• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA MASYARAKAT MADURA DENGAN MASYARAKAT KABUPATEN MALANG (Studi pada Tokoh Agama di Desa Landungsari Kabupaten Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA MASYARAKAT MADURA DENGAN MASYARAKAT KABUPATEN MALANG (Studi pada Tokoh Agama di Desa Landungsari Kabupaten Malang)"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA MASYARAKAT MADURA DENGAN MASYARAKAT KABUPATEN MALANG

(Studi pada Tokoh Agama di Desa Landungsari Kabupaten Malang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan untuk

Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh : Hendra Purnomo 201010040311234

Pembimbing 1: Novin Farid Setyo Wibowo, S.Sos., M.Si Pembimbing 2: Drs. Abdullah Masmuh, M.Si

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN

Nama : Hendra Purnomo

NIM : 201010040311234

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Madura dengan Masyarakat Kabupaten Malang (Studi pada Tokoh Agama di Desa Landungsari Kabupaten Malang)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Novin Farid Setyo Wibowo, S.Sos., M.Si Drs. Abdullah Masmuh, M.Si

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

Nama : Hendra Purnomo

NIM : 201010040311234

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Madura dengan Masyarakat Kabupaten Malang (Studi pada Tokoh Agama di Desa Landungsari Kabupaten Malang)

Telah dipertahankan di depan dewan penguji Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Pada tanggal: 21 April 2016 Dihadapan Dewan Penguji

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

(Dr. Asep Nurjaman, M.Si)

Dewan Penguji:

1. Dr. Muslimin Machmud, M.Si (……….. )

2. Winda Hardyanti, S.Sos, M.Si (……….. )

3. Novin Farid Setyo Wibowo, S.Sos., M.Si (……….. )

(4)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Hendra Purnomo

NIM : 201010040311234

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Madura dengan Masyarakat Kabupaten Malang (Studi pada Tokoh Agama di Desa Landungsari Kabupaten Malang)

Pembimbing : 1. Novin Farid Setyo Wibowo, S.Sos., M.Si 2. Drs. Abdullah Masmuh, M.Si

Kronologi Bimbingan

Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan

Pembimbing I Pembimbing II

14-03-2015 Acc. Judul

11-05-2015 Acc. BAB I

19-05-2015 Acc. BAB II

08-07-2015 Acc. BAB III

13-09-2015 Acc. BAB IV

20-10-2015 Acc. Seluruh Naskah

Malang, 20-10-2015

Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini saya, Hendra Purnomo, menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

“Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Madura dengan Masyarakat Kabupaten Malang (Studi pada Tokoh Agama di Desa Landungsari Kabupaten Malang)”,

Adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini juga saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 29 Oktober 2015

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang hanya dengan ridho dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Madura dengan Masyarakat Kabupaten Malang (Studi pada Tokoh Agama di Desa Landungsari Kabupaten Malang)” dengan lancar.

Hasil dari penelitian ini peneliti harapkan dapat menjadi masukan bagi Mahasiswa-Mahasiswi Ilmu komunikasi berikutnya dalam meneliti fenomena-fenomena terkini, yang tentunya peneliti harapkan harus lebih baik dari penelitian ini. Dalam Penyusunan Penelitian ini tentunya tidak akan lepas dari segala kekurangan dan kelemahan yang tidak dengan sengaja atau kesadaran. Oleh karenanya dalam perbaikan dan penyempurnaan kedepan, alangkah baiknya saran dan kritik yang membangun dari pihak-pihak yang tertarik terhadap hal ini sangat berarti bagi peneliti.

Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada peneliti, sehingga penelitian ini bisa peneliti selesaikan tepat pada waktunya.

1. Kedua orang tuaku, karena pengorbanan dan motivasinya, sehingga saya dapat menyelesaikan perkuliahan sekaligus penulisan skripsi ini.

(7)

3. Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si, kepada beliau juga saya sampaikan banyak terima kasih atas pengorbanan dan waktu yang diberikan dalam proses bimbingan skripsi.

4. Bapak Dr. Muslimin Machmud, M.Si, terima kasih atas masukan yang diberikan dalam perbaikan skripsi ini.

5. Ibu Winda Hardyanti, S.Sos, M.Si, terima kasih atas masukan dan kritikan dalam perbaikan skripsi ini.

6. Teman-teman seperjuangan di jurusan Ilmu komunikasi. thanks friends for all.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan seluruh pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada peneliti, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan sempurna, Amin. Akhirnya penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya khususnya bagi mahasiswa Ilmu komunikasi.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

Malang, 29 Oktober 2015

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS ... v

ABSTRAKSI ...vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... ... 4

D. Manfaat Penelitian.. ... 4

1. Manfaat Akademis ... 4

2. Manfaat Praktis ... 4

E. Tinjauan Pustaka... 5

1. Komunikasi Antar Budaya ... 5

2. Teori Komunikasi Antar Budaya ... 10

3. Teori Pengelolaan Kecemasan/Ketidakpastian ... 14

F. Metode Penelitian ... 16

1. Pendekatan Penelitian ... 16

2. Lokasi Penelitian ... 17

3. Teknik Pengumpulan Data ... 18

4. Penetapan Subyek Penelitian ... 19

5. Analisis Data ... 20

(9)

BAB II. DESKRIPSI WILAYAH

A. Gambaran Umum Kota Malang ... 22

1. Sejarah Awal Terbentuknya Kota Malang ... 22

2. Letak Geografis dan Kondisi Iklim ... 27

3. Luas Wilayah dan Batas Wilayah ... 28

4. Pembagian Wilayah Administratif ... 28

5. Kondisi Sosial Kependudukan ... 29

6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 29

7. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 31

8. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk ... 32

9. Kondisi Ekonomi ... 33

B. Gambaran Umum Desa Landungsari ... 35

C. Gambaran Umum Masyarakat Kota Malang dan Masyarakat Madura di Kota Malang ... 43

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Profil Subyek Penelitian ... 49

B. Komunikasi antar Budaya Madura dengan Masyarakat Desa Landungsari Kabupaten Malang ... 50

1. Gambaran Umum Komunikasi antar Budaya Masyarakat Madura dengan Masyarakat Kabupaten Malang di Desa Landungsari ... 50

2. Respon Masyarakat Malang terhadap Masyarakat Madura ... 56

3. Hambatan Komunikasi Antar Budaya ... 62

4. Efektivitas Komunikasi AntarBudaya ... 69

BAB IV.PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana, 2005. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya

Daryanto, 2011. Ilmu Komunikasi. Bandung : CV.Yrama Widya

Devito, Joseph, A, 1989.The Interpersonal Communication Book, Professional Book,. Jakarta,

Faisal, Sanapiah. 1990. PenelitianKualitatif, Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: YA3

Hamidi. 2004. MetodePenelitianKualitatif, AplikasiPembuatanProposal dan LaporanPenelitian. Malang: UMM Press

Jalaludin, Rachmat. 2004. MetodePenelitianKomunikasi. Bandung: RemajaRosdakarya

Iriantara, Yosal. 2005. Media Relations. Bandung: SimbiosaRekatama Media

Kriyantono, rachmat. 2006. TeknikPraktisRisetKomunikasi.Jakarta: Putra Grafika

Koentjaraningrat, 2005, Pengantar Antropologi 1, Jakarta: Rineka Cipta

Muslimin. 2004. Hubungan Masyarakat dan Konsep Kepribadian. Malang: UMM Press

Muslimin. M. 2011.Komunikasi Tradisonal; pesan kearifan lokal masyarakat sulawesi selatan melalui berbagai media warisan. Yogyakarta Buku Litera

Moleong, lexi J. 2002. Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nazir, Moh. 1985. Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

(11)

Rosadi Roslan. 2001. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. Bandung: PT Rosdakarya

Soerjono Soekanto, 2006, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan masyarakat, manusia tidak bisa melepaskan diri dari

aktifitas komunikasi. Apalagi masyarakat tersebut bertempat tinggal bersama dan

mendiami suatu daerah tempat tinggal. Dalam kaitan komunikasi antar budaya,

komunikasi antara masyarakat pendatang dengan masyarakat setempat sudah

tampak jelas memperlihatkan bahwa komunikasi yang terjadi melibatkan dua

unsur budaya yang berbeda. Masyarakat pendatang dengan latar belakang budaya

dari daerah tempat asalnya dan masyarakat setempat dengan latar belakang

budaya daerah setempat.

Hidup bermasyarakat memaksa manusia untuk berkomunikasi baik dengan

anggota kelompok maupun dengan manusia di luar kelompok yang

dinaunginya.Komunikasi kelompok merupakan komunikasi di antara sejumlah

orang. Dalam kenyataannya, komunikasi kelompok bukanlah sekedar bertukar

pesan melainkan terjadi pula proses interaksi antarbudaya dari para anggota

kelompok (baik in group maupun out group) yang berbeda latar belakang

kebudayaan. Termasuk dalam pengertian konteks komunikasi kelompok adalah

operasi komunikasi antarbudaya di kalangan in group maupun antara anggota

sebuah in group dengan out group, atau bahkan antara berbagai kelompok

(13)

2

Komunikasi yang terjadi dengan latar belakang budaya yang berbeda, tak

jarang hal ini menimbulkan kesalahpahaman dalam proses komunikasinya.

Berdasarkan pada pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa bangsa

Indonesia merupakan bangsa multietnik atau majemuk yang mengandung potensi

konflik tinggi, baik itu konflik kepentingan, konflik ideologis, konflik antar kelas

dan lain-lain.Dalam masyarakat majemuk ini akan ada kelompok minoritas yang

karena gangguan sosial dan kepentingannya akan menimbulkan suatu masalah

baru yang dapat berkembang ke permukaan. Ketidakstabilan merupakan ciri khas

yang melekat pada masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman budaya

sehingga hal ini menjadi satu bentuk adaptasi untuk melihat hubungan antar etnis.

Dari perbedaan budaya, ada banyak faktor yang dapatdilihat. Salah

satunya adalah kebiasaan-kebiasaan individu yang disebabkan oleh nilai-nilai dan

tradisi yang dibawanya. Hal tersebut kemudian akan berakibat pada terbentuknya

suatu pemikiran khusus mengenai kultur tertentu. Untuk memahami latarbelakang

budaya, ada beberapa faktor yang perlu dipahami sehubungan dengan kebudayaan

dalam konteks komunikasi. Hal ini meliputi pola berpikir masing-masing

individu, stereotipe, etnosentrisme, tradisi, nilai, dan norma, serta sistem religi

(Purwasito, 2003:224-231).

Kenyataan di atas menunjukkan bahwa, dalam berkomunikasi setiap

anggota etnis akan berpedoman pada norma-norma, kaidah-kaidah dan budaya

etnisnya yang dibawanya. Dalam masyarakat multietnik di Kabupaten Malang

terdapat berbagai macam nilai-nilai, norma-norma, kaidah-kaidah, tradisi dan

(14)

3

yang ada di dalamnya. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadinya

benturan-benturan dan gesekan-gesekan nilai, norma, kaidah, tradisi dan budaya

dalam komunikasi antaretnik yang terjadi sehingga dapat memicu dan

menyebabkan konflik antaretnik.

Mengacu pada tema penelitian mengenai komunikasi antar budaya di Desa

Landungsari Kabupaten Malang sebagai proses akulturasi budaya masyarakat ini

terinspirasi dari sering nampaknya fenomena-fenomena atau kejadian-kejadian

yang sering muncul dalam kehidupan bermasyarakat antara masyarakat Madura

dengan masyarakat Desa Landungsari Kabupaten Malang. Dalam kehidupan

bersama yang menghuni suatu wilayah, antara masyarakat Madura dengan

masyarakat setempat terkadang muncul ketidak selarasan, kesalahpahaman, atau

ketidakkompakan. Dalam kehidupan, hal ini adalah sesuatu yang wajar, dan biasa

terjadi dalam kehidupan. Perbedaan-perbedaan yang lahir dari kehidupan bersama

tak bisa dihindarkan, karena hal itu merupakan suatu anugerah dari sang pencipta

kehidupan. Yang terpenting adalah bagaimana cara penulis mengelola berbagai

masalah-masalah komunikasi itu bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi

kehidupan.

Sebuah percampuran yang terjadi pada dua kebudayaan yang berbeda

seperti yang terjadi pada masyarakat di Kabupaten Malang merupakan sebuah

permasalahan yang dapat menciptakan adanya perubahan kebudayaan yang sudah

ada turun temurun semenjak dahulu tercampur oleh kebudayaan yang dibawa oleh

para para pendatang yang menetap disana.Intensitas interaksi keseharian begitu

(15)

4

terbendung lagi. Bagi peneliti sebuah komunikasi dalam proses akulturasi budaya

sangatlah menjadi perhatian yang penting, karena disana terdapat berbagai ragam

interaksi yang terjadi dan memungkinkan dapat terciptanya sebuah integrasi

nasional, dimana pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang

komunikasi, telah memperlancar mobilitas penduduk serta komunikasi yang

mendorong peningkatan intensitas kontak-kontak budaya, secara langsung

maupun tidak langsung. Asumsi dasarnya adalah komunikasi merupakan proses

budaya. Artinya, komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain tak

lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan /percampuran/akulturasi.

Mengacu pada uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

mengambil judul: Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Madura dengan

Masyarakat Kabupaten Malang (Studi pada Tokoh Agama di Desa Landungsari

Kabupaten Malang).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana komunikasi antar budaya masyarakat

Madura dengan masyarakat Desa Landungsari Kabupaten Malang? Menurut

tokoh agama di Desa landungsari

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui komunikasi antar

budaya masyarakat Madura dengan masyarakat Desa Landungsari Kabupaten

(16)

5

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Dari hasil penelitian ini dapat memperkaya refrensi terhadap penelitian

yang mengakaji mengenai komunikasi antar budaya. Selain itu juga dapat

memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan tentang proses adaptasi

masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal.

b. Manfaat Praktis

Memberikan informasi mengenai perkembangan proses komunikasi antar

budaya pada masyarakat Maduradengan masyarakat Desa Landungsari.

Sehingga hasil penelitian ini dapat membantu proses berkomunikasi pada

masyarakat Madura dengan masyarakat Desa Landungsari.

E. Tinjauan Pustaka

1.Komunikasi Antar Budaya

Komunikasiantar budaya (intercultural communication) terjadi apabila

sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari

budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain. Samovar & Porter

(1994:19).Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar

budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang

dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang

berbeda (2003:13). Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya

terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut

(17)

6

a. Fungsi Komunikasi Antar Budaya 1) Fungsi Pribadi

Fungsi pribadi adalah fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui

perilaku komunikasi yang bersumber dari individu. Dalam proses

komunikasi antar budaya terdapat beberapa perilaku komunikasi yang

digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan

melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal.Dari

perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial,

Seringkali komunikasi antar budaya menambah pengetahuan, saling

mempelajari kebudayaan masing-masing.

2) Fungsi Sosial

Praktek komunikasi antar budaya di antara komunikator dan

komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi.

Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat

untuk menginformasikan perkembangan tentang lingkungan. Dalam

proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang

dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan

jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu

dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan,

keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan

(18)

7

b. Hakekat Komunikasi Antar Budaya 1) Enkulturasi

Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya)

ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita

mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui

proses belajar. Orang tua, kelompok, lembaga keagamaan, dan

lembaga pemerintahan merupakan guru utama dibidang kultur.

2) Alkulturasi

Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi

melalui kontak dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok

masyarakat Madura kemudian berdiam di Kabupaten Malang, kultur

mereka akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini.

Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan

rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran.

c. Model Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah suatu

budaya dan penerima pesannya adalah anggota budaya lainnya. Dalam

keadaan ini, kita dihadapkan masalah yang ada dalam situasi dimana pesan

(19)

8

[image:19.595.151.516.114.518.2]

Budaya A Budaya B

Gambar 2: Model Komunikasi Antar Budaya

Pengaruh budaya atas individu dan masalah-masalahnya

penyandian dan penyandian balik pesan terlukis pada gambar 2. Tiga

budaya diwakili dalam model ini oleh tiga bentuk geometric yang

berbeda.budaya A dan budaya B relatif serupa dan masing-masing

diwakili oleh suatu lingkaran dan suatu bentuk didalamnya yang tidak

beraturan. Budaya C sangat berbeda dari budaya A dan budaya B.

perbedaan yang lebih besar ini tampak pada benuk persegi delapan yang

jarak fisiknya berbeda dari budaya A dan budaya B. Deddy Mulyana

(2009:20-21).

Komunikasi antar budaya adalah sebuah “proses simbolik yang

mana orang dari dari budaya-budaya yang berbeda menciptakan

pertukaran arti-arti”. Hal tersebut terjadi “ketika perbedaan-perbedaan

(20)

9

harapan yang tidak sama mengenai bagaimana berkomunikasi secara

baik”.

Dalam hal ini komunikasi antar budaya tidak hanya komunkasi

antar individu tapi juga di antara “kelompok-kelompok dengan identifikasi

budaya yang tersebar’.Ringkasnya, komunikasi antar budaya menjelaskan

interaksi antar individu dan kelompok-kelompok yang memiliki persepsi

yang berbeda dalam perilaku komunikasi dan perbedaan dalam

interpretasi. Tujuan Komunikasi Antar Budaya dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Memahami perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik

komunikasi

b. Mengkomunikasi antar orang yang berbeda lingkungan

maupun budaya

c. Mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang muncul dalam

komunikasi

d. Membantu mengatasi masalah komunikasi yang disebabkan

oleh perbedaan budaya

e. Meningkatan ketrampilan verbal dan non verbal dalam

komunikasi

f. Menjadikan kita mampu berkomunikasi di masyarakat secara

(21)

10

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar

komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell

komponen-komponen komunikasi adalah:

a. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang

mengirimkan pesan kepada pihak lain.

b. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan

oleh satu pihak kepada pihak lain

c. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan

kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap

muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran

nada/suara

d. Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang

menerima pesan dari pihak lain

e. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan

pesan atas isi pesan yang disampaikannya

2. Teori Pengurangan Ketidakpastian

Sesuai dengan penelitian ini peneliti mengangap bahwa teori

tingkat ketidakpastian dalam komunikasi dikemukakan oleh Berger (1992)

merupakan teori yang tepat. Teori ini digunakan untuk menjelaskan proses

komunikasi antara dua orang yang tidak saling kenal sebelumnya,sehingga

berupaya mencari informasi agar mengurangi ketidak pastian. Berger

(1982) mengemukakan bahwa salah satu dari beberapa fungsi utama

(22)

11

ketidakpastian komunikator dan komunikan. Berger merekomendasikan

strategi mencari informasi agar individu mengurangi tingkat

ketidakpastian antarpribadi, yakni:

(1) Mengamati pihak lain secara pasif;

(2) Menyelidiki atau menelusuri pihak lain;

(3) Menanyakan informasi melalui pihak ketiga;

(4) Penanganan lingkungan kehidupan pihak lain;

(5) Interogasi dan;

(6) Membuka diri.

Teori ini menekankan bahwa komunikasi digunakan untuk

mengurangi ketidakpastian diantara dua orang asing yang terlibat dalam

pembicaraan satu sama lain untuk pertama kali. Ada dua tipe

ketidakpastian, yaitu : ketidakpastian kognitif (tingkat ketidakpastian yang

dihubungkan dengan keyakinan dan sikap yang kita dan orang lain anut)

dan ketidakpastian perilaku (tingkat ketidakpastian yang berhubungan

dengan batasan sampai mana perilaku dapat diprediksi dalam sebuah

situasi tertentu).Asumsi Teori Pengurangan Ketidakpastian:

1. Orang menglami ketidakpastian dalam latar interpersonal.

2. Ketidakpastian adalah keadaan yang tidak mengenakkan, menimbulkan

stress secara kognitif.

3. Ketika orang asing bertemu, perhatian utama mereka adalah untuk

(23)

12

4. Komunikasi interpersonal adalah sebuah proses perkembangan yang

terjadi melalui tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah fase

awal, fase personal dan fase akhir.

5. Komunikasi interpersonal adalah alat utama untuk mengurangi

ketidakpastian.

6. Kuantitas dan sifat informasi yang dibagi oleh orang akan berubah

seiring berjalannya waktu.

7. Sangat mungkin untuk menduga perilaku orang dengan menggunakan

cara seperti hukum.

Sedangkan aksioma teori pegurangan ketidakpastian, dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Dengan adanya tingkat ketidakpastian yang tinggi pada permulaan fase

awal, ketika jumlah komunikasi verbal antara dua orang asing

meningkat, tingkat ketidakpastian untuk tiap partisipan dalam sebuah

hubungan akan menurun. Jika ketidakpastian menurun, jumlah

komunikasi verbal meningkat.

2. Ketika ekspresi afiliatif nonverbal meningkat, tingkat ketidakpastian

menurun dalam situasi interaksi awal. Selain itu, penurunan tingkat

ketidakpastian akan menyebabkan peningkatan keekspresian afiliatif

nonverbal

3. Tingkat ketidakpastian yang tinggi menyebabkan meningkatnya

perilaku pencarian informasi ketika tingkat ketidakpastian menurun,

(24)

13

4. Tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam sebuah hubungan

menyebabkan penurunan tingkat keintiman dari isi komunikasi. Tingkat

ketidakpastian yang rendah menghasilkan tingkat keintiman yang

tinggi.

5. Ketidakpastian yang tinggi menghasilkan tingkat resiprositas yang

tinggi. Tingkat ketidakpastian yang rendah menghasilkan tingkat

resiprositas yang rendah pula.

6. Kemiripan diantara orang akan mengurangi ketidakpastian, sementara

ketidakpastian akan meningkatkan ketidakpastian

7. Peningkatan tingkat ketidakpastian akan menghasilkan penurunan

dalam kesukaan penurunan dalam ketidakpastian menghasilkan

peningkatan dalam kesukaan

Dalam hal ini terdapat perluasan Teori pengurangan

Ketidakpastian, yaitu:

1. Aksioma tambahan

a. Ketidakpastian berhubungan secara negatif dengan interaksi dalam

jaringan sosial. Makin orang berinteraksi dengan teman dan keluarga

dari mitra hubungan mereka, makin sedikit ketidakpastian yang

mereka alami.

b. Terdapat hubungan kebalikan atau negatif antara ketidakpastian dan

(25)

14

2. Kondisi Pendahulu

Ada tiga jenis kondisi pendahulu, yaitu: (1) ketika orang satunya

mempunyai potensi untuk memberikan penghargaan atau hukuman, (2)

ketika orang satunya berperilaku keblaikan dari yang diharapkan, dan

(3) ketika seseorang mengharapkan interkasi selanjutnya dengan orang

lain.StrategiAda tiga jenis strategi yang digunakan untuk memperoleh

informasi, yaitu : (1) strategi aktif; mengurangi ketidakpastian dengan

cara lain selain kontak langsung, (2) strategi pasif; mengurangi

ketidakpastian dengan pengamatan yang tidak mengganggu orang lain,

dan (3) strategi interaktif; mengurangi ketidakpastian dengan terlibat

dalam percakapan.

3. Hubungan yang Mapan: Melampaui Perjumpaan Awal

Tujuan dari teori ini adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Sangat

diharapakan dengan pengurangan ketidakpastian akan membuat

hubungan menjadi mapan melebihi ketika awal perjumpaan. Dengan

berupaya mengurangi ketidakpastian akan menciptakan hubungan yang

lebih mapan, sehingga dapat menghindari ketidakpastian hubungan.

4. Konteks

Teori pengurangan ketidakpastian diterapkan dalam konteks

komunikasi interpersonal.Akan tetapi beberapa peneliti mencoba

menerapkan konsep-konsep teori pengurangan ketidakpastian dalam

konteks komunikasi antar budaya yang disebut dengan teori manajemen

(26)

15

3. Teori Pengelolaan Kecemasan/Ketidakpastian

Teori yang di publikasikan William Gudykunst ini memfokuskan pada

perbedaan budaya pada kelompok dan orang asing.Ia berniat bahwa teorinya

dapat digunakan pada segala situasi dimana terdapat perbedaan diantara keraguan

dan ketakutan.Gudykunst mengembangkan teori yang dibawa oleh Berger tentang

komunikasi interpersonal yang kemudian dikembangkan lebih luas ke komunikasi

massa yang terjadi antar budaya.

Gudykunst menyakini bahwa kecemasan dan ketidakpastian adalah dasar

penyebab dari kegagalan komunikasi pada situasi antar kelompok.Terdapat dua

penyebab dari mis-interpretasi yang berhubungan erat, kemudian melihat itu

sebagai perbedaan pada ketidakpastian yang bersifat kognitif dan kecemasan yang

bersifat afeksi- suatu emosi.Konsep-konsep dasar Anxiety/Uncertainty

Management Theory:

a. Konsep diri dan diri.

Meningkatnya harga diri ketika berinteraksi dengan orang asing akan

menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan.

b. Motivasi untuk berinteraksi dengan orang asing.

Meningkatnya kebutuhan diri untuk masuk di dalam kelompok ketika kita

berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan sebuah peningkatan

kecemasan.

c. Reaksi terhadap orang asing.

Sebuah peningkatan dalam kemampuan kita untuk memproses informasi

(27)

16

peningkatan kemampuan kita untuk memprediksi secara tepat perilaku

mereka.Sebuah peningkatan untuk mentoleransi ketika kita berinteraksi

dengan orang asing menghasilkan sebuah peningkatan mengelola

kecemasan kita dan menghasilkan sebuah peningkatan kemampuan

memprediksi secara akurat perilaku orang asing.Sebuah peningkatan

berempati dengan orang asing akan menghasilkan suatu peningkatan

kemampuan memprediksi perilakunya secara akurat.

d. Kategori sosial dari orang asing.

Sebuah peningkatan kesamaan personal yang kita persepsi antara diri kita

dan orang asing akan menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola

kecemasan kita dan kemampuan memprediksi perilaku mereka secara

akurat. Pembatas kondisi: pemahaman perbedaan-perbedaan kelompok

kritis hanya ketika orang orang asing mengidentifikasikan secara kuat

dengan kelompok.Sebuah peningkatan kesadaran terhadap pelanggaran

orang asing dari harapan positif kita dan atau harapan negatif akan

menghasilkan peningkatan kecemasan kita dan akan menghasilkan

penurunan di dalam rasa percaya diri dalam memperkirakan perilaku

mereka.

e. Proses situasional.

Sebuah peningkatan di dalam situasi informal di mana kita sedang

berkomunikasi dengan orang asing akan menghasilkan sebuah penurunan

kecemasan kita dan sebuah peningkatan rasa percaya diri kita terhadap

(28)

17

f. Koneksi dengan orang asing.

Sebuah peningkatan di dalam rasa ketertarikan kita pada orang asing akan

menghasilkan penurunan kecemasan kita dan peningkatan rasa percaya

diri dalam memperkirakan perilaku mereka.Sebuah peningkatan dalam

jaringan kerja dengan orang asing akan menghasilkan penurunan

kecemasan dan menghasilkan peningkatan rasa percaya diri kita untuk

memprediksi perilaku orang lain.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif

yang bertujuan untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual

dan akurat mengenai komunikasi antar budaya masyarakat Maduradengan

masyarakat Desa Landungsari.Metode kualitatif digunakan untuk memberikan

pemahaman dan pengertian secara mendalam terhadap suatu objek penelitian.

Dalam penelitian ini metode kualitatif dilakukan untuk mendapatkan

pemahaman secara mendalam tentang permasalahan penelitian.

Penelitian deskriptif difokuskan untuk memaparkan situasi atau

peristiwamengenai komunikasi antar budaya masyarakat Maduradengan

masyarakat Desa Landungsari. Penelitian ini hanya mendeskripsikan atau

menggambarkan secara utuh, lengkap, sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta serta keterkaitan antar fenomena yang diselidiki mengenai masalah

yang berkaitan dengan komunikasi antar budaya masyarakat Maduradengan

(29)

18

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Masyarakat Desa Landungsari dengan

alasan peneliti memilih wilayah ini sebagai lokasi penelitian adalah daerah ini

merupakan tempat geografis yang sangat setrategis disegi transportasi darat

sebagai jalur para pendatang.Dengan berkumpulnya mereka pada wilayah

tersebut dengan berbagai budaya yang mereka miliki menjadi sangat menarik

untuk diteliti mengenai komunikasi budaya yang mereka lakukan. Dari alasan

tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan informasi mengenai komunikasi

antar budaya masyarakat masyarakat Maduradengan masyarakat Desa

Landungsari.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan data yang

digunakan, yaitu:

1. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab antara

peneliti dengan responden yang berlangsung secara lisan. Jenis

wawancaranya adalah wawancara mendalam yaitu proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara,

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif

lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah

(30)

19

wawancara dengan para tokoh masyarakat di Desa Landungsari,

perwakilan warga pendatang/Madura yang sudah lama menetap disana,

dan perwakilan masyarakat lokal. Tentang bagaimana proses komunikasi

antar budaya masyarakat Maduradengan masyarakat Desa Landungsari.

2. Observasi

Suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan pangamatan

atau penginderaan dan pencatatan secara sistematis yang langsung

terhadap peristiwa yang sedang diteliti. Dengan melakukan pengamatan

secara langsung dilapangan dan ikut masuk dalam proses

terjadinyakomunikasi antar budaya masyarakat Maduradengan masyarakat

Desa Landungsari. Melakukan pengamatan terhadap kegiatan keagamaan

yang dilakukan oleh masyarakat Maduradengan masyarakat Desa

Landungsari, serta kegiatan sosial lain yang melibatkan masyarakat

Maduradengan masyarakat Desa Landungsari.

3. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data-data pendukung

penelitian. Data-data yang dimaksud berupa arsip-arsip serta

catatan-catatan penting yang ada dilokasi penelitian dan berkaitan dengan

komunikasi antar budaya masyarakat Madura dengan masyarakat

Kabupaten Malang.

4. Penetapan Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah tokoh agama Madura dengan

(31)

20

kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian

dengan mengunakan teknik purposive sampling penetapan jumlah subyek.

Kriteria subyek dalam penelitian ini adalah tokoh agama dari Madura

dan tokoh agama dari Malang yang menetap di Desa Landungsari, karena

mereka yang mengetahui dan mengalami media relations sehingga dianggap

berkompeten untuk memberikan data atau informasi kepada peneliti tentang

komunikasi antar budaya masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal.

Adapun kriteria subyek diuraikan di bawah ini adalah:

a. Masyarakat Lokal (Masyarakat Desa Landungsari)

1. Usianya di atas 35 tahun

2. Pernah berkomunikasi dengan masyarakat Madura

3. Tokoh Agama

b. Masyarakat Urban (Masyarakat Madura di Malang)

1. Lama tinggal lebih dari 3 tahun

2. Usianya di atas 35 tahun

3. Menguasai bahasa yang ada dilokasi yaitu bahasa Jawa

Berdasarkan kriteria di atas dapat dijelaskan bahwa keseluruhan

jumlah penduduk Desa Landungsari 9641 orang. Sedangkan yang memenuhi

kriteria usia 35 tahun berjumlah 754 orang dan yang termasuk tokoh agama

12 orang dan yang menguasai bahasa yang ada dilokasi penelitian adalah 10

orang. Dengan demikian subyek berdasarkan kriteria di atas dalam

(32)

21

Madura 4 orang dan dari Desa Landungsari 6 orang (Profil Desa

Landungsari Kabupaten Malang).

5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

domain yaitu analisis yang biasanya dilakukan untuk memperoleh

gambaran/ pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh tantang

apa yang tercakup di suatu pokok permasalahan. (Faisal, 1990: 91).

Análisis domain merupakan langkah pertama dalam penelitian

kualitatif, yang kemudian dilanjutkan dengan análisis Taksonomi untuk

mencari bagaimana domain yang dipilih itu dijabarkan menjadi lebih rinci.

Analisis Domain menurut Sugiyono (2009:255), adalah memperoleh

gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek/penelitian atau situasi

sosial. Peneliti memperoleh domain ini dengan cara melakukan pertanyaan

grand dan minitour. Sementara itu, domain sangat penting bagi peneliti,

karena sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya. Mengenai analisis

taksonomi yaitu dengan memilih domain kemudian dijabarkan menjadi lebih

terinci, sehingga dapat diketahui struktur internalnya

Selanjutnya mengunakan análisis Komponensialuntuk mencari

perbedaan yang spesifik setiap rincian dari hasil análisis taksonomi dan yang

terakhir dilanjutkan dengan análisis tema untuk mencari hubungan diantara

domain. Hubungan semantik tersebut adalah jenis, ruang, sebab akibat,

rasional/ alasan, lokasi untuk melakukan sesuatu, fungsi, cara mencapai

(33)

22

sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-simbol budaya yang

ada dalam setiap domain. Sehingga cara mencapai tujuan dan alasan dimana

pada penelitian ini bagaimana komunikasi antar budaya masyarakat

Maduradengan masyarakat Desa Landungsari.

Termasuk dalam domain ini antara lain: (a) berbagai dampak yang

ditimbulkan ketika aktivitas komunikasi yang berkembang di suatu wilayah

tertentu, (b) berbagai fasilitas yang dibutuhkan untuk menjamin

kelangsungan aktivitas komunikasi di suatu wilayah tertentu, (c) berbagai

pertimbangan terhadap berbagai potensi menonjol yang dimiliki oleh suatu

wilayah tertentu, (d) berbagai fenomena yang muncul.

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan (trust worthines) data yang diperlukan

adalah teknik pemeriksaan. Dalam penelitian peneliti menggunakan teknik

trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu (Moleong, 2001: 178).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik trianggulasi

sumber untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh. Triangulasi

sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai

metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan

observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat, dokumen tertulis,

arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan

(34)

23

atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan yang

berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti.Berbagai pandangan itu akan

Gambar

Gambar 2: Model Komunikasi Antar Budaya

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, karena rahmat serta hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Dalam puisi yang berjudul “Luka-luka di Bahu Bangka” ia berziarah ke situs-situs sejarah, tampak penyair mencoba bercengkerama dengan tokoh-tokoh seperti Depati Hamzah,

Sampah rumah tangga yang terdiri dari limbah buah dan sayuran memiliki kadar air yang tinggi sehingga dalam proses pengomposan mengalami penyusutan yang tinggi dan lebih

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala berkah, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

Hasil pengujian untuk mengukur kualitas clustering akan ditampilkan dengan menunjukkan jumlah anggota yang terdeteksi dengan benar yang terdapat pada sebuah

Pelatihan jaringan saraf tiruan diawali dengan input foto daun yang diproses menggunakan metode pengolahan citra digital yang diterapkan Xiao-Feng Wang et al., kemudian

Ekstrak etanol kunyit putih memiliki efek analgetik terhadap nyeri pada tikus yang diinduksi dengan metode Tail Immersion dengan dosis efektif adalah 80