• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Antara Cloud Computing Dengan Sistem Informasi Konvensional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Perbandingan Antara Cloud Computing Dengan Sistem Informasi Konvensional"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA CLOUD COMPUTING

DENGAN SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI

KONVENSIONAL

SKRIPSI

BAGOES HARSONO

061401012

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA CLOUD COMPUTING DENGAN SISTEM INFORMASI KONVENSIONAL

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komputer

BAGOES HARSONO 061401012

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA CLOUD

COMPUTING DENGAN SISTEM TEKNOLOGI

INFORMASI KONVENSIONAL

Kategori : SKRIPSI

Nama : BAGOES HARSONO

Nomor Induk Mahasiswa : 061401012

Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER

Departemen : ILMU KOMPUTER

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Desember 2010

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

M.Andri Budiman, S.T., M.Comp.Sc., M.E.M. Prof. Dr. Muhammad Zarlis

NIP. 19751008200801 1 011 NIP. 19570701 1986011003

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Ilmu Komputer Ketua,

(4)

PERNYATAAN

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA CLOUD COMPUTING DENGAN SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI KONVENSIONAL.

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Desember 2010

(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillah, puji syukur sayasampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta segala sesuatunya dalam hidup, sehingga sayadapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer, Program Studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Shalawat beriring salam saya persembahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlissebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak M. Andri Budiman, S.T., M.Comp.Sc., M.E.M. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, dan masukankepada saya untuk menyempurnakan kajian ini. Panduan ringkas, padat dan profesional telah diberikan kepada sayasehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Selanjutnya kepada Dosen Penguji Bapak Syahriol Sitorus, S.Si., M.I.T. danBapak Ade Candra, S.T., M.Kom. atas saran dan kritikan yang sangat berguna bagi saya.Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer, Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Bapak Syariol Sitorus, S.Si, M.I.T., Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen serta pegawai di Program Studi S1 Ilmu Komputer FMIPA USU.

Skripsi ini terutama saya persembahkan untuk kedua orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan dukungan dan motivasi, ayahanda A.Rahman dan ibunda Mariani yang selalu sabar dalam mendidik saya. Kepada teman-teman terbaik yang selalu memberikan dukungan M. Januar Rambe, Andika Novaldy, Muriyana br. Sukatendel, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.Untuk yang tersayang Dameria Gloria Christina yang telah banyak memberikan dukungan, doa, serta cinta kepada penulis.

(6)

ABSTRAK

(7)

COMPARATIVE STUDY BETWEEN CLOUD COMPUTING AND CONVENTIONAL INFORMATION TECHNOLOGY SYSTEM

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

1.6 Diagram Konsep 5

1.7 Metodologi Penelitian 5

1.8 Sistematika Penulisan 6

Bab 2 Tinjauan Teoretis

2.1 Sistem Informasi 8

2.2 Teknologi Informasi 10

2.3 Konsep Dasar Sistem 15

2.3.1 Tujuan 16

2.3.2 Masukan 17

2.3.3 Proses 17

2.3.4 Keluaran 17

2.3.5 Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik 17

2.3.6 Batas 18

2.3.7 Lingkungan 18

2.4 Arsitektur Informasi 19

2.5Aplikasi Web 22

2.5.1 e-Business 23

2.5.2 e-Commerce 24

2.5.2.1 Business-to-Business (B2B) 24

2.5.2.2 Business-to-Consumer (B2C) 25

2.5.2.3 Consumer-to-Consumer (C2C) 25

2.5.2.4 Consumer-to-Business (C2B) 25

(9)

2.5.2.6 Government-to-Business (G2B) 25

2.5.2.7 Government-to-Citizen (G2C) 26

Bab 3 Analisis Sistem

3.1 Analisis Permasalahan Umum 27

3.2 Analisis Cloud Computing 27

3.2.1 Analisis Pembagian CloudComputing 29

3.2.1.1 Pembagian Cloud Menurut Infrastruktur 29

3.2.1.1.1 Public Cloud 30

3.2.1.1.2 Private Cloud 30

3.2.1.1.3 Hybrid Cloud 31

3.2.1.2 Pembagian Cloud Menurut Jenis Layanan 32

3.2.1.2.1 Infrastructure as a Service (IaaS) 32

3.2.1.2.2 Platform as a Service (PaaS) 33

3.2.1.2.3 Software as a Service (SaaS) 34

3.2.2 Virtualisasi 36

3.2.3Tingkat Keamanan IT 37

3.2.3.1Lokasi Data di Cloud 38

3.2.3.2 Kontrol Data di Cloud 39

3.2.3.3 Keamanan Data untuk Transportasi di Cloud 39

3.2.4 Skalabilitas 40

3.2.5 Efektifitas Biaya 42

3.3 Membandingkan Cloud Provider dengan IT Service Provider Tradisional 44

3.3.1 Virtualisasi Sistem Pada TI Konvensional 45

3.3.2 Keamanan dalam Pusat Data Tradisional 46

3.3.3 Skalabilitas 48

3.3.4 Biaya 48

3.4 Green Computing 49

3.5 Google Apps 50

Bab 4 Implementasi Sistem

4.1 Mendaftar pada Google Apps 52

4.2 Menambah Aplikasi pada Google Apps 55

4.3 Microsoft Office Live 63

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 65

5.2 Saran 65

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Informasi dengan Sistem Informasi Manajemen 9

Tabel 3.1 Tabel Perhitungan Biaya Pusat Data Tradisional 44

Tabel 3.2 Tabel Perhitungan Biaya Pusat Data Cloud 44

Tabel 3.3 Lima Edisi Google Apps 50

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Diagram Komponen Cloud Computing 5

Gambar 2.1 Transformasi data menjadi informasi 14

Gambar 2.2 Hubungan data, informasi, dan pengetahuan 14

Gambar 2.3 Sistem perusahaan dan elemen-elemennya 16

Gambar 3.1 Tipe Cloud Computing 30

Gambar 3.2 Komponen Infrastructure-as-a-Service 33

Gambar 3.3 Komponen Platform-as-a-Service 34

Gambar 3.4 Komponen Software-as-a-Service 35

Gambar 3.5 Contoh Cloud Provider Lokal 41

Gambar 3.6 Grafik Perhitungan Biaya per Pengguna per Tahun 42

Gambar 3.7 Perbandingan Cloud Data Center dengan Traditional Corporate Data

Center 43

Gambar 3.8 Konsumsi Tenaga Pusat Data Cloud 49

Gambar 4.1 Halaman Depan Google Apps 52

Gambar 4.2 Pendaftaran Domain 53

Gambar 4.3 Form Pendaftaran Google Apps 53

Gambar 4.4 Halaman Login Google Apps 54

Gambar 4.4 Tampilan Control Panel Google Apps 55

Gambar 4.5 Google Apps Marketplace 56

Gambar 4.6 Aplikasi Slide Rocket Overview 57

Gambar 4.7 Halaman Persetujuan Penambahan Aplikasi 58

Gambar 4.8 Halaman Awal Slide Rocket 59

Gambar 4.9 Halaman Editor Slide Rocket dengan Fitur – Fiturnya 59

Gambar 4.10 Halaman Depan Setiap Presentasi 60

Gambar 4.11 Halaman Untuk Pengaturan Presentasi Secara Online 60

Gambar 4.12 Halaman Kolaborasi Presentasi 61

Gambar 4.13 Halaman Analytics Presentasi 62

Gambar 4.14 Halaman Export File Presentasi 62

Gambar 4.15 Aplikasi Microsoft Office Live 63

(12)

ABSTRAK

(13)

COMPARATIVE STUDY BETWEEN CLOUD COMPUTING AND CONVENTIONAL INFORMATION TECHNOLOGY SYSTEM

ABSTRACT

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penggunaan teknologi internet didunia semakin meningkat. Setiap orang pasti telah

menikmati layanan internet. Dahulu internet hanya digunakan oleh para pekerja

dibidang teknologi komputasi berbasis internet dan yang mengerti teknologi itu saja.

Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi ini juga mengalami perkembangan

kearah pencapaian kemudahan dan kenyamanan luar biasa dalam melakukan kegiatan

sehari-hari yang dianggap tidak mungkin dapat dikerjakan dalam waktu singkat.

Pengembangan teknologi komputasi berbasis internet sekarang ini lebih

diarahkan kepada proses pengaplikasian sistem yang mudah dan tidak memerlukan

banyak waktu atau tenaga. Permasalahan diperoleh dalam pengolahan sistem jaringan.

Apabila ada suatu perubahan pada program aplikasi internet pada server dalam

jaringan lokal, datanya harus diinstal ulang atau disesuaikan kembali, termasuk pada

pemakaian komputer biasa, yang biasanya diperlukan sistem operasi dan program

aplikasi. Sistem operasi sangat menentukan program aplikasi. Kalau pemakai memilih

sistem operasi MS Windows misalnya, maka aplikasinya pun harus berbasis

Windows. Demikian juga kalau sistemnya berbasis DOS, Linux, Mac, dan

sebagainya. Padahal memilih sistem operasi sendiri sering membuat pengguna merasa

bingung.

Sistem teknologi informasi yang ada sekarang ini sangat terbatasi oleh ruang.

Ruang untuk server yang dibutuhkan untuk penyimpanan data dan peningkatan

kemampuan perangkat keras dalam rangka peningkatan proses komputasi sangat

terbatas dan memerlukan biaya yang tidak murah untuk menambah perangkat yang

(15)

mengandalkan teknologi yang sudah usang, sehingga para CIO (Chief Information

Officer) harus mengikuti perkembangan perangkat keras yang ada.

Menurut Bambang Patrap Yakin seperti yang dikemukan oleh Deliusno (2010),

“Cloud computing memiliki beberapa kelebihan dibandingkan apabila suatu

perusahaan mengelola TI-nya sendiri. Pertama, cloud computing dapat mengubah cara

pandang seseorang dalam melihat TI. Kedua, perusahaan hanya perlu membayar apa

yang mereka gunakan, sehingga terjadi pengurangan biaya (cost reduction).”

Menurut perusahaan IBM (2010), “Sebuah kemunculan model TI yang baru –

cloud computing – dapat secara signifikan mengurangi biaya TI dan kompleksitas

sambil meningkatkan pengoptimalan beban kerja dan pelayanan.

Cloudcomputingdapat dikembangkan dengan skala besar, memberikan pengalaman

pengguna yang superior, dan ditandai oleh sesuatu yang baru, yaitu ekonomi berbasis

internet.”

Sekarang konsep teknologi informasi cloud computing sedang hangat

dibicarakan. Istilah cloud computing mungkin belum banyak didengar, karena

memang masih baru. Namun, perkembangannya sangat luar biasa.

Perusahaan-perusahaan besar di bidang TI pun sekarang mencurahkan perhatiannya ke sana.

Cloud computing digunakan karena timbulnya kendala seperti keterbatasan sumber

daya yang menyebabkan terhambatnya beberapa kegiatan perkomputasian.

Saya memilih judul ini karena topik cloud computing ini sedang hangat

dibahas oleh para pakar TI. Cloud computing ini diharapkan menjadi pengganti sistem

yang ada serta ramah lingkungan. Cloud computing ini mengembangkan teknologi

jaringan internet untuk menciptakan satu komputer yang sangat besar dan menghemat

sumber daya serta perangkat keras yang digunakan.

Diawali dari kebiasaan orang-orang yang memiliki mobilitas tinggi dalam

menjalani keseharian, segala sesuatu dibuat lebih praktis dan mengikuti kebiasaan ini.

Diperlukan adanya fasilitas untuk mengakses internet dimana saja dan kapan saja.

(16)

internet via broadband. Namun kesiapan infrastruktur untuk cloud computing perlu

dipertanyakan. Dampak ke cloud juga berdampak ke infrastruktur yang ada. Ada

hal-hal dilematis seperti server yang divirtualisasi tapi menggunakan

cloud.Cloudcomputing menyajikan peluang besar,namun penggunaannya tergantung

pada kebutuhan dan target perusahaan. Harus ada sekuriti, dan tidak untuk semuanya.

Harus ada keseimbangan kebutuhan, mana yang harus di-cloud, dan mana yang di

premises. Intinya harus ada balancing, tidak semua perlu di cloud. Jika tujuannya

mendapatkan efisiensi yang lebih besar, berikut beberapa rekomendasi. Pertama,

jangan memikirkan hanya dalam kapasitas. Kedua, pelanggan harus memikirkan

integrasi ke aplikasi. Terakhir, perusahaan perlu mendorong pelanggan untuk

mengadaptasi teknologi deduplikasi agar tidak hanya membicarakan harga per GB.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas di dalam penelitian ini adalah membandingkan antara

penggunaan cloud computing dengan sistem konvensional pada dunia bisnis TI.

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang telah dirumuskan,

maka diperlukan batasan-batasan. Batasan-batasan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Sistem cloud yang digunakan dalam implementasi adalah Google Apps dan

Microsoft Office Live.

2. Sistem yang analisis untuk dibandingkan dengan cloud computing adalah sistem

TI konvensional dengan aplikasi stand-alone.

3. Analisis masalah hanya membahas tentang penggunaan, pemanfaatan, penerapan

dan perbedaan cloud computing dengan sistem TI yang ada sekarang.

4. Konsep yang akan dianalisis hanyalah sebagai berikut:

a. Virtualisasi

b.Keamanan IT

(17)

d.Efektifitas Biaya

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan antara cloud computing dengan

sistem teknologi informasi konvensional.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah pengguna dapat mengetahui perbedaan cloud computing

dengan sistem teknologi informasi konvensional dan mengetahui sistem yang lebih

(18)

1.6 Diagram Konsepsi

Gambar 1.1 Diagram Komponen Cloud Computing

1.7 Metodologi Penelitian

Dalam menyusun skripsi ini penulis melakukan beberapa penerapan metode penelitian

untuk menyelesaikan permasalahan. Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah

(19)

1. Studi Literatur

Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan, mempelajari serta menyeleksi

bahan-bahan yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini.

2. Pengumpulan Data

Melakukan pengumpulan data dari buku-buku yang berkaitan dan sumber

informasi lainnya.

3. Analisis Sistem

Menganalisis dua sistem berbeda antara cloud dan sistem biasa.

4. Dokumentasi Sistem

Pembuatan laporan Tugas Akhir

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari beberapa bagian utama sebagai

berikut:

BAB I . PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang masalah yang dibahas dalam

skripsi ini, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II. TINJAUAN TEORETIS

Bab ini merupakan tinjauan teoretis yang berkaitan dengan cloud computingserta

hal-hal yang berhubungan dengan data-data yang akan digunakan yang berasal dari

internet dan buku literatur.

BABIII. ANALISIS SISTEM

Dalam bab ini akan dibahas tentang analisis karakteristik sistem cloud computing,

analisis pembagian cloud computing, analisis fungsi cloud computing, dan analisis

kelebihan dan kekurangan sistem cloud computing.

(20)

Dalam bab ini akan berisiimplementasi penggunaan aplikasi Google Apps.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir akan memuat kesimpulan isi dari keseluruhan uraian bab-bab

sebelumnya dan saran-saran dari hasil yang diperoleh yang diharapkan dapat

(21)

BAB 2

TINJAUAN TEORETIS

2.1 Sistem Informasi

Banyak aktivitas manusia yang berhubungan dengan sistem informasi. Tak hanya di

negara-negara maju, di Indonesia pun sistem informasi telah banyak diterapkan

dimana- mana. Sesungguhnya yang dimaksud dengan sistem informasi tidak harus

melibatkan komputer. Sistem informasi yang menggunakan komputer biasa disebut

sistem informasi berbasis komputer.

Ada beragam definisi sistem informasi, menurut Alter (1992), yang dikutip

dalam buku Pengenalan Sistem Informasi mendefinisikan sistem informasi adalah

kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang

diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi. Selain itu menurut

Turban, McLean, dan Wetherbe (1999) yang dikutip dalam buku yang sama

mendefinisikan Sebuah sistem informasi mengumpulkan, memproses, menyimpan,

menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik. Istilah sistem

informasi juga sering dikacaukan dengan sistem informasi manajemen (SIM). Kedua

hal ini sebenarnya tidak sama. Sistem informasi manajemen merupakan salah satu

jenis sistem informasi, yang secara khusus ditujukan untuk menghasilkan informasi

(22)

Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Informasi dengan Sistem Informasi

Manajemen

Sistem Informasi Sistem informasi Manajemen

1. Ditujukan kepada semua pihak

2. Memiliki tujuan tertentu

bergantung jenisnya

3. Lebih fokus terhadap penggunaan

sistem berbasis komputer

1. Hanya ditujukan kepada pihak

manajemen

2. Bertujuan untuk pengambilan

keputusan

3. Adanya peran manusia sebagai

penentu hasil akhir

Berikut ini merupakan kemampuan utama dari sistem informasi menurut

Turban, McLean, dan Wetherbe (1999) :

1. Melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar, dan dengan kecepatan tinggi.

2. Menyediakan komunikasi dalam organisasi atau antar organisasi yang murah,

akurat, dan cepat.

3. Menyimpan informasi dalam jumlah yang sangat besar dalam ruang lingkup yang

kecil tetapi mudah diakses

4. Memungkinkan pengaksesan informasi yang sangat banyak di seluruh dunia

dengan cepat dan murah.

5. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi orang-orang yang bekerja dalam kelompok

dalam suatu tempat atau pada beberapa lokasi.

6. Menyajikan informasi dengan jelas yang menggugah pikiran manusia.

7. Mengotomasikan proses-proses bisnis yang semi-otomatis dan tugas-tugas yang

dikerjakan secara manual.

8. Mempercepat pengetikan dan penyuntingan.

9. Pembiayaan yang jauh lebih murah daripada pengerjaan secara manual.

Kemampuan-kemampuan ini mendukung sasaran bisnis yang mencakup hal-hal

sebagai berikut:

1. Peningkatan produktivitas.

2. Pengurangan biaya.

(23)

4. Peningkatan layanan ke pelanggan.

5. Pengembangan aplikasi-aplikasi strategis yang baru.

2.2 Teknologi Informasi

Teknologi informasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama

komputer untuk menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan informasi apa saja

termasuk kata, bilangan, dan gambar. Secara lebih umum, Lucas (2000) yang dikutip

dalam buku Pengenalan Sistem Informasi mendefinisikan teknologi informasi adalah

segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan

informasi dalam bentuk elektronis. Mikrokomputer, komputer mainframe, pembaca

barcode, perangkat lunak pemroses transaksi, perangkat lunak lembar kerja

(spreadsheet), dan peralatan komunikasi dan jaringan merupakan contoh teknologi

informasi.

Secara garis besar, teknologi informasi dapat dikelompokkan kedalam 2

bagian, yaitu perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).

Teknologi informasi dibagi menjadi 6 kelompok (Abdul Kadir, 2003), yaitu sebagai

berikut:

1. Teknologi masukan (input technology)

2. Teknologi keluaran (output technology)

3. Teknologi perangkat lunak (software technology)

4. Teknologi penyimpanan (storage technology)

5. Teknologi telekomunikasi (telecommunication technology)

6. Teknologi perangkat keras (hardware technology)

Teknologi masukan adalah segala perangkat yang digunakan untuk menangkap

data/informasi dari sumber asalnya. Contoh teknologi ini antara lain barcode scanner

dan keyboard. Supaya informasi bisa diterima oleh pemakai yang membutuhkan

informasi perlu disajikan dalam berbagai bentuk. Dalam hal ini teknologi keluaran

mempunyai andil yang cukup besar. Pada umumnya informasi disajikan dalam

(24)

kertas (hard copy). Pada keadaan seperti ini, peranti printer berperan dalam

menentukan kualitas cetakan. Dewasa ini, terdapat berbagai peranti yang mendukung

penyajian informasi, termasuk dalam suara. Untuk menciptakan informasi diperlukan

perangkat lunak atau sering kali disebut program. Program adalah sekumpulan

instruksi yang digunakan untuk mengendalikan perangkat keras komputer. Teknologi

penyimpanan menyangkut segala peralatan yang digunakan untuk menyimpan data.

Teknologi telekomunikasi merupakan teknologi yang memungkinkan hubungan jarak

jauh. Mesin pemroses adalah bagian penting dalam teknologi informasi yang

berfungsi mengingat data/program (berupa komponen memori) dan mengeksekusi

program (berupa komponen CPU).

Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini sangat besar.

Teknologi informasi telah menjadi fasilitator utama bagi kegiatan-kegiatan bisnis,

memberikan andil besar terhadap perubahan-perubahan yang mendasar pada struktur,

operasi, dan manajemen informasi. Pengambilan uang melalui ATM, transaksi melalui

internet yang dikenal dengan e-commerce atau perdagangan elektronik, transfer uang

melalui fasilitas e-banking yang dapat dilakukan dari rumah, merupakan sejumlah

contoh hasil penerapan teknologi informasi.Secara garis besar dapat dikatakan bahwa:

1. Teknologi informasi menggantikan peran manusia. Dalam hal ini, teknologi

informasi melakukan otomasi terhadap suatu tugas atau proses.

2. Teknologi memperkuat peran manusia, yakni dengan menyajikan informasi terhdap

suatu tugas atau proses.

3. Teknologi informasi berperan dalam restrukturisasi terhadap peran manusia. Dalam

hal ini, teknologi berperan dalam melakukan perubahan-perubahan terhadap

sekumpulan tugas atau proses.

Menurut O’Connor dan Galvin (1997) seperti yang dikutip dalam buku yang

berjudul Pengenalan Sistem Informasi menyatakan, yang menyoroti penerapan

teknologi informasi untuk keperluan pemasaran, mengemukakan beberapa alasan

penggunaan teknologi informasi, antara lain :

1. Secara signifikan meningkatkan pilihan-pilihan yang tersedia bagi perusahaan

dengan memegang peranan penting dalam implementasi yang efektif terhadap

(25)

2. Mempengaruhi proses pengembangan strategi pemasaran karena teknologi

informasi memberikan lebih banyak informasi ke manajer melalui pemakaian

sistem pengambilan keputusan.

3. Teknologi informasi memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai

bagian yang berbeda dalam organisasi dan menyediakan banyak informasi ke

manajer.

4. Teknologi informasi juga mempengaruhi antarmuka-antarmuka organisasi dengan

lingkungan, seperti pelanggan dan pemasok. Sistem antar organisasi yang

dilengkapi dengan pertukaran data elektronis menciptakan hubungan yang lebih

dekat antara organisasi dan pemasok, memfasilitasi manajemen sediaan yang lebih

efisien, dan memungkinkan pendekatan tepat waktu dalam melakukan pemesanan

kembali.

Teknologi informasi sering dikatakan dapat digunakan untuk membentuk

strategi untuk menuju keunggulan yang kompetitif (O’Brien, 1996), antara lain :

1. Strategi biaya : meminimalisir biaya / memberikan harga yang lebih murah

terhadap pelanggan, menurunkan biaya dari pemasok, atau meningkatkan biaya

pesaing untuk tetap bertahan di industri.

2. Strategi diferensiasi : mengembangkan cara-cara untuk membedakan produk/jasa

yang dihasilkan perusahaan terhadap pesaing sehingga pelanggan menggunakan

produk/jasa karena ada manfaat atau fitur yang unik.

3. Strategi inovasi : memperkenalkan produk/jasa yang unik atau membuat

perubahan yang radikal dalam proses bisnis yang menyebabkan

perubahan-perubahan yang mendasar dalam pengelolaan bisnis.

4. Strategi pertumbuhan : mengembangkan kapasitas produksi secara signifikan,

melakukan ekspansi ke dalam pemasaran global, melakukan diversifikasi

produk/jasa baru, atau mengintegrasikan ke dalam produk/jasa yang terkait.

5. Strategi aliansi : membentuk hubungan dan aliansi bisnis yang baru dengan

pelanggan, pemasok, pesaing, konsultan, dan lain-lain.

Alter (1992) mengemukakan berbagai kecenderungan teknologi yang

(26)

dengan cepat, tetapi ada juga yang masih tertinggal. Kecenderungan itu antara lain

sebagai berikut:

1. Peningkatan kecepatan dan kapasitas komponen-komponen elektronik.

2. Ketersediaan informasi dalam bentuk digital semakin banyak.

3. Portabilitas peralatan-peralatan elektronis semakin meningkat.

4. Konektivitas meningkat.

5. Kemudahan pemakaian meningkat.

6. Ketidakmampuan mengotomasikan logika masih berlanjut.

Informasi merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam manajemen

modern. Banyak keputusan strategis yang bergantung kepada informasi. Sebagaimana

diketahui, sumber daya 4M+1I yang mencakup manusia (sumber daya manusia atau

SDM), material (termasuk di dalamnya energi), mesin, modal, dan informasi

merupakan sumber daya vital bagi kelangsungan organisasi bisnis.

Perbedaan antara data dan informasi sering menjadi titik awal untuk

memahami sistem informasi. Sebagai tambahan, pengetahuan juga diikutkan untuk

dibahas, mengingat pada saat ini pemakaian sistem pakar yang berbasiskan

pengetahuan telah banyak digunakan. Secara konseptual, data adalah deskripsi tentang

benda, kejadian, aktivitas, dan transaksi, yang tidak mempunyai makna atau tidak

berpengaruh secara langsung kepada pemakai. Sedangkan informasi adalah data yang

telah melalui suatu tahap pemrosesan sehingga menjadi bermakna dan bermanfaat

bagi pemakai. Data dapat berupa nilai yang terformat, teks, citra, audio, dan video.

Data yang terformat adalah data dengan suatu format tertentu. Misalnya, data yang

menyatakan tanggal atau jam, atau menyatakan nilai mata uang. Teks adalah sederetan

huruf, angka, dan simbol-simbol khusus (misalnya + dan $) yang kombinasinya tidak

tergantung pada masing-masing item secara individual. Citra adalah data dalam

bentuk gambar. Citra dapat berupa grafik, foto, hasil rontgen, dan tanda tangan,

ataupun gambar yang lain. Audio adalah data dalam bentuk suara. Instrumen musik,

suara orang atau suara binatang, gemericik air, detak jantung, merupakan beberapa

contoh data audio. Video menyatakan data dalam bentuk sejumlah gambar yang

bergerak dan bisa saja dilengkapi dengan suara. Video dapat digunakan untuk

(27)

McFadden, dkk (1999) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah

diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang

menggunakan data tersebut.

Gambar 2.1 Transformasi data menjadi informasi

Jadi, hal yang terpenting untuk membedakan informasi dengan data, informasi

itu mempunyai kandungan “makna”, sedangkan data tidak. Pengertian makna disini

merupakan hal yang sangat penting karena berdasarkan maknalah si penerima dapat

memahami informasi tersebutdan secara lebih jauh dapat menggunakannya untuk

menarik suatu kesimpulan bahkan mengambil keputusan.

Pengetahuan (knowledge) adalah kombinasi dari naluri, gagasan, aturan, dan

prosedur yang mengarahkan tindakan atau keputusan (Alter, 1992). Sebagai

gambaran, informasi yang dipadukan dengan pengalaman masa lalu dan keahlian akan

memberikan suatu pengetahuan yang tentu saja memiliki nilai yang tinggi.

Gambar 2.2 Hubungan data, informasi, dan pengetahuan

akumulasi pengetahuan

memformat, memilih, meringkas

data menerjemahkan, memutuskan,

bertindak

hasil

informasi pengetahuan

(28)

Secara tradisional, data disusun dalam suatu hierarki yang terdiri dari elemen

data, rekaman (record), dan berkas (file).

1. Elemen data

Elemen data adalah suatu data terkecil yang tidak dapat dipecah lagi menjadi unit

data yang lain. Istilah lain untuk elemen data adalah medan (field), kolom, item,

dan atribut.

2. Rekaman

Rekaman adalah gabungan sejumlah elemen data yang saling terkait. Istilah lain

untuk rekaman adalah tupel dan baris.

3. Berkas

Himpunan seluruh rekaman yang bertipe sama membentuk sebuah berkas. Dalam

sistem basis data relasional, berkas mewakili komponen yang disebut tabel atau

relasi.

2.3 Konsep Dasar Sistem

Pada dasarnya, sistem merupakan sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu

yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan. Ada beberapa elemen yang

membentuk sebuah sistem, yaitu: tujuan, masukan, keluaran, proses, mekanisme

(29)

Gambar 2.3 Sistem perusahaan dan elemen-elemennya

2.3.1 Tujuan

Ada 3 tujuan umum dari sistem informasi yaitu:

1. Untuk mendukung fungsi kepengurusan manajemen

2. Untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen

3. Untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan

Secara lebih spesifik, tujuan sistem informasi bergantung pada kegiatan yang

ditangani. Namun kecenderungan penggunaan sistem informasi lebih ditujukan pada

usaha menuju keunggulan kompetitif, yang artinya mampu bersaing dan mengungguli

(30)

2.3.2 Masukan

Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan

selanjutnya menjadi bahan untuk diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang

berwujud maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan

mentah, sedangkan masukan yang tidak berwujud adalah informasi.

Pada sistem informasi, masukan dapat berupa data transaksi dan data

non-transaksi (misalnya surat pemberitahuan), serta instruksi.

2.3.3 Proses

Merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan

menjadi keluaran yang berguna, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga

bisa berupa hal-hal yang tidak berguna misalnya saja sisa pembuangan atau limbah

pada pabrik kimia, proses dapat berupa pemanasan bahan mentah. Pada rumah sakit

proses berupa aktivitas pembedahan pasien.

Pada sistem informasi, proses dapat berupa suatu tindakan yang

bermacam-macam. Meringkas data, melakukan perhitungan, dan mengurutkan beberapa contoh

proses.

2.3.4 Keluaran

Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran

bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.

2.3.5 Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik

Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan

umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk

(31)

sistem berjalan sesuai dengan tujuan. Dalam bentuk yang sederhana dilakukan

perbandingan antara keluaran sistem dan keluaran yang dikehendaki (standard).

Pada sistem informasi, cara yang pertama dapat memberikan masukan pada

setiap individu atau memberikan ringkasan kinerja terakhir untuk kegiatan

manajemen. Adapun hal yang terakhir sering terjadi pada sistem informasi karena

program komputernyalah yang salah satu keluarannya dikehendaki atau diubah.

Umpan balik seperti yang diutarakan di depan, yaitu menyesuaikan

penyimpangan terhadap standar biasa disebut umpan balik negatif (negative

feedback). Contoh penerapan umpan balik negatif yaitu penerapan thermostat pada

sistem pendingin (AC)

Selain dengan menggunakan umpan balik negatif, pengendalian juga bisa

memakai umpan balik positif (positive feedback) atau sering kali disebut umpan maju

(feedforward). Pada sistem ini, pengendalian dimaksudkan untuk menambah kekuatan

atau mendorong proses suapaya memberikan hasil yang lebih baik, tanpa harus

menunggu terjadinya penyimpangan. Umpan maju biasanya digunakan untuk suatu

sistem yang mencegah terjadinya penyimpangan yang besar.

2.3.6 Batas

Batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem

(lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan

sistem. Batas sebuah sitem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan

mengubah perilaku sistem.

2.3.7 Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem. Lingkungan bisa

berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan

sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan

(32)

menguntungkan tetap harus dijaga karena memacu terhadap kelangsungan hidup

sistem. Lingkungan bagi sebuah organisasi dapat berupa vendor, pelanggan, pemilik,

pemerintah, bank, bahkan pesaing.

2.4 Arsitektur Informasi

Arsitektur informasi (atau arsitektur teknologi informasi, arsitektur sistem informasi,

infrastruktur teknologi informasi) adalah suatu pemetaan atau rencana

kebutuhan-kebutuhan informasi di dalam suatu organisasi.

Arsitektur ini berguna sebagai penuntun bagi operasi sekarang atau menjadi

cetak biru (blueprint) untuk arahan di masa mendatang. Tujuan dari arsitektur ini

adalah agar bagian teknologi informasi memenuhi kebutuhan-kebutuhan strategis

organisasi. Oleh karena itu, arsitektur informasi memadukan kebutuhan informasi,

komponen sistem informasi, dan teknologi pendukung.

Arsitektur informasi menggunakan arsitektur teknologi yang dapat dibedakan

menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut:

1. Arsitektur Tersentralisasi

Arsitektur tersentralisasi (terpusat) sudah dikenal sejak tahun 1960-an, dengan

mainframe sebagai aktor utama. Mainframe adalah komputer yang relatif berukuran

besar yang ditujukan untuk menangani data yang berukuran besar, dengan ribuan

terminal mengakses data dengan tanggapan yang sangat cepat, dan melibatkan jutaan

transaksi.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, dominasi mainframe pada

lingkungan dengan komputasi terpusat menjadi berkurang karena kehadiran

minikomputer dan mikrokomputer (PC) yang berkemampuan lebih kecil tetapi dengan

harga yang jauh lebih murah. Implementasi dari arsitektur terpusat adalah pemrosesan

data yang terpusat. Semua pemrosesan data dilakukan oleh komputer yang

(33)

organisasi. Kebanyakan perusahaan yang tidak memiliki cabang menggunakan model

ini.

2. Arsitektur Desentralisasi

Arsitektur desentralisasi merupakan konsep dari pemrosesan data tersebar (atau

terdistribusi). Sistem pemrosesan data terdistribusi sebagai sistem yang terdiri atas

sejumlah komputer yang tersebar pada berbagai lokasi yang dihubungkan dengan

sarana telekomunikasi dengan masing-masing komputer mampu melakukan

pemrosesan yang serupa secara mandiri, tetapi bisa saling berinteraksi dalam

pertukaran data. Dengan kata lain, sistem pemrosesan data terdistribusi membagi

sistem pemrosesan data terpusat ke dalam subsistem-subsistem yang lebih kecil, yang

pada hakikatnya masing-masing subsistem tetap berlaku sebagai sistem pemrosesan

data yang terpusat.

Model sederhana sistem pemrosesan terdistribusi terdapat pada sejumlah

komputer yang terhubung dalam jaringan yang menggunakan arsitektur peer-to-peer.

Pada model ini masing-masing komputer memiliki kontrol terhadap resource

(misalnya data, printer, atau cdrom), tetapi memungkinkan komputer lain

menggunakan sesumber (resource) tersebut. Sistem seperti ini menjadi pemandangan

yang umum semenjak kehadiran PC yang mendominasi perkantoran. Sistem

pemrosesan terdistribusi bisa diterapkan dalam sebuah organisasi. Setiap area

fungsional (departemen) mempunyai unit pemrosesan tersendiri.

Penerapan sistem terdistribusi biasa dilakukan pada dunia perbankan. Setiap

kantor cabang memiliki pemrosesan data tersendiri. Namun, jika dilihat pada

operasional seluruh bank bersangkutan, sistem pemrosesannya berupa sistem

pemrosesan yang terdistribusi.

Keuntungan sistem pemrosesan data terdistribusi adalah sebagai berikut :

1. Penghematan biaya

2. Peningkatan tanggung jawab terhadap pengeluaran biaya

3. Peningkatan kepuasan pemakai

(34)

Kekurangan sistem pemrosesan data terdistribusi yaitu:

1. Memungkinkan kekacauan kontrol terhadap sistem komputer

2. Ketidaksesuaian dalam menyediakan perangkat lunak dan perangkat keras

3. Kemubaziran dalam tugas

4. Standarisasi bisa tidak tercapai

3. Arsitektur Client/Server

Dewasa ini, konektifitas antar berbagai macam komputer sangatlah tinggi. Beragam

komputer dari vendor yang bermacam-macam bisa saling berinteraksi. Istilah

interoperatibilitas sering dipakai untuk menyatakan keadaan ini. Perkembangan ini

akhirnya juga disusul oleh kemudahan perangkat lunak untuk saling berinteraksi.

Sebuah basis data pada prinsipnya dapat diakses oleh perangkat lunak apa saja.

Kebebasan di atas merupakan ciri – ciri yang khas pada arsitektur yang

dinamakan client/server. Pada arsitektur ini ada yang disebut clientdan ada yang

disebut server. Client adalah sembarang sistem atau proses yang melakukan sesuatu

permintaan data atau layanan ke server. Server adalah sistem atau proses yang

menyediakan data atau layanan yang diminta oleh client.Secara fisik, sebuah server

dapat berupa komputer (mainframe, minikomputer, workstation, ataupun PC) atau

peranti yang lain (misalnya printer). Client mempunyai kemampuan untuk melakukan

proses sendiri. Ketika sebuah client meminta suatu data ke server, server akan segera

menanggapinya dengan memberikan data yang diminta ke client yang bersangkutan.

Setelah data diterima, client segera melakukan pemrosesan.

Adapun keuntungan arsitektur ini adalah sebagai berikut :

1. Jaringan mesin – mesin yang kecil tetapi berdaya guna. Jika sebuah mesin macet

bisnis tetap berjalan.

2. Kumpulan komputer dengan ribuan MIPS (Milion instruction per second). Sistem

memberikan kekuatan dalam melakukan tugas tanpa memonopoli sumber-sumber

daya. Pemakai akhir diberi hak untuk bekerja secara lokal.

3. Beberapa workstation sangat handal seperti mainframe, tetapi dengan biaya 90%

(35)

sistem menawarkan keluwesan untuk melakukan pmberian pada hal-hal lain atau

untuk meningkatkan keuntungan.

4. Sistem terbuka. Anda bisa memilih perangkat keras, perangkat lunak, dan layanan

dari berbagai vendor.

5. Sistem tumbuh dengan mudah dan dapat diperluas secara tak terbatas. Sangatlah

mudah untuk memperbaharui sistem Anda saat kebutuhan Anda berubah.

6. Lingkungan operasi client yang bersifat individual. Anda dapat mencampur dan

mencocokkan platform komputer yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing

departemen dan pemakai.

4. Arsitektur Cloud

Arsitektur ini berkembang dengan konsep dasar arsitektur desentralisasi dan

client-server. Cloud memiliki gabungan dari keduanya. Pada server cloud,

diterapkan arsitektur desentralisasi, dimana keberadaan server dari cloud tersebar

luas. Dalam hal ini, keberadaan servercloud sendiri dibuat sedemikian rupa

sehingga memiliki fasilitas backup data disaat data pada satu server tidak dapat

diakses. Setiap koneksi antar server pada cloud terhubung secara virtualisasi.

Konsep virtualisasi pada server ini ditujukan agar mempermudah proses kerja

komputasi juga untuk kemampuan skalabilitas. Selain itu virtualisasi juga dapat

mencegah hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan sumber daya tidak pada

tempatnya. Sedangkan client pada cloud, berupa thin dan thickclient. Klien dapat

berupa perorangan ataupun perusahaan besar.

2.5 Aplikasi Web

Pada awalnya aplikasi web hanya dibangun dengan menggunakan bahasa yang disebut

HTML (HyperText Markup Language). Pada perkembangan berikutnya sejumlah

skrip dan objek dikembangkan untuk memperluas kemampuan HTML. Pada saat ini,

banyak skrip seperti itu antara lain, yaitu PHP dan ASP, sedangkan contoh yang

berupa objek adalah applet.

Aplikasi web itu sendiri dibagi menjadi web statis dan web dinamis. Web

(36)

terletak pada keharusan untuk memelihara program secara terus menerus untuk

mengikuti segala perubahan yang terjadi. Kelemahan ini diatasi dengan model aplikasi

web dinamis. Dengan memperluas kemampuan HTML, yakni dengan menggunakan

perangkat lunak tambahan, perubahan informasi dalam halaman-halaman web dapat

ditangani melalui perubahan data, bukan melalui perubahan program. Sebagai

implementasinya, aplikasi web dapat dikoneksikan ke basis data. Dengan demikian,

perubahan informasi dapat dilakukan oleh operator atau yang bertanggung jawab

kemutakhiran data, dan tidak menjadi tanggung jawab pemrogram atau web master.

Klien berinteraksi dengan web server. Secara internal, web server berkomunikasi

dengan middleware dan middleware inilah yang berhubungan dengan basis data.

2.5.1 e-Business

e-Business merupakan penggunaan teknologi internet untuk menguhubungkan dan

memperkuat proses-proses bisnis, perdagangan elektronis, dan komunikasi serta

kolaborasi antara sebuah perusahaan dengan para pelanggan, pemasok, dan mitra kerja

bisnis elektronis lainnya. Aplikasi komunikasi dan kolaborasi perusahaan digunakan

untuk mendukung komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi anggota tim bisnis dalam

perusahaan. Sebagai contoh, para pegawai dan konsultan yang terlibat dalam sebuah

proyek bisa menggunakan jaringan telekomunikasi, baik menggunakan internet,

intranet atau extranet untuk saling berkomunikasi. Aplikasi ini meliputi:

1. Surat elektronis

2. Surat bersuara ( voice mail )

3. Forum diskusi

4. Sistem percakapan tertulis (chat)

5. Konferensi suara

6. Konferensi video

7. Sistem pertemuan elektronis

Aplikasi perdagangan elektronisdigunakan untuk mendukung kegiatan

pembelian dan penjualan, pemasaran produk, jasa, dan informasi melalui internet atau

extranet. Aplikasi bisnis internal digunakan untuk mendukung kegiatan, proses, dan

(37)

extranet, atau internet untuk mendukung portal informasi perusahaan (enterprise

information portal atau EIP atau biasa juga disebut coporate portal). EIP adalah suatu

sistem berbasis web yang dirancang oleh perusahaan agar para pemakai intranet dan

pemakai extranet tertentu dapat mengakses informasi ke layanan yang disediakan oleh

perusahaan tersebut. Aplikasi bisnis internal juga digunakan untuk mendukung Sistem

Pendukung Manajemen.

Dengan melakukan koneksi internet, para manajer yang sedang bertugas di

luar kota memperoleh informasi terkini yang tersimpan dalam basis data perusahaan.

2.5.2. e-Commerce

e-Commerce digunakan untuk mendukung kegiatan pembelian dan penjualan,

pemasaran produk, jasa, dan informasi melalui internet atau extranet. e-commerce

umumnya dikelompokkan menjadi 2 buah kategori yaitu business-to-business (B2B)

dan business-to-consumer (B2C). Pada perkembangan terakhir juga muncul jenis

hubungan yang disebut consumer-to-consumer (C2C) dan consumer-to-business

(C2B), serta governmet-to-government (G2G), government-to-business (G2B),

dangovernment-to-citizen (G2C).

2.5.2.1 Business-to-Business (B2B)

B2B menyatakan penjualan produk atau jasa yang melibatkan beberapa perusahaan

dan dilakukan dengan sistem otomasi. Umumnya, perusahaan-perusahaan yang

terlibat adalah pemasok, distributor, pabrik, toko, dll. Kebanyakan transaksi

berlangsung secara langsung antara dua sistem. Model seperti ini telah banyak

diterapkan. Misalnya, yang terjadi antara Wal-Mart dan para pemasoknya.

Keuntungan B2B, jika dikerjakan dengan benar, dapat menghemat biaya,

meningkatkan pendapatan, mempercepat pengiriman, mengurangi biaya administrasi,

(38)

2.5.2.2 Business-to-Consumer (B2C)

B2C melibatkan interaksi dan transaksi antara sebuah perusahaan penjual dan para

konsumen. Perusahaan – perusahaan terkenal yang melayani B2C antara lain adalah

Dell, Cisco, dan Amazon.

2.5.2.3 Consumer-to-Consumer (C2C)

C2C atau terkadang disebut person-to-person menyatakan model perdagangan yang

terjadi antara konsumen dengan konsumen melalui internet. Situs seperti e-Bay

menyediakan sarana yang memungkinkan orang-orang dapat menjual atau membeli

barang di antara mereka sendiri.

2.5.2.4 Consumer-to-Business (C2B)

Beberapa situs telah berinisiasi untuk mendukung bisnis yang berbasiskan konsumen

ke pebisnis. Sebagai contoh, Priceline.com merupakan situs yang memungkinkan

seseorang menjual rumah ke perusahaan ini. Dalam hal ini, internet dapat digunakan

sebagai sarana untuk negoisasi.

2.5.2.5 Government-to-Government(G2G)

Merupakan sebuah interaksi non-komersil secara online antara organisasi

pemerintahan, departemen, dan pihak berwenang dengan organisasi pemerintahan,

departemen dan pihak berwenang lainnya. Sering digunakan bersamaan dengan G2C

(government-to-consumer). Contoh web G2G adalah

http://www.gateway.gov.uk/yang merupakan web site internal untuk pemerintah,

agen-agen, organisasi, dan pihak berwenang.

2.5.2.6 Government-to-Business (G2B)

Merupakan interaksi non-komersil secara online antara pemerintah lokal dan pusat

(39)

http://www.dti.gov.ukmerupakan sebuah web site dimana bisnis dapat memperoleh

informasi dan saran tentang latihan terbaik dalam e-bisnis.

2.5.2.7 Government-to-Citizen (G2C)

Sebuah hubungan komunikasi antara pemerintah dan pribadi individu atau penduduk.

Komunikasi seperti ini sering merujuk pada sesuatu yang berlangsung melalui ICT

(Information Communication Technologies), akan tetapi dapat juga menyertakan

pesan langsung dan media. G2C biasa bertempat di pusat, provinsi, dan lokal. Sebuah

(40)

BAB 3

ANALISIS SISTEM

3.1 Analisis Permasalahan Umum

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan pada Bab I, akan ditelusuri sejauh

mana efektifitas dari sebuah sistem cloud dengan membandingkan beberapa parameter

yang ada.

3.2 Analisis CloudComputing

Cloudcomputing merupakan teknologi terkini yang saat ini mencuat, yang berawal

dari implementasinya di industri TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) untuk

mendapatkan utilitas resource komputasi yang optimal dengan konsep

resourcesebagai layanan atau utility computing. Cloudcomputing ini mewujudkan

dirinya sebagai turunan dari beberapa area penelitian komputasi lainnya seperti

Service-Oriented-Architecture (SOA), komputasi terdistribusi dan grid, dan

virtualisasi, sehingga cloudcomputing mewarisi keunggulan dan keterbatasan

teknologi tersebut.

Dalam pasar cloud, ada 3 pihak yang terkait di dalamnya. Tiga pihak tersebut

adalah sebagai berikut:

1. End user : merupakan pengguna yang kurang paham tentang penggunaan

teknologi secara keseluruhan. Pengguna hanya paham tentang hal-hal yang umum

saja. Sebagai contoh, pada situs jejaring sosial Facebook mereka adalah seluruh

pengguna yang terdaftar.

2. Business management : merupakan pihak yang bertanggung jawab atas

(41)

adalah para pengelola sistem IT perusahaannya. Sebagai contoh, mereka adalah

pemilik dan pengelola aplikasi pihak ke-3 yang ada di Facebook.

3. Cloud service provider : pemilik sekaligus pengelola dari layanan cloud. Mereka

merupakan pengelola dari Facebook itu sendiri.

Secara keseluruhan, cloud meliputi 4 karakteristik dasar berikut :

1. Elastisitas dan kemampuan untuk dikembangkan (upgrade & downgrade) .

2. Pengaturan manual dan otomatis.

3. Application Programming Interfaces (APIs)

4. Pembiayaan serta pengukuran penggunaan layanan dengan model pay-as-you-go.

Berdasarkan survei Springboard, para eksekutif bisnis dan TI di Asia Pasifik

lebih tertarik mengadopsi hybrid cloud computing di perusahaannya.Sebesar 38% dari

6593 responden berminat memasang kombinasi awan publik (public cloud) dan awan

privat (private cloud), sementara 37% lainnya hanya menginginkan implementasi

awan privat.

Hal ini mencerminkan sikap para responden yang belum seratus persen yakin

untuk memanfaatkan awan publik dalam arsitektur TI mereka. Bahkan di Jepang –

negara paling positif terhadap awan dalam survei yang disponsori VMware ini,

ternyata hanya 15% responden yang mau menggunakan awan publik.

Bagi para eksekutif ini, perpindahan ke komputasi awan dipercaya bisa

membantu perusahaan mencapai skalabilitas sesuai permintaan, mengurangi biaya

infrastruktur peranti keras, serta menyederhanakan sumber daya. Namun, ada juga

yang menganggap adopsi ini sebagai investasi strategis jangka panjang. Perusahaan di

Asia Pasifik tergolong siap menyongsong komputasi awan. Sebanyak 59% di

antaranya telah menggunakan atau berencana memakai inisiatif awan, bertumbuh

dibandingkan enam bulan lalu (45%) dan tahun 2009 (22%).

Sebelum menuju komputasi awan, ada baiknya perusahaan menerapkan

virtualisasi terlebih dahulu. Virtualisasi memungkinkan organisasi memisahkan

aplikasi bisnis dan informasi kritikal dengan peranti keras fisik. Hal ini menjadi cara

yang efektif dan cepat menuju awan.

Sebagian besar perusahaan menggunakan virtualisasi untuk server dan pusat data.

(42)

komputasi personal. Beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari virtualisasi

desktop contohnya fleksibilitas dalam pengantaran aplikasi dan data kepada pengguna

akhir, tanpa tergantung jenis peranti akses.

Adapun serangkaian proses bisnis yang telah ada pada cloud, dan menjadi suatu

hal yang tak terpisahkan bagi sebagian besar perusahaan:

1. Clerical activity: perangkat lunak kantor seperti word processing, spread-sheets,

dan lainnya.

2. Communications: persatuan komunikasi, email, instantmessaging, voice,

conferencing.

3. Collaboration: kemampuan desktop-to-desktop, dari webinars hingga kerja

kolaboratif, file sharing.

4. Data backup dan disaster recovery.

5. Payment technology: PayPal, kartu kredit, voucher dan lainnya.

6. Research: marketing research, technical research, patent research.

7. Web site work: design, content, advertising, SEO.

3.2.1 Analisis Pembagian CloudComputing

CloudComputing dapat dibedakan menjadi beberapa bagian. Dalam bab ini akan

dibahas pembagian cloudcomputing menurut infrastruktur dan layanannya.

3.2.1.1 Pembagian Cloud Menurut Infrastruktur

Menurut infrastrukturnya, cloud dibangun dalam beberapa struktual yang berbeda.

(43)

Gambar 3.1 Tipe Cloud Computing

3.2.1.1.1 Public Cloud

Public cloud merupakan bentuk cloud pada umumnya yang ditujukan untuk pekerjaan

yang umum. Pada bentuk ini, pusat data terletak dalam lingkungan virtualisasi sebuah

cloudprovider. Setiap data dan aplikasi terletak pada pusat data dan diakses secara

publik. Sistem keamanan hanya sederhana, hanya dibuat sebuah halaman otentikasi

untuk menentukan seorang user mengakses data yang tepat. Tidak ada layanan yang

khusus pada public cloud. Sebuah aplikasi yang diperuntukkan oleh publik dan

diakses secara massal menggunakan public cloud, sebagai contoh adalah aplikasi

image sharing. Contoh public cloud ini adalah Amazon Simple Storage Service

(Amazon S3).

3.2.1.1.2Private Cloud

Private cloud di sini berarti sebuah pusat data cloud yang bersistem virtualisasi secara

total yang berlokasi di dalam firewall perusahaan sang user. Dapat juga berupa ruang

yang tersedia secara privat di dalam sebuah pusat data dari cloud vendor untuk

(44)

1. Memperbolehkan IT untuk menyediakan layanan dan kemampuan komputasi

untuk pengguna internal dalam sebuah cara self-service.

2. Otomasi tugas-tugas manajemen dan memberikan tagihan bisnis untuk setiap

layanan yang digunakan.

3. Menyediakan lingkungan yang tertata dengan baik.

4. Optimasi penggunaan sumber daya komputasi seperti server.

5. Mendukung beban kerja spesifik.

6. Menyediakan perangkat keras dan lunak sesuai ketentuan berdasarkan pada

self-service.

Meskipun terlihat mirip dengan public cloud, kunci dari perbedaannya adalah

kontrol pada lingkungan, dimana pada private cloud sang penggunalah yang

mengontrol dari manajemen servis.

Ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan perusahaan memilih private

cloud ketimbang public cloud (Hurwitz, 2010), yaitu sebagai berikut:

1. Bisnis berhubungan dengan data dan aplikasi, dimana kontrol dan keamanan

menjadi prioritas utama.

2. Bisnis yang berhubungan dengan bagian dari sebuah industri yang mana harus

mengkonfirmasi untuk isu larangan keamanan dan privasi data.

3. Perusahaan yang cukup besar sehingga memiliki skala ekonomi yang harus

berjalan pada pusat data cloud secara efisien dan efektif.

Sebagai contoh dari private cloud ini adalah Amazon Virtual Private Cloud

(Amazon VPC), yang menyediakan sebuah komputasi terisolasi Amazon Work Space

(AWS) untuk pelanggannya.

3.2.1.1.3 Hybrid Cloud

Hybrid cloud adalah sebuah lingkungan komputasi cloud computing dimana sebuah

organisasi menyediakan dan mengelola beberapa sumber daya yang ada di rumah dan

sumber daya lainnya yang disediakan secara eksternal. Hybrid Cloud merupakan

(45)

mana meskipun secara entitas mereka tetap berdiri sendiri-sendiri, tapi dihubungkan

oleh suatu teknologi atau mekanisme yang memungkinkan portabilitas data dan

aplikasi antar Cloud itu. Idealnya, pendekatan hybrid memungkinkan sebuah bisnis

untuk mengambil keuntungan dari skalabilitas dan efektifitas biaya yang ditawarkan

public cloud tanpa memaparkan aplikasi dan data yang kritikal untuk kerentanan

terhadap pihak ketiga. Sebagai contoh, sebuah organisasi mungkin menggunakan

sebuah layanan public cloud, seperti Amazon Simple Storage Service (Amazon S3)

untuk data arsip tetapi tetap melanjutkan urusan pemeliharaan penyimpanan di rumah

untuk operasional data pelanggan.

3.2.1.2 Pembagian Cloud Menurut Jenis Layanan

Pada dasarnya cloud memiliki 3 jenis layanan. Sebagian besar dari layanan ini

digunakan ketiganya secara berkolaborasi. Akan tetapi ada juga yang hanya

menggunakan salah satu dari ketiga jenis layanan ini. Ketiga jenis layanan tersebut

antara lain Infrastructure as a service, Platform as a service, dan Software as a

service.

3.2.1.2.1 Infrastructure as a Service(IaaS)

Layanan IaaS menawarkan perangkat keras komputer (server, jaringan, storage dan

ruang pusat data) sebagai layanan. Adapun alasan penyewaan layanan perangkat keras

ini disebabkan oleh empat hal:

1. Harga

2. Kumpulan resource

3. Kecepatan penyebaran

4. Keamanan

Ada beberapa hal juga yang harus diperhatikan sebelum memilih provideryang

menyajikan layanan ini (Hurwitz, 2010).

1. Tingkat keamanan

Keamanan merupakan hal yang fundamental menyangkut dengan keberadaan data,

(46)

2. Transparansi kontrol

Penyediaan antarmuka untuk pelanggan dengan kontrol penuh atau sebagian,

bergantung dari layanan yang diberikan oleh cloudprovider.

3. Biaya untuk resourceaktual

Tiap pengeluaran untuk resource yang kita gunakan harus diperhatikan. Biaya

yang dikeluarkan belum tentu sepadan dengan apa yang kita dapatkan. Untuk itu

perlu diteliti ulang untuk setiap rincian perangkat yang ada.

4. 99.9% uptime

Jaminan bahwa infrastruktur yang kita sewa online 24 jam merupakan hal yang

utama untuk sebuah aplikasi yang berjalan pada web. Keandalan infrastruktur

diukur dari sistem backup data, integritas data, dan jaminan server online 24 jam.

5. Fitur tambahan yang diberikan

Fitur tambahan memberikan nilai tambah untuk masing-masing cloudprovider.

Fitur tambahan memberikan opsi tambahan untuk pengguna dengan fungsi yang

tentu berhubungan dengan apa yang kita butuhkan.

Berikut adalah komponen dari sebuah IaaS:

Infrastructure as a Service (IaaS)

Gambar 3.2 Komponen Infrastructure-as-a-Service

3.2.1.2.2 Platformas a Service(PaaS)

Agar sebuah aplikasi berjalan pada cloud, dibutuhkan sebuah wadah yang berjalan

disemua kondisi. Sebuah platform memberikan kemudahan bagi developer untuk

(47)

Kunci utama sebuah platform adalah memberikan developer sebuah dukungan

full-environment dalam membuat aplikasi tanpa harus membeli tool secara terpisah.

Adapun platform yang dibutuhkan harus memiliki elemen dasar sebagai berikut:

1. Workflow engine

2. Development tools

3. Testing environment

4. Integrating database

5. Third-party tools and services

Berikut adalah gambaran dari komponen – komponen yang termasuk di dalam PaaS.

Platform as a Service (PaaS)

Gambar 3.3 Komponen Platform-as-a-Service

3.2.1.2.3 Software as aService(SaaS)

Layanan yang paling banyak digunakan pada cloud adalah Software as a Service

(SaaS). SaaS merupakan layanan yang paling cepat berkembang setelah

penggunaannya mulai menyebar dengan pesat seiring dengan laju pertumbuhan

pengguna layanan internet.

SaaS adalah area yang paling matang pada cloud. SaaS memperoleh traksi awal

dengan pasar customer relationship management (CRM) dan telah diperluas ke sektor

lainnya — khususnya kolaborasi pasar dan penyediaan peralatan dan manajemen

lingkungan.

SaaS memiliki karakteristiknya tersendiri agar keberadaannya di pasar komersial

(48)

1. Sebuah aplikasi SaaS perlu disamaratakan menjadi suatu yang umum sehingga

banyak pelanggan yang tertarik pada layanan tersebut. Beberapa tipe aplikasi yang

pada umumnya digunakan seperti accounting, collaboration, project management,

testing, analytics, content management, internet marketing, risk management, dan

CRM.

2. Aplikasi SaaS harus menyediakan navigasi yang canggih dan kemudahan

penggunaan.

3. Aplikasi SaaS harus berupa berorientasi modular dan berorientasi layanan.

4. Aplikasi SaaS perlu menyertakan pengukuran dan pemantauan sehingga

pelanggan dapat dikenakan biaya sesuai penggunaan aktual.

5. Aplikasi SaaS harus memiliki sebuah layanan billing built-in.

6. Aplikasi SaaS harus mempublikasikan antarmuka dan ekosistem dari partner yang

dapat memperluas basis pelanggan perusahaan dan tujuan pasar.

7. Aplikasi SaaS harus memastikan bahwa setiap data pelanggan dan konfigurasi

khusus terpisah dan aman dari data dan konfigurasi pelanggan lainnya.

8. Aplikasi SaaS harus menyediakan sebuah konfigurasi proses bisnis yang mutakhir

untuk pelanggan.

9. Aplikasi SaaS perlu menyediakan peluncuran fitur-fitur yang baru dan

kemampuan baru secara konstan.

10. Aplikasi SaaS harus melindungi integritas data pelanggan.

Software as a Service (SaaS)

(49)

3.2.2 Virtualisasi

Virtualisasi menggunakan resource komputer untuk meniru resource komputer

lainnya atau seluruh komputer. Cloud computing sebagai sebuah transformasi dari

komputasi menyatukan orientasi layanan dengan kemampuan untuk dikelola secara

distribusi digabungkan dengan skala ekonomi dari virtualisasi. Dalam dunia dimana

segala sesuatunya berupa layanan, virtualisasi merupakan mekanisme yang

fudamental untuk memberikan layanan. Virtualisasi meyediakan sebuah platform

untuk mengoptimalkan resource IT yang kompleks. Sangatlah penting memisahkan

resource dari implementasi fisik mereka, tanpa virtualisasi cloud akan menjadi sangat

sulit untuk dikelola. Virtualisasi sangatlah penting bagi cloudcomputing karena

memungkinkan untuk membuat banyak aspek komputasi menjadi lebih mudah.

Virtualisasi memiliki tiga karakteristik sebagai berikut (Hurwitz, 2010):

1. Partitioning

Pada virtualisasi, aplikasi dan sistem operasi didukung dalam sebuah sistem fisik

tunggal oleh proses pemartisian (memisahkan)resource yang ada.

2. Isolation

Setiap mesin virtual diisolasi dari sistem fisik host dan mesin virtual lainnya.

Dikarenakan oleh isolasi ini, jika sebuah proses virtualisasi mengalami crash, hal

tersebut tidak mengganggu mesin virtual lainnya. Sebagai tambahan, data tidak

dibagi-pakai antara satu mesin virtual dengan yang lainnya.

3. Encapsulation

Sebuah mesin virtual dapat direpresentasikan (dan bahkan disimpan) pada sebuah

berkas tunggal sehingga kita dapat mengidentifikasinya dengan mudah

berdasarkan pada layanan yang disediakannya. Pada dasarnya sebuah proses yang

dienkapsulasi dapat berupa sebuah layanan bisnis. Mesin virtual yang

dienkapsulasi dapat disajikan pada sebuah aplikasi sebagai entitas lengkap.

Sehingga enkapsulasi dapat melindungi setiap aplikasi sehingga tidak

mengganggu aplikasi lainnya.

Pada virtualisasi cloud, data yang tersimpan akan menempati cluster-cluster yang

terpisah. Sistem berkas pada cloud menggunakan konsep map reduce. Map reduce

(50)

dan didistribusikan di mesin-mesin yang terhubung secara cluster. Sistem berkas

terkenal yang memanfaatkan konsep ini adalah Google File System (GFS) dan

digunakan oleh Google sejak awal perkembangannya sampai sekarang.

3.2.3 Tingkat Keamanan IT

Sebelumnya ada resiko utama yang terdapat pada cloud yang harus diperhatikan

ketika ingin menggunakan cloud(Hurwitz, 2010), yaitu sebagai berikut:

1. Audit & compliance risks: meliputi kekuasaan hukum data, kontrol akses data,

perawatan jejak audit.

2. Security risks: termasuk integritas data, konfidensial data, dan privasi.

3. Information risks: proteksi dari kekayaan intelektual

4. Performance and availability risks: termasuk ketersediaan dan tingkat performa

yang dibutuhkan agar berhasil dijalankan dengan baik.

5. Interoperability risks: menyangkut pengembangan sebuah layanan yang mungkin

tersusun atas beberapa layanan.

6. Contract risks: menyangkut hubungan antara user dan sang provider.

7. Billing risks: berkaitan dengan kepastian bahwa pengguna ditagihkan dengan

jumlah yang tepat dengan sumber daya yang digunakannya.

Pada dasarnya, ada 3 tingkatan keamanan yang diperlukan pada lingkungan cloud

(Hurwitz, 2010), yaitu sebagai berikut:

1. Manajemen identitas

Hal yang paling pokok pada sebuah sistem adalah kewenangan. Sehingga suatu

layanan aplikasi atau bahkan komponen perangkat keras dapat diberikan wewenang

kepada pihak yang tepat.

2. Kontrol akses

Diperlukan juga sebuah tingkatan kontrol akses yang tepat pada lingkungan cloud

untuk melindungi keamanan dari resource.

3. Otorisasi dan otentikasi

Diperlukan sebuah mekanisme agar orang yang tepat dapat mengakses data yang

(51)

Cloud provider harus memastikan keamanan dan privasi dari data pengguna tetapi

penggunalah yang paling bertanggung jawab atas data perusahaannya. Ini berarti

peraturan yang dibuat oleh industri dan pemerintahan untuk melindungi informsai

personal dan perusahaan masih digunakan bahkan jika data diatur dan disimpan oleh

vendor asing.

Tingkat keamanan IT menyangkut dengan data. Data merupakan hal yang paling

konfidensial dari suatu perusahaan IT. Pada cloud, ada 3 hal yang berkaitan dengan

masalah keamanan dan privasi data (Hurwitz, 2010). Ketiga hal itu adalah sebagai

berikut:

1. Lokasi dari data user

2. Kontrol data user

3. Jalur transfer yang aman dari data user

3.2.3.1 Lokasi Data di Cloud

Setelah data masuk ke dalam cloud, pengguna tidak dapat lagi mengakses data yang

telah tersimpan secara geografis. Beberapa alasan mengapa pengguna tidak dapat

mengakses data yang telah tersimpan secara geografis, yaitu :

1. Hukum Negara Tertentu

Hukum yang mengatur data berbeda pada setiap wilayah batasan geografis.

Sebuah perlindungan legal suatu negara tidak dapat diterapkan jika data berada di

luar wilayah negara tersebut.

2. Transfer Data Melalui Perbatasan Negara

Sebuah perusahaan global dengan anak perusahaan berada di negara lain dapat

mengkhawatirkan tentang pemberlakuan hukum lokal pada transfer data antar

negara. Virtualisasi dapat membuat hal ini menjadi masalah yang lebih rumit

dikarenakan cloud provider tidak mengetahui keberadaan data pada saat tertentu.

3. Pembauran Data

Bahkan jika data berada dalam satu negara yang memiliki hukum yang sangat

nyaman, data masih mungkin tersimpan secara fisik pada basis data bersamaan

dengan data perusahaan lainnya. Hal ini menaikkan kekhawatiran tentang

(52)

4. Penggunaan Data Sekunder

Pada situasi public cloud, sebuah data dapat menjadi sangat rentan untuk

digunakan secara sekunder oleh cloud service provider.

3.2.3.2Kontrol Data di Cloud

Kontrol meliputi kebijakan pemerintah yang ditempatkan untuk memastikan data

dapat dipercaya. Intregritas, realibilitas, dan konfidensial dari data harus sempurna.

Sebagai contoh, apabila diasumsikan seorang pengguna menggunakan layanan cloud

untuk word processing.

Dokumen yang dibuat tersimpan dengan cloud provider. Dokumen ini

merupakan milik perusahaan tersebut dan mengharapkan sebuah akses kontrol untuk

dokumen tersebut. Tidak ada yang bisa mendapatkan dokumen tersebut tanpa izin

tetapi kemungkinan sebuah software bug membiarkan orang lain mengakses dokumen

tersebut. Pelanggaran privasi ini dihasilkan dari sebuah kontrol akses yang tidak

berfungsi. Hal inilah yang tidak diinginkan oleh setiap orang.

3.2.3.3 Keamanan Data untuk Transportasi di Cloud

Pada cloud perjalanan dari poin A ke poin B dapat mengambil tiga bentuk yang

berbeda, yaitu :

1. Melalui lingkungan cloud

2. Melalui internet public antara perusahaan dan cloud provider

3. Antara cloud

Proses sekuriti meliputi pemisahan data dari perusahaan data lain dan

kemudian mengenkripsinya menggunakan metode yang diakui. Sebuah virtual private

network (VPN) adalah sebuah cara untuk mengatur keamanan dari data selama data

itu ditransportasikan dalam lingkungan cloud.

Sebuah VPN pada dasarnya membuat membuat public network menjadi

private network daripad menggunakan konektifitas koneksi terdedikasi. Sebuah VPN

Gambar

Gambar 1.1 Diagram Komponen Cloud Computing
Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Informasi dengan Sistem Informasi
Gambar 2.1 Transformasi data menjadi informasi
Gambar 2.3 Sistem perusahaan dan elemen-elemennya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis terhadap dua opsi kelayakan investasi yaitu opsi investasi secara konvensional dan secara cloud computing , kesimpulan yang dapat

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Multi-Tenant pada Perusahaan Dagang Berbasis Cloud Computing Website dengan Metode Rapid Application Development. Penelitian ini

a) Saat ini teknologi sudah sangat pesat perkem- bangannya, bukan tidak mungkin akan ada developer lain yang akan membangun aplikasi sejenis “Fun 2D Shapes

Sistem Informasi Pendataan dan Monitoring Siswa Praktek Kerja Industri SMK Se- Kabupaten Kudus Berbasis Saas Cloud Computing ini bertujuan Membuat aplikasi web untuk

Hal ini terjadi jika dilihat dari nilai MIPS yang didapat pada server VPS, cloud, dan dedicated, diperoleh data bahwa MIPS pada VPS lebih kecil dibanding cloud dan dedicated

Sistem informasi e-learning berbasis cloud computing untuk SMK di Kabupaten Kudus ini merupakan sistem informasi yang digunakan untuk mengelola data

Pada penelitian ini telah dilakukan perancangan dan implementasi sistem berbasis private cloud untuk kebutuhan sistem informasi akademik Politeknik Purbaya yang

Hal ini terjadi jika dilihat dari nilai MIPS yang didapat pada server VPS, cloud, dan dedicated, diperoleh data bahwa MIPS pada VPS lebih kecil dibanding. cloud dan dedicated