• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS : Studi Tentang Konstribusi Kepemimpinan Pembelajaran, Supervisi Akademik, Penilaian Kinerja,Perencanaan Strategis,Fokus Pada Pelanggan, Pengembangan SDM dan Budaya Mutu Terhadap Penjaminan Mutu S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS : Studi Tentang Konstribusi Kepemimpinan Pembelajaran, Supervisi Akademik, Penilaian Kinerja,Perencanaan Strategis,Fokus Pada Pelanggan, Pengembangan SDM dan Budaya Mutu Terhadap Penjaminan Mutu S"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH ……….………. vi

DAFTAR ISI ……….………. x

B. Identifikasi Masalah,Batasan Masalah Dan Rumusan Masalah Penelitian……….. 10

C. Tujuan Penelitian ..……….……… 24

D. Manfaat Penelitian ……….. 27

E. Struktur Organisasi Desertasi ……….. 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 29

A. Manajemen Mutu……… 29

a. Konsep Mutu……… 29

b. Konsep Penjaminan Mutu……… 36

c. Tujuan Penjaminan Mutu……… 38

d.Pengelolaan Mutu Pendidikan Dengan Sistem Penjaminan Mutu………. 41 e. Penjaminan Mutu Dalam Pendidikan……… 48

f. Sistem Penjaminan Mutu Sekolah Di Indonesia………. 59

g. Dimensi Dan Aspek Mutu Sekolah……… 63

h.Unsur Unsur Penjaminan Mutu………..… 65

B. Model Sekolah Standar Nasional……… 67

a. Landasan empiris……… 67

b.Karakteristik Sekolah Standar Nasional……… 70

(2)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

1.Kepemimpinan Pembelajaran……… 78

a. Arti Kepemimpinan Pembelajaran……… 77

b.Tujuan Kepemimpinan Pembelajaran………... 84

c. Pentingnya Kepemimpinan Pembelajaran……… 85

d. Butir-Butir Penting Kepemimpinan Pembelajaran……… 87

e. Standar Kepemiminan Pembelajaran……… 89

. f Kompetensi Kepemimpinan Pembelajaran………... 97

g. Cara Menerapkan Kepemimpinan Pembelajaran………. 102

2.Supervisi Akademis………. 106

a. Tujuan Supervisi Akademis………. 109

b. Prinsip-Prinsip Supervisi Akademis……… 112

c. Dimensi Supervisi Akademis………. 115

3.Perencaan Strategis……….. 120

a. Pengertian Perencanaan Strategis………. 119

b. Pentingnya Perencanaan Strategis……… 122

c. Tahapan Strategik……… 125

d. Pengendalian Strategik……….. 126

e. Manfaat Perencanaan Strategis………. 126

4.Fokus Pada Pelanggan……….. 128

a Konsep Pelayanan………. 128

b. Konsep Pelanggan………. 130

c. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Kepuasan Pelanggan……… 134

d.Pentingya Fokus Pada Pelanggan……….. 136

e. Mengukur Fokus Pada Pelanggan………. 138

5. Pengembangan SDM……… 141

a. Hakekat Pembinaan Dan Pengembangan Profesional Pendidik……… 141

b. Prisip-Prinsip Pembinanan Dan Pengembangan Personil 143 c. Prosedur Pengembangan SDM ……… 144

d. Konsep Pemberdayaan SDM……… 147

e. Manfaat Pemberdayaan SDM……… 147

f. Hakikat Pemberdayaan SDM……… 148

g. Bentuk Bentuk Pemberdayaan SDM……… 148

h .Model Pengembanagn Guru……….. 150

i. Tantangan Profesional Guru……….. 156

6 Penilaian Kinerja……… 150

a.Pengertian Penilaian Kinerja………. 160

b. Tujuan Dan Mafaat Penilaian Kinerja……… 165

c. Pengukuran Kinerja……….. 167

d. Analisa Pengukuran Kinerja……….. 167

e.Tantangan Dalam Pengukuran Kinerja………. 167

(3)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

g. Pengertian Akreditasi Sekolah ………. 172

7. Budaya Mutu………. 181

a. Pengertian Budaya Mutu………... 181

b. Karakteristik Budaya Mutu……….. 195

c. Unsur Unsur Budaya Mutu……….. 196

d. Pengembangan Budaya Mutu………... 197

e Konsep Sekolah Bermutu………. 200

f Budaya Mutu……… 202

D Penelitian yang relevan………. 218

E Kerangka Pemikiran………. 221

F Hipotesis Penelitian……….. 237

BAB III METODE PENELITIAN………. 241

A Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian……….. 241

1.Populasi Penelitian ……….. 242

2. Sampel Penelitian………. 244

3.Kriteria Responden……… 249

4.Karakteristik Responden Penelitian………... 250

B Desain Penelitian……….. 255

C Metode Penelitian………. 257

D Definisi Operasional………. 261

E Instrumen Penelitian………. 277

F G Pengembangan Instrumen………. Tehnik dan Alat Pengumpul data……… 279 283 G Pengujian Persyaratan Analisis Data……… 284

H 1.Uji Normalitas……… 284

2.Uji Linieritas……….. 285

I Rancangan Pengujian Hipotesis………. 286

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 299

A Deskripsi Variabel Penelitian……… 299

a. Deskripsi Kepemimpinan Pembelajaran……… 299

b. Deskripsi Supervisi Akademik……….. 309

c. Deskripsi Perencanaan Strategis……….. 314

d. Deskripsi Fokus pada Pelanggan……….. 318

e. Deskripsi Penilaian Kinerja……….. 326

f. Deskripsi Pengembangan SDM ……… 331

g. Deskripsi Budaya Mutu………. 336

h. Deskripsi Mutu Sekolah……….. 344

B Pengujian Hipotesis Penelitian………. 348

a. Pengujian Hipotesis Utama………... 349

b. Pengujian HIpotesis Kedua……… 352

(4)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

d. Pengujian Hipotesis Keempat………. 377

C Pembahasan……….. 391

a. Model Faktor yang memepengaruhi Penjaminan Mutu SMA SSN di Provinsi Jawa Barat……… 391

b. Analisis Pengaruh Variabel input terhadap variabel proses 395 c. Analisis Pengaruh Variabel input dan varibel proses terhadap variabel output……… 406

d. Analisis Pengaruh Variabel input,varibel proses dan variabel output terhadap variabel Outcome………... 423 e. Variabel penelitian yang dominan……….. 433

D Model Hipotetik……… 435

a. Konsepsi Model Sistem Penjaminan Mutu SMA SSN 435 b. Tujuan,Fungsi dan Manfaat model……… 438

c. Asumsi Model Sistem Penjaminan Mutu SMA SSN…… 438

d. Komponen Model Manajemen Penjaminan Mutu SMA SSN………. 442

e. Persyaratan Implementasi Model………. 461

f. Indikator Keberhasilan Model……….. 464

g. Pemanfaatan dan pengunaan Model………. 466

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………. A Kesimpulan……….. 477

B Rekomendasi……….. 490

DAFTAR PUSTAKA………. 492

A Buku……… 492

B Jurnal……… 500

C Peraturan-Peraturan ( Undang-Undang ,Peraturan Pemerintah,Peraturan menteri pendidikan )……… 501

(5)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Mutu pendidikan di Indonesia saat ini telah menjadi perhatian luas berbagai

kalangan, tidak hanya pada kalangan pendidikan, tetapi juga masyarakat luas.

Mereka menginginkan munculnya perubahan signifikan dalam hal usaha

peningkatkan mutu pendidikan. Fakta menunjukkan bahwa mutu pendidikan kita

belum sebagaimana diharapkan.

Tuntutan terhadap peningkatan mutu pendidikan semakin meningkat. Hal ini

dikarenakan adanya (1) kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, (2) persaingan

global yang semakin ketat, dan (3) kesadaran masyarakat (orang tua siswa) akan

pendidikan yang bermutu semakin tinggi. Selain itu, kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang terjadi pada akhir-akhir ini telah membawa dampak

perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, sehingga permasalahan

dapat dipecahkan dengan mengupayakan penguasaan serta peningkatan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Tanpa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,

seseorang akan mengalami kesulitan mengantisipasi perubahan-perubahan dalam

kehidupan sehari-hari, bahkan tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan hidup

yang selalu berkembang dengan pesat.

Persaingan global dalam era pasar bebas, menyebabkan adanya kompetisi

yang sangat ketat. Untuk dapat berpartisipasi dalam persaingan global tersebut,

(6)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

kecakapan berkomunikasi, memiliki kemampuan menjalin kerjasama, memiliki

keterampilan atau skill tertentu, sebagai individu yang ulet, disiplin, beretos kerja

yang tinggi, pandai menangkap peluang, dan memiliki semangat untuk maju.

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

menggariskan bahwa pendidikan dilaksanakan melalui satu sistem pendidikan

yang menugaskan tercapainya tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk

mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat

manusia Indonesia. Implikasi dari berlakunya undang-undang ini diantaranya

adalah perlunya suatu standar mutu pendidikan yang bersifat nasional, diantara

upaya untuk menentukan standar secara nasional adalah adanya Standar Nasional

Pendidikan yang lebih dikenal dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun

2005 untuk berbagai jenis dan jenjang pendidikan.

Telah banyak dilakukan penelitian oleh pakar manajemen pendidikan

mengenai sekolah yang bermutu. Dalam penelitian sekolah yang bermutu, sering

disebut sekolah yang efektif atau sekolah yang excellent (Sergiovanni, 1987),

atau sekolah yang unggul (Newman, 1988). Sebenarnya ada dua model

pendekatan yang sangat berguna dalam menetapkan sekolah baik atau sekolah

efektif (Hoy & Ferguson, 2008 ), yaitu model pendekatan pencapaian tujuan dan

model pendekatan proses. Pada model pendekatan pencapaian tujuan, model ini

berdasarkan pandangan tradisional organisasi dikatakan efektif apabila mencapai

tujuan yang telah ditetapkan (Sergiovanni, 1987). Di sekolah biasanya dilihat

tingkat pencapaiannya yang ditandai dengan prestasi lulusan sekolah. Dengan

(7)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

merupakan peranan penting yang digunakan dalam menetapkan baik atau tidaknya

sekolah.

Sedangkan model pendekatan proses, model ini memandang organisasi

sebagai sebuah sistem yang terbuka yang terdiri dari masukan transformasi, dan

keluaran (Hoy & Miskel, 2008). Model sistem keefektifan organisasi ini dilihat

bukan dari tingkat pencapaian tujuan melainkan konsistensi internal, efisiensi

penggunaan semua sumber yang ada, dan kesuksesan dalam mekanisme kerjanya

(Hoy & Ferguson, 1985). Ada dua asumsi yang melandasinya, yaitu (1) organisasi

merupakan sebuah sistem terbuka yang harus mampu memanfaatkan dan

merefleksikan lingkungan sekitarnya, (2) organisasi merupakan sistem yang

dinamis dan begitu besar, maka kebutuhannya semakin kompleks, sehingga tidak

mungkin didefinisikan hanya melalui sejumlah kecil tujuan organisasi yang

bermakna.

Sehubungan dengan itu, untuk memberikan gambaran tentang sekolah yang

efektif atau sekolah bermutu , perlu disajikan beberapa kajian atau hasil penelitian

dari pakar manajemen pendidikan tentang sekolah itu efektif atau sekolah

bermutu. Sekolah efektif atau sekolah bermutu memiliki kriteria, ciri-ciri atau

karakteristik tertentu. Ukuran dasar yang dapat dijadikan pedoman untuk melihat

apakah sekolah itu efektif atau tidak, sekolah itu bermutu atau tidak, Danim

(2006) memberikan kriteria tentang sekolah tersebut sebagai berikut: (1)

mempunyai standar kerja yang tinggi dan jelas bagi siswa, (2) mendorong

aktivitas, pemahaman multibudaya, kesetaraan gender, dan mengembangkan

(8)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

(3) mengharapkan para siswa untuk mengambil peran tanggung jawab dalam

belajar dan perilaku dirinya, (4) mempunyai instrumen evaluasi dan penilaian

prestasi belajar, (5) menggunakan metode pembelajaran yang berakar pada

penelitian pendidikan dan suara praktik profesional, (6) mengorganisasikan

sekolah dan kelas untuk mengkreasi lingkungan yang bersifat memberi dukungan

bagi kegiatan pembelajaan, (7) pembuatan keputusan secara demokratis dan

akuntabilitas, (8) menciptakan rasa aman, sifat saling menghargai, dan

mengakomodasikan lingkungan secara efektif, (9) mempunyai harapan yang

tinggi kepada semua staf, (10) secara aktif melibatkan keluarga di dalam

membantu siswa untuk mencapai sukses, dan (11) bekerja sama atau berpartner

dengan masyarakat dan pihak-pihak lain.

Hampir serupa apa yang dikemukakan oleh Danim tentang kriteria sekolah

efektif di atas, Sammons (Macbeath & Mortimore, 2005) menganalisis tentang

sekolah yang efektif itu ditentukan 11 faktor penting, yaitu: kepemimpinan

profesional, visi dan tujuan bersama, suatu lingkungan pembelajaran, konsentrasi

pada belajar dan mengajar, harapan tinggi, dorongan positif, memonitor

kemajuan, hak dan kewajiban murid, pengajaran yang mempunyai tujuan, suatu

organisasi pembelajaran, dan kemitraan sekolah rumah.

Sedang Suyanto dalam Elfahmi (2006) menegaskan bahwa sekolah bermutu

memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu: (1) memiliki budaya akademik yang kuat, (2)

memiliki kurikulum yang selalu relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, (3) memiliki komunitas sekolah yang selalu menciptakan cara-cara

(9)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

pengembangan hard knowlegde dan soft knowlegde secara seimbang, (5) proses

belajar untuk mengembangkan potensi siswa secara holistik, dan (6)

mengembangkan proses pengembangan kemampuan dan kompetensi

ber-komunikasi siswa secara global.

Lezotte (1983) menemukan dalam penelitiannya bahwa sekolah-sekolah yang

unggul itu memiliki karakteristik-karakteristik, yaitu: (1) lingkungan sekolah yang

aman dan tertib; (2) iklim serta harapan yang tinggi; (3) kepemimpinan

instruksional yang logis; (4) misi yang jelas dan terfokuskan; (5) kesempatan

untuk belajar dan mengerjakan tugas bagi siswa; dan (6) pemantauan yang sering

dilakukan terhadap kemajuan siswa, dan hubungan rumah-sekolah yang bersifat

mendukung. Dalam penelitian ini, tidak disebut-sebut perihal keefektivan guru

secara khusus, demikianpun perihal ganjaran insentif, yang pada penelitian lain

cukup memberikan sumbangan terhadap prestasi siswa di sekolah.

Sedang Austin (Moedjiarto,2002) dalam penelitiannya menemukan bahwa

sekolah-sekolah yang sukses menunjukkan saling ketergantungan sehubungan

praktik-praktik tertentu dalam organisasi sekolah. Dalam kaitan ini,

karakteristik-karakteristik yang ditemukan dalam sekolah-sekolah unggul, adalah (1)

kepemimpinan instruksional yang kuat; (2) pengembangan program, perencanaan

pengajaran; (3) harapan-harapan performansi yang tinggi; (4) kepercayaan bahwa

semua siswa dapat mempelajari keterampilan-keterampilan dasar; (5) iklim yang

positif; (6) pengawasan terhadap fungsi-fungsi sekolah, kurikulum dan program

pengembangan staff; (7) dukungan staf yang kuat; (8) pemberian semangat; serta

(10)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

Dengan demikian, sekolah dapat disebut sebagai sekolah bermutu bila

memiliki karakteristik keefektivan yang tinggi, yaitu: iklim sekolah yang positif,

proses perencanaan sekolah yang melibatkan seluruh warga sekolah, harapan yang

tinggi terhadap prestasi akademik, pemantauan yang efektif terhadap kemajuan

siswa, keefektivan guru, kepemimpinan instruksional yang berorientasi pada

prestasi akademik, pelibatan orang tua yang aktif dalam kegiatan sekolah,

kesempatan, tanggung jawab, dan partisipasi siswa yang tinggi di sekolah,

ganjaran dan insentif di sekolah, yang didasarkan pada keberhasilan, tata tertib

dan disiplin yang baik di sekolah, dan pelaksanaan kurikulum yang jelas.

Pendidikan mencakup semua aktivitas, mulai konsep, visi, misi, institusi,

kurikulum, metodologi, proses belajar mengajar, SDM kependidikan, lingkungan

pendidikan dan lain sebagainya, yang disemangati dan bersumber pada ajaran dan

nilai-nilai yang dibangun dalam proses semua aktivitas tersebut. Kelembagaan

pendidikan yang efektif tersebut adalah lembaga pendidikan atau sekolah yang

merefleksikan konsep-konsep sekolah yang baik (the good school), sekolah yang

efektif (the effective school), sekolah yang unggul (the exellent school). Menurut

Hasan (2005) ada empat persyaratan yang dapat dikategorikan sebagai

kelembagaan pendidikan yang baik “sekolah bermutu”, yaitu: (1) SDM

kependidikan yang profesional, (2) manajemen yang efektif dan profesional, (3)

lingkungan pendidikan yang kondusif, dan (4) mampu membangun kepercayaan

kepada masyarakat.

Persyaratan pertama, SDM kependidikan sesuai dengan standar yang telah

(11)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

kompetensi profesional, kompetensi moral dan kompetensi sosial, yang mampu

berperan sebagai pengajar, pendidik, dan sekaligus pemimpin di tengah-tengah

peserta didiknya. Selain itu, tenaga kependidikan tersebut memiliki pengalaman

dan ditunjang oleh adanya keunggulan dalam kemampuan intelektual, moral,

keilmuan, ketaqwaan, disiplin dan tanggung jawab, keluasan wawasan

kependidikan, kemampuan pengelolaan, terampil, kreatif, memiliki keterbukaan

profesional dalam memahami profesi, karakteristik dan masalah perkembangan

peserta didik, mampu mengembangkan rencana studi dan karier peserta didik

serta memiliki kemampuan meneliti dan mengembangkan kurikulum, juga

menguasai bidang agama Islam dan ketaatan dalam beribadah maupun

amaliyahnya.

Manajemen pendidikan diharapkan dapat berperan menjadi pemberdayaan

organisasi (empowering organization). Dalam hal pemberdayaan organisasi,

komponen-komponen yang ada harus didayagunakan sehingga bersinergi

mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Di antara komponen-komponen

tersebut adalah kurikulum atau pembelajaran, siswa, pegawai, sarana prasarana,

keuangan, dan lingkungan masyarakat (De Roche, 1985). Dalam pelaksanaan

keseluruhan proses manajemen tersebut diupayakan dengan bertumpu pada spirit

manajemen pendidikan, sebagaimana temuan teoritik pada berbagai hasil

penelitian yaitu berwawasan mutu, kemandirian, partisipasi, dan keterbukaan.

Dalam membentuk sekolah bermutu, lembaga pendidikan merupakan sebuah

organisasi. Kultur lembaga pendidikan merupakan kultur organisasi dalam

(12)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

diartikan sebagai kualitas kehidupan sebuah lembaga pendidikan yang tumbuh

dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai-nilai tertentu yang dianutnya. Kultur

lembaga pendidikan tersebut akan dapat dikembangkan dengan melalui tenaga

kependidikan yang unggul sebagaimana yang telah disebutkan di atas.

Di samping itu pula, lembaga pendidikan harus mampu menciptakan

lingkungan pendidikan yang kondusif, yang memberikan suasana damai, bersih,

tertib, aman, indah dan penuh kekeluargaan. Lingkungan yang memberikan

kebebasan peserta didik untuk berekspresi, mengembangkan minat dan bakatnya,

berinteraksi sosial dengan sehat dan saling menghormati, dalam atmosfer yang

mencitrakan suasana religius, etis, dan humanis.

Upaya serius pemerintah dalam mewujudkan mutu pendidikan ditunjukkan

dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 91 yang menyatakan bahwa satuan pendidikan wajib melakukan

penjaminan mutu pendidikan untuk memenuhi Standar Nasional Pendidikan atau

melebihinya, dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal

91 yang menyatakan :(1) Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan

nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. (2) Penjaminan mutu

pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi atau

melampaui Standar Nasional Pendidikan. (3) Penjaminan mutu pendidikan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan

terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan

(13)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

Adapun penjabaran lebih lanjut dengan terbitnya Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang sistem penjaminan mutu

pendidikan seperti dalam pasal 1 ayat 2 menyatakan penjaminan mutu

pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan pendidikan,

pemerintah daerah, pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan tingkat

kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan.

Proses penjaminan mutu sangat penting dilakukan karena pengelolaan

persekolahan di Indonesia masih menggunakan pendekatan kategorisasi seperti

adanya sekolah reguler, kategori sekolah rintisan Sekolah Standar Nasional,

Sekolah Standar Nasional, Rintisan Sekolah Berstandar Internasional serta

Sekolah Standar Internasional. Dengan katagorisasi tersebut, dimungkinkan

terjadinya disparitas mutu sekolah.

Untuk menghindari terjadinya disparitas mutu sekolah pemerintah

menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan menerapkan

delapan standar nasional pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan

Sekolah Standar Nasional (SSN). SSN menurut E Mulyasa ( 2006:55) merupakan

sekolah yang memenuhi standar prestasi, standar pengelolaan minimal serta

merupakan program unggulan untuk memberikan jaminan mutu dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat.

Namun, berdasarkan hasil evaluasi keterlaksanaan Sekolah Standar Nasional

(SSN) yang dilakukan oleh Dinas Provinsi Jawa Barat tahun 2010 diperoleh data

(14)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

dikelompokkan dengan hasil : kategori kurang 32 % , Cukup 10 % , Baik 28 %

dan Amat Baik 30 % . Dari data tersebut 45 % kurang dalam standar pengelolaan,

30 % kurang dalam standar sarana prasarana.

Berkaitan dengan belum optimalnya Sekolah Standar Nasional seperti yang

ditunjukan hasil evaluasi dinas pendidikan tahun 2010 terhadap penyelenggaraan

Sekolah standar Nasional tersebut di atas dan sangat strategisnya Sekolah

Menengah Atas kategori Sekolah Standar Nasional dalam menyiapkan Sumber

Daya Manusia yang handal, sudah selayaknya dicari faktor-faktor apa saja yang

merupakan faktor dominan dalam meningkatkan mutu sekolah menengah kategori

Sekolah Standar Nasional. Pertanyaannya adalah faktor-faktor apa yang dapat

dimanipulasi untuk dapat meningkatkan mutu Sekolah Standar Nasional.

B. Identifikasi Masalah, Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Banyak hal yang ikut mempengaruhi proses penjaminan mutu

sekolah.berdasarkan hasil riset para pakar faktor faktor yang mempengaruhi

proses penjaminan mutu sekolah diantaranya menurut Gasperzt (2008) adalah (1)

focus pada pelanggan,(2) kepemimpinan, (3) keterlibatan personil, (4) pendekatan

proses dalam mengambil keputusan,(5) pendekatan system, (6)peningkatan

berkelanjutan, (7) pengambilan keputusan berdasarkan fakta, (8) staf

management, strategic planning, staf management, evaluation, academic

supervision, quality culture, keuangan, implemetasai TQM keterlibatan orang tua

(15)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

berkesinambungan. Begitu pula menurut MacBeacth & Mortimer (2001)

dipengaruhi oleh Visi misi sekolah yang jelas; Kepala sekolah yang profesional ;

Guru yang profesional; Lingkungan belajar yang kondusif; Ramah siswa;

Manajemen yang kuat; Kurikulum yang luas dan berimbang; penilaian dan

pelaporan prestasi siswa yang bermakna; Pelibatan masyarakat yang tinggi. Sallis

(2010:255) penjaminan mutu sekolah dipengaruhi beberapa faktor antara lain (1)

Leadership, (2) Strategic planning, (3) Staff management,(4) Resources, (5)

Student-focused process, (6) Administrative and operational results, (7) Staff

result (8) Partnership and society results, (9) Key performance result.

Begitu pula Menurut Adeybesan (2011: 150) strategi penjaminan mutu terdiri

dari aspek (1) monitoring (2) Evaluation (3) supervision (4) inspection dan ( 5)

quality Control. Sedangkan penjaminan mutu menurut Arcaro (1995) yang

dikutip oleh Jalal dan Supriadi (2001 : 98 ) dibangun lima pilar, yaitu: (1) Fokus

kepada pelanggan baik internal maupun eksternal; (2) Adanya keterlibatan total;

(3) Adanya ukuran baku; (4) Adanya komitmen; dan (5) Adanya perbaikan yang

berkelanjutan

Gambaran aspek-aspek yang menjadi variabel-variabel yang ikut mempengaruhi

proses penjaminan mutu sekolah serta yang menentukan mutu sekolah adalah

(16)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Gambar 1.1

2. Batasan Masalah Penelitian

Penelitian ini tidak membahas seluruh permasalahan sebagaimana

dikemukakan pada identifikasi masalah . Kajian ini lebih menekankan pada aspek

kepemimpinan pembelajaran, budaya mutu, pengembangan SDM , supervisi

akademik, penilaian kinerja, perencanaan strategis, fokus pada pelanggan yang

(17)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

faktor-faktor yang berkaitan dengan penjaminan mutu dalam rangka peningkatan

mutu sekolah. yang didasarkan pada kerangka teori (grand theory) penjaminan

mutu dalam perspektif penjaminan mutu dapat dicapai melalui keterkaitan

berbagai komponen.

Peneliti melihat ada beberapa faktor kunci yang meningkatkan mutu sekolah

Sekolah Standar Nasional (SSN) yang dapat dijelaskan secara argumentasi

teoritik sebagai berikut :

Pertama, kepemimpinan pembelajaran : Masalah perilaku kepemimpinan

dalam organisasi ditentukan oleh gaya pemimpin itu sendiri dalam mengelola

organsiasi. Sekolah merupakan organsiasi tempat menggodok para remaja usia

sekolah untuk menimba ilmu maka sudah sewajarnya tipe kepemimpinan yang

diterapkan lebih fokus untuk mencurahkan segenap pikirannya untuk peningkatan

kemampuan peserta didik dalam penguasaan akademik, bukan pemimpin yang

seperti kebanyakan selama ini, hanya merasa puas jika telah mampu membangun

ruangan dan fasilitas sekolah saja. Kepemimpinan merupakan salah satu

kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah. Banyak model

kepemimpinan yang dapat dianut dan diterapkan dalam berbagai

organisasi/institusi, baik profit maupun nonprofit. Namun, model kepemimpinan

yang paling cocok untuk diterapkan di sekolah menurut penulis adalah

kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership or leadership for improved

learning). Tentang penerapan kepemimpinan pembelajaran di sekolah, banyak

penelitian yang menyimpulkan bahwa kepala sekolah yang memfokuskan

(18)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

daripada kepala sekolah yang kurang memfokuskan pada kepemimpinan

pembelajaran. Ironisnya, kebanyakan sekolah tidak menerapkan model

kepemimpinan pembelajaran.

Kepemimpinan pembelajaran sangat cocok diterapkan di sekolah karena misi

utama sekolah adalah mendidik semua siswa dan memberikan kesempatan kepada

mereka untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang

diperlukan untuk menjadi orang dewasa yang sukses dalam menghadapi masa

depan yang belum diketahui dan yang sarat dengan tantangan-tantangan yang

sangat turbulen. Misi inilah yang kemudian menuntut sekolah sebagai organisasi

harus memfokuskan pada pembelajaran (learning-focused schools), yang meliputi

kurikulum, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar (assesmen).

Pengaruh kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) terhadap

peningkatan hasil belajar siswa sudah tidak diragukan lagi. Sejumlah ahli

pendidikan telah melakukan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan

pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar. Mereka menyimpulkan bahwa:

1) If our schools are to improve, we must redefine the principal’s role

and move instructional leadership to the forefront (Buffie, 1989). 2) If a school is

to be an effective one, it will be because of the instructional leadership of the

principal …. (Findley,1992). 3) Effective principals are expected to be effective

instructional leaders 4). the principal must be knowledgable about curriculum

development, teachers and instructional effectiveness, clinical supervision, staff

(19)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

Dari kutipan-kutipan tersebut di atas dapat disarikan bahwa peningkatan hasil

belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan pembelajaran. Artinya, jika

hasil belajar siswa ingin dinaikkan, maka kepemimpinan yang menekankan pada

pembelajaran harus diterapkan. Dengan kepemimpinan pembelajaran, peneliti

berasumsi akan dapat menciptakan budaya organisasi, dimana pemimpin

menerapkan suatu standar sehingga setiap komponen yang ada senantiasa

mengacu pada standar yang telah disepakati.

Kedua, masalah budaya mutu penting jika suatu organisasi dituntut untuk

melakukan sistem pejaminan mutu sebagai wujud dalam mengimplementasikan

peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Budaya mutu penting untuk pemenuhan Standar Nasional

Pendidikan, budaya mutu yang kurang kondusif seperti tidak tumbuhnya

masyarakat pembelajar yang mendukung hasil yang optimal dalam

pengembangan mutu pendidikan. Budaya mutu dimana pemimpin menerapkan

suatu standar sehingga setiap komponen yang ada senantiasa mengacu pada

standar yang telah disepakati, budaya organisasi sebagaimana dikemukakan oleh

Shein ( 1985 : 114 ) adalah:

……a pattern of shared basic assumption that the group learned as it solved its problem of exeternal adaptation and internal integration , that has work well enough to be considered valid an therefore, to be tough tri new member as the correct way to perceive , think and feel in relation to these problems.

Budaya mutu adalah pola dasar yang dikembangkan oleh sekelompok orang

setelah mereka mempelajari suatu pola yang diyakini kebenarannya untuk

(20)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

gabungan berbagai budaya yang dibawa oleh individu- individu dalam suatu

organisasi, sehingga setiap individu harus melakukan adaptasi, karena tanpa

adanya adaptasi, dimungkinkan terjadi konflik, antara sesama individu maupun

individu dengan organisasi.

Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian Ohmae pada Robin (1991:62) bahwa

budaya organsiasi berperan penting karena merupakan kunci keberhasilan usaha.

Dengan demikian variabel budaya organisasi akan menjadikan variabel yang

menarik dan strategik untuk memberikan kontribusi terhadap mutu sekolah.

Sementara Hoy dan Miskel (2008) menjelaskan bahwa sekolah sebagai satuan

pendidikan, merupakan suatu sistem sosial. Sekolah sebagai sistem sosial

memiliki empat elemen atau subsistem penting, yaitu struktur, individu, budaya,

dan politik. Perilaku organisasi merupakan fungsi dari interaksi elemen-elemen

ini dalam konteks pengajaran dan pembelajaran. Lingkungan juga merupakan

aspek penting dari kehidupan organisasi; lingkungan tidak hanya menyediakan

sumber bagi sistem tersebut tetapi juga menyediakan kendala dan peluang

lainnya. Menurut Hoy dan Miskel (2008) “sekolah harus menjadi lembaga

pembelajaran yang efektif, sekolah harus mencari cara untuk menciptakan struktur

yang secara terus-menerus mendukung pembelajaran dan pengajaran dan

memperkaya adaptasi organisasi; mengembangkan budaya dan iklim organisasi

yang terbuka, dan kolaboratif; menarik individu yang mandiri, efektif, dan

terbuka “.

Ketiga, masalah fokus pada pelanggan sebagai salah satu faktor yang sangat

(21)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

sejauh mana layanan manajemen, layanan pembelajaran maupun layanan

pengembangan pribadi siswa dapat dilaksanakan secara optimal seperti yang

dituntut oleh delapan Standar Nasional Pendidikan. Kotler ( 2000: 429)

mengemukakan karakteristik jasa diantaranya ada empat ciri utama antara lain :

1) Tidak berwujud sehingga konsumen tidak dapat mencium, meraba, mendengar

dan merasakan hasilnya sebelum mereka membelinya. Untuk mengurangi

ketidakpastian maka konsumen mencari informasi jasa tersebut, 2) Tidak

terpisahkan ( inseparability) dimana jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya

yaitu perusahaan jasa, 3) Bervariasi (Variability) dimana jasa sering terjadi

berubah-ubah tergantung siapa, kapan dan dimana menyajikannya, 4) Mudah

musnah (perisshability) jasa tidak dapat dijual pada masa yang akan datang.

Pendidikan merupakan produk yang berupa jasa, yang mempunyai karakteristik

sebagai berikut : (1) Lebih bersifat tidak berwujud dari pada berwujud (more

intangible than tangible), (2) Produksi dan konsumsi bersamaan waktu

(simultananeous production and consumption), (3) Kurang memiliki standar dan

keseragaman (less standardized and uniform). Dari kriteria tersebut, dapat

dikatakan pendidikan merupakan suatu bentuk jasa. Peneliti berasumsi

keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada siapa, kapan, di mana proses

terlaksana. Artinya, siapa yang mengelola pendidikan itulah yang dapat

meningkatkan jasa pendidikan tersebut, maka variabel kepuasan pelanggan

merupakaan suatu variabel yang menarik untuk dikaji bila dikaitkan dengan

(22)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

Keempat, Supervisi khususnya supervisi akedemik mutlak diperlukan dalam

mengukur keterlaksanaan suatu program khususnya dalam peningkatan mutu

sekolah, namun kenyataannya kegiatan supervisi akademik belum secara optimal

dikembangkan. Hal ini terbukti dengan hasil pemetaan yang dilakukan oleh

Lembaga Pemberdayaan dan Peningkatan Kepala Sekolah (LPPKS). Tercatat,

Kepala Sekolah hampir 57,5 % lemah dalam pelaksanaan Supervisi, Satori (2006)

mengartikan supervisi dilihat dari etimologis berasal dari dua kata yaitu super dan

vision kata super mengadung arti lebih dan kata vision mengadung arti visi. Jadi,

kata supervisi mengadung arti visi yang jauh ke depan. Sedangkan Marks et al

(1991 : 2) mendefinisikan sebagai prosedur profesional yang dilakukan oleh

kepala sekolah dalam membantu guru memperbaiki pengajaran untuk

perkembangan peserta didik.

Kelima, penjaminan mutu. Penjaminan mutu adalah “suatu rencana dan

tindakan yang penting untuk menyediakan kepercayaan yang digunakan untuk

memuaskan kebutuhan tertentu” (Elliot 1999). Kebutuhan tersebut merupakan

refleksi dari kebutuhan pelanggan. Penjaminan mutu biasanya membutuhkan

evaluasi secara terus menerus dan digunakan sebagai alat bagi manajemen,

Menurut Gryna (1988) “penjaminan mutu merupakan kegiatan untuk memberikan

bukti-bukti untuk membangun kepercayaan bahwa kualitas dapat berfungsi secara

efektif”. Sementara Cartin (1999 : 312) memberikan definisi sebagai berikut :

Quality Assurance is all planed and systematic activities implemented within the

quality system that can be demonstrated to provide confidence that a product or

(23)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

63 tahun 2009 penjaminan mutu adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan

atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan,

pemerintah daerah, pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan tingkat

kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Dengan demikian penjaminan

mutu dapat diartikan suatu proses penetapan dan pemenuhan standar mutu

pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan sehingga konsumen, produsen,

dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan. Adapun yang menjadi

standar dalam penjaminan mutu pendidikan di Indonesia adalah sebagaimana

tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan ( SNP).

Keenam, perencanaan startegis sekolah sebagai sebuah organisasi tidak

hanya dipengaruhi faktor internal tetapi juga faktor eksternal. Sekolah harus

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk menyesuaikan dengan kondisi

lingkungan, sekolah perlu melakukan penyesuaian agar risiko dapat dihindari

sekecil mungkin. Menurut Denhart (1996:5) “dalam perencanaan strategis sekolah

dapat mengukur kekuatan dan kelemahan yang relatif terhadap peluang dan

ancaman, karena peluang dan ancaman dari pihak eksternal sifatnya tidak dapat

diubah”.

Ketujuh, penilaian kinerja, yaitu prestasi kerja yang dicapai seseorang atau

organisasi dalam melaksanakan tugas pokoknya, fungsi dan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya. Kinerja diartikan sebagai tingkat atau derajat pelaksanaan

(24)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

Kedelapan, pengembangan SDM dengan penjaminan mutu adalah mengacu

pada pendapat Santana (2008 : 90) menyatakan bahwa “ pelatihan dan

pengembangan SDM merupakan alat manajemen strategik dalam rangka

penjaminan mutu pendidikan. Lebih lanjut Sallis mengemukakan “pengembangan

staf memerlukan perencanaan mengingat investasi sumberdaya manusia bisa

digunakan sebagai suatu daftar uji untuk menentukan standar yang harus

dipenuhi”.

Kesembilan pemilihan Sekolah Menengah Atas ( SMA) sebagai Sekolah

Standar Nasional karena Sekolah Standar Nasional diasumsikan telah menerapkan

Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang terdiri atas delapan standar : 1) Standar

kompetensi lulusan, 2) Isi, 3) Proses, 4) Pendidik dan tenaga kependidikan, 5)

Penilaian, 6) Sarana prasarana, 7) Pengelolaan, dan 8) Pembiayaan. Dengan

demikian, organisasi yang memberikan pelayanan pendidikan mempunyai acuan

pengukuran mutu sekolah yang dilihat dari sejauhmana penerapan ke delapan

SNP tersebut diterapkan. Oleh karena itu, jaminan mutu Sekolah Standar

Nasional dapat dilihat sejauhmana tingkat ketercapaian pelaksanaan kedelapan

standar tersebut.

Penelitian tentang manajemen penjaminan mutu Sekolah Standar Nasonal ini

idealnya didasarkan kepada data yang diperoleh dari berbagai sumber. Seperti

kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, pengawas siswa, orang tua dan

pejabat pemerintah dalam bidang pendidikan. Namun, dalam penelitian ini hanya

menggali data dari pendidikan , sehingga penelitian ini hanya merupakan persepsi

(25)

Tatang Sunendar, 2013

(26)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

3. Rumusan Masalah

Secara umum rumusan masalah penelitian adalah bagaimana hubungan

antara variabel yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung

terhadap proses penjaminan mutu Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat yang

terdiri dari kepemimpinan pembelajaran, budaya mutu, supervisi akademik,

penilaian kinerja, perencanaan strategis, fokus pada pelanggan, pengembangan

SDM dalam proses penjaminan mutu Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat,

seperti persepsi guru yang didukung data empirik. Secara khusus rumusan

masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran empirik kepemimpinan pembelajaran SMA Sekolah

Standar Nasional di Jawa Barat.

2. Bagaimana gambaran empirik supervisi akademik SMA Sekolah Standar

Nasional di Jawa Barat.

3. Bagaimana gambaran empirik perencanaan strategis SMA Sekolah Standar

Nasional di Jawa Barat.

4. Bagaimana gambaran empirik fokus pada pelanggan SMA Sekolah Standar

Nasional di Jawa Barat.

5. Bagaimana gambaran empirik penilaian kinerja SMA Sekolah Standar

Nasional di Jawa Barat.

6. Bagaimana gambaran empirik pengembangan SDM SMA Sekolah Standar

Nasional di Jawa Barat.

7. Bagaimana gambaran empirik budaya mutu SMA Sekolah Standar Nasional

(27)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

8. Bagaimana gambaran empirik mutu sekolah SMA Sekolah Standar

Nasional di Jawa Barat.

9. Apakah kepemimpinan pembelajaran sebagai variabel input berpengaruh

terhadap variabel proses yang terdiri dari budaya mutu, supervisi akademis,

penilaian kinerja dan perencanaan strategis, pengembangan SDM.

10. Apakah kepemimpinan pembelajaran sebagai variabel input dan variabel

proses yang terdiri dari fokus pada pelanggan, supervisi akademik, penilaian

kinerja dan perencanaan strategis, pengembangan SDM sebagai variabel

proses berpengaruh terhadap budaya mutu sebagai variabel output.

11. Apakah kepemimpinan pembelajaran sebagai input dan variabel proses

yang terdiri dari pengembangan SDM, supervisi akademik, penilaian kinerja

perencanaan strategis, penilaian kinerja dan budaya mutu sebagai variabel

output berpengaruh terhadap mutu sekolah.

12. Bagaimana model Sistem Manajemen Mutu SMA Sekolah Standar Nasional

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan menganalisis fakta empirik berdasarkan

persepsi guru , tata usaha, orang tua siswa mengenai struktur hubungan variabel

yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap mutu

sekolah SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat, yang terdiri dari

kepemimpinan pembalajaran, budaya mutu, supervisi akademik, perencanaan

(28)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

mutu sekolah. Adapun secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan mempelajari hal-hal sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi mengenai :

a. kepemimpinan pembelajaran SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa

Barat.

b. supervisi akademik SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.

c. perencanaan strartegis SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.

d. fokus pada pelanggan SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.

e. penilaian kinerja SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.

f. pengembangan SDM SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.

g. budaya mutu SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat.

(29)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

2. Menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung variabel eksogen dan

variabel endogen, meliputi :

a. kepemimpinan pembelajaran sebagai variabel input berpengaruh terhadap

variabel proses yang terdiri dari supervisi akademik, penilaian kinerja

dan perencanaan strategis, pengembangan SDM dan Fokus pada

pelanggan.

b. kepemimpinan pembelajaran sebagai variabel input dan variabel proses

yang terdiri dari supervisi akademik, fokus pada pelanggan, penilaian

kinerja dan perencanaan strategis, pengembangan SDM, sebagai variabel

proses berpengaruh terhadap budaya mutu sebagai variabel output.

c. kepemimpinan pembelajaran sebagai variabel input dan variabel proses

yang terdiri dari supervisi akademik, fokus pada pelanggan penilaian

kinerja, perencanaan strategis, pengembangan SDM, dan budaya mutu

sebagai variabel output berpengaruh terhadap mutu sekolah.

3. Menemukan model sistem manajemen mutu SMA sekolah standar

(30)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena secara praktis hasil penelitian

ini diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga kependidikan dan pengambil

kebijakan. Sedangkan secara teoretis, diharapkan akan bermanfaat bagi penelitian

dan pengembangan keilmuan. Adapun rincian manfaat penelitian :

1. Secara praktis yang diharapkan berkaitan dengan pelaksanaan dan temuan

dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Dapat dijadikan pedoman untuk pengembangan pengelolaan sekolah

sehingga kepercayaan terhadap sekolah meningkat,

b. Dapat dijadikan pedoman untuk merencanakan dan mengembangkan

Akuntabilitas Sekolah Standar Nasional, dan

c. Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman sebagai penelitian serta

menambah pengalaman dalam pengambilan keputusan.

2. Secara teoretis, diharapkan penelitan ini dilanjutkan dengan cakupan lebih luas

dan mendalam. Hasil dari penelitian ini secara teori akan bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu manajemen pendidikan dan

adminsitrasi pendidikan sebagai alternatif pemecahan dalam dinamika ilmu

(31)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

E. Struktur Organsiasi Penulisan Disertasi

Disertasi dengan judul Manajemen Penjaminan Mutu Pendidikan : Studi

Pengaruh Kepemimpinan Pembelajaran, Supervisi Akademik, Penilaian Kinerja,

Perencanaan Strategis, Fokus pada Pelanggan, Pengembangan SDM, Budaya

Mutu, terhadap Mutu Sekolah SMA Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat

terdiri dari lima bab antara lain :

Bab I Pendahuluan yang menguraikan latar belakang alasan mengapa masalah

diteliti, pentingnya masalah itu diteliti, rumusan masalah dari variabel-

variabel yang diteliti, tujuan penelitian yang menguraikan keinginan

yang ingin dicapai setelah penelitian selesai, serta manfaat dari segi

teori maupun secara praktis.

Bab II Kajian pustaka menguraikan kedudukan masalah penelitian ditinjau dari

bidang ilmu yang diteliti seperti: konsep-konsep, teori-teori,

hukum-hukum yang dipakai dalam penelitian ini seperti tentang konsep

penjaminan mutu, kepemimpinan pembelajaran, supervisi akademik,

perencanaan strategis, penilaian kinerja, fokus pada pelanggan,

pengembangan sumberdaya manusia, budaya mutu , dikaitkan dengan

posisi teori-teori tersebut, yaitu: manajemen penjaminan mutu

pendidikan Sekolah Menengah Atas dikaitkan dengan permasalahan

yang diteliti, kemudian dirumuskan dalam bentuk kerangka pemikiran

(32)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

Bab III Metodologi penelitian yang menguraikan secara rinci lokasi dan subjek

penelitian, desain penelitian, definisi operasional tentang mutu

sekolah, kepemimpinan pembelajaran, supervisi akademik, perencanaan

strategis, penilaian kinerja, fokus pada pelanggan, pengembangan

sumberdaya manusia, budaya mutu, populasi dan sampel penelitian

dari SMA negeri dan swasta katagori Sekolah Standar Nasional di

Provinsi Jawa Barat, pengembangan instrumen berupa pengujian

validitas, realibilitas instrumen, serta teknik pengumpulan data dan

teknik analisis data.

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasannya menguraikan pengolahan dan

analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah

penelitian, hipotesis, tujuan penelitian serta pembahasan hasil temuan.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan prosedur penelitian kuantitatif

dengan pembahasan model manajemen penjaminan mutu pendidikan

yang menguraikan tentang alternatif model yang dikembangkan

berdasarkan temuan-temuan penelitian yang ditinjau dari landasan

teoritik serta data empirik dari hasil penelitian.

Bab V Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi menguraikan kesimpulan

penelitian yang menjawab rumusan masalah, tujuan penelitian, serta

hipotesis penelitian sejauh mana tingkat signifikannya dari hasil

penelitian, juga menguraikan implikasi dari hasil penelitian yang

mungkin bisa diterapkan dalam tataran praktis dan rekomendasi bagi

(33)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

Seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, inti kajian dalam

kajian ini adalah masalah mutu sekolah Sekolah Standar Nasional yang

dipengaruhi oleh kepemimpinan pembelajaran, supervisi akademik, perencanaan

strategis, fokus pada pelanggan, penilaian kinerja, pengembangan SDM, budaya

mutu serta yang implikasinya pada tercapainya mutu sekolah . Penulis melihat

bahwa aspek tersebut dipandang sebagai suatu kekuatan yang strategis yang

dapat dikembangkan dalam menciptakan sekolah yang bermutu. Perspektif yang

penulis gunakan adalah untuk mengkaji pengaruh kepemimpinan pembelajaran

supervisi akademik, perencanaan strategis,penilaian kinerja,fokus pada

pelanggan dan budaya mutu terhadap mutu sekolah

Lokasi penelitian adalah Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat yang

telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi jawa Barat

berdasarkan Nomor 978/211 41-Disdik 16 juli 2007 yaitu sebanyak 45 sekolah,

sekolah ini dipilih dengan pertimbangan sekolah tersebut merupakan sekolah

(34)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

1. Populasi Penelitian

Dalam melakukan penelitian diperlukan data yang sesuai dengan tujuan

pembahasan masalah yang diteliti. Sumber data yang terkumpul dapat

dipergunakan untuk menjawab masalah penelitian atau menguji hipotesis dan

mengambil kesimpulan. Sumber data ini disebut dengan populasi dan dapat

diperoleh dengan menentukan obyek penelitian, baik berupa manusia, peristiwa

maupun gejala-gejala yang terjadi.

Penentuan populasi dalam suatu penelitian merupakan tahapan penting,

karena dapat memberikan informasi atau data yang berguna bagi penelitian.

Arikunto (2002:108) memberikan pengertian tentang populasi, yaitu keseluruhan

subyek penelitian. Sudjana dan Ibrahim (2001:84) menyatakan bahwa populasi

berkaitan dengan elemen yaitu unit tempat diperolehnya informasi, dimana

elemen tersebut bisa individu, tempat kelompok sosial, sekolah, organisasi.

Sugiyono (2006:90) mendefinisikan populasi sebagai berikut :

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, populasi bukan hanya orang, akan tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek, tetapi meliputi seluruh

karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu”.

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa populasi dalam penelitian

meliputi segala sesuatu yang akan dijadikan subyek atau obyek penelitian yang

dikehendaki oleh peneliti. Pada penelitian ini, populasinya adalah sekolah

jenjang SMA Negeri dan Swasta dengan status SSN di Jawa Barat. Menurut data

(35)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

swasta yang berstatus SSN di Jawa Barat berdasarkan SK Kepala Dinas

Pendidikan Jawa Barat tahun 2007 adalah 45 sekolah. adalah seperti diuraikan

pada tabel 3.9 sebagai berikut :

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No. Nama Sekolah Kabupaten/Kota

(36)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

No. Nama Sekolah Kabupaten/Kota

34 SMAN 7 Bogor Kota Bogor 35 SMAN 5 Bogor Kota Bogor 36 SMAN 6 Bogor Kota Bogor 37 SMA YPHB Kota Bogor

38 SMAN 1 Cibeber Kabupaten Cianjur 39 SMAN 1 Cisaat Kabupaten Sukabumi 40 SMA PGRI Cibadak Kabupaten Sukabumi 41 SMAN 1 Sukabumi Kota Sukabumi

42 SMAN 1 Purwakarta Kabupaten Purwakarta 43 SMAN 3 Subang Kabupaten Subang 44 SMA Mardiyuana Kota Depok 45 SMAn 3 Depok Kota Depok

Sumber : (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, 2011)

2. Sampel Penelitian

Penelitian ini tidak mengkaji seluruh unit populasi yang diteliti, karena

besarnya populasi, dan juga karena keterbatasan waktu, tenaga serta biaya yang

tersedia. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian sampel.

Penarikan sampel dari suatu populasi memiliki aturan atau teknik tersendiri.

Dengan menggunakan teknik yang tepat, peneliti dapat menarik data yang

realibel. Arikunto (2002:117), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan

sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan Sugiyono

(2008) menjelaskan bahwa :

…….Sampel adalah sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

(37)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel adalah bagian

dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu yang akan diteliti. Karena itu

ketentuan-ketentuan penarikan sampel dalam setiap kegiatan penelitian menjadi

penting. Pengambilan sampel dari populasi memerlukan suatu teknik tersendiri

representatif atau mewakili populasi dan kesimpulan yang dibuat menjadi tepat

atau valid dan dapat dipercaya.

Dalam penelitian ini, proses pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan metode Random Sampling . Teknik random sampling yaitu teknik

sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, Teknik random sampling ini

digunakan dengan anggapan bahwa populasi SMA Negeri dan Swasta yang

berstatus SSN di wilayah Jawa Barat adalah homogen dan merujuk pendapat

Sugiono (2010:110) sekolah yang menjadi sampel ditentukan dengan

mengambil 30 Sekolah dari populasi sekolah kategori SSN yang ditetapkan

berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provisi Jawa Barat

tahun 2007 adalah 45 sekolah SMA Negeri dan SMA Swasta di Jawa Barat

pengambilan tiga puluh sekolah di ambil berdasarkan keterwakilan dari lima

wilayah daerah sekolah berada sperti di wilayah barat, wilayah timur,wilayah

utara,wilayah selatan dan wilayah bandung dan sekitarnya,kelima wilayah

(38)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

Tabel 3.2

Sampel Sekolah dari Populasi

No. Nama Sekolah Sampel Jumlah Guru

Sekolah Sampel 12 SMAN PASUNDAN BANJARAN 45

13 SMAN 1 CIAMIS 70

21 SMAN1 CIKARANG UTARA BEKASI 79

22 SMAN 1 CIBINONG 60

Ukuran sampel responden guru dihitung dengan menggunakan formulasi

(39)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Keterangan :

n = jumlah sampel yang diperlukan N = jumlah populasi

d = presisi yang ditetapkan = 5%

Dengan menggunakan rumus di atas, maka sampel yang diperlukan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Penghitungan jumlah sampel untuk masing-masing sekolah dihitung secara

proporsional dengan menggunakan rumus :

Dengan keterangan :

s = jumlah sampel setiap unit secara proporsi S = jumlah seluruh sampel yang didapatkan N = jumlah seluruh populasi

(40)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

Berdasarkan formulasi di atas, diperoleh jumlah sampel masing-masing

sekolah seperti tampak pada tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3

21 SMAN1 CIKARANG KAB

BEKASI 79

79 x 334

(41)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

No. Nama Sekolah Jumlah

Dalam penelitian ini seharusnya melibatkan pelanggan internal maupun

eksternal seperti pengawas, guru, orang tua siswa dan stakeholder lain namun

pada penelitian ini hanya melibatkan guru sebagai pelanggan internal dengan

kriteria sebagai berikut ;

Tabel 3.4 Kriteria Responden

No Unsur Guru Alasan

1 Guru yang menjabat wakasek Terlibat dalam

perencanaan,pengendalian dan pelaksaan,pengawasan proses penjaminan mutu sekolah 2 Guru yang menjadi tim pengembang

kurikulum

Terlibat dalan

perencanaan,pelaksanaan dan pengendalian proses penjaminan mutu sekolah ( Penerapan delapan SNP)

(42)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas IPA.IPS.Bahasa,Matematika,Agama, Olahraga,Keterampilan,IT,BP

proses penjaminan mutu sekolah (Pelaksanaan delapan SNP )

4. Karakteritik Responden Penelitian

Dalam penelitian ini responden adalah guru pada Sekolah Menengah Atas

Negeri dan Swasta Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat yang telah

ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi jawa Barat berdasarkan

Nomor 978/211 41-Disdik 16 juli 2007 .Jumlah guru yang menjadi reponden

sebanyak 334 orang diambil secara proporsional dari 30 sekolah sampel. Guru

yang dijadikan responden memiliki keragaman dari jenis kelamin.usia, masa

kerja, tingkat pendidikan serta jabatan dengan perincian sebagai berikut :

a. Berdasarkan tabel 3.5 menunjukan tidak terjadi perbedaan yang mencolok

jumlah responden laki-laki dan responden perempuan sehingga gambaran

proses penjaminan mutu sekolah di Sekolah SSN mendapat gambaran dari

responden secara merata.

Tabel 3.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Kelamin F %

Laki-laki 168 50.40%

Wanita 166 49.59%

Jumlah 334 100%

Sumber: Angket Penelitian

b. Berdasarkan tebel 3.6 dibawah Usia guru yang menjadi responden mayoritas

responden berusia diantara 46-50 tahun maka dapat diasumsikan tingkat

kematangan dalam mengemukakan pandapat atas kondisi sekolah diharapkan

(43)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

Tabel 3.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia F %

25-30 18 5,66%

31-35 15 4.45%

36-40 26 7.79%

41-45 65 19.43%

46-50 120 35.62%

51-55 72 21.45%

56-60 18 5.66%

Jumlah 334 100%

Sumber: Angket Penelitian

c. Berasarkan tabel 3.7 dibawah pengalaman kerja yang mayoritas diantara 21-

25 tahun maka responden telah mengetahui perkembangan dan situasi

(44)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

Tabel 3.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Masa kerja

Masa Kerja F %

0-5 tahun 36 11.5%

6-10tahun 46 13.88%

11-15tahun 50 15.05%

16-20tahun 58 17.46%

21-25tahun 105 32.14%

26-30tahun 33 9.92%

31-35tahun 6 1.98%

Jumlah 334 100%

Sumber: Angket Penelitian

d. Berdasarkan tabel 3.8 Tingkat pendidikan mayoritas dengan pendidikan

sarjan Dari data tersebut menggambarkan responden tersebar dari berbagai

strata pendidikan, dengan hal tersebut diasumsikan pemahaman terhadap

sekolah cukup memadai.

Tabel .3.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan F %

Sarmud 4 1.12%

D3 4 1.12

S1 260 78 %

S2 62 18.42%

S3 4 1.12 %

Jumlah 334 100%

(45)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

e. Berdasarkan tabel 3.9 jabatan dalam tugas terdiri dari wakasek, Tim

Pengembang Kurikulum serta Guru mata pelajaran dengan perincian sebagai

berikut : guru Mata pelajaran 61.66 % , Tim pengembang Kurikulum 17,39 %

serta Wakil Kepala sekolah 20.94 % .berdasarkan jabatan tersebut

pamahaman terhadap sistem penjaminan mutu sekolah terdiri dari

prerencanaan, pelaksanaan,pengendalian serta pengawasan proses

penjaminan mutu . Sehingga proses penjaminan mutu disekolah

menggambarkan keseluruhan unsur yag terlibat dalam peningkatan mutu

sekolah seperti yang digambarkan

Tabel 3.9

Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan

Jabatan F %

Guru 206 61.66%

TPK 58 17.39%

Wakasek 70 20.94%

Jumlah 334 100%

Sumber: Angket Penelitian

5. Deskripsi Hasil Akreditasi Sekolah Sampel

Proses penjaminan mutu sekolah secara eksternal digambarkan dari hasil

akreditasi sekolah, khususnya dalam penerapan Delapan Standar Nasional

Pendidikan (SNP). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data hasil akreditasi

dari sekolah yang menjadi sampel penelitan adalah seperti tergambar pada tabel

(46)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

Tabel 3.10

Tabel Hasil akreditasi Sekolah Sampel

No Nama Sekolah

(47)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

Dari data hasil akreditasi sekolah yang menjadi objek penelitian,

menunjukkan hasil akreditasi semuanya tergolong kategori amat baik namun ada

beberapa sekolah yang nilainya termasuk kategori cukup antara lain SMAN 5

Bogor untuk unsur sarana prasarana mendapat nilai 62 hal ini terjadi mengingat

pada saat akreditasi dilakukan penataan lingkungan dan pemenuhan sarana

prasarana belum tuntas dilaksanakan, SMAN 2 Kota bekasi unsur standar

proses mendapat nilai 75 karena disekolah tersebut masih ditemukan guru guru

yang tidak membuat RPP, silabus dan perangkat pembelajaran lainya serta

SMAN 1 Cileunyi standar sarana prasarana mendapat nilai 75 hal ini akibat dari

belum dioptimalkannya penataan serta pengadaan sarana prasana sekolah

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain Penelitian Eksplanatori

dengan maksud menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau

bahkan menolak teori atau hipotesis. Desain penelitian eksplanatori digunakan

dengan tujuan untuk memperoleh keterangan, informasi dan data mengenai

hal-hal yang belum diketahui, penelitian ini disebut juga penelitian penjelajahan

(eksploration). istilah tersebut merujuk pada pendapat William M.K. Trochim

(2006) Research design can be thought of as the structure of research -- it is the

"glue" that holds all of the elements in a research project together. Disamping

itu pula merujuk pendapat Lincoln dan Guba (1985:226) yang menyatakan

penelitian eksplanasi merupakan rancangan penelitian sebagai usaha

(48)

Tatang Sunendar, 2013

Manajemen Penjaminan Mutu Sekolah Menengah Atas

menunjukkan secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan

unsur masing-masing. Begitu pula menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar

(1999:102) penelitian eksplanasi adalah rencana dan struktur penyelidikan yang

digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan

penelitian.

Penelitian eksplanatori lebil lanjut digunakkan untuk menjelaskan

hubungan antara dua atau lebih gejala atau variabel. Maka dari itu perlu

diidentifikasi berbagai variabel di luar masalah untuk mengkonfirmasi sebab

terjadinya suatu masalah Oleh karena itu, penelitian penjelasan ini juga disebut

sebagai penelitian konfirmatori (Confirmatory research) dan makin dikenal

sebagai penelitian korelasional (Correlational research).Beberapa definisi

penelitian korelasional dikemukakan sebagai berikut:

Correlational research involves collecting data in order to determine whether, and to what degree, a relationship exists between two or more quantifiable variable

…..Research that uses classification type independent variables is known generally as correlational research

Melalui penelitian eksplanatori ini dapat diketahui bagaimana korelasi

antara dua atau lebih variabel..

Atas hal tersebut peneliti, dalam penelitian ini menggunakan desain

eksplanasi karena pada penelitian ini tidak hanya menggambarkan dan

menjelaskan fakta empirik yang terjadi dilapangan, tetapi juga melakukan

analisis pengaruh baik secara parsial maupun secara keseluruhan antara variabel

Gambar

Tabel 3.1  Populasi Penelitian
Tabel 3.2 Sampel Sekolah dari Populasi
Tabel 3.3 Distribusi Sampel Penelitian
Tabel 3.4  Kriteria Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil observasi dan pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan model pembelajaran discovery learning berbantuan program Cabri 3D pada materi jarak dalam

Salah satunya cara yang dapat dilakukan untuk menentukan pola penularan dan penyebaran VAI subtipe H5N1 pada kawasan CAPD adalah melalui analisa cross-infection

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) terdapat pengaruh positif yang sangat signifikan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru yang ditunjukkan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui rasio likuiditas berpengaruh terhadap rasio aktivitas pada Perusahaan

Tatengkeng merupakan pengarang puisi “Kucari Jawab” memiliki sosok yang religius dan pekerja keras yang tergambar dalam puisi tersebut, (2) struktur puisi tersebut semuanya

Abstrak: Penelitian tindakan kelas ini dilatarbelakangi oleh perlunya dilakukan penerapan metode pembelajaran yang menyenangkan dan lebih bermakna dalam menyampaikan suatu konsep

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk menganalisis pengaruh Strategi Resource-Based dan Orientasi Kewirausahaan terhadap Keunggulan Bersaing pada UMKM di

Soemitra, Bank… , h.. transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan letter of credit , dan sebagainya. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS,