PADI SAWAH PADA LAHAN IRIGASI TEKNIS DAN LAHAN TADAH HUJAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
LIDYA SARI MAS INDAH
Penelitian ini bertujuan mengkaji : (1) tingkat efisiensi produksi usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan (2) tingkat pendapatan usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan (3) risiko usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan di lahan tadah hujan (4)
perilaku petani terhadap risiko pada usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan (5) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam menghadapi risiko pada usahatani padi sawah di lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan.
Penelitian ini dilakukan pada dua desa, yaitu Desa Bandan Hurip dan Desa Mekar Mulya Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan. Lokasi penelitian
ditentukan dengan sengaja. Responden terdiri dari petani padi sawah yang dipilih secara acak dengan responden sebanyak 33 petani padi lahan irigasi teknis dan 47 petani padi lahan tadah hujan dengan total petani sebanyak 80 petani. Tujuan pertama dianalisis dengan fungsi produksi frontier, tujuan kedua dianalisis dengan uji beda pendapatan usahatani, tujuan ketiga dianalisis uji beda koefisien variasi, tujuan keempat dianalisis dengan Teknik Bernaoulli dan Neuman Morgaenstern, dan tujuan kelima dianalisis dengan regresi binary logit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat perbedaan tingkat efisiensi teknis usahatani padi pada kedua macam irigasi. Tingkat efisiensi teknis pada MT 1 sebesar 76,33 persen untuk lahan irigasi teknis dan 67,09 persen pada lahan tadah hujan, MT 2 tingkat efisiensi pada lahan irigasi teknis sebesar 87, 81 persen dan pada lahan tadah hujan sebesar 69,26 persen. (2) pendapatan petani padi sawah pada lahan irigasi teknis lebih besar daripada pendapatan petani padi lahan tadah hujan. (3) risiko produksi, harga, dan pendapatan yang dihadapi petani padi sawah pada lahan irigasi teknis berbeda nyata dengan lahan sawah tadah hujan. (4) sebagian besar petani padi sawah berperilaku netral terhadap risiko. (5) Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku petani terhadap risiko usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan adalah jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dan jenis pengairan.
ABSTRACT
ANALYSIS OF PRODUCTIONS AND RISK OF RICE ON TECHNICAL IRRIGATED LAND AND RAINFED FIELD OF
SOUTH LAMPUNG REGENCY
By
LIDYA SARI MAS INDAH
The research aims to assess : (1) analyze the level of production’s efficiency rice farming in the technical irrigation land and in the rainfed. (2) the level of rice farming income in the technical irrigation land and in the rainfed, (3) the level of risk of rice in the technical irrigation land and in the rainfed,(4) the behavior of farmers againts the risk of rice farming in the technical irrigation land and in the rainfed,(5) the impact of the factors on the behavior of farmers againtst the risk of rice farming in the technical irrigation land and in the rainfed.
The research was conducted in two villages. There are Bandan Hurip Village and Mekar Mulya Village, Palas Subdistrict of South Lampung Regency. This location is chosen purposively. Respondents are rice farmers were taken by simple random sampling with 33 rice farmers in irrigation lands technical and 47 rice farmers in rainfed with total respondent were 80 farmers. The first goal was analyzed using frontier production function. The second goal was analyzed using diffrent test of farm income. The third goal was analyzed using different test of coefficient variation. The fourth goal using Bernaoulli and Neumann Morgenstern Techniques, and the fifth goal was analyzed by binary logit regression
.
The results showed that : (1) differences in the level of production’s efficiency of rice farming in both types of irrigation. The level of production’s efficiency in the planting season 1 by 76.33 percent for technical irrigation land and by 67,09 percent for rainfed. while in the planting season2 at the level of efficiency of technical irrigation land by 87, 81 percent and at rainfed by 69,26 percent. (2) income of rice farmers on technical irrigation land is greater than income rainfed rice farmers.(3) Risk of production, price, and revenue facing rice
farmers in irrigated lands technical significantly different from rainfed areas. (4) Most of the rice farmers neutral behavior towards risk. (5) The factors that influence the behavior of farmers against the risk of rice farming on land irrigated and rainfed technical is the number of dependents, income and type of irrigation.
Penulis dilahirkan di Teluk Betung, Bandar Lampung pada tanggal 30 September
1976, anak pertama dari empat bersaudara pasangan Abati A.Sjukrie Delmi,S.E dan Ummi Dra.Dahlia Sari (Alm). Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyiah Rawa Laut pada tahun 1983, SD Negeri 2 Enggal
pada tahun 1989, SMP Negeri 1 Tanjung Karang, lulus pada tahun 1992, SMAN
3 Tanjung Karang lulus pada tahun 1995. Penulis diterima di Universitas
Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi
Ekonomi Pertanian pada tahun 1995 melalui Penelusuran Minat dan Kemampuan
Akademik (PMKA) dan lulus pada Desember tahun 1999. Pada tahun 2003
penulis menikah dengan Abas Husin,S.E dan dikarunia 4 putra yaitu Muhammad
Ayyasy Fathul Ghifari, Azkia Syarifah Fatihah Hasanah, Muhammad Hilmi
Fathan Ramadhan, dan Aisyah Muthmainah Haura Jannah. Pada tahun 2012
penulis mengikuti pendidikan Pasca Sarjana pada Program Magister Agribisnis
Universitas Lampung.
Selama di bangku kuliah S1, penulis pernah menjadi Asisten Dosen pada mata
kuliah Tataniaga Pertanian semester genap tahun 1997 dan semester ganjil tahun
1998, Asisten Dosen pada mata kuliah Dasar-dasar Manajemen semester ganjil
tahun 1999, Asisten Dosen Penerapan Komputer semester genap tahun 1998 dan
semester ganjil tahun 1999, Asisten Dosen pada mata kuliah Ekonomi Mikro
semester ganjil tahun 1999 dan Asisten Dosen Ekonomi Makro semester genap
Penulis memiliki pengalaman organisasi di bidang kemahasiswaan pada jenjang
S1 yaitu anggota bidang pendidikan dan penalaran Himaseperta tahun 1997,
Sekretaris Bidang II Forum Kajian Ilmiah Mahasiswa Sosek FP Unila
(FOKMASEPERTA) tahun 1997, Sekretaris Studi Islam Mahasiswa FP Unila
tahun 1998, Koordinator Bidang Pendidikan dan Kaderisasi Bina Rohani
Mahasiswa Islam Unila(BIROHMAH) tahun 1998, Wakil Ketua Forum Studi
Islam Mahasiswa Fakultas Pertanian Unila (FOSI FP) tahun 1998, dan anggota
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) tahun 1999.
Pada jenjang S2 penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Pasca Sarjana (HIMACA)
Fakultas Pertanian Universitas Lampung tahun 2013 dan anggota Perhimpunan
Ekonomi Pertanian Indonesia Komisariat Daerah Lampung (PERHEPI)
Dengan cinta, doa dan airmata
kupersembahkan karya kecilku ini kepada:
Kedua orangtuaku,
Abati A.Sjukrie Delmi dan
Ummi Dahlia Sari (almrh)
Suamiku Tercinta Abas Husin
Permata hati dan penyejuk hatiku
Muhammad Ayyasy Fathul Ghifari,
Azkia Syarifah Fatihah Hasanah,
Muhammad Hilmi Fathan Ramadhan,
Aisyah Mutmainah Haura Jannah
“ Katakanlah,”Wahai Allah, Pemilik segala kekuasaan, Engkau berikan
kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan
dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha berkuasa
atas segala sesuatu”
(QS. Ali Imran:26)
“Dan seandainya pohon
-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh laut lagi sesudah keringnya, niscaya tidak akan
habis-habisnya (dituliskan) ilmu Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana”
(QS. Lukman:27)
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang
berilmu beberapa derajat.
(
QS. Al-Mujadalah:11)
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan
(QS.Al-Insyiroh:5)
“Fashbir sabran jamiila...,”
“Maka bersabarlah dengan kesabaran yang indah...”
(QS. Al-
Ma’arij:5)
Jika engkau berbuat kebaikan, jangan berharap dapat balasan dari orang yang
sama, yakinlah Allah SWT akan membalas kebaikanmu pada waktu, tempat,
cara, dan orang yang berbeda.
SANWACANA
Allhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas nikmat iman, ilmu, dan
kesehatan, sehingga penulis mampu menyelesaikan kuliah dan penelitian dengan
judul tesis Analisis Efisiensi Produksi dan Risiko Usahatani Padi Sawah Pada Lahan Irigasi Teknis dan Lahan Tadah Hujan di Kabupaten Lampung Selatan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S2 dan memperoleh gelar Magister Sains Program Pascasarjana
Magister Agribisnis Universitas Lampung.
Seiring dengan selesainya penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing
Utama, terima kasih atas ilmu, doa, perhatian, dan keteladanannya yang
diberikan dalam proses penyelesaian kuliah dan tesis ini.
2. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi,M.S selaku Pembimbing Kedua atas
keikhlasannya untuk memberikan bimbingan, waktu, ilmu, dan motivasinya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
3. Dr. Ir. Hanung Ismono, M.P. selaku Penguji Utama atas masukan, kritik dan
saran yang disampaikan, sangat berguna bagi penyempurnaan tesis ini;
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Ibrahim Hasyim., M.S. selaku pengajar dan Ketua Program
5. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada segenap bapak/ibu
pengajar Pascasarjana Magister Agribisnis Universitas Lampung
Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.S., Dr. Ir. Dwi Haryono,M.S., Dr. Ir. Dyah
Aring HL M.S., Dr.Ir. Wuryaningsih M.S., Dr. Ir. Yaktiworo, M.S.,
Dr. Ir. Sudarma Wijaya, M.S., Dr.Ir. Koordiyana,M.S., Ir. Adia Nugraha, M.S.,
Dr. Ir. M.Irfan Affandi, M.S., Ir. Eka Kasymir, M.S., Ir. Suriaty Situmorang,
M.S., dan Ir. Hurip Santoso., M.S.
6. Teruntuk Ummi Dra. Dahlia Sari (Alm) dan Abati A.Sjukrie Delmi,S.E. yang selalu mengiringi langkahku dan mendoakan kebahagianku. Terima kasih atas
segala limpahan cinta dan kasih sayang, tulus ikhlas membesarkan dan
mendidikku dengan penuh kesabaran dan keteladanan. Adik-adikku
Ummikalsum Dewi Lastari, Three Sister Zahara, Abdurahman Saputra Utama
yang senantiasa menanti keberhasilanku.
7. Suamiku tercinta Abas Husin,S.E. yang selalu menemani, membimbing dan
membantuku menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Terima kasih atas segala
cinta, doa, perhatian, dan waktunya selama membersamai penyelesaian tesis
ini. Anak-anakku Muhammad Ayyasy Fathul Ghifari, Azkia Syarifah Fatihah
Hasanah, Muhammad Hilmi Fathan Ramadhan, dan Aisyah Muthmainah
Haura Jannah sebagai motivator terbesarku saat ini. Kesuksesan ummi kelak
kupersembahkan untuk kalian, semoga bermanfaat di dunia dan akhirat.
8. Abang Prof, terima kasih atas perhatian, doa, bimbingan dan pertemuan yang
luar biasa sehingga penulis dapat mewujudkan mimpi menjadi kenyataan
kuliah di Magister Agribisnis, semoga Allah membalas semua kebaikan dengan
terima kasih atas doa dan cintanya.
10. Keluarga kecil dalam lingkaran, terima kasih atas motivasi, doa, dan
perhatiannya sehingga penulis tetap istiqomah dijalan-Nya.
11. Para sahabat seperjuangan dalam suka dan duka di Pasca Agribisnis 2012,
Bapak Ir. Suarno Sadar, Hilmiyati, S.P.M.Si., Dina Prihatini, S.P,M.Si,
Ine Indriastuti, S.P,M.Si., Maryanti, S.P, Siska Yunita, S.P, Fadlina
Sosiawati, S.P.M.Si, Sri Ermalia, S.P, Tri Ariyanti, S.P, Bapak Ir. Desmon,
Murti Rahayu, S.P, Dian Megasari,S.P, Dyah Rianita S.P, Erfanno Agustian,
S.P, Sundari Ekawanti, S.P, Rio Valentino S.P, dan, terimakasih atas
kebersamaan, bantuan dan dukungan moril serta perhatian selama penulis
menempuh pendidikan hingga selesainya penyusunan tesis ini
12. Karyawan Pascasarjana Magister Agribisnis (Mbak Ayie, Mb Iin, Mas Boim,
Mas Bukhori, Mas Kardi) atas bantuan dan perhatiannya selama penulis
mengikuti pendidikan di Universitas Lampung;
13. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna. Dengan segala
kekurangan yang ada, penulis berharap tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
Semoga Allah selalu memberkahi setiap langkah kita dalam menuntut ilmu dan
membalas semua kebaikan semua pihak dalam penyelesaian tesis ini.
Tanjungkarang, Februari 2015 Penulis
xv
DAFTAR ISI
. Halaman
DAFTAR ISI ... .... xv
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR GAMBAR ... xxi
B I. PENDAHULUAN ... . 1 A. B. C. D. Latar Belakang Perumusan masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian ... ... ... ... 1 7 10 11
II . TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
DAN HIPOTESIS ... 12 A. Tinjauan Pustaka ... 12
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pengertian Irigasi ... Usaha Tani Padi Sawah ... Teori Produksi ... Konsep Efisiensi ... Faktor- faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis ... Konsep Risiko dalam Usaha tani ... Perilaku Petani dalam Mengambil Keputusan Menghadapi Risiko Ordinal Logit ... Hasil Penelitian Terdahulu ...
12 15 20 26 33 36 41 46 49 B. C.
Kerangka Pemikiran ... Hipotesis ...
53 58
III. METODE PENELITIAN ... 59 A.
B. C. D.
Konsep Dasar danDefinisi Operasional ... Lokasi Penelitian ... Populasi dan Sampel ... ... Metode Pengumpulan Data ...
xvi 1. 2. 3. 4. 5.
Analisis Tujuan Pertama ... Analisis Tujuan Kedua ... Analisis Tujuan Ketiga ... Analisis Tujuan Keempat ... Analisis Tujuan Kelima ...
67 70 73 76 79
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 86 A. B. C. D. E. F. G.
Luas dan Tata Guna Lahan ... Topografi dan Iklim ... Keadaan Penduduk Lampung Selatan ... ... Irigasi di Kabupaten Lampung Selatan ... Monografi Desa Bandan Hurip dan Mekar Mulya ... Sarana dan Prasarana ... Pengembangan Beras di Lampung Selatan...
86 88 89 92 95 96 97
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 98 A. Keadaan Umum Responden ... 98
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Usia Petani responden... Pendidikan Petani Responden ... Pengalaman Berusahatani ... Jumlah Tanggungan Keluarga ... Luas Lahan Garapan dan Status Kepemilikan ... Pekerjaan Sampingan ...
98 99 101 102 103 105 B. Keragaan Usahatani Padi Lahan Irigasi Teknis dan Tadah Hujan ... 107
1. 2.
Pola Tanam ... Budidaya Padi Sawah pada Lahan Irigasi Teknis dan pada Lahan Tadah Hujan di Kecamatan Palas ...
107
108 C. Penggunaan Sarana Produksi Pertanian ... 110
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Penggunaan Benih ... Penggunaan Pupuk ... Penggunaan Pestisida ... Penggunaan Tenaga Kerja.. ... Penggunaan Peralatan ... Produksi Usahatani Padi Sawah ...
111 111 113 114 116 118 D. Efisiensi Produksi Usahatani Padi Sawah ...
1. Hasil Pendugaan Fungsi Frontier ... 2. Efisiensi Teknis Usahatani Padi Sawah pada Lahan Irigasi
Teknis dan Lahan Tadah Hujan ...
119 120
xvii
E. F.
Pendapatan Usahatani Padi Sawah ... Risiko Usahatani Padi Sawah ... 1. Risiko Produksi ... 2. Risiko Harga ... 3. Risiko Pendapatan ...
131 143 148 150 152 G. Perilaku Petani Terhadap Risiko Usahatani Padi Sawah ... 155 H
I.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani Terhadap Risiko Usahatani Padi Sawah ... Pengaruh Risiko dan Perilaku Terhadap Risiko terhadap Efisiensi Produksi ...
160 165
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 168 A.
B.
Kesimpulan ... Saran ...
168 169
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN ...
170
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Indonesia
Tahun 2000 – 2013 ……….……… 3
2. Produksi tanaman padi sawah per kabupaten /kota di Propinsi
Lampung Tahun 2008-2012 ………..……….. 4
3. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan analisis efisiensi produksi dan risiko usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis
dan tadah hujan di Kabupaten Lampung Selatan ………...…………. 50
4. Luas lahan sawah menurut kecamatan dan jenis pengairan di
Kabupaten Lampung Selatan, 2011 ……….……….... 64
5. Skala Utilitas dan Nilai Rupiah dari CE ……….……….... 79
6. Sebaran luas Kabupaten Lampung Selatan dirinci menurut
penggunannya (dalam hektar), 2012 ……… 87
7. Sebaran penggunaan lahan tahun 2013 ……….…….………… 87
8. Sebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan menurut
umur, tahun 2012 ………... 89
9. Sebaran penduduk berdasarkan kelompok umur tahun 2012 .……… 90
10. Sebaran jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tahun
2013 ……….……. 91
11. Klasifikasi jaringan irigasi di Kabupaten Lampung Selatan ….……. 92
12. DAS Sekampung di Kabupaten Lampung Selatan ………..…… 93
13. Sebaran petani responden padi irigasi teknis dan tadah hujan
berdasarkan umur di Lahan irigasi teknis dan Lahan tadah hujan …... 100
14. Tingkat pendidikan petani responden padi lahan irigasi teknis dan
sawah tadah hujan di Kecamatan Palas ………. 102
15. Lama berusahatani petani responden padi lahan irigasi teknis dan
16. Jumlah tanggungan keluarga petani responden padi lahan irigasi
teknis dan sawah tadah hujan di Kecamatan Palas ……… 105
17. Sebaran luas lahan garapan petani responden padi lahan irigasi teknis
dan sawah tadah hujan di Kecamatan Palas ……… 106
18. Sebaran petani padi berdasarkan status kepemilikan lahan di
Kecamatan Palas. ………. 107
19. Sebaran petani berdasarkan pekerjaan sampingan pada lahan irigasi
teknis dan lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Palas tahun 2014 .. 108
20. Rata-rata penggunaan pupuk dalam satu kali musim tanam per hektar
oleh petani responden, 2013 ……… 114
21. Rata – rata biaya penggunaan obat-obatan oleh petani responden
padi di lokasi penelitian tahun 2013 ……… 116
22. Penggunaan tenaga kerja rata-rata petani responden padi di lokasi
penelitian tahun 2013 ………..…. 117
23. Rata-rata jumlah dan biaya penyusutan peralatan usahatani padi
dalam satu kali musim tanam, 2013 ……….… 119
24. Rata - rata produksi usahatani padi di Kecamatan Palas, 2013 …….. 121
25. Hasil analisis fungsi produksi frontier pada usahatani padi, 2014 …... 122
26. Efisiensi teknis usahatani padi gabungan antara lahan irigasi teknis
dan lahan tadah hujan ……….…. 127
27. Efisiensi teknis usahatani padi lahan irigasi teknis dan lahan tadah
hujan ……….… 129
28. Tingkat efisiensi produksi (teknis) petani padi Kecamatan
Palas,2013 ……… 131
29. Analisis pendapatan usahatan padi sawah musim tanam 1 pada lahan
irigasi teknis dan lahan tadah hujan ………. 138
30. Analisis pendapatan usahatan padi sawah musim tanam 2 pada lahan
irigasi teknis dan lahan tadah hujan ………. 139
usahatani padi di Kecamatan Palas ……….. 150
33. Perilaku petani MT 1 dan MT 2terhadap risiko usahatani padi di
Kecamatan Palas, 2013 ……… 158
34. Hasil analisis regresi binary logit faktor-faktor yang mepengaruhi
perilaku petani terhadap risiko usahatani padi di Kecamatan Palas … 163
35. Pengaruh risiko dan perilaku terhadap efisiensi produksi padi sawah... 168
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Perkembangan harga padi sawah di penggilingan Kabupaten
Lampung Selatan dari bulan April 2013 – Maret 2014 ……….. 6
2. Kurva produk total, produk rata-rata, dan produk marjinal ………… 22
3. Tiga komponen efisiensi dalam fungsi produksi frontier ………. 27
4. Ukuran efisiensi menurut Farrel ………... 29
5. Senjang produktivitas model Gomez ……… 35
6. Kurva fungsi utilitas ………. 43
7. Paradigma analisis efisiensi produksi dan risiko usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan tadah hujan di Lampung Selatan ……… 57
8. Penentuan nilai CE berdasarkan prinsip Bernaulli …………...……… 78
9. Pola tanam petani responden di daerah penelitian pada lahan irigasi teknis, 2013 ……….. 109
10. Pola tanam petani responden di daerah penelitian, pada lahan tadah hujan , 2013 ……….. 109
11. Fluktuasi produksi padi sawah per hektar musim hujan selama 5 musim tanam terakhir pada lahan irigasi teknis dan lahan sawah tadah hujan ………. 147
12. Fluktuasi harga yang diterima petani padi sawah musim hujan selama 5 musim tanam terakhir pada lahan irigasi teknis dan lahan sawah tadah hujan ……… 148
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.
Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam
menyediakan kebutuhan pangan masyarakat, berperan dalam pembentukan
Pendapatan Domestik Bruto (PDB), menyerap tenaga kerja di pedesaan,
berperan dalam menghasilkan devisa dan atau penghematan devisa, dan
berfungsi dalam pengendalian inflasi. Dengan demikian sektor pertanian
secara tidak langsung berperan dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi
pembangunan sektor ekonomi lainnya (Achmad 2012).
Salah satu komoditas pertanian yang mempunyai peranan penting dalam
ketahanan pangan adalah beras. Di Indonesia, beras merupakan pangan pokok dan
memberikan peran hingga sekitar 45 persen dari total food-intake, atau sekitar 80 persen dari sumber karbohidrat utama dalam pola konsumsi masyarakat
Indonesia. Hal tersebut relatif merata diseluruh Indonesia maksudnya secara
nutrisi, ekonomi, sosial, dan budaya, beras tetap merupakan pangan terpenting
bagi sebagian besar masyarakat. Beras dapat dikatakan sebagai komoditas pangan
yang paling banyak mendapat perhatian, baik ditingkat akademik, maupun
2
ekspor, dan impor, disparitas harga, pola konsumsi masyarakat, dinamika
pembangunan daerah dan sebagainya (Arifin 2012).
Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, pada tahun 2011 Kementerian
Pertanian telah menetapkan target produksi padi sebesar 70,60 juta ton Gabah
Kering Giling (GKG). Sampai dengan tahun 2014 pertumbuhan produksi padi
ditargetkan meningkat sebesar 5,22 persen per tahun. Instrumen yang dapat
digunakan untuk mencapai target produksi tersebut adalah (1) perluasan areal
(2) peningkatan produktivitas dan (3) rekayasa teknologi dan sosial
(Departemen Pertanian 2011).
Peran usahatani padi dalam memenuhi kebutuhan pangan Indonesia tampaknya
harus disertai dengan sifat pertanian yang rawan akan risiko, sehingga seringkali
menjadi ancaman terhadap kesejahteraan petani padi di Indonesia. Faktor-faktor
eksternal dari sektor pertanian berpengaruh lebih besar dibandingkan dengan
faktor-faktor internal. Perubahan iklim yang semakin tidak dapat diperkirakan
oleh para petani, menyebabkan sering terjadinya kejadian-kejadian buruk yang
merugikan petani seperti tidak optimalnya usahatani.
Selain itu serangan hama penyakit tanaman, kemarau panjang, banjir, kondisi
kesuburan tanah merupakan permasalahan dalam pertanian di Indonesia. Hal ini
akan berpengaruh terhadap produktivitas padi sawah di Indonesia. Perkembangan
produksi, luas lahan dan produktivitas padi sawah di Indonesia tahun 2000 - 2013
Tabel 1. Luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Indonesia Tahun 2000 – 2013
Tahun Luas Panen (ha) Produktivitas\ (Ku/ha)
Produksi (ton)
2000 11.793.475 44,01 51.898.852
2001 11.499.997 43,88 50.461.986
2002 11.521.166 44,69 51.489.694
2003 11.488.034 45,38 52.137.604
2004 11.922.974 45,36 54.088.468
2005 11.800.901 45,75 53.984.590
2006 11.786.430 46,20 54.454.937
2007 12.148.000 47,05 57.157.000
2008 12.344.000 48,83 60.280.000
2009 12.883.576 49,90 64.398.890
2010 13.257.450 50,15 66.469.394
2011 13.203.643 49,80 65.756.904
2012 13.445.524 51,36 69.056.126
2013 13.837.213 51,52 71.291.494
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013
Pada Tabel 1 terlihat produksi padi sawah di Indonesia pada tahun 2013
meningkat sebesar 71.291.494 ton dibandingkan tahun 2012. Produktivitas padi
yang meningkat tiap tahunnya juga disertai dengan tingginya konsumsi beras yang
dihasilkan dari usahatani padi.
Propinsi Lampung adalah salah satu sentra produksi padi di luar Pulau Jawa.
Menurut BPS (2012), produksi padi sawah di Provinsi Lampung, setiap tahun
mengalami peningkatan. Pada Tabel 2 produksi padi sawah tertinggi dicapai
pada tahun 2012 sebesar 2.908.600 ton. Tahun 2012 luas lahan padi sawah di
Provinsi Lampung 577.246 ha, artinya dengan produksi sebesar 2.908.600 ton,
maka produkivitas padi sawah Provinsi Lampung sebesar 50,39 ku/ha.
Perkembangan produksi padi sawah di Provinsi Lampung menurut kabupaten
4
Tabel 2. Produksi tanaman padi sawah per kabupaten /kota di Propinsi Lampung Tahun 2008-2012 (dalam ton)
Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011 2012
Lampung Barat 143.092 153.144 160.080 165.342 177.810
Tanggamus 245.585 306.716 208.553 201.067 212.317
Lampung Selatan 260.515 338.988 370.060 395.437 399.900
Lampung Timur 365.689 417.521 431.981 443.552 492.315
Lampung Tengah 465.481 550.253 570.968 654.545 660.443
Lampung Utara 91.153 108.471 117.088 131.155 139.319
Way Kanan 124.986 135.751 120.487 145.472 137.161
Tulang Bawang 338.012 324.412 187.412 186.7288 185.674
Pesawaran 102.581 119.971 139.159 146.317 150.526
Pringsewu 0 0 111.239 113.284 113.342
Mesuji 0 0 113.822 87.195 144.304
Tulang Bawang Barat 0 0 60.245 49.155 66.182
Bandar Lampung 8.467 9.039 9.336 8.631 6.752
Metro 19.618 23.048 24.443 24.998 22.555
Provinsi Lampung 2.165.179 2.487.314 2.623.873 2.752.869 2.908.600
Sumber :Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2012
Kabupaten Lampung Selatan merupakan penghasil padi sawah terbesar ketiga di
Provinsi Lampung. Produksi padi sawah di Kabupaten Lampung Selatan setiap
tahun selalu meningkat. Masalah produksi ini berkenaan dengan sifat usahatani
yang selalu tergantung pada perubahan iklim dan ketidakpastian. Tahun 2012
produksi padi sawah sebesar 399.900 ton dengan luas lahan 76.108 ha, dan
produktivitas padi sawah sebesar 52,54 ku/ha. Kondisi produktivitas ini dapat
ditingkatkan melalui upaya intensifikasi atau perbaikan teknologi. Upaya ini
lebih memungkinkan mengingat produksi melalui ekstensifikasi atau perluasan
untuk pembukaan lahan sawah dan tingginya kompensasi penggunaan lahan
berdampak pada peningkatan produksi padi melalui perluasan lahan sawah
semakin mahal. Alternatif yang perlu dipikirkan adalah meningkatan
produktivitas lahan dengan efisiensi. Salah satu cara untuk peningkatan
produktivitas adalah intensifikasi yaitu penggunaan teknologi irigasi.
Manfaat dengan adanya irigasi maka diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas padi sawah yang akan meningkatkan efisiensi dan pendapatan
petani. Menurut Mubyarto dalam Hansen (1990), irigasi terdiri dari irigasi teknis,
setengah teknis, dan irigasi sederhana.
Menurut Pusposutardjo (2001) pengertian irigasi secara umun yaitu pemberian
air kepada tanah dengan maksud untuk memasok bahan esensial bagi
pertumbuhan tanaman. Tujuan irigasi kemudian dirinci lebih lanjut, yaitu; (1)
menjamin keberhasilan produksi tanaman dalam menghadapi kekeringan jangka
pendek, (2) mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab untuk pertumbuhan
tanaman, (3) mengurangi bahaya kekeringan, (4) mencuci atau melarutkan garam
dalam tanah, (5) mengurangi bahaya penimpaan tanah, (6) melunakkan
lapisan olah dan gumpalan-gumpalan tanah, dan (7) menunda pertunasan dengan
cara pendinginan lewat evaporasi. Tujuan umum irigasi tersebut secara implisit
mencakup pula drainase pertanian, terutama yang berkaitan dengan tujuan
mencuci dan melarutkan garam dalam tanah
Selain sawah irigasi terdapat juga sawah tadah hujan yaitu sawah yang hanya
mendapatkan air dari air hujan. Sawah tadah hujan biasanya diusahakan untuk
6
hujan sangatlah sulit diatur karena sumber air berasal dari air hujan yang
datangnya tidak tentu, tergantung keadaan cuaca. Pada saat musim hujan, sering
air berlimpah, sedangkan pada musim kemarau, sering kali kekurangan air bahkan
tidak ada air.
Perubahan iklim yang tidak menentu memiliki risiko yang tinggi bagi usahatani
padi sawah. Risiko usahatani ini akan berpengaruh terhadap efisiensi produksi
dan harga padi sawah. Keputusan petani dalam penggunaan irigasi teknis atau
tadah hujan disebabkan karena adanya tambahan pengeluaran bagi usahataninya.
Harga sarana produksi yang mahal akan dihadapkan pada risiko kenaikan harga
input sehingga menambah biaya yang dikeluarkan oleh petani dan terjadinya
kesenjangan antara penerimaan dan pengeluaran. Perkembangan harga padi
sawah di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Perkembangan harga padi sawah di penggilingan Kabupaten Lampung Selatan dari bulan April 2013 – Maret 2014
Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa petani perlu memperhatikan faktor
risiko. Harga padi sawah di Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Maret 2014
untuk padi sawah mutu premium sebesar Rp 8.700, mutu medium Rp 8.600 dan
mutu asalan Rp 7.800. Harga padi sawah berbeda tergantung pada kualitas
padinya. Harga padi sawah akan mahal apabila memiliki kualitas yang baik.
Adanya risiko produksi dan harga ini akan mempengaruhi perilaku petani apakah
petani akan menghindari risiko, netral terhadap risiko atau berani terhadap risiko.
B. Perumusan Masalah
Peningkatan produksi padi bisa dilakukan melalui peningkatan produktivitas
dan perluasan areal. Namun demikian peningkatan luas areal sudah sulit
dilakukan karena suplai sumberdaya lahan yang tidak elastis dan kalaupun
dilakukan memerlukan pengorbanan yang cukup besar. Selain itu kondisi lahan
di Kabupaten Selatan merupakan daerah rawa yang berdekatan dengan laut,
kadang air sawah bercampur dengan air laut, sehingga air menjadi asin dan
dapat mengganggu produktivitas padi sawah. Untuk mendukung peningkatan
produksi padi, pengelolaan sumber daya yang ada harus dioptimalkan, terutama
penggunaan teknologi irigasi akan mempengaruhi produksi padi.
Ketersediaan air irigasi untuk pengairan pada usahatani padi sawah akan
mempengaruhi penggunaan input produksi, seperti penggunaan benih, pupuk,
obat-obatan, hama penyakit tanaman, tenaga kerja, dan biaya usahatani lainnya.
Kabupaten Lampung Selatan didominasi oleh beberapa tipe pengairan yaitu
8
penggunaan teknologi antara irigasi teknis dan tadah hujan akan berpengaruh
terhadap produktivitas padi sawah.
Produktivitas padi sawah di Lampung Selatan setiap tahun mengalami fluktuasi.
Pada Tahun 2012, produktivitas padi sawah sebesar 52,54 ku/ha. Hal ini
mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 52.73 ku/ha.
Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2013) produktivitas potensial
padi sawah adalah sebesar 64,90 ku/ha. Ini menunjukkan bahwa produktivitas
padi sawah di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011 dan Tahun 2012 masih
berada di bawah produktifitas potensial sehingga belum efisien.
Usahatani yang dilakukan oleh petani padi sawah masih belum efisien sehingga
produksi yang dihasilkan rendah. Menurut Mubyarto (1989) usahatani yang
efisien adalah usahatani yang memiliki produktivitas tinggi. Peningkatan
produktivitas dapat dilakukan dengan realokasi penggunaan faktor-faktor
produksi secara efisien sehingga usahatani yang dilakukan dapat mencapai
produksi optimal.
Salah satu usaha agar produktivitas padi meningkat yaitu dengan penggunaan
irigasi teknis. Irigasi yang berfungsi dengan baik diharapkan dapat meningkatkan
produksi padi. Namun perubahan iklim yang tidak menentu akan mempengaruhi
ketersediaan air irigasi, penggunaan irigasi ini memiliki risiko, apabila irigasi
rusak maka air irigasi akan berkurang yang menyebabkan produksi padi rendah
sehingga pendapatan petani menjadi rendah. Selain itu, serangan berbagai
penyakit menyebabkan kualitas dan hasil menjadi rendah. Harga jual yang
rendah. Kondisi ini mengakibatkan bagi petani yang memiliki keterbatasan modal
serta terdesak oleh kebutuhan uang tunai untuk konsumsi keluarga akan segara
menjual produksinya. Keadaan tersebut menyebabkan lemahnya posisi petani
dalam tawar menawar sehingga petani cenderung menerima harga yang rendah
pada saat panen. Apabila permintaan relatif stabil maka harga akan turun,
sebaliknya harga akan meningkat jika musim paceklik. Harga komoditas pertanian
yang sangat berfluktuasi membawa kerugian bagi petani (Lantarsih 1998).
Adanya risiko hasil panen (produksi) dan harga menyebabkan petani enggan
menanggung risiko, terlebih bagi petani kecil. Keengganan terhadap risiko
mempunyai peranan penting terhadap perilaku petani.
Pendapatan petani padi sawah sangat dipengaruhi oleh penggunaan faktor-faktor
produksi yaitu luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk SP 36, pupuk NPK, dan
tenaga kerja. Usahatani padi sawah di Kabupaten Lampung Selatan diduga
dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi tersebut. Penggunaan faktor-faktor
produksi yang optimal akan memberikan keuntungan yang maksimal. Disamping
itu perbedaan sistem irigasi antara irigasi teknis dan tadah hujan akan berdampak
pada tingkat efisiensi dan tingkat pendapatan usahatani padi sawah.
Sistem irigasi teknis sangat bermanfaat bagi petani padi sawah karena kebutuhan
airnya lebih terjamin walaupun petani menambah biaya untuk membayar biaya
irigasi tersebut. Sebaliknya pada sistem irigasi tadah hujan ketersediaan air sangat
ditentukan oleh curah hujan dan petani tidak membayar biaya irigasi. Petani
rasional akan membandingkan besarnya risiko yang dihadapi dengan penerimaan
10
menghadapi risiko usahatani akan mempengaruhi tingkat alokasi input produksi
pada masing-masing sistem irigasi. Berdasarkan uraian tersebut, perumusan
masalah penelitian ini sebagai berikut:
(1) Bagaimana tingkat efisiensi produksi usahatani padi sawah pada lahan
irigasi teknis dan lahan tadah hujan di Lampung Selatan?
(2) Bagaimana tingkat pendapatan usahatani padi sawah pada lahan irigasi
teknis dan lahan tadah hujan di Lampung Selatan?
(3) Bagaimana risiko usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan pada
lahan tadah hujan di Lampung Selatan?
(4) Bagaimana perilaku petani terhadap risiko usahatani padi sawah lahan irigasi
teknis dan lahan tadah hujan di Lampung Selatan?
(5) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku petani dalam
menghadapi risiko usahatani padi sawah di lahan irigasi teknis dan lahan
tadah hujan di Lampung Selatan?
C. Tujuan Penelitian
(1) Mengetahui tingkat efisiensi produksi usahatani padi sawah pada lahan
irigasi teknis dan lahan tadah hujan di Lampung Selatan.
(2) Mengetahui tingkat pendapatan usahatani padi sawah pada lahan irigasi
teknis dan lahan tadah hujan di Lampung Selatan.
(3) Mengetahui risiko usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan
tadah hujan di LampungSelatan.
(4) Menganalisis perilaku petani terhadap risiko pada usahatani padi sawah
(5) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam
menghadapi risiko usahatani padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan
tadah hujan di Lampung Selatan.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
(1) Petani sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam pengelolaan
dan perencanaan usahatani padi sawah di masa yang akan datang.
(2) Dinas atau instansi sebagai masukan dalam rangka kebijakan
peningkatan produksi padi dan mengurangi risiko usahatani padi.
(3) Peneliti sebagai tambahan referensi yang berkaitan dengan efisiensi
dan risiko usahatani padi sawah untuk penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Irigasi
Menurut Sudjarwadi (1990) irigasi atau pengairan adalah suatu usaha untuk
memberikan air guna keperluan pertanian, pemberian air dilakukan secara
tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang membutuhkannya dan
kemudian setelah air itu dipergunakan sebaik-baiknya secara tertib dan
teratur pula di saluran ke pembuangan air.
Air irigasi merupakan sumberdaya pertanian yang sangat strategis. Berbeda
dengan input lain seperti pupuk ataupun pestisida yang dimensi peranannya relatif terbatas pada proses produksi yang telah dipilih, peranan air
irigasi mempunyai dimensi yang lebih luas. Sumberdaya ini tidak hanya
mempengaruhi produktivitas tetapi juga mempengaruhi spektrum
pengusahaan komoditas pertanian. Oleh karena itu kinerja irigasi bukan
hanya berpengaruh pada pertumbuhan produksi pertanian tetapi juga
berimplikasi pada strategi pengusahaan komoditas pertanian dalam arti
Menurut Linsley (1991) mengemukakan bahwa irigasi merupakan pemberian
air kepada tanah untuk menunjang curah hujan yang tidak cukup agar tersedia
kelembaban bagi pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan definisi irigasi, maka
tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya rekayasa teknis untuk
penyediaaan dan pengaturan air dalam menunjang proses produksi pertanian,
dari sumber air ke daerah yang memerlukan serta mendistribusikan secara
teknis dan sistematis.
Menurut Sudjarwadi (1990) manfaat dari suatu sistem irigasi, adalah :
(1) untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah yang curah
hujannya kurang atau tidak menentu, (2) untuk mengatur pembasahan tanah,
agar daerah pertanian dapat diairi sepanjang waktu pada saat dibutuhkan, baik
pada musim kemarau maupun musim penghujan, (3) untuk menyuburkan
tanah, dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur dan zat – zat hara
penyubur tanaman pada daerah pertanian tersebut, sehingga tanah menjadi
subur, (4) untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah / rawa
dengan pengendapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi, (5) untuk
penyaluran air , yaitu dengan mengunakan air irigasi, maka kotoran /
pencemaran / limbah / sampah yang terkandung di permukaan tanah dapat
disalurkan ketempat yang telah disediakan ( saluran drainase ) untuk diproses
penjernihan secara teknis atau alamiah dan (6) pada daerah dingin, dengan
mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi dari pada tanah, sehingga
14
Menurut Sudjarwadi (1987) areal persawahan menurut pengairannya dapat
dibagi dalam beberapa golongan, yaitu :
(1) Sawah Irigasi, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya
dari saluran irigasi yang diselenggarakan oleh Dinas Irigasi dan
Departemen Pekerjaan Umum.
(2) Sawah Irigasi Desa, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan
airnya dari saluran-saluran/ bandar-bandar/ parit-parit yang
diselenggarakan dan dipelihara oleh masyarakat desa/ petani di suatu
daerah tertentu.
(3) Sawah Irigasi Hilir, atau di luar Jawa dan Madura disebut “sawah
berbandar langit”, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan airnya
semata-mata dari curah hujan.
Menurut Wirawan dalam Pasandaran (1991) dilihat dari segi konstruksi jaringan irigasinya, Direktorat Jendral Pengairan mengklasifikasikan sistem
irigasi menjadi 4 macam, yaitu :
(a) Irigasi sederhana, yaitu sistem irigasi yang konstruksinya dilakukan
dengan sederhana tidak dilengkapi dengan pintu pengaturan dan alat
pengukuran sehingga air irigasinya tidak dapat diatur dan tidak
terukur, dan disadari efisiensinya rendah.
(b) Irigasi setengah teknis, yaitu suatu sistem irigasi dengan konstruksi
pintu pengatur dan alat ukur pada bangunan pengambil saja, sehingga
air hanya teratur dan terukur pada bangunan pengambilan saja dan
(c) Irigasi teknis yaitu suatu sistem irigasi yang dilengkapi alat pengatur
dan pengukur air pada bangunan pengambilan, bangunan bagi dan
bangunan sadap sehingga air terukur dan teratur sampai bangunan bagi
dan sadap, diharapkan efisiensinya tinggi.
(d) Irigasi teknis maju yaitu sistem irigasi yang airnya dapat diatur dan
teratur pada seluruh jaringan dan diharapkan efisiensinya tinggi sekali.
2. Usahatani Padi Sawah Pada Lahan Irigasi Teknis dan Lahan Tadah Hujan
Tanaman padi (Oryza Sativa) termasuk famili Graminae, subfamili Oryzidae
dan Genus Oryzae, mempunyai kurang lebih 25 species yang tersebar di daerah
tropik dan subtropik. Tanaman padi dapat tumbuh di daerah yang mempunyai
ketinggian sampai 1.300 meter di atas permukaan laut. Di daerah yang lebih
tinggi, tanaman padi jarang diusahakan karena pertumbuhannya lambat dan
hasilnya rendah (Soemartono, Samad, dan Hardjono 1982).
Tanaman padi dapat hidup didaerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih,
dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun
sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi
23 0 C. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah
yang kandungan fraksi pasir, debu, dan lempung dalam perbandingan tertentu
dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan
baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm dengan pH 4-7
16
Padi sawah tergolong dalam beberapa macam yaitu sawah irigasi teknis, sawah
irigasi setengah teknis, sawah tadah hujan, rawa, lebak, dan sawah pasang
surut. Adapun padi lahan kering terdiri dari padi ladang (gogo) dan padi gogo
rancah. Padi sawah pada lahan irigasi teknis dan lahan tadah hujan, budidaya
tanaman padi sawah dengan melakukan penggenangan. Budidaya padi sawah
dilakukan pada tanah yang berstruktur lumpur. Tahapan budidaya padi sawah
secara garis besar adalah penyiapan lahan, penyemaian, penanaman,
pemupukan, pemeliharaan tanaman, dan panen. Pemberian air pada tanaman
padi disesuaikan dengan kebutuhan tanaman yakni dengan mengatur
ketinggian genangan berkisar 2-5 cm, karena jika berlebihan dapat mengurangi
jumlah anakan. Prinsip pemberian air adalah memberikan pada saat yang
tepat, jumlah yang cukup, kualitas air yang baik, dan disesuaikan fase
pertumbuhan tanaman.
Pada lahan irigasi teknis sumber air didapatkan dari waduk atau sumber air
utama, saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan
pembagian air ke dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan
diukur dengan mudah.
Menurut Satuan Pengendali Bimas (1983) benih yang baik, bermutu tinggi
berasal dari varietas unggul merupakan salah satu faktor terpenting yang
menentukan tinggi rendahnya produksi. Ditinjau dari segi varietas dan sistem
pengadaannya, benih dapat digolongkan menjadi dua yaitu benih bersertifikasi
dan benih tak bersertifikasi. Benih bersertifikasi adalah benih yang proses
pemeriksaan lapang dan pengujian secara laboratoris oleh instansi yang
berwenang dan memenuhi persyaratan standar yang ditentukan. Benih tidak
bersertifikasi adalah kebalikannya. Penggunaan benih varietas unggul
dianjurkan untuk digunakan karena daya produksinya yang tinggi dan responsif
terhadap pemupukan.
Tanaman padi di dalam pertumbuhannya sangat memerlukan unsur-unsur hara
esensial seperti N, S, P, K, C, H, dan O. Oleh karena itu pemupukan sangat
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan akan unsur-unsur hara tersebut.
Kebutuhan pupuk nitrogen sangat tergantung pada keadaan setempat seperti
jenis tanah, iklim, dan jarak tanam sehingga dikenal dosis umum dan dosis
regional (Badan Pengendali Bimas 1983).
Hama dan penyakit tanaman padi merupakan salah satu faktor yang penting
dalam menentukan produksi. Pemberantasan hama dan penyakit sangat
penting dalam mengamankan produksi yang diharapkan atau membatasi
kehilangan hasil baik di lapangan ataupun setelah panen ( Satuan Pengendali
Bimas 1983).
Penyakit tanaman yang dapat menyerang tanaman padi adalah blas, coklat, dan
tugro, sedangkan hama yang sering menyerang tanaman padi adalah wereng
coklat, walang sangit, dan orong-orong. Pengendalian secara kimia dengan
menggunakan pestisida dan secara manual untuk pemberantasan hama secara
18
Menurut Mosher (1987) menyatakan bahwa usahatani adalah himpunan
sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk
produksi pertanian seperti tumbuh-tumbuhan, air, tanah, perbaikan-perbaikan
yang telah didirikan di atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang
didirikan di atas tanah dan sebagainya. Sesuai batasannya pada setiap
usahatani akan selalu ada unsur lahan yang mewakili untuk alam, unsur tenaga
kerja yang bertumpu pada anggota keluarga petani, unsur modal yang beragam
jenisnya dan unsur pengelolaan atau manajemen yang peranannya dibawakan
oleh seorang yang disebut petani. Keempat unsur tersebut tidak dapat
dipisah-pisah karena kedudukannya dalam usahatani sama pentingnya.
Menurut Mubyarto (1989) menyatakan bahwa produktivitas dan produksi
pertanian yang lebih tinggi dapat dicapai melalui dua cara :
(a) Perbaikan alokasi sumberdaya yang dimiliki petani termasuk dalam
penggunaan lahan dan tenaga kerja. Rendahnya produktivitas akan
menentukan pendapatan yang diperoleh petani pada tingkat biaya dan
harga produk yang sama, maka pendapatan akan lebih tinggi apabila
produktivitasnya lebih tinggi.
(b) Memperkenalkan sumberdaya baru dalam bentuk modal dan teknologi.
Teknologi dapat berupa perubahan cuaca, jenis tanaman, serta sarana
lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Suatu teknologi baru
dapat diterima petani jika memberikan keuntungan yang berarti dan dengan
penerapan teknologi akan terjadi peningkatan pendapatan.
Suatu usahatani dikatakan berhasil atau tidak diketahui dari besarnya
pendapatan petani dari usahataninya merupakan keberhasilan petani dalam
mengkombinasikan penggunaaan faktor-faktor produksi.
Tingkat keuntungan diperoleh dari selisih antara penerimaan dan biaya.
Untuk menghitung keuntungan digunakan persamaan:
Π = YPy - ∑ i Pxi– BTT
Keterangan :
Π = Keuntungan
Y = Produksi Py = Harga produksi
Xi = Faktor produksi, i = 1, 2,3,4, ... n
Pxi = Harga faktor produksi
BTT = Biaya tetap total
Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
usahatani untuk satu kali tanam. Menurut Hernanto (1991), biaya dapat
dikategorikan menjadi : (1) biaya tetap yaitu biaya yang penggunaannya tidak
habis dalam satu masa produksi, (2) biaya variabel yaitu biaya yang besar
kecilnya sangat tergantung pada skala produksi, (3) biaya tunai yaitu biaya
yang dikeluarkan secara tunai untuk proses produksi, dan (4) biaya yang
diperhitungkan yaitu biaya yang besarnya diperhitungkan.
Untuk mengetahui sejauh mana cabang usahatani telah berhasil, ada beberapa
bentuk analisis cabang usaha yang sering digunakan, yaitu:
(1) Analisis biaya per satuan unit (unit cost of production), analisis ini digunakan untuk menghitung harga pokok satuan produksi.
(2) Analisis imbangan penerimaan dan biaya (return and cost ratio) atau R/C rasio yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut, Hernanto (1993)
20
Keterangan:
PT = Penerimaan total BT = Biaya tetap total
Analisis ini digunakan untuk menguji keuntungan atau keberhasilan suatu
cabang usahatani, dengan kriteria:
a. Jika R/C > 1, maka usahatani yang dilakukan menguntungkan karena
penerimaan lebih besar dari biaya total.
b. Jika R/C <1, maka usahatani yang dihasilkan tidak menguntungkan
karena penerimaan kurang dari biaya total.
c. Jika R/C = 1, maka usahatani yang dihasilkan tidak untung dan tidak
rugi (titik impas) karena penerimaan sama dengan biaya total.
(3) Analisis keuntungan cabang usaha (enterprise net income), analisis ini digunakan untuk menguji keuntungan atau keberhasilan suatu cabang
usahatani.
(4) Analisis imbangan manfaat dan tambahan biaya (benefit cost ratio) atau B/C rasio. Pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis
keuntungan cabang usaha.
3. Teori Produksi
Proses produksi merupakan pengubahan faktor produksi (input) menjadi
barang (output). Hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksi
merupakan hubungan fungsional yang disebut fungsi produksi. Fungsi
produksi merupakan barang atau jasa yang disediakan oleh alam atau
diciptakan manusia yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa yang
Menurut Debertin dalam Suharno (1995) fungsi produksi merupakan
hubungan merupakan hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan
variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
output dan variabel yang menjelaskan input. Secara matematis fungsi produksi
dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, X3, ... , ... Xn)
Keterangan :
Y = Jumlah produksi yang dihasilkan Xi = Faktor produksi ke-i yang digunakan
F = Fungsi produksi yang menunjukkan hubungan dari perubahan input menjadi output.
Fungsi produksi seperti tersebut, maka hubungan Y dan X dapat diketahui
sekaligus hubungan X1,...Xn dan X lainnya juga dapat diketahui.
Menurut Teken dan Asnawi (1983), perubahan relatif dari produk yang
dihasilkan yang disebabkan oleh perubahan relatif faktor produksi yang
digunakan disebut elastisitas produksi. Secara matematis elastisitas produksi
ditulis sebagai berikut :
Elastisitas Produksi =
Y X dX dY X dX
Y dY
. /
/
=
PR PM
Dimana : PM = Produk Marjinal dan PR = Produk Rata-rata
Berdasarkan nilai elastisitas produksi yang diperoleh dapat ditentukan batas
daerah produksi. Daerah produksi 1 menunjukan nilai EP yang lebih besar dari
22
penambahan output yang lebih besar dari satu persen, yang berarti produksi masih bisa ditingkatkan. Daerah ini disebut sebagai daerah irasional.
Pada daerah II dengan nilai EP adalah 0<EP<1, pada daerah ini penambahan
input sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi antara nol
sampai dengan satu. Pada suatu tingkat tertentu dari penggunaan input di
daerah ini akan memberikan keuntungan yang maksimum, yang berarti
penggunaan input sudah maksimum, dan daerah ini disebut daerah rasional.
Daerah III dengan nilai EP<0, pada daerah ini penambahan input akan
menyebabkan penurunan jumlah output yang dihasilkan, daerah ini
mencerminkan penggunan input yang sudah tidak efisien. Daerah ini disebut
juga daerah irasional seperti yang terlihat pada Gambar 2.
Y
C
PT
Daerah I Daerah II Daerah III
Ep>1 (0<Ep<1) (Ep<0)
A
B PR
[image:42.595.158.479.409.695.2]PM
Gambar 2. Kurva produk total, produk rata-rata, dan produk marjinal. Sumber : Soekartawi 1994
Keterangan:
PT = Produksi Total PR = Produksi Rata-rata PM = Produksi Marjinal
A = PM maksimum
B = PR maksimum, PR = PM, EP = 1
C = PT maksimum
Menurut Soekartawi (1991) memilih fungsi produksi yang baik dan sesuai
haruslah mempertimbangkan syarat berikut; (1) bentuk aljabar fungsi produksi
itu dapat dipertanggungjawabkan, (2) bentuk aljabar fungsi produksi itu
mempunyai dasar yang logis secara fisik maupun ekonomis, dan
(3) mudah dianalisis serta mempunyai implikasi ekonomis.
Spesifikasi model ini Teken (1965) dan Soekartawi (1982) menyimpulkan
bahwa, pemilihan suatu fungsi produksi harus didasarkan kepada pengetahuan
hubungan antara produksi dan faktor produksi, baik teoritis maupun praktis
serta tersedia alat hitung menghitung. Penentuan variabel didasarkan kepada
faktor yang diduga penting pengaruhnya sehingga hasil analisis dapat
diinterprestasikan dan dapat membuat suatu saran untuk perbaikan aktifitas
dalam usahatani serta perbaikan alokasi penggunaan input agar tujuan
usahatani tercapai.
Bentuk fungsi yang paling sering digunakan adalah fungsi produksi
Cobb-Douglas. Bentuk umum fungsi produksi Cobb-Douglass adalah secara
metematis dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 2003):
24
Keterangan:
bo = Intersep
bi = Koefisien regresi penduga variabel ke-1 (elastisitas produksi)
n = Jumlah faktor produksi Y = Produksi yang dihasilkan
Xi = Faktor produksi yang digunakan
e = 2.7182 (bilangan natural)
Agar memudahkan analisis, maka fungsi produksi Cobb-Douglas
ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma linier sebagai berikut:
Ln Y =ln bo + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 +...+ bnlnXn + µ
Keterangan:
Y = Produksi yang dihasilkan bo = Titik potong
bi = Koefisien regresi
Xi = Faktor produksi yang digunakan
n = 1,2,3...n u = Kesalahan penganggu
Keuntungan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah
(1) Memiliki parameter yang dapat diduga dengan metode kuadrat terkecil.
Parameternya langsung menunjukkan elastisitas faktor produksi dari setiap
faktor produksi.
(2) Perhitungan sederhana karena dapat dibuat menjadi bentuk linier dan
dapat dilakukan dengan perangkat lunak komputer.
(3) Jumlah elastisitas dari masing-masing faktor produksi yang diduga (∑ j)
Bila ∑ j > 1 berarti proses produksi berada pada skala usaha yang
meningkat (increasing return to scale).
Soekartawi (1990) menyatakan bahwa penggunaaan penyelesaian fungsi
Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi
fungsi linier. Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi:
(1) Tidak ada nilai pengamatan bernilai nol. Sebab logaritma nol adalah suatu
bilangan yang besarnya tidak diketahui.
(2) Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi
pada setiap pengamatan. Ini artinya jika fungsi Cobb-Douglas yang
dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan
analisis yang memerlukan lebih dari satu model, maka perbedaan model
tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.
(3) Tiap variabel X adalah perfect competition.
(4) Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah
tercakup pada faktor kesalahan.
Meskipun bentuk fungsi ini mudah diubah ke dalam linier sederhana, namun
berkenaan dengan asumsi yang melekat padanya, bentuk Cobb-Douglas
mempunyai banyak keterbatasan diantaranya; (1) elastisitas produksi adalah
konstan, (2) elastisitas substitusi input bersifat elastis sempurna atau, (3)
elastisitas harga silang untuk semua faktor dalam kaitannya dengan harga input
lain mempunyai besaran dan arah yang sama, dan (4) elastisitas harga
26
4. Konsep Efisiensi
Definisi khas dari fungsi produksi frontier adalah fungsi tersebut memberikan output maksimum pada tingkat input tertentu, dengan tingkat teknologi terkini
dalam suatu industri. Farrell (1957 dalam Achmad 2012 ) menyebut frontier
sebagai praktek frontier terbaik. Praktek frontier terbaik digunakan sebagai standar efisiensi perusahaan. Tujuan dari pendekatan fungsi produksi frontier
lebih pada untuk mengestimasi batasan daripada mengestimasi fungsi produksi
rata-rata. Sejak karya asli Farrel tahun 1957, metodologi frontier telah banyak digunakan dalam analisis produksi terapan. Frontier model yang dikembangkan dalam penelitian Farrell dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kategori besar yaitu parametric frontier dan non-parametrik frontier.
Menurut Doll dan Orazem (1984), fungsi produksi frontier dapat merupakan fungsi produksi yang paling praktis atau menggambarkan produksi maksimum
yang dapat diperoleh dari variasi kombinasi faktor produksi pada tingkat
pengetahuan dan teknologi tertentu. Fungsi produksi frontier diturunkan dengan menghubungkan titik-titik output maksimum untuk setiap tingkat
penggunaan input. Jadi fungsi tersebut mewakili kombinasi input-output
secara teknis paling efisien.
Menurut Yotopoulos (1976 dalam Achmad, 2012) pengertian efisiensi dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu (1) efisiensi teknis, yang artinya
penggunaan fungsi produksi yang menghasilkan produksi maksimum,
(2) efisiensi alokatif atau harga, yaitu jika nilai dari produk marjinal sama
jika usaha tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai
efisiensi harga. Efisiensi teknis dapat dicapai apabila untuk menghasilkan
output dalam jumlah tertentu digunakan kombinasi input yang paling kecil,
yang diukur dalam satuan fisik dan tergantung pada teknologi yang ada.
Syarat keharusan menunjukan tingkat efisiensi teknis yang dinyatakan oleh
fungsi produksi. Efisiensi teknis tercapai pada saat produk rata-rata maksimum.
Menurut Widodo (1989), fungsi produksi frontier adalah suatu fungsi produksi yang secara teknis adalah yang paling efisien, dalam arti terletak pada kurva
kemungkinan produksi dan tidak ada kemungkinan untuk memperoleh
produksi lebih banyak, tanpa menambah input yang digunakan.
Efisiensi ekonomi diukur berdasarkan produksi potensialnya yang merupakan
isokuan dari fungsi produksi frontier. Keterangan :
Q’ = produksi frontier
Q” = produksi aktual tingkat petani Q* = produksi pada efisiensi ekonomis X = input usahatani
[image:47.595.175.465.395.577.2]τQ’’/τQ’ = Efisiensi Teknis (ET) τQ’/τQ = Efisiensi Harga (EH) τQ’/τQ* = Efisiensi Ekonomi (EE)
Gambar 3.Tiga komponen efisiensi dalam fungsi produksi frontier (Soekartawi, 1994) Q*
Q’’
X1’ X1* X1
O
Px
Py
28
Secara ekonomi keadaan yang paling efisien adalah keadaan keuntungan
maksimum. Keadaan tersebut tercapai pada saat titik A (Gambar 1), yaitu
pada penggunaan input sebesar 0X1* dan produk yang dicapai sebesar OQ*.
Penggunaan input sebesar τX1’, bila produksi yang dicapai τQ’ (titik B),
maka dapat dikatakan bahwa usahatani yang dilakukan petani dalam keadaan
price inefficient sebab penggunaan input masih dapat ditingkatkan agar efisiensi ekonomi tercapai, dalam hal ini petani memperimbangkan input –
output rasio.
Pada keadaan tersebut usaha petani dalam keadaan efisien secara teknis,
karena produksinya yang dihasilkan tinggi, yaitu dapat mencapai fungsi
produksi frontiernya. Penggunaan input sebesar τX1’, produk yang dicapai
sebesar τQ” (titik C), maka usahatani dalam keadaan economic inefficient,
yaitu terjadi technical inefficient karena produksi rendah, dan terjadi price inefficient karena sebenarnya penggunaan input terlalu sedikit.
Efisiensi teknis adalah perbandingan antara kedua produksi aktual dan
produksi potensial. Efisiensi produksi atau teknis diukur berdasarkan produksi
potensialnya yang merupakan isokuan dari fungsi produksi frontier. Fungsi produksi frontier adalah suatu fungsi produksi yang dipakai untuk mengukur bagaimana fungsi produksi sebenarnya terhadap posisi frontiernya, karena fungsi produksi adalah hubungan fisik antar faktor produksi dan produksi yang
posisinya terletak pada garis isokuan. Garis isokuan adalah tempat kedudukan
titik-titik yang menunjukan titik kombinasi penggunaan produksi yang optimal
Kurva kemungkinan produksi menggambarkan kombinasi sejumlah barang
yang diproduksi dengan sumber daya yang tersedia. Kombinasi teknis antara
dua input yang terbuka untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu
digambarkan dalam suatu kurva yang disebut kurva isokuan. Kombinasi
tersebut terlihat pada Gambar 4.
X2 C
U’
P’
B
A D
U
[image:49.595.113.373.232.421.2]0 P X1
Gambar 4. Ukuran efisiensi menurut Farrel (1957) Sumber : Soekartawi, 1994
Keterangan :
- Efisiensi teknis (ET) = τB/τC ≤ 1 - Efisiensi ekonomi (EE) = τA/τC≤ 1 - Efisiensi harga (EH) = OA/OB - PP’ = garis biaya
Garis lengkung UU’ adalah garis isokuan yang menggambarkan tempat
kedudukan titik-titik kombinasi penggunaan input X1 dan X2 terhadap
produksi Y yang efisien secara teknis untuk menghasilkan output Y0 = 1.
Titik C dan B menggambarkan dua kondisi suatu perusahaan dalam
berproduksi menggunakan kombinasi input dengan proporsi input X1/Y dan
X2/Y yang sama. Keduanya berada pada garis yang sama dari titik 0 untuk
30
titik B menunjukan perusahaan beroperasi pada kondisi secara teknis efisien
(karena beroperasi pada kurva isokuan frontier).
Titik B mengimplikasikan bahwa perusahaan memproduksi sejumlah output
yang sama dengan perusahaan di titik C, tetapi dengan jumlah input yang lebih
sedikit. Jadi rasio OC/OB menunjukkan efisiensi teknis (TE) perusahaan C,
yang menunjukkan proporsi dimana kombinasi input pada C dapat diturunkan,
rasio input per output (X1/Y ; X2/Y) konstan, sedangkan output tetap. Titik-titik lain yang posisinya dibagian luar garis UU’ adalah tingkat teknologi dari
masing-masing individu pengamatan.
Menduga fungsi produksi frontier, maka dapat digunakan satu metode estimasi
dari frontier dengan menggunakan metode linier programming sebagai berikut:
Yi = A∏ bjij Ei ... ..(1)
i = 1,2,3,...n
J= 1,2,3, ...m
Atau dalam bentuk logaritma sebagai berikut :
Yi = o + ∑ j Xij + ei ...(2)
Keterangan :
Yi = log Yi
Xj = log Xj
Ei = log Ei
Yi = output usahatani ke-i
bˆj = elastisitas produksi untuk input ke-j
Xij = kuantitas penggunaan input ke-j untuk usahatani ke-i
Produksi frontier merupakan produksi potensial suatu usahatani, maka besarnya produksi frontier lebih besar atau sama dengan produksi aktual. Misalnya produksi aktual adalah Yi maka :
Yi Ŷi ...(3)
Atau :
o + ∑ j Xij= Ŷi Yi ...(4)
Apabila Ei pada persamaan 2 diberikan batasan Ei 0, maka pertidaksamaan
(4) dapat ditulis sebagai berikut :
o + ∑ j Xij– êi = Yi ...(5)
Karena ada n usahatani, maka persamaan (5) dapat ditulis sebagai berikut :
Ei = n 0 + ∑ ∑ – Yin ...(6)
Apabila persamaan ini dibagi dengan n, maka diperoleh :
= 0 +∑ j Xˆj–Ŷ ...(7)
Keterangan :
Xˆj = rerata penggunaan input ke-j
Ŷi = rerata output aktual
Karena n dan Yi adalah suatu konstanta, maka dapat dihilangkan dari formula
program linier yang digunakan. Teknik yang digunakan untuk meminimalkan
32
Minimalkan : 0 + ∑ j Xj ...(8)
Dengan syarat :
α0 + ∑ j X1j Y1
α0 + ∑ j X2j Y2
...
...
α0 + ∑ j Xnj Yn
Seluruh variabel ditransformasikan kedalam bentuk logaritma. Output frontier
diperoleh dengan cara memasukkan penggunaan input-input ke dalam fungsi
produksi frontier :
∑ αiXi
Efisiensi teknis masing-masing dihitung dengan rumus (Widodo, 1989) :
ETi =
Ŷ
Keterangan :
ET = tingkat efisiensi teknis
Yi = besarnya produksi aktual (output ke -i)
Ŷi = besarnya produksi potensial/frontier usahatani ke – i
Fungsi produksi frontier oleh beberapa penulis diturunkan dari fungsi produksi
Cobb-Douglas, dimana menurut Teken dan Asnawi (1981) dikemukakan
bahwa apabila peubah-peubah yang terdapat dalam fungsi Cobb-Douglas
dinyatakan dalam bentuk logaritma, maka fungsi tersebut akan menjadi fungsi
Dengan demikian untuk mengukur tingkat efisiensi usahatani padi dalam
penelitian ini digunakan fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas.
Pilihan terhadap bentuk fungsi produksi ini diambil karena lebih sederhana dan
dapat dibuat dalam bentuk linear.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis
Konteks ekonomi produksi, efisiensi suatu usahatani bersumber dari efisiensi
teknis, efisiensi harga atau alokatif, dan efisiensi economic of scale. Efisiensi teknis bersumber dari faktor internal dan eksternal, yakni perubahan teknologi
secara netral yang tidak merubah proporsi faktor produksi dan tidak merubah
daya substitusi teknis antar input. Efisiensi harga (termasuk efisiensi ekonomi)
bersumber dari perubahan intensitas faktor dan atau perubahan harga relatif
sehingga perubahannya tergantung atau dipengaruhi marginal rate of technical substitution, sedangkan efisiensi skala usaha bersumber dari perubahan
proporsional masukan faktor (input).
Efisiensi ekonomi suatu usahatani selalu mempertimbangkan faktor internal
(faktor yang dapat dikendalikan petani) dan faktor eksternal (tidak dapat
dikendalikan) serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan intensitas
faktor dan harga relatif faktor. Terdapat dua kategori faktor eksternal
(1) strictly external, karena mutlak berada di luar kendali petani (iklim, hama, dan penyakit), dan (2) quasi external, karena suatu aksi kolektif, intern dan waktu yang cukup ( dengan dibantu oleh pihak-pihak yang berkompoten)
petani mempunyai kesempatan untuk mengubahnya ( harga, infrastruktur, dan
34
Faktor internal lazimnya berkaitan erat dengan kapabilitas managerialnya
dalam usahatani. Tercakup dalam gugus faktor ini adalah tingkat teknologi
budidaya dan pasca panen serta kemampuan petani mengakumulasikan dan
mengolah informasi yang relevan dengan usahataninya sehingga pengambilan
keputusan yang dilakukannya tepat.
Peubah-peubah seperti tingkat pendidikan formal, pengalaman dan
keterampilan, manajemen dan umur petani merupakan indikator penting dalam
mengukur kualitas sumber daya manusia, maka diharapkan akan semakin
tinggi kemampuannya dalam mengadopsi teknologi dan mengelola
usahataninya sehingga dapat meningkatkan efisiensi.
Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani padi, antara lain :
lahan, benih (bibit), pupuk, obat-abatan, dan tenaga kerja. Penggunaan
faktor-faktor produksi yang bervariasi mengakibatkan bervariasinya pula tingkat
produksi yang dihasilkan. Potensi produksi yang mampu dicapai (ditunjukkan
oleh fungsi produksi frontier) selalu lebih tinggi atau sama den