ABSTRAK
ANALISA MEKANISME HAND-IN PADA SISTEM JARINGAN
FEMTOCELL BERBASIS TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION
Oleh
ANGGI NOVRIADI
Femtocell merupakan solusi yang tepat untuk meningkatkan cakupan dan kapasitas khususnya pada area indoor. Pada implementasi femtocell memiliki banyak tantangan, khususnya pada pada saat peralihan dari macrocell ke femtocell. Mekanisme ini lebih dikenal sebagai hand-in, ini menjadi cukup rumit karena adanya kemungkinan terdapat jumlah femtocell yang besar dan masih termasuk dalam cakupan macrocell (eNodeB). Oleh karena itu, prosedur yang efisien dari handover pada skenario seperti ini sangat penting untuk dianalisa dan ditingkatkan untuk mendukung terintegrasinya jaringan macrocell dan femtocell yang handal (reliable). Pada tugas akhir ini, proses komunikasi saat hand-in dianalisa dan dibahas. Skenario hand-in termasuk inter dan intra-Radio Access Technology (RAT) yaitu dari macrocell-LTE ke FAP-LTE dan dari macrocell eNodeB ke UMTS berbasis FAP. Tugas akhir ini juga menghitung dan menganalisa RSRP dan RSRQ sebagai parameter pengukuran dari LTE serta RSCP dan Ec/No pada jaringan UMTS. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kondisi ideal RSRP yang baik pada saat UE berada pada posisi terdekat dari FAP. UE cenderung akan memilih bandwidth yang terbesar yaitu 20 MHz, karena nilai RSRQ merepresentasikan bandwidth yang digunakan.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN... v
LEMBAR PENGESAHAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
PERSEMBAHAN ... ix
SANWACANA ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR SINGKATAN ... xix
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 3
1.3 Manfaat Penelitian ... 3
1.4 Rumusan Masalah... 4
1.5 Batasan Masalah ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Tinjauan Literatur ... 6
2.2 Femtocell ... 7
2.2.1 Konsep Dasar Femtocell ... 7
2.2.2 Perkembangan Femtocell ... 7
2.2.3 Arsitektur Dasar Femtocell ... 8
2.2.4 Akses Mode Femtocell ... 9
2.3 Handover ... 10
2.3.1 Skenario Handover Pada Jaringan Femtocell ... 11
2.4 LTE (Long Term Evolution) ... 12
2.4.1 Arsitektur LTE ... 12
2.4.2 Handover Pada 3GPP-LTE Macrocell ... 15
2.5 UMTS (Universal Mobile Telecommunication System) ... 18
2.5.1 Arsitektur UMTS-WCDMA... 18
2.5.2 HandoverFemtocell berbasis UMTS ... 21
III. METODE PENELITIAN ... 24
3.1 Waktu dan Tempat... 24
3.2 Jadwal Penelitian ... 24
3.3 Tahap Penelitian ... 25
3.4 Skenario HandoverMacrocell ke Femtocell ... 26
3.4.1 Skenario Mekanisme Hand-in MBS-LTE ke FAP-LTE ... 26
3.4.2 Skenario Mekanisme Hand-in MBS-LTE ke FAP-UMTS .... 29
xv
4.1 Prosedur dan Pensinyalan Mekanisme Hand-in ... 33
4.1.1 MBS-LTE ke FAP-LTE ... 35
4.1.2 LTE-MBS ke FAP-UMTS ... 39
4.2 Tahap Measurement Pada Prosedur Handover LTE ... 44
4.2.1 Analisa RSRP Terhadap Jarak UE-FAP ... 44
4.2.2 Analisa RSRQ Terhadap Perbedaan Bandwidth ... 45
4.3 Tahap Measurement Pada Prosedur Handover UMTS ... 46
4.3.1 Analisa RSCP Terhadap Jarak UE-FAP ... 46
4.3.2 Analisa Ec/No Terhadap Jarak UE-FAP ... 46
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 49
5.1 Kesimpulan ... 49
5.2 Saran ... 50
1.1 Latar Belakang Masalah
Teknologi telekomunikasi saat ini berkembang dengan sangat cepat
terutama di bidang sistem komunikasi nirkabel (wireless). Sistem wireless
memiliki kemampuan untuk melayani pengguna di wilayah yang luas dengan
infrastruktur jaringan yang relatif lebih murah. Namun, kelemahan utama dari
sistem ini ada pada ketersediaan lebar pita (bandwidth) dan area cakupan yang
relatif terbatas. Perkembangan riset dan pengembangan dalam sistem komunikasi
wireless telah sampai pada platform teknologi generasi ke-4 atau lebih dikenal
dengan terminologi 4G. Salah satu platform teknologi 4G saat ini adalah teknologi
Long Term Evolution (LTE).
Sementara itu, rekayasa topologi jaringan wireless juga mengalami
perkembangan yang pesat. Setelah sukses dengan topologi macrocell pada awal
pengembangan, kemudian diikuti dengan pengembangan microcell dan picocell.
Teknologi termutakhir dari konsepsi topologi jaringan wireless dikenal dengan
nama femtocell. Femtocell muncul sebagai salah satu solusi untuk mengatasi
beberapa kelemahan yang ada pada jaringan macrocell, yaitu dengan
meningkatkan cakupan (coverage) dan kapasitas sel pada jaringan khususnya
2
Penggunaan teknologi femtocell dapat memberikan beberapa keuntungan,
baik untuk pengguna maupun untuk operator itu sendiri. Bagi pengguna, sinyal
yang baik dan kuat akan selalu tersedia, sehingga dapat meningkatkan kehandalan
transmisi dan kapasitas jaringan. Selain itu implementasi femtocell juga
menawarkan fitur hemat energi. Sementara itu untuk operator sistem, femtocell
mengatasi kekurangan sumber daya radio dan mengurangi beban macrocell.
Keuntungan lainnya adalah penghematan biaya pembangunan Base Transceiver
Station (BTS). Dengan adanya femtocell disetiap rumah, kantor, mall dan
tempat-tempat publik lainnya, maka operator tidak perlu membangun BTS tambahan
yang berbiaya tinggi.
Meskipun femtocell memiliki banyak keuntungan dalam penggunaannya,
tetapi juga memiliki banyak tantangannya, khususnya pada mekanisme handover
saat peralihan dari macrocell ke femtocell atau mekanisme ini disebut hand-in.
Pada mekanisme hand-in, koneksi User Equipment (UE) akan dipindahkan dari
Macrocell Base Station (MBS) yang sedang melayaninya ke salah satu femtocell
atau juga bisa disebut Femto Access Point (FAP) yang terdapat dimana area UE
berada. Prosedur hand-in ini menjadi cukup rumit karena adanya kemungkinan
terdapat jumlah FAP yang besar dan masih termasuk dalam cakupan MBS. Oleh
karena itu, prosedur handover pada skenario seperti ini sangat penting untuk
dianalisis dan ditingkatkan efisiensinya untuk mendukung terintegrasinya jaringan
macrocell dan femtocell yang handal (reliable).
Pada tugas akhir ini, proses komunikasi saat hand-in akan dibahas,
termasuk serah terima atau handover secara horizontal dan vertikal dari MBS
(UMTS) serta menganalisa proses measurement pemilihan target FAP dari
prosedur hand-in.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:
1. Memperlihatkan prosedur komunikasi yang terjadi pada UE, FAP dan MBS/eNodeB
pada proses hand-in.
2. Memodelkan mekanisme pensinyalan pada proses hand-in berbasis LTE-MBS ke
FAP dan LTE-MBS ke UMTS-FAP.
3. Melakukan perhitungan dan mengalisa parameter dari tahap measurement pada
prosedur hand-in di jaringan macrocell-femtocell yang terintegrasi.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Memahami prosedur komunikasi yang terjadi pada UE, FAP dan
eNodeB/NodeB pada proses hand-in.
2. Memberikan suatu referensi mengenai mekanisme hand-in pada pada jaringan
femtocell berbasis LTE dan UTMS.
1.4 Rumusan Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah bagaimana
4
1.5 Batasan Masalah
Permasalahan yang diteliti pada tugas akhir ini dibatasi pada hal-hal
berikut:
1. Mekanisme handover yang menjadi obyek penelitian berbasis pada teknologi
3GPP LTE (4G) dan UMTS (3G) serta fokus hanya pada mekanisme hand-in,
yaitu handover dari eNodeB/NodeB (macrocell) ke FAP (femtocell).
2. Analisa meliputi aliran pensinyalan & prosedur hand-in untuk tiap FAP.
3. Membahas hanya pada tahap measurement pada saat pemilihan target FAP
untuk hand-in.
4. Prosedur hand-in tidak mengacu kepada parameter tertentu melainkan
mengacu kepada prosedur handover dari tiap RAT.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada tugas akhir ini yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini memuat latar belakang, tujuan, perumusan masalah, batasan
masalah, manfaat dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan mengenai tinjauan literatur dari beberapa hasil
penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik tugas akhir ini.
Bab ini memuat langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian,
diantaranya waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan, dan proses
pembuatan dan simulasi sistem.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat hasil dari pengerjaan penelitian ini dan membahas hasil
yang didapat dari penelitian.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memuat kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Literatur
Penelitian dan pengembangan teknologi mengenai prosedur hand-in
(proses handover dari macrocell ke femtocell) telah dilakukan secara luas dalam
beberapa tahun terakhir. Para penulis didalam artikelnya [1], mengajukan
prosedur strategi baru untuk handover antara femtocell dan macrocell pada
jaringan LTE dalam mode akses hybrid. Pada penelitiannya ini, penulis
mempertimbangkan beberapa parameter handover yaitu berdasarkan kecepatan,
QoS dan interferensi sehingga didapat sebuah algoritma yang sederhana dan
efektif untuk handover. Hal serupa juga dilakukan pada [2] untuk
mengintegrasikan femtocell ke jaringan, tetapi hal ini dilakukan pada jaringan
UMTS. Dalam penelitiannya, menunjukkan bahwa penggunaan mekanisme Call
Admission Control (CAC) adalah cara yang efektif untuk menghindari pemicu
serah terima yang tidak perlu.
Prosedur handover HeNB dan eNodeB berdasarkan prediksi pergerakan
pengguna dan prediksi target-FAP, diusulkan dalam [3], sebagai cara untuk
2.2 Femtocell
2.2.1 Konsep Dasar Femtocell
Femtocell adalah sebuah BTS mini yang ditempatkan pada wilayah
bersinyal rendah sehingga dapat meningkatkan ketersediaan, konektivitas,
mobilitas, serta kinerja layanan jaringan dengan kebutuhan daya yang rendah.
Femtocell dapat juga disebut FAP sedangkan pada jaringan LTE, femtocell
disebut Home eNode B (HeNB) dan Home Node B (HNB) pada jaringan UMTS.
Rentang daya femtocell adalah antara 13—20 dBm pada keadaan lingkungan yang
sama, cakupan maksimum adalah sekitar 15 sampai 50 meter (lokasi dan
lingkungan yang sebenarnya akan mempengaruhi cakupan) [1]. Femtocell dibuat
sebagai salah satu solusi alternatif bagi operator seluler dalam memperluas
jaringan aksesnya hingga perumahan-perumahan atau perkantoran yang seringkali
tidak terjangkau oleh jaringan BTS konvensional atau pada area dengan tingkat
densitas trafik yang sangat tinggi. Bagi operator kehadiran femtocell dapat
menurunkan biaya pembangunan infrastruktur serta memberikan layanan yang
lebih prima kepada pelanggan pada area-area tersebut. Pemasangan perangkat
femtocell tidak hanya pada tempat-tempat ruangan tertutup dari suatu gedung,
tetapi juga dapat diterapkan pada daerah terpencil dan wilayah sekitar terjadinya
bencana sehingga dapat meningkatkan mobilitas jaringan seluler dengan mudah
dan cepat.
2.2.2 Perkembangan Femtocell
Pada tahun 2002, sekelompok insinyur di Motorola tertarik dengan ide
membuat BTS seluler layaknya access point pada WiFi. BTS tersebut dibuat
8
Tahun 2004, beberapa perusahaan lain mulai tertarik untuk melakukan penelitian
teknologi ini. Pada Tahun 2005, makin banyak perusahaan yang tertarik pada
ide femtocell ini, hingga semakin berkembang pada tahun 2007. Akhirnya pada
tahun 2007 mulai berdiri organisasi Femto Forum untuk mendukung
perkembangan femtocell di seluruh dunia.
Pada 7 April 2009 akhirnya 3GPP, Femto Forum, dan Broadband Forum
mempublikasikan standar untuk femtocell yang kemudian disebut dengan Home
Node B (HNB) dan Home enhanced Node B (HeNB).
2.2.3 Arsitektur Dasar Femtocell
Pada jaringan femtocell terdapat 3 elemen utama yang terdapat di setiap
arsitektur jaringan, yaitu :
1. FemtocellAccess Point
Femtocell Access Point (FAP) adalah node utama dalam suatu jaringan
femtocell yang berada di sisi pengguna (misalnya, dirumah atau dikantor).
FAP mengimplementasikan fungsi dari Base Station (BS) dan terhubung ke
jaringan operator melalui jaringan backhaul yang aman melalui internet.
2. Security Gateway (SeGW)
SeGW adalah node jaringan yang mengamankan koneksi internet antara
pengguna femtocell dan jaringan inti operator seluler. SeGW Menggunakan
protokol keamanan internet standar seperti IPSec dan IKEv2 untuk otentikasi
dan otorisasi femtocell dan memberikan dukungan enkripsi untuk semua
3. Femtocell Device Management System (FMS)
Manajemen sistem femtocell terletak di jaringan operator, yang juga
memiliki peran penting dalam manajemen pengadaan, aktivasi dan
operasional femtocell. Sistem manajemen merupakan simpul yang paling
penting dalam memastikan skalabilitas jaringan femtocell ke jutaan
perangkat.
Gambar 2.1. Arsitektur Dasar Femtocell [4]
2.2.4 Akses Mode Femtocell
Mode akses jaringan femtocell ini dibagi menjadi tiga, yaitu Open Access,
Closed Subscriber Group (CSG), dan Hybrid [5].
1. Open Access Mode
Metode akses terbuka ini juga dikenal dengan Open Subscriber Group
(OSG). Dalam skenario ini, semua pengguna mendapat izin akses ke HeNB
10
2. Closed Access Mode
Mode akses tertutup ini juga disebut dengan Closed Subscriber Group
(CSG). Dalam skenario ini, femtocell melayani sejumlah pengguna yang
telah ditetapkan sebelumnya pada daftar akses kontrolnya. Jadi pengguna
yang bukan anggota CSG tidak dapat mengakses femtocell CSG tersebut.
3. Hybrid Mode
Dalam skenario ini, sebagian dari sumber femtocell dicadangkan untuk
pengguna CSG dan sumber daya yang tersisa dialokasikan secara terbuka.
Mode akses hybrid mirip dengan mode akses tertutup, tetapi ada beberapa
pembatasan akses pada pengguna non-CSG.
Gambar 2.2. Arsitektur HeNB berbasis LTE [6]
2.3 Handover
Handover adalah suatu mekanisme yang memungkinkan user pindah
tanpa adanya pemutusan hubungan dan terjadi pemindahan frekuensi/kanal secara
otomatis yang dilakukan oleh sistem.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya handover karena adanya
parameter-parameter yang mencapai ambang batas yang ditentukan, sehingga MS
atau BTS melakukan permintaan untuk handover. Pada umumnya
parameter-parameter tersebut yaitu Received Signal Strength Indicator (RSSI), Rasio
keefektifan sinyal atau Carrier-to-Interference plus Noise Ratio (CINR), Bit Error
Rate (BER) dan lainnya. Hampir semua teknologi wireless (GSM, LTE, WiFi,
WiMAX) menggunakan parameter-parameter ini sebagai trigger proses handover.
Pada jaringan yang heterogen, handover berlangsung dalam dua cara sesuai
dengan teknologi radio akses yaitu horizontal handover dan vertikal handover
untuk mendukung seamless mobility yaitu akses komunikasi tanpa batas.
2.3.1 Skenario Handover Pada Jaringan Femtocell
Prosedur handover sangat penting untuk mendukung mobilitas pengguna
dalam semua sistem mobile termasuk jaringan femtocell. Handover
memungkinkan komunikasi selama pergerakan user di antara jaringan. Ada tiga
skenario handover pada jaringan femtocell [6], yaitu:
1. Hand-in, merupakan skenario serah terima di mana UE berpindah keluar dari
Macrocell Base Station (MBS) ke femtocell/FAP.
2. Hand-out, merupakan penyerahan yang dilakukan dari femtocell/FAP ke
MBS.
12
Gambar 2.3. Skenario handover pada femtocell
2.4 Long Term Evolution (LTE)
LTE adalah sebuah nama baru dari layanan yang mempunyai kemampuan
tinggi dalam sistem komunikasi bergerak (mobile) yang merupakan langkah
menuju generasi keempat (4G) dari teknologi seluler. LTE dikembangkan oleh
3GPP (The Third Generation Partnership Project).
2.4.1 Arsitektur LTE
Arsitektur jaringan LTE terdiri dari dua jaringan dasar yaitu E-UTRAN
(evolved UMTS Teresterial Radio Acces Network) dan EPC (Evolved Packet
Gambar 2.4. Arsitektur dasar LTE
Perbedaan yang mendasar pada jaringan LTE yaitu tidak memerlukan
RNC (Radio Network Controller) sehingga eNodeB langsung terhubung dengan
MME (Mobility Management Entity) melalui antarmuka S1, sedangkan sesama
eNodeB terhubung dengan antarmuka X2. Antarmuka X2 juga berfungsi sebagai
antarmuka dalam proses handover antar sesama eNodeB. Semua antarmuka pada
jaringan LTE berbasis Internet protocol (IP).
Arsitektur LTE terdiri dari beberapa subsistem yaitu:
1. UE (User Equipment)
UE adalah perangkat yang berada disisi end user untuk melakukan proses
komunikasi dan berfungsi sebagai terminal (pengirim dan penerima sinyal)
untuk berkomunikasi dengan perangkat lainnya.
2. E-UTRAN
14
Management (RRM) dan sebagai transceiver yang bertugas mengontrol dan
mengawasi pengiriman sinyal, serta menguji kelayakan data yang melewati
eNodeB.
3. Evolved Packet Core (EPC)
EPC adalah core network berbasis flat all-IP yang dapat diakses melalui 3GPP
radio access (LTE, 3G, 2G) maupun akses radio non-3GPP (WiMAX,
WLAN). Terdapat beberapa elemen didalam EPC adalah sebagai berikut:
a. Mobility Management Entity (MME)
MME merupakan elemen kontrol utama yang terdapat pada EPC pada
jarigan LTE, MME bisa dianalogikan sebagai MSC pada jaringan GSM.
Fungsi utama MME yaitu menangani lalu lintas persinyalan,
autentifikasi dan autorisasi. MME juga berfungsi untuk mengatur
handover yaitu memilih MME lain untuk handover, atau memilih
Serving GPRS Support Node (SGSN) untuk handover dengan jaringan
akses 2G/3G.
b. Serving Gateway (S-GW)
SGW terdiri dari dua bagian, yaitu 3GPP Anchor dan SAE Anchor.
3GPP Anchor berfungsi sebagai gateway paket data yang berasal dari
jaringan 3GPP, sedangkan SAE Anchor berfungsi sebagai gateway
jaringan non-3GPP. SGW merutekan dan meneruskan paket data user,
juga berfungsi sebagai mobility anchor saat handover antar eNodeB dan
.
c. Packet Data Network Gateway (P-GW)
P-GW menangani layanan IP seperti lalu lintas routing, pengalamatan,
manajemen keamanan dan menyiapkan akses untuk jaringan 3GPP.
2.4.2 Handover Pada 3GPP-LTE Macrocell
3GPP-LTE untuk sistem bergerak 4G menentukan prosedur dan
mekanisme handover untuk mendukung mobilitas pengguna [3]. Proses handover
dibagi menjadi empat bagian seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.5.
Gambar 2.5. Prosedur handover pada LTE [3]
UE mengukur kekuatan sinyal downlink (garis biru 1), pengolahan hasil
pengukuran (2) dan mengirimkan laporan pengukuran ke eNodeB sumber (jalur
hijau 3). Sumber eNodeB kemudian membuat penyerahan keputusan berdasarkan
pada laporan pengukuran yang diterima (garis merah 4) [3].
Diagram urutan pesan prosedur handover pada LTE ditunjukkan pada
Gambar 2.6. Prosedur handover ini terdiri dari 3 bagian [3], yaitu:
16
Pada bagian ini, UE, eNodeB sumber dan eNodeB target membuat persiapan
sebelum UE terhubung ke sel baru. Pesan utama dan proses dijelaskan sebagai
berikut:
1) Measurement control/report (pesan 1/2)
Pada tahap ini eNodeB sumber mengkonfigurasi dan memicu prosedur
pengukuran UE dan UE mengirimkan pesan laporan pengukuran kepada
eNodeB sumber.
2) Keputusan Handover (pesan 3/4)
Tahap ini eNodeB sumber menawarkan keputusan penyerahan
berdasarkan pesan laporan pengukuran yang diterima dari UE.
3) Admission control (pesan 5/6)
Tahap ini eNodeB target melakukan kontrol masuk tergantung pada
informasi Quality of Service (QoS) dan mempersiapkan handover dengan
L1/L2.
4) Perintah Handover (pesan 7)
Tahap ini eNodeB sumber mengirimkan perintah penyerahan kepada UE.
Eksekusi Handover; pada bagian eksekusi, proses yang digambarkan sebagai berikut:
5) Melepas sel yang lama dan menyinkronkan dengan sel yang baru (pesan 8
s.d 10), UE melaksanakan sinkronisasi ke sel target dan mengakses sel
Gambar 2.6. Diagram urutan pesan prosedur handover pada 3GPP-LTE
Handover selesai, bagian ini mencakup proses-proses berikut:
6) Handover confirm and path switch (pesan 11—16), Serving-Gateway
beralih jalur data downlink ke sisi target. Untuk ini, Serving-Gateway
melakukan pertukaran pesan dengan MME.
7) Release resource (pesan 17/18), pada saat menerima pesan release,
18
Selanjutnya, eNodeB target dapat mengirimkan paket data downlink.
2.5 UMTS (Universal Mobile Telecommunication System)
2.5.1 Arsitektur UMTS
UMTS adalah salah satu teknologi seluler pada generasi ketiga yang
menggunakan teknologi Wideband Code Division Multiple Access (W-CDMA).
Asitektur jaringan UMTS terlihat pada Gambar 2.7 berikut ini:
Gambar 2.7. Arsitektur Jaringan UMTS [7].
Dari gambar diatas terlihat bahwa arsitektur jaringan UMTS terdiri dari
perangkat-perangkat yang saling mendukung, yaitu User Equipment (UE), UMTS
Terresterial Radio Access Network (UTRAN) dan Core Network (CN).
2.5.1.1 User Equipment (UE)
UE merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk dapat
memperoleh layanan komunikasi bergerak seperti handphone, modem,
smartphone dan lainnya. UE dilengkapi dengan smart card yang dikenal dengan
2.5.1.2 UMTS Terresterial Radio Access Network (UTRAN)
Jaringan akses radio menyediakan koneksi antara terminal mobile dan
Core Network. Dalam UMTS jaringan akses dinamakan UTRAN. sebuah Radio
Network Subsystem (RNS) merupakan suatu sub-jaringan dalam UTRAN dan
terdiri dari Radio Network Controller (RNC) dan satu atau lebih Node-B. RNS
dihubungkan antar RNC melalui suatu antarmuka Iur dan Node-B dihubungkan
dengan antarmuka Iub [8].
1. Radio Network Controller (RNC)
RNC bertanggung jawab mengontrol radio resources pada UTRAN yang
membawahi beberapa Node-B, menghubungkan Core Network (CN) dengan
user, dan merupakan tempat berakhirnya protokol RRC (Radio Resource
Control) yang mendefinisikan pesan dan prosedur antara mobile user dengan
UTRAN.
2. Node-B
Node-B sama dengan Base Station di dalam jaringan GSM. Node-B
merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan pelayanan
radio kepada UE. Fungsi utama Node-B adalah melakukan proses pada layer 1
antara lain : channel coding, interleaving, spreading, de-spreading, modulasi,
demodulasi dan lain-lain. Node-B juga melakukan beberapa operasi RRM
(Radio Resouce Management), seperti handover dan power control.
2.5.1.3 Core Network (CN)
Jaringan inti (Core Network) menggabungkan fungsi kecerdasan dan
transport. Core Network ini mendukung pensinyalan dan transport informasi dari
20
dihubungkan dengan jaringan telekomunikasi lain, jadi sangat memungkinkan
tidak hanya antara pengguna UMTS, tetapi juga dengan jaringan yang lain [8]:
1. MSC (Mobile Switching Center)
MSC didesain sebagai switching untuk layanan berbasis circuit switch seperti
video, video call.
2. VLR (Visitor Location Register)
VLR merupakan database yang berisi informasi sementara mengenai
pelanggan terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada cakupan area
jaringan.
3. HLR (Home Location Register)
HLR merupakan database yang berisi data-data pelanggan yang tetap.
Data-data tersebut antara lain berisi layanan pelanggan, service tambahan serta
informasi mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir (Update Location).
4. SGSN (Serving GPRS Support Node)
SGSN merupakan gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke jaringan
General Packet Radio Service (GPRS). Fungsi SGSN adalah sebagai berikut :
Mengantarkan paket data ke UE.
Update pelanggan ke HLR.
Registrasi pelanggan baru.
GGSN ( Gateway GPRS Support Node ) yang berfungsi sebagai gerbang
2.5.2 Handover Femtocell berbasis UMTS
Kemampuan perpindahan secara mulus antara femtocell (FAP/HNB) dan
jaringan macrocell merupakan pendorong utama untuk penyebaran jaringan
femtocell. Prosedur handover untuk jaringan 3GPP disajikan dalam [9]-[10].
FGW memiliki peran penting pada proses ini. Informasi lokasi yang tepat
juga penting untuk handover. Pertukaran pesan antara FGW dan RNC terjadi
melalui CN. Dalam serah terima, Mobile Station (MS) perlu memilih sasaran FAP
yang tepat diantara banyaknya kandidat FAP. Juga tingkat interferensi harus
dipertimbangkan untuk keputusan handover. Serving-NodeB mengkordinasikan
handover MS dari NodeB ke FAP dengan memberikan informasi yang diizinkan
untuk mencari FAP untuk membuat sebuah daftar FAP disekitarnya. Setiap kali
MS mengirimkan laporan pengukuran FAP, juga harus berisi informasi tingkat
interferensi. Otorisasi harus diperiksa saat handover tahap persiapan.
Gambar 2.8. menunjukkan prosedur aliran pesan untuk handover
macrocell ke femtocell pada jaringan UMTS. Setiap kali MS dalam jaringan
macrocell mendeteksi sinyal dari femtocell, ia akan mengirimkan laporan
pengukuran ke NodeB yang terhubung (langkah 1, 2). Berdasarkan laporan, MS
memutuskan untuk handover (langkah 3). NodeB menyediakan daftar FAP
tetangga yang dioptimalkan dan diotorisasi (langkah 4).
NodeB memulai prosedur handover dengan mengirimkan pesan
Handover Request ke RNC yang melayaninya (langkah 5). Pesan Handover
Request diteruskan dari sumber NodeB ke target FAP melalui CN dan FGW
22
melakukan CAC, RRC dan juga membandingkan tingkat interferensi di daerah
femtocell saat ini dan target untuk mengakui panggilan (langkah 11). Kemudian
respon FAP untuk permintaan handover (langkah 12, 13, dan 14). Sebuah link
baru didirikan antara FGW dan target FAP (langkah 15, 16, 17, 18, dan 19).
Kemudian paket data akan diteruskan ke target FAP (langkah 20). Sekarang MS
membangun kembali saluran dengan target FAP, terlepas dari sumber NodeB, dan
disinkronkan dengan target FAP (langkah 21, 22, 23, 24, dan 25). Maka sumber
NodeB menghapus link lama dengan RNC (langkah 29, 30, dan 31). Sekarang
Gambar 2.8. Aliran pensinyalan dari handovermacrocell ke femtocell pada
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2012 s.d Oktober 2013,
bertempat di Laboratorium Teknik Telekomunikasi, Laboratorium Terpadu
Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung.
3.2 Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan penelitian seperti yang terlihat dalam tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1. Jadwal kegiatan Penelitian
Kegiatan Sep-12 Okt-12 Nop-12 Des-12
Kegiatan
Pada tahapan ini dilakukan pencarian informasi baik dari buku, jurnal, bahan
dari internet maupun sumber lain yang berkaitan dan pembelajaran mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan arsitektur jaringan LTE, konsep dasar
femtocell, proses hand-in antara macrocell dan femtocell pada jaringan pada
LTE dan UMTS.
2. Diskusi dan Konsultasi
Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing dalam pendefinisian masalah,
parameter yang digunakan dan penulisan pada tugas akhir ini.
26
Bertujuan melakukan analisisa dan memberikan penjelasan tentang sebab dan
hasil serta kesimpulan bertujuan untuk merangkum dan mengambil inti yang
diperoleh dari keseluruhan penelitian.
4. Pembuatan Laporan
Akhir dari tahap penelitian ini adalah pembuatan laporan dari semua kegiatan
yang telah dilakukan.
3.4 Skenario Handover Macrocell ke Femtocell
Dalam tugas akhir ini, penulis memulai penelitian dengan mempelajari
dan memahami prosedur komunikasi antar entity pada sistem komunikasi LTE
dan UMTS, setelah itu prosedur komunikasi tersebut di implementasikan dalam
sebuah arsitektur jaringan yang terdiri dari UE, FAP, dan eNodeB dengan asumsi
bahwa UE yang sedang terhubung dilayani oleh jaringan macrocell LTE yang
bergerak meninggalkan coverage dan masuk kedalam sebuah LTE dan
FAP-UMTS. Dalam hal ini nantinya kita bisa dapatkan berupa diagram alir prosedur
komunikasi.
3.4.1 Skenario Mekanisme Hand-in MBS-LTE ke FAP-LTE
Pada penelitian ini hanya dibahas mekanisme handover pada MBS-LTE
FAP-LTE
Gambar 3.1. Skenario LTE-MBS ke FAP-LTE
Pada skenario ini akan didapatkan diagram aliran pensinyalan yang terjadi
selama hand-in berlangsung. Selanjutnya melakukan perhitungan terhadap
parameter mekanisme hand-in seperti Reference Signal Received Power (RSRP)
dan Reference Signal Received Quality (RSRQ).
3.4.1.1 Perhitungan Parameter RSRP dan RSRQ
Seperti yang telah kita ketahui, ada tiga tahapan pada prosedur handover
LTE secara keseluruhan: tahap persiapan handover, tahap pelaksanaan handover
dan tahap handover selesai. Pada tahap persiapan hand-in menjadi sangat penting
karena UE harus menseleksi kandidat FAP yang tepat dari banyak target FAP
untuk melakukan hand-in. Tugas akhir ini membahas prosedur handover
MBS-LTE ke FAP-MBS-LTE.
Pada tahap persiapan UE melakukan pengukuran (measurement) kuat
sinyal yang diterima dari beberapa target FAP. UE akan mendeteksi FAP yang
memiliki nilai Reference Signal Received Power (RSRP) terbaik. RSRP sebanding
28
RSRP merupakan kuat sinyal yang terima UE. Pada sistem LTE RSRP
dihitung dengan rumus sebagai berikut [12]:
= − � � +� − � − � � [3.1]
dimana :
RSRP = Kuat sinyal yang diterima UE (dBm)
Pt = Transmit Power (dBm)
PLn = Path Loss (dB)
Lfad = Shadowing log-normal standar deviasi (dB) asumsi 3dB
NAS = Jumlah dari subcarrier yang aktif pada serving cell.
Gcell = Gain Antenna termasuk cable loss (dBi)
Tabel 3.2. Asumsi perhitungan berdasarkan Small CellForum [13]
Item Asumsi
Tx-Rx R
Path Loss UE ke Femtocell (dB) PL=127+30 log10 (R/1000) Transmit Power eNodeB & Femtocell 46 dBm & 20 dBm
Gain Antenna termasuk cable loss 5 dBi
Pengukuran RSRQ (Reference Signal Received Quality) menyediakan
informasi tambahan ketika RSRP tidak cukup untuk membuat handal hand-in atau
keputusan seleksi sel. RSRQ adalah rasio antara RSRP dan Received Signal
Strength Indicator (RSSI), dan tergantung pada bandwidth pengukuran, yang
berarti jumlah dari Physical Resource Blok (PRB). RSSI adalah jumlah total yang
diterima wideband daya termasuk semua gangguan dan kebisingan thermal.
Sebagaimana RSRQ menggabungkan kekuatan sinyal serta tingkat gangguan,
Maka untuk perhitungan RSRQ dapat dilakukan, sebagai berikut [14]
= # � [3.2]
= 10 .���10 � + ( ��� − ���)
Dimana # sama dengan jumlah Resource Blok dari bandwidth yang
diukur. Received Signal Strength Indicator (RSSI) adalah daya total dihitung atas
bandwidth yang diukur secara keseluruhan, termasuk interferensi dari sel lain dan
kebisingan thermal. Pada Tugas akhir ini nilai RSSI di asumsikan ideal tanpa
interferensi dari sel lain. Sementara RSRP hanya mengukur kekuatan dari simbol
OFDM dengan sinyal referensi. RSRQ dapat dibandingkan dengan Ec/No yaitu
kualitas sinyal pada UMTS.
Tabel 3.3. Jumlah PRB pada setiap Bandwidth [15]
Bandwidth (MHz) Jumlah PRB
1,4 6
3.4.2 Skenario Mekanisme Hand-in MBS-LTE ke FAP-UMTS
Pada tugas akhir ini dibahas mekanisme hand-in pada LTE-MBS ke FAP
30
FAP-UMTS UE
FAP-UMTS FAP-UMTS FAP-UMTS
MBS-LTE
Gambar 3.2. Skenario LTE-MBS ke FAP-UMTS
Asumsi pada skenario hand-in ini bisa di lihat pada Gambar 3.2. Topologi
jaringan dalam skenario adalah dua jalur 10 × 10 m2 blok apartemen dengan lebar
jalan 10 meter. Topologi ini direkomendasikan oleh Small Cell Forum [13].
Angka-angka di blok mewakili nomor apartemen.
Hasil dari skenario ini akan didapat bagaimana prosedur komunikasi pada
saat hand-in pada jaringan femtocell. Setelah itu melakukan perhitungan terhadap
parameter yang digunakan seperti RSCP dan Ec/No selama tahap measurerement
dari prosedur hand-in.
Pada proses pengukuran pada jaringan UMTS tidak jauh berbeda dengan
proses pengukuran pada jaringan LTE. Pada jaringan UMTS, RSCP terbaik
3.4.2.1 Perhitungan Parameter RSCP dan Ec/No Received Signal Code Power (RSCP)
Dalam perhitungan link budget, setelah menghitung Effective Isotropic
Radiated Power (EIRP) dapat diketahui nilai dari kuat sinyal (signal strength)
atau RSCP yang diterima oleh UE.
Tabel 3.4. Asumsi Link Budget FAP-UMTS [16]
Nilai Unit Keterangan
UE Uplink Transmitted 20 dBm Ptmue (power class 4)
Gain Antena UE 0 dBi GUE
Connector/Body Loss 3 dB LUE
MUE Tx EIRP 17 dBm EIRPMUE = PTx_MUE +
GUE - LUE Jarak MUE –Femtocell 2,4,6,8,10,12,14,16,18,20 M R
Pathloss MUE –
Setelah mengitung nilai EIRP maka dapat menghitung nilai RSCP nya. Formulasi
perhitungan RSCP adalah sebagai berikut [16]:
=�� − � � +� − � [3.3]
Dimana:
RSCP : Received Signal Code Power (dBm)
EIRP : Effective Isotropic Radiated Power (dBm)
Energy Carrier Per Noise (Ec/No)
Ec/No adalah rasio perbandingan antara energi yang dihasilkan dari sinyal
32
minimum (threshold) dimana MS masih bisa melakukan suatu panggilan.
Biasanya nilai Ec/No menentukan kapan MS harus melakukan hand-in. Ec/No
dapat dituliskan sebagai berikut [17] :
�
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisa yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Prosedur mekanisme hand-in MBS-LTE ke FAP-LTE melibatkan beberapa
elemen jaringan seperti UE, eNodeB, MME, Serving-GW dan F-GW.
2. Pada saat perhitungan mekanisme hand-in dari MBS-LTE ke FAP-LTE
didapatkan kondisi ideal pada saat UE berada pada posisi terdekat dari FAP.
Hal ini disebabkan karena semakin jauh jarak antara FAP dan UE maka nilai
pathloss pun semakin besar sehingga menurunkan nilai RSRP yang diterima
UE.
3. Pada mekanisme hand-in, UE cenderung akan memilih bandwidth yang
terbesar yaitu 20 MHz, karena nilai RSRQ merepresentasikan bandwidth
yang digunakan.
4. Pada saat perhitungan mekanisme hand-in dari MBS-LTE ke FAP-UMTS
didapatkan nilai RSCP terbaik pada saat jarak UE ke FAP sejauh 2 meter yaitu
-24,03 dBm dan terburuk pada jarak 20 meter yaitu -54,03 dBm. Hal ini
disebabkan karena semakin jauh jarak antara FAP dan UE maka nilai pathloss
50
5.2 Saran
Selama pengerjaan tugas akhir ini tentu tidak terlepas dari berbagai
kekurangan dan kelemahan. Untuk itu demi kesempurnaan hasil bila
dilakukan penelitian selanjutnya, disarankan:
1. Mensimulasikan mekanisme hand-in ini dengan software simulasi untuk
[1] Shih, J. W., & Steven, K. L. (2011)., “Handover Scheme in LTE-based
Networks with Hybrid Access Mode Femtocells”, 6 (7.9), 68-78.
[2] Jin-Seok Kim,Tae-Jin Lee, “Handover in UMTS Networks with Hybrid
Access Femtocells”, the 12th International Conference Advanced
Communication Technology (IC(1)ACT), vol.1, pp.904-907, 7-10 Februari
2010.
[3] A. Ulvan, R. Bestak, M. Ulvan, "Handover Scenario and Procedure in
LTE-based Femtocell Networks", The 4th International Conference on Mobile
Ubiquitous Comput., Syst., Serv. and Technolog., Oktober 2010.
[4] Farhan Khan , Muhammad, “Femtocellular Aspects on UMTS Architecture
Evolution”, Espoo, April 2010.
[5] LTE Femto Access Points. “Monthly bulletin of telecom technology”,
January 2012.
[6] Mersch, Todd., “LTE Femtocell Roadmap From Concept to Reality”,
Hillsboro: Radisys Corporation, September 2011.
[7] Budi, Kusuma., 2008, “Struktur Jaringan pada Telepon Selular WCDMA”,
[8] Rizkia Permata Sari, Putri. “Konsep Dasar Sistem WCDMA”. It Telkom.
http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?view=article&catid=17%3Asist
emkomunikasi-bergerak&id=339%3Akonsep-dasar-sistemwcdm&option=com_content&Itemid=15. Diakses tanggal 5 Juli
2013.
[9] 3GPP TS 23.009, “HandoverProcedures”, March 2009.
[10] 3GPP TS 43.318, “Generic Access Network (GAN)”, Februari 2008.
[11] Chowdhury, Mostafa Zaman., and Jang, Yeong Min.,”Handover Control for
WCDMA Femtocell Networks”.
[12] Suleiman, Kais Abdelrazeg El-Murtadi.,” Interactions Study Of Self
Optimizing Schemes In Lte Femtocell Networks”., Kingston, Ontario,
Canada : Queen’s University, 2012.
[13] The Femto Forum ,“Interference Management in OFDMA Femtocells”.,
Maret 2010.
[14] Agilent Whitepaper,” LTE Physical Layer Measurements of RSRP and
RSRQ”,
http://blog.3g4g.co.uk/2011/03/lte-physical-layer-measurements-of-rsrp.html. Diakses tanggal 25 mei 2013.
[15] Helenius, Atte. Performance of Handover in Long Term. Espoo : s.n., 2011,
p. 17.
[16] Small Cell Forum.,” Interference Management in UMTS Femtocells”.,
2013.