ABSTRAK
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN BAURAN PEMASARAN KERIPIK PISANG PADA PERUSAHAAN KERIPIK PISANG SUSENO
BANDAR LAMPUNG Oleh
Herwin Budianto1, Hurip Santoso2, Rabiatul Adawiyah2
Propinsi Lampung merupakan produsen pisang terbesar ketiga setelah Jawa Barat dan Jawa Timur. Tingginya jumlah produksi pisang di Propinsi Lampung mengakibatkan banyaknya pisang di pasar lokal sehingga perlu dicari alternatif pengolahan sebagai bahan makanan olahan yang awet. Diversifikasi produk olahan pisang yang mempunyai prospek untuk dikembangkan di Propinsi Lampung adalah agroindustri keripik pisang. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan pisang menjadi keripik pisang pada perusahaan keripik pisang Suseno, (2) Mengetahui kombinasi komponen bauran pamasaran yang diterapkan oleh perusahaan keripik pisang Suseno. Metode penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada perusahaan keripik pisang Suseno Bandar Lampung. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis bauran pemasaran, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis nilai tambah produk keripik pisang pada perusahaaan keripik pisang Suseno.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:(1) Nilai tambah terbesar ada pada jenis keripik pisang rasa keju, sebesar Rp 8.370,75 per kilogram bahan baku, diikuti oleh jenis keripik pisang rasa cokelat karamel sebesar Rp 6.952,-, keripik pisang rasa cokelat sebesar Rp 6.765,33, keripik pisang rasa asin sebesar Rp 3.290,75 dan keripik pisang rasa manis sebesar Rp 3.189,50. (2) Komponen produk menunjukkan perusahaan Suseno menghasilkan lima jenis rasa yakni manis, asin, keju, cokelat, dan cokelat karamel yang dikemas dalam empat bentuk kemasan dengan tujuh ukuran yang berbeda. Komponen distribusi menunjukkan perusahaan Suseno membagi wilayah pemasarannya berdasarkan ketersediaan mengantar pesanan produk. Bentuk promosi yang dilakukan oleh perusahaan Suseno adalah melalui pemasaran langsung, potongan harga, dan penggunaan media internet. Penetapan komponen harga pada
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai tambah yang dihasilkan oleh pengolahan pisang segar menjadi keripik pisang pada
perusahaan keripik pisang Suseno berbeda-beda pada tiap jenis rasa. Nilai tambah terbesar ada pada jenis keripik pisang rasa keju, yakni sebesar Rp 8.370,75 per kilogram bahan baku, kemudian diikuti oleh jenis keripik pisang rasa cokelat karamel sebesar Rp 6.952,-, keripik pisang rasa cokelat sebesar Rp 6.765,33, keripik pisang rasa asin sebesar Rp 3.290,75 dan keripik pisang rasa manis sebesar Rp 3.189,50. Nilai NT > 0 berarti pengembangan agroindustri keripik pisang memberikan nilai tambah (positif).
harga, dan penggunaan media internet. Penetapan harga pada perusahaan Suseno didasarkan pada harga pokok, dan persepsi konsumen terhadap nilai dengan tingkat keuntungan bersih yang dikehendaki sebesar 10 – 25 persen, sedangkan harga pada tingkat pedagang pengecer ditetapkan dengan mark-up pricing method, dengan besaran mark-up berkisar antara Rp 750, - sampai Rp 10.500,-.
B. Saran
1. Perusahaan keripik pisang Suseno sebaiknya meningkatkan kegiatan promosi pada produk keripik pisang rasa cokelat karamel sebagai produk baru agar lebih dikenal dan disukai konsumen seperti halnya rasa manis dan cokelat, karena apabila dilihat dari nilai tambahnya, keripik rasa karamel memiliki nilai tambah yang cukup tinggi dan juga mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan rasa lain (cokelat, manis, dan asin).
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Indonesia merupakan negara agraris. Sektor pertanian selalu menempati posisi yang strategis dalam struktur perekonomian nasional, terutama dalam penyediaan pangan utama,
penyerapan tenaga kerja, serta mendukung pengembangan sektor lain melalui penyediaan bahan baku. Peran sektor pertanian yang vital tersebut menunjukkan kegiatan pembangunan sektor pertanian harus terus dikembangkan. Sasaran pembangunan pertanian dewasa ini lebih ditekankan pada ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis termasuk didalamnya pengembangan sub-sektor hortikultura yaitu buah-buahan dan tanaman hias. Salah satu produk sub-sektor hortikultura yang cukup potensial adalah buah-buahan.
5.270.131 ton. Di Pulau Jawa, Propinsi Jawa Barat merupakan penyumbang produksi pisang terbesar yaitu sebesar 1.238.833 ton atau sebesar 23, 51 persen dari total produksi pisang nasional. Sedangkan di luar Jawa penyumbang produksi pisang terbesar berasal dari Propinsi Lampung yaitu sebesar 747.193 ton atau sebesar 14,18 persen dari total produksi pisang nasional. Perkembangan produksi pisang pada sentra produksi pisang di Indonesia periode tahun 2006—2007 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan produksi pisang pada sentra produksi pisang di Indonesia periode tahun 2006-2007.
Propinsi Produksi (ton) Pertumbuhan
2006 2007 (%)