• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL KULIT CRITICAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JURNAL KULIT CRITICAL"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

JOURNAL READING

Efficacy and Safety of Terbinafine Hydrochloride 1% Cream Vs Eberconazole Nitrate 1% Cream in Localised Tinea Corporis and Tinea Cruris

Sanjiv V. Choudhary, Taru Aghi, Shazia Bisati

Dipresentasikan Oleh: Fathia Rahma (11711103)

Pembimbing: dr. Rahajeng Musy, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDONO

(2)

Efficacy and Safety of Terbinafine Hydrochloride 1% Cream Vs Eberconazole Nitrate 1% Cream in Localised Tinea Corporis and Tinea Cruris

Sanjiv V. Choudhary, Taru Aghi, Shazia Bisati

Dipresentasikan Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan Stase Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD dr. Soedono Madiun

Oleh:

Fathia Rahma (11711103)

Telah dipresentasikan tanggal: … September 2015

DM RSUD dr. Soedono Madiun Dokter Pembimbing

(3)

Judul Jurnal: Efficacy and Safety of Terbinafine Hydrochloride 1% Cream Vs Eberconazole Nitrate 1% Cream in Localised Tinea Corporis and Tinea Cruris.

Terjemahan: Keefektifan dan keamanan Krim Terbinafin Hidroklorida 1% Versus Krim Eberkonazol Nitrat 1 % pada Tinea Corporis dan Tinea Cruris Terlokalisasi.

Penulis: Sanjiv V. Choudhary, Taru Aghi, Shazia Bisati

Nama Jurnal: Indian Dermatology Online Journal.

(4)

Efficacy and Safety of Terbinafine Hydrochloride 1% Cream Vs Eberconazole Nitrate 1% Cream in Localised Tinea Corporis and Tinea Cruris

Keefektifan dan keamanan Krim Terbinafin Hidroklorida 1% Versus Krim Eberkonazol Nitrat 1 % pada Tinea Corporis dan Tinea Cruris Terlokalisasi

Sanjiv V. Choudhary, Taru Aghi, Shazia Bisati

ABSTRAK

Tujuan: Untuk meneliti dan membandingkan keefektifan dan keamanan dari krim terbinafin hidroklorida topikal dan krim eberkonazol nitrat 1% pada tinea korporis dan kruris terlokalisasi. Metode dan Material: Pasien dirandomisasi setelah mempertimbangkan berbagai kriteria inklusi dan eksklusi ke dalam dua kelompok. Kelompok A (diobati dengan krim terbinafin 1% selama 3 minggu) dan kelompok B (diobati dengan krim eberkonazol 1% selama 3 minggu). Jumlah sampel adalah 30 pasien dengan 15 pasien di setiap kelompok. Penilaian dari perbaikan klinis, pemeriksaan KOH dan kultur dilakukan setiap minggu sampai minggu ketiga untuk menilai penyembuhan secara menyeluruh. Hasil: Pada perbandingan di antara dua kelompok, dapat diamati bahwa krim eberkonazol nitrat 1% sama efektifnya dengan krim terbinafin hidroklorida 1% pada akhir minggu pertama (Non-signifikan (NS); P = 0.608, 1.00), minggu kedua (NS; P = 0.291, 0.55) dan minggu ketiga (P = 1.00, 1.00) dengan nilai klinis dan mikologikal tidak signifikan secara statistik. Pada kedua kelompok, secara klinis tidak terdapat efek samping lokal berarti yang ditemukan. Kesimpulan: Fungistatik terbaru krim eberkonazol nitrat 1% sama efektifnya dengan fungisidal krim terbinafin hidroklorida 1%. Kedua obat menunjukkan tolerabilitas yang baik dengan tidak adanya efek merugikan.

(5)

INTRODUKSI

Dermatofitosis merupakan infeksi jamur superfisial kulit yang disebabkan oleh spesies jamur keratinofilik trichophyton, epidermophyton dan microsporum. Tinea korporis dan tinea kruris merupakan dermatofitosis dari kulit dan lipat paha, secara terpisah. Preparat topikal dengan bioavaibilital lokal yang baik merupakan agen yang paling umum digunakan dan merupakan first line yang lebih dipilih dalam pengobatan dermatofitosis terlokalisasi. Keefektifan mereka yang ditingkatkan bertujuan untuk mempersingkat waktu pengobatan dengan efek samping yang lebih sedikit. Kemudahan dalam pemberian, peningkatan kepatuhan pasien dan rekurensi minimal juga ditambahkan dalam respon terapeutik.

Antifungal topikal terbaru seperti eberkonazol, sertakonazol, lulikonazol dan lain sebagainya yang juga merupakan kelompok azol dari agen antifungal. Eberkonazol merupakan fungistatik derivat imidazole topikal spektrum luas dengan cara kerja yang sama dengan antifungal azol lainnya, yaitu dengan menghambat lanosterol jamur 14-demetilase. Telah ditunjukkan bahwa ia mempunyai spektrum aktfitas antimikroba yang luas dan efektif untuk dermatofitosis, kandidiasis dan infeksi jamur lainnya seperti Malassezzia furfur.

Terbinafin hidroklorida merupakan satu dari kelompok obat alilamin fungisidal dengan aktifitas antifungal spektrum luas. Ia mengintervensi dengan biosintesis sterol jamur pada stadium awal. Ia juga menghambat skualen epoksidase, menyebabkan akumulasi skualen toksis intraselular dan kematian sel jamur.

(6)

MATERIAL DAN METODE

Percobaan randomized control trial dengan two arms ini membandingkan keefektifan klinis dan efek samping dari terbinafin hidroklorida 1% topikal dengan krim eberkonazol nitrat 1% pada pengobatan dari tinea korporis dan tinea kruris terlokalisasi (melibatkan < 20%). Percobaan dilaksanakan di departemen Dermatologi dari J.N. Medical College & AVBRH, Sawangi, selama periode Desember 2010 hingga November 2011. Pasien dirandomisasi ke dalam kelompok A (angka ganjil) dan kelompok B (angka genap): kelompok A (diobati dengan krim terbinafin) dan kelompok B (diobati dengan krim eberkonazol). Total 42 pasien terdaftar dalam penelitian ini, 22 dalam kelompok A dan 20 dalam kelompok B. Kemudian, 7 pasien dari kelompok A dan 5 pasien dari kelompok B hilang dari follow-up. Sehingga, jumlah sampel akhir adalah 30 pasien dengan masing-masing 15 pasien pada kelompok A dan kelompok B. Pasien pada kelompok A dan B diobati dengan terbinafin hidroklorida 1% dan krim eberkonazol nitrat 1% secara terpisah, dua kali sehari selama 3 minggu.

Kriteria inklusi termasuk di antaranya pasien dermatofitosis yang belum diobati pada semua kelompok umur, melibatkan kurang dari 20% area permukaan tubuh dan pasien yang diagnosisnya dikonfirmasi dengan pemeriksaan KOH. Kriteria ekslusi adalah pasien dermatofitosis yang telah diatasi permasalahannya, pasien yang sudah diobati dengan antifungal topikal dan sistemik, melibatkan lebih dari 20% area permukaan tubuh dan pasien dengan penyakit imunosupresif atau mengonsumsi obat imunosupresif.

(7)

dikelompokan menjadi grade I (perbaikan 25%), grade II (perbaikan 50%), grade III (perbaikan 75%) dan grade IV (perbaikan 100%). Pemeriksaan KOH dan kultur dilakukan mingguan sampai 3 minggu untuk menilai penyembuhan mikologikal. Kultur jamur dilakukan pada agar dekstrosa Sabouraud’s dengan kloramfenikol dan sikloheksimid.

Dilakukan penilaian mikologikal pada baseline, pada akhir minggu pertama dan juga dengan skala minimal tersedia pada akhir minggu kedua dan ketiga. Penyembuhan mikologika didefinisikan sebagai KOH dan kultur negatif. Penyembuhan total didefinisikan sebagai penyembuhan mikologikal dengan tidak adanya tanda dan gejala sama sekali. Analisis statistikal dilakukan menggunakan Student’s paired and unpaired t-tests dari data yang didapatkan.

HASIL

Pada kedua kelompok terbinafin dan eberkonazol, penyembuhan total yang signifikan secara statistik (P < 0.05) terlihat di antara baseline dan minggu kedua, begitu pula antara baseline dan minggu ketiga. Akan tetapi, secara individu pada kedua kelompok hasil non-signifikan secara statistik terlihat pada penyembuhan total ketika perbandingan dilakukan di antara minggu kedua dan ketiga (NS, P = 0.317, 0.317; P = 0.083, 0.157).

Dalam perbandingan di antara kedua kelompok ini, terlihat bahwa krim eberkonazol nitrat 1% [Gambar 2a – d] sama efektifnya dengan krim terbinafin hidroklorida 1% [Gambar 1a – d] pada akhir minggu pertama (NS. P = 0.608, 1.00), minggu kedua (NS. P = 0.291,0.55) dan minggu ketiga (P = 1.00, 1.00) dengan klinis non-signifikan secara klinis [Tabel 1 dan Gambar 3] dan nilai mikologikal [Tabel 2 dan Gambar 4].

(8)

penyembuhan total (klinis dan mikologikal) pada akhir minggu ketiga menunjukkan angka kesembuhan 100%.

Pada kedua kelompok A dan B, tidak terdapat efek samping yang bermakna secara klinis seperti eritem lokal, bengkak, rasa perih, atau peningkatan rasa gatal yang ditemukan. Respon klinis dengan kedua antifungal topikal sangat baik sehingga sulit ditemukan adanya sisik pada lesi di akhir minggu kedua dan ketiga. Namun, tetap dilakukan kultur walaupun dengan sisik yang minimal. Mayoritas pasien di kedua kelompok mempunyai hasil kultur yang menunjukkan pertumbuhan dari Trichophyton rubrum atau Epidermophyton floccosum. Pada baseline, kelompok A, 12 pasien menunjukkan pertumbuhan Trichophyton rubrum, 2 pasien menunjukkan pertumbuhan Epidermophyton floccosum dan 1 pasien menunjukkan pertumbuhan Trichophyton mentagrophytes. Pada kelompok B, 11 pasien menunjukkan pertumbuhan Trichophyton rubrum, 3 pasien menunjukkan pertumbuhan Epidermophyton floccosum dan 1 pasien menunjukkan pertumbuhan Trichophyton mentagrophytes. Respon terapeutik kurang lebih sama dengan infeksi oleh spesies berbeda.

DISKUSI

Pada salah satu penelitian untuk mengevaluasi keefektifan dan keamanan dari formulasi gel topikal terbinafin 1% pada pengobatan tinea korporis/kruris, gel terbinafin diberikan sekali sehari selama 1 minggu. Penyembuhan total terlihat pada 59% pasien, dibandingkan 13% pada pasien yang menerima plasebo (P < 0.001). Penulis kemudian menyimpulkan bahwa pemberian gel terbinafin 1% selama 1 minggu secara bermakna lebih efektif dalam pengobatan tinea korporis/kruris dibandingkan gel plasebo untuk penyembuhan total (klinis dan mikologikal).

(9)

klinis, penurunan nilai tanda dan gejala dan keefektifan secara keseluruhan. Pada penelitian ini, digunakan formulasi krim terbinafin 1%, diberikan 2 kali sehari, 80 dan 100% angka penyembuhan terlihat pada akhir minggu kedua dan ketiga dari periode pengobatan. Pada penelitian lain, 60 pasien yang secara mikologikal terbukti terkena tinea korporis dan tinea kruris diobati dengan krim eberkonazol 1% sekali sehari (kelompok A, 15 pasien), krim 1% dua kali sehari (kelompok B, 15 pasien), krim 2% sekali sehari (kelompok C, 15 pasien), dan krim 2% dua kali sehari (kelompok D, 15 pasien), selama 6 minggu. Eberkenazol efektif pada 93% pasien pada kelompok A, 100% pada pasien kelompok B dan D, serta 61% pada kelompok C di akhir minggu keenam.

Pada percobaan terandomisasi, multisentrik, double blind, dengan krim eberkonazol nitrat 1% vs krim mikonazol 2% yang diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu, ditemukan bahwa krim eberkenazol 1% merupakan pengobatan efektif untuk dermatofitosis dengan profil keamanan yang baik (keefektifan klinis 76.1% pada kelompok eberkonazol vs 75% pada kelompok mikonazol).

Pada percobaan perbandingan dari krim eberkonazol 1% vs krim klotrimazol 1% yang diberikan dua kali sehari pada infeksi dermatofit untuk mengobati 133 kasus selama 4 minggu, hasil yang efektif terlihat pada 61% pasien yang menggunakan eberkonazol vs 46% pasien yang menggunakan klotrimazol. Pada penelitian ini, krim eberkonazol digunakan dua kali sehari dan menunjukkan 93.33% dan 100% penyembuhan total pada akhir minggu kedua dan ketiga, secara terpisah.

Sejauh pengetahuan, tidak terdapat penelitian yang tersedia dalam membandingkan keefektifan klinis dari terbinafin topikal dank rim eberkonazol dalam mengobati tinea korporis dan tinea kruris. Jumlah sampel dalam penelitian ini sedikit, sehingga penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak perlu dilakukan untuk mendukung temuan ini.

(10)

ketiga, dengan angka kesembuhan 100% pada akhir minggu ketiga. Efek samping lokal seperti eritem, bengkak, rasa perih dan gatal, seperti yang disebutkan dalam beberapa penelitian, tidak ditemukan dalam penelitian ini.

KESIMPULAN

(11)

Worksheet Critical Appraisal

Jurnal Terapi

Efficacy and Safety of Terbinafine Hydrochloride 1% Cream Vs Eberconazole Nitrate 1% Cream in Localised Tinea Corporis and Tinea Cruris

P : Keefektifan dan keamanan Krim Eberkonazol Nitrat 1% untuk Tinea Korporis dan Kruris.

I : Pemberian terapi Krim Eberkonazol Nitrat 1%. C : Pemberian terapi Krim Terbinafin Hidroklorida 1%.

O : Pemberian terapi Krim Eberkonazol Nitrat 1% sama atau lebih efektif dan aman dibandingkan dengan pemberian terapi Krim Terbinafin Hidroklorida 1%.

Validitas

1a. Apakah alokasi pasien terhadap terapi/perlakukan dilakukan secara random ?

Ya [ √ ]

Tidak [ ]

Hal ini dijelaskan dalam abstrak dan metode penelitian.

 Pasien dirandomisasi setelah mempertimbangkan berbagai kriteria inklusi dan eksklusi ke dalam dua kelompok…. (abstrak, hlm. 4).

(12)

1b. Apakah randomisasi dilakukan tersembunyi ? Ya [ ] Tidak [ √ ]

Tidak dijelaskan mengenai apakah randomisasi dilakukan secara tersembunyi atau tidak. Hanya dijelaskan mengenai cara randomisasi pada jurnal ini. Hal ini dijelaskan dalam metode penelitian.

 Pasien dirandomisasi ke dalam kelompok A (angka ganjil) dan kelompok B (angka genap): kelompok A (diobati dengan krim terbinafin) dan kelompok B (diobati dengan krim eberkonazol)… (hlm. 6, paragraf 1).

1c. Apakah antara subyek penelitian dan peneliti ‘blind’ terhadap terapi/ perlakukan yang akan diberikan ?

Ya [ ]

Tidak [ √ ]

Tidak terdapat penjelasan sama sekali mengenai hal ini di dalam jurnal.

2a. Apakah semua subyek yang ikut serta dalam penelitian diperhitungkan dalam hasil/kesimpulan? (Apakah pengamatannya cukup lengkap?)

Ya [ ]

Tidak [ √ ]

Tidak semua subyek yang ikut dalam penelitian diperhitungkan dalam hasil. Terdapat beberapa peserta yang hilang saat follow up sehingga dikeluarkan dari penelitian dan tidak diikutsertakan dalam hasil/kesimpulan.

Hal ini tercantum dalam material dan metode.

(13)

kelompok A dan 5 pasien dari kelompok B hilang dari follow-up. Sehingga, jumlah sampel akhir adalah 30 pasien… (hlm. 6, paragraf 1).

2b. Apakah pengamatan yang dilakukan cukup panjang?

Ya [ √ ]

Tidak [ ]

Ya, pengamatan dilakukan selama 3 minggu. Hal ini dijelaskan dalam abstrak dan material & metode.

 Kelompok A (diobati dengan krim terbinafin 1% selama 3 minggu) dan kelompok B (diobati dengan krim eberkonazol 1% selama 3 minggu) (hlm. 4).

2c. Apakah subyek dianalisis pada kelompok dimana subyek tersebut dikelompokkan dalam randomisasi ?

Ya [ √ ]

Tidak [ ]

Hal ini diterangkan dalam hasil.

 Akan tetapi, secara individu pada kedua kelompok hasil non-signifikan secara statistik terlihat … (hlm. 7, paragraf 1).

3a. Selain perlakuan yang dieksperimenkan, apakah subyek diperlakukan sama?

Ya [ √ ]

Tidak [ ]

Hal ini dijelaskan pada material dan metode.

(14)

 Dilakukan penilaian mikologikal pada baseline, pada akhir minggu pertama dan juga dengan skala minimal tersedia pada akhir minggu kedua dan ketiga… (hlm. 7, paragraf 4). 3b. Apakah kelompok dalam

penelitian sama pada awal penelitian? Ya [ √ ]

Tidak [ ]

Ya, karena hal ini dijelaskan dalam material dan metode, di mana di sana diterangkan mengenai kriteria inklusi dan ekslusi dari pasien yang akan dilibatkan dalam penelitian.

(15)

1).

 Semua pasien mempunyai pola demografik yang sama berkaitan dengan usia, jenis kelamin dan durasi penyakit. (hlm. 6, paragraf 3).

Importance

1. Berapa besar efek terapi? 1. Pada akhir minggu kedua, angka penyembuhan total untuk eberkonazol adalah 93.33% bila dibandingkan dengan terbinafin yaitu 80% dengan tidak adanya signifikansi stastistik. Perbandingan di antara kedua kelompok untuk penyembuhan total (klinis dan mikologikal) pada akhir minggu ketiga menunjukkan angka kesembuhan 100%.

2. Pada kedua kelompok terbinafin dan eberkenazol, penyembuhan total yang signifikan secara statistik (P < 0.05) terlihat di antara baseline dan minggu kedua, begitu pula antara baseline dan minggu ketiga. Akan tetapi, secara individu pada kedua kelompok hasil non-signifikan secara statistik terlihat pada penyembuhan total ketika perbandingan dilakukan di antara minggu kedua dan ketiga (NS, P = 0.317, 0.317; P = 0.083, 0.157).

Dalam perbandingan di antara kedua kelompok ini, terlihat bahwa krim eberkonazol nitrat 1% [Gambar 2a – d] sama efektifnya dengan krim terbinafin hidroklorida 1% [Gambar 1a – d] pada 2. Seberapa tepat estimasi efek

(16)

akhir minggu pertama (NS. P = 0.608, 1.00), minggu kedua (NS. P = 0.291,0.55) dan minggu ketiga (P = 1.00, 1.00) dengan klinis non-signifikan secara klinis [Tabel 1 dan Gambar 3] dan nilai mikologikal [Tabel 2 dan Gambar 4]. Applicable

1. Apakah pasien yang kita miliki sangat berbeda dengan pasien dalam penelitian ?

Ya [ ]

Tidak [ √ ]

Pasien yang kita miliki memiliki kemiripan dengan pasien dalam penelitian dikarenakan tinea korporis umum terjadi dengan gejala yang tidak banyak berbeda.

2. Apakah hasil yang baik dari penelitian dapat diterapkan dengan kondisi yang kita miliki ?

Ya [ √ ]

Tidak [ ]

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa eberkonazol krim dapat secara efektif dan aman digunakan untuk pengobatan tinea korporis, akan tetapi ketersediaan eberkonazol sebagai golongan terbaru untuk mengobati dermatofitosis masih sangat sedikit di lapangan, sehingga penggunaan terbinafin masih lebih umum dilakukan.

3. Apakah semua outcome klinis yang penting dipertimbangkan (efek samping yang mungkin timbul)?

Ya [ √ ]

Tidak [ ]

Ya. Semua outcome klinis yang penting sudah dipertimbangkan. Hal ini tercantum dalam material dan metode, di mana disebutkan bahwa pasien difollow up setiap minggu untuk melihat keefektifan dan adanya efek merugikan seperti eritem lokal, pembengkakan dan rasa perih atau gatal yang bertambah, selama 3 minggu.

(17)

dan pilihan pasien ? [ √ ]

Tidak [ ]

dimana terapi eberkonazol ini dinilai efektif dan aman, serta tidak adanya efek merugikan selama penggunaan. Sayangnya, ketersediaan obat ini masih sangat minimal.

5. Apakah intervensi yang akan diberikan akan memenuhi harapan pasien? Pasien siap akan konsekuensinya?

Ya [ √ ]

Tidak [ ]

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

• Fungsi getche() dipakai untuk membaca sebuah karakter dengan sifat karakter yang dimasukkan tid perlu diakhiri dengan menekan tombol ENTER dan karakter

Tersusunnya Laporan kegiatan Survey Kepuasan Masyarakat ini diharapkan dapat menjadi data dan informasi yang berguna bagi Dinas Komunikasi dan Informatika

Pertama merencanakan dan menkoordinasi para petugas untuk melaksanakan kurikulum, program semester, program satuan belajar, kedua merencanakan dan menkoordinasi cara

Wabah Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak menular Cakupan Puskesmas Santun Lansia 18% Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia

Tujuan studi ini adalah untuk mengetahuidistribusi kegiatan dan produksiproduk pertanian, kehutanan, dan perikanan di Kabupaten Kutai Barat serta zona pengembangan

Dari Hasil penelitian dengan metode diatas, penulis memperoleh jawaban atas permasalahan yang ada bahwa Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Daerah Kota Palangka

Dari 50 aksesi plasma nutfah ubi jalar yang diuji ketahanannya terhadap hama lanas, terdapat satu aksesi yang tahan, yaitu varietas Yoban (2%), sembilan aksesi agak tahan (18%),

Perilaku ke- giatan ekonomi secara struktural dengan pola-pola tindakan dari setiap kegiatan produksi maupun kegiatan tidak ber- campur, bahwa pola-pola ini mempunyai