• Tidak ada hasil yang ditemukan

COMPARATIVE ANALYSIS FOR THE EFFECTIVESNESS OF LEARNING FOR SOCIAL CONNECTIVE MODEL AND INTEGRATED OF SOCIAL SUBJECT IN CLASS VIII OF SMPN 1 TERBANGGI BESAR CENTRAL LAMPUNG PERIOD 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "COMPARATIVE ANALYSIS FOR THE EFFECTIVESNESS OF LEARNING FOR SOCIAL CONNECTIVE MODEL AND INTEGRATED OF SOCIAL SUBJECT IN CLASS VIII OF SMPN 1 TERBANGGI BESAR CENTRAL LAMPUNG PERIOD 2011/2012"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPARATIF KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN

IPS TERPADU MODEL CONNECTED DAN INTEGRATED

DALAM MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP NEGERI 1

TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2011-2012

TESIS

Oleh :

SUGENG BASTIO

NPM : 1023031052

MAGISTER PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Judul Tesis :Analisis Komparatif Keefektifan Pembelajaran IPS Terpadu Model Connected dan Integrated Dalam Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011-2012

Nama : Sugeng Bastio NPM : 1023031052

Program Studi : Pascasarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

KOMISI PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing 2

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. Drs. Tedi Rusman, M.Si. NIP. 19590414 198603 1 005 NIP. 19600826 198603 1 001

Ketua Program Pascasarjana Pendidikan IPS

(3)

ABSTRAK

ANALISIS KOMPARATIF KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN IPS TERPADU MODEL CONNECTED DAN INTEGRATED DALAM MATA PELAJARAN

IPS DI KELAS VIII SMP NEGERI I TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

Oleh Sugeng Bastio

Permasalahan dalam penelitian eksperimen ini adalah (1) apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran IPS terpadu model connected dengan siswa yang menggunakan model integrated; (2) apakah ada perbedaan hasil belajar siswa pada tingkat kemampuan awal; (3) apakah ada interaksi antara metode pembelajaran yang digunakan dengan tingkat kemampuan awal siswa; (4) pembelajaran IPS terpadu model manakah yang paling efektif antara model connected dengan model integrated..

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah eksperimen semu dengan memberikan semua perlakuan pada dua kelas yang berbeda. Dimana satu kelas dengan menggunakan pembelajaran IPS terpadu model connected sedangkan pada satu kelas yang lain menggunakan model integrated dengan tetap memperhatikan kemampuan awal siswa pada kedua kelas tersebut. Pada rancangan yang digunakan menggunakan 2 x 3 dan analisis data menggunakan varian dua jalur dengan desain factorial dan analisis keefektifan.

(4)

berpengaruh terhadap prestasi belajara siswa, dan; (4) pembelajaran IPS terpadu model integrated lebih efektif untuk dapat digunakan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu.

Dengan demikian berdasarkan hasil analisis dalam penelitian dapat penulis menyimpulkan bahwa (1) terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran IPS terpadu model connected dengan siswa yang menggunakan model integrated dengan memperhatikan kemampuan awal siswa dan (2) pembelajaran IPS terpadu model integrated lebih efektif digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu dibandingkan model connected.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro Lampung pada tanggal 02 februari 1965, sebagai anak ke sembilan dari sebelas saudara, dari pasangan orang tua penulis yaitu Bapak Hi. M. Saleh (almarhum) dengan Ibu Hj. Sukaeti (almarhumah).

Pendidikan sekolah dasar (SD) diselesaikan pada SD Negeri 2 Bandarjaya pada tahun 1977, dan sekolah menengah pertama (SMP) diselesaikan pada SMP Negeri 1 Gunung Sugih pada tahun 1981, sedangkan sekolah menengah atas diselesaikan di SMA Negeri 1 Poncowati Terbanggi Besar Lampung Tengah pada tahun 1984 dan pada tahun 1990, penulis menyelesaikan pendidikan Strata 1 pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Pada tahun 1993 penulis diterima dan diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) yang ditugaskan mengajar di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar sampai pada tahun 2006, dan pada tahun 2006, ditugaskan di SMA Negeri 1 Kotagajah sampai saat ini.

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur alhamdullilah kepada Allah yang maha kuasa, atas seizin dan ridhoNya, penulis persembahkan sebuah karya yang sederhana kepada orang-orang tercinta, tersayang, dan yang terdekat dalam perjalanan hidupku.

1. Bapak dan Ibu (almarhum) mulai dari aku lahir semasa hidupnya selalu mendoakanku untuk keberhasilan dan kebahagiaanku.

2. Istriku Suci Danati, S.Pd. yang selalu membantu, mendorong, memberikan kenyamanan dan mendoakanku.

3. Anak-anakku tersayang Haifa Syahla, M. Hafiz Afifi yang selalu jadi kebahagian dan harapanku.

4. Untuk kedua orang tua dari istriku

5. Buat mas Raden Gunawan dan Mbak Tati, spesial thanks 6. Saudara-saudaraku yang tercinta

7. Teman-teman seperjuangan Magister IPS angkatan 2010 8. Almamater Universitas Lampung yang tercinta.

9. Siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Kotagajah 10.Dewan guru dan Staf SMA Negeri 1 Kota gajah

(7)

MOTTO

Biarkanlah orang lain lebih baik dari pada saya, tetapi yang lebih penting saya memiliki perubahan sikap

dibandingkan hari kemarin. (Sugeng Bastio).

(8)

SAN WACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi robbil’alamin

Dengan mengucapkan rasa syukur dan berkah serta rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penyusunan dan penulisan tesis ini banyak melibatkan berbagai pihak yang telah membantu baik dalam pemikiran, tenaga dan juga material, sehingga tesis ini dapat diwujudkan walaupun belum sempurna. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Derektur Pasca Sarjana Universitas Lampung serta selaku Ketua Program Pasca Sarjana PIPS FKIP Universitas Lampung dan sekaligus Pembimbing akademik dan pembimbing 1

3. Bapak Dr. Pargito, M.Pd. selaku Sekretaris Program Pasca Sarjana PIPS FKIP Universitas Lampung, dan pembahas yang sudah memberikan motivasi semangat,saran dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak Dr. R. Gunawan S., S.Pd., S.E., M.M. selaku pembahas serta pemberi semangat dan motivasi dalam penulisan tesis.

5. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si. selaku pembimbing II yang telah memberikan masukan bimbingan penulisan, saran, arahan, semangat pada penulis

(9)

7. Istriku tercinta Suci Danati, S.Pd. serta anak-anakku tersayang Haifa Syahla dan Muhammad Hafiz Afifi yang memberikan dorongan semangat pada penulis dalam menyelesaikan tesis

8. Teman-temanku angkatan 2010 pasca sarjana pendidikan IPS, Suhartati, Mike, Rachmah, Sriwida, Krisna, Dessy,Eva SMK 1, Linda, Bu Umi, Lia ,Sumi,, Tomi , Mujiono, Muji winarno, Alwan, Sapri serta yang lain yang tidak dapat saya sebut satu persatu, atas kerjasama, bantuan, doa dan kebersamaannya 9. Bapak Pramono,Spd. Selaku Kepala SMP Negeri 1 Terbanggi Besar yang

sudah memberikan bantuan dan ijin sebagai tempat penelitian, juga buat Bapak Budi, Bapak Sunarto atas bantuannya,dan meluangkan waktunya untuk penulis dengan memberikan bantuan serta meluangkan waktunya untuk penulis,

10.Bapak Drs.Hi.Syatbi Tahmid, MM, Selaku pengawas Kabupaten Lampung Tengah, yang sudah membantu dorongan semangat dan nasehat pada penulis. 11.Bapak dan Ibu guru SMA Negeri 1 Kota gajah, terutama Bapak Hendra,

Akhmad Kurniawan, Mehangga, Mbak Diana, Mas Romi, Bapak Marsudi, yang telah memberikan motivasi semangat pada penulis.

12.Seluruh siswa kelas VIII B, VIII C, dan VIII A SMP Negeri 1 Terbanggi Besar, yang sudah menjadi siswa yang baik dan tertib.

13.Seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Kota gajah, yang selalu mendoakan

Dan dorongan semangat pada penulis.

(10)

Dan akhir kata penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapan penulis agar tesis yang sederhana ini ada manfaat bagi kita semua, Amiin.

(11)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis dengan judul “ANALISIS KOMPERATIF KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN IPS TERPADU MODEL CONNECTED DAN INTEGRATED PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012” adalah karya tulis saya sendiri dan tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara yang tidak sesuai dengan tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiatisme.

2. Hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung.

Atas pernyataan ini, apabila dari pernyataan terjadi ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sangsi yang diberikan pada saya, dan bersedia dituntut pada hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, April 2012 Penulis Pernyataan,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ...

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1.2 Identifikasi Masalah ... 1.3 Pembatasan Masalah ... 1.4 Rumusan Masalah ... 1.5 Tujuan Penelitian ... 1.6 Kegunaan Penelitian ... 1.6.1 Kegunaan Secara Teori ... 1.6.2 Kegunaan Praktis ... 1.7 Ruang lingkup ...

(13)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS . 16

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Tentang Teori Pembelajaran ... 2.1.2 Pengertian Pembelajaran ... 2.1.3 Model Pembelajaran Terpadu ...

2.1.3.1 Hakekat model pembelajaran ... 2. 1.3.2 Arti dan manfaat pembelajaran terpadu... 2.1.3.3 Model-model pembelajaran terpadu... 2.1.4 Hakekat IPS...

2.1.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ...

2.1.4.2 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial ... 2.1.4.3 Tujuan dan Manfaat Ilmu Pengetahuan Sosial... 2.1.4.4 Strategi Pembelajaran IPS... 2.1.5 Hasil Belajar IPS ...

2.1.5.1 Hakekat Hasil Belajar... 2.1.5.2 Jenis Hasil Belajar ... 2.1.6 Penelitian Yang Relevan ... 2.2 Kerangka Pikir ... 2.3 Hipotesis Penelitian ... BAB III METODE PENELITIAN ...

(14)

3.3 Populasi dan sampel penelitian ... 3.3.1 Populasi ... 3.3.2 Sampel Penelitian... 3.4 Variabel Penelitian ... 3.5 Definisi Operasional Penelitian ...

3.5.1 Pembelajaran IPS terpadu model connected ... 3.5.2 Pembelajaran IPS terpadu model integrated ... 3.5.3 Kemampuan awal siswa ...

3.5.4 Hasil belajar ... 3.6 Tehnik Pengumpulan Data ...

3.7 Persyaratan Pengumpulan Data ... 3.7.1 Validasi Instrumen ... 3.8 Uji Persyaratan Instrumen ...

3.8.1 Uji validitas ... 3.8.2 Uji Reabilitas... 3.8.3 Tingkat Kesukaran... 3.8.4 Daya Pembeda ... 3.8.5 Uji Persyaratan Tes... 3.9 Desain Penelitian... 3.10 Analisa Data

3.10.1 Uji Normalitas ... 126 3.10.2 Uji Homogenitas ... 127 3.10.3 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Tes Kemampuan Awal kelas

(15)

3.11 Hipotesis Statistik...

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

4.1 Gambaran Umum SMP Negeri 1 Terbanggi Besar... 4.1.1 Latar belakang... 4.1.2 Sejarah berdirinya SMP Negeri 1 Terbanggi Besar 4.1.3 Kepemimpinan sekolah... 4.1.4 Tujuan SMP Negeri 1 Terbanggi Besar... 4.1.5 Visi dan misi SMP Negeri 1 Terbanggi Besar... 4.1.6 Kebijaksanaan mutu SMP Negeri 1 Terbanggi Besar 4.1.7 Keadaan sekolah...

4.1.7.1 Data sekolah ... 4.1.7.2 Jumlah siswa tahun pembelajaran 2012... 4.1.7.3 Keadaan pendidik dan tenaga kependidikan .. 4.2 Deskripsi Data ...

4.2.1 Data hasil tes kemampuan awal kelas pembelajaran dengan Connected (eksperimen)...

4.2.2 Data hasil tes kemampuan awal kelas pembelajaran dengan Integrated (pembanding) ... 148 4.2.3 Data hasil tes kemampuan akhir kelas pembelajaran dengan

(16)

Integrated (pembanding) ... 152

4.3 Pengujian Persyaratan Analisa Data ... 154

4.3.1 Uji normalitas ... 154

4.3.2 Uji homogenitas ... 155

4.4 Pengujian Hipotesis ... 156 4.4.1 Perbedaan hasil belajar IPS terpadu antara model Pembelajaran model Connected dan Integtrated... 4.4.2 Perbedaan hasil belajar IPS terpadu antara siswa yang menggunakan model Connected dan model Integrated

tanpa memperhatikan tingkat kemampuan awal...

4.4.3 Perbedaan hasil belajar IPS terpadu antara siswa kemampuan awal tinggi, sedang, rendah tanpa mempertimbangkan model

pembelajaran yang digunakan...

4.4.4 Interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan tingkat kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar IPS terpadu...

4.4.5 Perbedaan rerata (mean) hasil belajar IPS terpadu antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe connected dan pembelajaran tipe integrated pada tingkat kemampuan awal tinggi... 4.4.6 Perbedaan rerata (mean) hasil belajar IPS terpadu antara siswa

(17)

4.4.7 Perbedaan rerata (mean) hasil belajar IPS terpadu antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe connected dan pembelajaran tipe integrated pada tingkat kemampuan awal rendah... 4.4.8 Model pembelajaran yang lebih efektifitas antara model

pembejaran tipe connected dan tipe integrated dalam mata pelajaran IPS Terpadu...

4.5 Pembahasa... 4.5.1 Perbedaan prestasi hasil belajar IPS terpadu antara model

pembelajaran yang digunakan tipe connected dan tipe integrated dan antar tingkat kemampuan awal siswa kelas VII...

4.5.2 Perbedaan prestasi hasil belajar IPS terpadu antara model pembelajaran yang digunakan tipe connected dan tipe integrated tanpa memperhatikan tingkat kemampuan awal siswa kelas VIII 4.5.3 Pembahasan hipotesis perbedaan prestasi hasil belajar siswa

kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah tanpa

mempertimbangkan model pembelajaran yang digunakan pada siswa kelas VIII...

4.5.4 Interaksi antar model pembelajaran yang digunakan dengan tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar IPS terpadu

(18)

diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe connected dan integrated pada tingkat kemampuan awal tinggi siswa kelas VII... 4.5.6 Perbedaan rerata (mean) hasil belajar IPS terpadu siswa yang

diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe connected dan integrated pada tingkat kemampuan awal sedang siswa kelas VII...

.4.5.6 Hipotesis perbedaan rerata (mean) hasil belajar IPS terpadu siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model

Pembelajaran model connected dan Integrated pada tingkat kemampuan awal rendah siswa kel;as VIII...

4.5.8 Hipotesis model pembelajaran yang lebih efektifitas antara model pembelajaran tipe connected dan tipe integrated dalam mata pelajaran IPS Terpadu...

4.6.Keterbatasan Penelitian...

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Simpulan... 5.2 ImplikasI ...

5.2.1 Implikasi teori...

(19)
(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Perangkat Pembelajaran dan Bahan Ajar Model Connected... 2. Perangkat Pembelajaran dan Bahan Ajar Model Intergated... 3. Instrumen tes kemampuan awal ... 4. Hasil Uji Coba Instrumen... 5. Analisis Tes Kemampuan Akhir ... 6. Daftar Nilai Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Eksperimen... 7. Daftar Nilai Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Pembanding... 8. Surat Ijin Penelitian Dari Dekan FKIP Universitas Lampung ... 9. Surat Pernyataan Mengizinkan Kepala SMP Negeri 1 Terbanggi besar. 10.

11. 12. 13.

14. Tabel F Taraf Signifikansi, 0,05... 15.Tabel t ...

(21)
(22)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Hasil Belajar Ujian Tengah Semester Untuk Kelas VIII Semester Ganjil di SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten

Lampung Tengah ... 5 3.1 Ringkasan Prosedur Eksperimen ... 105 3.2 Penggolongan Nilai Kemampuan Awal ... 109 3.3 Tahapan Perlakuan Pembelajaran IPS Terpadu Model Connected ... 110 3.4 Tahapan Perlakuan Pembelajaran IPS Terpadu Model Integrated .... 112 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar ... 116 3.6 Hasil Analisis Validitas Kemampuan Awal Siswa ... 120 3.7 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal Pilihan Ganda ... 122 3.8 Rancangan Analisis Data Dengan Menggunakan Analisis Varian (Anava)

Desain Factorial ... 126 3.9 Hasil Uji Normalitas Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen

Dan Kelas Pembanding... 127 4.1 Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun 2012 ... 139 4.2 Data Kepala Sekolah... 141 4.3 Data Kualifikasi Pendidikan Guru ... 142 4.4 Data Jumlah Guru Dan Tugas Mengajar ... 142 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Siswa Kelas Pembelajaran

(23)

4.6 Kategori Kemampuan Awal Siswa Dikelas Connected

(Eksperimen)... 147 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Kelas Pembelajaran

Tipe Integrated (Pembanding) ... 149 4.8 Kategori Kemampuan Awal Siswa Dikelas Dengan Pembelajaran Tipe

Integrated (Pembanding) ... 150 4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Akhir Kelas Pembelajaran

Tipe Connected (Eksperimen) ... 152 4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Akhir Kelas Pembelajaran

Tipe Integrated (Pembanding) ... 153 4.11 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Eksperimen Dan Kelas

Pembanding ... 155 4.12 Hasil Uji Homogenitas ... 155 4.13 Analisis Hasil Belajar Antar Kemampuan Dan Antar Model

Pembelajaran... 157 4.14 Rekapitulasi Anava Hasil Belajar IPS Terpadu ... 159 4.15 Rekapitulasi Anava Hasil Belajar IPS Terpadu ... 160 4.16 Tabel Hasil Analisis Anava Kemampuan Awal Dan Kemampuan

Akhir ... 162 4.17 Hasil Belajar Berdasarkan Kemampuan Awal Dan Model

Pembelajaran... 163 4.18 Paired Sampel Statistik ... 165 4.19 Rekap Uji t Untuk Menguji Rerata Hasil Belajar Antar Model Bagi

(24)

4.20 Paired Samples Statistik ... 168 4.21 Rekap Uji t Untuk Menguji Rerata Hasil Belajar Antar Strategi Bagi

Siswa Kemampuan Sedang... 168 4.22 Paired Samples Statistik ... 170 4.23 Rekap Uji t Untuk Menguji Rerata Hasil Belajar Antara Strategi Bagi

Siswa Kemampuan Rendah ... 171 4.24 Hasil Tes Kemampuan Awal Dan Tes Kemampuan Akhir Dari Kedua

(25)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Pembelajaran Terpadu Model Connected (diadaptasi dari

Fogarty) ... 48 2. Diagram Pembelajaran Terpadu Model Integrated (diadaptasi dari

Fogarty) ... 50 3. Paradigma Penelitian ... 98 4. Interaksi Strategi (metode) Pembelajaran Kemampuan Awal dan

(26)

ABSTRACT

COMPARATIVE ANALYSIS FOR THE EFFECTIVESNESS OF LEARNING FOR SOCIAL CONNECTIVE MODEL AND INTEGRATED

OF SOCIAL SUBJECT IN CLASS VIII OF SMPN 1 TERBANGGI BESAR CENTRAL LAMPUNG

PERIOD 2011/2012 By

Sugeng Bastio

The problem of this research are : (1) Is there differentiation of student result that uses of social connected model with the students who use integrated model (2) Is there differentiation of students results at the first level (3) Is there interaction between learning model of social connected between connected model and integrated model.

In this research the method which is used for this mien experiment by giving the action for to different classes on class used learning social connected method and other class used integrated model by knowing the first ability of the students from two classes. In this planning uses 2x3 and data analysis uses two varians method with factorial design and the effectiveness analysis.

After doing this research for this experiment to both of them can slaw (1) There is differentiation average of students result uses learning social connected model with integrated model. (2) There is differenciation of students results at the first students ability (3) There is interaction between connected and integrated which is used at the first students ability has influenced to students prestige (4) Learning social connected model more effective to be used to increase students prestige in social connected subject.

There fore on analysis result for this research the writer conclude that (1) There is differentiation of students average uses learning social connected model with integrated model IPS knowing the first students ability and (2) Learning social connected model more effected to be used increase the students prestige in social connected subject compared with connected model.

(27)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

(28)
(29)

3.10.3 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Tes Kemampuan Awal

Connected dan Integrated ... 129 3.11 Hipotesis Statistik ... 130

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 134 4.1 Gambaran Umum SMP N 1 Terbanggi Besar ... 134 4.1.7.3 Keadaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan 141 4.2 Deskripsi Data ... 142 4.2.1 Data Tes Kemampuan Awal Kelas Pembelajaran dengan

Connected (eksperimen) ... 143 4.2.2 Data Tes Kemampuan Awal Kelas Pembelajaran dengan

Integrated (pembanding) ... 146 4.2.3 Data Tes Kemampuan Akhir Kelas Pembelajaran dengan

Connected (eksperimen) ... 149 4.2.4 Data Tes Kemampuan Awal Kelas Pembelajaran dengan

Integrated (pembanding) ... 151 4.3 Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 152 4.3.1 Uji Normalitas ... 152 4.4.2 Perbedaan Hasil Belajar IPS Terpadu antara Model

Pembelajaran yang digunakan Tipe Connected dan Integrated tanpa Memperhatikan Tingkat Kemampuan

Awal Siswa Kelas VIII ... 155 4.4.3 Perbedaan Hasil Belajar IPS Terpadu antara Siswa

Kemampuan Awal Tinggi, Sedang, Rendah tanpa

(30)

Halaman Dengan Tingkat Kemampuan Awal Siswa terhadap

Hasil Belajar IPS Terpadu ... 158 4.4.5 Perbedaan Rerata (Mean) Hasil Belajar IPS Terpadu

antara Siswa yang diberi Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Connected dan Pembelajaran

Tipe Integrated pada Tingkat Kemampuan Awal Tinggi . 161 4.4.6 Perbedaan Rerata (Mean) Hasil Belajar IPS Terpadu

antara Siswa yang diberi Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Connected dan Pembelajaran

Tipe Integrated pada Tingkat Kemampuan Awal Sedang 163 4.4.7 Perbedaan Rerata (Mean) Hasil Belajar IPS Terpadu

antara Siswa yang diberi Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Connected dan Pembelajaran

Tipe Integrated pada Tingkat Kemampuan Awal Rendah 165 4.4.8 Model Pembelajaran yang Lebih Efektif antara Model

Pembelajaran Tipe Connected dan Tipe Integrated dalam 4.5.2 Perbedaan Hasil Belajar IPS Terpadu antara Model

Pembelajaran yang digunakan Tipe Connected dan Integrated tanpa Memperhatikan Tingkat Kemampuan

Awal Siswa Kelas VIII ... 173 4.5.3 Perbedaan Hasil Belajar IPS Terpadu antara Siswa

Kemampuan Awal Tinggi, Sedang, Rendah tanpa

Mempertimbangkan Model Pembelajaran yang digunakan 177 4.5.4 Interaksi antara Model Pembelajaran yang digunakan

Dengan Tingkat Kemampuan Awal Siswa terhadap

Hasil Belajar IPS Terpadu ... 178 4.5.5 Perbedaan Rerata (Mean) Hasil Belajar IPS Terpadu

antara Siswa yang diberi Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Connected dan Pembelajaran Tipe Integrated pada Tingkat Kemampuan Awal Tinggi

Siswa Kelas VII... 180 4.5.6 Perbedaan Rerata (Mean) Hasil Belajar IPS Terpadu

antara Siswa yang diberi Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Connected dan Pembelajaran Tipe Integrated pada Tingkat Kemampuan Awal Sedang

Siswa Kelas VII... 182 4.5.7 Perbedaan Rerata (Mean) Hasil Belajar IPS Terpadu

antara Siswa yang diberi Pembelajaran Menggunakan

(31)

Model Pembelajaran Tipe Connected dan Pembelajaran Tipe Integrated pada Tingkat Kemampuan Awal Rendah

Siswa Kelas VII... 184 4.4.8 Model Pembelajaran yang Lebih Efektif antara Model

Pembelajaran Tipe Connected dan Tipe Integrated dalam

Mata Pelajaran IPS Terpadu ... 187 4.6 Keterbatasan penelitian ... 191

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN ... 196 5.1 Simpulan ... 196 5.2 Implikasi ... 197 5.2.1 Implikasi Teoritis ... 198 5.2.1 Implikasi Empiris ... 199 5.3 Saran ... 200 Daftar Pustaka

(32)

I. PENDAHULUAN

Dalam pembahasan Bab ini lebih terorientasi untuk membahas pokok bahasan yang berupa latar belakang masalah, identifkasi masalah serta pembatasan masalah. Supaya pembahasan lebih terarah pada judul maka perlu dipaparkan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta luang lingkup penelitian. Agar lebih jelas maka akan dibahas setiap Sub Bab yang diawali sebagai berikut.

1.1Latar Belakang Masalah

(33)

menjadi pintar, mandiri, terampil dan sikap yang santun. Sehingga apa yang menjadi tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tujuan pendidikan di Indonesia dapat terlaksana secara maksimal , karena proses pembelajaran yang maksimal dapat dilihat proses aktif pembelajarannya, serta melihat hasil belajar siswa.

Dari kreteria tersebut maka penulis berniat untuk dapat meneliti bagaimana keberhasilan proses pembelajaran yang efektif dan berguna.. Sebagai tujuan utamanya. Salah satu sekolah yang akan dijadikan penelitian oleh penulis yaitu SMP Negeri 1 Terbanggi Besar, sebagai salah satu SMP Negeri di Lampung Tengah memiliki status Sekolah Standar Nasional (SSN) dan juga sekolah pembanding bagi sekolah yang memiliki status sekolah bertaraf internasional (SBI) yang berada di Kabupaten Lampung Tengah, karena sekolah ini oleh Pemerintah Kabupaten Lampung tengah , Dinas Pendidikannya dijadikan sebagai sekolah piloting proyek untuk kelas Akselarasi, kelas unggulan serta percontohan pembelajaran Paikem, dengan statusya tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian,dalam proses pembelajaran serta hasil belajarnya.

(34)

3 meneliti terhadap pembelajaran, Berdasarkan pengamatan sebelum penelitian ternyata pembelajaran IPS belum maksimal dan belum terlaksana secara keseluruhan, karena untuk mendisain mata pelajaran IPS menjadi IPS terpadu kurang diminati dan dimengerti untuk mencapai pembelajaran yang bermutu dan tepat guna maka dibutuhkan guru yang berkompetensi dan memiliki pembelajaran yang maksimal.

(35)

juga yang diterapakan bagi seorang pendidik dan peserta didik yang harus dapat melakukan suatu perubahan utuk peningkatan hasil belajar,ini sesuai dengan peraturan materi pendidikan nasional No. 22 Tahun 2006, tentang standar isi, kerangka dasar, struktur kerukunan bagian 2 struktur kurikulum SMP/MTs, ditegaskan “Substansi Mata Pelajaran IPA dan IPS merupakan IPA terpadu dan

IPS terpadu”.

Berdasarkan dari teori dan maka ditegaskan tidak ada lagi guru mata pelajaran IPS di SMP yang tidak melakukan pembelajaran IPS terpadu. Karena model pembelajaran terpadu atau mengintegrasikan kurikulum menurut Robin Forgarty dalam Deni Kurniawan, (2011: 54-63) ada sepuluh model yang dapat dipakai dalam pembelajaran yaitu model Fragmanted, Connented, Nested, Sequenced, Shared, Webbed, threaded, Integrated, Immersed, dan Networked”. Diantara model tersebut ternyata model connected,webbed dan Integrated pembelajarannya banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaranya., dan lebih sesuai untuk siswa yang duduk pada tingkat SD dan juga SMP/ MTs. Saidiharjo,( 2004:77).

(36)

5 utama pembelajaran pada sekolah tersebut, kurangnya guru IPS berlatar belakang disiplin IPS terpadu, yang ada hanya disiplin pendidikan ilmu geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi saja, dan yang menjadi sangat jelas pembelajaran IPS terpadu belum terlaksana secara optimal.

(37)

Tabel 1.1 Hasil Belajar Ujian Tengah Semester Untuk kelas VIII Semester Ganjil di SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

No Kelas Interval Frekuensi Prosentase

1 30 – 39 88 39,75

2 40 – 49 41 18,63

3 50 – 59 21 9,32

4 60 – 69 28 12,42

5 70 – 79 22 9,94

6 80 – 89 14 6,23

7 90 – 100 8 3,73

Jumlah 222 100

Sumber : Arsip Guru IPS SMP N 1 Terbanggi Besar

(38)

7 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah tersebut diatas, dapat penulis identifikasi permasalahan yang ada kaitan dengan pembelajaran IPS terpadu di SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah sebagai berikut.

a. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS belum mencapai 7.00 b. Disiplin ilmu guru IPS belum semua berpendidikan IPS Terpadu c. Model pembelajaran terpadu belum terlaksana secara maksimal.

d. Guru kurang memahami tentang model pembelajaran terpadu.

e. Guru mata pelajaran IPS yang melaksanakan model connected dan integrated masih terbatas.

f. kemampuan guru mata pelajaran IPS belum semua mampu mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar,Rpp dan silabus secara terpadu. g. Belum mampu memilih model pembelajaran untuk disesuaikan dan

dikembangkan materi terpadu yang dipilih.

h. Kegiatan pembelajaran masih dilakukan secara terpisah.

i. Cara pembelajaran masih mengarah pada sistem satu arah dan kurang bervariasi.

1.3 Pembatasan Masalah

(39)

masalah dengan pertimbangan : (1) adanya faktor keterbatasan waktu, tenaga dan biaya (2) penelitian yang dilakukan lebih terorientasi sehingga pengkajiannya lebih mendalam. Sesuai dengan pertimbangan tersebut maka peneliti akan lebih mengarah kepada perbedaan model pembelajaran manakah yang paling efektif antara connected dan, integrated, dalam pembelajaran IPS, lebih tegas lagi dapat dinyatakan fokus penelitian adalah menganalisis pembelajaran manakah yang paling efektif untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS antara Model Connected, dan Model Integrated dalam mata pelajaran IPS Terpadu.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, dapat dirumuskan delapan permasalahan yang perlu dikaji sebagai berikut .

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang di ajarkan dengan model connected dan integrated pada pendekatan kemampuan awal pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS terpadu antara siswa yang diajarkan dengan model connected dan integrated dengan tanpa memperhatikan pendekatan kemampuan awal pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar.

(40)

9 4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran connected, integrated yang digunakan dengan tingkat kemampuan awal siswa terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar.

5. Apakah terdapat perbedaan rerata (mean) hasil belajar IPS terpadu model connected dan menggunakan IPS terpadu model integrated pada tingkat kemampuan awal tinggi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar.

6. Apakah terdapat perbedaan rerata (mean) hasil belajar IPS terpadu antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan IPS terpadu model connected dan yang menggunakan IPS terpadu model integrated pada tingkat kemampuan awal sedang pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar.

7. Apakah terdapat perbedaan rerata (mean) hasil belajar IPS terpadu antara siswa yang diberikan dengan model connected dan menggunakan model integrated pada tingkat kemampuan awal rendah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar.

(41)

1.5 Tujuan Penelitian

Mengacu pada pembahasan yang disajikan pada bagian pembatasan masalah serta rumusan masalah diatas maka dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut .

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang diajarkan dengan model connected dan integrated antar tingkat kemampuan awal pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar.

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS terpadu antara siswa yang diajarkan dengan model connected dan integrated tanpa memperhatikan tingkat kemampuan awal pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar.

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS terpadu antara siswa yang berkemampuan awal tanpa mempertimbangkan model pembelajaran yang digunakan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar.

4. Untuk mengetahui interaksi model pembelajaran (connected, integrated) yang digunakan dengan tingkat kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar IPS terpadu pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar.

5. Untuk mengetahui perbedaan rerata (mean) hasil belajar IPS terpadu antara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan IPS terpadu model connected dan model integrated pada tingkat kemampuan awal tinggi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar.

(42)

11 connected dan model integrated pada tingkat kemampuan awal sedang pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar.

7. Untuk mengetahui perbedaan rerata (mean) hasil belajar IPS terpadu antara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan IPS terpadu model connected dan model integrated pada tingkat kemampuan awal rendah pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar.

8. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih efektif antara connected dan integrated dalam pembelajaran IPS terpadu pada kelas VIII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar.

1.6 Kegunaan Penelitian

Kegunaan hasil penelitian ini secara umum dikhususkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPS terpadu pada kelas VIII di SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Secara khusus dapat diuraikan manfaat hasil penelitian sebagai berikut.

1.6.1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian dijadikan bahan bacaan yang berkaitan dengan pembelajaran IPS terpadu dengan mengembangkan model connected dan integrated.

(43)

c. Hasil penelitian dijadikan sebagai kajian lebih lanjut para akademisi, mahasiswa yang tertarik pada pembelajaran IPS terpadu

1.6.2. Kegunaan Praktis

a. Bagi siswa

Hasil penelitian dijadikan sebagai sarana peningkatan hasil belajar dan memperluas wawasan, sehingga pembelajaran IPS terpadu mana model Connected dan Integrated lebih baik.

b. Bagi guru

Hasil penelitian dijadikan alternatif penerapan model terpadu untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS

c. Bagi Departemen Pendidikan Nasional

(44)

13 1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini akan difokuskan pada ruang lingkup penelitian, ilmu, objek, subjek, tempat, dan waktu penelitian. Untuk mengetahui kedudukan keilmuan dalam cakupan pendidikan IPS , peneliti melihat perlu mengungkapakan bahwa Pada ruang lingkup penelitian akan berorientasi pada proses pembelajaran serta perbedaan hasil belajar siswa dengan pembelajaran IPS Terpadu model Connected dan model Integrated.

1.8 Ruang lingkup ilmu

Ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial yang selalu berorientasi pada aktifitas fakta sosial yang berada pada masyarakat, seharusnya memiliki pengembangan baik untuk bidang pendidikan yang diberikan pada peserta didik maupun pengembangan masing-masing disiplin ilmu dan kajian IPS , karena pada penelitian pendidikan IPS menurut Norman Mackenzie dalam Nursid Sumatmaja (1984:6-7)” All the academic disciplines which deal wich deal with men in their social context” dan pendapat ini juga dikuatkan oleh pendapatnya Harold A

Phelps” A general term for all the sciences which are conserned with human

affairs,such sciences are economic,

(45)

tingkah laku manusia yang didapat dari berbagai disiplin ilmu Ekonomi dengan kebutuhan materi, Hukum dengan keadilannya Politik dengan kenyamannanya ,Psikolog dengan aspek kejiwaanyai,Sosiologi hubungan sosial, Antropologi dengan kebudayaanya dan Geografi, apersepsi lingkungan hidupnya,jelasnya yang menjadi ruang lingkupnya sama yaitu manusia dalam kontek sosial atau manusia sebagai anggota masyarakat. Dari teori tersebut jelaslah akan sangat berpengauh pada perkembangan ke IPS an di Indonesia terutama tentang dunia nyata dalam Pendidikan IPS di Indonesia diperkenalkan di tingkat sekolah pada awal tahun 1970-an perkermbangan sejalanyan dengan perkembangan pemikiran Social Studiesyang berada Negara-negara maju dengan tingkat permasalahan sosial yang

semakin kompleks Konsep social studies secara umum berkembang secara evolusioner di USA sejak tahun1800 an yang kemudian menjalar menjadi pengkajian akademik pada tahun1900 antara lain dengan berdirinya National Council For the Social Studies (NCSS). Dan tahun pertama muncul pertemuan untuk menyepakati dengan menepatkan social studies sebagai Core Curriculum sehingga berkembang dengan segala permasalahan tarik ulur perkembangan social studies dan akhirnya gerakan social studies menekankan pada Citizenship education sebagai pusat gerakan dari social studies.dengan lima tradisi Social Studies,Pendidikan IPS di Indonesia dalam sekolah berkembang pada tahun 1967

(46)

15 dikembangkan dikembangkan program pendidikan guru IPS yang kurikulumnya memuat konsep pendidikan disiplin IPS istilah PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu yang dikaji dan dikembangkan secara Ontologism yaitu ilmiah,koheran,keseluruahn dan kebenaran, Epistemologi yaitu uji kebenarannya melalui pengamatan dan eksperimen dan Aksiologi yang harus melalui pengujian dengan fakta kebenaranya yang diberlakukan di perguruan tinggi, mulai dari program sarjana sampai dengan tingkat doktoral.

(47)

sistem pengetahuan terpadu yang perlu dikaji secara terus menerus melalui berbagai upaya penelitian penge,bangan dan penerapan yang melibatkan para pakar dan praktisi dalam bidang PIPS dengan demikian dapat beerlkembang memenuhi tuntutan sebagai suatu disiplin ilmu.

Untuk mengembangkan IPS diupayakan suatu sistem yang terpadu dengan pengembangan sinergi akademis dan pedagogis dari seluruh komponen edukatif PIPS

(48)

17 dengan demikian dalam pembelajaran guru akan mampu menyajikan pada siswa untuk materi pelajaran IPS yang segar dan relevan sesuai perkembangan masyarakat.ini juga dikuatkan dalam social studies Mata pelajaran IPS dimasukan dalam kurikulum nasinal yang diberlakukan mulai dari jenjang SD-SMP/MTs dengantujuannkongkrit yang sangat mendasar sangat bermanfaat buta pembelajaran siswa adalah paling efektif, dengan demikian jelas dari keyerangan tersebut dalam PIPS menuntut ada keterpaduan dalam pemnbelajaran dari berbagai disiplin ilmu yang serumpun sehingga lebih tepat guna dan ini lebih dikuatkan lagi pendapatnya M.Nu man Sumateri,2001:78.”Pelajaran IPS Terpadu akan lebih baik jika dibandingkan dengan IPS secara terpisah.

(49)
(50)

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Agar dapat dengan mudah dipahami oleh tenaga pendidik dalam proses pembelajaran, sebagai tenaga pendidik tidak hanya terbatas mengimformasikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Tetapi ada tugas lebih berat yang harus dihadapi yaitu mengusahakan konsep-konsep materi penting yang berguna dan dapat dipahami dalam pikiran peserta didik.

2.1.1 Tinjauan tentang Teori Pembelajaran

Teori pembelajaran dijadikan sebagai dasar penjelasan mengenai terjadinya belajar atau informasi yang didapat dalam pikiran siswa. Dengan dasar suatu teori belajar maka diharapkan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar bagi peserta siswa

(51)

merupakan peningkatan memori hasil belajar terdahulu dan merupakan komponen kemampuan yang baru dan ditempatkan bersama-sama. Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang dalam pembelajaran. Gagne menekankan pentingnya kondisi internal dan eksternal dalam suatu pembelajaran agar siswa memperoleh hasil yang diharapkan. Dengan demikian sebaiknya memperhatikan pembelajaran yang dapat mengaktifkan memori siswa yang sesuai agar informasi yang baru dapat dipahaminya. Kondisi eksternal ini bertujuan merangsang ingatan siswa, menginformasikan tujuan pembelajaran, membimbing belajar materi baru, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatakan ilmu melalui proses pembelajaran.

Diantara teori yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Jean Piaget. Teori teori perkembangan intelektual atau kognitif. Teori belajar ini berkenaan dengan kesiapan anak dalam belajar, yang dimulai dari tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap perkembangan intelektual yang dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Herpratiwi,2009:78).

(52)

21 berkesinambungan tentang tidak-seimbangan dan keseimbangan. Pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak mampu dipahami pada tahap tertentu baik cara maupun kemampuan akan mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak. Jadi anak dan lingkungan belajarnya lebih difokuskan pada pandangan teori konstruktivisme.

Driver dan Bell dalam Herpratiwi, (2009:80) mengajukan karakteristik sebagai berikut: (1) siswa tidak pasif melainkan memiliki tujuan, (2) belajar harus seoptimal mungkin yang melibatan siswa, (3) pengetahuan bukan datang dari luar melainkan didapat secara personal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi ilmu melainkan melibatkan situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.

(53)

Piaget dalam Herpratiwi (2009:78) mengemukakan; (1) perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama, (2) tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual dan (3) gerak melalui tahap-tahap tesebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).

Berbeda dengan konstruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang Poedjiadi dalam Herpratiwi (2009:79). Dalam penjelasan lain Tanjung (1998:7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan eksternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.

Dari pendapat tersebut implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak Poedjiadi dalam Herpratiwi (2009:80) adalah sebagai berikut: (1) Tujuan pendidikan dalam teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi. (2) kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari, (3) peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya.

(54)

23

2.1.2 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran proses interaksi peserta didik dengan pendidik disertai sumber belajar pada lingkungan belajar,dimana interaksi peserta didik dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran berupa sejumlah kemampuan bermakna dalam aspek kognitif, afektif dan psykomotor sebagai hasil belajar setelah proses pembelajaran. Menurut Saidiharjo,(2004:12), instruction atau pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberi pembelajaran dan melalui proses pembelajaran siswa diharapkan dapat memanfaatkan komponen kegiatan untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Max, (2000:24), pembelajaran memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Adapun menurut Hamalik (1995:57), pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilias, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

(55)

tetapi lebih dari itu belajar berarti siswa mengalami, menemukan sendiri, maka apa yang dipelajarinya akan lebih memberikan kesan yang oftimal bagi siswa

Dengan demikian dapat diketahui kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen sebagai berikut.

a. Siswa

Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

b. Seseorang pengelola

Yang bertindak sebagai katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

c. Tujuan

Terjadi perubahan perilaku kognitif, psikomotorik, afektif yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

d. Materi pelajaran

Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

e. Metode

(56)

25 Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.

g. Evaluasi

Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.

Model pembelajaran terpadu dikembangkan untuk dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan proses pembelajaran, sehingga banyak topik yang tertuang dalam setiap mata pelajaran ada keterkaitan konsep, dapat memanfaatkan keterampilan antar mata pelajaran,dapat membantu memecahkan masalah,dan memiliki daya ingat yang kuat. Tujuan manfaat penting dari pembelajaran terpadu ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial antara lain, bermacam tugas, aktif bertanya, menghargai orang lain, memotivasi teman bertanya, mampu menjelaskan ide ,serta bekerja dalam kelompok .

(57)

Proses pembelajaran dilakukan dengan kreatif ,menyenangkan agar kegiatan belajar menjadi beragam sehingga memenuhi dan mampu memberikan pelayanan pada berbagai tingkat kemampuan dan menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhtaian secara penuh. Pembelajaran kreatif dan menyenangkan juga merupakan usaha membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, melalui penciptaan kegiatan belajar yang beragam dan mengkondisikan suasana belajar sehingga mampu memberikan pelayanan pada berbagai tingkat kemampuan dan cara belajar siswa, serta siswa lebih terpusat perhatiannya secara penuh.

(58)

27 Menurut pandangan Bettercount dalam Baharuddin (2010:116), belajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa melainkan suatu kegaitan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Sedangkan menurut Vigotsy dalam Herpratiwi (2009:80), belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam kontek budaya seseorang,

dikarenakan interaksi sosial memegang peranan terpenting dalam perkembangan kognitif anak. Anak akan belajar melalui dua tahapan, pertama melalui interaksi dengan orang lain, baik keluarga, teman sebaya, maupun gurunya kemudian dilanjutkan secara individual yaitu dengan cara mengintegrasikan apa yang akan dipelajari dari orang lain ke dalam struktur mentalnya.

(59)

Menurut Eggen & Kauchak (1998) menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu:

a. Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan;

b. Guru menyediakan materi sebagai fakus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran;

c. Aktivitas-akivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian; d. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan

kepada siswa dalam menganalisis informasi;

e. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir; serta

f. Guru menggunakan teknis mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.

Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa sebagai berikut.

a. Motivasi belajar

Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Seperti kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat dicapai oleh siswa.

(60)

29 Bahan belajar merupakan segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga kelas menjadi hidup. c. Alat bantu belajar

Semua alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa). Informasi yang disampaikan melalui media harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberapa alat indera mereka. Sehingga, apabila pengajaran disampaikan dengan bantuan gambar-gambar, foto, grafik, dan sebagainya, dan siswa diberi kesempatan untuk melihat, memegang, meraba, atau mengerjakan sendiri maka memudahkan siswa untuk mengerti pengajaran tersebut. d. Suasana belajar

Suasana yang dapat menimbulkan aktivitas dan gairah pada siswa dalam pembelajaran terjadi hal-hal berikut ini.

1. Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun sebaliknya) yang intim dan hangat, sehingga hubungan guru-siswa yang secara hakiki setara dan dapat berbuat bersama.

(61)

kareakteristik siswa. Kegairahan dan kegembiraan belajar juga dapat ditimbulkan dari media, selain isi pelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa, juga didukung oleh faktor intern siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat, perhatian, motivasi, dan lain sebagainya.

e. Kondisi siswa yang belajar

Mengenal kondisi siswa, dapat dikemukakan bahwa (1) siswa memiliki sifat yang unik, artinya antara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda, (2) kesamaan siswa, yaitu memiliki langkah-langkah perkembangan, dan memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran. Kondisi siswa sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor intern dan juga faktor ekstern, yaitu segala sesuau yang ada di luar diri siswa, termasuk situasi pembelajaran yang diciptakan guru. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa, bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing.

2.1.3. Model Pembelajaran Terpadu

Sesuai dengan isi dari penyempurnaan kurikulum KBK yang mengarah

pada perubahan KTSP yang isi nya salah satunya adalah pelaksanaan

(62)

31

yang harus segera dilaksanakan untuk lebih jelasnya kita harus mengetahui

hal yang berkaitan dengan model pembelajaran terpadu.

2.1.3.1. Hakikat Model Pembelajaran

Memahami pembelajaran., dalam dunia pendidikan dan pengajaran juga sering menggunakan kalimat model yang dikenal dengan nama model pembelajaran.

Dewi Salma Prawiradilaga (2007: 33) menjelaskan model dapat diartikan tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran yang teratur. Sementara itu, Benny A. Pribadi (2009: 86) menyatakan model “sesuatu yang menggambarkan a proses berpikir. yang menggambarkan keutuhan konsep yang saling berkaitan.” kata lainnya yaitu model yang saling berinteraksi.

Mendalami lebih dalam pengertian model, perlu ditekankan adanya relevansi dengan pembelajaran adalah model dimana prosedurnya teratur serta sistematis. model sebagai prosedur dalam melakukan aktivitas belajar yang idenya juga dikuatkan Harjanto (2005: 51), “secara umum “model” diartikan kerangka konsep yang digunakan

(63)

Dapat diperjelas lagi bahwa pembelajaran lebih menekankan pada upaya membantu siswa untuk belajar. Dari beberapa pengertian diatas cukup jelas bahwa pembelajaran lebih menekankan pada mengaktifkan siswa pada lingkungan belajar dan untuk mencapai hasil bde;ajar yang maksimal.

Mulyasa,(2008:228) menyatakan “pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan prilaku kearah yang lebih baik.” Lingkungan dimaknai secara luas termasuk lingkungan kelas dan sekolah, sementara itu Wina Sanjaya (2008: 129) mendefinisikan pembelajaran “pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan pengetahuan baru,” proses pembelajaran mengubah prilaku pada pengetahuan, juga aspek sikap dan kraetivitas. Isjoni dan Firdaus (2007: 59) dengan tegas menyatakan “pembelajaran merupakan proses pengembangan

kraetivitas berpikir,”aspek skill menjadi sasaran perubahan perilaku dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pengertian teori, dapat disimpulkan dalam pembelajaran terdapat dua aspek yang sangat penting a) proses b) hasil perubahan prilaku. Oleh karena itu, Saekhan Muchit (2008: 1) dengan tegas menyatakan sebagai berikut.

“pengertian pembelajaran bagian yang memiliki peran sangat dominan

(64)

33 Istilah pembelajaran secara objektif memposisikan pembelajaran dapat menjadi penting dalam menentukan kualitas dan menurunnya pembelajaran.

Dari istilah model dan pembelajaran, dijelaskan bahwa model pembelajaran disamakan atau setidaknya tidak dibedakan secara tajam dengan metode dan strategi pembelajaran. Akan tetapi, sebagian pakar tetap memandang perlu memberikan penegasan perbedaan ketiga konsep tersebut. Arends dalam Indrus, (1997: 7) menyatakan istilah model memiliki makna yang lebih luas daripada strategi dan metode. Sependapat dengan Asep Jihad & dkk, (2009: 25) juga menegaskan “model pembelajaran terdiri dari strategi pengajaran, metode

pengajaran, dan prisip pengajaran,” karena menurut Trianto (2007.b:6) “model pembelajaran ada makna luas dari pada strategi, metode, dan

prosedur.

Dari pengertian diatas menjelaskan model pembelajaran lebih luas artinya dari pada strategi pembelajaran dan metode pembelajaran. Jadi, model, strategi, dan metode pembelajaran punya arti yang berbeda, tetapi memiliki satu kaitan utuh.

(65)

model pembelajaran merupakan proses untuk mendukung interaksi siswa agar mampu merubah prilaku.

Selain itu Agus Suprijono, (2009: 45-46) sebagai berikut.

Model pembelajaran praktik pembelajaran hasil-hasil penurunan teori psikologis pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis, implementasi kurikulum dan implikasinya pada pelaksanaan operasional di kelas. Model pembelajaran sebagai disain y penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan mampu memberikan petunjuk kepada guru di kelas dalam proses yang berelangsung.

Dari pernyataan tersebut mampu memberikan konsep menata isi pelajaran, mengorganisasi, dan patokan guru dalam proses pembelajaran melainkan juga mengkaji secara mendalam sehingga memiliki landasan epistomologi baik psikologisa atau teori belajar. Selain itu Aunurrahman (2009: 146) mengatakan sebagai Berikut.”arti model pembelajaran sebagai kerangka konseptual prosedur yang sistematis dan mampu menciptakan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan, sehingga guru mampu mengoranisasikan, mengeneralisasikan tujuan pembelajaran.

Tentang pengertian model dari beberapa pendapat, menyatakan bahwa model tidak diabaikan karena model pembelajaran, dapat mengarahkan dalam mendapatkan berbagai kompetensi atau perubahan perilaku. Joyce (2004 : 4) menyatakan “ models of teaching are really models of

learning. As we help student acquire information, ideas, skill, values,.

(66)

35

teaching them how to learn.” Dapat disimpulkan dengan model

pembelajaran, siswa mendapatkan pembelajaran,informasi, keterampilan, nilai, cara berfikir dan mengekspresikan diri serta cara belajar.

Kajian teoritis tentang model pembelajaran, telah memberikan pemahaman ada dua esensi atau hakikat model pembelajaran, yakni; (1) model pembelajaran merupakan kerangka konseptual, prosedur, dan pedoman dalam melaksanakan pembelajaran dan (2) keefektifan model pembelajaran dilaksanakan guru, pada perubahan perilaku siswa ditandai peningkatan kompetensi. Dapat disimpulkan implementasi model pembelajaran menggambarkan pencapaian tujuan pengajaran dengan cara menerapkan langkah-langkah atau pedoman praktis pembelajaran, serta terjadi interaksi siswa dengan pendidikan dalam perubahan prilaku.

(67)

Penelitian lebih terorientasi pada model pembelajaran dengan melihat kurikulum diajarkan. Untujk kajian model pembelajaran Connected dan model Integrated akan dikaji pada bahasan lain.

2.1.3.2. Arti dan manfaat Pembelajaran Terpadu

Pada kesempatan ini akan kita uraikan mengenai integrated curriculum dan integrated. Dari artinya integrated curriculum adalah kurikulum terpadu. Yang bisanya disebut pembelajaran terpadu. pada model integrated berarti terintegrasi. ini digunakan upaya membedakan

dengan model-model lain seperti; connect, webbed, dan Nested,dalam melaksanakan pembelajaran terpadu. Model integrated satu model pembelajaran untuk mengimplementasikan pembelajaran terpadu.

Rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu tingkat SD dan SMP merupakan amanat yuridis sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 yang isinya tentang sebagai berikut. “Standar Isi yang intinya menggariskan pelaksanaan pembelajaran IPA

(68)

37 spesipik hubungan antara variabel yang terkait fenomena, Kerlinger dalam Zamroni,(1992:1-3) selain itu terjadinya pembelajaran yang mengkaitkan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain juga dikuatkan juga oleh teori sosial Bruner dalam Zamroni, (1994:57)” Dirinya atau sebenarnya manusia tidak digambarkan hanya dengan memperkenalkan elemen psikologis,tetapi lebih menekankan pada kemampuan manusia lewat mekanisme interalsi untuk membentuk dan, membimbing perbuatannya sendiri” karena akibat dari perbuatan yang merangsang individu untuk merngubah dirinya sendiri.

Terkait kecenderungan penerapan pembelajaran terpadu, ternyata tidak semua menyatakan persetujuan bahwa model pembelajaran terpadu, ternyata tidak semua menyatakan persetujuan bahwa model pembelajaran terpadu cocok untuk tingkat SD dan SMP. Dakir (2004: 49) misalnya menyatakan, “ pelaksanaan integrated curriculum akan lebih tepat kalau dilaksanakan pada orang-orang dewasa,” artinya untuk pembelajaran dengan prinsip pedagogi tidak terlalu tepat diterapkan, jauh lebih tepat jika diterapkan dilingkungan pendidikan berparadigma andragogi.

(69)

menggunakan model terpisah lebih sesuai untuk perkembangan kematangan fisik dan mental siswa. Pembelajaran terpisah lebih cocok untuk pembelajaran terpadu lebih cocok untuk pembelajaran di sekolah sementara pembelajaran terpadu lebih tepat dilaksanakan pada orang dewasa.

Tanpa bermaksud melakukan dikhotomi yang lebih tajam dan juga tidak berorientasikan mengkonfrontasikan pemikiran Dakir dengan ahli lain, harus diakui bahwa yang paling banyak dianut saat ini adalah apa yang dikatakan oleh Oemar Hamalik (2007: 33) “para ahli berpendapat

bawa kurikulum sekolah sebaiknya tidak disusun berdasarkan mata pelajaran terpisah, melainkan merupakan perpaduan sejumlah mata pelajaran yang memiliki ciri–ciri yang sama, yang menjadi suatu bidang studi

(70)

39 untuk melaksanakan pembelajaran terpadu (IPS) di tingkat Sekolah Menengah Atas.

Oemar Hamalik (2007: 37) mensinyalir bahwa “pendekatan terpadu dewasa ini banyak sekali dikembangkan. Pembelajaran terpadu dipahami sebagai sistem pengajaran yang bersifat menyeluruh, yang memadukan berbagai disiplin pelajaran yang berpusat pada suatu masalah atau topik atau proyek, baik teoritis maupun praktis” (Oemar Hamalik, 2009: 145).

Pernyataan ini memberikan arti bahwa dalam pembelajaran terpadu ada penggabungan mata pelajaran sehingga tidak ada pembatas, jadi merupakan satu kesatuan yang utuh dalam pembelajaran.

Sugiyanto (2009: 126) melihat keinginan siswa menyatakan “model pembelajaran terpadu hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengharuskan individu maupun kelompok siswa aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik, “sementara itu, Zaim Elmubarok (2008: 81) menegaskan “pembelajaran terpadu mengarahkan kegiatan belajar mengajar yang

terorganisasikan , terstruktur berpatokan konsep tertentu atau mata pelajaran sebagai intinya.

Dari pendapatnya Atkinson, et.al (1989: 9) yang menyatakan “unlike any approaches to curriculum planning, the integrated curriculum is

interdisciplinary and demonstrates the interdependent nture of the

(71)

mata pelajaran yang serumpun yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Lain lagi yang dikemukakan Usman Mulyadi (1988: 20) mengemukakan “integrasi terdapat koordinasi, perpaduan, keseluruhan

yang harmonis. Dalam integrated curriculum beberapa mata pelajaran dipadukan.Dengan demikian memperjelas maksud pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang menyatukan mata pelajaran yang berbeda sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh, dan jelasnya menurut ahli sebagai berikut.

Abdullah Ide (2007: 146) menurutnya dapat disimpulkan, “ kurikulum terpadu merupakan bentuk pengintegrasian konsep pembelajaran dari beberapa mata pelajaran yang serumpun.” Batasan ini memberikan pemahaman dalam pembelajaran terpadu pokok terpenting yang diintegrasikan adalah konsep dari beberapa mata pelajaran. pengintegrasian ini akan menghilangkan batasan mata pelajaran,dari satu pelajaran dengan pelajaran lainya dan akan semakin memperkaya dan memperluas pengetahuan didalamnya.

Jadi dapat dikatakan untuk setiap mata pelajaran yang berbeda disatukan pada satu konsep tertentu. Dengan kegiatan ini merupakan

bentuk, menyatukan kurikulum dengan melaksanakan proses

pembelajaran terpadu ini juga yang disampaikan Beane (1995 : 7), “in practice, curriculum integration begins with the identification of

organizing themes or centers for lerning experience.

(72)

41 pembelajaran terpadu dapat dimulai dengan mengidentifikasi tema pokok yang terorganisir untuk pengalaman belajar siswa.

Sesuai dengan kutipan tersebut dapat menganalisis lebih lanjut pemikiran Beane, Trianto (2007: 38) juga menegaskan keberadaan tema sebagai fokus dalam melaksanakan pembelajaran terpadu, sebagai berikut, “dalam integrated curriculum, pembelajaran dipusatkan pada

suatu topik tertentu, misalnya suatu masalah dimana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu pada topik tertentu.” Dengan Demikian, tema atau topik tidak terhindarkan dalam melaksanakan pembelajaran terpadu. Tidak berlebihan menegaskan, tema merupakan kebutuhan untuk melaksanakan pembelajaran terpadu. Pentingnya tema karena melalui tema berbagai analisi social studies (IPS) maupun pelajaran lain menyatukan diri dalam konsep dan proses pembelajaran.

Dalam menerapkan pembelajaran terpadu tentu tidak mudah karena berbagai faktor perlu dipersiapkan terutama kesiapan guru harus dioftimalkan dengan baik.

(73)

yang terintegrasi. Ada hal yang terpenting guru harus berupaya melaksanakan proses pembelajaran terpadu agar siswa memperoleh sejumlah manfaat dari keunggulan pembelajaran terpadu yang tidak memiliki pembelajaran terpisah.

Udin Saefuddin Sa‟ud (2008 : 116) mengemukakan keunggulan

pembelajaran terpadu sebagai berikut.

(a) Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat, (b) Kurikulum ini sesuai dengan pendapat–pendapat modern tentang belajar, (c) memungkinkan hubungan yang erat kaitanya diantara sekolah dengan masyarakat, (d) sesuai dengan paham demokratis, (e) mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid.

Manfaat dan keunggulan pembelajaran terpadu tampaknya masih terlalu umum. Depdiknas dalamTrianto,( 2007 : 12) secara spesifik telah merumuskan manfaat atau kelebihan pembelajaran terpadu dari perpektif kepentingan siswa sebagai berikut.

a) Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembanganya

b) Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak, c) Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat

bertahan lama

d) Keterampilan berfikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu

e) Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai lingkungan anak

Gambar

Tabel 1.1 Hasil Belajar Ujian Tengah Semester Untuk kelas VIII Semester Ganjil
Gambar 1: Ilustrasi pembelajaran terpadu model connected masing-masing pelajaran terpisah tetapi sudah ada upaya untuk menghungkan satu topik dengan topik dari lainya (diadaptasi dari Fogarty dalam Deni Kurniawan)
Gambar 2: Ilustrasi pembelajaran terpadu model integrated dimana pengorganisasian kurikulum yang menggunakan pendekatan interdisipliner yang mencocokpadukan dari macam pelajaran yang ada dan tumpang tindih (diadaptasi dari Fogarty dalam Deni Kurniawan)
Gambar 3 paradigma penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor risiko TB paru pada usia produktif di Indonesia yaitu pendidikan, indeks kepemilikan, bahan bakar memasak, kondisi ruangan dan

Faktor yang berpengaruh terhadap keaktifan kunjungan lansia ke posyandu yaitu tidak bekerja, sikap yang baik, fasilitas yang baik, pelayanan

Amilopektin dalam jumlah yang banyak membuat air yang terperangkap pada rice paper semakin banyak, hal ini dikarenakan amilopektin mampu menyerap air saat pencetakan adonan

Di rumah pula, ibu adalah koki terhebat di sepanjang masa Kala ku melangkah pergi, ibu adalah pemesan terbaik bagiku Terimakasih atas multiperanmu, Ibu. Dia

Berdasarkan penjelasan di atas, dengan menggunakan triangulasi sumber, peneliti akan memeriksa kembali seluruh kevalid-an data yang telah diperoleh dari hasil wawancara mendalam

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini dengan model penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT bahwa siswa yang mencapai KKM setelah tindakan yaitu ulangan

This study seeks to directly answer this question by inves- tigating the differences in content between mobile and web-based tweets as well as categorizing differences in

Apabila yang diukur adalah self-control skripsi dan prokrastinasi skripsi, korelasi yang dihasilkan bisa jadi bukan disebabkan adanya korelasi antara variabel