• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resensi Buku Manusia Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Resensi Buku Manusia Indonesia"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Zulkifli Pelana NIM : 4415120305

Prodi : Pendidikan Sejarah (A) MK : Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial

Resume Buku

Manusia Indonesia (Sebuah Pertanggungjawaban)

Karya Mochtar Lubis

Di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada 16 April 1977, Mochtar Lubis menyampaikan pidato yang kemudian ramai dibicarakan. Pidato berjudul “Manusia Indonesia” itu disampaikannya dengan gaya dan sikap yang terus terang. Sehingga pro dan kontra pun bermunculan menanggapi sifat-sifat negatif orang Indonesia yang ia kemukakan.

Dalam buku ini, pidato “Manusia Indonesia” dimuat secara lengkap, bukan ringkasan saja seperti yang dimuat media massa pada masa itu. Sifat-sifat manusia Indonesia yang dituturkan Mochtar Lubis pada pidatonya tersebut merupakan sebuah pandangan, yang lebih tepat jika dikatakan sebagai stereotip. Sebagaimana layaknya stereotip, maka pendapat Mochtar Lubis ini tidak dapat dikatakan benar seluruhnya dan tidak pula salah seluruhnya. Karena stereotip tersebut diperoleh dari hasil dari pengalaman, prasangka, pengamatan, pemikiran serta penilaiannya secara kritis mengenai ciri-ciri manusia Indonesia.

Secara garis besar ada enam ciri manusia Indonesia yang dikemukakan oleh Mochtar Lubis, di antaranya hipokrit atau munafik, segan dan enggan bertanggung jawab, bersikap feodal, percaya takhayul, artistik dan lemah wataknya.

Ciri pertama: Hipokrit atau Munafik

Hipokrit atau munafik ini muncul pada karakter manusia Indonesia sejak masa feodal dan kolonial. Manusia Indonesia sering berpura-pura, lain di muka, lain di belakang. Sistem feodal dan kolonial di masa lampau menekan rakyat dan menindas segala inisiatif rakyat. Sehingga langsung atau tidak langsung, memaksa manusia Indonesia menyembunyikan apa sebenarnya yang dirasakannya, dipikirkannya, dan dikehendakinya. Semua itu disembunyikan karena takut akan mendapatkan ganjaran yang membawa bencana bagi dirinya.

Ciri kedua: Segan dan Enggan Bertanggung jawab

Kalimat ”Bukan Saya” sering kali terlontar dari mulut manusia Indonesia. Ini menurut Mochtar Lubis merupakan bukti nyata rasa segan dan enggan bertanggung jawab memang ada dalam diri manusia Indonesia. Misalnya, jika terjadi suatu kesalahan atau kegagalan pada suatu lembaga. Maka atasan akan berkata ”Bukan Saya” lalu menggeser kesalahan ke bawahannya. Begitu seterusnya hingga jabatan terbawah. Ketika sampai pada bawahan tetap saja kata ”bukan saya” pada atasan akan berganti menjadi ”Saya hanya melaksanakan perintah dari atasan!”

Ciri ketiga: Bersikap Feodal

(2)

mengharapkan agar manusia yang di bawahnya mengabdi kepadanya dengan segala bentuk. Begitu pula dengan bawahan, mereka dengan jiwa feodalnya bersedia untuk mengabdi pada yang lebih ’di atas’ tadi. Karena prinsipnya “Asal Bapak Senang”, yang penting selamat dan cari aman.

Ciri keempat : Percaya pada Takhayul

Jika di zaman dahulu manusia percaya gunung, pohon, keris memiliki kekuatan gaib. Begitu pula dengan manusia Indonesia masa sekarang. Sampai sekarang manusia Indonesia yang modern pun, baik itu yang telah bersekolah dan berpendidikan modern sekalipun masih terus juga membuat jimat, mantra atau lambang-lambang. Manusia Indonesia sangat cenderung percaya menara, semboyan atau lambang yang dibuatnya sendiri. Misalnya, Pancasila. Manusia Indonsia tidak peduli apakah telah melaksanakan dengan baik dan benar atau belum Pancasila itu. Mereka tetap saja dengan penuh keyakinan bahwa setelah mengucapkannya maka masyarakat Pancasila itu telah tercipta.

Ciri kelima: Artistik

Dari keenam ciri manusia yang dikemukakan Mochtar Lubis hanya ciri inilah yang merupakan ciri positif. Suatu ciri yang menarik dan mempesonakan dan merupakan sumber dan tumpuan hari depan manusia Indonesia. Manusia Indonesia hidup dengan perasaan sensualnya yang kemudian membuat daya artistik berkembang lalu tertuang dalam segala rupa ciptaan artistik. Tapi sifat artistik itu ada kelemahannya, yakni manusia Indonesia cenderung memakai perasaannya dalam berpikir dan bertindak sehingga hal itu bisa menghambat perkembangan hidupnya.

Ciri keenam : Watak yang lemah

Manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis mau mengubah keyakinannya agar dapat ”Bertahan”. Kegoyahan watak serupa ini merupakan akibat dari ciri manusia feodal. Dia merupakan segi lain dari sikap ABS, ciri ini termasuk ke dalam upaya untuk menyenangkan atasan dan menyelamatkan diri. Sikap menyenangkan hati antara kedua belah pihak (yang berkuasa dan yang dikuasai) itu merupakan suatu kegoyahan watak. Keenam ciri manusia Indonesia tersebut dipaparkan Mochtar Lubis dengan contoh-contoh yang konkrit menurutnya. Contoh-contoh ini dapat memudahkan pembaca mencerna lebih mudah ciri-ciri manusia Indonesia yang ia yakini. Di akhir pidato tersebut ia juga menambahkan saran-saran agar ciri-ciri yang negatif tersebut dapat diminimalisasi atau malah dihilangkan.

Melalui pidatonya ini Mochtar Lubis mencoba untuk membangkitkan pemikiran kritis. Namun, sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya ciri manusia Indonesia ini hanyalah stereotip. Dari berbagai tanggapan yang ada, sekiranya dapat membantu kita untuk menganalisis dan bercermin apakah benar ciri-ciri tersebut memang ada pada diri manusia Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait