• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

6.4. Evaluasi Kondisi Termal Tempat Kerja

6.4.2. Engineering Control

Engineering Control seharusnya menjadi pilihan pertama untuk

mengurangi atau menghilangkan resiko akibat paparan panas. Walaupun pada permulaannya biaya dari Engineering Control terlihat tinggi tetapi telah ditemukan bahwa implementasi biaya tersebut sering diimbangi oleh peningkatan produktivitas dengan mengurangi ketidakhadiran dan meningkatkan motivasi kerja operator.

Untuk menyesuaikan lingkungan termal fisik dengan kenyamanan operator memang cukup sulit karena lingkungan termal yang panas dibutuhkan oleh perusahaan dan tidak diharapkan operator karena merasa tidak nyaman. Suhu dan kelembaban sulit untuk diatur tetapi ada banyak cara untuk meningkatkan pergerakan udara, akan tetapi untuk menghindari pencemaran terhadap produk menjadi pembatas dalam pemilihan. Pada lantai produksi PT Sinar Sosro untuk menjaga kehigienisan dari produk tidak diharapkan pergerakan udara yang terlalu besar karena dikhawatirkan menurunkan kualitas produk.

Meningkatnya suhu dalam tubuh dan suhu darah akan menyebabkan impuls ke otak atau hypothalamus, selanjutnya terjadi vasolidatasi dari pembuluh darah di kulit sehingga bila suhu makin panas maka suhu panas akan keluar melalui kulit, kelenjar keringat akan lebih aktif dan terjadi peningkatan evaporasi atau pembuangan panas sehingga suhu tubuh akan turun.

Apabila suhu terus menerus meningkat maka terjadi respon dalam tubuh dengan pengeluaran keringat dan pernapasan akan meningkat juga, oksigen akan

IV-128

lebih banyak dibutuhkan dan bila terjadi terus menerus maka otot akan kekurangan oksigen dan terjadi kelelahan otot sehingga kelelahan tersebut dapat menurunkan ketangkasan operator dalam gerak.

Untuk mengatasi hal ini maka perusahaan dapat menyediakan personal ventilasi berupa saluran udara melalui selang yang mampu mengalirkan udara yang dapat menyuplai oksigen dan menyegarkan operator karena mampu membantu proses penguapan keringat dan operator tidak akan kekurangan oksigen sehingga dapat mengurangi resiko kelelahan pada otot akibat akumulasi asam laktat hasil metabolisme tubuh dan merasa nyaman serta tidak perlu mengipas dengan tangannya karena dapat menurunkan produktivitas kerja. Personal ventilasi sebaiknya dirancang tidak mengalirkan udara secara kontinyu karena dapat menganggu proses kesetimbangan termal dalam tubuh.

Pelatihan pernapasan juga sangat baik dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tubuh operator dalam menyerap dan menyimpan oksigen sehingga akan mengurangi resiko sesak nafas akibat kurangnya oksigen di lantai produksi. Hal ini sudah dilakukan oleh pihak perusahaan melalui penyediaan latihan pencak silat merpati putih yang menitikberatkan pada pelatihan pernafasan, namun belum semua operator yang mengikuti pelatihan ini.

Ada beberapa metode dalam pengendalian yang dapat digunakan yaitu:

1. Pengendalian Pekerjaan

Batasi durasi waktu dimana operator terpapar oleh panas yang lebih tinggi dengan cara merancang ulang waktu rotasi dari seluruh operator. Kondisi

IV-129

saat ini rotasi operator berlangsung dengan waktu 30 menit kerja 30 menit istirahat pada operator selektor; rotasi pada operator bottle washer

dilakukan dengan pembagian sekurang-kurangnya 3 jam dalam satu hari kerja di dekat bagian dari mesin yang mengeluarkan panas yang lebih tinggi yaitu di bagian masuknya botol kotor; pada operator crate washer, filler, crater dan de-crater tidak dilakukan rotasi. Dari kondisi rotasi kerja ini yang selanjutnya harus dievaluasi untuk merancang sistem rotasi kerja yang lebih baik lagi baik dari segi waktu maupun jumlah pekerjaan yang dilakukan.

2. Pengendalian Pakaian

a. Pastikan bahwa para operator tidak menggunakan APD lebih dari yang dibutuhkan karena dapat mempengaruhi proses pengeluaran keringat dari dalam tubuh.

b. Evaluasi alternatif rancangan pakaian seragam kerja seperti menghilangkan kerah pada seragam yang ada saat ini untuk meningkatkan kenyamanan di bagian leher (leher merupakan bagian tubuh paling sensitif terhadap suhu luar tubuh), material yang baru untuk baju dan celana panjang yang memiliki tingkat permeabilitas yang lebih tinggi sehingga mampu menyerap keringat seperti pemilihan bahan katun untuk baju dan celana. Diusahakan juga jenis baju dan celana yang longgar yang membantu proses penguapan keringat.

IV-130

c. Penggunaan sepatu safety yang baik yang memiliki rongga untuk membantu pengeluaran panas yang dibangkitkan dari kaki serta kaos kaki yang memiliki tingkatan daya serap yang baik. Tapak sepatu dipilih dari bahan yang memiliki konduktivitas rendah seperti karet dengan ketebalan sekitar 5 cm untuk mengurangi perpindahan panas dari lantai (sekitar 37 derajat celcius) ke kaki.

3. Izinkan kepada para operator untuk membuat penyesuaian tingkah laku

a. Jika mungkin, hilangkan seluruh batasan yang mungkin membatasi operator dari membuat penyesuaian kecil terhadap pakaian dan aktivitas kerja mereka.

b. Sediakan area pemanasan (warming up) atau pendinginan (cooling down) sebagai sarana penyesuaian tubuh operator terhadap perubahan iklim kerja.

c. Sediakan personal ventilasi.

4. Perlindungan kepada operator

a. Sediakan pakaian khusus yang sesuai dan peralatan yang sesuai (seperti tempat personal ventilasi)

b. Lakukan pelatihan pernafasan yang baik.

5. Pengawasan kepada operator

a. Sediakan pengawasan yang tepat

IV-131

Panduan kepada pihak perusahaan dalam mengatur kenyamanan termal di tempat kerja akibat paparan panas:

1. Menyediakan penyegar udara berupa personal ventilasi untuk operator. 2. Menyediakan fasilitas tambahan seperti dispenser air di tempat kerja (air

lebih baik daripada minuman yang mengandung kafein dan karbonasi). Hal ini sangat dibutuhkan karena pada kondisi saat ini hanya ada dua tempat minum yang jaraknya cukup jauh. Dengan menyediakan tambahan tempat minum yang lebih dekat dengan operator diharapkan waktu yang dibutuhkan operator untuk mengembalikan panas inti tubuh dengan cara minum air menjadi lebih singkat sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Sebaiknya jenis minuman yang disediakan berupa air putih dan hindari jenis minuman yang mengandung kafein dan minuman berkarbonasi karena dapat menyebabkan dehidrasi.

3. Menyediakan permen kepada operator yang akan membantu operator dalam memperoleh energi tambahan dari gula dalam permen melalui proses glikogenesis yang mengurai gula dalam permen menjadi ATP (adenosin tri phospate), selanjutnya ATP diurai menjadi ADP (adenosin di phospate) dan oksigen. Oksigen hasil penguraian inilah yang selanjutnya akan membantu proses metabolisme untuk menghasilkan energi.

4. Memperkenalkan sistem formal dari pekerjaan untuk membatasi tekanan seperti: pola bekerja yang flexibel, rotasi kerja, rotasi stasiun kerja, dan lain-lain.

IV-132

5. Mengizinkan waktu jeda yang cukup untuk para operator agar dapat minum atau pendinginan (cooling down)

6. Menyantaikan jenis pakaian formal, tetapi harus menjamin ketersediaan APD dan penggunaannya jika dibutuhkan.

IV-133

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Kondisi Termal merupakan kondisi lingkungan tempat kerja yang dipengaruhi dari beberapa aspek seperti suhu, pergerakan udara dan kelembaban relatif. Pemaparan mengenai kondisi termal sebagi berikut:

a. Kondisi aktual ISBB di lantai produksi PT. Sinar Sosro lini 2 pada pukul

08.00-24.00 berada di atas standar KEP.51/MEN/1999 tentang iklim

tempat kerja (pada rentang 29.4-31.4oC) kecuali pada pengukuran di titik 7

yang berada di luar area lantai produksi yaitu di bagian pemaletan.

b. Kelembaban relatif pada shift 3 dan shift 2 relatif konstan, tetapi pada shift

3 kelembaban relatif meningkat pada pukul 19.00-20.00 sedangkan pada shift 2 kelembaban relatif menurun pada pukul 11.00-13.00. Hal ini terjadi karena pada jam-jam tersebut merupakan jam istirahat makan sehingga banyak operator yang keluar dan masuk ke lantai produksi yang menyebabkan terjadinya pertukaran udara panas pada shift 2 dan pertukaran udara dingin pada shift 3 dari luar ke dalam lantai produksi.

2. Kondisi Psikologis merupakan suatu kondisi yang dirasakan oleh operator yang sifatnya subjektif. Kondisi psikologis ini meliputi sensasi termal yang dirasakan oleh operator seperti:

IV-134

a. Kondisi lingkungan yang panas dirasakan 85% operator pada jam awal kerja dan 70% operator pada jam akhir kerja pada shift 3 serta 45% operator pada jam awal kerja dan 90% operator pada jam akhir kerja pada shift 2. Secara umum sensasi termal pada seluruh operator pada shift 2 meningkat dari jam awal kerja hingga jam akhir kerja sedangkan sensasi termal pada shift 3 secara umum menurun dari jam awal kerja hingga jam akhir kerja.

b. 95% operator pada jam awal kerja dan 55% operator pada jam akhir kerja pada shift 3 merasakan ketidaknyamanan di tempat kerja sama halnya pada shift 2 100% operator pada jam awal kerja dan 90% operator pada jam akhir kerja merasakan ketidaknyamanan di tempat kerja.

c. 85% operator pada jam awal kerja dan 50% operator pada jam akhir kerja pada shift 2 menginginkan kondisi tempat kerja yang lebih sejuk dan jauh lebih sejuk sama halnya pada shift 2 75% operator pada jam awal kerja dan 80% operator pada jam akhir kerja menginginkan kondisi tempat kerja yang lebih sejuk dan jauh lebih sejuk.

d. 65% operator pada jam awal kerja dan 80% operator pada jam akhir kerja pada shift 2 merasakan adanya pergerakan udara sama halnya pada shift 2 60% operator pada jam awal kerja dan 65% operator pada jam akhir kerja merasakan adanya pergerakan udara.

e. 55% operator pada jam awal kerja dan 65% operator pada jam akhir kerja pada shift 2 menginginkan pergerakan udara yang lebih berangin sama

IV-135

halnya pada shift 2 95% operator pada jam awal kerja dan 95% operator pada jam akhir kerja menginginkan pergerakan udara yang lebih berangin. 3. Kenaikan ISBB dari jam awal kerja hingga jam akhir kerja pada shift 2

mempengaruhi sensasi termal yang juga meningkat dari jam awal kerja hingga jam akhir kerja sebaliknya penurunan ISBB dari jam awal kerja hingga jam akhir kerja pada shift 3 mempengaruhi sensasi termal yang juga menurun dari jam awal kerja hingga jam akhir kerja.

4. Untuk meningkatkan kenyamanan operator dapat dilakukan dengan cara memberikan personal ventilasi yang dapat mengalirkan udara segar hanya di sekitar operator serta mengubah model pakaian dengan menghilangkan kerah dan mengganti bahan baju dan celana menjadi katun yang memiliki daya serap yang baik dengan model loggar untuk memperkecil nilai insulasi pakaian sehingga membantu proses penguapan keringat yang dapat membantu menurunkan suhu tubuh sehingga operator dapat bekerja lebih nyaman.

7.2. Saran

1. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian serupa sebaiknya dilakukan pengukuran waktu kecepatan reaksi fisiologis akibat paparan panas untuk mengetahui pengaruh paparan panas terhadap kelelahan operator yang dapat menyebabkan penurunan kinerja dalam menyeleksi botol non standar.

IV-136

2. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan pembahasan yang lebih mendalam mengenai faktor insulasi pakaian beserta komposisi bahan pakaian yang digunakan operator untuk meningkatkan kenyamanan.

IV-137

Dokumen terkait