• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DEFENSE MECHANISM PADA NARAPIDANA WANITA PELAKU TINDAK KEKERASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS DEFENSE MECHANISM PADA NARAPIDANA WANITA PELAKU TINDAK KEKERASAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Hal tersebut dapat dibuktikan dari sisi fisiologis, afeksi maupun intelektualitas, oleh karena itu manusia memerlukan suatu penyesuaian diri terhadap lingkungannya dan pemenuhan terhadap segala kepuasan yang terbentuk dalam diri manusia itu. Ketika adanya penyesuaian diri, maka manusia tidak terlepas dari kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi.

Seiring dengan bertambahnya angka pertumbuhan manusia, maka semakin banyak pula penyesuaian dan kebutuhan-kebutuhan manusia yang harus dipenuhi

baik dari fisik maupun psikis. Berbagai kebutuhan yang sangat banyak tersebut akan menimbulkan keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhan itu.

Kehidupan seseorang biasanya akan berlangsung baik jika bisa memenuhi semua kebutuhannya, tetapi jika kebutuhan itu tidak terpenuhi maka seseorang tersebut akan mengalami kecemasan dan mereka akan berusaha mencari jalan keluar sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya, sampai seseorang tersebut akan merasakan kepuasan terhadap apa yang menjadi kebutuhannya.

(2)

Pemasyarakatan yang sudah ada sebelumnya, selain itu citra wanita yang seolah-olah lebih bertahan terhadap kejahatan mulai pudar.

Hal tersebut bertolak belakang dengan citra seorang wanita yang pada dasarnya memiliki atribut sebagai sosok yang dekat dengan kelembutan dan membutuhkan perlindungan ditambah dengan peran wanita sebagai seorang pendidik yang dalam sifatnya terdapat kasih sayang terhadap lingkungan sekitar, memberikan rasa aman, dan mengayomi. Hal tersebut tidak berlaku terhadap para narapidana wanita, maka persoalan yang terjadi adalah bagaimana bisa seorang wanita melakukan tindakan kekerasan yang mungkin sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh masyarakat.

Tidak sedikit pula wanita melakukan tindakan kekerasan atau agresi untuk

menyakiti orang lain, di Jakarta angka kekerasan terhadap anak di wilayah Jabodetabek sepanjang 2010 terus naik seiring dengan tingkat kesadisannya.

Komisi Nasional Perlindungan Anak bahkan mencatat pelaku kekerasan terhadap anak sebesar 70 persen dilakukan ibu. Berdasarkan data Komnas PA, tercatat hingga pertengahan pekan ketiga September 2010 sebanyak 2.044 kasus. Angka ini meningkat hingga 30 persen dari 2009 lalu yang tercatat 1.998 kasus. Pada 2008 tercatat 1.826 kasus dan 1.510 kasus pada 2007. Menurut Ketua Komnas PA sebesar 70 persen dari kasus tersebut dilakukan oleh ibu. Baik ibu kandung, ibu tiri, ibu guru, ibu angkat, dan tante atau perempuan lainnya (tvOne news, 2010).

Tindakan agresi lainnya adalah kasus pembunuhan oleh istri terhadap suaminya di Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo. Sang istri telah menyiapkan sepucuk senapan angin, aksi kejahatan dilakukan di kamar tersangka dengan cara menembak korban dan tembakannya mengenai belakang kuping sebelah kiri sebanyak satu kali. Selama tiga hari itu suami disiksa dan berbagai pukul dan mengunakan benda keras, setelah suaminya meninggal lalu mayat diletakkan diparit pinggir jalan. Menurut pengakuan tersangka dirinya tega membunuh suaminya sendiri, karena sakit hati yang dialami oleh ulah suaminya selama ini yang berlaku kasar (Hukrim, 2010)

(3)

3

sementara penyebab kalapnya Sunari (39) hingga tega menggorok bayinya sendiri yang baru berusia dua pekan diduga kuat karena kesal anaknya rewel ujar Kanit Reskrim Polsek Pasar Minggu Ipda Johan Rofi di Jakarta. Selain itu polisi juga menduga, tindakan brutal Sunari itu akibat ketidaksiapan mental karena pada dasarnya ia sudah menggunakan alat kontrasepsi namun tetap kebobolan sehingga tersangka tidak bisa menerima kehadiran anak bungsunya dan usia bayinya terpaut jauh dengan dua anak sebelumnya, ujar Kasatreskrim lagi. Menurut pengakuan Sugino, istrinya menyatakan tak sanggup merawat Aulia. Bahkan Sunari sempat meminta izin agar Aulia dirawat oleh adik iparnya tapi Sugino tidak mengizinkan (Saifullah & Arie Firdaus, 2010).

Kasus pembunuhan lain yaitu pembunuhan terhadap Agnes Kharisma pada tanggal 7 Februari 2011 di Jagakarsa, Jakarta Selatan, yang dilakukan oleh ibu

kandungnya sendiri dengan bantuan anak angkat dan temannya. Menurut Kapolres Jakarta Selatan Komisaris Besar Polisi Gatot Eddy Pramono, penyebab

terjadinya peristiwa pembunuhan itu karena tersangka sakit hati dengan sikap anaknya yang mengusirnya dari kontrakan korban dan tersangka diperlakukan seperti orang lain bukan seperti seorang anak terhadap ibunya ( Umi, 2011).

Ruyati binti Satubi 54 tahun terbukti bersalah membunuh wanita Saudi, Khairiya binti Hamid Mijlid, yang tidak lain adalah istri majikannya. Menurut penuturan Een Nuraeni yang merupakan putri kandung Ruyati, ini adalah ketiga kalinya ibunya berangkat ke Arab Saudi pada 2008. Selama bekerja di Arab Saudi, ibunya tak pernah mengeluh, tapi dia mendapat cerita dari seorang teman ibunya bahwa majikan ibunya sangat kasar. Ibunya sering dilempar sandal oleh majikannya. Selain dilempar sandal, dia juga kadang dipukul dan pernah 7 bulan tidak dibayar gajinya. Terakhir, menurut Een, dia didorong majikannya dari tangga hingga kakinya patah dan selain mendapat perlakuan kasar, Ruyati juga sering kelaparan, kejadian itu terjadi tiga bulan sebelum pembunuhan. Ruyatipun akhirnya dihukum pancung di Arab Saudi (Abi, 2011).

Semua kasus-kasus tentang kekerasan yang dilakukan oleh perempuan memiliki kesamaan sebelum mereka melakukan tindakan kekerasan, yaitu tentang

(4)

Kejadian-kejadian yang membuat ketidaknyamanan itu berupa kondisi eksternal yang mengancam bahkan menyakiti secara fisik pada perempuan-perempuan tersebut dan diterima secara berulang-ulang dengan selang waktu yang lama. Kondisi yang mengancam dan berulang-ulang itulah yang membuat perempuan-perempuan tersebut melakukan tindakan kekerasan.

Di setiap kondisi yang mengancam, para perempuan tersebut berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi mereka agar stabil yaitu dengan ego mengeluarkan defense mechanismnya di setiap kondisi yang mengancam stabilitas ego, karena defense mechanism berperan penting dalam pembangunan kepribadian, adaptasi lingkungan dan melindungi diri dari konflik internal dan emosional. Seperti yang dikatakan oleh Freud ( dalam Alwisol, 2007) bahwa defense mechanism merupakan strategi yang dipakai individu untuk bertahan

melawan ekspresi impuls id serta menentang tekanan superego. Ego yang mereaksi bahaya munculnya impuls id dengan melakukan sebuah pembentengan

impuls sehingga tidak muncul menjadi tingkahlaku sadar dan membelokkan impuls itu sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan dan diubah. Ditambahkan lagi menurut Freud tentang defese mechanism yang merupakan fungsi mental untuk melindungi individu dari kecemasan yang berlebihan. Defense mechanism ini mengerahkan fungsi perlindungan terhadap distorsi atau penghapusan dari gangguan pikiran, perasaan dan persepsi. Pada saat situasi dimana kecemasan itu datang dan seseorang mengalami emosi yang negatif, maka mereka cenderung untuk mencari alternatif lain untuk menginterpretasikan peristiwa itu dalam rangka mereduksi emosinya dengan defense mechanism seperti penolakan, penyangkalan dan fantasi (Baihaqi & dkk., 2005). Defense mechanism bekerja dalam taraf unconsciousness, jika ada stimulus yang membuat cemas maka hanya pertahanan ego yang merepress stimulus-stimulus ke dalam ketidaksadaran, tetapi jika terlalu lama maka hal tersebut akan bertumpuk-tumpuk yang akhirnya ketika ada stimulus lagi (locus of weekness) yang kecil maupun besar maka defense mechanism yang dipakai dulu tidak efektif sehingga timbul perilaku agresi.

Menurut Lazarus & Lazarus (1984) menyerang ditimbulkan dari dorongan

(5)

5

dianggap sebagai penghinaan tidak selalu merupakan kejadian yang dialami sendiri oleh individu. Emosi marah, menurut Frijda, Kuipers, dkk (1989) merupakan suatu emosi yang didominasi kesiapan untuk beraksi. Dari penelitian yang mereka lakukan, disimpulkan bahwa ada dua unsur dalam emosi marah, yaitu unsur bergerak melawan atau moving against (kecenderungan untuk antagonis seperti menyerang atau beroposisi) dan boiling inwardly (mendidih di dalam).

Selain itu situasi frustasi atau konflik pada diri seseorang, menurut Dollar-Miller (dalam Koeswara, 1988) frustasi merupakan situasi di mana individu terhambat atau gagal dalam usaha untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, atau mengalami hambatan untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan. Situasi-situasi tersebut memunculkan aversi atau reaksi negatif

internal seseorang yang ditunjukkan dengan berbagai cara, salah satunya kemarahan. Ditambah lagi menurut Berkowitz (dalam Koeswara, 1988), ada dua

faktor yang menjadi persyaratan bagi kemunculan agresi, yakni kesiapan untuk bertindak agresi yang biasanya terbentuk oleh pengalaman frustasi dan isyarat-isyarat atau stimulus-stimulus eksternal yang memicu pengungkapan agresi.

Berkowitz (dalam Koeswara, 1988) juga menekankan bahwa frustasi sebaiknya dilihat sabagai suatu kasus khusus yang berkaitan dengan stimulus aversi dan agresi, artinya frustasi dapat mengarahkan individu bertindak agresif karena frustasi bagi individu merupakan situasi yang tidak menyenangkan dan individu ingin mengatasi atau menghindarinya dengan berbagai cara, termasuk agresi.

Dalam teori sosial-kognitif menyertakan peran dari ekspektasi dan kompetensi dalam menjelaskan perilaku agresif. Orang yang berharap perilaku agresif akan menghasilkan implikasi positif akan lebih mungkin melakukan tindakan tersebut. Orang yang kurang memiliki kompetensi untuk menyelesaikan masalah-masalah interpersonalnya tanpa lari pada agresi akan lebih mungkin bertindak agresif dalam situasi-situasi konflik (Nevid,Ratus & Greene, 2003).

Menurut psikoanalisis, tindakan agresif didasari oleh insting kematian

(6)

agresif yang dilepas dengan istilah katarsis merupakan langkah yang aman dan dapat diterima. Sedangkan agresi nyata timbul apabila impuls-impuls agresif meningkat sedangkan ego tidak mampu menampung impuls destructive ini atau ego lemah (Nevid,Ratus & Greene, 2003).

Seseorang yang dikatakan mampu mengatasi masalah yang dihadapinya dengan baik jika dia mampu mengatasi masalahnya tanpa menimbulkan kerusakan pada lingkungan sekitarnya, tetapi bila dia mengatasi masalahnya dengan menimbulkan banyak kerusakan di lingkungannya dan terlebih lagi melakukan tindak agresi yang melanggar norma maka ada kondisi psikologis yang membuatnya berperilaku jahat seperti itu. Pada dasarnya seseorang bisa melakukan tindak kejahatan yang dilakukannya dengan sadar ataupun tidak sadar. Kejahatan yang dilakukan dengan sadar berarti seseorang akan memikirkannya,

merencanakan pada satu maksud secara sadar, tetapi bila dilakukan secara setengah sadar bahkan tidak sadar berarti seseorang tersebut didorong oleh

impuls-impuls yang hebat, dorongan paksaan yang sangat kuat dan obsesi-obsesi. Semua dorongan itu akan menumpuk apabila seseorang terjebak dalam situasi yang menurutnya sangat mengancam sehingga akan terjadi penyerangan bahkan peristiwa pembunuhan karena berusaha untuk mempertahankan hidupnya (Kartini Kartono, 1999).

Sebagaimana pada pendapat dalam penelitian yang berhubungan dengan agresi dan defense mechanism pada laki-laki dan wanita di universitas Messina, Italia bagian psikiatri telah diperoleh bahwa Turning Against Object (TAO) telah mendominasi dari klaster-klaster yang ada. Salah satu defense mechanismnya yaitu displacement, displacement sering digunakan dalam memodulasi ekspresi dan pengalaman kemarahan. Hal tersebut dilatarbelakangi dengan adanya faktor sifat kemarahan (T-A), reaksi (T/A-R) dan ekspresi kemarahan (AX/EX) yang ditunjukkan dengan penyerangan yang nyata serta frustasi.

Pada penelitian lain yang dilakukan Setyoashih dkk. (2003) tentang pengambilan keputusan membunuh suami oleh narapida di lapas wanita II Malang mendapatkan bahwa keseluruhan subjek penelitian ketika dihadapkan dengan

(7)

7

bentuk yang lebih kuat. Predisposisi yang terdapat pada setiap subjek adalah subjek dengan sikap introvert dan impulsif, sehingga dapat berpengaruh pada kontrol diri yang rendah. Toleransi subjek terhadap konflik berperan dalam pengambilan keputusan membunuh suami. Setiap subjek memiliki toleransi yang cenderung rendah dalam menghadapi konflik, sehingga subjek mudah menyerah, putus asa untuk mencari pilihan yang lebih rasional dan sesuai dengan norma.

Dengan demikian maka tidak menutup kemungkinan defense mechanism yang digunakan oleh setiap napi berbeda tergantung kondisi internal dan eksternal, sehingga dari defense mechanism yang berbeda itu terdapat kekhasan yang dimiliki. Maka dari itu peneliti akan mencari kekhasan defense mechanism dan dinamika defense mechanism yang terjadi pada narapidana yang melakukan kekerasan.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan pokok yang diajukan oleh peneliti adalah “bagaimana defense mechanism pada napi wanita pelaku kekerasan terhadap

orang lain”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui defense mechanism pada napi wanita pelaku kekerasan terhadap orang lain.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis

a) Napi

Para napi lebih mengenal karakter yang dimiliki dan sebagai bahan untuk mengelola sikap menjadi lebih baik setelah napi kembali di tengah masyarakat.

b) Lembaga Pemasyarakatan

a. Selain memiliki data yang bersifat hukum, LP juga memiliki data

(8)

b. LP bisa membuat program rehabilitasi untuk narapidana dengan kejahatan-kejahatan tertentu. Dengan proses rehabilitasi, napi memiliki cara untuk melindungi diri (mengelola defense mechanism, jika pengelolaan dalam diri napi bagus maka napi

mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik). 2. Manfaat teoritis

(9)

ANALISIS DEFENSE MECHANISM PADA NARAPIDANA WANITA PELAKU TINDAK KEKERASAN

SKRIPSI

Oleh :

Intri Surya Jayanti 07810146

FAKULTAS PSIKOLOGI

(10)
(11)
(12)
(13)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirrahim,

Segala syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih sayang dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Analisis Defense Mechanism pada Narapidana Wanita Pelaku

Tindak Kekerasan”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

2. Dra. Tri Dayakisni, M.Si dan M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Psi selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 4. Kepala Kantor Wilayah Hukum dan HAM Jawa Timur yang telah

memberikan ijin dan fasilitas bagi penulis untuk melakukan penelitian

5. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Wanita kelas IIA Malang yang telah memberikan ijin dan fasilitas bagi penulis untuk melakukan penelitian

6. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan dukungan berupa doa dan kasih

(14)

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tiada satupan karya menusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 1 Mei 2012 Penulis

(15)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Kata Pengantar ... v

Intisari ... vii

Daftar Isi ... viii

Daftar tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tinjauan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defense Mechanism 1. Pengertian ... 9

2. Ciri-Ciri ... 10

3. Bentuk Defense Mechanism ... 14

B. Kekerasan 1. Pengertian ... 36

2. Faktor-Faktor Penyebab ... 40

3. Bentuk-Bentuk Kekerasan ... 42

4. Kontrol Terhadap Kekerasan ... 42

C. Wanita 1. Pengertian ... 43

2. Peran Dan Tugas Wanita ... 44

D. Defense Mechanism Dengan Tindakan Kekerasan ... 45

BAB III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 47

B. Batasan Istilah ... 47

(16)

G. Keabsahan Data ... 52

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek dan informan penelitian ... 53

2. Deskripsi Data ... 53

B. Hasil Analisis Data ... 63

C. Pembahasan ... 78

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 81

B. Saran- Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA... 83

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat keterangan penelitian dari fakultas... 85

Lampiran 2. Surat keterangan penelitian dari LPW II A Malang... 86

Lampiran 3. Surat keterangan penelitian dari Kantor Wilayah Hukum dan HAM Jawa Timur... 87

Lampiran 4. Guide Interview... 88

Lampiran 5. Informed consent... 90

Lampiran 6. Hasil Verbatim... 93

Lampiran 7. Jadwal Penelitian... 121

(18)

dari http://www.wartanews.com/read/Nasional/b95eb675-18b3-5c33-6648-2ab7ad4e8326/Motif-Pembunuhan-Oleh-Ruyati.

Arif, S.I., (2006). Dinamika kepribadian : gangguan dan terapinya. Bandung : PT Refika Aditama.

Alwisol. (2007). Psikologi kepribadian (Ed. revisi). Malang : UMM Press.

Baihaqi, MIF., dkk. (2005). Psikiatri konsep dasar dan gangguan-gangguan. Bandung : PT Refika Aditama.

Dayakisni & Hudaniah. (2006). Psikologi sosial. Malang : UMM Press.

Davison, C., Neale, M., & Kring, M. (2004). Psikologi abnormal. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Feist & Feis. (2010). Teori kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika.

Firdaus, A. (2010, 2 Agustus ). Kasus ibu gorok bayi, polisi belum temukan bukti

pembunuhan berencana. Diakses 21 Juli 2011 dari

http://www.tempointeraktif.com/hg/kriminal/2010/08/01/brk,20100801-267962,id.html.

Hukhrim. (2011, 7 Januari). Pembunuhan suami diancam 20 tahun. Diakses 28 Juni 2011 dari http://www.metrojambi.com/hukrim/2964-pembunuh-suami-diancam-20-tahun-.html.

Kartono, Kartini. (1999). Patologi sosial julid I. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Kekerasan mendominasi kasus kekerasan di tahun 2010. (2010, 22 Desember).

TVOne. Diakses 26 Desember 2010 dari

http://sosialbudaya.tvonenews.tv/berita/view/46583/2010/12/22/kekerasan _anak_mendominasi_kasus_kekkerasan_di_2010_tvOne.

Koeswara, E. (1988). Agresi Manusia. Bandung : PT Eresco.

(19)

Nevid, S.J., Rathus, A.,S., Greene, B. (2003). Psikologi abnormal jilid II (Ed. Kelima). Jakarta : Penerbit Erlangga.

Notosoedirdjo, M., & Latipun. (2007). Kesehatan mental : konsep dan penerapan (cetakan keempat). Malang : UMM Press.

Saifullah, M. (2010, 1 Agustus). Sunari mengaku gorok bayinya karena rewel.

Diakses 13 Juli 2011 dari

http://news.okezone.com/read/2010/08/01/338/358564/sunari-mengaku-gorok-bayinya-karena-rewel.

Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental I. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Setyoashih, DP,B., Karyono, Indrawati, S.E., (2003). Pengambilan keputusan membunuh suami pada narapidana di lapas wanita II-A Malang. Diakses tanggal 13 April 2011dari http://eprints.undip.ac.id/24796/1/ 2003l.pdf.

Sugiyono. (2009). Metodelogi penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Alfabeta : Bandung.

Umi. (2011, 24 Maret). Pembunuh Agnes ternyata ibu kandungnya . Diakses 27 September 2011 dari http://www.ptclegit.com/berita/pembunuh-agnes-ternyata-ibu-kandungnya.

Yusuf, LN & Nurihsan. (2007). Teori kepribadian. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan menggunakan rubrik yang diadaptasi dari Harnugrawan (2012) seperti pada Lampiran Rubrik penilaian Mind Map. Skor akhir Mind Map didapat dari menjumlahkan

Soekarno : “Mereka bilang, Jepang telah mengalah pada sekutu dan mereka ingin kita segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia”?. Ahmad Soebardjo

Untuk memecahkan rumusan tantangan bisnis yang dihadapi oleh TOTAL Oil Indonesia (TOI) dalam implementasi strategi pemasaran SPBU TOTAL di Bandung, terdapat beberapa alternatif

Keterangan Pihak Terkait Template Keterangan Pihak Terkait dan Soal Permohonan Pemohon 250 Ni Putu Candra Dewi, S.H.. Keterangan Pihak Terkait Template Keterangan Pihak Terkait dan

Selanjutnya akan diurai makna motif yang terdapat pada motif kerawang Gayo pada upacara kerje mungerje (perkawinan) yaitu motif mun berangkat (awan berarak), puter tali

menciptakan bentuk kegiatan pembelajaran yang bervariasi yaitu siswa terlibat aktif dalam berbagai pengalaman. Siswa mulai terlibat aktif yaitu pada tahapan pertama pada

This research used 3 methods of pH adjustments for determining the ability of benzoic acid eliminates chromium.. For method 1 and 2, the pH adjustment is undergone by applying the

Dalam sistem ini setiap suara yang diperoleh oleh suatu partai atau. golongan dalam suatu daerah pemilihan dapat ditambahkan pada jumlah