• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUSUTAMAAN GENDER : GENDER ANALYSIS PATHWAY PADA PROGRAM MAKING PREGNANCY SAFER DI KABUPATEN MESUJI TAHUN 2013 (Studi pada Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil dari Keluarga Kurang Mampu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUSUTAMAAN GENDER : GENDER ANALYSIS PATHWAY PADA PROGRAM MAKING PREGNANCY SAFER DI KABUPATEN MESUJI TAHUN 2013 (Studi pada Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil dari Keluarga Kurang Mampu)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

GENDER MAINSTREAM ANALYSIS : GENDER ANALYSIS PATHWAY IN MAKING PRAGNANCY SAFER PROGRAM

IN MESUJI DISTRICT IN 2013

(Study on Health Counseling Activities for Pregnant Mother from Poor Families)

By I M B R O N

Maternal Mortality Rate (MMR) is very useful in the efforts of developing health reproduction improvement program especially in pregnancy services and making pregnancy free from high risks. In 2013, the maternal mortality rate in Mesuji district was 0.74 from 1,000 births or 74 from 100,000 births. To reduce MMR, the government in Mesuji district conducted health education for pregnant mothers from poor families and this was a part of efforts in Making Pregnancy Safer program.

The objective of this research was to analyze a program with Gender Analysis Pathway as the analysis instrument. This was a descriptive qualitative research and data were collected with interviews.

The results showed that Making pregnancy Safer program is conducted with a gender bias, because the program drafting did not consider data and gender issues. There are gaps of factors of access, participation, control, and program benefit, especially for women. The internal factors showed low funding commitment and understanding of program administrators to the strategy of Making Pregnancy Safer. The external factor showed public perception where health reproduction was merely women’s problems, and this caused low participations of husbands or men in this program. The researcher recommends reformulation of policy including improvement of health service access, quality and quantity of health workers, public awareness to reproduction health program and funding commitment.

(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUSUTAMAAN GENDER : GENDER ANALYSIS PATHWAY PADA PROGRAM

MAKING PRAGNANCY SAFER DI KABUPATEN MESUJI TAHUN 2013 (Studi pada Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil

dari Keluarga Kurang Mampu)

Oleh I M B R O N

Angka Kematian Ibu (AKI)/Maternal Mortality Ratio (MMR)sangat bermanfaat dalam upaya mengembangkan program peningkatan kesehatan reproduksi terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas dari resiko tinggi. Pada Tahun 2013, rasio AKI di Kabupaten Mesuji tercatat 0,74 per 1.000 kelahiran atau 74 per 100.000 kelahiran. Untuk menekan AKI Pemerintah Kabupaten Mesuji menjalankan Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil dari Keluarga Kurang Mampu yang merupakan bagian dari Program Making Pragnancy Safer.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis suatu program dengan menggunakan Gender Analysis Pathway sebagai perangkat analisis. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan wawancara sebagai teknik pengumpulan data.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa program Making Pragnancy Safer yang dijalankan masih bias gender, akibat penyusunan program belum meperhatikan data pembuka wawasan serta isu-isu gender. Dari faktor akses, partisipasi, kontrol dan manfaat program masih terdapat kesenjangan khususnya bagi perempuan. Dari faktor internal disebabkan rendahnya komitmen pendanaan dan pemahaman pengelola program terhadap strategi Making Pragnancy Safer. Sedangkan faktor ekstrenal disebabkan persepsi masyarakat bahwa kesehatan reproduksi adalah masalah perempuan semata yang berdampak pada rendahnya partsisipasi suami/laki-laki dalam program. Berdasarkan hasil analisis maka diperlukan reformulasi kebijakan yang mencakup peningkatan: akses layanan kesehatan; kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan; kesadaran masyarakat terhadap program reproduksi serta komitmen pendanaan.

(3)

ANALISIS PENGARUSUTAMAAN GENDER :

GENDER ANALYSIS PATHWAY

PADA PROGRAM

MAKING PREGNANCY SAFER

DI KABUPATEN MESUJI TAHUN 2013

(Studi pada Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil dari

Keluarga Kurang Mampu)

Oleh : I M B R O N

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG

(4)

ANALISIS PENGARUSUTAMAAN GENDER :

GENDER ANALYSIS PATHWAY

PADA PROGRAM

MAKING PREGNANCY SAFER

DI KABUPATEN MESUJI TAHUN 2013

(Studi pada Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil dari

Keluarga Kurang Mampu)

(Tesis)

Oleh : I M B R O N

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG

(5)

i

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

2. TINJAUAN PUSTAKA... 10

A. Pengarusutamaan Gender (PUG) ... 10

1. Kebijakan Pengaarusutamaan Gender ... 10

2. Faktor Kesenjangan Gender... 11

B. Analisis Gender ... 13

1. Gender Analysis Pathway (GAP)... 14

2. Teknik Analisis Gender Dengan Metode GAP... 15

C. ProgramMaking Pragnancy Safer (MPS)... 18

D. Kerangka Pikir ... 21

3. METODE PENELITIAN... 22

A. Tipe Penelitian ... 22

B. Fokus Penelitian ... 23

C. Lokasi Penelitian... 24

D. Tipe dan Sumber Data... 25

E. Informan Penelitian... 25

F. Teknik Pengumpulan Data... 26

1. Observasi... 27

2. Wawancara... 27

3. Dokumentasi ... 27

(6)

ii

4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITINA... 29

A. Aspek Geografi ... 29

B. Aspek Demografi ... 32

C. Aspek Pemerintahan... 35

5. PEMBAHASAN... 39

A. Isu Pengarusutamaan Gender Dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Mesuji) ...41

1. Isu Kesehatan Ibu dan Anak Dalam RPJMD Kabupaten Mesuji Tahun 2012 - 2017 ... 41

2. StrategiMaking Pragnancy Safer (MPS)dalam Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji ... 44

B. Gender Analysis Pathway (GAP)ProgramMaking Pragnancy Safer Pada Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji Tahun 2013 ... 48

C. Analisis KebijakanMaking Pragnancy Safer (MPS)Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil dari Keluarga Kurang Mampu...51

1. Penyajian Data Pembuka Wawasan ... 53

2. Isu Gender ... 59

3. Reformulasi Kebijakan... 68

6. SIMPULAN DAN SARAN... 72

A. Simpulan ... 72

B. Saran... 73

(7)

v

v DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 21 2. Peta Wilayah Administratif Kabupaten Mesuji ... 32 3. Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Mesuji

(8)

iii

iii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Kematian Ibu Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Tahun 2013 ... 3

2. Indikator Keberhasilan Strategi Penurunan AKI ... 4

3. Cakupan dan Luas Wilayah Kabupaten Mesuji ... 30

4. Jumlah dan Perkembangan Penduduk Kabupaten Mesuji ... 33

5. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kabupaten Mesuji ... 34

6. Kepadatan Penduduk di Wilayah kabupaten Mesuji tahun 2011... 35

7. Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan Misi Kedua... 43

8. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji 2012-2017 ... 47

9. RKA Dinas Kesehatan Kabupaten Mesusi TA 2013 Program Making Pragnancy Safer... 51

10. Deskripsi Hasil Analisis Kebijakan ... 52

11. Cakupan Pelayanan Kesehatan/Ante Natal Care (ANC) di Kabupaten Mesuji Tahun 2013 ... 57

12. Rasio Puskemas dan Puskesmas Pembantu di Kabupaten Mesuji Tahun 2013 ... 60

13. Fasilitas Layanan Kesehatan Berdasrkan Kriteria di Kabupaten Mesuji Tahun 2013 ... 60

14. Rasio Tenaga Kesehatan di Kabupaten Mesuji Tahun 2013 ... 63

15. Analisis Faktor Penyebab Kesenjangan Gender(Gender Gap)...64

(9)

iv

iv 17. Analisis Penyebab Faktor Kesenjangan Eksternal ... 67 18. Gender Analysis Pathwaypada KebijakanMaking Pragnancy

(10)
(11)
(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Desember 1978 di Pasar Madang Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus (d.h Lampung Selatan), anak kelima dari tujuh bersaudara dari orang tua Bapak Lukmansyah (Alm) dan Ibu Rohana (Almh)

Pendidikan Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di Kota Agung. Tahun 1997, penulis lulus Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Tanjung Karang. Pendidikan Strata Satu Sarjana Ilmu Pemerintahan penulis selesaikan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung Tahun 2003.

(13)

SANWACANA

Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Penulis menyusun tesis dengan judul “Analisis Pengarusutamaan Gender :Gender

Analysis Pathaway pada ProgramMaking Pragnancy Safer di Kabupaten Mesuji Tahun 2013 (Studi pada Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil dari Keluarga Kurang Mampu)”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Agus Hadiawan, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;

(14)

3. Bapak Dr. Hartoyo, M.Si., selaku Pembimbing Utama atas kesediaan waktu, saran dan bimbingan selama penulisan hingga penyelesaian tesis ini;

4. Ibu Dr. Feni Rosalia, M.Si., selaku Pembimbing Kedua atas bimbingan, masukan dan saran serta kesediaan waktu hingga tesis ini diselesaikan;

5. Bapak Drs. Yana Ekana PS, M.Si., selaku Koordinator Sekretariat Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan atas kesabaran dalam mengingatkan dan mendorong penulis untuk menyelesaikan tesis ini;

6. My Lovely Nerry Nalangsari atas pengertian, doa dan kesabarannya hingga akhir penulisan tesi ini.You Will Be in My Heart.

7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi pengelola program studi Magister Ilmu Pemerintahan;

8. Rekan-rekan Mahasiswa Magister Ilmu Pemerintahan Angkatan 2012/2013, semoga kebersamaan dan persaudaraan yang terjalin dapat terus berlangsung.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna. Namun demikian penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, Agustus 2015

Penulis

(15)
(16)

1

BAB. I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara Nasional, Angka Kematian Ibu (AKI)/Maternal Mortality Ratio(MMR)di Indonesia masih tinggi. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 mencatat AKI 359 per seratus ribu kelahiran hidup. Angka ini jauh diatas SDKI Tahun 2007 yang hanya sebesar 228 per seratus ribu kelahiran dan SDKI 2002/2003 yang tercatat sebesar 307 per seratus ribu kelahiran. Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya dan bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dan lain-lain (Budi Utomo: 1985).

(17)

2

yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.

Usaha untuk menurunkan AKI telah dicanangkan Pemerintah Indonesia sejak tahun 1987 dengan mengadopsi program World Health Organization (WHO) yakni Safe Motherhood Initiative. Program ini menitikberatkan pada hak remaja untuk memperoleh layanan reproduksi termasuk layanan konseling yang benar. Dalam catatan World Health Organization (WHO), kurun waktu tahun 1980 –

2000, Indonesia menjadi negara tersukses secara international dalam menata kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Pada Tahun 2000, Departemen Kesehatan menerapkan strategi Making Pragnancy Safer (MPS). MPS sendiri merupakan bagian dari program Safe Motherhood. Secara umum MPS dan Safe Motherhood memiliki tujuan yang sama yakni: 1) melindungi hak reproduksi dengan cara mengurangi beban kesakitan, kecatatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan; 2) upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (Departemen Kesehatan RI, 2001).

(18)

3

kesehatan dan non kesehatan, sedangkan sistem pencatatan pasif hanya mencatat kasus kematian yang terjadi di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas (termasuk Puskesmas Pembantu)

Tabel 1. Jumlah kematian Ibu Menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2013

No Kecamatan Jumlah

2 Simpang Pematang 1 487

-3 Panca Jaya 1 393 2

4 Tanjung Raya 1 711 1

5 Mesuji 1 374

-6 Mesuji Timur 2 629

-7 Rawajitu Utara 1 547

-Jumlah 9 3.981 3

(Dinas Kesehatan Kab. Mesuji, 2014)

Berdasarkan tabel diatas maka, Rasio AKI tahun 2013 di Kabupaten Mesuji adalah sebesar 0,75 per 1.000 kelahiran atau 75 per 100.000 kelahiran hidup. Data AKI di Kabupaten Mesuji tersebut merupakan data yang dihitung berdasarkan sistem pencatatan pasif yang sangat mungkin belum mewakili keseluruhan dari populasi kematian yang terjadi.

(19)

4

dicapai. Indikator-indikator tersebut terdiri dari sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 2. Indikator Keberhasilan Strategi Penurunkan AKI

No Strategi Indikator

1 Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan

1. Rasio Pustu terhadap jumlah penduduk

2. Rasio Puskesmas terhadap jumlah penduduk

3. Rasio RS terhadap jumlah penduduk 2 Peningkatan status kesehatan

masyarakat

1. Rasio dokter per satuan penduduk; 2. Presentase cakupan pelayanan

kesehatan dasar masyarakat miskin; 3. Presentase cakupan pelayanan

kesehatan rujukan masayarakat miskin

(Sumber: RPJMD Kab. Mesuji, 2013)

Dalam RPJM Kabupaten Mesuji tahun 2012-2017, kedua strategi diatas masuk dalam leading sector Dinas Kesehatan. Selanjutnya Dinas Kesehatan berkewajiban merealisasikan capaian dari masing-masing indikator dan mencantumkannya dalam Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan. Dalam Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji setidaknya teridentifikasi sebelas kegiatan yang dapat mendukung penurunan AKI melalui program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak.

(20)

5

2013, pada output kegiatan ditetapkan bahwa sasaran kegiatan penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil adalah perempuan atau ibu hamil tanpa melibatkan laki-laki atau suami. Penetapan output kegiatan ini setidaknya belum memperhatikan dua aspek yakni partisipasi dan kebutuhan laki-laki dan perempuan dalam suatu program/kegiatan. Jika mendasari pada Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000, mengamanatkan semua level penyelenggaran negara untuk mengintegrasikan Pengarusutamaan Gender pada setiap tahapan proses pembangunan. Pengarusutamaan gender merupakan strategi pembangunan yang dilakukan dengan cara mengintegrasikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan kepentingan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan kegiatan di bidang pembangunan.

Selain konsep pengarusutamaan gender, dalam penyusunan program/kegiatan juga terkait erat dengan anggaran responsif gender. Anggaran Responsif Gender merupakan upaya mencapai keadilan gender dengan mempertimbangkan peran dan hubungan gender laki-laki dan perempuan dalam memperoleh akses, manfaat dari program pembangunan, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan kontrol terhadap sumber daya yang ada. United Nation Development Fund For Women (UNIFEM) menetapkan beberapa karateristik dari anggaran responsif gender, antara lain: bukan merupakan anggaran yang terpisah bagi laki-laki dan perempuan; fokus pada kesetaraan gender dan pengarusutamaan gender dalam semua aspek penganggaran.

(21)

6

Anggaran Responsif Gender bekerja dengan cara menelaah dampak dari belanja suatu kegiatan terhadap perempuan dan laki-laki, dan kemudian menganalisa apakah alokasi anggaran tersebut telah menjawab kebutuhan perempuan serta kebutuhan lelaki secara memadai. Dalam penganggaran, Anggaran Responsif Gender melekat pada struktur program dan kegiatan yang ada dalam RKA-SKPD. Suatu Kegiatan akan menghasilkan output kegiatan, yang mendukung dalam pencapaian outcome program. Hanya saja muatan/substansi kegiatan dalam struktur RKA-SKPD tersebut dilihat dari sudut pandang/perspektif gender. (Kementerian Keuangan RI, 2011)

Kondisi diatas merupakan bagian dari isu gender bidang kesehatan. Kesenjangan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat atas pelayanan kesehatan secara langsung menyebabkan ketidaksetaraan terhadap status kesehatan perempuan dan laki-laki. Isu kesehatan tidak boleh hanya dilihat pada masalahservice delivery(penyediaan layanan) saja, tetapi juga perlu melihat pada hubungan sosial budaya yang menyebabkan perbedaan status dan peran perempuan dan laki-laki dan relasi antara keduanya di masyarakat.

(22)

7

tujuan program/kegiatan namun dapat menimbulkan kesenjangan gender (gender gap).

Analisis gender adalah suatu metode atau alat untuk mendeteksi kesenjangan atau disparitas gender melalui penyediaan data gender yaitu data yang terpilah antara laki-laki dan perempuan dalam aspek akses, peran, kontrol dan manfaat. Analisis gender dapat disimpulkan sebagai suatu proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Analisis gender merupakan alat dan teknik yang bermanfat untuk mengetahui apakah terdapat permasalahan gender dengan cara mengetahui disparitas gender nya. Melalui analisis gender dapat teridentifikasi kesenjangan gender secara tepat sehingga dapat ditemukan faktor-faktor penyebabnya serta langkah-langkah pemecahan masalahnya. Analisis gender sangat penting khususnya bagi para pengambil keputusan dan perencanaan serta para peneliti akademisi, karena dengan analisis gender diharapkan masalah gender dapat diatasi atau dipersempit sehingga program yang berwawasan gender dapat diwujudkan.

(23)

8

Gender Analaysis Pathway (GAP) khususnya yang terkait dengan akses, manfaat, partisipasi dan kontrol guna mewujudkan program/kegiatan yang responsip gender.

Gender Analysis Pathways (GAP) merupakan satu-satunya metodologi analisa yang menggunakan isu gender di dalam mengukur suatu kebijakan. Menurut Syamsiah Achmad, Gender Analysis Pathway (GAP) merupakan usaha yang sistematis untuk mencatat tingkat partisipasi laki-laki dan perempuan dalam suatu kegiatan (1992:152). Model GAP atau Alur Kerja Analisis Gender adalah alat analisis gender yang dikembangkan oleh BAPPENAS yang dapat digunakan untuk membantu para perencana dalam melakukan pengarusutamaan gender dalam perencanaan kebijakan, program, proyek dan atau kegiatan pembangunan

B. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hasil analisis Gender Analaysis Pathway (GAP) pada program Making Pragnancy Safer (MPS)Tahun 2013 di Kabupaten Mesuji?

C. Tujuan Penelitian

(24)

9

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat, yakni :

1. Dalam tataran teoritis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan teori perencanaan dengan menggunakan alur analisis gender melalui penelitian lebih lanjut pada masa yang akan datang

(25)

10

BAB. II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengarusutamaan Gender (PUG) 1. Kebijakan Pengarusutamaan Gender

Terkait dengan Pengarusutamaan Gender (PUG), terdapat beberapa isitilah yang dapat kita temukan, antara lain dalam :

a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional.

“Komponen kunci keberhasilan pengarusutamaan gender ditentukan oleh ada

tidaknya komitmen politik dan kerangka kebijakan pemerintah dalam mendukung pembangunan berperspektif gender, sumber daya manusia yang memiliki gender analysis skill dan sumber dana yang memadai, data dan statistik gender, alat dan sistem monitoring dan evalusi, media KIE, serta

peran serta masyarakat”

b. Permendagri No. 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan PUG dalam Pembangunan di Daerah.

“Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan

masyarakat di daerah, masih terdapat ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender, sehingga diperlukan strategi pengintegrasian gender melalui perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pengangguran, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatanpembangunan daerah”

(26)

11

1. Membentuk mekanisme untuk formulasi kebijakan dan program yang responsif gender.

2. Memberikan perhatian khusus kepada kelompok-kelompok yang mengalami marginalitas, sebagai akibat dari bias gender.

3. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran semua pihak baik pemerintah maupun non pemerintah untuk melakukan tindakan yang sensitif gender dibidang masing-masing.”

Dalam Sasongko (2009), Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah suatu strategi untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender melalui kebijakan dan program yang memperhatikan kepentingan laki-laki dan perempuan secara seimbang mulai dari tahap penegakan hak-hak laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan kesempatan, pengakuan dan perhargaan yang sama di masyarakat.

MenurutUnited Nation Economic and Social Council (1997) dalam Dewi (2006), Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah :

“mengarusutamakan persepektif gender adalah proses memeriksa pengaruh terhadap perempuan dan laki-laki setelah dilaksanakannya sebuah rencana, termasuk legislasi dan program-program dalam berbagai bidang dalam semua tingkat. PUG merupakan sebuah strategi untuk membuat masalah dana pengalaman perempuan dan laki-laki menjadi bagian yang menyatu dengan rencana, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian kebijakan dan program dalam semua aspek politik, ekonomi, dan sosial agar perempuan dan laki-laki mendapatkan manfaat dan ketidaksetaraan (inequality) tidak berlanjut. Tujuan

akhirnya adalah kesetaraan gender.”

Dalam pandangan Nugroho (2008), proses untuk mengintegrasikan pertimbangan gender dalam pembangunan merupakan hal mendasar dalam pengarusutamaan gender yang berarti

2. Faktor Kesenjangan Gender

(27)

12

dapat berpotensi menimbulkan faktor kesenjangan antara perempuan dan laki-laki baik sebagai objek maupun subyek pembangunan. Dalam konteks kebijakan kesehatan terdapat empat faktor yang dimaksud (UNFPA, 2010), yaitu :

a. Akses

Ditujukan untuk mengetahui kesenjangan kebutuhan kesehatan perempuan dan laki-laki dalam hal kemudahan mendapatkan upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif). Akses terhadap upaya kesehatan dapat dilihat dari empat dimensi, yaitu (i) ketersediaan sarana dan atau upaya kesehatan, (ii) keterjangkauan dari sisi geografis dan transportasi (jarak dan waktu), (iii) affordability atau keterjangkauan secara ekonomi, (iv) keterjangkauan secara psikis dan sosiokultural. Akses juga dapat dilihat dari sisi keterjangkauan terhadap sumberdaya, baik sumberdaya yang bersifat tangibles (kentara atau nyata) maupunintangibles(tidak kentara atau tidak nyata).

b. Partisipasi

Ditujukan untuk mengetahui keterwakilan dan keterlibatan aktif perempuan dan laki-laki dalam upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) baik dari sisi beneficieries (penerima manfaat) maupun provider (penyedia layanan kesehatan).

c. Kontrol

(28)

13

tingkat rumah tangga, komunitas, pemerintahan yang berhubungan dengan upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif).

d. Manfaat

Ditujukan untuk mengetahui apakah laki-laki dan perempuan diuntungkan dalam upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) baik dari sisi beneficieries(penerima manfaat) maupun provider(penyedia layanan kesehatan). Manfaat pelayanan kesehatan dari perspektif gender dapat dilihat dari sisi Practical Gender Needs (kebutuhan praktis gender) maupun Strategic Gender Need (kebutuhan stretegis gender).

B. Analisis Gender

Analisis Gender adalah proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasikan dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum analisis gender bertujuan untuk menyusun kebijakan program dan kegiatan pembangunan dengan memperhitungkan situasi, kondisi dan kebutuhan gender. Analisis Gender digunakan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kebijakan program dan kegiatan dalam berbagai aspek pembangunan.

(29)

14

terhadap kehidupan mereka, status kesehatan dan kesejahteraannya. Analisis Gender bidang kesehatan menekankan pentingnya ketidaksetaraan gender terhadap rendahnya status kesehatan perempuan, hambatan yang dihadapi perempuan dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan bagaimana caranya mengatasi permasalahan tersebut. Analisis gender juga berupaya mengungkap faktor risiko kesehatan dan permasalahan yang dihadapi laki-laki sehubungan dengan peran gender mereka (WHO, 1999). Ada berbagai macam instrument analisis gender, seperti Problem Based Approach, Moser Gender Analysis, Gender Analysis Pathway (GAP), dan lain-lain. Gender Analysis Pathway merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk mereview kebijakan program dan kegiatan bidang kesehatan.

I. Gender Analysis Pathway (GAP)

Gender Analysis Pathway (GAP) atau yang sering disebut juga sebagai alur kerja analisis gender, merupakan model/alat analisis gender yang dikembangkan oleh Bappenas bekerjasama dengan Canadian International Development Agency (CIDA) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk membantu para perencana melakukan pengarusutamaan gender.

(30)

15

utuh dari kebijakan atau program dan kegiatan sehingga responsif gender. Keunggulan lainnya adalah Gender Analysis Pathway (GAP) mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam penggunaannya. Analisis ini dapat digunakan pada level kebijakan, baik kebijakan strategis, kebijakan manajerial, maupun kebijakan operasional. Alat analisis ini dapat juga digunakan pada level program dan atau kegiatan, bahkan sampai pada leveloutputdansub output.

II. Teknik Analisis Gender Dengan MetodeGender Analysis Pathway (GAP)

Metode Analisis Gender Analysis Pathway (GAP) menggunakan 9 langkah sebagai berikut :

1. Memilih kebijakan program/kegiatan yang ada atau yang sedang disusun/didesain untuk dianalisis; yakni proses mengidentifikasi dan menuliskan tujuan dari kebijakan/program/kegiatan yang baru. Gender Analysis Pathway (GAP)dapat digunakan pada level dibawah kegiatan.

2. Menyiapkan Data pembuka wawasan; yakni penyajian data yang terpilah menurut jenis kelamin secara kuantitatif dan kualitatif. Data dan informasi dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif atau gabungan keduanya. Data dan informasi yang ditulis mempunyai relevansi dengan akses, partisipasi, manfaat dan kontrol.

3. Mengenali isu gender dan faktor kesenjangan. Faktor kesenjangan dapat dirinci sebagai berikut :

(31)

16

dan waktu); (iii) Affordability atau akses secara ekonomi; (iv) Akses secara psikis dan sosiokultural.

b) Partisipasi, ditujukan untuk mengetahui kesenjangan partisipasi perempuan dan laki-laki, mulai pada tahap desain kebijakan dan program, implementasi, monitoring dan evaluasi.

c) Manfaat, ditujukan untuk mengetahui kesenjangan manfaat upaya kesehatan yang diterima oleh perempuan dan laki-laki sesuai dengan kebutuhan kesehatannya. Manfaat pelayanan keesehatan dari perspektif gender dapat dilihat dari sisi practical gender need maupun strategic gender need.

d) Kontrol, ditujukan untuk mengetahui kesenjangan perempuan dan laki-laki dalam menentukan keputusan dan pemilihan alternatif sejumlah keputusan terhadap pengalokasian sumberdaya kesehatan dan sumber daya ditingkat rumah tangga, komunitas, pemerintahan dan pasar yang mempunyai relevansi dengan bidang kesehatan.

4. Mengidentifikasi penyebab kesenjangan internal. Sumber penyebab kesenjangan gender secara internal dapat berbentuk : produk hukum, kebijakan, desain program dan kegiatan sesuai siklus perencanaan dan siklus manajemen program, pemahaman pengelola program tentang konsep gender yang masih kurang baik pada pengambil keputusan maupun pelaksana kebijakan. Political will dari pengambil keputusan, dukungan penelitian dan pengembangan kesehatan, dll.

(32)

17

dapat terjadi pada level rumah tangga, komunitas, pemerintahan dan pasar, bahkan isu internasional. Ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender dapat disebabkan oleh budaya patriarki, peran dan relasi gender, diskriminasi gender (stereotipe, subordinasi, marginalisasi, beban ganda serta kekerasan terhadap perempuan) yang terjadi di rumah tangga, komunitas, pemerintahan dan pasar.

6. Menetapkan kembali tujuan kebijakan/program/kegiatan pelayanan kesehatan sehinggaresponsive gender. Reformulasi tujuan : yakni merumuskan kembali tujuan kebijakan/program/kegiatan sehingga menjadi responsive gender. Tujuan kebijakan yang baru menjamin kesetaraan dan keadilan perempuan dan laki-laki dalam bidang kesehatan. Reformulasi tujuan dapat pula menambahkan tujuan baru (intermediate objectives) yang fokus pada tercapainya kesetaraan dan keadilan gender. Pada saat menyusun tujuan sebaiknya mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya yang ada seperti ketersediaan anggaran, SDM, sara dan oprasarana pendukung, dukungan kebijakan dan waktu yang tersedia.

7. Menyusun kembali rincian kegiatan yang responsive gender: Rencana aksi merupakan detil kegiatan atau intervensi bidang kesehatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan sebagaimana. Tujuan dari rencana aksi adalah mendukung tercapainya target kinerja program dan kegiatan sekaligus menghilangkan kesenjangan gender dalam bidang kesehatan.

(33)

18

tujuan yang responsive gender.Baselinedigunakan sebagai titik awal capaian kinerja.Baselineindikator dapat saja berasal dari data pembuka wawasan. 9. Pengukuran hasil. Indikator gender. Tetapkan indikator gender untuk menilai

apakah isu kesenjangan gender bidang kesehatan telah berkurang atau menghilang. Indikator gender difokuskan pada alat ukur terhadap keberhasilan rencana aksi. Indikator dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Indikator dapat berada pada level input, proses, output maupun outcome, tetapi menggambarkan kesetaraan dan keadilan gender dalam bidang kesehatan. Jika berada pada level outcome maka evaluasi atau pengukurannya dilakukan jangka menengah, tetapi jika berada pada level input, proses dan output, pengukuran dilakukan setiap tahun, sebagaimana evaluasi indikator kinerja program. Sebaiknya indikator yang ditetapkan adalah indikator yang mempunyai relevansi dengan isu akses, partisipasi, manfaat dan control atau isupractical gender needdanstrategic gender need.

C. ProgramMaking Pragnancy Safer(MPS)

(34)

19

penyediaan pelayanan yang memadai dan berkelanjutan dengan penekanan pada ketersediaan penolong persalinan terlatih. Aktivitas masyarakat ditekankan pada upaya untuk menjamin bahwa wanita dan bayi baru lahir memperoleh akses terhadap pelayanan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Lebih lanjut dinyatakan bahwa Strategi Making Pregnancy Safer(MPS) memiliki tiga pesan kunci, yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih; setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan yang memadai; dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

Empat strategi utama dalam Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu; 1) meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas; 2) membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program, lintas sektor dan mitra lainnya; 3) mendorong pemberdayaan perempuan dan juga keluarga melalui peningkatan pengetahuan; dan 4) mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Terdapat beberapa prinsip dasar dalam pelaksanaan program Making Pregnancy Safer(MPS), yaitu:

a) Program ditujukan untuk semua sasaran yang meliputi golongan miskin, daerah terpencil dan kelompok masyarakat di penampungan;

(35)

20

c) Program Making Pregnancy Safer (MPS) dilaksanakan dalam konteks sistem pelayanan kesehatan yang sudah ada/sudah berjalan;

d) Program Making Pregnancy Safer (MPS) mencakup pelayanan kesehatan dasar maupun pelayanan kesehatan rujukan;

e) Program Making Pregnancy Safer (MPS) mengharuskan adanya kemitraan dan sinergisitas dengan pihak terkait dalam hal penyediaan dan pemanfaatan pelayanan;

(36)

21

D. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Akses

Partisipasi

Manfaat

Kontrol

Program Yang di Analisis Making Pragnancy

Safer

Gender Issue Analysis

Formulasi kebijakan dengan

memperhatikan gender

(37)

22

BAB. III

METODE PENELITIAN

Selama penelitian berlangsung menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hal ini dilakukan untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti sehingga dapat memudahkan dalam mendapatkan data yang objektif dalam rangka mengetahui dan memahami Program Making Pragnancy Safer (MPS) yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji. Nazir (2003:63) menyatakan :

“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok

manusia, objek dan kondisi, suatu sistem pemikiran maupun peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki”.

Sedangkan untuk teknik pengumpulan data digunakan wawancara sebagai teknik untuk mendapatkan data. Dengan teknik wawancara maka hubungan peneliti dan narasumber/informan bersifat independen.

A. Tipe Penelitian

(38)

23

memberi gambaran dengan jelas terkait dengan masalah yang diteliti, serta dapat menginterpretasikan dan menjelaskan data secara sistematis. Whitney dalam Nazir (2003:63) menjelaskan bahwa metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk mencari fakta dengan interpretasi yang tepat. Sedangkan Irawan (2006:13) mengemukakan tujuan dari penelitian deskriptif adalah

“menjelaskan satu objek secara real dan terfokus pada objek kajian yang

terbatas”.

Penelitian ini dilakukan agar dapat terdeskripsikan dengan jelas masalah tang diteliti yakni tentang analisis Gender Analysis Pathway (GAP) program Making Pragnancy Safer yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji.

B. Fokus Penelitian

Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala itu bersifatholisticsehingga peneliti tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti. Karena luasnya masalah, maka peneliti akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variable. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif di sebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. Pembatasan dilakukan dengan mendasari pada tingkat kepentingan, urgensi dan feasibilitas masalah yang akan di pecahkan, selain juga faktor keterbatasan tenaga, dana dan waktu.

(39)

24

itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif di peroleh setelah peneliti melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang di sebut dengan penjelajahan umun. Dari penjelajahan umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang situasi sosial. Untuk dapat memehami secara lebih luas dan mendalam, Maka di perlukan pemilihan fokus penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah program Making Pragnancy Safer (MPS) Tahun 2013 yang dijalankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji jika dianalisis dengan menggunakan pendekatan Gender Analysis Pathway (GAP) yang mencakup aspek akses, partispasi, manfaat dan kontrol. Teknik analisis GAP hanya dilakukan pada tahap pertama, yaitu analisis kebijakan yang terdiri dari penetapan tujuan kebijakan saat ini; penyajian data pembuka wawasan; identifikasi faktor gender gapdan penetapan isu-isu gender. Sedangkan pada tahap kedua, yaitu reformulasi kebijakan meliputi: penetapan kebijakan gender dan penetapan indikator gender.

C. Lokasi Penelitian

(40)

25

Kabupaten Mesuji dengan unit lokasi Bidang Pelayanan Kesehatan dengan Sub Lokasi Seksi Kesejateraan Keluarga.

D. Tipe dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Lofland dan Lofland sebagaimana yang dikutip oleh Lexi J. Moleong (2007:157), bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Amirin

(2000:132) menyatakan bahwa “menurut derajat sumbernya, data terdiri dari data

primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari literatur dan dokumen serta data yang diambil dari suatu organisasi atau perusahaan dengan permasalahan di lapangan yang terdapat pada lokasi penelitian berupa bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan penelitian.

E. Informan Penelitian

(41)

26

dan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji. Informan-informan awal ditetapkan pada orang-orang yang memahami objek yang diteliti. Sedangkan rincian key informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terkait dan terlibat langsung dalam program Making Pragnancy Safer pada Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji, meliputi:

1. Kepala Dinas 2. Sekretaris Dinas

3. Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan 4. Kepala Seksi Kesehatan Keluarga

5. Kasubag Perencanaan 6. Pelaksana Program

Jika diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan penelitian, wawancara juga akan dilakukan terhadap Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kabupaten Mesuji dan Bupati Mesuji.

F. Teknik Pengumpulan Data

(42)

27

1. Observasi.

Observasi yakni metode yang menitikberatkan pada pengamatan langsung di lokasi penelitian guna melihat dan mengetahui secara pasti mengenai pelaksanaan programMaking Pragnancy Saferpada Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji.

2. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan tanya jawab secara lisan dan langsung. Wawancara dimaksudkan untuk menggali informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Dalam pandangan Lincoln dan Guba sebagaimana dalam Moleong (2007:186), tujuan kegiatan wawancara antara lain: mengkonstruksi orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.

3. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mencatat bahan-bahan bacaan, makalah, jurnal, dokumen, laporan-laporan, catatan statistik serta bahan-bahan yang berkaitan dengan maksud dan tujuan penelitian. Telaah dokumen yaitu mengkaji dokumen-dokumen seperti buku referensi yang dimaksudkan untuk melengkapi materi-materi yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

G. Teknik Analisis Data

(43)

28

peneliti mengacu kepada beberapa tahapan. Miles dan Huberman dalam Djam’an

(2009:221), analisis data terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :

1. Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap key informan yang compatible terhadap penelitian kemudian observasi langsung ke lapangan untuk menunjang penelitian yang dilakukan agar mendapatkan sumber data yang diharapkan.

2. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan selama meneliti, tujuan diadakan transkrip data (transformasi data) untuk memilih informasi mana yang dianggap sesuai dan tidak sesuai dengan masalah yang menjadi pusat penelitian di lapangan.

3. Penyajian data (data display) yaitu kegiatan sekumpulan informasi dalam bentuk naratif dan tabel yang bertujuan mempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian disajikan dalam tabel ataupun uraian penjelasan.

(44)

29

BAB. IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Aspek Geografi

Secara geografis wilayah Kabupaten Mesuji terletak pada 3.45’ – 4.40’ arah

Utara-Selatan dan 106.15’ – 107.00’ arah Timur-Barat. Kabupaten Mesuji mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

a) Sebelah Utara: berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan.

b) Sebelah Timur: berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan.

c) Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kecamatan Rawa Jitu Selatan dan Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang, serta Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

d) Sebelah Barat: berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan.

(45)

30

Tabel 3. Cakupan dan Luas Wilayah Kabupaten Mesuji

No Kecamatan Desa/Kelurahan*) Jumlah

RT*) Luas (Ha)*

)

%

1 Mesuji 9 136 29.940,70 17,42

1. Tirta Laga 19 1.124,20 0,65

2. Wiralaga I 14 3.817,50 2,22

3. Wiralaga II - 10.491,00 6,10

4. Tanjung Serayan 19 1.486,00 0,86

5. Nipah Kuning 8 2.100,00 1,22

6. Sungai Badak 13 5.000,00 2,91

7. Sidomulyo 30 2.500,00 1,45

8. Sumber Makmur 18 2.186,00 1,27

9. Mulyasari 15 1.236,00 0,72

2 Tanjung Raya 13 273 31.068,00 18,08

1. Muara Tenang 25 1.910,25 1,11

2. Brabasan 32 1.853,00 1,08

3. Gedung Ram 26 1.801,50 1,05

4. Mekarsari 19 1.990,00 1,16

5. Sinar Laga 14 1.701,75 0,99

6. Wira Jaya 16 1.256,00 0,73

7. Bangun Jaya 24 1.427,50 0,83

8. Bujung Buring 29 4.040,50 2,35

9. Harapan Mukti 27 1.875,00 1,09

10. Tri Karya Mulia 25 1.838,00 1,07

11. Tanjung Sari 20 2.108,50 1,23

12. Kagungan Dalam 6 5.061,00 2,95

13. Sri Tanjung 10 4.205,00 2,45

3 Rawajitu Utara 11 186 20.533,25 11,95

1. Sidang Gunung Tiga 17 3.386,00 1,97

2. Sidang Bandar Anom 21 950,00 0,55

3. Sidang Kurnia Agung 13 1.000,00 0,58

4. Sidang Iso Mukti 20 1.203,00 0,70

5. Sidang Sido Rahayu 14 1.036,25 0,60

6. Sidang Way Puji 13 1.730,00 1,01

7. Panggung Jaya 18 1.050,00 0,61

8. Telogo Rejo 18 892,00 0,52

9. Panggung Rejo 6 1.000,00 0,58

10. Sungai Buaya 25 1.286,00 0,75

11. Sungai Sidang 21 7.000,00 4,07

4 Mesuji Timur 13 239 43.880,00 25,53

1. Pangkal Mas Mulya 14 780,00 0,45

2. Pangkal Mas Jaya 14 1.010,00 0,59

3.Tanjung Mas Makmur 23 1.125,00 0,65

4. Muara Mas 16 1.048,00 0,61

5. Tanjung Mas Mulya 15 1.117,00 0,65

6. Tanjung Mas Jaya 10 700,00 0,41

7. Wonosari 17 1.400,00 0,81

(46)

31

No Kecamatan Desa/Kelurahan*) Jumlah

RT*) Luas (Ha)*

)

%

9. Eka Mulya 21 1.300,00 0,76

10. Marga Jadi 26 2.600,00 1,51

11. Tanjung Menang 21 1.850,00 1,08

12. Talang Batu/Gunung 33 25.000,00 14,55

13. Sungai Cambai 8 4.800,00 2,79

5 Sp. Pematang 9 202 13.763,23 8,01

1. Budi Aji 26 1.637,50 0,95

2. Simpang Pematang 28 1.775,00 1,03

3. Harapan Jaya 19 904,00 0,53

4. Margo Rahayu 24 2.752,13 1,60

5. Wira Bangun 29 1.791,50 1,04

6. Agung Batin 25 2.107,50 1,23

7. Bangun Mulyo 20 1.015,50 0,59

8. Jaya Sakti 20 1.001,10 0,58

9. Rejo Binangun 11 779,00 0,45

6 Way Serdang 13 332 21.052,75 12,25

1. Bumi Harapan 19 1.019,00 0,59

2. Buko Poso 35 1.730,00 1,01

3. Hadi Mulyo 34 2.261,00 1,32

4. Gedung Boga/Raja 22 307,75 0,18

5. Suka Agung 24 1.950,00 1,13

6. Rejo Mulyo 22 3.000,00 1,75

7. Labuhan Baru 29 1.686,00 0,98

8. Panca Warna 40 1.963,00 1,14

9. Kebun Dalam 27 1.730,00 1,01

10. Kejadian 21 1.584,00 0,92

11. Labuhan Batin 22 1.839,00 1,07

12. Labuhan Makmur 9 750,00 0,44

13. Gedung Sri Mulyo 28 1.233,00 0,72

7 Panca Jaya 7 141 11.610,40 6,76

1. Mukti Karya 22 1.325,70 0,77

2. Adi Luhur 31 1.314,00 0,76

3. Fajar Baru 30 4.073,20 2,37

4. Adi Mulya 18 1.793,00 1,04

5. Fajar Asri 10 945,00 0,55

6. Fajar Indah 18 1.405,50 0,82

7. Adi Karya Mulya 12 754,00 0,44

Kabupaten Mesuji 75 1.512 171.848,33 100,00

(47)

32

Gambar 2. Peta Wilayah Administratif Kabupaten Mesuji

B. Aspek Demografi

(48)

33

Tabel 4. Jumlah dan Perkembangan Penduduk Kabupaten Mesuji

No Kec Jumlah penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan (%) 2008 2009 2010 2011 2009 2010 2011 1 Mesuji 19.697 20.039 20.036 30.421 1,74 -0,01 51,83 2 Rawajitu Utara 23.726 24.137 24.213 30.365 1,73 0,31 25,41 3 Way Serdang 37.955 38.612 40.928 50.839 1,73 6,00 24,22

4 Simpang

Pematang 23.376 23.781 23.175 30.477 1,73 -2,55 31,51 5 Tanjung Raya 33.412 33.990 33.949 52.946 1,73 -0,12 55,96 6 Panca Jaya 14.576 14.576 15.355 17.732 0,00 5,34 15,48 7 Mesuji Timur 26.568 27.028 29.751 42.422 1,73 10,07 42,59 Kab. Mesuji 179.310 182.163 187.407 255.202 1,48 2,72 35,28

Sumber: - Hasil Sensus Penduduk, 2010, Dinas Kependudukan dan Capil, 2013

Jumlah penduduk Kabupaten Mesuji berdasarkan jenis kelamin per kecamatan

adalah sebagaimana gambar di bawah ini.

Gambar 3. Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Mesuji Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Mesuji adalah 187.407 jiwa, terdiri dari 98.399 laki-laki dan 89.008 perempuan.

Way

Laki-laki 26.786 15.948 9.361 27.980 15.952 22.507 16.022

(49)

-34

Kondisi terakhir data jumlah penduduk Kabupaten Mesuji per kecamatan versi 2011 seperti ditampilkan tabel 5 berikut:

Tabel 5. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kabupaten Mesuji

No Kecamatan Desa Jumlah

Penduduk Jumlah KK

1 Mesuji 10 30.421 8.920

2 Tanjung Raya 13 30.365 14.373

3 Rawajitu Utara 11 50.839 8.820

4 Mesuji Timur 13 30.477 11.948

5 Simpang Pematang 9 52.946 8.485

6 Way Serdang 13 17.732 13.428

7 Panca Jaya 7 42.422 4.959

Kabupaten Mesuji 75 255.202 70.933

Sumber: - Dinas Kependudukan dan Capil 2013

Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Mesuji rata-rata kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Mesuji yaitu 109 jiwa/km2. Distribusi kepadatan penduduk tidak merata tiap-tiap kecamatan, yaitu kisaran kepadatan 43 – 260 jiwa/km2.lebih jelas mengenai tingkat kepadatan penduduk wilayah Kabupaten Mesuji sebagaimana terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kepadatan Penduduk di Wilayah Kabupaten Mesuji Tahun 2011.

No Kec Desa Luas km2 Penduduk (Jiwa)

Kepadatan (jiwa/km2) 1 Mesuji 10 216,82 30.421 140,31 2 Tanjung Raya 13 526,42 30.365 100,58 3 Rawajitu Utara 11 205,76 50.839 147,57 4 Mesuji Timur 13 970,23 30.477 43,72 5 Simpang Pematang 9 133,95 52.946 227,53 6 Way Serdang 13 195,33 17.732 260,27 7 Panca Jaya 7 91,64 42.422 193,50 Kabupaten Mesuji 75 2.340,15 255.202 109,00

(50)

35

C. Aspek Pemerintahan

1) Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji

Kabupaten Mesuji merupakan daerah otonomi baru Pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan Undang-undang No 49 tahun 2008. Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Mesuji dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Mesuji Nomor 37 Tahun 2012 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Mesuji, dengan struktur :

Gambar 4. Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji

BUPATI

- Bidang Pemerintahan Hukum & Politik - Bidang Ekonomi Keuangan & Pembangunan - Bidang Kemasyarakatan & SDM

KELOMPOK JABATAN

- Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

- Dinas Pendidikan

- Dinas Kesehatan

- Dinas Sosial Tenaga Kerja & Transmigrasi

- Dinas Pekerjaan Umum

- Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika

- Dinas Pertambangan dan Energi

- Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Olahraga

LEMBAGA TEKNIS DAERAH

- Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

- Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kampung

- Badan Kesatuan Bangsa Politik

- Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah

- Badan Pelaksanan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

- Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

- Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup

- Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran

- Inspektorat

- Satuan Polisi Pamong Praja

(51)

36

2) Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

Pembentukan Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji dilandasi pada upaya untuk melaksanakan urusan pemerintahan Kabupaten di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Secara struktural Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Mesuji. Adapun Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri atas :

 Kepala Dinas

 Sekretariat

 Bidang Bina Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat

 Bidang Bina Pelayanan Kesehatan

 Bidang Bina Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

 Bidang Bina Farmasi dan Alat Kesehatan

 Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), dan

 Kelompok Jabatan Fungsional.

(52)

37

pembinaan gizi masyarakat, maka dibentuklah Bidang Bina Pelayanan Kesehatan. Adapun bidang ini, membawahi :

a. Seksi Pelayanan Kesehatan dasar dan Rujukan b. Seksi Kesehatan Keluarga

c. Seksi Gizi

Dalam penelitian ini, lokasi penelitian dilakukan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Sub Seksi Kesehatan Keluarga. Adapun Seksi ini mempunyai tugas membimbing, mengendalikan dan membina Usaha Kesehatan Ibu, Anak, Usia Lanjut dan Usia Produksi di sarana pelayanan kesehatan.

Rincian tugas Seksi Kesehatan Keluarga adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan dan menyiapkan bahan kebijakan program kesehatan Ibu, Anak dan Kesehatan Reproduksi;

b. Melaksanakan dan menyiapkan bahan penggerakkan pelayanan/sarana kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi;

c. Melaksanakan dan menyiapkan bahan monitoring dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan program kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi;

(53)

38

e. Melaksanakan dan menyiapkan bahan peningkatan kemampuan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam rangka peningkatan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi;

(54)

72

BAB. VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dalam penyusunan Program Kesehatan Ibu dan Anak harus didukung oleh ketersediaan data data pembuka wawasan yang terpilah menurut jenis kelamin. Hal ini penting dilakukan untuk memastikan program yang disusun sensitif gender. Dalam pelaksanaannya, Program Making Pragnancy Safer masih menemui hambatan yakni rendahnya partisipasi dan kesadaran akan pentingnya kesehatan ibu hamil, hal ini dapat dilihat dari masih belum optimalnya pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh ibu hamil baik selama kehamilan maupun pada saat melahirkan.

(55)

73

Pada sisi lain hingga saat ini belum ada satupun payung hukum yang lebih mengikat seperti Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati yang dapat mendorong SKPD untuk meningkatkan sensitifitas gender dalam penyusunan program dan kegiatannya.

B. Saran

Berdasarkan analisis terhadap program Kesehatan Ibu dan Anak dengan menggunakan metodeGender Analysis Pathwaymaka penulis menyarakan : 1. Penguatan data pembuka wawasan berdasarkan jenis kelamin untuk

memudahkan penyusunan program/kegiatan dengan pendekatan Gender Analysis Pathwaypada masa mendatang.

2. Perlunya meningkatkan kerjasama/koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait.

3. Perlunya meningkatkan pengetahuan, informasi dan pendidikan bagi petugas kesehatan dan masyarakat.

4. Perlunya payung hukum berupa Peraturan Daerah atau Perarturan Bupati yang mengatur tentang kewajiban menyusun program/kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak berbasisGender Analysis Pathway

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Assegaf Ibrahim, 1995,Dictionary of Accounting,Mario Grafika, Jakarta.

Bastian, Indra, 2001,Akuntansi Sektor Publik di Indonesia,BPFE, Yogyakarta.

Bungin, Burhan, 2008,Penelitian Kualitatif,Prenada Putra Grafika, Jakarta.

Bungin, M. Burhan. 2008.Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Conyers, Diana, 1984, Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga Suatu Pengantar, Cetakan ke-1 tahun 1991, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Dewi, R. Shinta. 2006. Gender Masinstreaming : Feminisme, gender dan Transformasi Institusi. Jurnal perempuan.

Fahrunnisa, Agus Meilinda. 2014. Penyebab Unmet Need KB dari Sudut Pandang Budaya Minangkabau di Nagari Lambah Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam.Poltek Kesehatan, Sumatera Barat.

Fakih, Mansour. 2007. Analisis Gender Dan Transformasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hadiz, Liza, Sri Wiyant, 2005, Pembakuan Peran Gender Dalam Kebijakan-Kebijakan di Indonesia,LBH APIK, Jakarta.

Herdiansyah, Haris,Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Salemba Humanika, Jakarta.

Innes, Judith E, Booher, David E, 2000, Public Participation in Planning New Strategies for the 21st Century, University of California at Berkeley.

(57)

Irianto, Agus, 2010, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif pendekatan, Prenada Media, Jakarta

Islamy, M Irfan, 2003, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara, Bumi Aksara, Jakarta.

Michael P. Todaro. 1983. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Miraza, Bachtiar Hassan., 2005. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Bandung-Koordinator Jawa Barat, Bandung

Moleong, Lexy J, 2007, Edisi Revisi: Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mundayat, Aris, dkk. 2006. Studi Dampak Advokasi Anggaran Berkeadilan Gender.Jakarta: Women Research Institute

Nugroho, Riant. 2008. Gender dan Strategi Pengarusutamaan di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nugroho, Rian. 2004. Kebijakan Publik : Formulasi, Impelemnetasi, dan Evaluasi. Jakarta. Elex Media Komputindo.

Nurcholis, Hanif, 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, PT Grasindo, Jakarta.

Nurhaeni, Ismi Dwi A. 2009. Kebijakan Publik Pro Gender. Surakarta: UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)

Purnamasari, Novia, 2011,Menelisik Partisipasi Perempuan Dalam Musrenbang, Kalyanamitra, Jakarta.

Rostanty, Maya, dkk. 2005. Membedah Ketimpangan Anggaran (Studi Kasus APBD Kota Tanggerang, Kota Semarang dan Kota Surakarta). Jakarta: Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO).

Sanafiah, Faisal, 2005. Format-format Penelitian Sosial, Raja Garfindo Persada, Jakarta.

Sasongko, Sri Sundari, 2009. Konsep dan Teori Gender. Modul (tidak diterbitkan). Jakarta: BKKBN.

Satori, Djam’an, Aan Komariah, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung.

(58)

Sirojuzilam dan Kasyiful Mahalli , 2010. Regional: Pembangunan, Perencanaan, dan Ekonomi.USU Press, Medan.

Sirojuzilam, 2005. Beberapa Aspek Pembangunan Regional. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, Bandung.

Soenarko, 2000, Public Policy: Pengertian Pokok untuk Memahami dan Analisa Kebijaksanaan Pemerintah, Airlangga University Press, Surabaya.

Solichin, Abdul Wahab., 2004, Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara,Bumi Aksara, Jakarta

Sucipto, Yeni, dkk.2008. Belajar Dari Tanah Mandar (Mengawali Gerakan Gender Budget di Polewali Mandar). Sulawesi Selatan: Yayasan Swadaya Mitra Bangsa.

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Sumarto, Hertifah, 2009, Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance: 20 PrakarsaInovatif dan Partisifatif di Indonesia,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Sutarjo, Untung Suseno dkk, 2010,Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan,Jakarta.

Syamsiah Achmad. 1992, “Penggunaan Analisa Jender dalam Pembangunan” dalam Kajian Wanita dalam Pembangunan, Jakarta, Penerbit Yayasan Obor Indonesia

Tjokroamidjojo, Bintoro, 1996, Perencanaan Pembangunan, cetakan ke-18 tahun 1985, Toko Gunung Agung, Jakarta

Tjokroamidjojo, Bintoro, 1988,Kebijaksanaan dan Administrasi Pembangunan, Pustaka LP3ES, Jakarta.

Wahyu, MS, 2005,Perubahan Sosial dan Pembangunan,Hecca Mitra Utama, Jakarta.

Peraturan

Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(59)

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N)

Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Jakarta.

Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional

Peraturan Bersama: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Keuangan tentang Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran Yang Responsif Gender Untuk Pemerintah Daerah, 2012, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Jakarta.

Peraturan Menetri dalam Negeri No. 54 Tahun 2010 tentang Tahapan dan tatacara penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Jakarta.

Surat Keputusan Bersama dari Bapppenas dan Depdagri Nomor 1181/M-PPN/02/2007 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Tahunan di Propinsi dan Kabupaten/Kota.

Publikasi

Bappenas, 2003., Pedoman Koordinasi Pembangunan Nasional, Jakarta. Tim Inti, 2003,Apa Itu Gender?,LBH APIK, Jakarta.

Tim Inti, 1996,Landasan Aksi dan Deklarasi: Konferensi Sedunia ke-4 Tentang Perempuan,LBH APIK, Jakarta.

Departemen Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan, UNFPA (2010), Panduan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Kesehatan,Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 2010.Rencana Strategis Nasional “Making

Gambar

Tabel 1. Jumlah kematian Ibu Menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2013
Tabel 2. Indikator Keberhasilan Strategi Penurunkan AKI
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 3. Cakupan dan Luas Wilayah Kabupaten Mesuji
+5

Referensi

Dokumen terkait