PENGUKURAN KONDISI TERMAL TEMPAT KERJA YANG MENDUKUNG KENYAMANAN OPERATOR UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS KERJA DI LANTAI PRODUKSI PT. SINAR SOSRO
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
DODDI TRISNA NUGRAHA 050403074
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis sembahkan kepada Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan nikmat ilmu, kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “Pengukuran Kondisi Termal Tempat Kerja yang Mendukung Kenyamanan Operator untuk
Meningkatkan Produktivitas Kerja di Lantai Produksi PT Sinar Sosro” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Adapun isi dari laporan penelitian ini adalah pemaparan tentang kondisi termal tempat kerja serta kaitannya dengan aspek psikologis operator yang ditelusuri melalui kenyamanan termal dan aspek fisiologis operator yang ditelusuri melalui proses termoregulasi tubuh manusia. Dengan mengetahui kondisi tersebut selanjutnya diusulkan rancangan perbaikan kondisi termal yang berhubungan dengan manusia untuk meningkatkan kenyamanan operator dalam upaya peningkatan produktivitas.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan, maka dengan kerendahan hati penulis mohon maaf dan menerima kritik serta saran yang membangun dalam penelitian ini.
Medan, Februari 2010
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada seluruh orang-orang yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam hidup yang telah memberikan ilmu, inspirasi, motivasi dan dukungan luar biasa kepada penulis hingga saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mencoba untuk menyebutkan pihak atau nama dalam lembaran ucapan terima kasih ini, sungguh penulis tidak memiliki niat untuk mengecilkan peran orang-orang atau pihak-pihak yang berperan besar selama ini dalam kehidupan penulis yang tidak dicantumkan namanya akan tetapi karena beberapa keterbatasan dari penulis maka dengan kerendahan hati penulis memohon maaf sebesar-besarnya semoga peran semua orang kepada penulis mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Papa dan mama, Ir.H. Bambang Irawan K, MM dan Dinar Eriati yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dan berperan besar dalam membentuk sikap dan kepribadian penulis serta menjadi motivasi yang paling besar sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan S1.
3. Dosen pembimbing I: Ir. Nazlina, MT dan keluarga yang telah banyak membimbing dan mengajarkan ilmu dan wawasan tentang hidup, akademis dan profesionalisme dunia kerja kepada penulis.
4. Dosen pembimbing II yang juga selaku Kepala Laboratorium Ergonomi dan Analisa Perancangan Kerja: Ir. Dini Wahyuni, MT dan keluarga yang telah banyak membimbing dan mengajarkan ilmu dan wawasan kepada penulis.
5. Ketua Departemen Teknik Industri USU: Ir. Rosnani Ginting, MT.
6. Koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industri USU: Ir. Sugiharto Pujangkoro, MM.
7. Koordinator Bidang Ergonomi dan Dasar Perancangan Kerja Departemen Teknik Industri USU: Ir. A. Jabbar Rambe, M.Eng.
8. Seluruh teman-teman super angkatan 2005 Departemen Teknik Industri USU yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu.
9. Ibu Ir. Listiani Nurul Huda, MT dan keluarga yang telah banyak mendukung penulis selama melakukan penelitian.
10. Ibu Ir. Nurhayati Sembiring, MT dan keluarga selaku dosen wali yang telah membimbing penulis selama menjalani aktivitas akademik.
12. Segenap staff dan karyawan Departemen Teknik Industri USU.
13. Kepala Bagian Kemahasiswaan Fakultas Teknik USU Kakanda Hadi Wibowo.
14. Rekan-rekan asisten Laboratorium Ergonomi dan Analisa Perancangan Kerja Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
15. Adik-adik yang telah membantu dalam rekapitulasi data yang tidak ingin disebutkan namanya satu per satu.
16. Pimpinan dan segenap staff serta karyawan PT Sinar Sosro Tanjung Morawa yang telah ikut berpartisipasi selama penelitian berlangsung.
17. Terima kasih yang khusus kepada Adelisa Azis selaku teman, rekan kerja sekaligus sahabat yang memberikan inspirasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan laporan penelitian.
Medan, Februari 2010
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
SERTIFIKAT SIDANG TUGAS SARJANA ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1
1.2. Rumusan Permasalahan ... I-3
1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian ... I-3
1.4. Manfaat Penelitian ... I-4
1.5. Batasan Masalah dan Asumsi... I-4
DAFTAR ISI (lanjutan)
BAB HALAMAN
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAN
2.1. Proses Produksi ... II-1
2.1.1. Bahan Produksi ... II-1
2.1.2. Uraian Proses Produksi ... II-2
III LANDASAN TEORI
3.1. Definisi Kenyamanan Termal ... III-1
3.2. Kesetimbangan Termal Tubuh Manusia ... III-1
3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan
Termal ... III-3
3.4. Beberapa Definisi Temperatur ... III-6
3.5. Indeks Termal bagi Kenyamanan... III-6
3.6. Penilaian Beban Kerja Fisik ... III-14
IV METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
4.1. Objek dan Waktu Penelitian ... IV-1
4.2. Sifat Penelitian ... IV-1
4.3. Metode Pengumpulan Data ... IV-1
4.4. Sasaran Penelitian ... IV-2
DAFTAR ISI (lanjutan)
BAB HALAMAN
4.6. Alat dan Bahan ... IV-4
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data Termal ... V-1
5.2. Pengumpulan Data Personal ... V-7
5.3. Pengumpulan Data Psikologi Termal ... V-8
5.4. Pengumpulan Data Denyut Nadi ... V-11
5.5. Pengolahan Data... V-12
5.5.1. Perhitungan Web Bulb Globe Temperature
(Indeks Suhu Basah dan Bola) ... V-12
5.5.2. Pengolahan Data Psikologis Operator ... V-21
5.5.3. Uji Regresi dan Korelasi Pengaruh Ketinggian
dengan Suhu ... V-27
5.5.4. Perhitungan Pengeluaran Energi ... V-29
5.5.5. Perhitungan Predicted Mean Vote (PMV) dan
DAFTAR ISI (lanjutan)
BAB HALAMAN
VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL
6.1 Analisis Hasil Pengukuran Termal Tempat Kerja ... VI-1
6.1.1. Kondisi Termal ... VI-1
6.1.2. Wet Bulb Globe Temperature (WBGT Index) ... VI-4
6.2. Analisis Hasil Pengukuran Psikologi Operator ... VI-6
6.3. Analisis Predicted Mean Vote ... VI-20
6.4. Evaluasi Kondisi Termal Tempat Kerja ... VI-22
6.4.1. Administrative Control ... VI-22
6.4.2. Engineering Control ... VI-23
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1
7.2. Saran ... VII-4
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
3.1. Keluaran Spesifik Tubuh Manusia ... III-4
3.2. Beberapa Contoh Jenis Pakaian dengan Nilai Clo-nya ... III-5
3.3. Kategori Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirsasi, Suhu
Tubuh dan Denyut Jantung ... III-15
5.1. Rekaman Data Indikator Termal Shift 3 ... V-2
5.2. Rekaman Data Indikator Termal Shift 2 ... V-4
5.3. Rekapitulasi Data Pengukuran Suhu dengan Menggunakan
Multichannel Thermometer Shift 2 (dalam derajat celcius) ... V-7
5.4. Rekapitulasi Data Pengukuran Suhu dengan Menggunakan
Multichannel Thermometer Shift 3 (dalam derajat celcius) ... V-7
5.5. Data Personal Operator Lantai Produksi PT. Sinar Sosro
Lini 2 ... V-7
5.6. Data Sensasi Termal, Kenyamanan Termal dan
Preferensi Termal Operator Sebelum Bekerja ... V-9
5.7. Data Sensasi Termal, Kenyamanan Termal dan
DAFTAR TABEL (lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.8. Data Sensasi Aliran Udara dan Preferensi Aliran
Udara Operator Sebelum Bekerja ... V-10
5.9. Data Sensasi Aliran Udara dan Preferensi Aliran
Udara Operator Sesudah Bekerja ... V-11
5.10. Data Denyut Nadi Operator Lantai Produksi
PT. Sinar Sosro Lini 2 ... V-11
5.11. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan
Bola yang Diperkenankan ... V-12
5.12. Rekapitulasi Hasil Pengukuran dan Perhitungan
Web Bulb Globe Temperature (Indeks Suhu Basah dan Bola)
Shift 3 (16:00-24:00) ... V-13
5.13. Rekapitulasi Hasil Pengukuran dan Perhitungan
Web Bulb Globe Temperature (Indeks Suhu Basah dan Bola)
Shift 2 (08:00-16:00) ... V-17
5.14. Rekapitulasi Data Sensasi Termal Operator ... V-21
5.15. Rekapitulasi Data Kenyamanan Termal Operator ... V-22
DAFTAR TABEL (lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.17. Rekapitulasi Data Sensasi Aliran Udara Operator ... V-25
5.18. Rekapitulasi Data Preferensi Aliran Udara Operator ... V-26
5.19. Rekapitulasi Pengeluaran Energi Operator ... V-30
5.20. Parameter PMV Shift 2 ... V-31
5.21. Parameter PMV Shift 3 ... V-31
5.22. Parameter PMV Shift 2 ... V-32
5.23. Parameter PMV Shift 3 ... V-32
6.1. ISBB Rata-rata Seluruh Titik Pengukuran ... VI-4
6.2. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan
Bola yang Diperkenankan ... VI-4
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
3.1. Pertukaran Kalor dari Tubuh ke Lingkungan ... III-2
3.2. Grafik PMV Terhadap PPD ... III-12
4.1. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-5
4.2. Blok Diagram Pemecahan Masalah ... IV-6
5.1. Titik-titik Pengukuran Indikator Lingkungan Termal ... V-1
5.2. Kelembaban Relatif Shift 3 ... V-16
5.3. Kecepatan Udara Shift 3 ... V-16
5.4. Indeks Suhu Bola Basah Seluruh Titik Shift 3... V-17
5.5. Kelembaban Relatif Shift 2 ... V-20
5.6. Kecepatan Udara Shift 2 ... V-20
5.7. Indeks Suhu Bola Basah Seluruh Titik Shift 2... V-21
5.8. Grafik Sensasi Termal Rata-rata Operator ... V-22
5.9. Grafik Kenyamanan Termal Rata-rata Operator ... V-23
5.10. Grafik Preferensi Termal Rata-rata Operator ... V-24
5.11. Grafik Sensasi Aliran Udara Rata-rata Operator ... V-25
5.12. Grafik Preferensi Aliran Udara Rata-rata Operator ... V-26
5.13. Grafik Suhu Vs Ketinggian Shift 2 (08:00-16:00) ... V-27
DAFTAR GAMBAR (lanjutan)
GAMBAR HALAMAN
5.15. Grafik Suhu Vs Ketinggian ... V-29
5.16. Grafik PMV Vs PPD Shift 2 ... V-32
5.17. Grafik PMV Vs PPD Shift 3 ... V-32
6.1. Grafik Suhu Vs Ketinggian ... VI-2
6.2. Kelembaban Relatif ... VI-3
6.3. Indeks Suhu Bola Basah Seluruh Titik Shift 3... VI-5
6.4. Indeks Suhu Bola Basah Seluruh Titik Shift 2... VI-6
6.5. Grafik Psikologi Termal Operator Group 1 ... VI-6
6.6. Grafik Psikologi Termal Operator Group 2 ... VI-8
6.7. Grafik Psikologi Termal Operator Group 3 ... VI-9
6.8. Grafik Psikologi Termal Operator Group 4 ... VI-11
6.9. Grafik Psikologi Termal Operator Crater ... VI-12
6.10. Grafik Psikologi Termal Operator De-Crater ... VI-14
6.11. Grafik Psikologi Termal Operator Crate Washer ... VI-15
6.12. Grafik Psikologi Termal Operator Bottle Washer ... VI-17
6.13. Grafik Psikologi Termal Operator Filler ... VI-18
6.14. Grafik PMV Vs PPD Shift 2 ... VI-20
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
L.1. Lembar Asistensi
L.2. Surat Permohonan Tugas Sarjana
L.3. Surat Balasan PT. Sinar Sosro
L.4. Surat Keputusan
L.5. Kuesioner
L.6. Grafik Kondisi Termal
L.7. Grafik Sensasi Termal
L.8. Struktur Organisasi Perusahaan
L.9. Daftar Istilah
ABSTRAK
PT. Sinar Sosro merupakan perusahaan yang memproduksi minuman teh dalam botol. Proses produksi teh botol didapati kondisi kerja yang terpapar oleh panas. Botol yang digunakan untuk produk teh ini harus tetap berada dalam kondisi panas selama proses produksi dalam rangka menjaga higienitas produk dari pencemaran mikroba. Oleh karena itu pada lantai produksi terjadi paparan panas yang mengakibatkan ketidaknyamanan operator pada saat bekerja yang ditandai dengan kondisi fisik keringat yang berlebihan dan kondisi psikologis dari sensasi termal yang tidak nyaman.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang kondisi termal yang mendukung kenyamanan kerja operator di lantai produksi PT. Sinar Sosro. Penelitian ini memaparkan tentang kondisi termal tempat kerja serta kaitannya dengan aspek psikologis operator yang ditelusuri melalui kenyamanan termal dan aspek fisiologis operator yang ditelusuri melalui proses termoregulasi tubuh manusia. Dengan mengetahui kondisi tersebut selanjutnya diusulkan rancangan perbaikan kondisi termal yang berhubungan dengan manusia untuk meningkatkan kenyamanan operator dalam bekerja.
Hasil pengukuran termal menunjukkan nilai Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) yang berada di atas nilai ambang batas kecuali pada bagian pemaletan, hasil perhitungan Predicted Mean Vote (PMV) menunjukkan bahwa 99,9% operator tidak nyaman pada shift 3 (16:00-24:00) dan 100% operator tidak nyaman pada shift 2 (08:00-16:00).
Untuk meminimalisir ketidaknyamanan yang dialami operator dilakukan dengan cara memberikan personal ventilasi serta mengubah bahan baju dan celana dengan bahan yang memiliki daya serap yang baik dan model pakaian yang longgar sehingga dapat membantu proses penguapan keringat yang dapat menurunkan suhu tubuh sehingga operator merasa lebih nyaman.
Kata kunci: paparan panas, kenyamanan termal, lingkungan kerja
ABSTRAK
PT. Sinar Sosro merupakan perusahaan yang memproduksi minuman teh dalam botol. Proses produksi teh botol didapati kondisi kerja yang terpapar oleh panas. Botol yang digunakan untuk produk teh ini harus tetap berada dalam kondisi panas selama proses produksi dalam rangka menjaga higienitas produk dari pencemaran mikroba. Oleh karena itu pada lantai produksi terjadi paparan panas yang mengakibatkan ketidaknyamanan operator pada saat bekerja yang ditandai dengan kondisi fisik keringat yang berlebihan dan kondisi psikologis dari sensasi termal yang tidak nyaman.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang kondisi termal yang mendukung kenyamanan kerja operator di lantai produksi PT. Sinar Sosro. Penelitian ini memaparkan tentang kondisi termal tempat kerja serta kaitannya dengan aspek psikologis operator yang ditelusuri melalui kenyamanan termal dan aspek fisiologis operator yang ditelusuri melalui proses termoregulasi tubuh manusia. Dengan mengetahui kondisi tersebut selanjutnya diusulkan rancangan perbaikan kondisi termal yang berhubungan dengan manusia untuk meningkatkan kenyamanan operator dalam bekerja.
Hasil pengukuran termal menunjukkan nilai Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) yang berada di atas nilai ambang batas kecuali pada bagian pemaletan, hasil perhitungan Predicted Mean Vote (PMV) menunjukkan bahwa 99,9% operator tidak nyaman pada shift 3 (16:00-24:00) dan 100% operator tidak nyaman pada shift 2 (08:00-16:00).
Untuk meminimalisir ketidaknyamanan yang dialami operator dilakukan dengan cara memberikan personal ventilasi serta mengubah bahan baju dan celana dengan bahan yang memiliki daya serap yang baik dan model pakaian yang longgar sehingga dapat membantu proses penguapan keringat yang dapat menurunkan suhu tubuh sehingga operator merasa lebih nyaman.
Kata kunci: paparan panas, kenyamanan termal, lingkungan kerja
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja yang dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu dari aspek ligkungan fisik seperti suhu, kelembaban relatif, pergerakan udara serta dari aspek personal seperti insulasi pakaian dan jenis kegiatan.
Paparan panas (heat exposure) terjadi ketika tubuh menyerap atau memproduksi panas lebih besar daripada yang dapat diterima melalui proses regulasi termal (thermoregulation process). Peningkatan pada suhu dalam tubuh yang berlebih dapat mengakibatkan penyakit dan kematian (Parsons, 1993). Panas berlebih di tubuh baik akibat proses metabolisme tubuh maupun paparan panas dari lingkungan kerja dapat menimbulkan masalah kesehatan (heat strain) dari yang sangat ringan seperti heat rash, heat syncope, heat cramps, heat exhaustion
hingga yang serius yaitu heat stroke.
menyebabkan timbulnya masalah yang serius (OSH Departement of Labor Wellington New Zealand, 1997). Hampir seluruh organ tubuh dapat bekerja secara maksimal pada temperatur yang relatif konstan sekitar 37oC. Temperatur tubuh diluar temperatur normal, baik akibat kondisi lingkungan maupun aktivitas fisik dapat menyebabkan kerusakan jaringan-jaringan tubuh (King, 2004).
1.2. Rumusan Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi perusahaan yaitu paparan panas (heat
exposure) yang timbul di lantai produksi mengakibatkan operator merasakan
ketidaknyamanan dalam bekerja sehingga dapat menurunkan produktivitas.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah merancang kondisi termal yang mendukung kenyamanan kerja operator di lantai produksi PT. Sinar Sosro.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan usulan perbaikan terhadap kondisi termal yang dapat memberikan kenyamanan kepada para operator di lantai produksi sehingga dapat meningkatkan kinerja operator dalam pengambilan botol yang tidak sesuai dengan spesifikasi.
1.5. Batasan Masalah dan Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengukuran kondisi termal yang dilakukan pada ketujuh titik pengukuran dianggap mewakili.
1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan tugas sarjana ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan, alat dan bahan yang digunakan serta sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Dalam bab ini diuraikan sejarah perusahaan, proses produksi dan mesin-mesin yang digunakan di lantai produksi.
BAB III LANDASAN TEORI
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirnya.
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di lapangan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Bab ini memuat analisis dan pembahasan hasil dari pengolahan data dengan cara membandingkan dengan teori-teori yang ada. Disamping itu, juga diupayakan untuk memberikan perbandingan kondisi kerja yang ada dengan kondisi kerja yang diusulkan.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
PT Sinar Sosro merupakan suatu perusahaan yang memproduksi minuman
dalam kemasan botol. Adapun produk yang dihasilkan berupa teh botol sosro,
fruit tea dan prim-A. Pada proses produksi di lantai pabrik lini 2 yang
memproduksi teh botol sosro digunakan mesin-mesin seperti bottle washer, crate washer, crater, de-crater, pasteurizer dan crown filler. Dari mesin-mesin yang digunakan ditemukan beberapa mesin yang dalam prosesnya membangkitkan panas seperti bottle washer, crate washer dan pasteurizer. Rancangan lantai pabrik dirancang untuk menjaga higienitas dari produk dengan meminimalkan pergerakan udara sehingga ventilasi disediakan seminimal mungkin.
2.1. Proses Produksi
2.1.1. Bahan Produksi
Adapun bahan yang digunakan dalam proses produksi di PT. Sinar Sosro ini terbagi atas tiga jenis yaitu bahan baku, bahan penolong, dan bahan tambahan.
a. Teh Botol
digunakan adalah pasir kuarsa, karbon, dan softener pada saat proses water
treatment. Bahan tambahan yang digunakan adalah botol kaca, dan tutup
botol (crown cock). b. Fruit Tea
Bahan baku yang digunakan adalah teh hitam, gula industri, air, dan konsentrat sari buah. Bahan penolong yang digunakan adalah pasir kuarsa, karbon, dan softener pada saat proses water treatment. Bahan tambahan yang digunakan adalah botol kaca, tetrapack, kardus untuk pengepakan kemasan
tetrapack, tutup botol, dan sedotan. c. Prim-A
Bahan baku yang digunakan adalah air. Bahan penolong yang digunakan adalah pasir kuarsa, karbon, dan softener pada saat proses water treatment.
2.1.2. Uraian Proses Produksi
Uraian proses produksi untuk masing-masing produk, yakni Teh Botol,
Fruit Tea, dan air mineral Prim-A adalah sebagai berikut:
a. Teh Botol
Uraian prosesnya adalah sebagai berikut. Air tanah yang diambil dari kedalaman ± 200 m kemudian disterilkan melalui proses water treatment, yakni air disaring dengan pasir kuarsa di tanki 1, kemudian dimasukkan ke tanki 2 yang berisi karbon, setelah itu dimasukkan ke tanki 3 yang berisi
tanki. Lalu secara bersamaan air panas tersebut juga dialirkan ke tanki gula industri untuk melarutkan gula menjadi sirup gula. Setelah diseduh, teh dialirkan ke tanki filtrox untuk memisahkan ekstrak teh dari ampas teh. Dari tanki filtrox ekstrak teh dialirkan ke tanki pencampuran. Sirup gula juga kemudian dialirkan ke tanki pencampuran. Hasil campuran antara ekstrak teh dan sirup gula dinamakan teh manis cair. Kemudian teh manis cair dialirkan ke mesin filler. Botol yang telah selesai dicuci dan disterilkan serta telah diperiksa oleh mesin EBI (optiscan) dan operator, dibawa ke mesin filler
dengan belt conveyor. Kemudian teh manis cair diisi ke dalam botol dengan standar volume ± 3 ml dari head botol. Botol yang telah diisi langsung ditutup dengan crown cock yang telah disterilkan dengan penyinaran ultra violet. Setelah ditutup, botol dipindahkan ke dalam crate dan dipindahkan ke kamar karantina. Setelah selesai karantina, produk siap dipasarkan.
b. Fruit Tea
Uraian prosesnya adalah sebagai berikut. Air tanah yang diambil dari kedalaman ± 200 m kemudian disterilkan melalui proses water treatment, yakni air disaring dengan pasir kuarsa di tanki 1, kemudian dimasukkan ke tanki 2 yang berisi karbon, setelah itu dimasukkan ke tanki 3 yang berisi
diproduksi. Setelah diseduh, teh dialirkan ke tanki filtrox untuk memisahkan ekstrak teh dari ampas teh. Dari tanki filtrox ekstrak teh dialirkan ke tanki pencampuran. Sirup gula juga kemudian dialirkan ke tanki pencampuran. Hasil campuran antara ekstrak teh dan sirup gula dinamakan teh manis cair. Kemudian teh manis cair dialirkan ke mesin filler. Botol yang telah selesai dicuci dan disterilkan serta telah diperiksa oleh mesin EBI (optiscan) dan operator, dibawa ke mesin filler dengan belt conveyor. Kemudian teh manis cair diisi ke dalam botol dengan standar volume ± 3 ml dari head botol. Botol yang telah diisi langsung ditutup dengan crown cock yang telah disterilkan dengan penyinaran ultra violet. Setelah ditutup, botol dipindahkan ke dalam
crate dan dipindahkan ke kamar karantina. Setelah selesai karantina, produk siap dipasarkan.
c. Prim-A
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Definisi Kenyamanan Termal
ASHRAE 55-2004 mendefinisikan kenyamanan termal sebagai kondisi pikiran yang mengungkapkan kepuasan tertentu terhadap lingkungan termal. Berdasarkan definisi ini kenyamanan termal merupakan proses persepsi yang terdiri dari beberapa variabel input dan hasil dalam bentuk fisikal dan psikologikal. Terkait variabel input, kenyamanan termal tergantung pada empat parameter lingkungan, yakni Tdb, Tmrt, RH dan Va, dan dua parameter yang
bersifat personal yakni jenis pakaian dan jenis kegiatan. Dan sebagai hasil persepsi adalah suatu sensasi termal yang dapat diungkapkan dalam bentuk kenetralan, keterterimaan, dan preferensi terhadap kondisi termal.
3.2. Kesetimbangan Termal Tubuh Manusia
Agar tubuh berada dalam kesetimbangan termal, jumlah kalor yang diproduksi ataupun diabsorbsi harus sama dengan kalor yang dibebaskan. Sistem kontrol termoregulator tubuh akan mencoba mempertahankan kesetimbangan energi, menjaga tubuh berada pada kisaran temperatur 37°C. Hal ini melibatkan dua tipe mekanisme regulator:
1. Sistem otonomi, misalnya pengembangan pembuluh darah, produksi keringat dan menggigilnya tubuh;
2. Regulasi kebiasaan, misalnya pengaturan corak berpakaian dan tingkat perubahan aktivitas.
Gambar 3.1. Pertukaran Kalor dari Tubuh ke Lingkungan
Beragam proses yang terjadi pada Gambar 3.1.adalah:
1. Pelepasan kalor melalui evaporasi (perspirasi dan keringat) dan respirasi (“g” dalam diagram)
2. Pelepasan kalor melalui konveksi (“c” dalam diagram)
3. Pelepasan atau diperolehnya kalor melalui radiasi (matahari, yakni “a” dalam diagram serta termal, yakni “d” dan “e” dalam diagram)
3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal
Parameter-parameter yang mempengaruhi proses pertukaran kalor dari tubuh ke lingkungan merupakan hal yang paling mempengaruhi kenyamanan termal. Parameter-parameter lingkungan tersebut adalah:
1. Temperatur bola kering udara 2. Temperatur radiasi rata-rata 3. Kecepatan udara
4. Kelembaban relatif
Dan parameter-parameter lainnya adalah:
1. Tingkat aktivitas 2. Corak berpakaian 3. Umur dan jenis kelamin
4. Faktor psikologis: kemampuan untuk mengendalikan lingkungan; stres dan upaya kejiwaan
Ketidaknyaman termal lokal dapat disebabkan oleh:
1. Aliran udara, misalnya kecepatan udara lebih dari 0,15 m/s pada temperatur udara 20°C (atau lebih dari 0,1 m/s apabila berada pada punggung leher)
2. Radiasi termal yang asimetris (depan ke belakang atau kepala ke kaki) 3. Perbedaan temperatur udara vertikal
Tabel 3.1. Keluaran Spesifik Tubuh Manusia
Produksi energi dalam tubuh berlangsung terus menerus melalui proses metabolisme yang mengoksidasi makanan menjadi energi. Energi ini sebagian dikonversi menjadi kerja mekanik eksternal di mana sisanya dilepaskan sebagai kalor tubuh internal. Untuk kebanyakan aktivitas, energi yang digunakan untuk bekerja dapat diabaikan. Namun, untuk operator berat hal ini dapat meningkat sekitar 20%. Keluaran kalor spesifik tubuh manusia ditunjukkan dalam Tabel 3.1.
78% dari kalor ditransmisikan sebagai kalor sensibel dan 22% sebagai kalor laten. Untuk yang bekerja berat perbandingan antara kalor sensibel dan laten adalah sebesar 43:57. Satuan bagi keluaran kalor metabolisme biasa dinyatakan dengan met, dimana 1 met = 58 W/m2. Area yang bersesuaian adalah area permukaan tubuh (kira-kira 2 m2 bagi pria dewasa).
Temperatur permukaan tubuh dipengaruhi oleh jumlah kalor yang dipindahkan dari inti tubuh, pelepasan kalor dari tubuh, dan juga oleh nilai insulasi dari jenis pakaian. Resistensi termal dari jenis pakaian dinyatakan dalam nilai clo. Ini merupakan suatu nilai pengukuran dari perbandingan antara resistensi termal suatu jenis pakaian dengan standar 0,155 m2K/W, yang merepresentasikan standar busana kerja. Tabel 3.2 memaparkan beberapa contoh jenis pakaian dengan nilai clo-nya.
Tabel 3.2. Beberapa Contoh Jenis Pakaian dengan Nilai Clo-nya
3.4. Beberapa Definisi Temperatur
1. Temperatur udara dalam ruang (Ta); merupakan temperatur udara dengan
2. Temperatur permukaan rata-rata (Ts); merupakan temperatur rata-rata dari
area yang dibebankan (A) dari permukaan dalam ruangan.
3. Temperatur radiasi rata-rata (Tr); merupakan suatu fungsi dari area, bentuk
dan temperatur permukaan seperti yang dilihat dari suatu titik tertentu dalam ruangan; nilainya bervariasi tergantung pada faktor penglihatan antara objek dan permukaan ruang. Temperatur ini mirip dengan temperatur permukaan rata-rata pada pusat suatu ruang bervolume di mana seluruh permukaan memiliki emisivitas yang sama. Ini lazim digunakan sebagai suatu pendekatan yang baik bagi beragam bentuk ruang.
3.5. Indeks Termal bagi Kenyamanan
Beberapa indeks digunakan untuk menyatakan kenyamanan dengan suatu angka yang sederhana. Indeks-indeks tersebut digunakan guna mendesain dan menilai kinerja dari sistem tata udara.
2. Standar ISO 7730
a. Dalam standar ini kenyamanan termal didefinisikan sebagai kondisi batin yang mengungkapkan kepuasan termal dengan lingkungan termalnya. b. Standar ini merepresentasikan suatu metode bagi penentuan sensasi termal
dan derajat ketidaknyamanan (ketidakpuasan termal) manusia yang dihadapkan pada lingkungan termal rata-rata.
c. Ini juga menyatakan kondisi lingkungan yang dapat diterima bagi kenyamanan.
d. Ini berlaku pada lingkungan dalam-ruang di mana tujuan penerapannya adalah guna mencapai kenyamanan termal, atau pada lingkungan dalam ruang di mana deviasi normal dari kenyamanan terjadi.
e. ISO 7730 merekomendasikan bahwa temperatur operatif seharusnya berada pada rentang 20 sampai 24°C (yakni 22°C +/- 2°C) bagi aktivitas ringan dan diam selama kondisi musim dingin (periode penghangatan), dan temperatur operatif seharusnya berada pada rentang 23 sampai 26°C (yakni 24,5 °C +/- 1,5°C) bagi kondisi musim panas (periode penyejukan). 3. Predicted Mean Vote (PMV)
umumnya kepuasan 80% dipertimbangkan sebagai sesuatu yang dapat diterima.
b. PMV merepresentasikan ‘pilihan rata-rata terprediksi’ (pada skala sensasi termal) dari sebagian besar populasi manusia yang dihadapkan pada suatu lingkungan tertentu. PMV diturunkan dari persamaan perpindahan kalor fisika dikombinasikan dengan suatu kesesuaian empiris pada sensasi. PMV menunjukkan suatu tegangan termal (thermal stress) berdasarkan pada perpindahan kalor antara tubuh dan lingkungan dalam kondisi tunak. PMV juga memberikan suatu pilihan kenyamanan pada sejumlah tegangan tersebut.
c. Persamaan PMV hanya berlaku pada manusia yang dalam waktu lama dihadapkan dalam beragam kondisi tunak pada suatu nilai metabolisme tunak. Hukum konservasi energi memberikan persamaan kesetimbangan kalor sebagai berikut:
H : produksi kalor internal;
Ed : kalor terbuang karena difusi penguapan air melalui kulit;
Esw : kalor terbuang karena keringat;
Ere : kalor laten terbuang karena respirasi;
L : pelepasan kalor respirasi kering;
C : terbuangnya kalor oleh konveksi dari permukaan tubuh berpakaian.
PMV merupakan suatu indeks yang memprediksikan nilai rata-rata pilihan termal sebagian besar kelompok orang pada suatu skala sensasi termal tujuh titik:
d. PMV memperhitungkan parameter-parameter lingkungan (temperatur bola kering udara, temperatur radiasi rata-rata, kecepatan udara dan kelembaban relatif) bersama dengan produksi kalor karena tingkat aktivitas dan resistensi termal akibat jenis pakaian.
e. PMV dirumuskan sebagai berikut:
PMV = (0,303e-0,036M + 0,028) {(M – W) – 3,05×10-3 × [5733 – 6,99(M –W) – pa] – 0,42 × [(M – W) – 58,15] – 1,7×10-5M(5867 – pa) –
0,014M(34 – Ta) – 3,96×10-8fcl × [(Tcl + 273)4 – (Tr + 273)4] – fclhc(Tcl–
Ta)}
di mana:
Tcl = 35,7 – 0,028(M – W) - Icl{3,96×10-8fcl × [(Tcl + 273)4 – (Tr +
273)4] +fclhc(Tcl – Ta)}
hc = 2,38(Tcl – Ta)0,25 untuk 2,38(Tcl – Ta)0,25 > 12,1√var
Fcl = 1,00 + 1,290Icl untuk Icl < 0,078m2K/W
1,00 + 0,645Icl untuk Icl > 0,078m2K/W
di mana:
PMV: Predicted Mean Vote;
M: rata-rata metabolisme, dalam W/m2 dari bidang permukaan tubuh;
W: kerja eksternal, dalam W/m2, bernilai nol untuk kebanyakan aktivitas;
Icl: temperatur udara, dalam °C;
Fcl: perbandingan area permukaan tubuh seseorang ketika berpakaian
dibandingkan dengan area permukaan ketika telanjang;
Ta: temperatur udara, dalam °C;
Tr: temperatur radiasi rata-rata, dalam °C;
Var: kecepatan udara relatif (terhadap tubuh manusia), dalam m/s;
Pa: tekanan uap air parsial, dalam Pa;
Hc: temperatur permukaan dari berpakaian, dalam °C;
Tcl: temperatur permukaan pakaian, dalam °C.
g. Ini diperhitungkan bagi kondisi ketika tubuh manusia berada dalam kesetimbangan termal – terbuangnya kalor ke lingkungan diimbangi dengan produksi kalor metabolisme.
h. Indeks PMV sebaiknya hanya digunakan untuk PMV antara -2 dan 2. i. Penggunaan yang direkomendasikan berada hanya dalam rentang kondisi
berikut:
M = 46 sampai 232 W/m2 (0,8 sampai 4 met)
Icl = 0 sampai 0,310 m2K/W (0 sampai 2 clo)
Ta = 10 sampai 30°C; Tr = 10 sampai 40°C
var = 0 sampai 1 m/s (atau kurang jika aliran udara berpengaruh)
pa = 0 sampai 2700 Pa. (kelembaban relatif berada antara 30 dan 70%)
j. PMV dapat diperoleh dengan:
Persamaan di atas (membutuhkan suatu program komputer karena
kebutuhan solusi iteratif untuk memecahkan hc dan tcl).
Dengan pengukuran langsung, menggunakan sensor terintegrasi.
Dari tabel PMV untuk kombinasi berbeda dari aktivitas, tingkat
pakaian, temperatur operatif dan kecepatan udara relatif. 4. Predicted Percentage Dissatisfaction (PPD)
b. PPD merupakan persentase terprediksi ketidaknyamanan manusia pada setiap PMV. Ini merupakan suatu pengukuran dari sejumlah orang yang memiliki kecenderungan merasakan kehangatan atau kesejukan yang tidak nyaman dalam suatu lingkungan yang diberikan – misalnya orang memilih -3, -2, +2 atau +3 dalam skala PMV.
PPD = 100 – 95 × e-(0,03353×PMV^4+0,2179×PMV^2)
c. Indeks PPD memprediksikan jumlah orang yang tidak puas secara termal dalam suatu kelompok besar. Sisanya dari kelompok tersebut akan memilih -1, 0 atau +1 pada skala PMV.
d. Nilai PPD minimum adalah 5%.
e. PPD mengindikasikan rentang respon manusia. PPD terkait dengan PMV melalui Gambar 3.2.
5. Temperatur Operatif
a. Ini merupakan temperatur dari suatu bidang radiasi gelap di mana seorang penghuni akan melakukan pertukaran sejumlah kalor dengan radiasi dan konveksi sama seperti dalam lingkungan tak seragam sesungguhnya. b. Untuk kecepatan udara yang rendah (di bawah 0,2 m/s) dan di mana
temperatur radiasi rata-rata berada dalam rentang 4°C dari temperatur udara ruangan, temperatur operatif (To) mendekati rata-rata Tr dan Ta.
c. Di luar kondisi ini, atau untuk akurasi yang lebih tinggi: To = ATa + (1 – A)Tr
di mana: A = 0,5 untuk kecepatan udara rata-rata (var) < 0.2m/s; A = 0,6
untuk var antara 0,2 dan 0,6 m/s; dan A = 0,7 untuk var antara 0,6 dan 1,0
m/s.
d. Kelembaban berpengaruh kecil pada temperatur rata-rata yang mendekati kenyamanan netral.
6. Standardized Effective Temperature (SET)
aktivitas, sama seperti variabel-variabel fisis lingkungan lainnya. Nilai SET terkait langsung dengan sensasi dan tidak pada temperatur udara.
7. Kenyamanan Adaptif
Dalam analisis ISO 7730, tingkat kenyamanan diprediksi dari suatu pertimbangan atas pertukaran kalor antara manusia dan lingkungannya. Respon tersebut pada dasarnya sama setiap tahunnya – hanya perbedaan antara musim panas dan dingin yakni bahwa orang mengubah jenis pakaian mereka, menghasilkan perbedaan pada temperatur preferensi. Walaupun demikian, oleh karena kecenderungan dan ekspektasi, orang-orang dalam zona beriklim lebih hangat memilih kondisi yang lebih hangat dan begitupun sebaliknya. Saat ini telah banyak usaha guna menyempurnakan prediksi kenyamanan termal dengan memperhitungkan kemungkinan kebiasaan beradaptasi. Pendekatan terkini misalnya, telah menunjukkan bahwa penghuni gedung berventilasi alami merasa nyaman pada suatu rentang kondisi yang lebih lebar daripada penghuni gedung berunit tata udara.
3.6. Penilaian Beban Kerja Fisik
Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlikan untuk dikonsumsi. Metode pengukuran asupan oksigen terlihat lebih akurat, namun kenyataannya hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang mahal. Berikut adalah kategori beban kerja yang didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.3. Kategori Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirsasi, Suhu
Tubuh dan Denyut Jantung.
Kategori Beban
Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan sebagai berikut:
Dimana:
Y = Energi (kcal/menit)
X = Denyut Jantung (denyut/menit)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah operator yang bekerja di lantai produksi yang mengalami paparan panas yang tergabung dalam formasi A dan bekerja pada lini 2. Penelitian dilakukan pada bulan November 2009 hingga bulan Februari 2010 di PT. Sinar Sosro yang berlokasi di Jalan Medan Tanjung Morawa.
4.2. Sifat Penelitian
Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif (Deskriptif Research), yaitu penelitian yang berusaha untuk memaparkan pemecahan masalah terhadap suatu masalah yang ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. Jadi penelitian ini meliputi proses pengumpulan, penyajian, dan pengolahan data, serta analisis pemecahan masalah.
4.3. Metode Pengumpulan Data
1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk memperoleh teori-teori dan prinsip-prinsip ilmiah yang berkaitan dengan metode yang digunakan agar dapat mendukung pelaksanaan penelitian ilmiah yang dilakukan yang berasal dari buku-buku bacaan, jurnal-jurnal penelitian dan internet.
2. Observasi dan wawancara
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab secara langsung dengan staf perusahaan. Sedangkan observasi merupakan kegiatan berupa kunjungan secara berkala ke bagian yang akan diamati kegiatannya. Wawancara dan observasi awal ini bertujuan untuk mengetahui lebih jelas tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan sensasi panas yang dirasakan operator yang diakibatkan oleh paparan panas serta mempelajari metode kerja pada rotasi kerja operator dan waktunya.
4.4. Sasaran Penelitian
Sasaran dari penelitian ini meliputi:
1. Mengukur kondisi termal di lantai produksi PT. Sinar Sosro untuk mengidentifikasi lingkungan termal tempat kerja.
2. Mengetahui aspek psikologis dan fisiologis operator di lantai produksi akibat paparan panas.
4. Mengetahui tingkat performansi operator di lantai produksi.
5. Membandingkan nilai indeks paparan panas dengan standar lingkungan termal yang nyaman dan aman bagi operator (ISO 7743: 1989).
6. Menganalisis perbedaan nilai indeks paparan panas dengan standar lingkungan termal yang nyaman dan aman bagi operator (ISO 7743: 1989) untuk memperoleh penyebab terjadinya bahaya kerja akibat paparan panas.
7. Melakukan evaluasi dengan administrative control dan engineering control
untuk menyelesaikan permasalahan operator di perusahaan akibat paparan panas.
4.5. Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder yaitu sebagai berikut:
1. Data primer
Merupakan data yang dikumpulkan melalui pengukuran dan pengamatan langsung. Data primer yang dikumpulkan berupa:
b. Data dari pengukuran psikologi yaitu: sensasi termal, kenyamanan termal, preferensi kondisi termal, sensasi aliran udara dan preferensi aliran udara operator.
c. Data dari pengukuran fisiologi yaitu: denyut jantung, berat badan, umur, jenis kelamin dan tinggi badan.
2. Data sekunder
Merupakan data yang dikumpulkan dengan mencatat data dan informasi dari laporan-laporan perusahaan yang ada atau dengan cara mereview laporan tersebut yang mencakup:
a. Data material bangunan, ventilasi, mesin-mesin dan pencahayaan lantai produksi perusahaan.
b. Data kecacatan produk.
c. Jenis dan bahan baju, jenis dan bahan celana, jenis dan bahan sepatu operator.
d. Jenis dan Bahan APD (Alat Pelindung Diri) operator.
4.6. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
2. Thermo-Hygrometer yang berfungsi untuk mengukur kelembaban relatif udara.
3. Black Globe Thermometer yang berfungsi untuk mengukur suhu bola kering, suhu bola basah dan suhu bola.
4. Anemometeryang berfungsi mengukur kecepatan udara.
5. Blood Pressure Monitor yang berfungsi untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi operator.
6. Timbangan badan yang berfungsi mengukur massa operator. 7. Meteran yang berfungsi untuk mengukur luasan tempat kerja.
8. Kuesioner pribadi (personal questionnairre) yang digunakan untuk mendapatkan informasi pribadi mengenai operator dan psikologi termal operator.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Kertas Gulung digunakan sebagai media hasil rekaman suhu dari data logger.
2. Tinta Epson ERC-105 digunakan untuk mencetak hasil rekaman suhu dari
data logger.
3. Kertas Alumunium Foil digunakan untuk mereduksi pengaruh paparan panas dari konveksi pada sensor data logger.
4. Bola Ping-pong hitam digunakan untuk mereduksi pengaruh paparan panas akibat radiasi dan konveksi pada sensor data logger.
Perumusan Masalah: - Ketidaknyamanan operator - Produktivitas kerja menurun
Latar Belakang Masalah: - Kondisi lantai produksi yang terpapar oleh panas - Paparan panas menyebabkan heat stress - Heat stress menyebabkan ketidaknyaman operator
- Ketidaknyaman operator menyebabkan menurunnya kinerja operator - Penurunan kinerja operator menyebabkan penurunan produktivitas
Tujuan Penelitian:
Merancang kondisi tempat kerja yang dapat memberikan kenyamanan kepada para
operator di lantai produksi PT. Sinar Sosro
PMV Thermal Ratio Index WBGT Analisis dan Evaluasi:
Membandingkan kondisi termal dengan standar lingkungan termal menurut ISO 7730 dan ASHRAE
Menganalisa penyebab perbedaan kondisi termal dengan standar lingkungan termal
Melakukan administrative control dan engineering control untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan termal
Pengumpulan dan Pengolahan Data: Sasaran Penelitian:
Mengukur kondisi termal di lantai produksi PT. Sinar Sosro untuk mengidentifikasi lingkungan termal tempat kerja
Mengetahui aspek psikologis dan fisiologis operator di lantai produksi akibat paparan panas
Membandingkan kondisi termal di lantai produksi dengan kondisi psikologis operator Mengetahui tingkat performansi operator di lantai produksi
Membandingkan nilai indeks paparan panas dengan standar lingkungan termal yang nyaman dan aman bagi operator (ISO 7743: 1989)
Menganalisis perbedaan nilai indeks paparan panas dengan standar lingkungan termal yang nyaman dan aman bagi operator (ISO 7743: 1989) untuk memperoleh penyebab terjadinya bahaya kerja akibat paparan panas
Melakukan evaluasi dengan administrative control dan engineering control untuk menyelesaikan permasalahan operator di perusahaan akibat paparan panas
Kesimpulan dan Saran
Kuesioner Penelitian Lingkungan Termal
KUESIONER PENELITIAN
Harap diisi dengan data yang sebenar-benarnya Nama Pekerja :
Kondisi Fisik :Sehat Tidak Sehat
Identifikasi Kondisi Termal Lingkungan Kerja Sebelum Bekerja
1. Sensasi termal seperti apa yang saat ini anda rasakan?
-3 -2 -1 0 1 2 3
Dingin Sejuk Sedikit Sejuk
Netral Sedikit Hangat
Hangat Panas
2. Bagaimana kondisi termal yang saat ini anda rasakan?
3 2
1 0
Nyaman Sedikit Tidak Nyaman
Tidak Nyaman
Sangat Tidak Nyaman
3. Apa yang anda harapkan dari kondisi termal saat ini?
4. Bagaimana kondisi aliran udara yang saat ini anda
eerasakan?
5. Apa yang anda harapkan dari kondisi aliran udara saat
aaini?
Identifikasi Kelelahan Fisik pada Kondisi Termal Lingkungan Kerja Sebelum Bekerja
2. Bahu
Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah
3 2
1 0
Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah
3 2
1 0
Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah
3 2
1 0
Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah
Bahan Baju : Jenis Sepatu :
Identifikasi Kondisi Termal Lingkungan Kerja Sesudah Bekerja
1. Sensasi termal seperti apa yang saat ini anda rasakan?
-3 -2 -1 0 1 2 3
Dingin Sejuk Sedikit Sejuk
Netral Sedikit Hangat
Hangat Panas
2. Bagaimana kondisi termal yang saat ini anda rasakan?
3 2
1 0
Nyaman Sedikit Tidak Nyaman
Tidak Nyaman
Sangat Tidak Nyaman
3. Apa yang anda harapkan dari kondisi termal saat ini?
4. Bagaimana kondisi aliran udara yang saat ini anda
eerasakan?
5. Apa yang anda harapkan dari kondisi aliran udara saat
aaini?
Identifikasi Kelelahan Fisik pada Kondisi Termal Lingkungan Kerja Sesudah Bekerja
2. Bahu
Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah
3 2
1 0
Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah
3 2
1 0
Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah
3 2
1 0
Tidak Lelah Sedikit Lelah Lelah Sangat Lelah
Denyut Nadi Sesudah Bekerja: denyut/menit Denyut Nadi Sebelum Bekerja: denyut/menit
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data Termal
Pengukuran indikator lingkungan termal dilakukan pada 7 titik yang berbeda disesuaikan dengan posisi paling dekat dengan operator pada saat bekerja. Tataletak titik-titik pengukuran dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Pengukuran pada setiap titik dilakukan pada rentang waktu selama satu
jam untuk satu kali pengukuran. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran yaitu Thermo-hygrometer untuk mengukur kelembaban relatif; Anemometer untuk mengukur kecepatan udara; Black Globe Thermometer untuk mengukur suhu bola basah, suhu bola kering dan suhu bola; serta Multichannel Thermometer untuk mengukur suhu udara dan suhu permukaan.
Rekapitulasi data kelembaban relatif, kecepatan udara, suhu kering, suhu basah dan suhu bola di dalam dan luar ruangan lantai produksi lini 2 PT. Sinar Sosro dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2.
Tabel 5.1. Rekaman Data Indikator Termal Shift 3
Titik 1
Jam Kelembaban Relatif (%)
16:00‐17:00 51.6 0 32.5 37.2 37.3
Jam Kelembaban Relatif (%)
19:00‐20:00 61.2 0 30.1 36.5 37.3
Jam Kelembaban Relatif (%)
21:00‐22:00 53.2 0 29.2 35.6 37.1
22:00‐23:00 52.8 0 29.4 34.5 37.1
23:00‐24:00 54.6 0 28.2 34.5 37.5
Titik 7
Jam Kelembaban Relatif (%)
12:00‐13:00 55.3 0 29 34.8 37.7
13:00‐14:00 59.6 0 29.7 36.2 37.5
14:00‐15:00 59.6 0 30 36.3 37.2
15:00‐16:00 57 0 32.2 36.8 37.4
Titik 2
Jam Kelembaban Relatif (%)
14:00‐15:00 59.1 0 29.3 36 37.1
15:00‐16:00 57.5 0 32 36.6 37.1
Titik 4
Jam Kelembaban Relatif (%)
Titik 6
Jam Kelembaban Relatif (%)
Rekapitulasi rata-rata data pengukuran suhu dengan menggunakan multichannel thermometer dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan Tabel 5.4.
Tabel 5.3. Rekapitulasi Data Pengukuran Suhu Rata-rata dengan
Menggunakan Multichannel Thermometer Shift 2 (dalam derajat celcius)
Jam
Ketinggian (meter)
0.1 0.5 1.1 2 2.5 4 5.7 1.1
(globe)
5.7 (globe)
Rata‐rata 36.12 36.96 37.51 38.18 39.43 41.07 40.07 40.39 40.54
Tabel 5.4. Rekapitulasi Data Pengukuran Suhu Rata-rata dengan
Menggunakan Multichannel Thermometer Shift 3 (dalam derajat celcius)
Jam
Ketinggian (meter)
0.1 0.5 1.1 2 2.5 4 5.7 1.1
(globe)
5.7 (globe)
Rata‐rata 33.83 35.13 35.29 35.48 36.53 38.20 37.49 37.45 37.07
5.2. Pengumpulan Data Personal
Pada lantai produksi lini 2 formasi A terdapat 20 orang operator selain operator bagian kitchen. Pembagian pekerjaan terdiri dari: 3 orang pada masing-masing 4 group selektor, 1 orang crater, 1 orang de-crater, 1 orang crate washer, 3 orang bottle washer dan 2 orang filler.
Keterangan: SS Jenis sepatu safety
-- Selain SS
Pakaian seragam yang digunakan operator dengan jenis t-shirt dan celana panjang. Selain itu operator memakai celana dalam dan kaos kaki.
Adapun Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan operator seperti sarung tangan, katup telinga dan penutup kepala.
5.3. Pengumpulan Data Psikologi Termal
Rekapitulasi data Sensasi Termal, Kenyamanan Termal dan Preferensi Termal dapat dilihat pada Tabel 5.6 dan Tabel 5.7 sedangkan rekapitulasi data Sensasi Aliran Udara dan Preferensi Aliran Udara operator dapat dilihat pada Tabel 5.8 dan Tabel 5.9.
Tabel 5.6. Data Sensasi Termal, Kenyamanan Termal dan Preferensi Termal
Operator Sebelum Bekerja
Tabel 5.6. Data Sensasi Termal, Kenyamanan Termal dan Preferensi Termal
Operator Sebelum Bekerja (lanjutan)
Tabel 5.7. Data Sensasi Termal, Kenyamanan Termal dan Preferensi Termal
Operator Sesudah Bekerja
5.4. Pengumpulan Data Denyut Nadi
Data denyut nadi operator lantai produksi PT. Sinar Sosro Lini 2 sebelum dan sesudah bekerja dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Data Denyut Nadi Operator Lantai Produksi
PT. Sinar Sosro Lini 2
No. Nama
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Tabel 5.10. Data Denyut Nadi Operator Lantai Produksi
PT. Sinar Sosro Lini 2 (lanjutan)
No. Nama
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
11 Operator 11 36 50 75 78 74 73
5.5. Pengolahan Data
5.5.1. Perhitungan Web Bulb Globe Temperature (Indeks Suhu Basah dan
Tabel 5.11. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
yang Diperkenankan
Sumber: KEP.51/MEN/1999
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi:
ISBB : 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas
radiasi :
ISBB : 0,7 suhu basah alami + 0,3 suhu bola
Catatan :
1. Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 – 200 Kilo kalori/jam
2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori >200 – 350 Kilo kalori/jam
Sebagai contoh perhitungan ISBB di titik 1 pada jam 16:00 adalah sebagai berikut:
ISBB = (0,7 x 32,6) + (0,3 x 37,4) = 34,04 0C
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas dapat diperoleh nilai ISBB
pada waktu dan titik yang berbeda pada Tabel 5.12 dan Tabel 5.13.
Tabel 5.12. Rekapitulasi Hasil Pengukuran dan Perhitungan Web Bulb Globe
Temperature (Indeks Suhu Basah dan Bola) Shift 3 (16:00-24:00)
Titik 1
Jam Kelembaban Relatif (%)
17:00‐18:00 54.2 0 31.3 36.5 37.4 33.13
Jam Kelembaban Relatif (%)
19:00‐20:00 61.2 0 30.1 36.5 37.3 32.26
Jam Kelembaban Relatif (%)
21:00‐22:00 53.2 0 29.2 35.6 37.1 31.57
22:00‐23:00 52.8 0 29.4 34.5 37.1 31.71
23:00‐24:00 54.6 0 28.2 34.5 37.5 30.99
Titik 7
Jam Kelembaban Relatif (%)
Gambar 5.3. Kecepatan Udara Shift 3
Tabel 5.13. Rekapitulasi Hasil Pengukuran dan Perhitungan Web Bulb Globe
Temperature (Indeks Suhu Basah dan Bola) Shift 2 (08:00-16:00)
Titik 1
Jam Kelembaban Relatif (%)
Titik 3
Jam Kelembaban Relatif (%)
Jam Kelembaban Relatif (%)
Relatif (%) (m/s) (0C) (0C) Bola (0C) (0C)
Jam Kelembaban Relatif (%)
09:00‐10:00 57.5 0.22 27 33.3 37.4 30.12
10:00‐11:00 57.2 0.3 27.4 33 36.8 30.22
11:00‐12:00 53.2 0.14 27.1 33.4 37.3 30.16
12:00‐13:00 53.6 0.17 27 33.6 37.6 30.18
13:00‐14:00 57.9 0.13 27.7 35 37.4 30.61
14:00‐15:00 57.9 0.24 28 35.1 37.1 30.73
15:00‐16:00 55.3 0.33 30.2 35.6 37.3 32.33
Gambar 5.5. Kelembaban Relatif Shift 2
Gambar 5.6. Kecepatan Udara Shift 2
Gambar 5.7. Indeks Suhu Bola Basah Seluruh Titik Shift 2
5.5.2. Pengolahan Data Psikologis Operator
Tabel 5.14. Rekapitulasi Data Sensasi Termal Operator
Nama Jabatan
Sensasi Termal
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Shift3 Shift3 Shift2 Shift2
Operator 1 Group 1 1 ‐1 ‐1 3
Operator 2 Group 1 3 2 2 3
Operator 3 Group 1 3 0 2 3
Operator 4 Group 2 2 3 0 3
Operator 5 Group 2 2 2 0 1
Operator 6 Group 2 1 2 2 3
Operator 7 Group 3 2 2 1 2
Operator 8 Group 3 3 3 1 2
Operator 9 Group 3 3 0 0 2
Operator 10 Group 4 2 0 0 2
Operator 11 Group 4 1 2 2 3
Operator 12 Group 4 2 3 0 0
Operator 13 Crater 3 1 0 3
Operator 14 De‐Crater 2 3 3 3
Operator 15 Crate Washer 2 2 0 3
Operator 16 Bottle Washer 2 2 0 2
Tabel 5.14. Rekapitulasi Data Sensasi Termal Operator (lanjutan)
Nama Jabatan
Sensasi Termal
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Shift3 Shift3 Shift2 Shift2
Operator 17 Bottle Washer 3 2 3 3
Operator 18 Bottle Washer 3 1 2 2
Operator 19 Filler 2 2 3 2
Operator 20 Filler 3 3 3 3
Rata‐rata vote 2.25 1.7 1.15 2.4
Tabel 5.15. Rekapitulasi Data Kenyamanan Termal Operator
Nama Jabatan
Kenyamanan Termal
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Shift3 Shift3 Shift2 Shift2
Operator 1 Group 1 1 0 1 3
Operator 2 Group 1 2 0 3 2
Operator 3 Group 1 1 0 3 2
Operator 4 Group 2 1 2 2 2
Operator 5 Group 2 2 1 2 0
Operator 6 Group 2 1 1 1 3
Operator 7 Group 3 1 1 2 3
Operator 8 Group 3 1 1 3 1
Operator 9 Group 3 1 1 3 3
Operator 10 Group 4 1 0 3 1
Tabel 5.15. Rekapitulasi Data Kenyamanan Termal Operator (lanjutan)
Nama Jabatan
Kenyamanan Termal
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Shift3 Shift3 Shift2 Shift2
Operator 12 Group 4 1 0 1 0
Operator 13 Crater 1 0 3 2
Operator 14 De‐Crater 2 2 1 2
Operator 15 Crate Washer 1 1 2 2
Operator 16 Bottle Washer 2 2 2 3
Operator 17 Bottle Washer 2 1 1 2
Operator 18 Bottle Washer 2 2 3 2
Operator 19 Filler 3 0 1 3
Operator 20 Filler 2 0 3 2
Rata‐rata vote 1.4 0.75 2.1 2
Tabel 5.16. Rekapitulasi Data Preferensi Termal Operator
Nama Jabatan
Preferensi Termal
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Shift3 Shift3 Shift2 Shift2
Operator 1 Group 1 0 0 1 1
Operator 2 Group 1 1 0 2 2
Operator 3 Group 1 2 0 2 2
Operator 4 Group 2 2 0 0 1
Tabel 5.16. Rekapitulasi Data Preferensi Termal Operator (lanjutan)
Nama Jabatan
Preferensi Termal
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Shift3 Shift3 Shift2 Shift2
Operator 5 Group 2 2 0 1 1
Operator 6 Group 2 2 0 2 2
Operator 7 Group 3 2 0 2 2
Operator 8 Group 3 2 1 2 2
Operator 9 Group 3 1 1 0 0
Operator 10 Group 4 1 1 1 1
Operator 11 Group 4 1 0 1 1
Operator 12 Group 4 1 1 2 2
Operator 13 Crater 1 1 2 1
Operator 14 De‐Crater 1 2 0 0
Operator 15 Crate Washer 1 2 1 1
Operator 16 Bottle Washer 1 1 1 1
Operator 17 Bottle Washer 2 0 0 0
Operator 18 Bottle Washer 2 0 2 1
Operator 19 Filler 0 2 2 2
Operator 20 Filler 0 1 0 0
Rata‐rata vote 1.25 0.65 1.2 1.15
Tabel 5.17. Rekapitulasi Data Sensasi Aliran Udara Operator
Nama Jabatan
Sensasi Aliran Udara
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Shift3 Shift3 Shift2 Shift2
Tabel 5.18. Rekapitulasi Data Preferensi Aliran Udara Operator
Nama Jabatan
Preferensi Aliran Udara
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Shift3 Shift3 Shift2 Shift2
5.5.3. Uji Regresi dan Korelasi Pengaruh Ketinggian dengan Suhu
Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh faktor ketinggian terhadap suhu di lantai produksi serta untuk mengetahui pola fluktuasi suhu akibat perbedaan ketinggian dilakukan uji regresi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Software SPSS 13. Adapun variabel bebas yang digunakan yaitu ketinggian sedangkan untuk variabel terikat yaitu suhu.
1. Output Hasil Uji Regresi dengan Software SPSS 13 pada shift 2
(08:00-16:00)
Statistik Deskripsi
Mean Std. Deviasi N
Suhu shift 2 38.4776 1.78191 7
Ketinggian 2.2714 2.00392 7
Korelasi
0.895
Regresi
a B
36,670 0,796
IV-97
Gambar 5.13. Grafik Suhu Vs Ketinggian Shift 2 (08:00-16:00)
Dari pengujian data suhu dan ketinggian pada shift 2 dengan menggunakan
Software SPSS 13 diperoleh nilai korelasi 0,895 dan bentuk regresi 36,67+0,796x. Artinya ada pengaruh yang kuat dari ketinggian terhadap suhu.
2. Output Hasil Uji Regresi dengan Software SPSS 13 pada shift 3
(16:00-24:00)
Statistik Deskripsi
Mean Std. Deviasi N
Suhu shift 3 35.9913 1.50429 7
Ketinggian 2.2714 2.00392 7
Korelasi
Perbandingan Ketinggian dengan Suhu Rata-rata Shift 2 (08:00-16:00)
IV-98
Gambar 5.14. Grafik Suhu Vs Ketinggian Shift 3 (16:00-24:00)
Dari pengujian data suhu dan ketinggian pada shift 3 dengan menggunakan
Software SPSS 13 diperoleh nilai korelasi 0,899 dan bentuk regresi 34,45+0,675x. Artinya ada pengaruh yang kuat dari ketinggian terhadap suhu.
Perbandingan Ketinggian dengan Suhu Rata-rata Shift 3 (17:00-24:00)
IV-99
Gambar 5.15. Grafik Suhu Vs Ketinggian
5.5.4. Perhitungan Pengeluaran Energi
Bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah:
Y = 1,80411-0,0229038x+4,71711.10-4x2
Y = Pengeluaran energi (kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung (denyut/menit)
Sebagai contoh perhitungan pengeluaran energi operator 1 shift 2:
Y = 1,80411-0,0229038(74)+4,71711.10-4 (74)2
Y = 2,69 kkal/menit Y = 161,4 kkal/jam
Dengan cara perhitungan yang sama dilakukan terhadap data seluruh operator sehingga diperoleh hasil pengeluaran energi pada Tabel 5.19.
Perbandingan Suhu antara Shift 2 (08:00-16:00) dengan Shift 3 (16:00-24:00)
32
) Suhu rata-rata shift 2 (derajat
celcius)
Suhu globe shift 2 (derajat celcius)
Suhu rata-rata shift 3 (derajat celcius)
IV-100
Tabel 5.19. Rekapitulasi Pengeluaran Energi Operator
IV-101
5.5.5. Perhitungan Predicted Mean Vote (PMV) dan Predicted Percentage
Dissatisfied (PPD)
Untuk melakukan perhitungan PMV dan PPD diperlukan beberapa faktor yang mempengaruhi pertukaran panas yaitu dari parameter lingkungan fisik seperti suhu udara, suhu radian rata-rata, kelembaban relatif dan kecepatan udara serta dari parameter personal operator seperti insulasi pakaian dan metabolic rate.
Nilai insulasi pakaian (clo) operator yang mengenakan baju jenis kaos lengan pendek berkerah, celana panjang, celana dalam, kaos kaki dan sepatu adalah 0.5 clo berdasarkan ISO 9920-1990 (1990). Sedangkan metabolic rate
untuk operator dengan beban kerja yang tergolong ringan-sedang dengan aktivitas industri yang tergolong ringan adalah 1.6 met berdasarkan ISO 7730-1994 (1994).
Selanjutnya perhitungan PMV dilakukan dengan menggunakan formulasi
Software Ms. Excel yang dirancang oleh Håkan Nilsson dari Departemen
Teknologi dan Lingkungan Bangunan, Laboratorium Ventilasi dan Kualitas Udara University of Gävle.
Tabel 5.20. Parameter PMV Shift 2
Parameter Input
Clothing (clo) 0.50
Air temp. (°C) 38.5
Mean radiant temp. (°C) 40.0
Activity (met) 1.6
Air speed (m/s) 0.00
IV-102
Tabel 5.21. Parameter PMV Shift 3
Parameter Input
Clothing (clo) 0.50
Air temp. (°C) 36.0
Mean radiant temp. (°C) 37.4
Activity (met) 1.6
Air speed (m/s) 0.00
Relative humidity (%) 55.7
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh hasil keluaran PMV dan PPD pada Tabel 5.22 dan Tabel 5.23.
Tabel 5.22. Parameter PMV Shift 2
Parameter Output
Operative temp. (°C) 39.25 oC
PMV 4.1
PPD 100.0 %