• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sosialisasi Ideologi Partai Dalam Kampanye (StudiPada : DPC Partai PDI PerjuanganKabupatenLangkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sosialisasi Ideologi Partai Dalam Kampanye (StudiPada : DPC Partai PDI PerjuanganKabupatenLangkat)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem politik

demokrasi.Demokrasi pada hakikatnya merupakan kekuasaan dari rakyat, oleh

rakyat dan untuk rakyat.1Dengan kata lain bahwa dalam negara demokrasi

kedaulatan berada di tangan rakyat. Itu artinya bahwa rakyat mempunyai peran

dan andil yang besar dalam menentukan keputusan-keputusan bagi negaranya. Hal

ini kembali menegaskan bahwa dalam negara demokrasi rakyat ikut serta dalam

proses pengambilan keputusan (decision making process).

Menurut David Beetham dan Kevin Boyle (1998), keunggulan demokrasi

mengandung konsep kesetaraan sebagai warga negara, lebih memungkinkan

memenuhi kebutuhan kebutuhan rakyat biasa, mengakui perbedaan kelompok dan

penyelesaian masalah dengan kompromi, menjamin hak-hak dasar warga negara,

dan pembaharuan kehidupan sosial.2Rosseau juga menyebutkan dalam demokrasi

terkandung dua unsur, yaitu equal (persamaan) dan freedom (kebebasan).3

Demokrasi ditandai dengan oleh adanya tiga prasyarat : (1) kompetisi

didalam memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan, (2) partisipasi

masyarakat, dan (3) adanya jaminan hak-hak sipil dan politik. Dalam hal ini

1

Ahmad Suhelmi. 2001. Pemikiran Politik Barat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Pustaka Utama. hal 290

2

(2)

sistem pemilu (electoral system) merupakan salah satu instrumen kelembagaan penting di dalam negara demokrasi untuk mewujudkan tiga prasyarat

demikian.Melalui sistem ini, kompetisi, partisipasi, dan jaminan hak-hak politik

bisa dilihat.4

Pemilihan umum (general election) diakui secara global, sebagai sebuah arena untuk membentuk demokrasi perwakilan serta menggelar pergantian

pemerintahan secara berkala.Maka menurut teori demokrasi minimalis, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Joseph Schumpeter bahwa pemilihan

umum merupakan sebuah arena yang mewadahi kompetisi (kontestasi) antara

aktor-aktor politik yang meraih kekuasaaan partisipasi politik rakyat untuk

menentukan pilihan serta liberalisasi hak-hak sipil dan politik warga

negara.Dalam hubungan ini, partai politik merupakan aktor utama yang

berkompetisi untuk memperoleh dukungan massa dan meraih kekuasaaan eksekutif dan legislatif.5

Setidaknya hingga saat ini Indonesia telah sebelas kali menggelar pemilu,

yaitu sejak pemilu 1955-2014.Terdapat begitu banyak dinamika jumlah peserta

pemilu demikian juga pada sistem pemilu yang diterapkan.Sejak pemilu 1955

Indonesia menganut sistem proporsional di dalam pemilu.Dimana dalam sistem

ini, alokasi jumlah kursi di lembaga perwakilan didasarkan pada perolehan suara

masing-masing peserta pemilu secara proporsional.Alokasi dan distribusi kursi

didasarkan pada jumlah penduduk.Seiring berjalannya waktu, sistem proporsional

4

Kacung Marijan. Op. Cit., hal 83

5

(3)

yang digunakan di dalam pemilu pun mengalami modifikasi. Adapun sistem

pemilu yang pernah diterapkan indonesia pada pemilu legislatifnya yaitu pada

pemilu pertama tahun 1955 indonesia menggunakan sistem proporsional tidak

murni, pemilu tahun 1971 sistem perwakilan berimbang dengan telsel daftar, pada

pemilu ketiga tahun 1977 s/d pemilu 1997 sistem proporsional, tahun 1999

indonesia menggunakan sistem proporsional berdasarkan stelsel daftar dan pada

pemilu tahun 2004 menggunakan sistem perwakilan proporsional.6Dan terakhir

sejak pemilu 2009 hingga pemilu 2014 menerapkan sistem pemilu proporsional

terbuka.

Adapun perbedaan pemilu 2014 dan pemilu sebelumnya yaitu pemilu

legislatif yang dilaksanakan pada 9 April 2014 menjadi pertarungan yang sengit

baik itu secara internal partai maupun antar partai bagi para calon anggota

legislatif yang telah masukdalam DCT di KPU. Hal ini disebabkan karena sejak

awal caleg sudah mengetahui mekanisme suara terbanyak sesuai dengan

keputusan MK yang merevisi UU no.10 tahun 2008 menjadi UU No.8 tahun 2012

tentang pemilu legislatif, yang sejak awal memutuskan sistem suara terbanyak.

Berbeda dengan situasi pada pemilu legislatif tahun 2009 yang telah berlalu

sebelumnya, dimana MK memutuskan sistem suara terbanyak (open-list proportional system) hanya beberapa bulan sebelum pileg dimulai. Kali ini sosialisasi lebih awal dan yang lebih luas memberikan efek suara caleg lebih besar

meningkatkan elektabilitas partainya dibanding pemilu sebelumnya.

(4)

Pada pemilu legislatif tahun 2014 lalu, pelaksanaan pemilu diatur dalam

UU No 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD.

Pada undang undang tersebut dijelaskan pada pasal 5 dan pasal 215 tentang sistem

pemilu yang berbunyi :

Pasal 5 ayat (1) pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan

DPRD Kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional terbuka.

Pasal 215 tentang penetapan calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi

dan DPRD Kabupaten/kota dari partai politik perserta pemilu didasarkan pada

perolehan kursi partai politik peserta pemilu di suatu daerah pemilihan dengan

ketentuan sebagai berikut :7

(a) Calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD Kabupaten/kota

ditetapkan berdasarkan calon yang memperoleh suara terbanyak.

(b) Dalam hal dua calon atau lebih yang memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud huruf a dengan perolehan suara yang sama, penentuan calon

terpilih ditentukan berdasarkan persebaran perolehan suara calon pada

daerah pemilihan dengan mempertimbangkan keterwakilan perempuan.

(c) Dalam hal calon yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, jumlahnya kurang dari jumlah kursi yang diperoleh partai politik

peserta pemilu, kursi yang belum terbagi diberikan kepada calon

berdasarkan perolehan suara terbanyak berikutnya.

7

(5)

Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat harus diikutsertakan dalam

proses politik, maka rakyat berhak ikut serta menetukan seseorang yang akan

menjadi pemimpin mereka, dan untuk menentukan isi kebijakan publik yang

mempengaruhi kehidupan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat

Rosseau.Sebagaimana yang dikatakan Rosseau bahwa kedaulatan rakyat

dilaksanakan melalui volunte generale (kehendak umum) dimana pengambilan keputusan dilakukan melalui sistem suara terbanyak.Dalam perkembangan

demokrasi modern, prinsip suara terbanyak atau suara mayoritas menjadi prosedur

kunci yang menjadi ciri tidak terhindarkan dari sebuah tatanan politik yang

demokratis.Tatanan politik yang demokratis bilamana prinsip ini diterapkan

dalam pengambilan keputusan.8

Sistem proporsional terbuka memberikan keleluasaan bagi pemilih untuk

memilih nama calon legislatif yang akan mereka pilih. Karena selain disodori

gambar partai, dalam sistem proporsional terbuka pemilih juga disodori daftar

nama-nama calon legislatif.Hal ini berbeda dengan sistem pemilu proporsional

tertutup.Dalam sistem tertutup pemilih hanya disodori gambar partai sedangkan

nama-nama anggota legislatif yang akan duduk di parlemen akan ditentukan oleh

partai politik itu sendiri sesuai dengan prosentase kursi yang diperoleh. Hal ini

senada pada pemilu tahun 2004 dan pemilu-pemilu yang berlangsung

sebelumnya.Artinya pada pemilu tersebut rakyat sudah dibatasi untuk memilih

wakil mereka.

8

(6)

Dengan sistem pemilu proporsional terbuka yang ditandai dengan rakyat

memiliki kebebasan menentukan siapa yang layak untuk menjadi wakil mereka di

palemen, maka bagi mereka kandidat calon yang memperoleh suara terbanyak

dari konstituen/para pemilih sudah pasti memperoleh bagian dari alokasi kursi

untuk mewakili rakyat.Tidak peduli pada urutan berapa mereka dalam daftar

urutan calon legislatif di setiap partai. Setiap kandidat dalam setiap nomor urut

baik “nomor urut jadi’’ maupun “nomor urut sepatu” memiliki peluang yang sama

untuk memenangkan kompetisi pemilu, tanpa menunggu giliran. Maka dengan

sistem ini partai politik terutama kandidat calon legislatif akan semakin tergugah

melakukan cara apapun, meningkatkan metode kampanyenya untuk meperoleh

suara terbanyak. Termasuk juga memasukkan caleg-caleg yang memiliki

popularitas tinggi meskipun tidak memiliki basik yang kuat dalam politik maupun

integritas di dalam partai politik.

Di satu sisi dalam menggunakan sistem proporsional terbuka menurut Nico

Harjanto seorang pengamat dan peneliti, terjadi kompetisi antara caleg dalam

internal partai politik, sehingga ada kemungkinan terjadi konflik.9Kemudian juga

ada kemungkinan bahwa sistem ini memungkinkan kader-kader berkualitas dan

loyal, justru terpental oleh kader-kader yang memiliki popularitas yang instant

dan memiliki banyak dana dalam melakukan pendekatan kepada rakyat pemilih.

Sistem ini juga berpotensi memperkuat praktek politik berbiaya tinggidan

9

(7)

mendorong caleg untuk berkompetisi dengan cara mengandalkan publikasi

dibandingkan kerja politik berbasis kerja nyata.

Hal senada juga diungkapkan oleh pengamat Kris Nugroho.Dia

memaparkan tiga dampak dari sistem pemilu proporsional terbuka.Pertama, makin

kuatnya calon membentuk jaringan elektoral pribadi yang memungkinkan mereka

menang atau bertahan dalam kompetisi elektoral.Maka calon semakin

pragmatis.Yang kedua, adalah calon makin jauh dari institusi partai.Dan yang

terakhir terjadi degradasi kelembagaan dan kepanduan atau kesisteman partai

karena karena ketika kampanye calon bekerja sebagai individu yang lepas dari

institusi partai pengusungnya.Pelembagaan partai menjadi sulit dicapai jika partai

makin tereduksi ke dalam instrumentalisasi jaringan politik pribadi aktor politisi

partai.10

Selain itu, pemilu dengan sistem proporsional terbuka juga akan

mengakibatkan menguatnya ideologi pasar disertai dengan melemahnya ideologi

partai politik. Melemahnya ideologi partai ini akan memunculkan suatu

perjuangan individualisme partai. Hal ini terlihat dari semakin membesarnya dana

kampanye dari setiap calon legislatif. Sejak diberlakukannya sistem ini biaya

kampanye caleg rata-rata meningkat hingga tiga setengah kali lipat, yaitu berkisar

dari 200 juta sampai 6 miliar rupiah. Hal ini juga mengakibatkan tergesernya para

aktivis partai oleh pengusaha-pengusaha yang memiliki dana yang lebih besar.

Hal lainyang juga muncul adalah menjadikan partai politik hanya sebagai

10

(8)

http://m.beritasatu.com/politik/207220-kelemahan-sistem-pemilu-proporsional-terbuka-versi-kemasan para caleg. Maka faktor pencitraan dan popularitas dari setiap caleg akan

sangat menonjol pada sistem ini. Hal tersebut dapat dilihat dari maraknya para

artis yang maju sebagai calon legislatif serta meningkatnya pemberitaan atau

pencitran seorang tokoh di berbagai media massa.11

Padahal kampanye sejatinya juga merupakan salah satu arena pendidikan

masyarakat.Pemilu menjadi sarana dan wahana dalam penyampaian pesan-pesan

politik baik oleh partai maupun kandidat yang mencalonkan diri.Melalui

kampanye menjadi sarana pemberdayaan masyarakat melalui mekanisme yang

mendidik dan membangun dalam konteks rekayasa dan penguatan partisispasi

publik atas dinamika politik serta tanggung jawab politik oleh masyarakat. Seperti

yang dikemukakan US Forest Service dengan paradigma Triple E, yaitu kampanye merupakan kegiatan partai politik yang mengandung tiga unsur utama ,

yaitu: Education, engineering, dan enforcement.12

Partai politik memiliki fungsi sosialisasi politik, suatu cara untuk

memperkenalkan nilai-nilai politik, sikap-sikap dan etika politik kepada

masyarakat. Termasuk hal ini didalam kampanye pemilu.Partai politik berperan

mensosialisakan ideologi dan progran partai, meningkatkan pengetahuan

masyarakat mengenai hak dan tanggungjawab rakyat dalam pemilu, bagaiamana

pengaruh suara rakyat dalam pemilu, termasuk mempengaruhi perilaku pemilih

mengapa harus memilih partai politik atau kandidat tertentu pada saat

11

http//wahyufisipuns.blogspot.com/2014/02-sistem-pemilu-proporsional-terbuka.html?m=1. Diakses pada tanggal 8 April 2015. Pukul 14.30 WIB

12

(9)

pemilu.Sehingga kita bisa melihat apakah masyarakat atau para pemilih

benar-benar memilih parpol tertentu berdasarkan manifesto partai atau sekedar

keterkaitan emosional belaka.Pengetahuan masyarakat akan ideologi partai

menjadi penting, karena ideologi partai menjadi cita-cita suatu partai yang untuk

diwujudkan dalam berbagai kebijakan yang akan mereka buat dan berdampak

dalam kehidupan masyarakat luas.

Pada pemilu legislatif 2014 setidaknya terdapat dua belas partai politik

nasional yang terdaftar di kpu sebagai partai politik Peserta Pemilu dan tiga partai

politik lokal Aceh, Partai politik Peserta Pemilu tersebut adalah 1. Partai Nasdem,

2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), 3. Partai Keadilan Sejahtera (PKS), 4. Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), 5. Partai Golkar , 6. Partai Gerindra, 7.

Partai Demokrat, 8. Partai Amanat Nasional (PAN), 9. Partai Persatuan

Pembangunan, 10 Partai Hanura, 11. Partai Damai Aceh (PDA), 12. Partai

Nasional Aceh (PNA), 13. Partai Aceh, 14. Partai Bulan Bintang (PBB), 15 Partai

Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).

PDIP merupakan partai pemenang pemilu legislatif 2014, hal tersebut

ditandai dengan jumlah perolehan kursi DPR RI terbanyak berhasil diduduki

politisi asal partai PDIP.Berikut daftar hasil perolehan Kursi DPR RI

masing-masing partai politik.

Tabel 1.1

Hasil Perolehan Kursi DPR RI Oleh Partai Politik.

No. Partai Politik Jumlah Kursi Jumlah suara

(10)

2 Golkar 91 18.432.312

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa partai pemenang pemilu

legislatif tahun 2014 adalah partai PDI Perjuangan, berada posisi teratas dengan

perolehan suara 23.681.471 suara. PDI Perjuangan berhasil memperoleh 109 kursi

DPR RI, sedangkan diposisi terakhir adalah partai Hanura dengan perolehan suara

6.579.498 suara serta 16 kursi dati total 560 kursi DPR RI.

Tabel 1.2

Perolehan kursi Partai PDIP di DPRD Kabupaten Langkat.

No Partai Politik Jumlah Kursi Jumlah Suara

(11)

Di wilayah Kabupaten Langkat, partai PDI Perjuangan hanya berhasil

menempati posisi ketiga partai pemenang pemilu dengan perolehan suara

sebanyak 52.932 suara.PDI Perjuangan hanya berhasil merebut 6 kursi DPRD

Kabupaten langkat dari total 50 kursi. Diposisi terakhir diduduki oleh partai PKB

dengan perolehan 23.613 suara dan 2 kursi DPRD Kabupaten Langkat

Kendati partai PDIP merupakan partai pemenang pemilu pada pemilu

legislatif 2014, namun di Kabupaten Langkat partai PDIP menduduki posisi

ketiga partai pemenang pemilu legislatif.Partai PDIP berhasil menempatkan 6

kandidatnya untuk duduk di kursi DPRD Kabupaten Langkat periode 2014-2019.

Partai PDIP merupakan partai yang berasaskan pancasila, memiliki watak

kerakyatan.Partai ini juga dikenal dengan partai Wong cilik. Fondasi partai politik

diperkokoh dengan AD ART yang menekankan jati diri partai secara lebih

terbuka untuk semua warga negara indonesia tanpa membedakan suku, keturunan,

agama, kedudukan sosial, dan gender. Partai PDIP telah berketetapan menjadikan

dirinya sebagai sebuah partai modern dengan tetap berpegang teguh pada prinsip

berdaulat dibidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribdian dalam

bidang kebudayaan. Disebutkan pula tujuan umum partai adalah memajukan

kesejahteaan umun dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mendorong

(12)

khususnya adalah memenangkan pemilu agar PDIP memiliki sarana untuk

mencapai tujuan umumnya.13

Penelitian ini berfokus pada sosialisasi kampanye yang dilakukan oleh

partai politik maupun para kandidat caleg untuk memperoleh suara terbanyak

dalam pemilu yang menerapkan sistem pemilu proporsional terbuka, serta

bagaimana pengaruhnya terhadap idologi partai poitik.Apakah dengan terbukanya

dan luasnya melakukan kampanye untuk merebut suara rakyat partai politik

maupun kandidat caleg dari partai politik masih loyal maupun konsisten untuk

mensosialisasikan idologi partai dalam kampanye.Khususnya pada kampanye

partai politik maupun kandidat partai PDIP Kabupaten Langkat menjelang pemilu

legislatif 2014.

Sistem pemilu proporsional terbuka ditandai dengan terbukanya

kesempatan bagi setiap kandidat partai politik di setiap tingkatan nomor urut

untuk dipilih guna memperoleh alokasi kursi dewan perwakilan. Alokasi kursi

didasarkan pada perolehan suara terbanyak memacu partai politik maupun

kandidat partai untuk berkompetisi merebut suara rakyat sebanyak banyaknya

melalui kampanye.Namun yang menjadi persolan bagaimana konsistensi partai

terhadap ideologi partai dalam usaha memperoleh suara sebanyak-banyaknya

dalam pemilu legislatif tahun 2014.Ideologi partai menjadi sangat penting karena

ideologi partai menjadi asas, prinsip begitu pula kerangka kerja dalam membentuk

suatu kebijakan nantinya.Sehingga penulis mengambil judul Pengaruh Sistem

13

(13)

Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sosialisasi Ideologi Partai Dalam Kampanye. Penelitian ini akan dilaksanakan pada DPC partai PDIP Kabupaten Langkat.

B. Rumusan Masalah

Sistem pemilu proporsional terbuka ditandai dengan rakyat memiliki

kebebasan menentukan siapa yang layak untuk menjadi wakil mereka di palemen,

maka bagi mereka kandidat calon yang memperoleh suara terbanyak dari

konstituen/para pemilih sudah pasti memperoleh bagian dari alokasi kursi untuk

mewakili rakyat.Tidak peduli pada urutan berapa mereka dalam daftar urutan

calon legislatif di setiap partai. Setiap kandidat dalam setiap nomor urut baik

“nomor urut jadi” maupun “nomor urut sepatu” memiliki peluang yang sama

untuk memenangkan kompetisi pemilu, tanpa menunggu giliran.

Alokasi kursi didasarkan pada perolehan suara terbanyak memacu partai

politik maupun kandidat partai untuk berkompetisi merebut suara rakyat sebanyak

banyaknya melalui kampanye.Lalu bagaimana pengaruhnya terhadap ideologi

partai?Yang menjadi persoalan adalah bagaimana konsistensi partai (PDIP)

terhadap ideologi partai dalam usaha memperoleh suara sebanyak-banyaknya

dalam pemilu legislatif tahun 2014.Ideologi partai menjadi sangat penting karena

ideologi partai menjadi asas, prinsip begitu pula kerangka kerja dalam membentuk

(14)

penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh sistem pemilu proporsional terbuka

terhadap sosialisasi ideologi partai PDIP dalam kampanye pemilu.

C. Pembatasan Masalah

Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian berdasarkan

rumusan masalah ialah :

1. Kampanye Pemilu Partai PDIP menjelang Pemilu Legislatif tahun 2014

di Kabupaten Langkat.

2. Menganalisa bagaimana metode/strategi yang dilakukan partai politik

maupun kandidat partai politik dalam kampanye untuk mendulang suara

rakyat sebanyak-banyaknya sehingga dapat dianalisis pengaruhnya

terhadap ideologi partai.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sistem pemilu proporsional

terbuka terhadap sosialisasi ideologi partai dalam kampanye pada pemilu

legislatif tahun 2014 di Kabupaten Langkat.

2. Untuk mengetahui strategi kampanye pemilu yang dilakukan partai politik

PDIP untuk mmemperoleh suara rakyat sebanyak-banyaknya pada

(15)

3. Untuk mengetahui loyalitas para kandidat peserta pemilu Partai PDIP

terhadap Ideologi partai.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu

pengetahuan bagi pembaca mengenai pelaksanaan pemilu, khususnya

penerapan sistem pemilu proporsional terbuka serta metode kampanye

yang dilakukan partai politik.

2. Secara Lembaga, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontibusi

terhadap ilmu pengetahuan dan menjadi referensi bagi Departemen Ilmu

Politik khususnya dalam kajian pengaruh sistem pemilu proporsional

terbuka terhadap sosialisasi ideologi partai dalam kampanye.

3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

sumber pendidikan politik bagi masyarakat, khususnya pengetahuan

masyarakat tentang ideologi partai politik dan peran serta masyarakat

dalam pemilu.

F. Kerangka Teori F.1 Pemilihan Umum

Dalam negara demokrasi modern atau demokrasi tidak langsung, yang

(16)

oleh rakyat.Untuk menentukan siapakah yang berwenang mewakili rakyat,

dilaksanakanlah pemilihan umum. Pemilihan umum adalah suatu cara memilih

wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat, serta salah

satu pelayanan hak-hak asasi warga negara dalam bidang politik. Untuk itu, sudah

menjadi keharusan bagi pemerintahan demokrasi untuk melaksanakan pemilihan

umum dalam waktu-waktu yang telah ditentukan. Secara universal pemilihan

umum adalah lembaga sekaligus praktik politik yang memungkinkan

terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan(representative goverment).Pemilu adalah sarana demokrasi yang dari padanya ditentukan siapa yang berhak

menduduki lembaga politik negara, legislative dan /atau eksekutif.14

Indria Samego menyebut pemilihan umum sebagai “political market’’,

artinya pemilihan umum adalah pasar politik tempat individu/masyarakat

berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial (perjanjian masyarakat) antara

peserta pemilihan umum (partai politik) dengan pemilih (rakyat) yang memiliki

hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian aktivitas politik yang

meliputi kampanye, iklan politik melalui media massa cetak, audio (radio),

maupun audio visual (televisi), serta media lainnya seperti spanduk, pamflet,

selebaran, bahkan komunikasi antar pribadi yang berbentuk face to face (tatap muka) atau lobby yang berisi janji politik lainnya guna meyakinkan pemilih

sehingga pada saat pencoblosan dapat menentukan pillihannya terhadap salah satu

14

(17)

partai politik yangmenjadi peserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam

badan legislative maupun eksekutif.15

Menurut Manuel Kaisiepo pemilihan umum memang telah menjadi tradisi

penting hampir-hampir disakralkan dalam berbagai sistem politik di dunia.Lebih

lanjut dikatakannyapemilihan umum penting karena berfungsi memberi legitimasi

atas kekuasaan yang ada dan bagi rezim baru, dukungan dan legitimasi inilah

yang dicari.16

Sehingga berdasarkan uraian diatas pemilu merupakan sarana kedaulatan

rakyat yang memiliki berbagai tujuan.Adapun Tujuan Penyelengaraan pemilu

menurut Jimly Asshiddiqie ada empat yaitu :17

1. Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan

secara tertib dan damai.

2. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili

rakyat di lembaga perwakilan.

3. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat di lembaga perwakilan

4. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara.

Asas pemilu

Adapun pemilu memiliki asas yaitu Langsung, Umum, Bebas, Rahasia,

Jujur dan Adil.Asas pemilu tersebut juga tertuang didalam UU No.23 tahun 2003,

tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Asas-asas itu meliputi :18

(18)

1. Langsung: Artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung

memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa

perantara.

2. Umum: Artinya semua warga negara yang telah berusia 17 tahun atau

telah menikah berhak untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun

berhak dipilih dengan tanpa ada diskriminasi.

3. Bebas: Artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya

tanpa ada pengaruh, tekanan, atau paksaan dari siapa pun/dengan apa pun.

4. Rahasia: Artinya rakyat pemilih dijamin oleh peraturan tidak akan

diketahui oleh pihak siapapun dan dengan jalan apa pun siapa yang

dipilihnya atau kepada siapa suaranya diberikan.

5. Jujur: Dalam penyelenggaraan pemilu, penyelenggara

pelaksana,pemerintah dan partai politik peserta pemilu, pengawas dan

pemantau pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat

secara tidak langsung, haru bersikap jujur sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

6. Adil: Dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik

peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan

pihak manapun.

18

(19)

F.1.2 Sistem Pemilu

Sistem pemilihan umum dapatlah dirumuskan sebagai sebuah instrumen

untuk menerjemahkan perolehan suara di dalam pemilihan umum (pemilu) ke

dalam kursi-kursi yang dimenangkan oleh partai atau calon. Ben Reilly

sebagaimana dikutip joko J. Prihatmoko mengataan, pada intinya sistem

pemilihan umum dirancang untuk memenuhi tiga hal, dimana ketiga hal tersebut

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan satu sama lain. Ketiga hal yang

dimaksud adalah:19

1. Menerjemahkan jumlah suara yang diperoleh dalam pemilihan umum

menjadi kursi-kursi badan legislatif.

2. Sistem pemilihan umum bertindak sebagai wahana penghubung yang

memungkinkan rakyat dapat menagih tanggung jawab atau janji

wakil-wakil yang telah mereka pilih

3. Memberikan insentif kepada mereka yang memeperebutkan kekuasaan

untuk menyusun imbauan kepada para pemilih dengan cara-cara yang

berbeda.

Jimly Asshiddiqie mengelompokkan sistem pemilu menjadi dua macam,

yaitu : (1) sistem pemilu mekanis dan (2) sistem pemilihan organis. Dari kedua

sistem tersebut, sistem mekanis merupakan sistem yang lebih umum dan selalu

menghiasi perdebatan seputar sistem pemilihan umum yang diterapkan

19

(20)

negara di dunia.Secara umum ragam sistem pemilihan umum (mekanis) berkisar

hanya pada dua prinsip pokok saja. Sebagaimana yang dipaparkam Miriam

Budiardjo dalam Ilmu Politik dikenal bermacam-macam system pemilihan umum

dengan berbagai variasinya, akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip

pokok, yaitu :

a. Single-Member Constituncy (satu daerah pemilihan memilih satu wakil; biasanya disebut system distrik)

b. Multy-Member Constituncy (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil; biasanya dinamakan Sistem Perwakilan Berimbang atau sistem

Proporsional).20

a) Sistem Distrik

Kriteria utama dari sistem distrik ini adalah wilayah negara dibagi-bagi

dalam distrik-distrik pemilihan atau daerah pemilihan yang jumlahnya sama

dengan jumlah kursi yang diperebutkan. Ciri pokok dari sistem pemilihan distrik

ini adalah yang menjadi fokus pemilihan bukanlah organisasi politik, melainkan

individu yang mewakili atau yang dicalonkan oleh partai politik dari suatu

distrik.Orang yang dicalonkan biasanya warga distrik tersebut yang sudah dikenal

baik oleh warga distrik yang bersangkutan.Jadi, hubungan antara si pemilih

dengan si calon cukup dekat.

Sistem ini diselenggarakan berdasarkan lokasi daerah pemilihan, dalam

arti tidak membedakan jumlah penduduk, tetapi tempat yang sudah

20

(21)

ditentukan.Jadi daerah yang sedikit penduduknya memiliki wakil yang sama

dengan daerah yang padat penduduknya.21

System distrik ini mempunyai kelemahan yaitu :

1. Sistem ini kurang memperhitungkan adanya partai-partai kecil dan

golongan minoritas, apalagi jika golongan ini terpencar dalam beberapa

distrik.

2. Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa calon yang kalah dalam

suatu distrikkehilangan suara-suara yang telah mendukungnya. Hal ini

berarti bahwa ada sejumlah suara yang tidak diperhitungkan sama sekali.

Disamping kelemahan-kelemahan tersebut diatas, system ini juga memiliki

kelebihan :

1. Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh

penduduk distrik, sehingga hubungannya dengan penduduk distrik lebih

erat. Dengan demikian dia akan terdorong untuk memperjuangkan

kepentingan distrik.

2. Sistem inilebih mendorong proses integrasi partai-partai politik karena

kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu.

3. Berkurangnya partai dan meningkatnya kerjasama antara partai-partai

mempermudah terbentuknya pemerintah yang stabil dan mempertingkat

stabilitas nasional.

4. Sistem ini sederhana dan mudah diselenggarakan.22

(22)

b). Sistem Perwakilan Berimbang (Sistem Proporsional)

Dalam sistem ini setiap suara yang diperoleh oleh suatu partai atau

golongan dalam suatu daerah pemilihan dapat ditambahkan pada jumlah suara

yang diterima oleh partai atau golongan itu dalam daerah pemilihan lain, untuk

menggenapkan jumalah suara yang diperlukan guna memperoleh kursi tambahan.

Kelebihan sistem proporsional:

1. Sistem Proporsional dianggap lebih representatif. Karena jumlah kursi

partai dalam parlemen sesuai dengan jumlah masyarakat yang diperoleh

dalam pemilihan umum.

2. Sistem proporsional dianggap lebih demokratis. Setiap suara turut

diperhitungkan dan praktis tidak ada suara yang hilang.

Golongan-golongan kecil pun dapat menempatkan wakilnya dalam badan perwakilan

rakyat.

Sistem ini memiliki kekurangan yaitu :

1. Sistem ini mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya partai-partai

baru. System ini tidak menjurus pada proses integrasi bermacam-macam

golongan dalam masyarakat, mereka lebih cenderung untuk mempertajam

perbedaan-perbedaan yang ada dan kurang terdorong untuk mencari dan

memanfaatkan persamaan- persamaan. System ini dianggap mempunyai

akibat memperbanyak jumlah partai.

22

(23)

2. Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai dan kurang

merasakan loyalitas kepada daerah yang telah memilihnya. Hal ini

disebabkan adanya anggapan bahwa partai lebih menonjol peranannya

daripada kepribadian seseorang.

3. Banyaknya partai mempersulit terbentuknya pemerintahan yang stabil,

oleh karena umumnya harus mendasarkan diri atas koalisi dari dua partai

atau lebih.

F.2 Partai Politik

F.2.1 Definisi Partai Politik

Partai politik berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah

organisasi mereka bisa menyatukan orang-orang mempunyai pikiran serupa

sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan.Dengan begitu

pengaruh mereka bisa lebih besar dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok

terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan

cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik

dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk melaksanakan

programnya. Beberapa ahli mendefinisikan partai politik sebagai berikut :23

23

(24)

a. Menurut Carl J.Friedrich Partai Politik adalah sekelompok manusia yang

terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan

penguasaan terhadap pemerintahan bagi pemimpin partainya dan

berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya

kemanfaatan yang bersifat idiil serta materil.

b. Menurut Sigmund Neumann Partai Politik adalah organisasi dari

aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan

serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan

atau golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.

c. Menurut Giovanni Sartori Partai politik adalah suatu kelompak politik

yang mengikuti pemilihan umum dan, melalui pemilihan umum itu,

mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan

publik.

F.2.2 Fungsi Partai Politik

Fungsi utama partai politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan

guna mewujudkan program program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu.

Cara yang digunakan oleh suatu partai politik dalam sistem politik demokrasi

untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan ialah ikut serta dalam

(25)

politik totaliter berupa paksaan fisik dan psikologik oleh suatu diktatorial

kelompok (komunis) maupun oleh diktatorial individu (fasis).

Ketika melakukan fungsi itu, partai politik dalam sistem politik demokrasi

melakukan tiga kegiatan.Kegiatan itu meliputi seleksi calon-calon, kampanye dan

melaksanakan fungsi pemerintahan (legislative dan/atau eksekutif).

Berikutmerupakan penjabaran fungsi partai politik dalam sistem politik demokrasi

, diantaranya ialah:24

a. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Dalam ilmu politik yang dimaksud dengan sosialisasi politik ialah suatu

proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota ,masyarakat. Melalui

proses sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh sikap dan

orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat,

misalnya mengenai nasionalisme, kelas sosial, suku bangsa, ideologi, hak dan

kewajiban. Proses ini berlangsung seumur hidup yang diperoleh baik secara

sengaja melalui pendidikan formal, non formal, dan informal maupun secara tidak

sengaja melaui kontak dan pengalaman sehari-hari, baik dalam kehidupan

keluarga, tetangga maupun dalam kehidupan masyarakat.

Dimensi lain dari fungsi sosialisasi politik partai adalah upaya

menciptakan citra (image) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Ini

penting juka dikaitkan dengan tujuan partai untuk menguasai pemerintahan

melalui kemenangan dalam pemilihan umum.Karena itu partai harus memperoleh

(26)

dukungan seluas mungkin, dan partai berkepentingan agar para pendukungnya

mempunyai solidaritas yang kuat dengan partainya.

Dari segi metode penyampaian pesan sosialisasi politik dibagi menjadi

dua, yakni pendidikan politik dan indoktrinasi politik.Dalam sistem politik

demokrasi partai politik melakukan pendidikan politik. Pendidikan politik

merupakan suatu proses dialogis diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui

proses ini, para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai dan

norma-norma dan simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem

politik seperti sekolah, pemerintah dan partai politik. Pendidikan politik

dipandang sebagai proses dialog antara pendidik seperti sekolah, pemerintah dan

partai politik dan peserta didik dalam rangka pemahaman, penghayatan dan

pengamalan nilai, norma dan simbol politik yang dianggap ideal dan baik. Melalui

kegiatan kursus, latihan kepemimpinan, diskusi dan keikutsertaan dalam berbagai

forum pertemuan, partai politik dalam sistem politik demokrasi melaksanakan

fungsi pendidikan politik.

Sebagai salah satu sarana demokrasi pemilu merupakan salah satu bentuk

pendidikan politik yang tebuka dan bersifat masal. Sehingga diharapkan dapat

berfungsi dalam proses pendewasaan dan pencerdasan pemahaman politik

masyarakat. Melalui pemilu akan terwujud suatu infarstruktur dan mekanisme

demokrasi serta membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai demokrasi.

(27)

sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat, keabsahan pemerintahan dan

pergiliran pemerintahan secara teratur.25

b. Sebagai Sarana Komunikasi Politik

Di masyarakat modern dan kompleks, banyak ragam pendapat dan

aspirasi yang berkembang. Pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok

akan hilang apabila tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi

orang lain yang senada. Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan

(interest agregation) kemudian pendapat dan aspirasi tersebut dirumuskan dalam bentuk yang lebih teratur, hal ini disebut dengan perumusan kepentingan. (interest articulation). Agregasi dan artikulasi itulah salah satu fungsi komunikasi politik.26

Setelah itu partai politik merumuskannya menjadi usul kebijakan.Usul

kebijakan ini dimasukkan dalm program (platform) partai (goal fomulation) untuk diperjuangkan atau disampaikan melaui parlemen kepada pemerintah agar

dijadikan kebijakan umum (public policy).Demikianlah tuntutan dan kepentingan masyarakat disampaikan kepada pemerintah melalui partai politik.Dalam

menjalankan fungsi inilah partai politik sering disebut perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide (clearing house of ideas).Kadang-kadang juga dikatakanbahwa partai politik bagi pemerintah bertindak sebagai alat pendengar,

dan sedangkan bagi warga masyarakat sebagai “pengeras suara”.27

(28)

Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi politik ialah proses

penyampaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat, dari

masyarakat kepada pemerintah. Dalam hal ini partai politik berfungsi sebagai

komunikator politik yang tidak hanya menyampaikan segala keputusan dan

penjelasan pemerintah kepada masyarakat tetapi juga menyampaikan aspirasi dan

kepentingan berbagai kelompok masyarakat kepada pemerintah.

c. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik

Rekrutmen politik ialah sarana seleksi dan pemilihan atau seleksi dan

pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah

peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada

khususnya.Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik

kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas.

Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader yang berkualitas,

karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang

mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan diri. Dengan

mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit

menentukanpemimpinnya sendiri dan mempunyai peluang untuk mengajukan

calon untuk ke bursa kepemimpinnan nasional.28

d. Sebagai Sarana Pengatur Konflik (Conflict Management)

Potensi konflik selalu ada di setiap masyarakat, apalagi di masyarakat

yang bersifat heterogen.Konflik yang dimaksud disini adalah dalam artian luas,

28

(29)

mulai dari perbedaan pendapat sampai pada pertikaian fisik antar-individu atau

kelompok dalam masyarakat.Dalam negara demokrasi, setiap warga negara atau

kelompok masyarakat berhak menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi dan

kepentingannya sehingga konflik merupakan gejala yang sulit dielakkan.29

Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi untuk

mengendalikan konflifk melalui cara berdialog dengan pihak-pihak yang

berkonflik, menampung dan memadukan pelbagai aspirasi dan kepentingan dari

pihak-pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah

badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan

politik. Untuk mencapai penyelesaian berupa keputusan itu, diperlukan kesediaan

berkompromi diantara para wakil rakyat, yang berasal dari partai politik.

F.2.3 Tipologi Partai politik

Tipologi partai politik ialah pengklasifikasian berbagai partai politik

berdasatkan kriteria tertentu, seperti asas dan orientasi, komposisi dan fungsi

anggota, basis sosial dan tujuan.Klasifikasi ini cenderung bersifat ideal karena

dalam kenyataan tidak sepenuhnya demikian.Untuk tujuan memudahkan

pemahaman, tipologi ini sangat berguna.Dibawah ini, diuraiakan sejumlah

tipologi partai politik menurut kriteria-kriteria tersebut.30

a. Asas dan Orientasi

29Ibid

. hal 409

30

(30)

Berdasarkan asas dan orientasinya partai politik diklasifikasikan menjadi

tiga tipe. Tipe pertama yaitu partai politik pragmatis, yang dimaksud dengan partai politik pragmatis adalah suatu partai yang mempunyai program dan

kegiatan yang tidak terikat kaku pada doktrin dan ideologi tertentu. Artinya

perubahan waktu, situasi dan kepemimpinan juga akan merubah program,

kegiatan dan penampilan partai politik tersebut. Tipe keduayaitu Partai doktiner yang merupakan partai politik yang memiliki sejumlah program dan kegiatan

konkret sebagai penjabaran ideologi. Ideologi yang dimaksud ialah seperangkat

nilai politik yang dirumuskan secara konkret dan sistematis dalam bentuk

program-program kegiatan yang pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat

partai. Pergantian kepemimpinan mengubah gaya kepemimpinan pada tingkat

tertentu, tetapi tidak mengubah prinsip dan program dasar partai karena ideologi

partai sudah dirumuskan secara konkret dan partai ini terorganisasikan secara

ketat. Dan yang ketiga adalah partai kepentingan yang merupakan partai politik yang dibentuk dan dikelola atas dasar kepentingan tertentu seperti petani, buruh,

etnis, agama atau lingkungan hidup yang secara langsung ingin berpartisipasi

dalam pemerintahan.

b. Komposisi dan Fungsi Anggota

Menurut komposisi dan fungsi anggotanya, partai politik dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu massa atau lindungan (patronage) dan partai kader. Partai massa ialah partai politik yang mengandalkan kekuatan pada

(31)

sebanyak-banyaknya dan mengembangkan diri sebagai pelindung bagi pelbagai kelompok

dalam masyarakat sehingga pemilihan umum dapat dipelihara, tetapi juga

masyarakat dapat dimobilisasi untuk mendukung dan melaksanakan kebijkan

tertentu. Partai ini seringkali merupakan gabungan berbagai aliran politik yang

sepakat untuk berada dalam lindungan partai guna memperjuangkan dana

melaksanakan program-program yang pada umumnya bersifat sangat umum.

Sedangkan partai kader merupakan suatu partai yang mengandalkan kualitas

anggota, keketatan organisasi, dan disiplin anggota sebagai sumber kekuatan

utama.Seleksi keanggotaan dalam partai kader biasanya sangat ketat, yaitu

melaluikaderisasi yang berjenjang dan intensif, serta penegakan disiplin partai

yang konsisten tanpa pandang bulu.

c. Basis Sosialdan Tujuan

Almond menggolongkan partai politik berdasarkan basis sosial dan

tujuannya .menurut basis sosialnya partai politik dibagi menjadi empat tipe, yaitu:

31

1. Partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat,

seperti kelas atas, menengah, dan bawah,

2. Partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok

kepentingan tertentu, seperti petani, buruh dan pengusaha,

3. Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama

tertentu seperti, Islam, Katolik, Protestan,Hindu dan

(32)

4. Partai poitik yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya

tertentu , seperti suku bangsa, bahasa dan daerah tertentu.

Berdasarkan tujuannya partai politik dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:

1. Partai perwakilan kelompok, yang menghimpun berbagai kelompok

masyarakat untuk memenangkan sebanyak mungkin kursi di parlemen.

2. Partai pembinaan bangsa, partai yang bertujuan mencipatakn kesatuan

nasional dan biasanya menindas kepentingan-kepentingan sempit.

3. Partai mobilisasi, partai berusaha memobilisasi masyarakat kearah

pencapaian tujuan-tujuan yang ditetapkan partai, sedangkan partisipasi dan

dan perwakilan kelompok cenderung diabaikan.

F.3 Kampanye

Beberapa ahli mendefinisikan kampanye sebagai berikut:

1. Rogers dan storey, mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian

tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek

tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara

berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Merujuk pada definisi ini maka

setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung

empat hal yakni (1) tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan

(33)

biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan (4) melalui

serangkaian sasaran tindakan komunikasi yang terorganisasi.32

2. Paisley mengatakan bahwa kampanye merupakan bentuk komunikasi

kepada publik secara lebih terkontrol baik isi maupun bentuk kegiatannya.

Dia memberi defenisi kampanye komunikasi publik sebagai “someone’s to

influence else’s beliefes or behavior, using communicated appeals”.

Kampanye merupakan strategi kontrol sosial dalam rangka mengarahkan

psikologi dan perilaku pemilih untuk menyesuaikan dan pada saatnya

menuruti apa yang diprogramkan oleh partai politik.33

3.

Menurut Kotler dan Roberto : Kampanye ialah sebuah sebuah upaya yang

dikelola oleh suatu kelompok (agen perubahan) yang ditujukan untuk

memersuasi target sasaran agar bisa menerima, memodifikasi atau

membuang ide, sikap dan prilaku tertentu.34

F.3.1 Jenis-Jenis Kampanye.

Charles U. Larson membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori yakni:

Product-oriented campaigns, candidate-oriented campaigns dan ideologically or caused oriented campaigns.35

1. Product-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadii di lingkungan bisnis. Istilah lain yang sering

32

Antar Venus. 2004. Manajemen Kampanye. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. hal 7

33

Khoirul Anwar. Op.cit., hal 40

34

(34)

dipertukarkan dengan kampanye jenis ini adalalah campaigns atau corporate campaign. Motivasi yang mendasarinya adalah memperoleh keuntungan finansial.

2. Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik.

Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai political

campaigns (kampanye politik). Tujuannya antara lain adalah

memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang

diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang

diperebutkan lewat proses pemilihan umum. Kampanye pemilu, kampanye

penggalangan dana bagi partai politik atau kampanye kuota perempuan di

DPR merupakan contoh contoh kampanye jenis ini.

3. Ideologically or caused oriented campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali

berdimensi perubahan sosial. Karena itu kampanye jenis ini juga disebut

sebagai social change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk

menangani masalah-masalah sosial melalui perubhan sikap dan perilaku

publik yang terkait.

F.3.2 Kampanye Pemilu

Dalam UU no 8 tahun 2012 Kampanye Pemilu merupakan kegiatan

(35)

program Peserta Pemilu. Bagian mengenai kampanye pemilu dijelaskan pada Bab

VIII dalam beberapa bagian dan pasal, yaitu:

Pasal 77 :

Kampanye Pemilu merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat

yang dilaksanakan secara tanggung jawab.

Pasal 78 :

(1) Kampanye Pemilu Dilaksanakan Oleh Pelaksana Kampanye.

(2) Kampanye Pemilu diikuti oleh peserta kampanye.

(3) Kampanye Pemilu didukung oleh petugas kampanye.

Pasal 79 :

(1) Pelaksana Kampanye Pemilu adalah Anggota DPR,DPRD Provinsi,

dan DPRD kabupaten/kota, juru Kampanye Pemilu, orang seorang,

dan organisasi yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu Anggota DPR,

DPRD Provinsi, DPRD kabupaten/kota.

(2) Pelaksana Kampanye Pemilu adalah Anggota DPD terdiri atas calon

anggota DPD, orang seorang, dan organisasi yang ditunjuk oleh

Peserta Pemilu Anggota DPD.

(3) Peserta Kampanye Pemilu terdiri atas anggota Masyarakat

(4) Petugas Kampanye Pemilu terdiri atas seluruh petugas yang

(36)

Pasal 82 :Kampanye Pemilu dapat dilakukan melalui :

a. Pertemuan terbatas;

b. Pertemuan tatap muka;

c. Penyebaran bahan Kampanye Pemilu kepada umum;

d. Pemasangan alat peraga di tempat umum;

e. Iklan media massa cetak dan media massa elektronik;

f. Rapat umum;

g. Kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye Pemilu dan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

F.3.5 Strategi Kampanye

Karl Von Clausewitz, merumuskan strategi sebagai “suatu seni yang

menggunakan sarana pertempuran untuk mencapai tujuan Perang”. Strategi

melibatkan kemampuan inteligensi unruk membawa semua sumber daya yang

tersedia untuk mencapai tujuan dengan memperoleh keuntungan yang maksimal

dan efesien.36Demikian halnya pada strategi kampanye, tujuannya yaitu

menggunakan semua sumber daya yang ada untuk mencapai kemenangan dalam

pemilu.

36

(37)

Strategi kampanye menggunakan beberapa pendekatan antara lain pesan

kampanye, teknik kampanye, penggunaan anggaran kampanye, dan organisasi

politik. Berikut merupakan uraiannya :

1. Pesan kampanye.

Kampanye sebagai wahana menyampaikan pesan-pesan politik baik oleh

partai politik maupun kandidat yang mencalonkan diri.Adapun materi atau pesan

yang disampaikan oleh peserta pemilu dapat berupa visi, misi, dan program

partai.Sifat dari pesan kampanye biasanya bersifat informatif, propaganda dan

persuasif, sehingga dapat mempengaruhi perilaku para pemilih untuk memberikan

dukungannya kepada partai politik atau kandidat partai politik tersebut.

2. Teknik kampanye

Secara umum dalam ilmu politik dikenal empat teknik kampanye, yaitu :37

a. Teknik Kampanye Dari Pintu Ke Pintu (Door To Door Campaign).

Ini merupakan teknik kampanye yang dilakukan para kandidat dengan cara

mendatangi langsung para pemilih sambil menanyakan persoalan-persoalan yang

mereka rasakan atau yang mereka hadapi.

b. Teknik Kampanye Diskusi Kelompok. (Group Discussion Campaign) Ini merupakan teknik kampanye yang dilakukan dengan cara membentuk

kelompok atau diskusi kecil yang membicarakan masalah yang dihadapi

masyarakat.

37

(38)

c. Teknik Kampanye Massa Tidak Langsung ( Indirect Massa Campaign) Teknik kampanye jenis ini biasanya menggunakan media sebagai sarana

berkampnaye.Tidak ada tatap muka yang terjadi antara komunikator dan undiens.

Contohnya yaitu pidato melalui radio, televisi, maupun melalui media cetak .Bisa

juga dilakukan dengan pemasangan baliho, poster, spanduk dan semacamnya di

tempat umum guna memperkenalkan dan mempersuasi khalayak untuk memilih

partai atau kandidat dalam pemilu.

d. Kampanye Massa Langsung ( Direct Massa Campaign)

Ini merupakan teknik kampnye dimana antar komunikator dan audiens

dapat bertatap langsung saat kampanye dilakukan. Kampanye ini biasa dilakukan

dengan menggerakkan massa yang besar jumlahnya. Biasanya dilakukan dengan

cara mengadakan pawai, pertunjukan kesenian dan sebagainya.

3. Penyusunan anggaran kampanye

Ada beberapa kategori pos-pos pendanaan yang dapat digunakan pada

hampir setiap jenis kegiatan kampanye, yaitu:38

a. Personil inti : terdiri dari administrator, staff dan dan keperluan untuk

tenaga baru yang diproyeksikan.

b. Biaya daur ulang : benda-benda yang secara total habis digunakan dan

tidak bisa digunakan kembali setelah kampanye.

c. Biaya media : biaya yang dikeluarkan apabila menggunakan media

sebagai sarana berkampanye, baik itu media cetak maupun elektronik.

38

(39)

d. Biaya transportasi : biaya yang digunakan untuk keperluan transportasi

selama berkampanye.

4. Organisasi politik

Dalam pelaksanaan kampanye juga dibutuhkan pihak-pihak yang dapat

menunjang keberhasilan kampanye. Dalam pelaksanaan kampanye organisasi

akan memiliki struktur yang jelas keanggotaannya. Adapun yang termasuk

organisasi politik pendukung kampanye yaitu : Manager Kampanye, Konsultan

Politik dan Aktivis.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif.Yang mana ciri dari penelitian ini adalah pada hasil analisis data berupa

pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian

naratif.Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan

mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi.

Alasan Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dalam

penelitian ini adalah karena menurut penulis dengan menggunakan metode

kualitatif diharapkan hasil penelitian dapat memberikan pemaparan yang

mendalam mengenai topik yang diangkat penulis. Topik mengenai sistem pemilu

dan sosialisasi ideologi dalam kampanye membutuhkan wawancara yang

(40)

ideologi partai politik (PDIP) dalam kampanye, bagaimana metode yang

dilakukan partai politik maupun kandidat calon legislatif mendekatkan diri dengan

masyarakat untuk memperoleh dukungan melalui pemberian suara dalam pemilu.

Sehingga menurut penulis metode penelitian kualitatif lebih efektif dan tepat

untuk topik penelitian ini.

G.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang

tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau

dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau

kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang

berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji.

Sehingga menghasilkan gambaran akurat tentang tema penelitian yang diangkat

oleh penulis.

G.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini akan dilakukan di lingkungan :

 Kantor DPC Partai Politik PDIP, untuk mewawancarai ketua partai

poitik dan ketua Tim Kampanye partai PDIP kabupaten Langkat dalam

(41)

metode/strategi kampanye partai PDIP untuk memenangkan pemilu

legislatif tahun 2014.

 Selain itu penelitian ini juga dilakukan di DPRD Kabupaten Langkat

untuk mewawancarai enam anggota Legislafif DPRD Kabupaten asal

partai PDIP sebagai caleg yang berhasil memenagkan pemilu legislatif

tahun 2014 untuk mengetahui metode/strategi kampanye yang

masing-masing individu caleg lakukan.

G.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian pengumpulan data diperoleh secara langsung(data

primer) maupun diperoleh secara tidak langsung (data sekunder) sebagai berikut:

a. Data primer, yaitu Penelitian Lapangan (Field Reaserch)

Merupakan data yang diproleh langsung dari sumbernya. Dalam

pengambilan data ini penulis mengumpulkan data dengan teknik interview (wawancara). Wawancara dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan lansung

kepada narasumber yang telah ditetapkan sebelumnya, guna memperoleh

keterangan yang akurat. Pada penelitian ini Wawancara akan ditujukan kepada

Ketua DPC partai PDIP Kabupaten Langkat. Selain itu penulis akan melakukan

wawancara terhadap enam anggota DPRD terpilih dalam pemilu legislatif tahun

2014 asal partai PDIP .

Alasan peneliti menggunakan metode wawancara dalam mengumpulkan

(42)

sangat efektif digunakan untuk mengumpulkan data dengan pertanyaan yang

sifatnnya terbuka.Teknik pengumpulan data dengan wawancara lebih responsif

dan mendalam.Selain itu menurut peneliti dengan wawancara mempermudah

memunculkan pertanyaan lanjutan dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

sebelumnya, sehingga informasi lebih luas dan mendalam.

b. Data sekunder, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Reaserch) Merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data

tersebut dapat diperoleh memalui catatan atau dokumentasi, buku, dan literatur

lain yang berhubungan dengan judul penelitian ini.

G.4 Teknik Analisa Data

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan memberikan gambaran

mengenai situasi yang terjadi dengan menggunakan analisa kualitatif. Data-data

dan informasi yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder selanjutnya

akan disusun dan diuraikan dengan cara menjelaskan fenomena yang ditemukan

dalam proses pengumpulan data. Langkah selanjutnya adalah data yang telah

teratur dan tersusun selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teori untuk

(43)

H. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah,pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitan,

kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II :PROFIL KABUPATEN LANGKAT dan PDC PDIP

KABUPATEN LANGKAT

Dalam babini berisi tentang deskripsi singkat mengenai profil

kabupaten Langkat, begitu juga dengan deskripsi Partai PDIP di

Kabupaten Langkat.

BAB III :PENGARUH SISTEM PEMILU PROPORSIONAL

TERBUKA TERHADAP SOSIALISASI IDEOLOGI PARTAI DALAM KAMPANYE.

Dalam bab ini akan dilakukan penyajian dan pendeskripsian

data-data yang diperoleh melalui wawancara maupun sumber lain

mengenai pengaruh sistem pemilu proporsional terbuka terhadap

sosialisasi ideologi partai PDIP dalam kampanye pemilu legislatif

tahun 2014 di Kabupaten Langkat.

BAB IV :PENUTUP

Dalam bab ini akan dipaparkan kesimpulan dan saran dari hasil

Gambar

Tabel 1.2

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu campuran zat aktif yang sering digunakan adalah campuran pseudoefedrin HCl dan triprolidin HCl yang merupakan salah satu jenis kombinasi dalam formula sediaan

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu tentang Posyandu sebagian besar dikategorikan baik sebanyak 19 orang (63,33%), keaktifan ibu mengikuti Posyandu sebagian

Penelitian ini dilakukan karenarendahnya hasil belajar siswa adalah kurangnya variasi metode yang digunakan oleh guru saat pembelajaran dan siswa cenderung ramai sendiri

Pertanyaan riset mengenai “Pengaruh Persepsi Kemudahan Pengguna an, Kepercayaan Dan Risiko Terhadap Niat Pembayaran Iuran BPJS Kesehatan Menggunakan Internet Banking

[r]

[r]

Penambahan tepung atau pati pada kadar yang sama menghasilkan daya hambat yang berbeda, oleh karena tepung menghasilkan pH yang lebih rendah maka daya hambat bakteri

Bentuk non-test;  Tulisan makalah  Presentasi kelompok 2 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang penetapan kadar beberapa senyawa farmasi berdasarkan metode titrasi asam