SKRIPSI
PEMIKIRAN POLITIK SOETAN SJAHRIR TENTANG SOSIALISME DALAM
POLITIK INDONESIA TAHUN 1945 – 1950
OLEH
ANTON FAKHMI HIDAYAT
050906077
Dosen Pembimbing : Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si
Dosen Pembaca : Dra. T.Irmayani, M.Si
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan
kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Allah SWT, karena hidayahNya penelitian ini dapat
dirampungkan dengan segenap usaha dan juga inspirasi yang dating dalam menyiapkan
penelitian ini. Dan juga tidak lupa penulis ucapkan shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW yang menginginkan setiap ummatnya berakhlak mulia dan selalu belajar
dan menuntut ilmu sebagai jalan untuk mengenal TuhanNya.
Skripsi ini berjudul “ Pemikiran Politik Soetan Sjahrir tentang Sosialisme dalam
Politik Indonesia Tahun !945-1950”. Penulisan skripsi ini disusun untuk melengkapi
tugas-tugas dan guna memenuhi syarat untuk menyeleseikan studi program sarjana (S-1) Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.
Atas segala bnetuk bantuan yang didapatkan penulis selama berlangsungnya
penulisan skripsi ini dan juga hingga penyusunan laporan hasil penelitian, maka penulis
dengan segala kerendahan hati dan penghormatan yang tinggi ingin menghaturkan rasa
terima kasih kepada semua yang telah terlibat dalam membantu penulis mneyeleseikan
penelitian ini hingga rampungnya skripsi ini.
Tiada kata yang pertama kali penulis ucapkan kepada kedua orang tua saya yang
tercinta, yang selalu mendukung saya, memotivasi dan juga doa-doa mereka yang
mengiringi penulis selama ini, mereka yang tida henti-hentinya terus berjuang untuk
anak-anaknya.
Ucapan terima kasih yang dalam juga penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si yang telah bersedia menjadi pembimbing
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diseleseikan. Dan juga kepada Ibu Dra.
T.Irmayani, M.Si yang menjadi dosen pembaca penulis dan juga sebagai Ketua
Jurusan Program Studi Ilmu Politik, terima kasih atas masukan, kritikannya yang
pedas kepada penulis namun menjadi motivasi bagi saya untuk dapat menyeleseikan
skripsi ini.
2. Juga kepada seluruh staf dosen dan pengajar Departemen Ilmu Politik, bang Indra
Fauzan, bang Rusdi, Kak Uci, Kak Ema dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
saya ucapkan terima kasih atas segala bantuannya masing-masing dalam membantu
penulis.
Kemudian tidak lupa juga kepada-teman-temanku seperjuangan politik stambuk 05,
kepada Hanna, yang selalu memotivasi supaya cepat selesei, yang selalu menawarkan
bantuan dengan ikhlas, selalu nemenin berbagai urusan di kampus, terima kasih banyak
kawan. Kepada Fx yang selalu sms-in, nelponin tentang perkembangan skripsi, tapi kok
belakangan ga pernah sms lagi ya?? Thank you bro. dan kepada Fadli, Abdi, yang udah
bantu dan memotivasi supaya cepat selesei, terima kasih atas bantuan kalian kawan, kepada
Ronald terima kasih udah boleh numpang istirahat dan nginap di kosanmu, sayang kamu
udah pulang kawan. Dan juga kepada kawan-kawan politik lainnya yang tidak bisa
disebutkan semua.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan
disana-sini oleh karena keterbatasan yang ada dalam menyeleseikan skripsi ini, untuk itu penulis
ABSTRAKSI
Judul : Pemikiran Politik Soetan Sjahrir tentang Sosialisme dalam Politik Indonesia Tahun 1945-1950
Nama : Anton Fakhmi Hidayat
NIM : 050906077
Departemen : Ilmu Politik
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pemikiran politik adalah bagian dari studi politik yang menelaah tentang teori-teori dan pemikiran-pemikiran para tokoh tentang politik, filsafat negara, rakyat dan juga etika kemanusiaan. Para filsafat politik memikirkan tentang negara, raja, dan juga rakyat yang ideal yang menginginkan keselarasan dalam menjalankan negara sesuai dengan etika, moral sebagai manusia. Di Indonesia para pemikir politik sudah berkembang dan bermunculan pada masa pergerakan nasional yang menginginkan tanah air terbebas dari belenggu kolonialisme Belanda yang melihat penjajahan dan penghisapan terhadap bumi nusantara. Di antara para pemikir politik di masa pergerakan adalah Soetan Sjahrir yang membawa ideologi Sosialisme demokrasi yang anti Kapitalisme, Kolonialisme dan anti Imperialisme yang menjalar diseluruh dunia.
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah……….……….. 1
1.2 Perumusan Masalah ………. 7
1.3 Pembatasan Masalah ……….. 8
1.4 Tujuan Penelitian ……… 8
1.5 Manfaat Penelitian ……….. 8
1.6 Kerangka Teoritis ……… 8
1.6.1 Sosialisme………..………10
1.6.2 Sejarah Sosialisme………... 12
1.6.3 Sosialisme menurut Soetan Sjahrir……….. 17
1.7 Metodologi Penelitian ………... 19
1.7.1 Jenis Penelitian………...………... 20
1.7.2 Teknik Pengumpulan Data …………..……….. 20
1.7.3 Teknik Analisis Data……….. 21
1.8Sistematika Penulisan……….. 22
BAB II. BIOGRAFI SOETAN SJAHRIR 2.1Masa Pelajar……….………. 23
2.2Masa Pendidikan di Belanda……….……… 26
2.3Kegiatan Setelah Kembali ke Indonesia….……….. 28
2.4Masa Pendudukan Jepang …………....……… 30
2.5Masa Revolusi Nasional Indonesia ……….. 33
2.6Penculikan Terhadap Sjahrir ……… 35
2.8Kehidupan Keluarga ……..……….. 39
BAB III. PEMIKIRAN POLITIK SOETAN SJAHRIR TENTANG SOSIALISME DALAM POLITIK INDONESIA TAHUN 1945 – 1950 3.1 Perkembangan Politik Indonesia Pada Tahun 1945-1950………….. 41
3.2 Perjuangan Kita ( Manifesto politik) ………. 42
3.2.1 Revolusi Kerakyatan ……….. 44
3.2.2 Revolusi Nasional ……….. 45
3.2.3 Revolusi dan Partai ……… 46
3.2.4 Revolusi dan Pemerintahan ……… 47
3.3 Soetan Sjahrir dan Kiprahnya Sebagai Perdana Menteri Pertama …. 49 3.3.1 Perundingan Linggarjati ………. 52
3.3.2 Pidato Sjahrir dalam Sidang Dewan Keamanan PBB ………… 56
3.4 Pemikirannya tentang Sosialisme ………. 58
3.5 Pembentukan PSI dan Akhir Perjuangan Sjahrir ………... 67
BAB IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan ……… 78
ABSTRAKSI
Judul : Pemikiran Politik Soetan Sjahrir tentang Sosialisme dalam Politik Indonesia Tahun 1945-1950
Nama : Anton Fakhmi Hidayat
NIM : 050906077
Departemen : Ilmu Politik
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pemikiran politik adalah bagian dari studi politik yang menelaah tentang teori-teori dan pemikiran-pemikiran para tokoh tentang politik, filsafat negara, rakyat dan juga etika kemanusiaan. Para filsafat politik memikirkan tentang negara, raja, dan juga rakyat yang ideal yang menginginkan keselarasan dalam menjalankan negara sesuai dengan etika, moral sebagai manusia. Di Indonesia para pemikir politik sudah berkembang dan bermunculan pada masa pergerakan nasional yang menginginkan tanah air terbebas dari belenggu kolonialisme Belanda yang melihat penjajahan dan penghisapan terhadap bumi nusantara. Di antara para pemikir politik di masa pergerakan adalah Soetan Sjahrir yang membawa ideologi Sosialisme demokrasi yang anti Kapitalisme, Kolonialisme dan anti Imperialisme yang menjalar diseluruh dunia.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pemikiran politik adalah suatu pemikiran tentang asal usul negara, struktur,
dasar-dasar dan juga tujuan-tujuan mewujudkan negara itu. Pemikiran politik bersangkut paut
dengan moral-moral fenomena kelakuan manusia di dalam suatu masyarakat. Pemikiran
politik adalah rekaan orang-orang Yunani karena mereka memiliki tenaga penggerak yang
mahir dalam usaha menerangkan apa yang mereka pikirkan1. Pemikiran politik adalah jenis
pemikiran yang paling tinggi. Pemikiran politik adalah pemikiran yang berkaitan dengan
pengaturan dan pemeliharaan umat. Tingkat tertinggi dari pemikiran politik adalah
pemikiran yang berhubungan dengan urusan umat manusia di dunia dari sudut pandang
tertentu2
1
K. Ramanathan, Konsep Asas Politik, Malaysia, Wing Cheong Press, 2000, hal. 236
2
Abdullah Qodim Zallum, Pemikiran politik Islam, Bangil, Al- Izzah, hal. 5 .
Pemikiran politik Sjahrir dapat dilihat dari tulisan-tulisannya, bagi dia politik
bukanlah hal yang sangat di inginkannya, tetapi menjadi sebuah tanggung jawab buat dia
sebagai anak bangsa dan intelektual muda yang beruntung mendapatkan pendidikan tinggi
di eropa yang tanah airnya sedang terjajah oleh kolonialisme. Bagi Sjahrir politik bukanlah
sekedar merebut kekuasaan dan memanfaatkan kekuasaan tersebut. Oleh sebab itu ia tidak
memandang politik merupakan suatu tujuan yang harus dicapai dengan berbagai cara,
kemerdekaan Indonesia bukanlah akhir dari tujuan politik, kemerdekaan adalah jembatan
menuju kesejahteraan rakyat yang telah lama tertindas dan juga mewujudkan kebebasan
manusia sebagai makhluk yangmemiliki martabat. Politik menurutnya adalah wahana untuk
Soetan Sjahrir adalah seorang tokoh yang jalan perjuangannya selalu mengutamakan
jalan-jalan perdamaian, menghindari cara-cara kekerasan, seperti angkat senjata maupun
pengerahan massa dalam jumlah besar. Jika suatu masalah dapat ditempuh dengan jalur
diplomasi, maka ia akan menempuh jalur tersebut dalam perjuangannya, walaupun
akibatnya ia dapat ditangkap dan di adili karena berhadapan langsung dengan musuh.
Sehingga ia banyak dimusuhi oleh tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan lainnya karena di
anggap lemah dan berkompromi dengan pihak Belanda sedangkan tokoh lainnya berjuang
dengan angkat senjata terhadap kolonial, seperti yang dilakukan oleh Jendral Soedirman
maupun agitasi-agitasi politik dikalangan rakyat bawah yang dilakukan oleh Tan Malaka
Tujuan perjuangan Sjahrir adalah mencapai kemerdekaan, dan kemerdekaan adalah
jembatan untuk mencapai tujuan, yaitu kerakyatan, kemanusiaan, kebebasan dari
kemelaratan, tekanan dan penghisapan, keadilan, pembebasan bangsa dari ancaman sisa-sisa
feodalisme dan pendewasaan bangsa. Tujuannya tersebut dapat ia wujudkan sewaktu
menjadi Perdana Menteri yaitu satu negara Indonesia yang merdeka, demokratis,
berkerakyatan, memberi pendidikan politik pada rakyat tentang hak dan tanggung jawab
membela kemerdekaan dan menegakkan demokrasi.3
Soetan Sjahrir adalah tokoh yang kontroversial pada masa itu, ia mempunyai cirri
khas yang kompleks, pemikirannya sering kali berbeda dengan tokoh perjuangannya
lainnya, seperti dengan Tan Malaka, Soekarno, dan yang lainnya. Dengan Tan Malaka,
Sjahrir menolak aksi massa dan mobilisasi dengan cara agitasi politik seperti yang
dilakukan oleh Tan Malaka. Tan Malaka yang komunis mengutamakan revolusi untuk
memperoleh kemerdekaan, mengutamakan kebutuhan materil rakyat dalam tujuannya,
sedangkan Sjahrir menginginkan proses evolusi untuk mencapainya, dan menekankan
kesejahteraan dan penghormatan terhadap martabat manusia orang perorang.
3
Berkaitan perbedaan pandangan dengan Soekarno, Bernhard Dam seorang
sejarawan Jerman menjelaskan perbedaan tersebut disebabkan mereka yang pergi ke Eropa
seperti Hatta dan Sjahrir sekembalinya ke tanah air, mereka menemukan bahwa mereka
telah kehilangan kontak dengan masa yang menurut mereka tampak bodoh, penuh dengan
tahayul dan terbelakang serta tidak punya pengertian untuk pikiran-pikiran mereka yang
dianggap modern atau barat. Berbeda dengan Soekarno yang sekitar tahun 1930 hubungan
dengan Eropa masih asing baginya dan apa yang diketahuinya tentang itu sangat
dipengaruhi oleh ideologi. Seringkali ia berbicara dengan bahasa rakyat dan untuk
melukiskan perjuangan melawan kolonialisme Soekarno banyak mengambil dari mitologi
jawa. Sehingga Sjahrir pada saat itu menyebut pikiran-pikiran Soekarno sebagai
nasionalisme kabur.4
Menurut Bernard Dahm lagi, bahwa Sjahrir menginginkan didirikannya banyak
partai politik yang telah merongrong sistem satu partainya Soekarno, dimana Soekarno
setuju dengan sebuah partai nasionalis yang melingkupi semua aliran dengan disiplin kuat
dan dengan pimpinan yang hamper mempunyai kekuasaan penuh diktatorial.
Demokrasibaginya adalahdemocratisch centralismeyaitu demokrasi terpimpin, dimana
pimpinan partai harus mempunyai kekuasaan untuk menghukum setiap penyelewengan.5
Perilaku politik adalah segala perilaku yang berkaitan dengan proses politik6
4
Bernhard Dahm dalam dissertasinya untuk mencapai gelar doctor dalam ilmu sejarah, Sukarnos Kampf um Indonesiens Unabhangigkeit, dalam :Rosihan Anwar, Perjalanan Terachir Pahlawan Nasional Soetan Sjahrir, Jakarta: Pembangunan, 1966, hal 57
5 Ibid., 6
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992, hal. 15
.
Perilaku politik merupakan produk sosial sehingga untuk memahaminya diperlukan
dukungan konsep dari beberapa disiplin ilmu. Maka untuk memahami perilaku politik tidak
hanya menggunakan konsep politik saja, tetapi juga didukung dengan konsep ilmu-ilmu
sosial lainnya, hal ini menunjukkan bahwa ilmu politik tidak merupakan disiplin ilmu yang
politik aktor politik seperti perencanaan, pengambilan keputusan dan penegakan keputusan
dipengaruhi oleh berbagai dimensi latar belakang yang merupakan bahan dalam
pertimbangan politiknya. Demikian juga dengan warga negara biasa dalam berperilaku
politik juga dipengaruhi oleh berbagai faktor dan latar belakang.
Dalam hal ini, pemikiran politik seorang Sjahrir dapat dilihat dari perilaku politik
Sjahrir dalam politik Indonesia pada awal kemerdekaan, Sjahrir banyak memainkan
peranannya ketika menjadi Perdana Menteri. Pada saat Sjahrir menjadi perdana menteri
pertama Indonesia, Soekarno untuk sementara berada di belakang karena tidak dpercaya
oleh Belanda untuk melakukan perundingan, Sjahrirlah yang dipercaya oleh Belanda karena
dianggap bersih dari sikap pro Jepang dimana Soekarno dan Hatta di anggap kooperatif
dengan Jepang. Setelah persetujuan Linggarjati ditandatangani, maka Sjahrir bukan saja
berhasil menempatkan Indonesia di peta politik dunia, sekaligus menghapus semua tuduhan
Belanda bahwa Soekarno-Hatta adalah kolaborator dan penjahat perang.7
7
Abu bakar loebis, Kilas balik Revolusi, Kenangan, Pelaku, dan Saksi, Jakarta, UI-Press, 1992, hal.361 Lima hari setelah proklamasi diumumkan, dibentuklah Komite Nasional Indonesia
Pusat, yang beranggotakan 137 orang. Kelompok pemuda mendorong Sjahrir menjadi ketua
komite, namun ia menolak. Sjahrir masih menunggu sejauh mana komite mencerminkan
kehendak rakyat. Kemudian pada rapat Komite Nasional kedua pada 16 Oktober 1945
merupakan salah satu titik penting perjalanan politik Sjahrir. Sjahrir diangkat menjadi ketua
komite secara aklamasi. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang baru merdeka
menghadapi rintangan berat. Belanda sangat ingin menjajah Indonesia kembali, sedangkan
sekutu belum menerima kemerdekaan Indonesia. Sjahrir yang telah memprediksi sikap
sekutu tersebut, berpendirian dalam menghadapai Belanda dan sekutu itu, tidak bisa lagi
Kemudian dengan suara bulat, rapat memutuskan sebelum Majelis dan Dewan
dibentuk, kekuasaan Presiden dialihkan ke komite. Pada 11 November 1945 Sjahrir
diangkat menjadi formatur kabinet baru yang bertanggung jawab kepada komite nasional,
bukan kepada Presiden Soekarno. Tiga hari kemudian Sjahrir diangkat menjadi perdana
menteri, sekaligus juga menjabat sebagai menteri luar negeri dan dalam negeri, sedangkan
Amir Sjarifoedin sebagai wakil komite diangkat sebagai menteri pertahanan rakyat dalam
kabinet parlementer. Adanya Maklumat X pada 3 November 1945 yang mengatur tentang
pembentukan partai politik, membuat kerja sama Sjahrir dengan Amir semakin erat. Sjahrir
mendirikan Partai Rakyat Sosialis (Paras) dan Amir mendirikan Partai Sosialis Indonesia
(Parsi). Karena sama-sama beraliran sosialis, kemudian keduanya meleburkan Parsi dan
Paras menjadi Partai Sosialis.
Setelah ditunjuk sebagai perdana menteri, ia mengambil jalan diplomasi.
Menurutnya, untuk mempertahankan kemerdekaan yang harus dilakukan adalah menggelar
perjanjian dengan Belanda untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Dalam proses ini ia
berusaha menutup peluang Belanda untuk menyudutkan Indonesia sebagai negara yang
tidak aman, sehingga perlu campur tangan asing. Sehingga untuk mengantisipasi itu, Sjahrir
mengeluarkan kebijakan politik militer. Semua kekuatan bersenjata, baik tentara maupun
laskar harus keluar dari Jakarta, Sjahrir mengumumkan Jakarta sebagai kota Internasional.
Agar program ini menarik perhatian dunia, maka digelar banyak pameran kesenian yang
dipublikasikan keluar negeri.8
Sjahrir mengenalkan Indonesia di forum-forum internasional, seperti pada
konferensi Asia di New Delhi tahun 1946, ia juga memberikan bantuan kemanusiaan berupa
sumbangan beras kepada India yang terancam kelaparan akibat gagal panen.Perundingan
Linggarjati adalah hasil dari politik diplomasi Sjahrir, yang memutuskan wilayah Indonesia
8
secara de facto hanya Jawa, Sumatera dan Madura. Indonesia kemudian menjadi Republik
Indonesia Serikat yang tergabung dalam Uni Indonesia Belanda. Dalam perundingan
tersebut Sjahrir memasukkan pasal tambahan mengenai arbitrase, yaitu jika ada perselisihan
menyangkut perjanjian tersebut, akan diajukan ke Dewan Keamanan PBB. Pasal ini
akhirnya terbukti menjadi penyelamat ketika Belanda melakukan agresi ke wilayah
Indonesia.
Ketika Belanda melakukan agresi militernya ke sejumlah kota-kota penting
Indonesia, Sjahrir lalu memimpin delegasi Indonesia dan berangkat ke sidang Dewan
Keamanan PBB di Lake Success, Amerika Serikat. Ia berpidato menjelaskan bahwa
kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah dari Jepang, dan meminta PBB mengeluarkan
putusan untuk memaksa pasukan Belanda untuk mundur dari wilayah Indonesia. Pidato
Sjahrir di Dewan Keamanan ini dimungkinkan karena adanya pasal tentang arbitrase pada
perjanjian Linggarjati yang diusulkan oleh Sjahrir sebelumnya.
Perkembangan sistem politik Indonesia pada awal kemerdekaan periode 1945
sampai 1950 sangat bergejolak. Pertama perubahan fungsi Komite Nasional dari pembantu
Presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis
Besar Haluan Negara berdasarkan Maklumat Wakil Presiden Muhammad Hatta no. X (iks)
tanggal 16 Oktober 1945. Kedua ialah perubahan sistem kabinet Presidensil menjadi kabinet
parlementer berdasarkan usul dari Badan Kerja Komite Nasional Indonesia Pusat
(BP-KNIP) pada tanggal 11 November 1945, yang kemudian disetujui oleh Presiden Soekarno
dan diumumkan dengan Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945.
Sementara itu pada tanggal 3 November 1945, atas usul BP-KNIP, pemerintah
mengeluarkan Maklumat X yang ditandatangani oleh Wakil Presiden Muhammad Hatta
untuk memperkuat perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan dan menjamin
keamanan masyarakat.9
Namun pada tanggal 27 Desember 1949 berlaku konstitusi RIS, UUD 1945 tidak
berlaku lagi, yang berlaku adalah UUD Negara Bagian RI yang berpusat di Yogyakarta
dalam kerangka konstitusi RIS. Berdasarkan konstitusi RIS, negara kesatuan Republik
Indonesia menjadi Negara federasi RIS, dengan Soekarno sebagai Presidennya.
Sejak tanggal 14 November 1945 kekuasaan pemerintah (eksekutif) dipegang oleh
perdana menteri sebagai pemimpin kabinet dengan para menteri sebagai anggota kabinet.
Secara bersama-sama atau sendiri-sendiri perdana menteri dan para menteri itu bertanggung
jawab kepada KNIP yang berfungsi sebagai legislatif (DPR) dan tidak bertanggung jawab
kepada Presiden seperti dalam UUD 1945. Perkembangan sistem politik tersebut sangat
berpengaruh terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, yang menyebabkan semakin
meningkatnya ketidakstabilan di bidang politik, ekonomi, pemerintahan dan keamanan.
10
1.2Perumusan Masalah
Akan
tetapi Negara federasi RIS hanya berlangsung singkat, disebabkan oleh banyaknya desakan
dari berbagai daerah untuk kembali menjadi Negara kesatuan. Pembubaran dan
penggabungan Negara-negara bagian itu memang dimungkinkan dalam ketentuan pasal 43
dan 44 konstitusi RIS.
Dengan dipelopori oleh pemimpin republik, Soekarno, Hatta dan Sjahrir maka pada
tanggal 17 Agustus 1950, Negara federasi RIS kembali menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan konstitusi sementara yang dikenal dengan UUDS 1950, yang merupakan
konstitusi ketiga. Menurut UUD sementara ini, sistem pemerintahan yang di anut adalah
sistem pemerintahan parlementer bukan presidensil.
9
Penataran P4, Jakarta, 1994, hal.351
10
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti merumuskan masalahnya,
yaitu :
1. Bagaimana deskripsi tentang Soetan Sjahrir?
2. Bagaimana pemikiran politik serta peran Soetan Sjahrir pada politik Indonesia
pasca kemerdekaan?
1.3Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas serta mempertegas batasan ruang lingkup penelitian dengan
tujuan untuk menghasilkan uraian yang sistematis maka diperlukan adanya batasan
masalah. Penelitian akan dibatasi pada bagaimana pemikiran dan peran politik Soetan
Sjahrirpolitik Indonesia pada tahun 1945 sampai 1950 saja.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan tentang seorang soetan Sjahrir.
2. Untuk menganalisis pemikiran dan perannya Soetan Sjahrir terhadap politik
Indonesia pada awal kemerdekaan
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah referensi dan literatur bagi
departemen Ilmu politik tentang pemikiran politik tokoh.
2. Dapat menambah wawasan bagi penulis sendiri untuk memahami pemikiran
politik Soetan Sjahrir sebagai seorang pahlawan kemerdekaan.
Definisi politik sendiri dalam sebagai suatu ilmu mempunyai pengertian yang
berbeda dikalangan para ahli, namun secara garis besar politik adalah kekuasaan dan segala
sesuatu yang berorientasi kepada tujuan pencapaian kekuasaan. Secara umum, politik
adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut
tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.11 Pengambilan keputusan
itu tentang apa saja yang menjadi tujuan utama dari suatu sistem politik dan memiliki
beberapa alternatif dalam penyusunan skala prioritas dari sejumlah tujuan yang telah dipilih
tersebut. Dan untuk melaksanakan segala tujuan tersebut diperlukan public policy yang
menyangkut pengaturan dan alokasi dari sumber-sumber yang ada.Untuk melaksanakan
kebijakan itu, baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyeleseikan konflik yang
mungkin timbul dari proses ini. Cara yang dipakai bersifat paksaan (coercion). Tanpa ada
unsur paksaan, kebijakan ini hanya merupakan perumusan keinginan (statement of intent)
belaka. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan
bukan tujuan pribadi seseorang (private goals).12
Menurut Adrian Leftwich dalam bukunya What is politics?, menjelaskan bahwa
poltik adalah jantung dari semua kegiatan sosial kolektif, formal maupun informal, public
dan privat, di dalam semua kelompok-kelompok manusia, lembaga-lembaga dan
masyarakat, mulai dari interaksi sosial keluarga sampai kepada interaksi di dalam bangsa
maupun lintas bangsa. Yang membedakannya dengan interaksi sosial biasa adalah bahwa
politik melahirkan kekuasaan yang memperhatikan penciptaan, pendistribusian dan
penggunaan sumber-sumber keberadaan sosial manusia. Dengan demikian, politik
memunculkan dimensi kekuasaan pengambilan keputusan, kekuasaan atas agenda setting
dan kekuasaan atas kontrol pemikiran.13
11
Mirriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal.8
12
Ibid, hal. 9
13
Jika politik secara hakiki dipandang sebagai proses interaksi antar elemen di dalam
suatu negara atau dunia yang berisikan konflik dan konsesus, maka politik dapat diartikan
sebagai suatu perjuangan memperebutkan sumber-sumber yang terbatas melalui kekuasaan
di tengah-tengah hasrat atau keinginan manusia yang cenderung tidak terbatas. Dengan
begitu, menjadi penting pula membicarakan bagaimana proses serta hasil dari pengambilan
keputusan kebijakan publik dilakukan, siapa menentukan apa dan mendapatkan apa dan
bagaimana proses saling mempengaruhi dalam pembuatan kebijakan pendistribusian
sumber-sumber yang ada di sebuah negara.14
1. Negara (state)
Perbedaan-perbedaan yang ditemui dalam definisi politik disebabkan oleh adanya
perbedaan dalam menganalisa suatu aspek dalam politik tersebut, sedangkan dalam politik
terdapat konsep-konsep pokok, yaitu :
2. Kekuasaan (power)
3. Pengambilan Keputusan (decision making)
4. Pembagian (distribution) atau alokasi (allocation)
Bagi Sjahrir politik bukanlah sekedar perkara yang pragmatis sifatnya, yang hanya
menyangkut suatu tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut, yang dapat ditangani dengan
memakai rasionalitas instrumental. Bagi Sjahrir politik lebih dari pragmatisme simplistis,
tetapi mengandung sifat eksistensial dalam wujudnya, karena melibatkan juga rasionalitas
nilai-nilai. Politik lebih mirip suatu etika yang menuntut agar suatu tujuan yang dipilihharus
dapat dibenarkan oleh akal sehat yang dapat diuji, dan cara yang ditetapkan untuk
mencapainya haruslah dapat dites dengan kriteria moral.15
1.6.1 Sosialisme
14
Harold D Laswell menyimpulkan hal ini dalam bukunya Politics: Who Gets What, When and How? 15
Pengertian sosialisme sebagai ideologi dapat didefinisikan lebih sempit eksistensi
sosialisme sebagai paham atau ideologi yaitu Sosialisme ialah faham yang bertujuan
perubahan bentuk masyarakat dengan menjadikan perangkat produksi menjadi miliki
bersama dan pembagian hasil secara merata disamping pembagian lahan kerja dan bahan
konsumsi secara menyeluruh. Dapat pula kita definisikan Sosialisme adalah sistem hidup
yang menjamin hak asasi manusia, hak sama rata (equality), demokrasi, kebebasan dan
sekularisme. Jaminan ini akan mewujudkan keadilan secara keseluruhan.
Dalam membahas istilah sosialisme terdapat banyak tafsiran mengenai faham ini,
diantara banyak tafsiran tersebut terdapat dua pandangan yang mewakilinya. Yang pertama
sosialisme dikaitkan dengan faham komunisme yang berlandaskan pada ajaran Marxisme
dan Leninisme. Pandangan yang kedua, sosialisme adalah berbeda dengan komunisme,
istilah yang sering digunakan yaitu sosial-demokrat atau demokrasi sosial. Perbedaan yang
paling mencolok antara dua pandangan ini adalah bahwa demokrasi sosial melaksanakan
cita-citanya melalui jalan evolusi, persuasi, tanpa jalan kekerasan, tetapi melalui jalan
pemilihan umum dan perjuangan dalam parlemen. Sebaliknya komunisme yakin
bahwacita-citanya hanya dapat dicapai melalui dengan menghancurkan masyarakat lama melalui
revolusi dan suatu kediktatoran proletar.16
Sosialis dan Komunis memang sangatlah tidak sama, bukan saja filosofinya yang
berbeda, tetapi dari segi metode dan tujuan pun tidak sama. Meskipun demikian terdapat Sosialisme adalah paham tentang masyarakat yang lebih umum. Semula, kata itu
merupakan nama untuk hasrat dan gerakan yang ingin membangun masyarakat yang adil
dan bebas, dengan keyakinan bahwa sumber segala ketidakadilan adalah hak milik pribadi
dan itu harus dihapuskan.
16
semangat yang sama dari dua aliran yang sering kedua istilah yang maknanya berbeda,
tetapi digunakan dalam konteks yang sama atau sebaliknya. Kesamaan yang dimaksud
adalah dalam soal pemihakan, keduanya sama-sama berpihak kepada penbelaan atas
keadaan penderiataan masyarakat lemah dan berbasis kepada nilai kolektifitas dan
solidaritas dalam membangun metode yang dianutnya. Selain itu paham sosialisme dan
komunisme lahir menjadi kekuatan ideologis sebagai reaksi atas ketidaksetujuan dan
penentangan keras terhadap keberadaan liberalisme dan kapitalisme sebagai ideologi yang
menekankan kepentingan individu (individualisme) serta kuat berpegang kepada pandangan
hasil pemikiran yang rasional semata.
1.6.2 Sejarah Sosialisme
Dalam perjalanan sejarahnya sosialisme dan komunisme sebagai suatu kekuatan
ideologi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, keduanya memiliki sifat dan
metode gerakan politik maupun cita-cita akhir politik yang sangat berbeda, bahkan dalam
kenyataannya kedua pengikut ideologi itu saling bertentangan. Dari aspek sejarah kelahiran
sosialisme tidak terlepas sebagai reaksi atas liberalisme dan kapitalisme, tetapi secara
filosofis faham ini di inspirasikan dari perintah agama. Nilai-nilai teologis memiliki peran
penting terhadap lahirnya gagasan sosialisme. Di eropa, jelas agama kristiani sebagai
pemeluk mayoritas dan akarnya telah demikian kuat bersemai dalam kehidupan masyarakat
barat, dan memiliki peran penting dalam membangun ideologi sosialis ini. Pada tahun 1642,
Uskup Agung Cantebury, William Temple, dalam bukunya crhistiany and the social order,
mengemukakan pemikiran yang sangat dekat dengan sosialisme. Ia memiliki pandangan
bahwa setiap sistem ekonomi untuk sementara maupun selamanya, memberikan pengaruh
edukatif yang sangat besar dan karena itu gereja harus ikut mempersoalkannya.17
17
Setelah melebarnya sayap-sayap Ideologi Liberalisme dan Kapitalisme, maka dunia
telah tersentuh ideologi ini dipenuhi dengan dengan pragmatisme hidup, sikap
individualitas, konsumerisme, hedonisme, materialism dan sekularisme. Ini telah
menimbulkan masalah sosial sampai pada tingkat unit sosial terkecil, seperti melemahkan
ikatan emosional dalam keluarga, disorientasi, disorganisasi sosial, pada skala yang besar
timbulnya aliansi sosial sebab jauh dari agama dan ketimpangan sosial dalam kehidupan
sosial dan ekonomi masyarakat. Ini yang kemudian menimbulkan reaksi untuk memberikan
rumusan alternatif dalam melakukan perubahan sosial ditengah masyarakat, maka lahirlah
paham Sosialisme. Mereka menentang kepentingan individu sebagai dasar pribadi, juga
kebebasan ekonomi yang perlu melibatkan negara. Sosialisme mengusahakan industri
negara bukan semata digunakan untuk mencari keuntungan yang melebihi usaha
keuntungan kapitalis yang mungkin berhasil mungkin tidak.
Akan tetapi, untuk mengembangkan sistem penyelenggaraan industri yang lebih
demokratis, bermanfaat dan bermartabat, penggunaan mesin yang lebih memperhatikan
manusia dan penggunaan hasil kecerdasan manusia yang lebih bijak.18
Awal mula lahirnya Sosialisme tidak dapat dipastikan, ada beberapa pendapat yang
menyatakan doktrin sosialis berasal dari Plato, sebab konsep kemakmuran yang ideal yang
dicita-citakan faham sosialis telah ada dalam karya Plato yang berjudul Republic. Dalam
karya tersebut Plato menggambarkan bahwa penguasa tidak memiliki kekayaan pribadi,
serta apa yang dimiliki oleh negara berupa hasil produksi dan konsumsi dibagikan sama Kemudian lahirlah
tokoh-tokoh sosialis seperti St. Simon (1760 – 1825), Fourier (1837), Robert Owen (1771–
1858), Louis Blane (1813 – 1882), Bakunin (1814 – 1876).
18
kepada semua. Robert Owen dikenal sebagai pelopor sosialisme Inggris, ia juga merupakan
orang pertama yang menggunakan kata Sosialisme.19
Robert Owen berpendapat bahwa yang bertanggung jawab atas penderitaan manusia
dan penyakit-penyakit sosial bukanlah individu tetapi masyarakat. Owen juga percaya
bahwa masyarakat bisa dan harus berubah.20 Sedangkan Saint Simon berpendapat bahwa
masalah-masalah sosial yang dihadapi dapat diatasi jika masyarakat diatur menjadi “asosiasi
produktif” yang pimpinannya diserahkan kepada para teknokrat dan ahli-ahli industry, yang
mengatur kehidupan secara rasional dan mengendalikan kekuatan-kekuatan ekonomi
termasuk usaha swasta.21
Pada tahun 1844, Friedrich Engels datang ke Paris dan bertemu dengan Marx untuk
pertama kalinya. Mereka berdua lalu bekerjasama dalam membangun pemikiran-pemikiran
revolusioner dan komunis. Karya-karya bersama mereka di antaranya berjudul The Holy
Family, The German Ideology dan The Communist Manifesto. Dalam manifesto komunis
Marx mendefinisikan berbagai mazhab yang mengaku “sosialis” dengan menunjuk ke
golongan sosial yang mereka wakili, yaitu sosialisme feodal, sosialisme borjuis kecil.
Dalam manifesto komunis Engles menyatakan Sosialisme modern isinya yang utama adalah Robert Owen, Saint Simon dan Fourier mereka mencoba
memperbaikinya terdorong oleh rasa perikemanusiaan tetapi tidak dilandasi dengan konsep
yang jelas dan dianggap hanya angan-angan belaka, karena itu mereka disebut kaum
Sosialis Utopia. Karl Marx dari Jerman juga banyak mengecam keadaan ekonomi dan sosial
di sekitarnya, tapi menurut Karl Marx keadaan tidak dapat diperbaiki dengan landasan biasa
seperti gali lobang tutup lobang, menurutnya keadaan ini harus diperbaiki dengan teori
sosial didasari hukum-hukum ilmiah dan untuk membedakan gagasannya dengan sosialis
utopis.
19
William Ebenstein & Edwin Fogelman, Op. cit, hal. 211
20
Michael Newman, Sosialisme Abad 21: Jalan Alternatif atas Neoliberalisme, Yogyakarta, Resist Book, 2006, hal. 11
21
pengertian, dari satu sisi, mengenai pertentangan kelas antara pemilik dengan non-pemilik
modal, antara kaum kapitalis dan kaum buruh dan dari sisi lain adalah pengertian tentang
keadaan anarkis yang marajalela dibidang produksi. Menurut Marx, masyarakat berubah
dan berkembang secara dialektik, artinya masyarakat dinegasikan sehingga akhirnya
menjadi komunis. Dalam uraian Marx, komunis adalah tahap negasi dari negasi. Negasi
diartikan sebagai penghancuran dari yang lama, sebagai hasil dari perkembangan sendiri
yang diakibatkan oleh kontradiksi intern. Proses ini sering dinamakan dengan Materialisme
Historis.22
Menjelang akhir abad ke-19 terjadi perkembangan baru dalam industri di Eropa,
yang tak sesuai dengan ramalan Marx tentang tahapan-tahapan menuju revolusi proletar. Dari sinilah berkembang paham Marxisme yang banyak dianut dan dipercayai
mampu membela hak kaum kecil dalam artian dapat mengganti paham kapitalisme untuk
menuju masyarakat sosialis. Marxis ialah bagian terpenting dari paham sosialis paling
banyak menyebar dan pengaruhnya tidak sedikit.
Pada masa Lenin (1870-1924). Dia terpengaruh oleh populisme, namun setelah
mempelajari Das Kapital dia semakin cenderung ke arah Marxis. Ia memperkenalkan istilah
sosialisme untuk masa yang oleh Marx disebut tahap pertama masyarakat komunis
Marxisme beda dengan komunisme. Yang pertama merupakan sebagian dari komunisme,
sementara komunisme lebih daripada hanya marxisme. Komunisme berideologi bukan
hanya marxisme, tetapi marxisme-leninisme. Artinya, marxisme sebagaimana dipersepsi
Lenin. Tambahan Lenin pada marxisme adalah ajaran tentang perebutan kekuasaan oleh
Partai Komunis, hal yang tak pernah dipikirkan oleh Karl Marx. Ajaran Marx umum
sifatnya, sementara Lenin bicara strategi dan taktik perjuangan proletariat atas pimpinan
Partai Komunis. Lalu Lenin berhasil menciptakan revolusi Oktober 1917.
22
Industri bertumbuh pesat, kaum pekerja pabrik bertambah banyak dan proletarisasi memang
meluas, tetapi kaum buruh tidak menjadi semakin miskin dan sengsara, tidak mengalami
Verelendung sebagaimana diramalkan Marx. Demikianpun buruh tidak menjadi lebih
radikal karena ditemukan metode baru untuk memperbaiki nasib mereka melalui mogok dan
hak pilih.
Eduard Berstein dan Rosa Luxemburg yang mencoba merevisi ajaran Marx,
Berstein tampil dan mengusulkan agar kaum sosialis Jerman melepaskan diri dari ajaran
Marx dan mendirikan partai politik sendiri. Sifat internasional gerakan buruh ditolak,
karena menurut Bernstein dan pengikutnya, buruh tetap mempunyai tanah air. Ajaran Marx
perlu direvisi secara besar-besaran sehingga gerakan ini dinamakan revisionisme di
kalangan Marxis. Pemisahan kaum sosialis Jerman dari Marxisme ortodoks ditandai oleh
terbitnya buku Bernstein berjudul Voraussetzungen des Sozialismus und die Aufgaben der
Sozialdemokratie (syarat-syarat sosialisme dan tugas-tugas sosial-demokrasi) pada 1899.
Menurut Bernstein, tujuan dapat dicapai tanpa revolusi, melainkan melalui jalan
parlementer.23
Pada abad 20, kata sosialisme mendapat makna lebih luas. Sosialisme terpecah
menjadi Sosialisme Komunis dan Sosialisme Demokratis atau kini dikenal Sosialisme
Demokrat (Sosdem). Kedua paham yang ingin memperjuangkan keadilan sosial lewat
cita-cita demokrasi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM). Maka Sosdem sejak
Perang Dunia II menjadi soko guru demokrasi Barat. Konsep sosial-demokrasi muncul
pertama kali di kalangan kaum sosialis Jerman di bawah pimpinan Eduard Bernstein,
setelah berdirinya Gerakan Buruh Internasional II (dikenal sebagai Internasional II) di Paris
pada Juli 1889. Internasional II lahir dua dasawarsa setelah Internasional I yang didirikan
pada 1864 dengan mengikuti gagasan Marx, hancur berantakan oleh revolusi 1871 yang
menelan korban lebih dari 20 ribu jiwa.
23
Kritik kepada Marx menimbulkan antikritik yang sama gencarnya mempertahankan
Marxisme. Pergolakan dalam kalangan Marxis Jerman melahirkan tiga sayap pergerakan,
yaitu sayap kanan di bawah pimpinan Bernstein yang menganjurkan sosial-demokrasi,
sayap tengah dengan dua tokoh utama, August Bebel dan Karl Kautsky, yang menolak
mogok sebagai metode perjuangan kaum pekerja, dan sayap radikal di bawah Rosa
Luxembourg. Internasional II praktis bubar dengan pecahnya Perang Dunia I, sampai
muncul Internasional III sesudah pecah Perang Dunia II. Tiga pimpinannya yang kemudian
memainkan peranan penting adalah Lenin, Trotsky, dan Stalin, yang mencoba
menghidupkan kembali impian semula dari Marx, yaitu mengobarkan revolusi proletar di
seluruh dunia.
Tulisan-tulisan Lenin yang bersifat menafsirkan dan menyederhanakan ajaran Marx
dan Engels dan menyesuaikannya dengan keadaan Rusia di abad 20, dikukuhkan dan
dinamakan “Leninisme, Marxisme dalam era Imperialisme”. Dengan demikian Leninisme
menjadi komponen integral dari ajaran komunisme, yang karena itu juga disebut dengan
“Marxisme-Leninisme”.24
Soetan Sjahrir adalah tokoh yang pemikirannya seringkali berlawanan dengan tokoh
kemerdekaan lainnya, pemikirannya sering di anggap jauh melampaui zamannya. Sjahrir
adalah tokoh yang kontroversial pada saat itu, dengan sikapnya yang sering berlawanan
dengan tokoh perjuangan lainnya. Ideologi dan pemikirannya tersebut banyak terbentuk
sewaktu dia kuliah di Belanda yang pada saat itu eropa berada pada masa pencerahan. Di
Belanda ia dekat dengan kelompok-kelompok sosial demokrat, dan kemudian mempelajari
Sosialisme lebih dalam, sehingga dengan yakin dia memutuskan Sosialisme sebagai
ideologinya dalam berjuang membebaskan tanah airnya dari kolonialisme dan imperialisme 1.6.3 Sosialisme Menurut Soetan Sjahrir
Belanda. Dalam usahanya mempelajari Sosialisme lebih dalam, ia dekat dengan golongan
kiri maupun dengan golongan anarkis yang menjauhkan diri dari segala bentuk kapitalisme
ataupun yang berhubungan dengannya. Dan ia pernah bekerja pada Sekretariat Buruh
Transportasi Internasional (International Transport Workers Federation).
Sjahrir dengan serius mempelajari Marxisme. dia mengamati dan menyadari bahwa
ajaran Marx tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat eropa. Kaum buruh tidak
berperan sebagai kelas revolusioner dan tidak mengalami proses pemiskinan. Kapitalisme
tidak runtuh sebagaimana diramalkan oleh Marx, kapitalisme mampu mengadopsi buruh.
Maka perjuangan kelas yang merupakan sendi ajaran Marx tidak lagi relevan atau mengena.
Sosialisme tidak perlu dicapai dengan cara revolusi, tapi dengan cara demokratis.25
Marxisme bukan berhala yang dipuja dan wajib dilaksanakan secara kaku dan
doktriner. Marxisme bisa dipakai sebagai alat analisa memahami perkembangan
masyarakat. Dalam mempelajari Sosialisme, Sjahrir sudah dipengaruhi oleh aliran
revisionisme yang mengkritik Marxisme.26
Sosialisme merupakan alat perjuangan untuk melepaskan Indonesia dari
cengkeraman kolonialisme Belanda yang merupakan bagian dari imperialisme menurut
teori imperialism Lenin. Dan setelah Indonesia mencapai kemerdekaan, maka kemerdekaan
itu harus dikawal dari ancaman nasionalisme yang bisa berkembang menjadi chauvinisme
dan feodalisme yang akan dimanfaatkan oleh pemimpin lokal untuk mendapatkan Aliran yang muncul pertama kali oleh seorang
sosialis Jerman yaitu Edward Bernstein, pemisahan kaum sosialis Jerman dari Marxisme
ortodoks ditandai oleh terbitnya buku Bernstein berjudul Voraussetzungen des Sozialismus
und die Aufgaben der Sozialdemokratie (Syarat-Syarat Sosialisme dan Tugas-Tugas
Sosial-Dsemokrasi) pada 1899.
25
Rosihan Anwar, Soetan Sjahrir, Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan, Jakarta, Kompas Media Nusantara, 2010, hal. 111
26
kekuasaan baru yang bisa membawa kembali rakyat kepada kesenjangan antara manusia
satu dengan manusia maupun dengan kelompok lain, oleh karena itu sosialisme diperlukan
untuk mencegahnya.
Karena itu menurut Sjahrir, bahwa revolusi nasional harus segera disusul oleh suatu
revolusi sosial yang dapat membebaskan rakyat dari kungkungan feodalisme lama dan
jebakan-jebakan ke arah fasisme yang muncul bersama kapitalisme yang tak terkendali.
Kemerdekaan nasional bukanlah tujuan akhir dari perjuangan politik, tetapi menjadi jalan
bagi rakyat untuk merealisasikan diri dan bakat-bakatnya dalam kebebasan tanpa halangan
dan hambatan. Karena itulah nasionalisme harus tunduk kepada kepentingan demokrasi, dan
bukan sebaliknya, karena tanpa demokrasi maka nasionalisme dapat bersekutu kembali
dengan feodalisme lama yang hanya memerlukan beberapa langkah berikut untuk tiba pada
fasisme.27
Pada Sjahrir sudah timbul kesadaran bahwa bahaya dan ancaman fasismelah yang
utama, dan pergerakan rakyat harus dipersiapkan untuk menghadapi bahaya dan ancaman
fasisme tersebut. Dalam hal ini, kedudukan Belanda dan demokrasi Belanda sama dengan
Indonesia, yaitu Belanda menghadapi bahaya fasisme Jerman, sedangkan Indonesia
menghadapi bahaya dan ancaman fasisme Jepang. Renungan dan kesadaran Sjahrir ini serta
pandangannya terhadap perkembangannya terhadap perkembangan dunia selanjutnya
seperti ditulis dalam bukunya Renungan Indonesia.28
Metode penelitian adalah suatu cara kerja yang digunakan dalam penelitian untuk
memahami objek penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif.
Metode kualitatif adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang 1.7. Metodologi penelitian
27
Soetan Sjahrir, Perjuangan Kita, Jakarta: Pusat Dokumentasi Guntur, 1945, hal. 46
28
sesuatu yang baru diketahui, serta dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena
yang sulit diungkapkan.
Metode kualitatif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan, melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian
seseorang, masyarakat dan lain-lain, pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya29
1.7.1 Jenis Penelitian .
Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian deskriptif analitif.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi suatu fenomena atau kenyataan sosial
dengan menggunakan analisa tertentu.30
Studi pustaka merupakan suatu tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian dengan mengumpulkan data-data dan sumber-sumber penelitian melalui buku,
jurnal, majalah, surat kabar, dan lain-lain. Studi pustaka digunakan dengan mengumpulkan
data-data yang ada kemudian memahami dari setiap kesimpulan dan mengambil Penelitian deskriptif juga digunakan sebagai suatu
cara pemecahan masalah yang diteliti dengan menggunakan analisa mendalam terhadap
objek yang diteliti.
1.7.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam mendapatkan data dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian
kepustakaan (Library Research) yaitu mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku,
literature, dokumen-dokumen, artikel, jurnal ilmiah, majalah, koran, dan sumber lainnya
yang berhubungan dengan penelitian dan bisa menjadi sumber informasi tentang masalah
yang akan diteliti.
29
Hadawi Nawawi, Metodologi Penelitian Sosial, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2004, hal. 63
30
sumber data tersebut untuk dijadikan literatur dan referensi dalam memahami dan
menganalisa penelitian.
1.7.3 Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini, metode analisis yang dipakai adalah interpretasi. Interpretasi
yang dimaksud sebagai upaya tercapainya pemahaman yang benar terhadap fakta. Penulis
1.8 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoritis,
metodologi penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II : BIOGRAFI SOETAN SJAHRIR
Bab ini berisi tentang biografi soetan sjahrir mulai dari lahir, pendidikannya,
keluarganya, serta pengalaman dan perjuangannya hidupnya hingga akhir
hayat, dengan biografi ini akan menerangkan latar belakang pemikirannya
serta apa dan siapa saja yang mempengaruhi pemikirannya tersebut.
BAB III : ANALISIS DATA
Bab ini akan membahas hasil penelitian yang diperoleh dan penelitian yang
dilakukan oleh penulis mengenai pemikiran politik Soetan Sjahrir dalam
politik Indonesia tahun 1945 – 1950.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari keseluruhan penelitian yang
BAB II
BIOGRAFI SOETAN SJAHRIR
2.1` Masa Pelajar
Soetan Sjahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 5 Maret 1909. Ia adalah
putra dari Moh. Rasad Gelar Maha Raja Soetan yang menjabat sebagai Hoofd atau Jaksa
pada Landraad di Medan. Ibunya, Poetri Siti Rabiah yang berasal dari Natal, daerah
Tapanuli Selatan, ibunya berasal dari keluarga raja-raja lokal swapraja31
31
Rosihan Anwar, Sutan Sjahrir: Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan, Kompas gramedia, Jakarta, 2010 . Sjahrir
mengenyam sekolah dasar (Eurapes Lagerere School) dan sekolah menengah (MULO)
terbaik di Medan, dan membetahkannya bergaul dengan berbagai buku-buku asing dan
ratusan novel Belanda. Malamnya dia mengamen di Hotel de Boer, hotel khusus untuk
tamu-tamu kulit putih.
Pada 1926, ia selesai dari MULO, ia melanjutkan sekolah sekolah laniutan atas di
Algemene Middlebare School di Bandung, sekolah termahal di Hindia Belanda saat itu.
Sjahrir sebagai seorang pelajar telah menunjukan sifat kritisnya dengan lebih
mengutamakan pengertian daripada sekedar nrenghapalkan pelajaran. Sifat-sifat ini
terutama menonjol pada mata pelajaran sejarah dan bahasa latin. Sjahrir tidak iranrja
mempelajari hahasa Latin saja tetapi mengajukan pertanyaan tentang filsafah dan sejarah
Kerajaan Romawi. Perhatiannya terhadap perkembangan masyarakat Indonesia tinmbul
dengan adanya pemberontakan PKI dan sejarah perkembangan masyarakat, negara dalam
Di kalangan siswa sekolah rnenengah Algemerre Middlebare School (AMS)
Bandung, sjahrir tidak hanya menyibukkan diri dengan buku-buku pelajaran dan pekerjaan
rumah. Sjahrir juga berkecimpung dalam aksi pendidikan melek huruf secara gratis bagi
anak-anak dari keluarga tak mampu dengan mendirikan perguruan nasional "Tjahja
Volksuniversiteit” di Bandung. Selain itu Sjahrir menjadi seorang bintang Di sekolah itu, dia
bergabung dalam Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia (Batovis) sebagai sutradara,
penulis skenario, dan juga aktor. Hasil pentas itu dia gunakan untuk rnembiayai sekolah
yang ia dirikan" Tjahja Volkswtiversiteit, Cahaya Universitas Rakyat.
Aksi sosial Sjahrir kemudian rnenjurus jadi politis. Ketika para pemuda masih
terikat dalam perhimpunan-perhirnpunan kedaerahan, pada 20 Februari 1927, Syahrir
termasuk dalam sepuluh orang penggagas pendirian himpunan pemuda nasionalis, Jong
Indonesie. Perhimpunan itu kemudian berubah nama menjadi Pernuda Indonesia yang
menjadi motor penyelenggaraan Kongres Pemuda Indonesia. Kongres monumental yang
mencetuskan Sumpah Pemuda pada 1928.
Sebagai siswa sekolah menengah, Sjahrir sudah dikenal oleh polisi Bandung sebagai
pemimpin redaksi majalah himpunan pemuda nasionaiis. Dalam kenangan seorang
temannya di Algemene Middelbare School (AMS), Sjahrir kerap lari dikejar polisi karena
bandel membaca koran yang mernuat berita pemberontakan PKI 1926, koran yang ditempel
pada papan dan selalu dijaga polisi agar tak dibaca para pelajar sekolah. Setelah tamat dari
(AMS) tahun 1929 Sjahrir melanjutkan pendidikan ke negeri Belanda di Fakultas Hukurn.
Universitas Leiden di Amsterdam.
Keberangkatannya ke Belanda saat itu adalah buah dari politik etis yang
dikembangkan pemerintah kolonial Belanda saat itu. Sebuah gagasan tentang pentingnya
membalas budi pada negara jajahan yang telah banyak menghasilkan kemakmuran untuk
Conrad Theodore Van Deventer lewat sebuah tulisan yang diterbitkan dalam media berkala
De Gilds berjudul “Een Eeresschuld” (hutang budi) pada tahun 1899. Conrad terinspirasi
karya Multatuli yang berjudul Max Havelar. Sebelum Van Deventer masih ada tokoh lain
yang bernama Ir. Hendrikus Hubertus Van Kol yang pada tahun 1896 menyerukan Geen
roof meer ten bate van Nederland (berhentilah merampok Hindia Belanda untuk
kepentingan Belanda).32
Pendidikan pada zaman kolonial disiapkan sebatas untuk memenuhi kebutuhan
menciptakan tenaga kerja lokal untuk mengisi posisi-posisi clerk dan administrasi rendahan Gagasan-gagasan progesif muncul sebagai kritik atas kebijakan
pemerintah kolonial Belanda selanjutnya menjadi bahasan dalam Majelis Rendah maupun
Majelis Tinggi Belanda.
Dampak dari kebijakan politik etis yang dikembangkan adalah dimulainya suatu
upaya balas budi terhadap rakyat jajahan yang dikenal dengan program irigasi atau
pengairan, transmigrasi atau perpindahan penduduk dan edukasi atau pendidikan. Di bidang
pendidikan mulai dibuka sekolah-sekolah pemerintah untuk kalangan pribumi walaupun
masih dalam sifat terbatas seperti HIS, HBS, STOVIA, OSVIA, Kweekschool,
Hoofdenschool merupakan manifestasi dari politik etis untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat di negeri-negeri jajahan dan Soetan Sjahrir adalah salah satu orang pribumi yang
merasakannya.
Tentunya sedikit banyaknya kebijakan memberikan pendidikan terhadap rakyat
negeri jajahan walaupun bukan maksud untuk tulus mencerdaskan kehidupan rakyat
setidaknya memberikan celah bagi masuknya angin pembaharuan di Indonesia. Pendidikan
yang diselenggarakan Belanda walaupun terbatas secara tidak langsung telah memunculkan
suatu kesadaran politik baru bagi kalangan rakyat pribumi.
32
serta tenaga kesehatan untuk penyakit-penyakit tropis.33
Setelah tamat belajar di AMS Bandung, Sjahrir berangkat ke negeri Belanda. Di
Amsterdam ada kakak Sjahrir, Sjahrizad, istri dokter Djoehana Wiradikarta yang sedang
belajar memperdalam ilmu kedokteran, studi pasca sarjana. Sjahrir mondok bersama kakak
dan iparnya. Ia belajar di fakultas hukum Gemeente Universiteit van Amsterdam (
Universitas yang dikelola oleh kota praja Amsterdam) dan kemudian ia mendaftar di
Universitas Leiden. Tapi Sjahrir jarang mengikuti kuliah, minat dan perhatiannya ada di
tempat lain.
Tentunya hal ini untuk
menggantikan orang-orang asing yang dipekerjakan dalam posisi tersebut. Dengan
demikian biaya rendah akan menjadi keunggulan komparatifnya. Buta huruf menjadi melek
huruf, hal ini merupakan perkembangan yang penting. Pemerintah kolonial berharap dengan
melek huruf berbagai peraturan dan pengumuman dapat disampaikan dengan lebih mudah.
2.2 Masa Pendidikan di Belanda
34
Di Belanda Sjahrir serius mempelajari sosialisme. Sjahrir benar-benar mendalarni
sosialisme. Ia bergabung dalam perkurnpulan mahasiswa sosialis Social Democratische
Studeten Club. Secara sungguh-sungguh ia berkutat dengan teori-teori sosialisme tetapi ikut
menenggelamkan dirinya dalam polemik-polemik tentang teori sosialisme. Ia terkena
dampak semangat zaman atau Zeitgeist di Eropa pasca perang dunia pertama (1914-1918)35
Sjahrir segera bersahabat dengan mahasiswa Salomon Tas, ketua klub mahasiswa
sosial demokrat. Untuk memperdalam pengetahuannya tentang sosialisme, Sjahrir mencari ,
yaitu Marxisme yang menimbulkan iklim perjuangan untuk memperbaiki nasib kaum buruh
yang dieksploitasi oleh kaum kapitalis. Slogan masa itu “kaum ploretariat seluruh dunia,
bersatulah”
33
Edi Cahyono, Negara dan Pendidikan di Indonesia, 2000, hal.5
34
Rosihan Anwar, opcit, hal. 36
35
teman-teman ekstrem radikal, berkelana ke kiri, di kalangan kaum anarkis yang
mengharamkan segala hal yang berbau kapitalisme. Ia pun bekerja pada secretariat federasi
buruh transportasi internasional. Sjahrir merupakan pribadi yang cenderung all out tidak
mau setengah-setengah.
Di Belanda, ia bertemu dengan mahasiswa pribumi lainnya Mohammad Hatta yang
menuntut pendidikan di Sekolah Tinggi Ekonomi di kota Rotterdam, seorang putra minang
itu seorang ketua organisasi mahasiswa yang didirikan tahun 1908 yaitu Perhimpoenan
Indonesia. Kedua orang yang sama-sama merantau itu segera cocok satu sama lain. Sjahrir
bergabung dan terpilih sebagai sekretaris Perhimpoenan Indonesia, Februari 1930, Sjahrir
waktu itu berusia 21 tahun.36
Pemerintah Hindia Belanda kian bengis terhadap organisasi pergerakan nasional,
dengan aksi razia dan memenjarakan pemimpin pergerakan di tanah air, yang berbuntut
pembubaran Partai Nasional lndonesia (PNI) oleh aktivis PNI sendiri. Berita tersebut
menimbulkan kekhawatiran di kalangan aktivis PI di Belanda. Mereka selalu menyerukan
agar pergerakan jangan jadi melempem lantaran pemirnpinnya dipenjarakan. Seruan itu
mereka sampaikan lewat tulisan. Bersama Hatta, keduanya rajin menulis di Daulat Rakjat, Namun Perhimpoenan Indonesia dipengaruhi oleh anggota-anggota yang pro
komunisme atau yang berfaham komunis, antara lain Roestam Effendi, seorang guru HIS di
Padang sebelum berangkat ke Belanda. Dia adalah orang Indonesia pertama yang menjadi
anggota parlemen Belanda, Tweede Kamer, yang mewakili Partai Komunis Belanda.
Seorang anggota PI lainnya yang pro komunis adalah Raden Mas Abdul Madjid, putra
seorang Regent (bupati) di Jawa yang menjadi ketua baru Perhimpoenan Indonesia. Hatta
dan Sjahrir yang berfaham sosialisme kemudian disingkirkan dari pimpinan PI oleh kaum
komunis itu.
majalah milik Pendidikan Nasional Indonesia, dan memisikan pendidikan rakyat harus
rnenjadi tugas utama pernimpin politik. "Pertama-tama. marilah kita mendidik, yaitu
memetakan jalan menuju kemerdekaan.”
Berita-berita di tanah air tidak bagus, pergerakan kebangsaan dihantam oleh
pemerintah Hindia Belanda. Ir. Soekarno ditangkap dan dipenjarakan akhir pada Desember
1929. Partai Nasional Indonesia (PNI) pimpinan Soekarno kemudian dibubarkan. Mr.
Raden Mas Sartono mantan tokoh Perhimpoenan Indonesia mendirikan partai baru yaitu
Partindo. Hatta dan Sjahrir yang mendengar hal ini kemudian tidak setuju dengan
langkah-langkah tersebut, yang mereka anggap sebagai kemunduran dalam pergerakan rakyat ke
arah Indonesia merdeka.
Kader-kader dari golongan merdeka yang menentang pembubaran PNI kemudian
berkumpul dalam wadah baru yang dinamakan Pendidikan nasional Indonesia atau
disingkat dengan PNI-pendidikan atau PNI-Baru. Hatta dan Sjahrir berpendapat mereka
harus kembali ke tanah air untuk membantu PNI-pendidikan dan membantu perjuangan
melawan kolonial Belanda.37
Pada tahun 1931, Sjahrir kembali ke tanah air dan terjun dalam pergerakan nasional.
Sjahrir segera bergabung dalam organisasi Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru), yang
pada Juni 1932 dalam kongres pertama Pendidikan Nasional Indonesia, Sjahrir terpilih Karena Hatta belum selesai studinya, maka mereka sepakat
mengambil keputusan bahwa untuk sementara Sjahrir yang meninggalkan kampus untuk
kembali ke tanah air sampai Hatta selesai, kemudian Hatta pulang dan Sjahrir bisa kembali
ke Belanda untuk menyelesaikan kuliahnya. Namun sayang rencana Sjahrir untuk kembali
ke kampus tidak pernah terlaksana, karena ia ditangkap Belanda sebelum berangkat kembali
ke Belanda.
2.3 Kegiatan Setelah Kembali ke Indonesia
37
sebagai ketua pimpinan umum partai yang bersifat sebagai partai kader, bukan sebagai
partai massa. Jumlah anggotanya pada waktu itu tidak lebih dari seribu orang. Sjahrir ketika
itu berusia 23 tahun. Ia menyusun suatu daftar pertanyaan yang berisi penjelasan tentang
pengertian-pengertian mendasar yang harus dikuasai oleh anggota PNI-Baru dalam bentuk
Tanya jawab. Maksudnya adalah, dengan penyebaran daftar pertanyaan yang dihafal oleh
anggota PNI-Baru, maka mutu kecerdasan dan kesadaran politik anggota akan meningkat.
Pengalaman rnencemplungkan diri dalam dunia proletariat ia praktekkan di tanah
air. Sjahrir terjun dalam pergerakan buruh. Ia memuat banyak tulisannya tentang
pcrburuhan dalam Daulat Rakyat. ta juga kerap berbicara perihal teori perjuangan
revolusioner di negeri Beranda menyebarkan pengetahuannya tentang sosialisme,
perjuangan kerakyatan serta pergerakan buruh dalam forum-forum politik . Mei 1933,
Sjahrir didaulat menjadi Ketua Kongres Kaum Buruh Indonesia.
Hatta kemudian kembali ke tanah air pada Agustus 1932, dan segera pula ia
memimpin PNI Baru bersama Hatta, Sjahrir mengemudikan PNI Baru sebagai organisasi
pencetak kader-kader pergerakan. Berdasarkan analisis pemerintahan kolonial Belanda
gerakan politik Hatta dan Sjahrir dalam PNI Baru justru lebih radikal dibanding Soekarno
dengan PNI-nya yang mengandalkan mobilisasi massa PNI Baru menurut polisi kolonial,
cukup sebanding dengan organisasi Barat. Meski tanpa aksi massa dan agitasi secara cerdas,
lamban namun pasti, PNI Baru mendidik kader-kader pergerakan yang siap bergerak ke
arah tujuan revolusionerya.
Karena takut akan potensi revolusioner PNI Baru, Sjahrir, Hatta, dan beberapa
pemimpin PNI Baru kemudian ditangkap, Hatta dibawa ke penjara Glodok, dan Sjahrir
dibawa ke penjara Cipinang di Batavia. Dan mengalarni pembuangan selama satu tahun
yaitu dari tanggal 28 Januari 1935 sampai bulan Desember 1935 yang dilakukan oleh
penuh buaya, dalam kawasan malaria di Papua. Sjahrir usianya waktu itu baru 25 tahun.
Boven digul terkadang dinamakan kamp konsentrasi, seperti terdapat di Nazi Jerman di
bawah rezim Adolf Hitler.38
Pada pagi hari tanggal 1 Februari 1942, sebuah pesawat terbang amfibi melayang di
atas pulau Banda Neira, mendarat di laut depan gunung api, untuk menjemput Hatta dan
Sjahrir untuk dibawa kembali ke Jawa.
Kemudian Hatta dan Sjahrir dipindahkan ke Banda Neira Maluku, untuk menjalani
masa pembuangan selama enam tahun. Di Banda mereka bertemu dengan keluarga dua
pemimpin politik, yaitu dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Mr. Iwa Koesoema Soemantri
yang terlebih dahulu dibuang disana. Masa pembuangan dimanfaatkan oleh Sjahrir dengan
membaca baik mengenai ekonomi, budaya maupun politik Ia mengikuti perkernbangan
dunia melalui surat-surat kabar yang terbit di Pulau Jawa dan Belanda. Di Banda Neira
Sjahrir banyak meningkatkan kesadaran pengetahuannya tentang perkembangan dunia dan
sejarah kemanusiaan sambil mendidik dan mendewasakan dirinya sendiri dalam hubungan
perkembangan dunia dan seajarah kemanusiaan. Mendidik dan memberikan pelajaran pada
anak-anak merupakan kegiaran yang dilakukan Sjahrir sebagai teman dan penghibur dalam
hidupnya di Pengasingan.
39
Hatta dan Sjahrir tiba di Sukabumi dengan kereta
api dari Surabaya, dan ditempatkan di rumah dalam kompleks sekolah polisi. Tanggal 28
Februari 1942, tentara ke 16 angkatan darat jepang, di bawah komando Letnan Jendral
Hitoshi Imamura mendarat di pantai Banten. Tanggal 9 Maret, Let. Jen Hein ter Poorten,
panglima tentara Hindia Belanda (KNIL) menyerah kalah kepada Jepang, di suatu upacara
sederhana di pangkalan udara Kalijati, di utara Bandung,40
2.4 Masa Pendudukan Jepang
pendudukan Jepang pun di mulai
Masuknya tentara Jepang ke Indonesia pada bulan-bulan pertama, kedua dan ketiga
tahun 1942 kelihatannya mendapat sambutan yang baik dari penduduk Indonesia.
Tokoh-tokoh nasionalis Indonesia seperti Soekarno dan Hatta bersedia melakukan kerja sama
dengan pihak pemerintah pendudukan Jepang, padahal sebelumnya pada masa pemerintah
Hindia Belanda mereka bersikap nonkooperatif. Faktor-faktor yang menyebabkan kesediaan
mereka bekerja sama itu adalah pertama, kebangkitan bangsa-bangsa timur. Fakor lainnya
adalah tentang ramalan joyoboyo yang hidup dalam masyarakat tradisional. Dalam
ramalannya bahwa akan datang orang-orang kate yang akan menguasai Indonesia selama
seumur jagung dan sesudah itu kemerdekaan akan tercapai. Faktor lainnya adalah
kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905.41
Situasi objektif itu pun makin terang ketika Jepang makin terdesak oleh pasukan
Sekutu. Sjahrir mengetahui perkembangan Perang Dunia dengan cara sembunyi-sembunyi Pemerintahan pendudukan Jepang sepertinya tidak peduli dengan sikap para
pemimpin seperti Soekarno, Hatta atau Sjahrir yang terang-terangan menentang antifasisme
dan antimiliterisme. Jepang ingin menggunakan para tokoh ttersebut untuk menggerakkan
rakyat Indonesia agar berperang melawan barat dan membenci kaum kulit putih.
Sesudah Sjahrir dan Hatta dibebaskan oleh Jepang Maret 1912, Sjahrir mengambil
keputusan dengan pasti tidak akan bekerja sama dengan Jepang. Sementara Soekarno dan
Hatta rnenjalin kerja sama dengan Jepang, Sjahrir membangun jaringan gerakan bawah
tanah anti-fasis. Sjahrir yakin Jepang tak mungkin memenangkan perang, oleh karena itu,
kaum pergerakan mesti menyiapkan diri untuk merebut kemerdekaan di saat yang tepat.
Simpul-simpul jaringan gerakan bawah tanah kelompok Sjahrir adalah kader-kader PNI
Baru yang tetap rneneruskan pergerakan dan kader-kader muda yaitu para mahasiswa
progresif.
41
mendengakan berita dari stasiun radio luar negri. Kala itu, semuaradio tak bisa menangkap
berita luar negeri karena disegel oleh Jepang. Berita-berita tersebut kemudian ia sampaikan
ke Hatta.
Sembari itu Sjahrir menyiapkan gerakan .bawah tanah itulah untuk merebut
kekuasaan dari tangan Jepang. Sjrahrir yang didukung para pemuda mendesak Soekarno
dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 15 Agustus karena Jepang sudah
menyerah, Sjahrir siap dengan massa gerakan bawah tanah unfuk melancarkan aksi
prebutan kekuasaan sebagai simbol dukungan rakyat.
Pada Desember 1942 diadakan persiapan pembentukan suatu organisasi rakyat
Indonesia yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Pada tanggal 1 Maret 1942 ia mengumumkan
lahirnya organisasi baru yang bernama Poesat Tenaga Rakyat yang disingkat Poetra.42
Dalam bergerak dibawah tanah ini untuk dapat mengikuti perkembangan dunia dan
jalannya perang dia mengikutinya melalui radio yang tidak disegel dan yang disembunyikan
dalam lemari. Sjahrir tetap memelihara hubungan dengan Hatta, melalui anak angkatnya ia
menyampaikan berita-berita radio kepada Hatta. Cara memelihara hubungan dengan Hatta
adalah mereka mengadakan makan malam bersama sambil belajar main bridge di rumah Dr.
Djuhana (ipar Sjahrir) dan sekali-kali di tempat tersebut Sjahrir bertemu dengan Soekarno. Tujuan organisasi ini menurut Soekarno adalah untuk membangkittkan kembali semangat
kebangsaan rakyat Indonesia yang selama masa kolonial Belanda berhasil dibendung oleh
Hindia Belanda. Namun, bagi Jepang sendiri poetra adalah wadah untuk rakyat Indonesia
dalam membantu mereka berperang dalam usaha mempertahankan perang Asia Raya.
43
Sjahrir sejak semula yakin Jepang tidak dapat memenangi peperangan. Dengan
mengikuti perkembangan politik dunia dan jalannya perang melalui radio gelap, Sjahrir
dapat member informasi diseluruh Pulau Jawa sehingga dia dapat meningkatkan persiapan
42
Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakjat Indonesia (terjemahan), 1966, hal. 217-218
43
menggerakkan golongan-golongan yang anti Jepang dan yang prodemokrasi untuk member
pukulan pada waktu yang tepat. Kekalahan Jepang yang dipercepat oleh bom atom yang
dijatuhkan di kota Hiroshima dan tiadanya persiapan sekutu untuk cepat-cepat memasuki
kawasan Asia Tenggara memberi suatu kesempatan untuk menyatakan kemerdekaan
Indonesia sehingga tuntutan Indonesia dapat dilaksanakan oleh suatu gerakan politik saja,
melainkan oleh suatu Negara yang sudah menyatakan kemerdekaannya.44
Dibandingkan dengan perkembangan di daerah tempat pemuda dengan dorongan
dan pengorbanan merebut kekuasaan dari penguasaan Jepang, keadaan Pusat (Jakarta), baik
di tingkat kabinet pemerintahaan maupun di tingkat KNIP, tidak rnemperlihatkan usaha
nyata bahwa kekuasaan sudah ada di tangan bangsa Indonesia. Rapat raksasa pada tanggal
19 September di lkada, Jakarta adalah usaha pemuda msmaksakan kepada kabinet RI untuk
tidak mengakui keadaan status quo pada rnasa awal kemerdekaan akan tetapi berani
melawan kekuasaan Jepang karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang rnerdeka yang Soekarno dan Hatta yang belum mengetahui berita menyerahnya Jepang, tidak
merespon secara positif. Mereka menunggu keterangan dari pihak Jepang yang ada di
Indonesia, dan proklamasi itu mesti sesuai prosedur lewat keputusan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk oleh Jepang. Sesuai rencana PPKI.
kemerdekaan akan diproklamasikan pada 24 September 1945.
Sikap Soekarno dan Hatta tersebut rnengecewakan para pemuda sebab sikap itu
berisiko kernerdekaan RI dinilai sebagai hadiah Jepang dan RI adalah bikinan Jepang, Guna
rnendesak lebih keras, para pernuda akhirnya rnenculik Soekarno dan Hatta pada 16
Agustus. Dan kemudian, Soekarno dan Hatta rnemproklamasikan kemerdekaan RI pada 17
Agustus.
2.5 Masa Revolusi Nasional Indonesia
44
bukan hadiah dari Jepang. Untuk tujuan ini pada tanggal 16 Oktober 1945, diadakan sidang
pleno KNIP, yang menghasilkan Maklumat X tanggal 16 Oktober 1945 yang menyatakan
sebagai berikut : 45
Tulisan-tulisan Sjahrir dalam Perjuangan Kita, membuatnya tampak berseberangan
dan menyerang Soekarno. Jika Soekarno arnat terobsesi pada persatuan dan kesatuan,
Sjahrir justru menulis 'Tiap persatuan hanya akan bersifat taktis, temporer, dan karena itu
insidental. Usaha-usaha untuk menyatukan secara paksa, hanva rnenghasilkan anak banci Bahwa KNIP sebelum membentuk MPR dan DPR diserahi kekuasaan legeslatif dan ikut menetapkan garis-garis besar dari haluan negara serta menyetujui bahwa pekerjaan Komite Nasional lndonesia Pusat sehari-hari berhubungan dengan gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih di antara mereka dan yang bertanggung jawab kepada KNIP.
Disamping itu sidang yang suasananya dipengaruhi oleh pemuda dan mahasiswa
rnemutuskan untuk menggantikan pirnpinan KNIP dengan orang yang revolusioner dalam
memperjuangkan kemerdekaan RI di tingkat kenegaraan. Sidang memilih Sjahrir sebagai
ketua dan Amir Syarifudin sebagai wakil ketua, yang diserahi tugas menyusun anggota
Badan Pekerla KNIP yang pada umumnya terdiri dari tokoh-tokoh yang aktif dalarn
gerakan bawah tanah baik dari golongan cendekiawan maupun dari golongan politik.
Sebagai ketua Badan Pekerja KNIP, Sjahrir ikut menetapkan garis-garis besar
haluan Negara yang diwujudkan dalam Manifestasi politik I November 1945, yang
ditandatangani oleh Wakil Presiden Mohamrnad Hatta. Untuk melengkapi Manifestasi
Politik di tingkat rakyat dan rnasyarakat, Syahir menulis “Perjuangan Kita”. Sebuah risalah
peta persoalan dalam revolusi Indonesia sekaligus analisis ekonomi-politik dunia usai
Perang Dunia II. Perjuangan Kita muncul menyentak kesadaran. Risalah itu ibarat pedoman
dan peta guna mengemudikan kapal Repub1ik Indonesia di tengah badai revolusi.
46
45
Ibid, hal. xxviii
46
Sutan Sjahrir, Perjuangan Kita, Pusat Dokumentasi Politik Guntur 49, Jakarta, 1945, hal. 11
.
Persatuan semacam itu akan terasa sulit, tersesat, dan merusak pergerakan." Dan dia