• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Politik Soetan Sjahrir Tentang Sosialisme Dalam Politik Indonesia Tahun 1945 – 1950

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemikiran Politik Soetan Sjahrir Tentang Sosialisme Dalam Politik Indonesia Tahun 1945 – 1950"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PEMIKIRAN POLITIK SOETAN SJAHRIR TENTANG SOSIALISME DALAM

POLITIK INDONESIA TAHUN 1945 – 1950

OLEH

ANTON FAKHMI HIDAYAT

050906077

Dosen Pembimbing : Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si

Dosen Pembaca : Dra. T.Irmayani, M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan

kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Allah SWT, karena hidayahNya penelitian ini dapat

dirampungkan dengan segenap usaha dan juga inspirasi yang dating dalam menyiapkan

penelitian ini. Dan juga tidak lupa penulis ucapkan shalawat dan salam kepada Nabi

Muhammad SAW yang menginginkan setiap ummatnya berakhlak mulia dan selalu belajar

dan menuntut ilmu sebagai jalan untuk mengenal TuhanNya.

Skripsi ini berjudul “ Pemikiran Politik Soetan Sjahrir tentang Sosialisme dalam

Politik Indonesia Tahun !945-1950”. Penulisan skripsi ini disusun untuk melengkapi

tugas-tugas dan guna memenuhi syarat untuk menyeleseikan studi program sarjana (S-1) Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

Atas segala bnetuk bantuan yang didapatkan penulis selama berlangsungnya

penulisan skripsi ini dan juga hingga penyusunan laporan hasil penelitian, maka penulis

dengan segala kerendahan hati dan penghormatan yang tinggi ingin menghaturkan rasa

terima kasih kepada semua yang telah terlibat dalam membantu penulis mneyeleseikan

penelitian ini hingga rampungnya skripsi ini.

Tiada kata yang pertama kali penulis ucapkan kepada kedua orang tua saya yang

tercinta, yang selalu mendukung saya, memotivasi dan juga doa-doa mereka yang

mengiringi penulis selama ini, mereka yang tida henti-hentinya terus berjuang untuk

anak-anaknya.

Ucapan terima kasih yang dalam juga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si yang telah bersedia menjadi pembimbing

(3)

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diseleseikan. Dan juga kepada Ibu Dra.

T.Irmayani, M.Si yang menjadi dosen pembaca penulis dan juga sebagai Ketua

Jurusan Program Studi Ilmu Politik, terima kasih atas masukan, kritikannya yang

pedas kepada penulis namun menjadi motivasi bagi saya untuk dapat menyeleseikan

skripsi ini.

2. Juga kepada seluruh staf dosen dan pengajar Departemen Ilmu Politik, bang Indra

Fauzan, bang Rusdi, Kak Uci, Kak Ema dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu,

saya ucapkan terima kasih atas segala bantuannya masing-masing dalam membantu

penulis.

Kemudian tidak lupa juga kepada-teman-temanku seperjuangan politik stambuk 05,

kepada Hanna, yang selalu memotivasi supaya cepat selesei, yang selalu menawarkan

bantuan dengan ikhlas, selalu nemenin berbagai urusan di kampus, terima kasih banyak

kawan. Kepada Fx yang selalu sms-in, nelponin tentang perkembangan skripsi, tapi kok

belakangan ga pernah sms lagi ya?? Thank you bro. dan kepada Fadli, Abdi, yang udah

bantu dan memotivasi supaya cepat selesei, terima kasih atas bantuan kalian kawan, kepada

Ronald terima kasih udah boleh numpang istirahat dan nginap di kosanmu, sayang kamu

udah pulang kawan. Dan juga kepada kawan-kawan politik lainnya yang tidak bisa

disebutkan semua.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan

disana-sini oleh karena keterbatasan yang ada dalam menyeleseikan skripsi ini, untuk itu penulis

(4)

ABSTRAKSI

Judul : Pemikiran Politik Soetan Sjahrir tentang Sosialisme dalam Politik Indonesia Tahun 1945-1950

Nama : Anton Fakhmi Hidayat

NIM : 050906077

Departemen : Ilmu Politik

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pemikiran politik adalah bagian dari studi politik yang menelaah tentang teori-teori dan pemikiran-pemikiran para tokoh tentang politik, filsafat negara, rakyat dan juga etika kemanusiaan. Para filsafat politik memikirkan tentang negara, raja, dan juga rakyat yang ideal yang menginginkan keselarasan dalam menjalankan negara sesuai dengan etika, moral sebagai manusia. Di Indonesia para pemikir politik sudah berkembang dan bermunculan pada masa pergerakan nasional yang menginginkan tanah air terbebas dari belenggu kolonialisme Belanda yang melihat penjajahan dan penghisapan terhadap bumi nusantara. Di antara para pemikir politik di masa pergerakan adalah Soetan Sjahrir yang membawa ideologi Sosialisme demokrasi yang anti Kapitalisme, Kolonialisme dan anti Imperialisme yang menjalar diseluruh dunia.

(5)

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah……….……….. 1

1.2 Perumusan Masalah ………. 7

1.3 Pembatasan Masalah ……….. 8

1.4 Tujuan Penelitian ……… 8

1.5 Manfaat Penelitian ……….. 8

1.6 Kerangka Teoritis ……… 8

1.6.1 Sosialisme………..………10

1.6.2 Sejarah Sosialisme………... 12

1.6.3 Sosialisme menurut Soetan Sjahrir……….. 17

1.7 Metodologi Penelitian ………... 19

1.7.1 Jenis Penelitian………...………... 20

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data …………..……….. 20

1.7.3 Teknik Analisis Data……….. 21

1.8Sistematika Penulisan……….. 22

BAB II. BIOGRAFI SOETAN SJAHRIR 2.1Masa Pelajar……….………. 23

2.2Masa Pendidikan di Belanda……….……… 26

2.3Kegiatan Setelah Kembali ke Indonesia….……….. 28

2.4Masa Pendudukan Jepang …………....……… 30

2.5Masa Revolusi Nasional Indonesia ……….. 33

2.6Penculikan Terhadap Sjahrir ……… 35

(6)

2.8Kehidupan Keluarga ……..……….. 39

BAB III. PEMIKIRAN POLITIK SOETAN SJAHRIR TENTANG SOSIALISME DALAM POLITIK INDONESIA TAHUN 1945 – 1950 3.1 Perkembangan Politik Indonesia Pada Tahun 1945-1950………….. 41

3.2 Perjuangan Kita ( Manifesto politik) ………. 42

3.2.1 Revolusi Kerakyatan ……….. 44

3.2.2 Revolusi Nasional ……….. 45

3.2.3 Revolusi dan Partai ……… 46

3.2.4 Revolusi dan Pemerintahan ……… 47

3.3 Soetan Sjahrir dan Kiprahnya Sebagai Perdana Menteri Pertama …. 49 3.3.1 Perundingan Linggarjati ………. 52

3.3.2 Pidato Sjahrir dalam Sidang Dewan Keamanan PBB ………… 56

3.4 Pemikirannya tentang Sosialisme ………. 58

3.5 Pembentukan PSI dan Akhir Perjuangan Sjahrir ………... 67

BAB IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan ……… 78

(7)

ABSTRAKSI

Judul : Pemikiran Politik Soetan Sjahrir tentang Sosialisme dalam Politik Indonesia Tahun 1945-1950

Nama : Anton Fakhmi Hidayat

NIM : 050906077

Departemen : Ilmu Politik

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pemikiran politik adalah bagian dari studi politik yang menelaah tentang teori-teori dan pemikiran-pemikiran para tokoh tentang politik, filsafat negara, rakyat dan juga etika kemanusiaan. Para filsafat politik memikirkan tentang negara, raja, dan juga rakyat yang ideal yang menginginkan keselarasan dalam menjalankan negara sesuai dengan etika, moral sebagai manusia. Di Indonesia para pemikir politik sudah berkembang dan bermunculan pada masa pergerakan nasional yang menginginkan tanah air terbebas dari belenggu kolonialisme Belanda yang melihat penjajahan dan penghisapan terhadap bumi nusantara. Di antara para pemikir politik di masa pergerakan adalah Soetan Sjahrir yang membawa ideologi Sosialisme demokrasi yang anti Kapitalisme, Kolonialisme dan anti Imperialisme yang menjalar diseluruh dunia.

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pemikiran politik adalah suatu pemikiran tentang asal usul negara, struktur,

dasar-dasar dan juga tujuan-tujuan mewujudkan negara itu. Pemikiran politik bersangkut paut

dengan moral-moral fenomena kelakuan manusia di dalam suatu masyarakat. Pemikiran

politik adalah rekaan orang-orang Yunani karena mereka memiliki tenaga penggerak yang

mahir dalam usaha menerangkan apa yang mereka pikirkan1. Pemikiran politik adalah jenis

pemikiran yang paling tinggi. Pemikiran politik adalah pemikiran yang berkaitan dengan

pengaturan dan pemeliharaan umat. Tingkat tertinggi dari pemikiran politik adalah

pemikiran yang berhubungan dengan urusan umat manusia di dunia dari sudut pandang

tertentu2

1

K. Ramanathan, Konsep Asas Politik, Malaysia, Wing Cheong Press, 2000, hal. 236

2

Abdullah Qodim Zallum, Pemikiran politik Islam, Bangil, Al- Izzah, hal. 5 .

Pemikiran politik Sjahrir dapat dilihat dari tulisan-tulisannya, bagi dia politik

bukanlah hal yang sangat di inginkannya, tetapi menjadi sebuah tanggung jawab buat dia

sebagai anak bangsa dan intelektual muda yang beruntung mendapatkan pendidikan tinggi

di eropa yang tanah airnya sedang terjajah oleh kolonialisme. Bagi Sjahrir politik bukanlah

sekedar merebut kekuasaan dan memanfaatkan kekuasaan tersebut. Oleh sebab itu ia tidak

memandang politik merupakan suatu tujuan yang harus dicapai dengan berbagai cara,

kemerdekaan Indonesia bukanlah akhir dari tujuan politik, kemerdekaan adalah jembatan

menuju kesejahteraan rakyat yang telah lama tertindas dan juga mewujudkan kebebasan

manusia sebagai makhluk yangmemiliki martabat. Politik menurutnya adalah wahana untuk

(9)

Soetan Sjahrir adalah seorang tokoh yang jalan perjuangannya selalu mengutamakan

jalan-jalan perdamaian, menghindari cara-cara kekerasan, seperti angkat senjata maupun

pengerahan massa dalam jumlah besar. Jika suatu masalah dapat ditempuh dengan jalur

diplomasi, maka ia akan menempuh jalur tersebut dalam perjuangannya, walaupun

akibatnya ia dapat ditangkap dan di adili karena berhadapan langsung dengan musuh.

Sehingga ia banyak dimusuhi oleh tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan lainnya karena di

anggap lemah dan berkompromi dengan pihak Belanda sedangkan tokoh lainnya berjuang

dengan angkat senjata terhadap kolonial, seperti yang dilakukan oleh Jendral Soedirman

maupun agitasi-agitasi politik dikalangan rakyat bawah yang dilakukan oleh Tan Malaka

Tujuan perjuangan Sjahrir adalah mencapai kemerdekaan, dan kemerdekaan adalah

jembatan untuk mencapai tujuan, yaitu kerakyatan, kemanusiaan, kebebasan dari

kemelaratan, tekanan dan penghisapan, keadilan, pembebasan bangsa dari ancaman sisa-sisa

feodalisme dan pendewasaan bangsa. Tujuannya tersebut dapat ia wujudkan sewaktu

menjadi Perdana Menteri yaitu satu negara Indonesia yang merdeka, demokratis,

berkerakyatan, memberi pendidikan politik pada rakyat tentang hak dan tanggung jawab

membela kemerdekaan dan menegakkan demokrasi.3

Soetan Sjahrir adalah tokoh yang kontroversial pada masa itu, ia mempunyai cirri

khas yang kompleks, pemikirannya sering kali berbeda dengan tokoh perjuangannya

lainnya, seperti dengan Tan Malaka, Soekarno, dan yang lainnya. Dengan Tan Malaka,

Sjahrir menolak aksi massa dan mobilisasi dengan cara agitasi politik seperti yang

dilakukan oleh Tan Malaka. Tan Malaka yang komunis mengutamakan revolusi untuk

memperoleh kemerdekaan, mengutamakan kebutuhan materil rakyat dalam tujuannya,

sedangkan Sjahrir menginginkan proses evolusi untuk mencapainya, dan menekankan

kesejahteraan dan penghormatan terhadap martabat manusia orang perorang.

3

(10)

Berkaitan perbedaan pandangan dengan Soekarno, Bernhard Dam seorang

sejarawan Jerman menjelaskan perbedaan tersebut disebabkan mereka yang pergi ke Eropa

seperti Hatta dan Sjahrir sekembalinya ke tanah air, mereka menemukan bahwa mereka

telah kehilangan kontak dengan masa yang menurut mereka tampak bodoh, penuh dengan

tahayul dan terbelakang serta tidak punya pengertian untuk pikiran-pikiran mereka yang

dianggap modern atau barat. Berbeda dengan Soekarno yang sekitar tahun 1930 hubungan

dengan Eropa masih asing baginya dan apa yang diketahuinya tentang itu sangat

dipengaruhi oleh ideologi. Seringkali ia berbicara dengan bahasa rakyat dan untuk

melukiskan perjuangan melawan kolonialisme Soekarno banyak mengambil dari mitologi

jawa. Sehingga Sjahrir pada saat itu menyebut pikiran-pikiran Soekarno sebagai

nasionalisme kabur.4

Menurut Bernard Dahm lagi, bahwa Sjahrir menginginkan didirikannya banyak

partai politik yang telah merongrong sistem satu partainya Soekarno, dimana Soekarno

setuju dengan sebuah partai nasionalis yang melingkupi semua aliran dengan disiplin kuat

dan dengan pimpinan yang hamper mempunyai kekuasaan penuh diktatorial.

Demokrasibaginya adalahdemocratisch centralismeyaitu demokrasi terpimpin, dimana

pimpinan partai harus mempunyai kekuasaan untuk menghukum setiap penyelewengan.5

Perilaku politik adalah segala perilaku yang berkaitan dengan proses politik6

4

Bernhard Dahm dalam dissertasinya untuk mencapai gelar doctor dalam ilmu sejarah, Sukarnos Kampf um Indonesiens Unabhangigkeit, dalam :Rosihan Anwar, Perjalanan Terachir Pahlawan Nasional Soetan Sjahrir, Jakarta: Pembangunan, 1966, hal 57

5 Ibid., 6

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992, hal. 15

.

Perilaku politik merupakan produk sosial sehingga untuk memahaminya diperlukan

dukungan konsep dari beberapa disiplin ilmu. Maka untuk memahami perilaku politik tidak

hanya menggunakan konsep politik saja, tetapi juga didukung dengan konsep ilmu-ilmu

sosial lainnya, hal ini menunjukkan bahwa ilmu politik tidak merupakan disiplin ilmu yang

(11)

politik aktor politik seperti perencanaan, pengambilan keputusan dan penegakan keputusan

dipengaruhi oleh berbagai dimensi latar belakang yang merupakan bahan dalam

pertimbangan politiknya. Demikian juga dengan warga negara biasa dalam berperilaku

politik juga dipengaruhi oleh berbagai faktor dan latar belakang.

Dalam hal ini, pemikiran politik seorang Sjahrir dapat dilihat dari perilaku politik

Sjahrir dalam politik Indonesia pada awal kemerdekaan, Sjahrir banyak memainkan

peranannya ketika menjadi Perdana Menteri. Pada saat Sjahrir menjadi perdana menteri

pertama Indonesia, Soekarno untuk sementara berada di belakang karena tidak dpercaya

oleh Belanda untuk melakukan perundingan, Sjahrirlah yang dipercaya oleh Belanda karena

dianggap bersih dari sikap pro Jepang dimana Soekarno dan Hatta di anggap kooperatif

dengan Jepang. Setelah persetujuan Linggarjati ditandatangani, maka Sjahrir bukan saja

berhasil menempatkan Indonesia di peta politik dunia, sekaligus menghapus semua tuduhan

Belanda bahwa Soekarno-Hatta adalah kolaborator dan penjahat perang.7

7

Abu bakar loebis, Kilas balik Revolusi, Kenangan, Pelaku, dan Saksi, Jakarta, UI-Press, 1992, hal.361 Lima hari setelah proklamasi diumumkan, dibentuklah Komite Nasional Indonesia

Pusat, yang beranggotakan 137 orang. Kelompok pemuda mendorong Sjahrir menjadi ketua

komite, namun ia menolak. Sjahrir masih menunggu sejauh mana komite mencerminkan

kehendak rakyat. Kemudian pada rapat Komite Nasional kedua pada 16 Oktober 1945

merupakan salah satu titik penting perjalanan politik Sjahrir. Sjahrir diangkat menjadi ketua

komite secara aklamasi. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang baru merdeka

menghadapi rintangan berat. Belanda sangat ingin menjajah Indonesia kembali, sedangkan

sekutu belum menerima kemerdekaan Indonesia. Sjahrir yang telah memprediksi sikap

sekutu tersebut, berpendirian dalam menghadapai Belanda dan sekutu itu, tidak bisa lagi

(12)

Kemudian dengan suara bulat, rapat memutuskan sebelum Majelis dan Dewan

dibentuk, kekuasaan Presiden dialihkan ke komite. Pada 11 November 1945 Sjahrir

diangkat menjadi formatur kabinet baru yang bertanggung jawab kepada komite nasional,

bukan kepada Presiden Soekarno. Tiga hari kemudian Sjahrir diangkat menjadi perdana

menteri, sekaligus juga menjabat sebagai menteri luar negeri dan dalam negeri, sedangkan

Amir Sjarifoedin sebagai wakil komite diangkat sebagai menteri pertahanan rakyat dalam

kabinet parlementer. Adanya Maklumat X pada 3 November 1945 yang mengatur tentang

pembentukan partai politik, membuat kerja sama Sjahrir dengan Amir semakin erat. Sjahrir

mendirikan Partai Rakyat Sosialis (Paras) dan Amir mendirikan Partai Sosialis Indonesia

(Parsi). Karena sama-sama beraliran sosialis, kemudian keduanya meleburkan Parsi dan

Paras menjadi Partai Sosialis.

Setelah ditunjuk sebagai perdana menteri, ia mengambil jalan diplomasi.

Menurutnya, untuk mempertahankan kemerdekaan yang harus dilakukan adalah menggelar

perjanjian dengan Belanda untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Dalam proses ini ia

berusaha menutup peluang Belanda untuk menyudutkan Indonesia sebagai negara yang

tidak aman, sehingga perlu campur tangan asing. Sehingga untuk mengantisipasi itu, Sjahrir

mengeluarkan kebijakan politik militer. Semua kekuatan bersenjata, baik tentara maupun

laskar harus keluar dari Jakarta, Sjahrir mengumumkan Jakarta sebagai kota Internasional.

Agar program ini menarik perhatian dunia, maka digelar banyak pameran kesenian yang

dipublikasikan keluar negeri.8

Sjahrir mengenalkan Indonesia di forum-forum internasional, seperti pada

konferensi Asia di New Delhi tahun 1946, ia juga memberikan bantuan kemanusiaan berupa

sumbangan beras kepada India yang terancam kelaparan akibat gagal panen.Perundingan

Linggarjati adalah hasil dari politik diplomasi Sjahrir, yang memutuskan wilayah Indonesia

8

(13)

secara de facto hanya Jawa, Sumatera dan Madura. Indonesia kemudian menjadi Republik

Indonesia Serikat yang tergabung dalam Uni Indonesia Belanda. Dalam perundingan

tersebut Sjahrir memasukkan pasal tambahan mengenai arbitrase, yaitu jika ada perselisihan

menyangkut perjanjian tersebut, akan diajukan ke Dewan Keamanan PBB. Pasal ini

akhirnya terbukti menjadi penyelamat ketika Belanda melakukan agresi ke wilayah

Indonesia.

Ketika Belanda melakukan agresi militernya ke sejumlah kota-kota penting

Indonesia, Sjahrir lalu memimpin delegasi Indonesia dan berangkat ke sidang Dewan

Keamanan PBB di Lake Success, Amerika Serikat. Ia berpidato menjelaskan bahwa

kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah dari Jepang, dan meminta PBB mengeluarkan

putusan untuk memaksa pasukan Belanda untuk mundur dari wilayah Indonesia. Pidato

Sjahrir di Dewan Keamanan ini dimungkinkan karena adanya pasal tentang arbitrase pada

perjanjian Linggarjati yang diusulkan oleh Sjahrir sebelumnya.

Perkembangan sistem politik Indonesia pada awal kemerdekaan periode 1945

sampai 1950 sangat bergejolak. Pertama perubahan fungsi Komite Nasional dari pembantu

Presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis

Besar Haluan Negara berdasarkan Maklumat Wakil Presiden Muhammad Hatta no. X (iks)

tanggal 16 Oktober 1945. Kedua ialah perubahan sistem kabinet Presidensil menjadi kabinet

parlementer berdasarkan usul dari Badan Kerja Komite Nasional Indonesia Pusat

(BP-KNIP) pada tanggal 11 November 1945, yang kemudian disetujui oleh Presiden Soekarno

dan diumumkan dengan Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945.

Sementara itu pada tanggal 3 November 1945, atas usul BP-KNIP, pemerintah

mengeluarkan Maklumat X yang ditandatangani oleh Wakil Presiden Muhammad Hatta

(14)

untuk memperkuat perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan dan menjamin

keamanan masyarakat.9

Namun pada tanggal 27 Desember 1949 berlaku konstitusi RIS, UUD 1945 tidak

berlaku lagi, yang berlaku adalah UUD Negara Bagian RI yang berpusat di Yogyakarta

dalam kerangka konstitusi RIS. Berdasarkan konstitusi RIS, negara kesatuan Republik

Indonesia menjadi Negara federasi RIS, dengan Soekarno sebagai Presidennya.

Sejak tanggal 14 November 1945 kekuasaan pemerintah (eksekutif) dipegang oleh

perdana menteri sebagai pemimpin kabinet dengan para menteri sebagai anggota kabinet.

Secara bersama-sama atau sendiri-sendiri perdana menteri dan para menteri itu bertanggung

jawab kepada KNIP yang berfungsi sebagai legislatif (DPR) dan tidak bertanggung jawab

kepada Presiden seperti dalam UUD 1945. Perkembangan sistem politik tersebut sangat

berpengaruh terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, yang menyebabkan semakin

meningkatnya ketidakstabilan di bidang politik, ekonomi, pemerintahan dan keamanan.

10

1.2Perumusan Masalah

Akan

tetapi Negara federasi RIS hanya berlangsung singkat, disebabkan oleh banyaknya desakan

dari berbagai daerah untuk kembali menjadi Negara kesatuan. Pembubaran dan

penggabungan Negara-negara bagian itu memang dimungkinkan dalam ketentuan pasal 43

dan 44 konstitusi RIS.

Dengan dipelopori oleh pemimpin republik, Soekarno, Hatta dan Sjahrir maka pada

tanggal 17 Agustus 1950, Negara federasi RIS kembali menjadi Negara Kesatuan Republik

Indonesia dengan konstitusi sementara yang dikenal dengan UUDS 1950, yang merupakan

konstitusi ketiga. Menurut UUD sementara ini, sistem pemerintahan yang di anut adalah

sistem pemerintahan parlementer bukan presidensil.

9

Penataran P4, Jakarta, 1994, hal.351

10

(15)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti merumuskan masalahnya,

yaitu :

1. Bagaimana deskripsi tentang Soetan Sjahrir?

2. Bagaimana pemikiran politik serta peran Soetan Sjahrir pada politik Indonesia

pasca kemerdekaan?

1.3Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas serta mempertegas batasan ruang lingkup penelitian dengan

tujuan untuk menghasilkan uraian yang sistematis maka diperlukan adanya batasan

masalah. Penelitian akan dibatasi pada bagaimana pemikiran dan peran politik Soetan

Sjahrirpolitik Indonesia pada tahun 1945 sampai 1950 saja.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan tentang seorang soetan Sjahrir.

2. Untuk menganalisis pemikiran dan perannya Soetan Sjahrir terhadap politik

Indonesia pada awal kemerdekaan

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah referensi dan literatur bagi

departemen Ilmu politik tentang pemikiran politik tokoh.

2. Dapat menambah wawasan bagi penulis sendiri untuk memahami pemikiran

politik Soetan Sjahrir sebagai seorang pahlawan kemerdekaan.

(16)

Definisi politik sendiri dalam sebagai suatu ilmu mempunyai pengertian yang

berbeda dikalangan para ahli, namun secara garis besar politik adalah kekuasaan dan segala

sesuatu yang berorientasi kepada tujuan pencapaian kekuasaan. Secara umum, politik

adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut

tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.11 Pengambilan keputusan

itu tentang apa saja yang menjadi tujuan utama dari suatu sistem politik dan memiliki

beberapa alternatif dalam penyusunan skala prioritas dari sejumlah tujuan yang telah dipilih

tersebut. Dan untuk melaksanakan segala tujuan tersebut diperlukan public policy yang

menyangkut pengaturan dan alokasi dari sumber-sumber yang ada.Untuk melaksanakan

kebijakan itu, baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyeleseikan konflik yang

mungkin timbul dari proses ini. Cara yang dipakai bersifat paksaan (coercion). Tanpa ada

unsur paksaan, kebijakan ini hanya merupakan perumusan keinginan (statement of intent)

belaka. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan

bukan tujuan pribadi seseorang (private goals).12

Menurut Adrian Leftwich dalam bukunya What is politics?, menjelaskan bahwa

poltik adalah jantung dari semua kegiatan sosial kolektif, formal maupun informal, public

dan privat, di dalam semua kelompok-kelompok manusia, lembaga-lembaga dan

masyarakat, mulai dari interaksi sosial keluarga sampai kepada interaksi di dalam bangsa

maupun lintas bangsa. Yang membedakannya dengan interaksi sosial biasa adalah bahwa

politik melahirkan kekuasaan yang memperhatikan penciptaan, pendistribusian dan

penggunaan sumber-sumber keberadaan sosial manusia. Dengan demikian, politik

memunculkan dimensi kekuasaan pengambilan keputusan, kekuasaan atas agenda setting

dan kekuasaan atas kontrol pemikiran.13

11

Mirriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal.8

12

Ibid, hal. 9

13

(17)

Jika politik secara hakiki dipandang sebagai proses interaksi antar elemen di dalam

suatu negara atau dunia yang berisikan konflik dan konsesus, maka politik dapat diartikan

sebagai suatu perjuangan memperebutkan sumber-sumber yang terbatas melalui kekuasaan

di tengah-tengah hasrat atau keinginan manusia yang cenderung tidak terbatas. Dengan

begitu, menjadi penting pula membicarakan bagaimana proses serta hasil dari pengambilan

keputusan kebijakan publik dilakukan, siapa menentukan apa dan mendapatkan apa dan

bagaimana proses saling mempengaruhi dalam pembuatan kebijakan pendistribusian

sumber-sumber yang ada di sebuah negara.14

1. Negara (state)

Perbedaan-perbedaan yang ditemui dalam definisi politik disebabkan oleh adanya

perbedaan dalam menganalisa suatu aspek dalam politik tersebut, sedangkan dalam politik

terdapat konsep-konsep pokok, yaitu :

2. Kekuasaan (power)

3. Pengambilan Keputusan (decision making)

4. Pembagian (distribution) atau alokasi (allocation)

Bagi Sjahrir politik bukanlah sekedar perkara yang pragmatis sifatnya, yang hanya

menyangkut suatu tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut, yang dapat ditangani dengan

memakai rasionalitas instrumental. Bagi Sjahrir politik lebih dari pragmatisme simplistis,

tetapi mengandung sifat eksistensial dalam wujudnya, karena melibatkan juga rasionalitas

nilai-nilai. Politik lebih mirip suatu etika yang menuntut agar suatu tujuan yang dipilihharus

dapat dibenarkan oleh akal sehat yang dapat diuji, dan cara yang ditetapkan untuk

mencapainya haruslah dapat dites dengan kriteria moral.15

1.6.1 Sosialisme

14

Harold D Laswell menyimpulkan hal ini dalam bukunya Politics: Who Gets What, When and How? 15

(18)

Pengertian sosialisme sebagai ideologi dapat didefinisikan lebih sempit eksistensi

sosialisme sebagai paham atau ideologi yaitu Sosialisme ialah faham yang bertujuan

perubahan bentuk masyarakat dengan menjadikan perangkat produksi menjadi miliki

bersama dan pembagian hasil secara merata disamping pembagian lahan kerja dan bahan

konsumsi secara menyeluruh. Dapat pula kita definisikan Sosialisme adalah sistem hidup

yang menjamin hak asasi manusia, hak sama rata (equality), demokrasi, kebebasan dan

sekularisme. Jaminan ini akan mewujudkan keadilan secara keseluruhan.

Dalam membahas istilah sosialisme terdapat banyak tafsiran mengenai faham ini,

diantara banyak tafsiran tersebut terdapat dua pandangan yang mewakilinya. Yang pertama

sosialisme dikaitkan dengan faham komunisme yang berlandaskan pada ajaran Marxisme

dan Leninisme. Pandangan yang kedua, sosialisme adalah berbeda dengan komunisme,

istilah yang sering digunakan yaitu sosial-demokrat atau demokrasi sosial. Perbedaan yang

paling mencolok antara dua pandangan ini adalah bahwa demokrasi sosial melaksanakan

cita-citanya melalui jalan evolusi, persuasi, tanpa jalan kekerasan, tetapi melalui jalan

pemilihan umum dan perjuangan dalam parlemen. Sebaliknya komunisme yakin

bahwacita-citanya hanya dapat dicapai melalui dengan menghancurkan masyarakat lama melalui

revolusi dan suatu kediktatoran proletar.16

Sosialis dan Komunis memang sangatlah tidak sama, bukan saja filosofinya yang

berbeda, tetapi dari segi metode dan tujuan pun tidak sama. Meskipun demikian terdapat Sosialisme adalah paham tentang masyarakat yang lebih umum. Semula, kata itu

merupakan nama untuk hasrat dan gerakan yang ingin membangun masyarakat yang adil

dan bebas, dengan keyakinan bahwa sumber segala ketidakadilan adalah hak milik pribadi

dan itu harus dihapuskan.

16

(19)

semangat yang sama dari dua aliran yang sering kedua istilah yang maknanya berbeda,

tetapi digunakan dalam konteks yang sama atau sebaliknya. Kesamaan yang dimaksud

adalah dalam soal pemihakan, keduanya sama-sama berpihak kepada penbelaan atas

keadaan penderiataan masyarakat lemah dan berbasis kepada nilai kolektifitas dan

solidaritas dalam membangun metode yang dianutnya. Selain itu paham sosialisme dan

komunisme lahir menjadi kekuatan ideologis sebagai reaksi atas ketidaksetujuan dan

penentangan keras terhadap keberadaan liberalisme dan kapitalisme sebagai ideologi yang

menekankan kepentingan individu (individualisme) serta kuat berpegang kepada pandangan

hasil pemikiran yang rasional semata.

1.6.2 Sejarah Sosialisme

Dalam perjalanan sejarahnya sosialisme dan komunisme sebagai suatu kekuatan

ideologi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, keduanya memiliki sifat dan

metode gerakan politik maupun cita-cita akhir politik yang sangat berbeda, bahkan dalam

kenyataannya kedua pengikut ideologi itu saling bertentangan. Dari aspek sejarah kelahiran

sosialisme tidak terlepas sebagai reaksi atas liberalisme dan kapitalisme, tetapi secara

filosofis faham ini di inspirasikan dari perintah agama. Nilai-nilai teologis memiliki peran

penting terhadap lahirnya gagasan sosialisme. Di eropa, jelas agama kristiani sebagai

pemeluk mayoritas dan akarnya telah demikian kuat bersemai dalam kehidupan masyarakat

barat, dan memiliki peran penting dalam membangun ideologi sosialis ini. Pada tahun 1642,

Uskup Agung Cantebury, William Temple, dalam bukunya crhistiany and the social order,

mengemukakan pemikiran yang sangat dekat dengan sosialisme. Ia memiliki pandangan

bahwa setiap sistem ekonomi untuk sementara maupun selamanya, memberikan pengaruh

edukatif yang sangat besar dan karena itu gereja harus ikut mempersoalkannya.17

17

(20)

Setelah melebarnya sayap-sayap Ideologi Liberalisme dan Kapitalisme, maka dunia

telah tersentuh ideologi ini dipenuhi dengan dengan pragmatisme hidup, sikap

individualitas, konsumerisme, hedonisme, materialism dan sekularisme. Ini telah

menimbulkan masalah sosial sampai pada tingkat unit sosial terkecil, seperti melemahkan

ikatan emosional dalam keluarga, disorientasi, disorganisasi sosial, pada skala yang besar

timbulnya aliansi sosial sebab jauh dari agama dan ketimpangan sosial dalam kehidupan

sosial dan ekonomi masyarakat. Ini yang kemudian menimbulkan reaksi untuk memberikan

rumusan alternatif dalam melakukan perubahan sosial ditengah masyarakat, maka lahirlah

paham Sosialisme. Mereka menentang kepentingan individu sebagai dasar pribadi, juga

kebebasan ekonomi yang perlu melibatkan negara. Sosialisme mengusahakan industri

negara bukan semata digunakan untuk mencari keuntungan yang melebihi usaha

keuntungan kapitalis yang mungkin berhasil mungkin tidak.

Akan tetapi, untuk mengembangkan sistem penyelenggaraan industri yang lebih

demokratis, bermanfaat dan bermartabat, penggunaan mesin yang lebih memperhatikan

manusia dan penggunaan hasil kecerdasan manusia yang lebih bijak.18

Awal mula lahirnya Sosialisme tidak dapat dipastikan, ada beberapa pendapat yang

menyatakan doktrin sosialis berasal dari Plato, sebab konsep kemakmuran yang ideal yang

dicita-citakan faham sosialis telah ada dalam karya Plato yang berjudul Republic. Dalam

karya tersebut Plato menggambarkan bahwa penguasa tidak memiliki kekayaan pribadi,

serta apa yang dimiliki oleh negara berupa hasil produksi dan konsumsi dibagikan sama Kemudian lahirlah

tokoh-tokoh sosialis seperti St. Simon (1760 – 1825), Fourier (1837), Robert Owen (1771–

1858), Louis Blane (1813 – 1882), Bakunin (1814 – 1876).

18

(21)

kepada semua. Robert Owen dikenal sebagai pelopor sosialisme Inggris, ia juga merupakan

orang pertama yang menggunakan kata Sosialisme.19

Robert Owen berpendapat bahwa yang bertanggung jawab atas penderitaan manusia

dan penyakit-penyakit sosial bukanlah individu tetapi masyarakat. Owen juga percaya

bahwa masyarakat bisa dan harus berubah.20 Sedangkan Saint Simon berpendapat bahwa

masalah-masalah sosial yang dihadapi dapat diatasi jika masyarakat diatur menjadi “asosiasi

produktif” yang pimpinannya diserahkan kepada para teknokrat dan ahli-ahli industry, yang

mengatur kehidupan secara rasional dan mengendalikan kekuatan-kekuatan ekonomi

termasuk usaha swasta.21

Pada tahun 1844, Friedrich Engels datang ke Paris dan bertemu dengan Marx untuk

pertama kalinya. Mereka berdua lalu bekerjasama dalam membangun pemikiran-pemikiran

revolusioner dan komunis. Karya-karya bersama mereka di antaranya berjudul The Holy

Family, The German Ideology dan The Communist Manifesto. Dalam manifesto komunis

Marx mendefinisikan berbagai mazhab yang mengaku “sosialis” dengan menunjuk ke

golongan sosial yang mereka wakili, yaitu sosialisme feodal, sosialisme borjuis kecil.

Dalam manifesto komunis Engles menyatakan Sosialisme modern isinya yang utama adalah Robert Owen, Saint Simon dan Fourier mereka mencoba

memperbaikinya terdorong oleh rasa perikemanusiaan tetapi tidak dilandasi dengan konsep

yang jelas dan dianggap hanya angan-angan belaka, karena itu mereka disebut kaum

Sosialis Utopia. Karl Marx dari Jerman juga banyak mengecam keadaan ekonomi dan sosial

di sekitarnya, tapi menurut Karl Marx keadaan tidak dapat diperbaiki dengan landasan biasa

seperti gali lobang tutup lobang, menurutnya keadaan ini harus diperbaiki dengan teori

sosial didasari hukum-hukum ilmiah dan untuk membedakan gagasannya dengan sosialis

utopis.

19

William Ebenstein & Edwin Fogelman, Op. cit, hal. 211

20

Michael Newman, Sosialisme Abad 21: Jalan Alternatif atas Neoliberalisme, Yogyakarta, Resist Book, 2006, hal. 11

21

(22)

pengertian, dari satu sisi, mengenai pertentangan kelas antara pemilik dengan non-pemilik

modal, antara kaum kapitalis dan kaum buruh dan dari sisi lain adalah pengertian tentang

keadaan anarkis yang marajalela dibidang produksi. Menurut Marx, masyarakat berubah

dan berkembang secara dialektik, artinya masyarakat dinegasikan sehingga akhirnya

menjadi komunis. Dalam uraian Marx, komunis adalah tahap negasi dari negasi. Negasi

diartikan sebagai penghancuran dari yang lama, sebagai hasil dari perkembangan sendiri

yang diakibatkan oleh kontradiksi intern. Proses ini sering dinamakan dengan Materialisme

Historis.22

Menjelang akhir abad ke-19 terjadi perkembangan baru dalam industri di Eropa,

yang tak sesuai dengan ramalan Marx tentang tahapan-tahapan menuju revolusi proletar. Dari sinilah berkembang paham Marxisme yang banyak dianut dan dipercayai

mampu membela hak kaum kecil dalam artian dapat mengganti paham kapitalisme untuk

menuju masyarakat sosialis. Marxis ialah bagian terpenting dari paham sosialis paling

banyak menyebar dan pengaruhnya tidak sedikit.

Pada masa Lenin (1870-1924). Dia terpengaruh oleh populisme, namun setelah

mempelajari Das Kapital dia semakin cenderung ke arah Marxis. Ia memperkenalkan istilah

sosialisme untuk masa yang oleh Marx disebut tahap pertama masyarakat komunis

Marxisme beda dengan komunisme. Yang pertama merupakan sebagian dari komunisme,

sementara komunisme lebih daripada hanya marxisme. Komunisme berideologi bukan

hanya marxisme, tetapi marxisme-leninisme. Artinya, marxisme sebagaimana dipersepsi

Lenin. Tambahan Lenin pada marxisme adalah ajaran tentang perebutan kekuasaan oleh

Partai Komunis, hal yang tak pernah dipikirkan oleh Karl Marx. Ajaran Marx umum

sifatnya, sementara Lenin bicara strategi dan taktik perjuangan proletariat atas pimpinan

Partai Komunis. Lalu Lenin berhasil menciptakan revolusi Oktober 1917.

22

(23)

Industri bertumbuh pesat, kaum pekerja pabrik bertambah banyak dan proletarisasi memang

meluas, tetapi kaum buruh tidak menjadi semakin miskin dan sengsara, tidak mengalami

Verelendung sebagaimana diramalkan Marx. Demikianpun buruh tidak menjadi lebih

radikal karena ditemukan metode baru untuk memperbaiki nasib mereka melalui mogok dan

hak pilih.

Eduard Berstein dan Rosa Luxemburg yang mencoba merevisi ajaran Marx,

Berstein tampil dan mengusulkan agar kaum sosialis Jerman melepaskan diri dari ajaran

Marx dan mendirikan partai politik sendiri. Sifat internasional gerakan buruh ditolak,

karena menurut Bernstein dan pengikutnya, buruh tetap mempunyai tanah air. Ajaran Marx

perlu direvisi secara besar-besaran sehingga gerakan ini dinamakan revisionisme di

kalangan Marxis. Pemisahan kaum sosialis Jerman dari Marxisme ortodoks ditandai oleh

terbitnya buku Bernstein berjudul Voraussetzungen des Sozialismus und die Aufgaben der

Sozialdemokratie (syarat-syarat sosialisme dan tugas-tugas sosial-demokrasi) pada 1899.

Menurut Bernstein, tujuan dapat dicapai tanpa revolusi, melainkan melalui jalan

parlementer.23

Pada abad 20, kata sosialisme mendapat makna lebih luas. Sosialisme terpecah

menjadi Sosialisme Komunis dan Sosialisme Demokratis atau kini dikenal Sosialisme

Demokrat (Sosdem). Kedua paham yang ingin memperjuangkan keadilan sosial lewat

cita-cita demokrasi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM). Maka Sosdem sejak

Perang Dunia II menjadi soko guru demokrasi Barat. Konsep sosial-demokrasi muncul

pertama kali di kalangan kaum sosialis Jerman di bawah pimpinan Eduard Bernstein,

setelah berdirinya Gerakan Buruh Internasional II (dikenal sebagai Internasional II) di Paris

pada Juli 1889. Internasional II lahir dua dasawarsa setelah Internasional I yang didirikan

pada 1864 dengan mengikuti gagasan Marx, hancur berantakan oleh revolusi 1871 yang

menelan korban lebih dari 20 ribu jiwa.

23

(24)

Kritik kepada Marx menimbulkan antikritik yang sama gencarnya mempertahankan

Marxisme. Pergolakan dalam kalangan Marxis Jerman melahirkan tiga sayap pergerakan,

yaitu sayap kanan di bawah pimpinan Bernstein yang menganjurkan sosial-demokrasi,

sayap tengah dengan dua tokoh utama, August Bebel dan Karl Kautsky, yang menolak

mogok sebagai metode perjuangan kaum pekerja, dan sayap radikal di bawah Rosa

Luxembourg. Internasional II praktis bubar dengan pecahnya Perang Dunia I, sampai

muncul Internasional III sesudah pecah Perang Dunia II. Tiga pimpinannya yang kemudian

memainkan peranan penting adalah Lenin, Trotsky, dan Stalin, yang mencoba

menghidupkan kembali impian semula dari Marx, yaitu mengobarkan revolusi proletar di

seluruh dunia.

Tulisan-tulisan Lenin yang bersifat menafsirkan dan menyederhanakan ajaran Marx

dan Engels dan menyesuaikannya dengan keadaan Rusia di abad 20, dikukuhkan dan

dinamakan “Leninisme, Marxisme dalam era Imperialisme”. Dengan demikian Leninisme

menjadi komponen integral dari ajaran komunisme, yang karena itu juga disebut dengan

“Marxisme-Leninisme”.24

Soetan Sjahrir adalah tokoh yang pemikirannya seringkali berlawanan dengan tokoh

kemerdekaan lainnya, pemikirannya sering di anggap jauh melampaui zamannya. Sjahrir

adalah tokoh yang kontroversial pada saat itu, dengan sikapnya yang sering berlawanan

dengan tokoh perjuangan lainnya. Ideologi dan pemikirannya tersebut banyak terbentuk

sewaktu dia kuliah di Belanda yang pada saat itu eropa berada pada masa pencerahan. Di

Belanda ia dekat dengan kelompok-kelompok sosial demokrat, dan kemudian mempelajari

Sosialisme lebih dalam, sehingga dengan yakin dia memutuskan Sosialisme sebagai

ideologinya dalam berjuang membebaskan tanah airnya dari kolonialisme dan imperialisme 1.6.3 Sosialisme Menurut Soetan Sjahrir

(25)

Belanda. Dalam usahanya mempelajari Sosialisme lebih dalam, ia dekat dengan golongan

kiri maupun dengan golongan anarkis yang menjauhkan diri dari segala bentuk kapitalisme

ataupun yang berhubungan dengannya. Dan ia pernah bekerja pada Sekretariat Buruh

Transportasi Internasional (International Transport Workers Federation).

Sjahrir dengan serius mempelajari Marxisme. dia mengamati dan menyadari bahwa

ajaran Marx tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat eropa. Kaum buruh tidak

berperan sebagai kelas revolusioner dan tidak mengalami proses pemiskinan. Kapitalisme

tidak runtuh sebagaimana diramalkan oleh Marx, kapitalisme mampu mengadopsi buruh.

Maka perjuangan kelas yang merupakan sendi ajaran Marx tidak lagi relevan atau mengena.

Sosialisme tidak perlu dicapai dengan cara revolusi, tapi dengan cara demokratis.25

Marxisme bukan berhala yang dipuja dan wajib dilaksanakan secara kaku dan

doktriner. Marxisme bisa dipakai sebagai alat analisa memahami perkembangan

masyarakat. Dalam mempelajari Sosialisme, Sjahrir sudah dipengaruhi oleh aliran

revisionisme yang mengkritik Marxisme.26

Sosialisme merupakan alat perjuangan untuk melepaskan Indonesia dari

cengkeraman kolonialisme Belanda yang merupakan bagian dari imperialisme menurut

teori imperialism Lenin. Dan setelah Indonesia mencapai kemerdekaan, maka kemerdekaan

itu harus dikawal dari ancaman nasionalisme yang bisa berkembang menjadi chauvinisme

dan feodalisme yang akan dimanfaatkan oleh pemimpin lokal untuk mendapatkan Aliran yang muncul pertama kali oleh seorang

sosialis Jerman yaitu Edward Bernstein, pemisahan kaum sosialis Jerman dari Marxisme

ortodoks ditandai oleh terbitnya buku Bernstein berjudul Voraussetzungen des Sozialismus

und die Aufgaben der Sozialdemokratie (Syarat-Syarat Sosialisme dan Tugas-Tugas

Sosial-Dsemokrasi) pada 1899.

25

Rosihan Anwar, Soetan Sjahrir, Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan, Jakarta, Kompas Media Nusantara, 2010, hal. 111

26

(26)

kekuasaan baru yang bisa membawa kembali rakyat kepada kesenjangan antara manusia

satu dengan manusia maupun dengan kelompok lain, oleh karena itu sosialisme diperlukan

untuk mencegahnya.

Karena itu menurut Sjahrir, bahwa revolusi nasional harus segera disusul oleh suatu

revolusi sosial yang dapat membebaskan rakyat dari kungkungan feodalisme lama dan

jebakan-jebakan ke arah fasisme yang muncul bersama kapitalisme yang tak terkendali.

Kemerdekaan nasional bukanlah tujuan akhir dari perjuangan politik, tetapi menjadi jalan

bagi rakyat untuk merealisasikan diri dan bakat-bakatnya dalam kebebasan tanpa halangan

dan hambatan. Karena itulah nasionalisme harus tunduk kepada kepentingan demokrasi, dan

bukan sebaliknya, karena tanpa demokrasi maka nasionalisme dapat bersekutu kembali

dengan feodalisme lama yang hanya memerlukan beberapa langkah berikut untuk tiba pada

fasisme.27

Pada Sjahrir sudah timbul kesadaran bahwa bahaya dan ancaman fasismelah yang

utama, dan pergerakan rakyat harus dipersiapkan untuk menghadapi bahaya dan ancaman

fasisme tersebut. Dalam hal ini, kedudukan Belanda dan demokrasi Belanda sama dengan

Indonesia, yaitu Belanda menghadapi bahaya fasisme Jerman, sedangkan Indonesia

menghadapi bahaya dan ancaman fasisme Jepang. Renungan dan kesadaran Sjahrir ini serta

pandangannya terhadap perkembangannya terhadap perkembangan dunia selanjutnya

seperti ditulis dalam bukunya Renungan Indonesia.28

Metode penelitian adalah suatu cara kerja yang digunakan dalam penelitian untuk

memahami objek penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif.

Metode kualitatif adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang 1.7. Metodologi penelitian

27

Soetan Sjahrir, Perjuangan Kita, Jakarta: Pusat Dokumentasi Guntur, 1945, hal. 46

28

(27)

sesuatu yang baru diketahui, serta dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena

yang sulit diungkapkan.

Metode kualitatif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan, melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian

seseorang, masyarakat dan lain-lain, pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang

tampak atau sebagaimana adanya29

1.7.1 Jenis Penelitian .

Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian deskriptif analitif.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi suatu fenomena atau kenyataan sosial

dengan menggunakan analisa tertentu.30

Studi pustaka merupakan suatu tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian dengan mengumpulkan data-data dan sumber-sumber penelitian melalui buku,

jurnal, majalah, surat kabar, dan lain-lain. Studi pustaka digunakan dengan mengumpulkan

data-data yang ada kemudian memahami dari setiap kesimpulan dan mengambil Penelitian deskriptif juga digunakan sebagai suatu

cara pemecahan masalah yang diteliti dengan menggunakan analisa mendalam terhadap

objek yang diteliti.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mendapatkan data dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian

kepustakaan (Library Research) yaitu mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku,

literature, dokumen-dokumen, artikel, jurnal ilmiah, majalah, koran, dan sumber lainnya

yang berhubungan dengan penelitian dan bisa menjadi sumber informasi tentang masalah

yang akan diteliti.

29

Hadawi Nawawi, Metodologi Penelitian Sosial, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2004, hal. 63

30

(28)

sumber data tersebut untuk dijadikan literatur dan referensi dalam memahami dan

menganalisa penelitian.

1.7.3 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, metode analisis yang dipakai adalah interpretasi. Interpretasi

yang dimaksud sebagai upaya tercapainya pemahaman yang benar terhadap fakta. Penulis

(29)

1.8 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah,

pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoritis,

metodologi penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II : BIOGRAFI SOETAN SJAHRIR

Bab ini berisi tentang biografi soetan sjahrir mulai dari lahir, pendidikannya,

keluarganya, serta pengalaman dan perjuangannya hidupnya hingga akhir

hayat, dengan biografi ini akan menerangkan latar belakang pemikirannya

serta apa dan siapa saja yang mempengaruhi pemikirannya tersebut.

BAB III : ANALISIS DATA

Bab ini akan membahas hasil penelitian yang diperoleh dan penelitian yang

dilakukan oleh penulis mengenai pemikiran politik Soetan Sjahrir dalam

politik Indonesia tahun 1945 – 1950.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari keseluruhan penelitian yang

(30)

BAB II

BIOGRAFI SOETAN SJAHRIR

2.1` Masa Pelajar

Soetan Sjahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 5 Maret 1909. Ia adalah

putra dari Moh. Rasad Gelar Maha Raja Soetan yang menjabat sebagai Hoofd atau Jaksa

pada Landraad di Medan. Ibunya, Poetri Siti Rabiah yang berasal dari Natal, daerah

Tapanuli Selatan, ibunya berasal dari keluarga raja-raja lokal swapraja31

31

Rosihan Anwar, Sutan Sjahrir: Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan, Kompas gramedia, Jakarta, 2010 . Sjahrir

mengenyam sekolah dasar (Eurapes Lagerere School) dan sekolah menengah (MULO)

terbaik di Medan, dan membetahkannya bergaul dengan berbagai buku-buku asing dan

ratusan novel Belanda. Malamnya dia mengamen di Hotel de Boer, hotel khusus untuk

tamu-tamu kulit putih.

Pada 1926, ia selesai dari MULO, ia melanjutkan sekolah sekolah laniutan atas di

Algemene Middlebare School di Bandung, sekolah termahal di Hindia Belanda saat itu.

Sjahrir sebagai seorang pelajar telah menunjukan sifat kritisnya dengan lebih

mengutamakan pengertian daripada sekedar nrenghapalkan pelajaran. Sifat-sifat ini

terutama menonjol pada mata pelajaran sejarah dan bahasa latin. Sjahrir tidak iranrja

mempelajari hahasa Latin saja tetapi mengajukan pertanyaan tentang filsafah dan sejarah

Kerajaan Romawi. Perhatiannya terhadap perkembangan masyarakat Indonesia tinmbul

dengan adanya pemberontakan PKI dan sejarah perkembangan masyarakat, negara dalam

(31)

Di kalangan siswa sekolah rnenengah Algemerre Middlebare School (AMS)

Bandung, sjahrir tidak hanya menyibukkan diri dengan buku-buku pelajaran dan pekerjaan

rumah. Sjahrir juga berkecimpung dalam aksi pendidikan melek huruf secara gratis bagi

anak-anak dari keluarga tak mampu dengan mendirikan perguruan nasional "Tjahja

Volksuniversiteit” di Bandung. Selain itu Sjahrir menjadi seorang bintang Di sekolah itu, dia

bergabung dalam Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia (Batovis) sebagai sutradara,

penulis skenario, dan juga aktor. Hasil pentas itu dia gunakan untuk rnembiayai sekolah

yang ia dirikan" Tjahja Volkswtiversiteit, Cahaya Universitas Rakyat.

Aksi sosial Sjahrir kemudian rnenjurus jadi politis. Ketika para pemuda masih

terikat dalam perhimpunan-perhirnpunan kedaerahan, pada 20 Februari 1927, Syahrir

termasuk dalam sepuluh orang penggagas pendirian himpunan pemuda nasionalis, Jong

Indonesie. Perhimpunan itu kemudian berubah nama menjadi Pernuda Indonesia yang

menjadi motor penyelenggaraan Kongres Pemuda Indonesia. Kongres monumental yang

mencetuskan Sumpah Pemuda pada 1928.

Sebagai siswa sekolah menengah, Sjahrir sudah dikenal oleh polisi Bandung sebagai

pemimpin redaksi majalah himpunan pemuda nasionaiis. Dalam kenangan seorang

temannya di Algemene Middelbare School (AMS), Sjahrir kerap lari dikejar polisi karena

bandel membaca koran yang mernuat berita pemberontakan PKI 1926, koran yang ditempel

pada papan dan selalu dijaga polisi agar tak dibaca para pelajar sekolah. Setelah tamat dari

(AMS) tahun 1929 Sjahrir melanjutkan pendidikan ke negeri Belanda di Fakultas Hukurn.

Universitas Leiden di Amsterdam.

Keberangkatannya ke Belanda saat itu adalah buah dari politik etis yang

dikembangkan pemerintah kolonial Belanda saat itu. Sebuah gagasan tentang pentingnya

membalas budi pada negara jajahan yang telah banyak menghasilkan kemakmuran untuk

(32)

Conrad Theodore Van Deventer lewat sebuah tulisan yang diterbitkan dalam media berkala

De Gilds berjudul “Een Eeresschuld” (hutang budi) pada tahun 1899. Conrad terinspirasi

karya Multatuli yang berjudul Max Havelar. Sebelum Van Deventer masih ada tokoh lain

yang bernama Ir. Hendrikus Hubertus Van Kol yang pada tahun 1896 menyerukan Geen

roof meer ten bate van Nederland (berhentilah merampok Hindia Belanda untuk

kepentingan Belanda).32

Pendidikan pada zaman kolonial disiapkan sebatas untuk memenuhi kebutuhan

menciptakan tenaga kerja lokal untuk mengisi posisi-posisi clerk dan administrasi rendahan Gagasan-gagasan progesif muncul sebagai kritik atas kebijakan

pemerintah kolonial Belanda selanjutnya menjadi bahasan dalam Majelis Rendah maupun

Majelis Tinggi Belanda.

Dampak dari kebijakan politik etis yang dikembangkan adalah dimulainya suatu

upaya balas budi terhadap rakyat jajahan yang dikenal dengan program irigasi atau

pengairan, transmigrasi atau perpindahan penduduk dan edukasi atau pendidikan. Di bidang

pendidikan mulai dibuka sekolah-sekolah pemerintah untuk kalangan pribumi walaupun

masih dalam sifat terbatas seperti HIS, HBS, STOVIA, OSVIA, Kweekschool,

Hoofdenschool merupakan manifestasi dari politik etis untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat di negeri-negeri jajahan dan Soetan Sjahrir adalah salah satu orang pribumi yang

merasakannya.

Tentunya sedikit banyaknya kebijakan memberikan pendidikan terhadap rakyat

negeri jajahan walaupun bukan maksud untuk tulus mencerdaskan kehidupan rakyat

setidaknya memberikan celah bagi masuknya angin pembaharuan di Indonesia. Pendidikan

yang diselenggarakan Belanda walaupun terbatas secara tidak langsung telah memunculkan

suatu kesadaran politik baru bagi kalangan rakyat pribumi.

32

(33)

serta tenaga kesehatan untuk penyakit-penyakit tropis.33

Setelah tamat belajar di AMS Bandung, Sjahrir berangkat ke negeri Belanda. Di

Amsterdam ada kakak Sjahrir, Sjahrizad, istri dokter Djoehana Wiradikarta yang sedang

belajar memperdalam ilmu kedokteran, studi pasca sarjana. Sjahrir mondok bersama kakak

dan iparnya. Ia belajar di fakultas hukum Gemeente Universiteit van Amsterdam (

Universitas yang dikelola oleh kota praja Amsterdam) dan kemudian ia mendaftar di

Universitas Leiden. Tapi Sjahrir jarang mengikuti kuliah, minat dan perhatiannya ada di

tempat lain.

Tentunya hal ini untuk

menggantikan orang-orang asing yang dipekerjakan dalam posisi tersebut. Dengan

demikian biaya rendah akan menjadi keunggulan komparatifnya. Buta huruf menjadi melek

huruf, hal ini merupakan perkembangan yang penting. Pemerintah kolonial berharap dengan

melek huruf berbagai peraturan dan pengumuman dapat disampaikan dengan lebih mudah.

2.2 Masa Pendidikan di Belanda

34

Di Belanda Sjahrir serius mempelajari sosialisme. Sjahrir benar-benar mendalarni

sosialisme. Ia bergabung dalam perkurnpulan mahasiswa sosialis Social Democratische

Studeten Club. Secara sungguh-sungguh ia berkutat dengan teori-teori sosialisme tetapi ikut

menenggelamkan dirinya dalam polemik-polemik tentang teori sosialisme. Ia terkena

dampak semangat zaman atau Zeitgeist di Eropa pasca perang dunia pertama (1914-1918)35

Sjahrir segera bersahabat dengan mahasiswa Salomon Tas, ketua klub mahasiswa

sosial demokrat. Untuk memperdalam pengetahuannya tentang sosialisme, Sjahrir mencari ,

yaitu Marxisme yang menimbulkan iklim perjuangan untuk memperbaiki nasib kaum buruh

yang dieksploitasi oleh kaum kapitalis. Slogan masa itu “kaum ploretariat seluruh dunia,

bersatulah”

33

Edi Cahyono, Negara dan Pendidikan di Indonesia, 2000, hal.5

34

Rosihan Anwar, opcit, hal. 36

35

(34)

teman-teman ekstrem radikal, berkelana ke kiri, di kalangan kaum anarkis yang

mengharamkan segala hal yang berbau kapitalisme. Ia pun bekerja pada secretariat federasi

buruh transportasi internasional. Sjahrir merupakan pribadi yang cenderung all out tidak

mau setengah-setengah.

Di Belanda, ia bertemu dengan mahasiswa pribumi lainnya Mohammad Hatta yang

menuntut pendidikan di Sekolah Tinggi Ekonomi di kota Rotterdam, seorang putra minang

itu seorang ketua organisasi mahasiswa yang didirikan tahun 1908 yaitu Perhimpoenan

Indonesia. Kedua orang yang sama-sama merantau itu segera cocok satu sama lain. Sjahrir

bergabung dan terpilih sebagai sekretaris Perhimpoenan Indonesia, Februari 1930, Sjahrir

waktu itu berusia 21 tahun.36

Pemerintah Hindia Belanda kian bengis terhadap organisasi pergerakan nasional,

dengan aksi razia dan memenjarakan pemimpin pergerakan di tanah air, yang berbuntut

pembubaran Partai Nasional lndonesia (PNI) oleh aktivis PNI sendiri. Berita tersebut

menimbulkan kekhawatiran di kalangan aktivis PI di Belanda. Mereka selalu menyerukan

agar pergerakan jangan jadi melempem lantaran pemirnpinnya dipenjarakan. Seruan itu

mereka sampaikan lewat tulisan. Bersama Hatta, keduanya rajin menulis di Daulat Rakjat, Namun Perhimpoenan Indonesia dipengaruhi oleh anggota-anggota yang pro

komunisme atau yang berfaham komunis, antara lain Roestam Effendi, seorang guru HIS di

Padang sebelum berangkat ke Belanda. Dia adalah orang Indonesia pertama yang menjadi

anggota parlemen Belanda, Tweede Kamer, yang mewakili Partai Komunis Belanda.

Seorang anggota PI lainnya yang pro komunis adalah Raden Mas Abdul Madjid, putra

seorang Regent (bupati) di Jawa yang menjadi ketua baru Perhimpoenan Indonesia. Hatta

dan Sjahrir yang berfaham sosialisme kemudian disingkirkan dari pimpinan PI oleh kaum

komunis itu.

(35)

majalah milik Pendidikan Nasional Indonesia, dan memisikan pendidikan rakyat harus

rnenjadi tugas utama pernimpin politik. "Pertama-tama. marilah kita mendidik, yaitu

memetakan jalan menuju kemerdekaan.”

Berita-berita di tanah air tidak bagus, pergerakan kebangsaan dihantam oleh

pemerintah Hindia Belanda. Ir. Soekarno ditangkap dan dipenjarakan akhir pada Desember

1929. Partai Nasional Indonesia (PNI) pimpinan Soekarno kemudian dibubarkan. Mr.

Raden Mas Sartono mantan tokoh Perhimpoenan Indonesia mendirikan partai baru yaitu

Partindo. Hatta dan Sjahrir yang mendengar hal ini kemudian tidak setuju dengan

langkah-langkah tersebut, yang mereka anggap sebagai kemunduran dalam pergerakan rakyat ke

arah Indonesia merdeka.

Kader-kader dari golongan merdeka yang menentang pembubaran PNI kemudian

berkumpul dalam wadah baru yang dinamakan Pendidikan nasional Indonesia atau

disingkat dengan PNI-pendidikan atau PNI-Baru. Hatta dan Sjahrir berpendapat mereka

harus kembali ke tanah air untuk membantu PNI-pendidikan dan membantu perjuangan

melawan kolonial Belanda.37

Pada tahun 1931, Sjahrir kembali ke tanah air dan terjun dalam pergerakan nasional.

Sjahrir segera bergabung dalam organisasi Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru), yang

pada Juni 1932 dalam kongres pertama Pendidikan Nasional Indonesia, Sjahrir terpilih Karena Hatta belum selesai studinya, maka mereka sepakat

mengambil keputusan bahwa untuk sementara Sjahrir yang meninggalkan kampus untuk

kembali ke tanah air sampai Hatta selesai, kemudian Hatta pulang dan Sjahrir bisa kembali

ke Belanda untuk menyelesaikan kuliahnya. Namun sayang rencana Sjahrir untuk kembali

ke kampus tidak pernah terlaksana, karena ia ditangkap Belanda sebelum berangkat kembali

ke Belanda.

2.3 Kegiatan Setelah Kembali ke Indonesia

37

(36)

sebagai ketua pimpinan umum partai yang bersifat sebagai partai kader, bukan sebagai

partai massa. Jumlah anggotanya pada waktu itu tidak lebih dari seribu orang. Sjahrir ketika

itu berusia 23 tahun. Ia menyusun suatu daftar pertanyaan yang berisi penjelasan tentang

pengertian-pengertian mendasar yang harus dikuasai oleh anggota PNI-Baru dalam bentuk

Tanya jawab. Maksudnya adalah, dengan penyebaran daftar pertanyaan yang dihafal oleh

anggota PNI-Baru, maka mutu kecerdasan dan kesadaran politik anggota akan meningkat.

Pengalaman rnencemplungkan diri dalam dunia proletariat ia praktekkan di tanah

air. Sjahrir terjun dalam pergerakan buruh. Ia memuat banyak tulisannya tentang

pcrburuhan dalam Daulat Rakyat. ta juga kerap berbicara perihal teori perjuangan

revolusioner di negeri Beranda menyebarkan pengetahuannya tentang sosialisme,

perjuangan kerakyatan serta pergerakan buruh dalam forum-forum politik . Mei 1933,

Sjahrir didaulat menjadi Ketua Kongres Kaum Buruh Indonesia.

Hatta kemudian kembali ke tanah air pada Agustus 1932, dan segera pula ia

memimpin PNI Baru bersama Hatta, Sjahrir mengemudikan PNI Baru sebagai organisasi

pencetak kader-kader pergerakan. Berdasarkan analisis pemerintahan kolonial Belanda

gerakan politik Hatta dan Sjahrir dalam PNI Baru justru lebih radikal dibanding Soekarno

dengan PNI-nya yang mengandalkan mobilisasi massa PNI Baru menurut polisi kolonial,

cukup sebanding dengan organisasi Barat. Meski tanpa aksi massa dan agitasi secara cerdas,

lamban namun pasti, PNI Baru mendidik kader-kader pergerakan yang siap bergerak ke

arah tujuan revolusionerya.

Karena takut akan potensi revolusioner PNI Baru, Sjahrir, Hatta, dan beberapa

pemimpin PNI Baru kemudian ditangkap, Hatta dibawa ke penjara Glodok, dan Sjahrir

dibawa ke penjara Cipinang di Batavia. Dan mengalarni pembuangan selama satu tahun

yaitu dari tanggal 28 Januari 1935 sampai bulan Desember 1935 yang dilakukan oleh

(37)

penuh buaya, dalam kawasan malaria di Papua. Sjahrir usianya waktu itu baru 25 tahun.

Boven digul terkadang dinamakan kamp konsentrasi, seperti terdapat di Nazi Jerman di

bawah rezim Adolf Hitler.38

Pada pagi hari tanggal 1 Februari 1942, sebuah pesawat terbang amfibi melayang di

atas pulau Banda Neira, mendarat di laut depan gunung api, untuk menjemput Hatta dan

Sjahrir untuk dibawa kembali ke Jawa.

Kemudian Hatta dan Sjahrir dipindahkan ke Banda Neira Maluku, untuk menjalani

masa pembuangan selama enam tahun. Di Banda mereka bertemu dengan keluarga dua

pemimpin politik, yaitu dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Mr. Iwa Koesoema Soemantri

yang terlebih dahulu dibuang disana. Masa pembuangan dimanfaatkan oleh Sjahrir dengan

membaca baik mengenai ekonomi, budaya maupun politik Ia mengikuti perkernbangan

dunia melalui surat-surat kabar yang terbit di Pulau Jawa dan Belanda. Di Banda Neira

Sjahrir banyak meningkatkan kesadaran pengetahuannya tentang perkembangan dunia dan

sejarah kemanusiaan sambil mendidik dan mendewasakan dirinya sendiri dalam hubungan

perkembangan dunia dan seajarah kemanusiaan. Mendidik dan memberikan pelajaran pada

anak-anak merupakan kegiaran yang dilakukan Sjahrir sebagai teman dan penghibur dalam

hidupnya di Pengasingan.

39

Hatta dan Sjahrir tiba di Sukabumi dengan kereta

api dari Surabaya, dan ditempatkan di rumah dalam kompleks sekolah polisi. Tanggal 28

Februari 1942, tentara ke 16 angkatan darat jepang, di bawah komando Letnan Jendral

Hitoshi Imamura mendarat di pantai Banten. Tanggal 9 Maret, Let. Jen Hein ter Poorten,

panglima tentara Hindia Belanda (KNIL) menyerah kalah kepada Jepang, di suatu upacara

sederhana di pangkalan udara Kalijati, di utara Bandung,40

2.4 Masa Pendudukan Jepang

pendudukan Jepang pun di mulai

(38)

Masuknya tentara Jepang ke Indonesia pada bulan-bulan pertama, kedua dan ketiga

tahun 1942 kelihatannya mendapat sambutan yang baik dari penduduk Indonesia.

Tokoh-tokoh nasionalis Indonesia seperti Soekarno dan Hatta bersedia melakukan kerja sama

dengan pihak pemerintah pendudukan Jepang, padahal sebelumnya pada masa pemerintah

Hindia Belanda mereka bersikap nonkooperatif. Faktor-faktor yang menyebabkan kesediaan

mereka bekerja sama itu adalah pertama, kebangkitan bangsa-bangsa timur. Fakor lainnya

adalah tentang ramalan joyoboyo yang hidup dalam masyarakat tradisional. Dalam

ramalannya bahwa akan datang orang-orang kate yang akan menguasai Indonesia selama

seumur jagung dan sesudah itu kemerdekaan akan tercapai. Faktor lainnya adalah

kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905.41

Situasi objektif itu pun makin terang ketika Jepang makin terdesak oleh pasukan

Sekutu. Sjahrir mengetahui perkembangan Perang Dunia dengan cara sembunyi-sembunyi Pemerintahan pendudukan Jepang sepertinya tidak peduli dengan sikap para

pemimpin seperti Soekarno, Hatta atau Sjahrir yang terang-terangan menentang antifasisme

dan antimiliterisme. Jepang ingin menggunakan para tokoh ttersebut untuk menggerakkan

rakyat Indonesia agar berperang melawan barat dan membenci kaum kulit putih.

Sesudah Sjahrir dan Hatta dibebaskan oleh Jepang Maret 1912, Sjahrir mengambil

keputusan dengan pasti tidak akan bekerja sama dengan Jepang. Sementara Soekarno dan

Hatta rnenjalin kerja sama dengan Jepang, Sjahrir membangun jaringan gerakan bawah

tanah anti-fasis. Sjahrir yakin Jepang tak mungkin memenangkan perang, oleh karena itu,

kaum pergerakan mesti menyiapkan diri untuk merebut kemerdekaan di saat yang tepat.

Simpul-simpul jaringan gerakan bawah tanah kelompok Sjahrir adalah kader-kader PNI

Baru yang tetap rneneruskan pergerakan dan kader-kader muda yaitu para mahasiswa

progresif.

41

(39)

mendengakan berita dari stasiun radio luar negri. Kala itu, semuaradio tak bisa menangkap

berita luar negeri karena disegel oleh Jepang. Berita-berita tersebut kemudian ia sampaikan

ke Hatta.

Sembari itu Sjahrir menyiapkan gerakan .bawah tanah itulah untuk merebut

kekuasaan dari tangan Jepang. Sjrahrir yang didukung para pemuda mendesak Soekarno

dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 15 Agustus karena Jepang sudah

menyerah, Sjahrir siap dengan massa gerakan bawah tanah unfuk melancarkan aksi

prebutan kekuasaan sebagai simbol dukungan rakyat.

Pada Desember 1942 diadakan persiapan pembentukan suatu organisasi rakyat

Indonesia yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Pada tanggal 1 Maret 1942 ia mengumumkan

lahirnya organisasi baru yang bernama Poesat Tenaga Rakyat yang disingkat Poetra.42

Dalam bergerak dibawah tanah ini untuk dapat mengikuti perkembangan dunia dan

jalannya perang dia mengikutinya melalui radio yang tidak disegel dan yang disembunyikan

dalam lemari. Sjahrir tetap memelihara hubungan dengan Hatta, melalui anak angkatnya ia

menyampaikan berita-berita radio kepada Hatta. Cara memelihara hubungan dengan Hatta

adalah mereka mengadakan makan malam bersama sambil belajar main bridge di rumah Dr.

Djuhana (ipar Sjahrir) dan sekali-kali di tempat tersebut Sjahrir bertemu dengan Soekarno. Tujuan organisasi ini menurut Soekarno adalah untuk membangkittkan kembali semangat

kebangsaan rakyat Indonesia yang selama masa kolonial Belanda berhasil dibendung oleh

Hindia Belanda. Namun, bagi Jepang sendiri poetra adalah wadah untuk rakyat Indonesia

dalam membantu mereka berperang dalam usaha mempertahankan perang Asia Raya.

43

Sjahrir sejak semula yakin Jepang tidak dapat memenangi peperangan. Dengan

mengikuti perkembangan politik dunia dan jalannya perang melalui radio gelap, Sjahrir

dapat member informasi diseluruh Pulau Jawa sehingga dia dapat meningkatkan persiapan

42

Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakjat Indonesia (terjemahan), 1966, hal. 217-218

43

(40)

menggerakkan golongan-golongan yang anti Jepang dan yang prodemokrasi untuk member

pukulan pada waktu yang tepat. Kekalahan Jepang yang dipercepat oleh bom atom yang

dijatuhkan di kota Hiroshima dan tiadanya persiapan sekutu untuk cepat-cepat memasuki

kawasan Asia Tenggara memberi suatu kesempatan untuk menyatakan kemerdekaan

Indonesia sehingga tuntutan Indonesia dapat dilaksanakan oleh suatu gerakan politik saja,

melainkan oleh suatu Negara yang sudah menyatakan kemerdekaannya.44

Dibandingkan dengan perkembangan di daerah tempat pemuda dengan dorongan

dan pengorbanan merebut kekuasaan dari penguasaan Jepang, keadaan Pusat (Jakarta), baik

di tingkat kabinet pemerintahaan maupun di tingkat KNIP, tidak rnemperlihatkan usaha

nyata bahwa kekuasaan sudah ada di tangan bangsa Indonesia. Rapat raksasa pada tanggal

19 September di lkada, Jakarta adalah usaha pemuda msmaksakan kepada kabinet RI untuk

tidak mengakui keadaan status quo pada rnasa awal kemerdekaan akan tetapi berani

melawan kekuasaan Jepang karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang rnerdeka yang Soekarno dan Hatta yang belum mengetahui berita menyerahnya Jepang, tidak

merespon secara positif. Mereka menunggu keterangan dari pihak Jepang yang ada di

Indonesia, dan proklamasi itu mesti sesuai prosedur lewat keputusan Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk oleh Jepang. Sesuai rencana PPKI.

kemerdekaan akan diproklamasikan pada 24 September 1945.

Sikap Soekarno dan Hatta tersebut rnengecewakan para pemuda sebab sikap itu

berisiko kernerdekaan RI dinilai sebagai hadiah Jepang dan RI adalah bikinan Jepang, Guna

rnendesak lebih keras, para pernuda akhirnya rnenculik Soekarno dan Hatta pada 16

Agustus. Dan kemudian, Soekarno dan Hatta rnemproklamasikan kemerdekaan RI pada 17

Agustus.

2.5 Masa Revolusi Nasional Indonesia

44

(41)

bukan hadiah dari Jepang. Untuk tujuan ini pada tanggal 16 Oktober 1945, diadakan sidang

pleno KNIP, yang menghasilkan Maklumat X tanggal 16 Oktober 1945 yang menyatakan

sebagai berikut : 45

Tulisan-tulisan Sjahrir dalam Perjuangan Kita, membuatnya tampak berseberangan

dan menyerang Soekarno. Jika Soekarno arnat terobsesi pada persatuan dan kesatuan,

Sjahrir justru menulis 'Tiap persatuan hanya akan bersifat taktis, temporer, dan karena itu

insidental. Usaha-usaha untuk menyatukan secara paksa, hanva rnenghasilkan anak banci Bahwa KNIP sebelum membentuk MPR dan DPR diserahi kekuasaan legeslatif dan ikut menetapkan garis-garis besar dari haluan negara serta menyetujui bahwa pekerjaan Komite Nasional lndonesia Pusat sehari-hari berhubungan dengan gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih di antara mereka dan yang bertanggung jawab kepada KNIP.

Disamping itu sidang yang suasananya dipengaruhi oleh pemuda dan mahasiswa

rnemutuskan untuk menggantikan pirnpinan KNIP dengan orang yang revolusioner dalam

memperjuangkan kemerdekaan RI di tingkat kenegaraan. Sidang memilih Sjahrir sebagai

ketua dan Amir Syarifudin sebagai wakil ketua, yang diserahi tugas menyusun anggota

Badan Pekerla KNIP yang pada umumnya terdiri dari tokoh-tokoh yang aktif dalarn

gerakan bawah tanah baik dari golongan cendekiawan maupun dari golongan politik.

Sebagai ketua Badan Pekerja KNIP, Sjahrir ikut menetapkan garis-garis besar

haluan Negara yang diwujudkan dalam Manifestasi politik I November 1945, yang

ditandatangani oleh Wakil Presiden Mohamrnad Hatta. Untuk melengkapi Manifestasi

Politik di tingkat rakyat dan rnasyarakat, Syahir menulis “Perjuangan Kita”. Sebuah risalah

peta persoalan dalam revolusi Indonesia sekaligus analisis ekonomi-politik dunia usai

Perang Dunia II. Perjuangan Kita muncul menyentak kesadaran. Risalah itu ibarat pedoman

dan peta guna mengemudikan kapal Repub1ik Indonesia di tengah badai revolusi.

46

45

Ibid, hal. xxviii

46

Sutan Sjahrir, Perjuangan Kita, Pusat Dokumentasi Politik Guntur 49, Jakarta, 1945, hal. 11

.

Persatuan semacam itu akan terasa sulit, tersesat, dan merusak pergerakan." Dan dia

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi atau kedudukan dari partai politik lokal di Provinsi Aceh dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, yang

Dalam Pasal 4 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”, apabila penulis

Finalisasi Pancasila dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 didasarkan pada pengalaman historis ideologis bangsa Indonesia untuk menjaga integrasi

Namun yang menjadi bahasan adalah bagaimana dinamika politik hukum yang berkembang terutama saat amandemen yang ketiga kali dari UUDNRI 1945 mengenai kekuasaan

Sanksi pidana terhadap pelaku pemerkosaan tersebut dianggap tidak memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan pemerkosaan karena dalam penjatuhan sanksi pidana, seringkali hakim