BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem politik
demokrasi.Demokrasi pada hakikatnya merupakan kekuasaan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat.1Dengan kata lain bahwa dalam negara demokrasi
kedaulatan berada di tangan rakyat. Itu artinya bahwa rakyat mempunyai peran
dan andil yang besar dalam menentukan keputusan-keputusan bagi negaranya. Hal
ini kembali menegaskan bahwa dalam negara demokrasi rakyat ikut serta dalam
proses pengambilan keputusan (decision making process).
Menurut David Beetham dan Kevin Boyle (1998), keunggulan demokrasi
mengandung konsep kesetaraan sebagai warga negara, lebih memungkinkan
memenuhi kebutuhan kebutuhan rakyat biasa, mengakui perbedaan kelompok dan
penyelesaian masalah dengan kompromi, menjamin hak-hak dasar warga negara,
dan pembaharuan kehidupan sosial.2Rosseau juga menyebutkan dalam demokrasi
terkandung dua unsur, yaitu equal (persamaan) dan freedom (kebebasan).3
Demokrasi ditandai dengan oleh adanya tiga prasyarat : (1) kompetisi
didalam memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan, (2) partisipasi
masyarakat, dan (3) adanya jaminan hak-hak sipil dan politik. Dalam hal ini
1
Ahmad Suhelmi. 2001. Pemikiran Politik Barat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Pustaka Utama. hal 290
2
sistem pemilu (electoral system) merupakan salah satu instrumen kelembagaan penting di dalam negara demokrasi untuk mewujudkan tiga prasyarat
demikian.Melalui sistem ini, kompetisi, partisipasi, dan jaminan hak-hak politik
bisa dilihat.4
Pemilihan umum (general election) diakui secara global, sebagai sebuah arena untuk membentuk demokrasi perwakilan serta menggelar pergantian
pemerintahan secara berkala.Maka menurut teori demokrasi minimalis, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Joseph Schumpeter bahwa pemilihan
umum merupakan sebuah arena yang mewadahi kompetisi (kontestasi) antara
aktor-aktor politik yang meraih kekuasaaan partisipasi politik rakyat untuk
menentukan pilihan serta liberalisasi hak-hak sipil dan politik warga
negara.Dalam hubungan ini, partai politik merupakan aktor utama yang
berkompetisi untuk memperoleh dukungan massa dan meraih kekuasaaan eksekutif dan legislatif.5
Setidaknya hingga saat ini Indonesia telah sebelas kali menggelar pemilu,
yaitu sejak pemilu 1955-2014.Terdapat begitu banyak dinamika jumlah peserta
pemilu demikian juga pada sistem pemilu yang diterapkan.Sejak pemilu 1955
Indonesia menganut sistem proporsional di dalam pemilu.Dimana dalam sistem
ini, alokasi jumlah kursi di lembaga perwakilan didasarkan pada perolehan suara
masing-masing peserta pemilu secara proporsional.Alokasi dan distribusi kursi
didasarkan pada jumlah penduduk.Seiring berjalannya waktu, sistem proporsional
4
Kacung Marijan. Op. Cit., hal 83
5
yang digunakan di dalam pemilu pun mengalami modifikasi. Adapun sistem
pemilu yang pernah diterapkan indonesia pada pemilu legislatifnya yaitu pada
pemilu pertama tahun 1955 indonesia menggunakan sistem proporsional tidak
murni, pemilu tahun 1971 sistem perwakilan berimbang dengan telsel daftar, pada
pemilu ketiga tahun 1977 s/d pemilu 1997 sistem proporsional, tahun 1999
indonesia menggunakan sistem proporsional berdasarkan stelsel daftar dan pada
pemilu tahun 2004 menggunakan sistem perwakilan proporsional.6Dan terakhir
sejak pemilu 2009 hingga pemilu 2014 menerapkan sistem pemilu proporsional
terbuka.
Adapun perbedaan pemilu 2014 dan pemilu sebelumnya yaitu pemilu
legislatif yang dilaksanakan pada 9 April 2014 menjadi pertarungan yang sengit
baik itu secara internal partai maupun antar partai bagi para calon anggota
legislatif yang telah masukdalam DCT di KPU. Hal ini disebabkan karena sejak
awal caleg sudah mengetahui mekanisme suara terbanyak sesuai dengan
keputusan MK yang merevisi UU no.10 tahun 2008 menjadi UU No.8 tahun 2012
tentang pemilu legislatif, yang sejak awal memutuskan sistem suara terbanyak.
Berbeda dengan situasi pada pemilu legislatif tahun 2009 yang telah berlalu
sebelumnya, dimana MK memutuskan sistem suara terbanyak (open-list proportional system) hanya beberapa bulan sebelum pileg dimulai. Kali ini sosialisasi lebih awal dan yang lebih luas memberikan efek suara caleg lebih besar
meningkatkan elektabilitas partainya dibanding pemilu sebelumnya.
Pada pemilu legislatif tahun 2014 lalu, pelaksanaan pemilu diatur dalam
UU No 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD.
Pada undang undang tersebut dijelaskan pada pasal 5 dan pasal 215 tentang sistem
pemilu yang berbunyi :
Pasal 5 ayat (1) pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan
DPRD Kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional terbuka.
Pasal 215 tentang penetapan calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi
dan DPRD Kabupaten/kota dari partai politik perserta pemilu didasarkan pada
perolehan kursi partai politik peserta pemilu di suatu daerah pemilihan dengan
ketentuan sebagai berikut :7
(a) Calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD Kabupaten/kota
ditetapkan berdasarkan calon yang memperoleh suara terbanyak.
(b) Dalam hal dua calon atau lebih yang memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud huruf a dengan perolehan suara yang sama, penentuan calon
terpilih ditentukan berdasarkan persebaran perolehan suara calon pada
daerah pemilihan dengan mempertimbangkan keterwakilan perempuan.
(c) Dalam hal calon yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, jumlahnya kurang dari jumlah kursi yang diperoleh partai politik
peserta pemilu, kursi yang belum terbagi diberikan kepada calon
berdasarkan perolehan suara terbanyak berikutnya.
7
Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat harus diikutsertakan dalam
proses politik, maka rakyat berhak ikut serta menetukan seseorang yang akan
menjadi pemimpin mereka, dan untuk menentukan isi kebijakan publik yang
mempengaruhi kehidupan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rosseau.Sebagaimana yang dikatakan Rosseau bahwa kedaulatan rakyat
dilaksanakan melalui volunte generale (kehendak umum) dimana pengambilan keputusan dilakukan melalui sistem suara terbanyak.Dalam perkembangan
demokrasi modern, prinsip suara terbanyak atau suara mayoritas menjadi prosedur
kunci yang menjadi ciri tidak terhindarkan dari sebuah tatanan politik yang
demokratis.Tatanan politik yang demokratis bilamana prinsip ini diterapkan
dalam pengambilan keputusan.8
Sistem proporsional terbuka memberikan keleluasaan bagi pemilih untuk
memilih nama calon legislatif yang akan mereka pilih. Karena selain disodori
gambar partai, dalam sistem proporsional terbuka pemilih juga disodori daftar
nama-nama calon legislatif.Hal ini berbeda dengan sistem pemilu proporsional
tertutup.Dalam sistem tertutup pemilih hanya disodori gambar partai sedangkan
nama-nama anggota legislatif yang akan duduk di parlemen akan ditentukan oleh
partai politik itu sendiri sesuai dengan prosentase kursi yang diperoleh. Hal ini
senada pada pemilu tahun 2004 dan pemilu-pemilu yang berlangsung
sebelumnya.Artinya pada pemilu tersebut rakyat sudah dibatasi untuk memilih
wakil mereka.
8
Dengan sistem pemilu proporsional terbuka yang ditandai dengan rakyat
memiliki kebebasan menentukan siapa yang layak untuk menjadi wakil mereka di
palemen, maka bagi mereka kandidat calon yang memperoleh suara terbanyak
dari konstituen/para pemilih sudah pasti memperoleh bagian dari alokasi kursi
untuk mewakili rakyat.Tidak peduli pada urutan berapa mereka dalam daftar
urutan calon legislatif di setiap partai. Setiap kandidat dalam setiap nomor urut
baik “nomor urut jadi’’ maupun “nomor urut sepatu” memiliki peluang yang sama
untuk memenangkan kompetisi pemilu, tanpa menunggu giliran. Maka dengan
sistem ini partai politik terutama kandidat calon legislatif akan semakin tergugah
melakukan cara apapun, meningkatkan metode kampanyenya untuk meperoleh
suara terbanyak. Termasuk juga memasukkan caleg-caleg yang memiliki
popularitas tinggi meskipun tidak memiliki basik yang kuat dalam politik maupun
integritas di dalam partai politik.
Di satu sisi dalam menggunakan sistem proporsional terbuka menurut Nico
Harjanto seorang pengamat dan peneliti, terjadi kompetisi antara caleg dalam
internal partai politik, sehingga ada kemungkinan terjadi konflik.9Kemudian juga
ada kemungkinan bahwa sistem ini memungkinkan kader-kader berkualitas dan
loyal, justru terpental oleh kader-kader yang memiliki popularitas yang instant
dan memiliki banyak dana dalam melakukan pendekatan kepada rakyat pemilih.
Sistem ini juga berpotensi memperkuat praktek politik berbiaya tinggidan
9
mendorong caleg untuk berkompetisi dengan cara mengandalkan publikasi
dibandingkan kerja politik berbasis kerja nyata.
Hal senada juga diungkapkan oleh pengamat Kris Nugroho.Dia
memaparkan tiga dampak dari sistem pemilu proporsional terbuka.Pertama, makin
kuatnya calon membentuk jaringan elektoral pribadi yang memungkinkan mereka
menang atau bertahan dalam kompetisi elektoral.Maka calon semakin
pragmatis.Yang kedua, adalah calon makin jauh dari institusi partai.Dan yang
terakhir terjadi degradasi kelembagaan dan kepanduan atau kesisteman partai
karena karena ketika kampanye calon bekerja sebagai individu yang lepas dari
institusi partai pengusungnya.Pelembagaan partai menjadi sulit dicapai jika partai
makin tereduksi ke dalam instrumentalisasi jaringan politik pribadi aktor politisi
partai.10
Selain itu, pemilu dengan sistem proporsional terbuka juga akan
mengakibatkan menguatnya ideologi pasar disertai dengan melemahnya ideologi
partai politik. Melemahnya ideologi partai ini akan memunculkan suatu
perjuangan individualisme partai. Hal ini terlihat dari semakin membesarnya dana
kampanye dari setiap calon legislatif. Sejak diberlakukannya sistem ini biaya
kampanye caleg rata-rata meningkat hingga tiga setengah kali lipat, yaitu berkisar
dari 200 juta sampai 6 miliar rupiah. Hal ini juga mengakibatkan tergesernya para
aktivis partai oleh pengusaha-pengusaha yang memiliki dana yang lebih besar.
Hal lainyang juga muncul adalah menjadikan partai politik hanya sebagai
10
http://m.beritasatu.com/politik/207220-kelemahan-sistem-pemilu-proporsional-terbuka-versi-kemasan para caleg. Maka faktor pencitraan dan popularitas dari setiap caleg akan
sangat menonjol pada sistem ini. Hal tersebut dapat dilihat dari maraknya para
artis yang maju sebagai calon legislatif serta meningkatnya pemberitaan atau
pencitran seorang tokoh di berbagai media massa.11
Padahal kampanye sejatinya juga merupakan salah satu arena pendidikan
masyarakat.Pemilu menjadi sarana dan wahana dalam penyampaian pesan-pesan
politik baik oleh partai maupun kandidat yang mencalonkan diri.Melalui
kampanye menjadi sarana pemberdayaan masyarakat melalui mekanisme yang
mendidik dan membangun dalam konteks rekayasa dan penguatan partisispasi
publik atas dinamika politik serta tanggung jawab politik oleh masyarakat. Seperti
yang dikemukakan US Forest Service dengan paradigma Triple E, yaitu kampanye merupakan kegiatan partai politik yang mengandung tiga unsur utama ,
yaitu: Education, engineering, dan enforcement.12
Partai politik memiliki fungsi sosialisasi politik, suatu cara untuk
memperkenalkan nilai-nilai politik, sikap-sikap dan etika politik kepada
masyarakat. Termasuk hal ini didalam kampanye pemilu.Partai politik berperan
mensosialisakan ideologi dan progran partai, meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai hak dan tanggungjawab rakyat dalam pemilu, bagaiamana
pengaruh suara rakyat dalam pemilu, termasuk mempengaruhi perilaku pemilih
mengapa harus memilih partai politik atau kandidat tertentu pada saat
11
http//wahyufisipuns.blogspot.com/2014/02-sistem-pemilu-proporsional-terbuka.html?m=1. Diakses pada tanggal 8 April 2015. Pukul 14.30 WIB
12
pemilu.Sehingga kita bisa melihat apakah masyarakat atau para pemilih
benar-benar memilih parpol tertentu berdasarkan manifesto partai atau sekedar
keterkaitan emosional belaka.Pengetahuan masyarakat akan ideologi partai
menjadi penting, karena ideologi partai menjadi cita-cita suatu partai yang untuk
diwujudkan dalam berbagai kebijakan yang akan mereka buat dan berdampak
dalam kehidupan masyarakat luas.
Pada pemilu legislatif 2014 setidaknya terdapat dua belas partai politik
nasional yang terdaftar di kpu sebagai partai politik Peserta Pemilu dan tiga partai
politik lokal Aceh, Partai politik Peserta Pemilu tersebut adalah 1. Partai Nasdem,
2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), 3. Partai Keadilan Sejahtera (PKS), 4. Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), 5. Partai Golkar , 6. Partai Gerindra, 7.
Partai Demokrat, 8. Partai Amanat Nasional (PAN), 9. Partai Persatuan
Pembangunan, 10 Partai Hanura, 11. Partai Damai Aceh (PDA), 12. Partai
Nasional Aceh (PNA), 13. Partai Aceh, 14. Partai Bulan Bintang (PBB), 15 Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).
PDIP merupakan partai pemenang pemilu legislatif 2014, hal tersebut
ditandai dengan jumlah perolehan kursi DPR RI terbanyak berhasil diduduki
politisi asal partai PDIP.Berikut daftar hasil perolehan Kursi DPR RI
masing-masing partai politik.
Tabel 1.1
Hasil Perolehan Kursi DPR RI Oleh Partai Politik.
No. Partai Politik Jumlah Kursi Jumlah suara
2 Golkar 91 18.432.312
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa partai pemenang pemilu
legislatif tahun 2014 adalah partai PDI Perjuangan, berada posisi teratas dengan
perolehan suara 23.681.471 suara. PDI Perjuangan berhasil memperoleh 109 kursi
DPR RI, sedangkan diposisi terakhir adalah partai Hanura dengan perolehan suara
6.579.498 suara serta 16 kursi dati total 560 kursi DPR RI.
Tabel 1.2
Perolehan kursi Partai PDIP di DPRD Kabupaten Langkat.
No Partai Politik Jumlah Kursi Jumlah Suara
Di wilayah Kabupaten Langkat, partai PDI Perjuangan hanya berhasil
menempati posisi ketiga partai pemenang pemilu dengan perolehan suara
sebanyak 52.932 suara.PDI Perjuangan hanya berhasil merebut 6 kursi DPRD
Kabupaten langkat dari total 50 kursi. Diposisi terakhir diduduki oleh partai PKB
dengan perolehan 23.613 suara dan 2 kursi DPRD Kabupaten Langkat
Kendati partai PDIP merupakan partai pemenang pemilu pada pemilu
legislatif 2014, namun di Kabupaten Langkat partai PDIP menduduki posisi
ketiga partai pemenang pemilu legislatif.Partai PDIP berhasil menempatkan 6
kandidatnya untuk duduk di kursi DPRD Kabupaten Langkat periode 2014-2019.
Partai PDIP merupakan partai yang berasaskan pancasila, memiliki watak
kerakyatan.Partai ini juga dikenal dengan partai Wong cilik. Fondasi partai politik
diperkokoh dengan AD ART yang menekankan jati diri partai secara lebih
terbuka untuk semua warga negara indonesia tanpa membedakan suku, keturunan,
agama, kedudukan sosial, dan gender. Partai PDIP telah berketetapan menjadikan
dirinya sebagai sebuah partai modern dengan tetap berpegang teguh pada prinsip
berdaulat dibidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribdian dalam
bidang kebudayaan. Disebutkan pula tujuan umum partai adalah memajukan
kesejahteaan umun dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mendorong
khususnya adalah memenangkan pemilu agar PDIP memiliki sarana untuk
mencapai tujuan umumnya.13
Penelitian ini berfokus pada sosialisasi kampanye yang dilakukan oleh
partai politik maupun para kandidat caleg untuk memperoleh suara terbanyak
dalam pemilu yang menerapkan sistem pemilu proporsional terbuka, serta
bagaimana pengaruhnya terhadap idologi partai poitik.Apakah dengan terbukanya
dan luasnya melakukan kampanye untuk merebut suara rakyat partai politik
maupun kandidat caleg dari partai politik masih loyal maupun konsisten untuk
mensosialisasikan idologi partai dalam kampanye.Khususnya pada kampanye
partai politik maupun kandidat partai PDIP Kabupaten Langkat menjelang pemilu
legislatif 2014.
Sistem pemilu proporsional terbuka ditandai dengan terbukanya
kesempatan bagi setiap kandidat partai politik di setiap tingkatan nomor urut
untuk dipilih guna memperoleh alokasi kursi dewan perwakilan. Alokasi kursi
didasarkan pada perolehan suara terbanyak memacu partai politik maupun
kandidat partai untuk berkompetisi merebut suara rakyat sebanyak banyaknya
melalui kampanye.Namun yang menjadi persolan bagaimana konsistensi partai
terhadap ideologi partai dalam usaha memperoleh suara sebanyak-banyaknya
dalam pemilu legislatif tahun 2014.Ideologi partai menjadi sangat penting karena
ideologi partai menjadi asas, prinsip begitu pula kerangka kerja dalam membentuk
suatu kebijakan nantinya.Sehingga penulis mengambil judul Pengaruh Sistem
13
Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sosialisasi Ideologi Partai Dalam Kampanye. Penelitian ini akan dilaksanakan pada DPC partai PDIP Kabupaten Langkat.
B. Rumusan Masalah
Sistem pemilu proporsional terbuka ditandai dengan rakyat memiliki
kebebasan menentukan siapa yang layak untuk menjadi wakil mereka di palemen,
maka bagi mereka kandidat calon yang memperoleh suara terbanyak dari
konstituen/para pemilih sudah pasti memperoleh bagian dari alokasi kursi untuk
mewakili rakyat.Tidak peduli pada urutan berapa mereka dalam daftar urutan
calon legislatif di setiap partai. Setiap kandidat dalam setiap nomor urut baik
“nomor urut jadi” maupun “nomor urut sepatu” memiliki peluang yang sama
untuk memenangkan kompetisi pemilu, tanpa menunggu giliran.
Alokasi kursi didasarkan pada perolehan suara terbanyak memacu partai
politik maupun kandidat partai untuk berkompetisi merebut suara rakyat sebanyak
banyaknya melalui kampanye.Lalu bagaimana pengaruhnya terhadap ideologi
partai?Yang menjadi persoalan adalah bagaimana konsistensi partai (PDIP)
terhadap ideologi partai dalam usaha memperoleh suara sebanyak-banyaknya
dalam pemilu legislatif tahun 2014.Ideologi partai menjadi sangat penting karena
ideologi partai menjadi asas, prinsip begitu pula kerangka kerja dalam membentuk
penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh sistem pemilu proporsional terbuka
terhadap sosialisasi ideologi partai PDIP dalam kampanye pemilu.
C. Pembatasan Masalah
Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian berdasarkan
rumusan masalah ialah :
1. Kampanye Pemilu Partai PDIP menjelang Pemilu Legislatif tahun 2014
di Kabupaten Langkat.
2. Menganalisa bagaimana metode/strategi yang dilakukan partai politik
maupun kandidat partai politik dalam kampanye untuk mendulang suara
rakyat sebanyak-banyaknya sehingga dapat dianalisis pengaruhnya
terhadap ideologi partai.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sistem pemilu proporsional
terbuka terhadap sosialisasi ideologi partai dalam kampanye pada pemilu
legislatif tahun 2014 di Kabupaten Langkat.
2. Untuk mengetahui strategi kampanye pemilu yang dilakukan partai politik
PDIP untuk mmemperoleh suara rakyat sebanyak-banyaknya pada
3. Untuk mengetahui loyalitas para kandidat peserta pemilu Partai PDIP
terhadap Ideologi partai.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan bagi pembaca mengenai pelaksanaan pemilu, khususnya
penerapan sistem pemilu proporsional terbuka serta metode kampanye
yang dilakukan partai politik.
2. Secara Lembaga, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontibusi
terhadap ilmu pengetahuan dan menjadi referensi bagi Departemen Ilmu
Politik khususnya dalam kajian pengaruh sistem pemilu proporsional
terbuka terhadap sosialisasi ideologi partai dalam kampanye.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
sumber pendidikan politik bagi masyarakat, khususnya pengetahuan
masyarakat tentang ideologi partai politik dan peran serta masyarakat
dalam pemilu.
F. Kerangka Teori F.1 Pemilihan Umum
Dalam negara demokrasi modern atau demokrasi tidak langsung, yang
oleh rakyat.Untuk menentukan siapakah yang berwenang mewakili rakyat,
dilaksanakanlah pemilihan umum. Pemilihan umum adalah suatu cara memilih
wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat, serta salah
satu pelayanan hak-hak asasi warga negara dalam bidang politik. Untuk itu, sudah
menjadi keharusan bagi pemerintahan demokrasi untuk melaksanakan pemilihan
umum dalam waktu-waktu yang telah ditentukan. Secara universal pemilihan
umum adalah lembaga sekaligus praktik politik yang memungkinkan
terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan(representative goverment).Pemilu adalah sarana demokrasi yang dari padanya ditentukan siapa yang berhak
menduduki lembaga politik negara, legislative dan /atau eksekutif.14
Indria Samego menyebut pemilihan umum sebagai “political market’’,
artinya pemilihan umum adalah pasar politik tempat individu/masyarakat
berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial (perjanjian masyarakat) antara
peserta pemilihan umum (partai politik) dengan pemilih (rakyat) yang memiliki
hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian aktivitas politik yang
meliputi kampanye, iklan politik melalui media massa cetak, audio (radio),
maupun audio visual (televisi), serta media lainnya seperti spanduk, pamflet,
selebaran, bahkan komunikasi antar pribadi yang berbentuk face to face (tatap muka) atau lobby yang berisi janji politik lainnya guna meyakinkan pemilih
sehingga pada saat pencoblosan dapat menentukan pillihannya terhadap salah satu
14
partai politik yangmenjadi peserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam
badan legislative maupun eksekutif.15
Menurut Manuel Kaisiepo pemilihan umum memang telah menjadi tradisi
penting hampir-hampir disakralkan dalam berbagai sistem politik di dunia.Lebih
lanjut dikatakannyapemilihan umum penting karena berfungsi memberi legitimasi
atas kekuasaan yang ada dan bagi rezim baru, dukungan dan legitimasi inilah
yang dicari.16
Sehingga berdasarkan uraian diatas pemilu merupakan sarana kedaulatan
rakyat yang memiliki berbagai tujuan.Adapun Tujuan Penyelengaraan pemilu
menurut Jimly Asshiddiqie ada empat yaitu :17
1. Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan
secara tertib dan damai.
2. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili
rakyat di lembaga perwakilan.
3. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat di lembaga perwakilan
4. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara.
Asas pemilu
Adapun pemilu memiliki asas yaitu Langsung, Umum, Bebas, Rahasia,
Jujur dan Adil.Asas pemilu tersebut juga tertuang didalam UU No.23 tahun 2003,
tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Asas-asas itu meliputi :18
1. Langsung: Artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung
memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa
perantara.
2. Umum: Artinya semua warga negara yang telah berusia 17 tahun atau
telah menikah berhak untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun
berhak dipilih dengan tanpa ada diskriminasi.
3. Bebas: Artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya
tanpa ada pengaruh, tekanan, atau paksaan dari siapa pun/dengan apa pun.
4. Rahasia: Artinya rakyat pemilih dijamin oleh peraturan tidak akan
diketahui oleh pihak siapapun dan dengan jalan apa pun siapa yang
dipilihnya atau kepada siapa suaranya diberikan.
5. Jujur: Dalam penyelenggaraan pemilu, penyelenggara
pelaksana,pemerintah dan partai politik peserta pemilu, pengawas dan
pemantau pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat
secara tidak langsung, haru bersikap jujur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
6. Adil: Dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik
peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan
pihak manapun.
18
F.1.2 Sistem Pemilu
Sistem pemilihan umum dapatlah dirumuskan sebagai sebuah instrumen
untuk menerjemahkan perolehan suara di dalam pemilihan umum (pemilu) ke
dalam kursi-kursi yang dimenangkan oleh partai atau calon. Ben Reilly
sebagaimana dikutip joko J. Prihatmoko mengataan, pada intinya sistem
pemilihan umum dirancang untuk memenuhi tiga hal, dimana ketiga hal tersebut
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan satu sama lain. Ketiga hal yang
dimaksud adalah:19
1. Menerjemahkan jumlah suara yang diperoleh dalam pemilihan umum
menjadi kursi-kursi badan legislatif.
2. Sistem pemilihan umum bertindak sebagai wahana penghubung yang
memungkinkan rakyat dapat menagih tanggung jawab atau janji
wakil-wakil yang telah mereka pilih
3. Memberikan insentif kepada mereka yang memeperebutkan kekuasaan
untuk menyusun imbauan kepada para pemilih dengan cara-cara yang
berbeda.
Jimly Asshiddiqie mengelompokkan sistem pemilu menjadi dua macam,
yaitu : (1) sistem pemilu mekanis dan (2) sistem pemilihan organis. Dari kedua
sistem tersebut, sistem mekanis merupakan sistem yang lebih umum dan selalu
menghiasi perdebatan seputar sistem pemilihan umum yang diterapkan
19
negara di dunia.Secara umum ragam sistem pemilihan umum (mekanis) berkisar
hanya pada dua prinsip pokok saja. Sebagaimana yang dipaparkam Miriam
Budiardjo dalam Ilmu Politik dikenal bermacam-macam system pemilihan umum
dengan berbagai variasinya, akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip
pokok, yaitu :
a. Single-Member Constituncy (satu daerah pemilihan memilih satu wakil; biasanya disebut system distrik)
b. Multy-Member Constituncy (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil; biasanya dinamakan Sistem Perwakilan Berimbang atau sistem
Proporsional).20
a) Sistem Distrik
Kriteria utama dari sistem distrik ini adalah wilayah negara dibagi-bagi
dalam distrik-distrik pemilihan atau daerah pemilihan yang jumlahnya sama
dengan jumlah kursi yang diperebutkan. Ciri pokok dari sistem pemilihan distrik
ini adalah yang menjadi fokus pemilihan bukanlah organisasi politik, melainkan
individu yang mewakili atau yang dicalonkan oleh partai politik dari suatu
distrik.Orang yang dicalonkan biasanya warga distrik tersebut yang sudah dikenal
baik oleh warga distrik yang bersangkutan.Jadi, hubungan antara si pemilih
dengan si calon cukup dekat.
Sistem ini diselenggarakan berdasarkan lokasi daerah pemilihan, dalam
arti tidak membedakan jumlah penduduk, tetapi tempat yang sudah
20
ditentukan.Jadi daerah yang sedikit penduduknya memiliki wakil yang sama
dengan daerah yang padat penduduknya.21
System distrik ini mempunyai kelemahan yaitu :
1. Sistem ini kurang memperhitungkan adanya partai-partai kecil dan
golongan minoritas, apalagi jika golongan ini terpencar dalam beberapa
distrik.
2. Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa calon yang kalah dalam
suatu distrikkehilangan suara-suara yang telah mendukungnya. Hal ini
berarti bahwa ada sejumlah suara yang tidak diperhitungkan sama sekali.
Disamping kelemahan-kelemahan tersebut diatas, system ini juga memiliki
kelebihan :
1. Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh
penduduk distrik, sehingga hubungannya dengan penduduk distrik lebih
erat. Dengan demikian dia akan terdorong untuk memperjuangkan
kepentingan distrik.
2. Sistem inilebih mendorong proses integrasi partai-partai politik karena
kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu.
3. Berkurangnya partai dan meningkatnya kerjasama antara partai-partai
mempermudah terbentuknya pemerintah yang stabil dan mempertingkat
stabilitas nasional.
4. Sistem ini sederhana dan mudah diselenggarakan.22
b). Sistem Perwakilan Berimbang (Sistem Proporsional)
Dalam sistem ini setiap suara yang diperoleh oleh suatu partai atau
golongan dalam suatu daerah pemilihan dapat ditambahkan pada jumlah suara
yang diterima oleh partai atau golongan itu dalam daerah pemilihan lain, untuk
menggenapkan jumalah suara yang diperlukan guna memperoleh kursi tambahan.
Kelebihan sistem proporsional:
1. Sistem Proporsional dianggap lebih representatif. Karena jumlah kursi
partai dalam parlemen sesuai dengan jumlah masyarakat yang diperoleh
dalam pemilihan umum.
2. Sistem proporsional dianggap lebih demokratis. Setiap suara turut
diperhitungkan dan praktis tidak ada suara yang hilang.
Golongan-golongan kecil pun dapat menempatkan wakilnya dalam badan perwakilan
rakyat.
Sistem ini memiliki kekurangan yaitu :
1. Sistem ini mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya partai-partai
baru. System ini tidak menjurus pada proses integrasi bermacam-macam
golongan dalam masyarakat, mereka lebih cenderung untuk mempertajam
perbedaan-perbedaan yang ada dan kurang terdorong untuk mencari dan
memanfaatkan persamaan- persamaan. System ini dianggap mempunyai
akibat memperbanyak jumlah partai.
22
2. Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai dan kurang
merasakan loyalitas kepada daerah yang telah memilihnya. Hal ini
disebabkan adanya anggapan bahwa partai lebih menonjol peranannya
daripada kepribadian seseorang.
3. Banyaknya partai mempersulit terbentuknya pemerintahan yang stabil,
oleh karena umumnya harus mendasarkan diri atas koalisi dari dua partai
atau lebih.
F.2 Partai Politik
F.2.1 Definisi Partai Politik
Partai politik berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah
organisasi mereka bisa menyatukan orang-orang mempunyai pikiran serupa
sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan.Dengan begitu
pengaruh mereka bisa lebih besar dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok
terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan
cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik
dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk melaksanakan
programnya. Beberapa ahli mendefinisikan partai politik sebagai berikut :23
23
a. Menurut Carl J.Friedrich Partai Politik adalah sekelompok manusia yang
terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan
penguasaan terhadap pemerintahan bagi pemimpin partainya dan
berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya
kemanfaatan yang bersifat idiil serta materil.
b. Menurut Sigmund Neumann Partai Politik adalah organisasi dari
aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan
serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan
atau golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.
c. Menurut Giovanni Sartori Partai politik adalah suatu kelompak politik
yang mengikuti pemilihan umum dan, melalui pemilihan umum itu,
mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan
publik.
F.2.2 Fungsi Partai Politik
Fungsi utama partai politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan
guna mewujudkan program program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu.
Cara yang digunakan oleh suatu partai politik dalam sistem politik demokrasi
untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan ialah ikut serta dalam
politik totaliter berupa paksaan fisik dan psikologik oleh suatu diktatorial
kelompok (komunis) maupun oleh diktatorial individu (fasis).
Ketika melakukan fungsi itu, partai politik dalam sistem politik demokrasi
melakukan tiga kegiatan.Kegiatan itu meliputi seleksi calon-calon, kampanye dan
melaksanakan fungsi pemerintahan (legislative dan/atau eksekutif).
Berikutmerupakan penjabaran fungsi partai politik dalam sistem politik demokrasi
, diantaranya ialah:24
a. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik
Dalam ilmu politik yang dimaksud dengan sosialisasi politik ialah suatu
proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota ,masyarakat. Melalui
proses sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh sikap dan
orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat,
misalnya mengenai nasionalisme, kelas sosial, suku bangsa, ideologi, hak dan
kewajiban. Proses ini berlangsung seumur hidup yang diperoleh baik secara
sengaja melalui pendidikan formal, non formal, dan informal maupun secara tidak
sengaja melaui kontak dan pengalaman sehari-hari, baik dalam kehidupan
keluarga, tetangga maupun dalam kehidupan masyarakat.
Dimensi lain dari fungsi sosialisasi politik partai adalah upaya
menciptakan citra (image) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Ini
penting juka dikaitkan dengan tujuan partai untuk menguasai pemerintahan
melalui kemenangan dalam pemilihan umum.Karena itu partai harus memperoleh
dukungan seluas mungkin, dan partai berkepentingan agar para pendukungnya
mempunyai solidaritas yang kuat dengan partainya.
Dari segi metode penyampaian pesan sosialisasi politik dibagi menjadi
dua, yakni pendidikan politik dan indoktrinasi politik.Dalam sistem politik
demokrasi partai politik melakukan pendidikan politik. Pendidikan politik
merupakan suatu proses dialogis diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui
proses ini, para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai dan
norma-norma dan simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem
politik seperti sekolah, pemerintah dan partai politik. Pendidikan politik
dipandang sebagai proses dialog antara pendidik seperti sekolah, pemerintah dan
partai politik dan peserta didik dalam rangka pemahaman, penghayatan dan
pengamalan nilai, norma dan simbol politik yang dianggap ideal dan baik. Melalui
kegiatan kursus, latihan kepemimpinan, diskusi dan keikutsertaan dalam berbagai
forum pertemuan, partai politik dalam sistem politik demokrasi melaksanakan
fungsi pendidikan politik.
Sebagai salah satu sarana demokrasi pemilu merupakan salah satu bentuk
pendidikan politik yang tebuka dan bersifat masal. Sehingga diharapkan dapat
berfungsi dalam proses pendewasaan dan pencerdasan pemahaman politik
masyarakat. Melalui pemilu akan terwujud suatu infarstruktur dan mekanisme
demokrasi serta membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai demokrasi.
sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat, keabsahan pemerintahan dan
pergiliran pemerintahan secara teratur.25
b. Sebagai Sarana Komunikasi Politik
Di masyarakat modern dan kompleks, banyak ragam pendapat dan
aspirasi yang berkembang. Pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok
akan hilang apabila tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi
orang lain yang senada. Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan
(interest agregation) kemudian pendapat dan aspirasi tersebut dirumuskan dalam bentuk yang lebih teratur, hal ini disebut dengan perumusan kepentingan. (interest articulation). Agregasi dan artikulasi itulah salah satu fungsi komunikasi politik.26
Setelah itu partai politik merumuskannya menjadi usul kebijakan.Usul
kebijakan ini dimasukkan dalm program (platform) partai (goal fomulation) untuk diperjuangkan atau disampaikan melaui parlemen kepada pemerintah agar
dijadikan kebijakan umum (public policy).Demikianlah tuntutan dan kepentingan masyarakat disampaikan kepada pemerintah melalui partai politik.Dalam
menjalankan fungsi inilah partai politik sering disebut perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide (clearing house of ideas).Kadang-kadang juga dikatakanbahwa partai politik bagi pemerintah bertindak sebagai alat pendengar,
dan sedangkan bagi warga masyarakat sebagai “pengeras suara”.27
Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi politik ialah proses
penyampaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat, dari
masyarakat kepada pemerintah. Dalam hal ini partai politik berfungsi sebagai
komunikator politik yang tidak hanya menyampaikan segala keputusan dan
penjelasan pemerintah kepada masyarakat tetapi juga menyampaikan aspirasi dan
kepentingan berbagai kelompok masyarakat kepada pemerintah.
c. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik
Rekrutmen politik ialah sarana seleksi dan pemilihan atau seleksi dan
pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah
peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada
khususnya.Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik
kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas.
Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader yang berkualitas,
karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan diri. Dengan
mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit
menentukanpemimpinnya sendiri dan mempunyai peluang untuk mengajukan
calon untuk ke bursa kepemimpinnan nasional.28
d. Sebagai Sarana Pengatur Konflik (Conflict Management)
Potensi konflik selalu ada di setiap masyarakat, apalagi di masyarakat
yang bersifat heterogen.Konflik yang dimaksud disini adalah dalam artian luas,
28
mulai dari perbedaan pendapat sampai pada pertikaian fisik antar-individu atau
kelompok dalam masyarakat.Dalam negara demokrasi, setiap warga negara atau
kelompok masyarakat berhak menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi dan
kepentingannya sehingga konflik merupakan gejala yang sulit dielakkan.29
Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi untuk
mengendalikan konflifk melalui cara berdialog dengan pihak-pihak yang
berkonflik, menampung dan memadukan pelbagai aspirasi dan kepentingan dari
pihak-pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah
badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan
politik. Untuk mencapai penyelesaian berupa keputusan itu, diperlukan kesediaan
berkompromi diantara para wakil rakyat, yang berasal dari partai politik.
F.2.3 Tipologi Partai politik
Tipologi partai politik ialah pengklasifikasian berbagai partai politik
berdasatkan kriteria tertentu, seperti asas dan orientasi, komposisi dan fungsi
anggota, basis sosial dan tujuan.Klasifikasi ini cenderung bersifat ideal karena
dalam kenyataan tidak sepenuhnya demikian.Untuk tujuan memudahkan
pemahaman, tipologi ini sangat berguna.Dibawah ini, diuraiakan sejumlah
tipologi partai politik menurut kriteria-kriteria tersebut.30
a. Asas dan Orientasi
29Ibid
. hal 409
30
Berdasarkan asas dan orientasinya partai politik diklasifikasikan menjadi
tiga tipe. Tipe pertama yaitu partai politik pragmatis, yang dimaksud dengan partai politik pragmatis adalah suatu partai yang mempunyai program dan
kegiatan yang tidak terikat kaku pada doktrin dan ideologi tertentu. Artinya
perubahan waktu, situasi dan kepemimpinan juga akan merubah program,
kegiatan dan penampilan partai politik tersebut. Tipe keduayaitu Partai doktiner yang merupakan partai politik yang memiliki sejumlah program dan kegiatan
konkret sebagai penjabaran ideologi. Ideologi yang dimaksud ialah seperangkat
nilai politik yang dirumuskan secara konkret dan sistematis dalam bentuk
program-program kegiatan yang pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat
partai. Pergantian kepemimpinan mengubah gaya kepemimpinan pada tingkat
tertentu, tetapi tidak mengubah prinsip dan program dasar partai karena ideologi
partai sudah dirumuskan secara konkret dan partai ini terorganisasikan secara
ketat. Dan yang ketiga adalah partai kepentingan yang merupakan partai politik yang dibentuk dan dikelola atas dasar kepentingan tertentu seperti petani, buruh,
etnis, agama atau lingkungan hidup yang secara langsung ingin berpartisipasi
dalam pemerintahan.
b. Komposisi dan Fungsi Anggota
Menurut komposisi dan fungsi anggotanya, partai politik dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu massa atau lindungan (patronage) dan partai kader. Partai massa ialah partai politik yang mengandalkan kekuatan pada
sebanyak-banyaknya dan mengembangkan diri sebagai pelindung bagi pelbagai kelompok
dalam masyarakat sehingga pemilihan umum dapat dipelihara, tetapi juga
masyarakat dapat dimobilisasi untuk mendukung dan melaksanakan kebijkan
tertentu. Partai ini seringkali merupakan gabungan berbagai aliran politik yang
sepakat untuk berada dalam lindungan partai guna memperjuangkan dana
melaksanakan program-program yang pada umumnya bersifat sangat umum.
Sedangkan partai kader merupakan suatu partai yang mengandalkan kualitas
anggota, keketatan organisasi, dan disiplin anggota sebagai sumber kekuatan
utama.Seleksi keanggotaan dalam partai kader biasanya sangat ketat, yaitu
melaluikaderisasi yang berjenjang dan intensif, serta penegakan disiplin partai
yang konsisten tanpa pandang bulu.
c. Basis Sosialdan Tujuan
Almond menggolongkan partai politik berdasarkan basis sosial dan
tujuannya .menurut basis sosialnya partai politik dibagi menjadi empat tipe, yaitu:
31
1. Partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat,
seperti kelas atas, menengah, dan bawah,
2. Partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok
kepentingan tertentu, seperti petani, buruh dan pengusaha,
3. Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama
tertentu seperti, Islam, Katolik, Protestan,Hindu dan
4. Partai poitik yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya
tertentu , seperti suku bangsa, bahasa dan daerah tertentu.
Berdasarkan tujuannya partai politik dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
1. Partai perwakilan kelompok, yang menghimpun berbagai kelompok
masyarakat untuk memenangkan sebanyak mungkin kursi di parlemen.
2. Partai pembinaan bangsa, partai yang bertujuan mencipatakn kesatuan
nasional dan biasanya menindas kepentingan-kepentingan sempit.
3. Partai mobilisasi, partai berusaha memobilisasi masyarakat kearah
pencapaian tujuan-tujuan yang ditetapkan partai, sedangkan partisipasi dan
dan perwakilan kelompok cenderung diabaikan.
F.3 Kampanye
Beberapa ahli mendefinisikan kampanye sebagai berikut:
1. Rogers dan storey, mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian
tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek
tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara
berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Merujuk pada definisi ini maka
setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung
empat hal yakni (1) tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan
biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan (4) melalui
serangkaian sasaran tindakan komunikasi yang terorganisasi.32
2. Paisley mengatakan bahwa kampanye merupakan bentuk komunikasi
kepada publik secara lebih terkontrol baik isi maupun bentuk kegiatannya.
Dia memberi defenisi kampanye komunikasi publik sebagai “someone’s to
influence else’s beliefes or behavior, using communicated appeals”.
Kampanye merupakan strategi kontrol sosial dalam rangka mengarahkan
psikologi dan perilaku pemilih untuk menyesuaikan dan pada saatnya
menuruti apa yang diprogramkan oleh partai politik.33
3.
Menurut Kotler dan Roberto : Kampanye ialah sebuah sebuah upaya yang
dikelola oleh suatu kelompok (agen perubahan) yang ditujukan untuk
memersuasi target sasaran agar bisa menerima, memodifikasi atau
membuang ide, sikap dan prilaku tertentu.34
F.3.1 Jenis-Jenis Kampanye.
Charles U. Larson membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori yakni:
Product-oriented campaigns, candidate-oriented campaigns dan ideologically or caused oriented campaigns.35
1. Product-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadii di lingkungan bisnis. Istilah lain yang sering
32
Antar Venus. 2004. Manajemen Kampanye. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. hal 7
33
Khoirul Anwar. Op.cit., hal 40
34
dipertukarkan dengan kampanye jenis ini adalalah campaigns atau corporate campaign. Motivasi yang mendasarinya adalah memperoleh keuntungan finansial.
2. Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik.
Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai political
campaigns (kampanye politik). Tujuannya antara lain adalah
memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang
diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang
diperebutkan lewat proses pemilihan umum. Kampanye pemilu, kampanye
penggalangan dana bagi partai politik atau kampanye kuota perempuan di
DPR merupakan contoh contoh kampanye jenis ini.
3. Ideologically or caused oriented campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali
berdimensi perubahan sosial. Karena itu kampanye jenis ini juga disebut
sebagai social change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk
menangani masalah-masalah sosial melalui perubhan sikap dan perilaku
publik yang terkait.
F.3.2 Kampanye Pemilu
Dalam UU no 8 tahun 2012 Kampanye Pemilu merupakan kegiatan
program Peserta Pemilu. Bagian mengenai kampanye pemilu dijelaskan pada Bab
VIII dalam beberapa bagian dan pasal, yaitu:
Pasal 77 :
Kampanye Pemilu merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat
yang dilaksanakan secara tanggung jawab.
Pasal 78 :
(1) Kampanye Pemilu Dilaksanakan Oleh Pelaksana Kampanye.
(2) Kampanye Pemilu diikuti oleh peserta kampanye.
(3) Kampanye Pemilu didukung oleh petugas kampanye.
Pasal 79 :
(1) Pelaksana Kampanye Pemilu adalah Anggota DPR,DPRD Provinsi,
dan DPRD kabupaten/kota, juru Kampanye Pemilu, orang seorang,
dan organisasi yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu Anggota DPR,
DPRD Provinsi, DPRD kabupaten/kota.
(2) Pelaksana Kampanye Pemilu adalah Anggota DPD terdiri atas calon
anggota DPD, orang seorang, dan organisasi yang ditunjuk oleh
Peserta Pemilu Anggota DPD.
(3) Peserta Kampanye Pemilu terdiri atas anggota Masyarakat
(4) Petugas Kampanye Pemilu terdiri atas seluruh petugas yang
Pasal 82 :Kampanye Pemilu dapat dilakukan melalui :
a. Pertemuan terbatas;
b. Pertemuan tatap muka;
c. Penyebaran bahan Kampanye Pemilu kepada umum;
d. Pemasangan alat peraga di tempat umum;
e. Iklan media massa cetak dan media massa elektronik;
f. Rapat umum;
g. Kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye Pemilu dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
F.3.5 Strategi Kampanye
Karl Von Clausewitz, merumuskan strategi sebagai “suatu seni yang
menggunakan sarana pertempuran untuk mencapai tujuan Perang”. Strategi
melibatkan kemampuan inteligensi unruk membawa semua sumber daya yang
tersedia untuk mencapai tujuan dengan memperoleh keuntungan yang maksimal
dan efesien.36Demikian halnya pada strategi kampanye, tujuannya yaitu
menggunakan semua sumber daya yang ada untuk mencapai kemenangan dalam
pemilu.
36
Strategi kampanye menggunakan beberapa pendekatan antara lain pesan
kampanye, teknik kampanye, penggunaan anggaran kampanye, dan organisasi
politik. Berikut merupakan uraiannya :
1. Pesan kampanye.
Kampanye sebagai wahana menyampaikan pesan-pesan politik baik oleh
partai politik maupun kandidat yang mencalonkan diri.Adapun materi atau pesan
yang disampaikan oleh peserta pemilu dapat berupa visi, misi, dan program
partai.Sifat dari pesan kampanye biasanya bersifat informatif, propaganda dan
persuasif, sehingga dapat mempengaruhi perilaku para pemilih untuk memberikan
dukungannya kepada partai politik atau kandidat partai politik tersebut.
2. Teknik kampanye
Secara umum dalam ilmu politik dikenal empat teknik kampanye, yaitu :37
a. Teknik Kampanye Dari Pintu Ke Pintu (Door To Door Campaign).
Ini merupakan teknik kampanye yang dilakukan para kandidat dengan cara
mendatangi langsung para pemilih sambil menanyakan persoalan-persoalan yang
mereka rasakan atau yang mereka hadapi.
b. Teknik Kampanye Diskusi Kelompok. (Group Discussion Campaign) Ini merupakan teknik kampanye yang dilakukan dengan cara membentuk
kelompok atau diskusi kecil yang membicarakan masalah yang dihadapi
masyarakat.
37
c. Teknik Kampanye Massa Tidak Langsung ( Indirect Massa Campaign) Teknik kampanye jenis ini biasanya menggunakan media sebagai sarana
berkampnaye.Tidak ada tatap muka yang terjadi antara komunikator dan undiens.
Contohnya yaitu pidato melalui radio, televisi, maupun melalui media cetak .Bisa
juga dilakukan dengan pemasangan baliho, poster, spanduk dan semacamnya di
tempat umum guna memperkenalkan dan mempersuasi khalayak untuk memilih
partai atau kandidat dalam pemilu.
d. Kampanye Massa Langsung ( Direct Massa Campaign)
Ini merupakan teknik kampnye dimana antar komunikator dan audiens
dapat bertatap langsung saat kampanye dilakukan. Kampanye ini biasa dilakukan
dengan menggerakkan massa yang besar jumlahnya. Biasanya dilakukan dengan
cara mengadakan pawai, pertunjukan kesenian dan sebagainya.
3. Penyusunan anggaran kampanye
Ada beberapa kategori pos-pos pendanaan yang dapat digunakan pada
hampir setiap jenis kegiatan kampanye, yaitu:38
a. Personil inti : terdiri dari administrator, staff dan dan keperluan untuk
tenaga baru yang diproyeksikan.
b. Biaya daur ulang : benda-benda yang secara total habis digunakan dan
tidak bisa digunakan kembali setelah kampanye.
c. Biaya media : biaya yang dikeluarkan apabila menggunakan media
sebagai sarana berkampanye, baik itu media cetak maupun elektronik.
38
d. Biaya transportasi : biaya yang digunakan untuk keperluan transportasi
selama berkampanye.
4. Organisasi politik
Dalam pelaksanaan kampanye juga dibutuhkan pihak-pihak yang dapat
menunjang keberhasilan kampanye. Dalam pelaksanaan kampanye organisasi
akan memiliki struktur yang jelas keanggotaannya. Adapun yang termasuk
organisasi politik pendukung kampanye yaitu : Manager Kampanye, Konsultan
Politik dan Aktivis.
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif.Yang mana ciri dari penelitian ini adalah pada hasil analisis data berupa
pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian
naratif.Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan
mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi.
Alasan Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dalam
penelitian ini adalah karena menurut penulis dengan menggunakan metode
kualitatif diharapkan hasil penelitian dapat memberikan pemaparan yang
mendalam mengenai topik yang diangkat penulis. Topik mengenai sistem pemilu
dan sosialisasi ideologi dalam kampanye membutuhkan wawancara yang
ideologi partai politik (PDIP) dalam kampanye, bagaimana metode yang
dilakukan partai politik maupun kandidat calon legislatif mendekatkan diri dengan
masyarakat untuk memperoleh dukungan melalui pemberian suara dalam pemilu.
Sehingga menurut penulis metode penelitian kualitatif lebih efektif dan tepat
untuk topik penelitian ini.
G.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang
tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau
dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau
kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji.
Sehingga menghasilkan gambaran akurat tentang tema penelitian yang diangkat
oleh penulis.
G.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini akan dilakukan di lingkungan :
Kantor DPC Partai Politik PDIP, untuk mewawancarai ketua partai
poitik dan ketua Tim Kampanye partai PDIP kabupaten Langkat dalam
metode/strategi kampanye partai PDIP untuk memenangkan pemilu
legislatif tahun 2014.
Selain itu penelitian ini juga dilakukan di DPRD Kabupaten Langkat
untuk mewawancarai enam anggota Legislafif DPRD Kabupaten asal
partai PDIP sebagai caleg yang berhasil memenagkan pemilu legislatif
tahun 2014 untuk mengetahui metode/strategi kampanye yang
masing-masing individu caleg lakukan.
G.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian pengumpulan data diperoleh secara langsung(data
primer) maupun diperoleh secara tidak langsung (data sekunder) sebagai berikut:
a. Data primer, yaitu Penelitian Lapangan (Field Reaserch)
Merupakan data yang diproleh langsung dari sumbernya. Dalam
pengambilan data ini penulis mengumpulkan data dengan teknik interview (wawancara). Wawancara dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan lansung
kepada narasumber yang telah ditetapkan sebelumnya, guna memperoleh
keterangan yang akurat. Pada penelitian ini Wawancara akan ditujukan kepada
Ketua DPC partai PDIP Kabupaten Langkat. Selain itu penulis akan melakukan
wawancara terhadap enam anggota DPRD terpilih dalam pemilu legislatif tahun
2014 asal partai PDIP .
Alasan peneliti menggunakan metode wawancara dalam mengumpulkan
sangat efektif digunakan untuk mengumpulkan data dengan pertanyaan yang
sifatnnya terbuka.Teknik pengumpulan data dengan wawancara lebih responsif
dan mendalam.Selain itu menurut peneliti dengan wawancara mempermudah
memunculkan pertanyaan lanjutan dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
sebelumnya, sehingga informasi lebih luas dan mendalam.
b. Data sekunder, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Reaserch) Merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data
tersebut dapat diperoleh memalui catatan atau dokumentasi, buku, dan literatur
lain yang berhubungan dengan judul penelitian ini.
G.4 Teknik Analisa Data
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan memberikan gambaran
mengenai situasi yang terjadi dengan menggunakan analisa kualitatif. Data-data
dan informasi yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder selanjutnya
akan disusun dan diuraikan dengan cara menjelaskan fenomena yang ditemukan
dalam proses pengumpulan data. Langkah selanjutnya adalah data yang telah
teratur dan tersusun selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teori untuk
H. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah,pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitan,
kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II :PROFIL KABUPATEN LANGKAT dan PDC PDIP
KABUPATEN LANGKAT
Dalam babini berisi tentang deskripsi singkat mengenai profil
kabupaten Langkat, begitu juga dengan deskripsi Partai PDIP di
Kabupaten Langkat.
BAB III :PENGARUH SISTEM PEMILU PROPORSIONAL
TERBUKA TERHADAP SOSIALISASI IDEOLOGI PARTAI DALAM KAMPANYE.
Dalam bab ini akan dilakukan penyajian dan pendeskripsian
data-data yang diperoleh melalui wawancara maupun sumber lain
mengenai pengaruh sistem pemilu proporsional terbuka terhadap
sosialisasi ideologi partai PDIP dalam kampanye pemilu legislatif
tahun 2014 di Kabupaten Langkat.
BAB IV :PENUTUP
Dalam bab ini akan dipaparkan kesimpulan dan saran dari hasil