• Tidak ada hasil yang ditemukan

NEMO JUDEX IDONEUS IN PROPRIA CAUSA DALAM PEMBATALAN UU NO.4 TAHUN 2014 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI (Studi Putusan MK NOMOR 1-2/PUU-XII/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NEMO JUDEX IDONEUS IN PROPRIA CAUSA DALAM PEMBATALAN UU NO.4 TAHUN 2014 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI (Studi Putusan MK NOMOR 1-2/PUU-XII/2014)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang berdasarkankan atas hukum dan tidak didasarkan atas kekuasaan. Hukum harus dijadikan panglima dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara. Disamping kepastian dan keadilan hukum juga berfungsi untuk kesejahteraan hidup manusia. Sehingga boleh dikatakan bahwa berhukum adalah sebagai medan dan perjuangan manusia dalam konteks mencari kebahagiaan hidup.1 Seorang maestro hukum progresif Indonesia, Satjipto Rahardjo mengatakan dalam bukunya:

…., baik faktor; peranan manusia, maupun masyarakat, ditampilkan kedepan, sehingga hukum lebih tampil sebagai medan pergulatan dan perjuangan manusia. Hukum dan bekerjanya hukum seyogianya dilihat dalam konteks hukum itu sendiri. Hukum tidak ada untuk diri dan keperluannya sendiri, melainkan untuk manusia, khususnya kebahagiaan manusia.2

Namun di dalam realita kehidupan masyarakat, hukum mengalami sebuah masalah krusial yang mengaburkan makna dari hukum tersebut. Hukum dijadikan alat untuk melindungi kepentingan-kepentingan tertentu dan hukum dijadikan sebuah alat untuk melegalkan tindakan-tindakan yang

1

Sabian Usman. 2009. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum. Yogyakarta. Pustaka Belajar. Hal.1. 2

(2)

2 menistakan nilai-nilai keadilan ditengah-tengah masyarakat. Hukum hanya dijadikan alat dan bukan tujuan bagi masyarakat luas.

Dalam menata masyarakat sesuai dengan tujuan yang dikehendaki konstitusi (droit constitutional) tersebut maka penggunaan hukum sebagai instrumen kebijakan mempunyai arti penting pada kehidupan sosial yang sekaligus melindungi kepentingan rakyat. Membangun masyarakat yang adil dan makmur merupakan hak-hak dasar yang melekat pada setiap warga negara, sebagai hak yang harus diakui dan dilindungi oleh undang-undang (the protection of fundamental rights).3

Kamis 13 Februari 2014 yang lalu Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan uji materi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Hasil uji materi tersebut berupa Putusan MK Nomor 1-2/PUU-XII/2014.

Dengan keputusan ini maka MK menghapus Undang-Undang tentang Penyelamatan MK, yang dibentuk setelah Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar tertangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Akil disangka menerima suap dalam sengketa pemilihan kepala daerah Lebak, Banten dan Gunung Mas, Kalimantan Tengah.

3

(3)

3 Pemohon dalam pengujian ini adalah tim dari Muhammad Asrun, dan tim dari Gautama Budi Arundhati. Yang menjadi substansi pokok pengujian UU No. 14 Tahun 2014 tersebut ialah sebagai berikut:

1. Persyaratan calon hakim MK 2. Pembentukan panel ahli

3. Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi (MKHK) Di dalam putusannya, MK mempertimbangkan:4

1. Pelarangan terhadap persyaratan hakim MK dari orang parpol dibatalkan karena dianggap akan menghilangkan hak konstitusionalitas warga negara.

2. Panel yang dibuat oleh Komisi Yudisial (KY) untuk menyeleksi hakim MK dibatalkan karena hal tersebut akan mereduksi kewenangan DPR, PRESIDEN, dan MA dalam pemilihan hakim MK.

3. Keterlibatan Komisi Yudisial (KY) dalam pembentukkan MKHK dibatalkan karena KY bukan lembaga pengawas yang menilai benar/salah putusan MK dalam lembaga peradilan. 4. Pembentukan PERPPU yang kemudian menjadi UU MK tidak

memenuhi syarat kegentingan yang memaksa.

Salah satu pertimbangan hakim dalam memutuskan adalah kekuasaan hakim independen dan tidak dapat dicampuri oleh pihak lain. Pihak yang melakukan tekanan terhadap Mahkamah dengan membentuk opini publik telah melakukan tindakan contempt of court yang dapat dikenai sanksi pidana. Terhadap hal ini benar di satu sisi namun salah di sisi lain. Benar, ketika hakim tidak perlu mempertimbangkan opini dalam masyarakat dan media massa terhadap sengketa yang sedang disidangkan. Namun salah ketika hakim tidak menggali, mengikuti, dan memahami nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup

4

(4)

4 dalam masyarakat (Pasal 5 UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman). Hakim, dalam putusan di atas tampaknya gagal membedakan opini publik dengan nilai hukum/rasa keadilan masyarakat. Masyarakat menginginkan adanya instrumen hukum yang dapat mencegah adanya kembali hakim koruptor di tubuh MK. Instrumen tersebut adalah Perppu yang kemudian dibatalkan oleh MK.5 Dengan lahirnya Putusan MK Nomor 1-2/PUU-XII/2014 yang secara resmi telah membatalkan UU No.4 Tahun 2014 tentang MK, maka UU No. 24 Tahun 2003 tentang MK kembali berlaku.

Ada hal yang menarik yang menurut penulis perlu dikaji lebih dalam atas dikeluarkannya Putusan MK Nomor 1-2/PUU-XII/2014 yang membatalkan UU No.4 Tahun 2014 tersebut. Salah satunya ialah mengenai kebutuhan check and balance terhadap Mahkamah Konstitusi itu sendiri. MK memang seolah merupakan lembaga yang super power di Indonesia, yang mana setiap putusannya ialah merupakan putusan yang bersifat final dan harus dijalankan. Namun bukan berarti bahwa MK akan senantiasa berposisi benar secara absolut tanpa perlu diawasi oleh lembaga negara lain. Karena, walaupun MK menyatakan lembaga peradilan bersifat “bebas” dan “merdeka”, namun bukan berarti mutlak untuk bebas bagi dirinya sendiri. “Bebas” dan “merdeka” harus ada check and balance antar lembaga negara. Hakim pun juga manusia, yang tak luput dari kesalahan. Maka dari itu, seyogyanya MK harus bersikap terbuka

5

(5)

5 dan legowo terhadap lembaga negara lain dalam hal pengawasan MK walaupun MK lebih “super power” daripada yang lainnya.

Kasus Akil Mochtar (Ketua MK waktu itu) yang ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah memberikan cukup bukti sebagai fakta yang menegaskan bahwa MK tak luput dari tindakan yang melawan hukum, bahkan ketua MK sekalipun.

Hakikatnya UU No.4 Tahun 2014 tentang MK yang di dalamnya mengandung unsur yang substantif mengenai peran lembaga lain dalam pengawasan MK memiliki aspek manfaat bagi sehatnya sistem hukum di Indonesia, khususnya bagi lembaga tertinggi dalam sistem peradilan di negara ini. Dengan dibatalkannya UU No.4 Tahun 2014 tersebut, maka MK tidak lagi terawasi, ia kembali menjadi lembaga super power seperti sedia kala.

Hal menarik lainnya, yang menurut penulis menjadi sesuatu yang kontroversial atas putusan MK Nomor 1-2/PUU-XII/2014 ialah adanya pelanggaran atas asas Nemo Judex Idoneus In Propria Causa, yakni bahwa seseorang tidak dapat menjadi hakim bagi dirinya sendiri. Yang jadi persoalan di sini, MK telah menghakimi dirinya sendiri atas undang-undang yang mengandung unsur pengawasan terhadap dirinya.

Tony menyebutkan dalam tulisannya, bahwa asas nemo judex idoneus in propria causa merupakan salah satu asas hukum acara di Mahkamah

(6)

6 merupakan prinsip yang melekat dalam hakikat fungsi hakim, dalam hal ini hakim konstitusi diharapkan dapat memberikan solusi terhadap perkara konstitusional yang diajukan kepadanya. Prinsip imparsialitas dan perimbangan melekat dan harus tercermin dalam setiap tahap proses pemeriksaan perkara sampai kepada tahap pengambilan keputusan, sehingga putusan yang dijatuhkan dapat benar-benar diterima sebagai solusi hukum yang adil bagi semua pihak yang ber-perkara dan oleh masyarakat luas pada umumnya berdasarkan hukum dan moralitas.6

Imparsialitas hakim harus terlihat pada gagasan bahwa para hakim akan mendasarkan putusannya pada hukum dan fakta-fakta di persidangan, bukan atas dasar keterkaitan dengan salah satu pihak yang berperkara, bukan pula menjadi pemutus perkaranya sendiri. Imparsialitas hakim konstitusi telah diatur dalam Undang-Undang No.48 Tahun 2009, Undang-Undang No.24 tahun 2003 dan juga dalam kode etik (sapta Karsa Hutama). Imparsialitas proses peradilan hanya dapat dilakukan, jika hakim dapat melepaskan diri dari konflik kepentingan atau faktor semangat pertemanan (collegial) dengan pihak yang berperkara, karenanya hakim harus mengundurkan diri dari proses persidangan jika melihat adanya potensi imparsialitas. Dalam konteks sistem hukum Indonesia, hakim harus mengundurkan diri kalau dirinya memiliki hubungan semenda dengan salah satu pihak yang berperkara atau diperiksa di muka pengadilan. Karenanya, hakim harus mengundurkan diri dari proses persidangan jika ia melihat ada potensi

6

(7)

7 imparsialitas.7 Dengan demikian penulis berpandangan argumentasi ini telah menegaskan bahwa hakim tidak boleh menyimpangi asas nemo judex idoneus in propria causa.

Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam atas Putusan MK Nomor 1-2/PUU-XII/2014 terutama dalam aspek implikasi hukum yang diakibatkan berkenaan dengan sistem rekruitmen hakim MK. Atas dasar hal tersebut, penulis mengambil judul dalam penulisan hukum ini: Nemo Judex Idoneus In Propia Causa Dalam Pembatalan UU No.4 Tahun 2014 Tentang Mahkamah Konstitusi (Studi Putusan MK Nomor 1-2/PUU-XII/2014)”. B. Rumusan Masalah

Bagaimana Putusan MK Nomor 1-2/PUU-XII/2014 ditinjau dari asas Nemo Judex Idoneus In Propria Causa?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana Putusan MK Nomor 1-2/PUU-XII/2014 ditinjau dari asas Nemo Judex Idoneus In Propria Causa.

D. Manfaat Penelitian dan Kegunaan Penelitian D.1. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Penulisan hukum ini diharapkan dapat menjadi pijakan baru di bidang ilmu hukum dalam rangka menambah pengetahuan dan

7

(8)

8 wawasan tentang studi kasus yang diteliti oleh penulis, sekaligus sebagai syarat akademik untuk memperoleh gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum.

2. Bagi Masyarakat

Melalui penulisan hukum ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang konkrit atas studi kasus yang diteliti oleh penulis, sehingga masyarakat mampu memahami dan terpacu untuk bersama-sama menegakkan hukum yang seadil-adilnya.

3. Bagi Penegak Hukum

Melalui penulisan hukum ini diharapkan para aparatur penegak hukum khususnya Mahkamah Konstitusi dapat memutus sebuah perkara mengenai uji materi terhadap undang-undang secara obyektif dan mengedepankan aspek kemanfaatan demi terciptanya sistem hukum yang ideal.

4. Bagi Mahasiswa

(9)

9 D.2. Kegunaan Penelitian

1. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi penelitian hukum mengenai Putusan Mahkamah Konstitusi.

2. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum tata negara pada khususnya.

3. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi di bidang karya ilmiah serta bahan masukan bagi penelitian sejenis di masa yang akan datang.

E. Metode Penelitian

Penulisan hukum ini jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif (Normatif Legal Research) adalah jenis penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.8 Jenis penelitian hukum normatif juga didasarkan atas penelusuran sumber-sumber referensi ilmiah dan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan obyek penelitian.

E.1. Pendekatan Penelitian

Penulisan hukum ini menggunakan pendekatan yuridis normatif,9 yaitu dengan menganalisa kasus dan penyelesaiannya dengan prosedur undang-undang, dan melihat hukum sebagai norma dalam masyarakat.10 Dalam proses analisa datanya, pendekatan yuridis normatif ini

8Soerjono Soekanto& Sri Mamudji. 2011. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat). Jakarta. Rajawali Pers. Hal. 13-14.

9Ibid. 10

(10)

10 dilakukan dengan model pendekatan undang-undang (statute approach), yakni dengan menelaah undang-undang dan regulasi yang

bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.11 Dalam penulisan hukum ini, kasus yang diangkat penulis akan dianalisa berdasarkan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

E.2. Jenis Bahan Hukum a. Bahan Hukum Primer

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2) Undang-Undang No.24 Tahun 2003 tentang Mahkamah

Konstitusi.

3) Undang-Undang No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

4) Undang-Undang No.4 Tahun 2014 tentang Mahkamah Konstitusi.

5) Putusan MK Nomor 1-2/PUU-XII/2014. b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang berupa tulisan-tulisan ilmiah di bidang hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. seperti buku-buku mengenai putusan MK, termasuk buku mengenai asas nemo judex idoneus in propria causa, artikel, hasil penelitian, dan sumber media massa yang berhubungan dengan studi kasus yang diangkat.

11

(11)

11 E.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara sebagai berikut:

a. Kepustakaan

Merupakan pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan. Kepustakaan yang di maksud dalam penulisan ini adalah berupa buku-buku ilmu hukum, artikel hukum, karya ilmu hukum, jurnal hukum yang berkaitan dengan putusan MK khususnya mengenai uji materi undang-undang, dan yang berhubungan dengan sistem rekrutimen hakim MK.

b. Studi dari Internet

Merupakan pengkajian informasi yang bersumber dari internet yang telah dipublish terkait dengan studi kasus yang diteliti penulis. c. Studi Dokumen

(12)

12 E.4. Analisa Bahan Hukum

Pengolahan bahan hukum yang telah terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan analisis isi (content analysis), yaitu analisa mendalam dan kritis terhadap aturan-aturan hukum maupun dari literatur-literatur yang relevan dengan masalah yang diteliti, sehingga penulisan hukum ini terarah sesuai tujuan studi analisis yang dimaksud dalam penelitian hukum ini.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab. Pada masing-masing bab terbagi dalam beberapa sub bab, sehingga mempermuda pembaca untuk mengetahui gambaran secara ringkas mengenai uraian yang dikemukakan dalam tiap bab.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

(13)

13 Indonesia. Bagian terakhir bab ini membahas mengenai Tinjauan Umum tentang Asas Nemo Judex Idoneus In Propria Causa.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjabarkan hasil peneletian sekaligus analisa dan pembahasan berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan selama proses penelitian berlangsung berdasarkan metode pendekatan yuridis normatif dan kesesuaiannya terhadap teori-teori yang digunakan sebagai dasar analisa dalam kerangka analisis isi. Dalam bab ini, dibahas mengenai analisis Putusan MK Nomor 1-2/PUU-XII/2014 ditinjau dari asas Nemo Judex Idoneus In Propria Causa. BAB IV : PENUTUP

(14)

NEMO JUDEX IDONEUS IN PROPRIA CAUSA DALAM PEMBATALAN UU NO.4 TAHUN 2014 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

(Studi Putusan MK NOMOR 1-2/PUU-XII/2014)

PENULISAN HUKUM

Oleh: SAFRULLAH

09400201

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

(15)

i

PENULISAN HUKUM

NEMO JUDEX IDONEUS IN PROPRIA CAUSA DALAM PEMBATALAN

UU NO.4 TAHUN 2014 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI (Studi Putusan MK NOMOR 1-2/PUU-XII/2014)

Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Bidang Ilmu Hukum

Oleh:

SAFRULLAH 09400201

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

(16)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN HUKUM

NEMO JUDEX IDONEUS IN PROPRIA CAUSA DALAM PEMBATALAN UU NO.4 TAHUN 2014 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

(STUDI PUTUSAN MK NOMOR 1-2/PUU-XII/2014)

Disusun dan Diajukan Oleh: Safrullah

Nim: 09400201

Telah Disetujui oleh Pembimbing untuk Dilakukan Ujian Penulisan Hukum Pada tanggal: 15 Januari 2015

Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Dr. Sulardi, SH., M.Si

Pembimbing II

Catur Wido Haruni, SH. M.Si., M.Hum

Mengetahui

Dekan Fakultas Hukum UMM

(17)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN HUKUM

NEMO JUDEX IDONEUS IN PROPRIA CAUSA DALAM PEMBATALAN UU NO.4 TAHUN 2014 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

(STUDI PUTUSAN MK NOMOR 1-2/PUU-XII/2014)

Disusun dan Diajukan Oleh: Safrullah

Nim: 09400201

Telah dipertahankan di depan Majelis Ujian Penulisan Hukum Pada tanggal: 09 Februari 2015

SUSUNAN MAJELIS PENGUJI

Ketua Majelis

Dr. Sulardi, SH., M.Si

Anggota Majelis

Mohammad Isrok, SH., CN., MH

Sekretaris Majelis

Catur Wido Haruni, SH. M.Si., M.Hum

Anggota Majelis

Dr.Surya Anoraga, SH., M.Hum

Mengetahui

Dekan Fakultas Hukum UMM

(18)

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Safrullah

NIM : 09400201 Program Studi : Ilmu Hukum Fakultas : Hukum

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa: 1. Tugas Akhir Penulisan Hukum dengan judul:

Nemo Judex Idoneus In Propria Causa Dalam Pembatalan UU No.4 Tahun 2014 Tentang Mahkamah Konstitusi (Studi Putusan MK Nomor 1-2/Puu-Xii/2014) adalah hasil karya saya, dan dalam naskah Tugas Akhir Penulisan Hukum ini, tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali yang tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam Tugas Akhir Penulisan Hukum ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, SAYA BERSEDIA Tugas Akhir Penulisan Hukum ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tugas Akhir Penulisan Hukum ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON EKSLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 26 Desember 2014 Yang menyatakan,

(19)

v

UNGKAPAN PRIBADI

“Mengerjakan sesuatu yang susah ketika masih mudah. Mengerjakan sesuatu yang besar ketika masih kecil.

Kesukaran-kesukaran yang ada di dunia, harus diselesaikan dari yang mudah. Perkara dan urusan yang ada di dunia, harus diselesaikan ketika masih sepele.

Demikianlah seorang yang bijaksana.

Tidak pernah berurusan dengan masalah yang besar. Dia yang mudah membuat janji akan sering memungkiri janjinya. Banyak menganggap teralu mudah akan menghadapi banyak kesulitan. Oleh karena itu, orang yang bijaksana menganggap semua masalah sukar.

Sehingga tidak menjumpai kesulitan” (Lao Tze)

Tulisan melalui penelitian ini saya persembahkan unutuk orang-orang tercinta di dalam hiduku. Ayahanda, Ibunda, saudara-saudaraku, sahabat-sahabatku, dan pasangan hidupku. Jagalah aku, bangunkan dari lelapku, agar esokku senantiasa menjadi lebih baik.

Malang, 18 Januari 2015 Penulis

(20)

viii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Alloh SWT, atas segala ridhlo-Nya akhirnya skripsi dengan judul Nemo Judex Idoneus In Propria Causa

Dalam Pembatalan UU No.4 Tahun 2014 Tentang Mahkamah Konstitusi (Studi Putusan MK Nomor 1-2/Puu-Xii/2014) dapat penulis selesaikan dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa sekalian ummat dari jaman kegelapan menuju jalan yang terang benderang, jalan yang penuh dengan ridhlo dan hidayah.

Terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada segenap pihak yang telah memberikan support moril, materiil, waktu, serta ide& pikiran yang tak ternilai; sehingga penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar guna memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S-1) di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orang tua saya terkasih; Ayahanda H. Muhammad Taher dan Ibunda saya Hj. Ratna, yang senantiasa memberikan dukungan dan pengorbanan tiada terkira; waktu, tenaga, pikiran, dan segala kasih sayang yang telah dicurahkan kepada penulis hingga penulis bisa sampai pada tahap ini.

2. Bapak Dr.Sulardi, SH., M.Si, selaku dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingan, motivasi dan kesabarannya memberikan bimbingan kepada penulis.

3. Ibu Catur W. Haruni, SH. M.Si., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II atas kesabaran memberikan bimbingan, masukan, motivasi, dan arahan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

(21)

ix

5. Seluruh jajaran Staff TU Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang, yang dengan penuh kesabaran memberikan pelayanan hingga penulis selesai menempuh gelar kesarjanaan S1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Pasangan hidupku Ana Susilawati yang senantiasa memberikan dorongan moril, semangat tanpa lelah.

7. Abangku Saifullah, trimakasih atas dorongan semangat dan segala kontribusinya.

8. Sahabat-sahabatku ku Gogo Kun Rizky, Handrian Putra, Bagus, Aditya Kusuma, Rian ‘De Jong, motivasi kalian sangatlah berarti, thanks kawan. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila yang sebesar-besarnya apabila dalam proses penulisan skripsi ini penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Semoga Alloh SWT mengampuni kesalahan kita dan senantiasa menunjukkan jalan yang benar, amin.

Salam hormat,

Malang, 18 Januari 2015 Penulis,

(22)

x

D. Manfaat Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 7

D.1. Manfaat Penelitian ... 7

D.2. Kegunaan Penelitian ... 9

E. Metode Penelitian... 9

E.1.Pendekatan Penelitian... 9

E.2.Jenis Bahan Hukum ... 10

E.3.Teknik Pengumpulan Data ... 11

E.4.Analisa Bahan Hukum ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Tinjauan Umum tentang Negara Hukum ... 14

A.1. Pengertian Negara Hukum ... 14

A.2. Konsep Negara Hukum ... 19

B. Tinjauan Umum tentang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia ... 33

B.1. Pengertian Mahkamah Konstitusi ... 33

(23)

xi

B.3. Kedudukan Mahkamah Konstitusi Dalam Struktur Ketatanegaraan ..

Republik Indonesia ... 36

B.4. Kewenangan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dalam ... Pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ... 39

B.5. Tinjauan Tentang Putusan Mahkamah Konstitusi ... 42

C. Tinjauan Umum tentang Asas Nemo Judex Idoneus In Propria Causa ... 44

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Kasus Posisi ... 49

B. Putusan MK Nomor 1-2/PUU-XII/2014 ditinjau dari asas Nemo Judex Idoneus In Propria Causa ... 53

BAB IV PENUTUP ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

INDEX ... 79

(24)

76

Dahlan Thaib. 1999. Kedaulatan Rakyat, Negara Hukum, dan Konstitusi. Yogyakarta. Liberty.

Fatkhurohman. 2004. Memahami Keberadaan Mahkamah Konstitusi Di Indonesia. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.

FH UMM. 2012. Pedoman Penulisan Hukum. Malang. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

George Sabine . 1995. A History of Political Theory. London. George G.Harrap& CO.Ltd.

H. Nukthoh Arfawie Kurde. 2005. Telaah Kritis Teori Negara Hukum. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Iriyanto A Baso Ence. 2008. Negara Hukum Dan Hak Uji Mahkamah Konstitusi. Bandung. PT Alumni.

Jimly Asshiddiqie. 2006. Pengantar Ilmu Tata Negara Jilid I. Jakarta. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRI.

Maruarar Siahaan. 2006. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Jakarta. Konstitusi Press.

Moh.Mahfud M. D. 1999. Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia. Yogyakarta. Gama Media.

Muhammad Tahir Azhary. 2004. Negara Hukum. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

(25)

77 Philipus M.Hadjon. 1990. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia.

Surabaya. Bina Ilmu.

Philipus.M.Hadjon. 1996. Kedaulatan Rakyat,Negara Hukum dan Hak-hak Asasi Manusia, Kumpulan Tulisan dalam rangka 70 tahun Sri Soemantri Martosoewignjo. Jakarta. Media Pratama.

Sabian Usman. 2009. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum. Yogyakarta. Pustaka Belajar.

Satjipto Rahardjo. 2007. Biarkan Hukum Mengalir (Catatan Kritis Tentang Pergulatan Manusia dan Hukum). Jakarta. Penerbit Buku Kompas.

Tim Penyusun Cetak Biru Mahkamah Konstitusi. 2004. Cetak Biru Membangun Mahkamah Konstitusi Sebagai Institusi Peradilan Konstitusi Yang Modern Dan Terpercaya. Jakarta. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

Abdul Malik. 2008. Perspektif Fungsi Pengawasan Komisi Yudisial Pasca Putusan MK No.005/PUU-IV/2006. Jurnal Konstitusi. Vol.6. No.2. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.

Desk Informasi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Putusan Mahkamah Konstitusi yang Merisaukan. http://old.setkab.go.id/artikel-12178-putusan-mahkamah-konstitusi-yang-merisaukan.html. Diakses tanggal 2 Oktober 2014.

Yanis Maladi. 2010. Benturan Asas Nemo Judex Idoneus In Propria Causa dan Asas Ius Curia Novit. Jakarta. Jurnal Konstitusi. Vol.7 No.2. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.

Abdul Hakim G. Nusantara. Mahkamah Konstitusi: Perspektif Politik dan Hukum. http://www.kompas.com. Diakses tanggal 23 Oktober 2014.

Hamdan Zoelva. Mahkamah Konstitusi dalam System Ketatanegaraan. http:// hamdanzoelva.wordpress.com mahkamah- konstitusi- dalam –system- ketatanegaraan- RI diakses 26 Oktober 2013.

Jimly Asshiddiqie. Gagasan Negara Hukum Indonesia. http://www.docudesk.com. Jimly Asshiddiqie. Tidak Bisa Lagi Berlebihan Berterima Kasih.

www.hukumonline.com, Diakses tanggal 23 Oktober 2014.

(26)

78 Majelis Eksaminasi. 2006. Eksaminasi Putusan Mahkamah Konstitusi No. 005/PUU-IV/2006 Pengujian Undang-undang No. 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial dan Undang-undang No. 4 tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman. Yogyakarta. Pukat Korupsi.

http://pukat.hukum.ugm.ac.id/upload/arsip/Putusan_Eksaminasi_KY.pdf. Meila Nurhidayati. Negara Hukum (Konsep Dasar dan Implementasinya di Indonesia). http://meilabalwell.wordpress.com/negara-hukum-konsep-dasar-dan-implementasinya-di-indonesia/, diakses tanggal 25 Oktober 2014.

Yanzehsan. Indonesia Negara Yang Berdasarkan Hukum (Rechtstaat). http://yanzehsan.wordpress.com/2012/02/16/56/, diakses tanggal 25 Oktober 2014.

Sutjipto Raharjo, Lingkar Studi Hukum Progresif (LSHP). Identifikasi Hukum Progresif Indonesia. http://www.scribd.com/doc/21741046/Identifikasi-Hukum-Progresif-Di-Indonesia, diakses tanggal 27 November 2014. Tony. Ketika Mengadili Diri Sendiri.

http://analisadaily.com/news/read/ketika-mengadili-diri-sendiri/7196/2014/02/18. Diakses tanggal 5 oktober 2014.

Undang-Undang Dasar 1945.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa (1) Masih besarnya ketergantungan penerimaan daerah dari dana transfer pusat, (2) Meningkatnya ketimpangan fiskal vertikal karena masih

a. Gerakan Sholat Subuh Berjamaah, progam ini dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Desa Betoyokauman, waktu pelaksanaanya setiap satu bulan sekali yang bertujuan

Adi la lit keterangen si itulisken, kerina ayat si lit i bas buku enda ibuat arah Pustaka si Badia I bas Cakap Karo nari.. An Introduction to

Peran ICCTF adalah untuk menggalang, mengelola dan menyalurkan pendanaan yang berkaitan dengan penanganan perubahan iklim serta mendukung program pemerintah untuk

Akan tetapi, sebelum mengajukan dispensasi nikah ke Pengadilan Agama ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh pemohon, Sebelum masuk ke tahap persidangan di Pengadilan

Hasil penerapan pada proporsi status kepemilikan kartu sehat di kota Yogyakarta menunjukkan bahwa penduga Bayes empirik dari model Binomial-beta memberikan hasil

Metode klasifikasi yang baik digunakan untuk merepresentasikan kepadatan penduduk di DIY tahun 2012 berdasarkan uji proporsi adalah metode aritmatik, sedangkan pada uji

Soal selidik dibina (lihat lampiran 1) untuk kajian yang akan diisi sendiri oleh responden merangkumi perkara penting yang berkaitan iaitu status sosioekonomi, persepsi terhadap