pelanggan.
9. Aplikasi SaaS perlu menyediakan peluncuran fitur-fitur yang baru dan
kemampuan baru secara konstan.
10. Aplikasi SaaS harus melindungi integritas data pelanggan.
Software as a Service (SaaS)
3.2.2 Virtualisasi
Virtualisasi menggunakan resource komputer untuk meniru resource komputer
lainnya atau seluruh komputer. Cloud computing sebagai sebuah transformasi dari
komputasi menyatukan orientasi layanan dengan kemampuan untuk dikelola secara
distribusi digabungkan dengan skala ekonomi dari virtualisasi. Dalam dunia dimana
segala sesuatunya berupa layanan, virtualisasi merupakan mekanisme yang
fudamental untuk memberikan layanan. Virtualisasi meyediakan sebuah platform
untuk mengoptimalkan resource IT yang kompleks. Sangatlah penting memisahkan
resource dari implementasi fisik mereka, tanpa virtualisasi cloud akan menjadi sangat
sulit untuk dikelola. Virtualisasi sangatlah penting bagi cloudcomputing karena
memungkinkan untuk membuat banyak aspek komputasi menjadi lebih mudah.
Virtualisasi memiliki tiga karakteristik sebagai berikut (Hurwitz, 2010):
1. Partitioning
Pada virtualisasi, aplikasi dan sistem operasi didukung dalam sebuah sistem fisik
tunggal oleh proses pemartisian (memisahkan)resource yang ada.
2. Isolation
Setiap mesin virtual diisolasi dari sistem fisik host dan mesin virtual lainnya.
Dikarenakan oleh isolasi ini, jika sebuah proses virtualisasi mengalami crash, hal
tersebut tidak mengganggu mesin virtual lainnya. Sebagai tambahan, data tidak
dibagi-pakai antara satu mesin virtual dengan yang lainnya.
3. Encapsulation
Sebuah mesin virtual dapat direpresentasikan (dan bahkan disimpan) pada sebuah
berkas tunggal sehingga kita dapat mengidentifikasinya dengan mudah
berdasarkan pada layanan yang disediakannya. Pada dasarnya sebuah proses yang
dienkapsulasi dapat berupa sebuah layanan bisnis. Mesin virtual yang
dienkapsulasi dapat disajikan pada sebuah aplikasi sebagai entitas lengkap.
Sehingga enkapsulasi dapat melindungi setiap aplikasi sehingga tidak
mengganggu aplikasi lainnya.
Pada virtualisasi cloud, data yang tersimpan akan menempati cluster-cluster yang
terpisah. Sistem berkas pada cloud menggunakan konsep map reduce. Map reduce
dan didistribusikan di mesin-mesin yang terhubung secara cluster. Sistem berkas
terkenal yang memanfaatkan konsep ini adalah Google File System (GFS) dan
digunakan oleh Google sejak awal perkembangannya sampai sekarang.
3.2.3 Tingkat Keamanan IT
Sebelumnya ada resiko utama yang terdapat pada cloud yang harus diperhatikan
ketika ingin menggunakan cloud(Hurwitz, 2010), yaitu sebagai berikut:
1. Audit & compliance risks: meliputi kekuasaan hukum data, kontrol akses data,
perawatan jejak audit.
2. Security risks: termasuk integritas data, konfidensial data, dan privasi.
3. Information risks: proteksi dari kekayaan intelektual
4. Performance and availability risks: termasuk ketersediaan dan tingkat performa
yang dibutuhkan agar berhasil dijalankan dengan baik.
5. Interoperability risks: menyangkut pengembangan sebuah layanan yang mungkin
tersusun atas beberapa layanan.
6. Contract risks: menyangkut hubungan antara user dan sang provider.
7. Billing risks: berkaitan dengan kepastian bahwa pengguna ditagihkan dengan
jumlah yang tepat dengan sumber daya yang digunakannya.
Pada dasarnya, ada 3 tingkatan keamanan yang diperlukan pada lingkungan cloud
(Hurwitz, 2010), yaitu sebagai berikut:
1. Manajemen identitas
Hal yang paling pokok pada sebuah sistem adalah kewenangan. Sehingga suatu
layanan aplikasi atau bahkan komponen perangkat keras dapat diberikan wewenang
kepada pihak yang tepat.
2. Kontrol akses
Diperlukan juga sebuah tingkatan kontrol akses yang tepat pada lingkungan cloud
untuk melindungi keamanan dari resource.
3. Otorisasi dan otentikasi
Diperlukan sebuah mekanisme agar orang yang tepat dapat mengakses data yang
Cloud provider harus memastikan keamanan dan privasi dari data pengguna tetapi
penggunalah yang paling bertanggung jawab atas data perusahaannya. Ini berarti
peraturan yang dibuat oleh industri dan pemerintahan untuk melindungi informsai
personal dan perusahaan masih digunakan bahkan jika data diatur dan disimpan oleh
vendor asing.
Tingkat keamanan IT menyangkut dengan data. Data merupakan hal yang paling
konfidensial dari suatu perusahaan IT. Pada cloud, ada 3 hal yang berkaitan dengan
masalah keamanan dan privasi data (Hurwitz, 2010). Ketiga hal itu adalah sebagai
berikut:
1. Lokasi dari data user
2. Kontrol data user
3. Jalur transfer yang aman dari data user
3.2.3.1 Lokasi Data di Cloud
Setelah data masuk ke dalam cloud, pengguna tidak dapat lagi mengakses data yang
telah tersimpan secara geografis. Beberapa alasan mengapa pengguna tidak dapat
mengakses data yang telah tersimpan secara geografis, yaitu :
1. Hukum Negara Tertentu
Hukum yang mengatur data berbeda pada setiap wilayah batasan geografis.
Sebuah perlindungan legal suatu negara tidak dapat diterapkan jika data berada di
luar wilayah negara tersebut.
2. Transfer Data Melalui Perbatasan Negara
Sebuah perusahaan global dengan anak perusahaan berada di negara lain dapat
mengkhawatirkan tentang pemberlakuan hukum lokal pada transfer data antar
negara. Virtualisasi dapat membuat hal ini menjadi masalah yang lebih rumit
dikarenakan cloud provider tidak mengetahui keberadaan data pada saat tertentu.
3. Pembauran Data
Bahkan jika data berada dalam satu negara yang memiliki hukum yang sangat
nyaman, data masih mungkin tersimpan secara fisik pada basis data bersamaan
dengan data perusahaan lainnya. Hal ini menaikkan kekhawatiran tentang
4. Penggunaan Data Sekunder
Pada situasi public cloud, sebuah data dapat menjadi sangat rentan untuk
digunakan secara sekunder oleh cloud service provider.
3.2.3.2Kontrol Data di Cloud
Kontrol meliputi kebijakan pemerintah yang ditempatkan untuk memastikan data
dapat dipercaya. Intregritas, realibilitas, dan konfidensial dari data harus sempurna.
Sebagai contoh, apabila diasumsikan seorang pengguna menggunakan layanan cloud
untuk word processing.
Dokumen yang dibuat tersimpan dengan cloud provider. Dokumen ini
merupakan milik perusahaan tersebut dan mengharapkan sebuah akses kontrol untuk
dokumen tersebut. Tidak ada yang bisa mendapatkan dokumen tersebut tanpa izin
tetapi kemungkinan sebuah software bug membiarkan orang lain mengakses dokumen
tersebut. Pelanggaran privasi ini dihasilkan dari sebuah kontrol akses yang tidak
berfungsi. Hal inilah yang tidak diinginkan oleh setiap orang.
3.2.3.3 Keamanan Data untuk Transportasi di Cloud
Pada cloud perjalanan dari poin A ke poin B dapat mengambil tiga bentuk yang
berbeda, yaitu :
1. Melalui lingkungan cloud
2. Melalui internet public antara perusahaan dan cloud provider
3. Antara cloud
Proses sekuriti meliputi pemisahan data dari perusahaan data lain dan
kemudian mengenkripsinya menggunakan metode yang diakui. Sebuah virtual private
network (VPN) adalah sebuah cara untuk mengatur keamanan dari data selama data
itu ditransportasikan dalam lingkungan cloud.
Sebuah VPN pada dasarnya membuat membuat public network menjadi
private network daripad menggunakan konektifitas koneksi terdedikasi. Sebuah VPN