• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEMAMPUAN MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI DALAM MEMBUAT LKS IPA JENJANG SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KEMAMPUAN MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI DALAM MEMBUAT LKS IPA JENJANG SMP"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PROFIL KEMAMPUAN MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI DALAM MEMBUAT LKS IPA JENJANG SMP

Oleh ARINTA WINSI

Mengacu pada kompetensi pedagogik dan profesional yang harus dimiliki guru IPA, maka seorang calon guru yang sedang menempuh pendidikan pre-service

harus memiliki kemampuan menyusun bahan ajar, salah satunya LKS. Mahasiswa harus mampu membuat LKS yang mencerminkan proses pembelajaran IPA yang ditandai dengan terpenuhinya unsur-unsur pembelajaran dalam IPA. Mahasiswa sebagai calon guru harus mampu membuat LKS IPA yang sesuai dengan kaidah penyusunan ditinjau dari aspek format yang meliputi susunan, keterbacaan, dan kemenarikan serta aspek isi yang meliputi kesesuaian LKS dengan KD,

kesesuaian dengan RPP dan muatan KPS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kemampuan mahasiswa Pendidikan Biologi dalam menyusun LKS IPA jenjang SMP.

(2)

Arinta Winsi

penelitian berupa data kualitatif hasil konversi skor penilaian yang diperoleh berdasarkan penilaian LKS dari segi format dan isi menggunakan panduan penilaian penyusunan LKS, angket, dan uji kompetensi. Analisis data menggunakan analisis data deskriptif dengan penskoran dan persentase.

Hasil analisis data menunjukan bahwa mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lampung memiliki kemampuan yang baik dalam membuat LKS IPA. Ditinjau dari segi format telah berkategori baik (79.91), dengan rincian berkategori cukup pada sub-aspek susunan (60.09), serta berkategori sangat baik pada sub-aspek keterbacaan dan kemenarikan (93.68 dan 85.97). Ditinjau dari aspek isi kemampuan yang dimiliki mahasiswa juga berkategori baik (62.93), dengan rincian berkategori baik (71.93) dalam menyusun kegiatan LKS yang sesuai dengan KD dan RPP, akan tetapi berkategori cukup dalam menyusun muatan KPS dasar maupun lanjut (42.10 dan 53.50). Sedangkan untuk pemahaman mengenai LKS IPA berkategori cukup, baik untuk aspek format maupun isi (59.17 dan 60).

(3)
(4)

PROFIL KEMAMPUAN MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI DALAM MEMBUAT LKS IPA JENJANG SMP

(Kajian Deskriptif pada Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lampung Peserta PPL Tahun 2013)

(Skripsi)

Oleh ARINTA WINSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari enam bersaudara pasangan Bapak Ahmad Rafiuddin dan Ibu Rubiyanti yang lahir di

Bandarlampung, 31 Januari 1993. Pernah menempuh pendidikan di TK Mentari (1997-1999), SDN 1 Beringin Raya (1999-2005), SMPN 2

Bandarlampung (2005-2008), dan SMAN 2 Bandarlampung (2008 -2010). Tahun 2010 menjadi mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur PKAB.

Penulis pernah menjadi juara 3 OSN-Pertamina Bidang Biologi se-Provinsi Lampung (2012), juara 2 ON-MIPA Bidang Biologi se-Sumbagsel (2013), dan juara 1 OSN-Pertamina Bidang Biologi se-Sumbagsel (2013). Pada tahun 203 penulis juga pernah mengikuti perhelatan ON-MIPA tingkat Nasional di Yogyakarta dan menjadi finalis OSN Pertamina tingkat Nasional di Jakarta. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah, Struktur Hewan, Mikrobiologi, dan Perkembangan Hewan. Pada tahun 2012-2013, merupakan Adiv Seni dan Kreativitas Himasakata. Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Suoh dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di desa Suka Marga, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2013. Penulis dapat dihubungi pada alamat Jl.Banowati B2 No.12 Kemiling, Bandar Lampung atau kontak

(9)

Moto

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan

memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah

kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang

yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang

kamu kerjakan.

(Q.S. 58: 11)

Anyone who stops learning is old, whether at twenty or eighty.

Anyone who keeps learning stays young

(Henry Ford)

“We cannot change the past to rewrite a better beginning. But we can

work for the future and strive for a better ending”

(Dr. Yasir Qadhi)

“Nothing worth having comes easy, be well prepared is a must”

“Keep

on

dreaming or you’ll die”

(10)

PERSEMBAHAN

Dengan Menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

T

eruntuk kesayangan

Ibu …

Bapak…

Atas limpahan kehangatan, perhatian, pengorbanan, dan

limpahan cinta yang tak pernah padam

Adikku: M.Arofi, M.Alabus Royan, Sabila Ramadhani, A.Addinulhaq, dan M.Anshar Fissabil

Atas kasih saying, kebersamaan, dan persaudaraan

Best friends of mine..

For the joy, support and friendship we made

The soul of mine..

Atas perjuangan, atas kelelahan, dan kesabaran. Teruslah bermimip, teruslah berjuang

(11)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”PROFIL

KEMAMPUAN MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI DALAM

MEMBUAT LKS IPA JENJANG SMP” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Biologi FKIP

Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila.

3. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembahas atas bimbingan dan masukannya. 4. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

FKIP Unila sekaligus sebagai Pembimbing Akademik dan Pembimbing I atas bimbingan, motivasi, saran, dan masukannya.

5. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd sebagai Pembimbing II atas bimbingan, motivasi, saran, dan masukannya.

6. Sekretariat PLT FKIP Universitas Lampung atas izin dan bantuannya dalam proses penelitian.

7. Bapak dan ibu dosen pengajar, atas segala ilmu yang telah diberikan. 8. Bapak Ahmad Rafiuddin dan Ibu Rubiyanti, orangtuaku tercinta, atas

(12)

9. Rekan seperjuangan dalam penelitian Mayvena Lizora, atas kerjasama dan kesabarannya.

10.Seluruh sejawat mahasiswa Pendidikan Biologi 2010 calon pendidik hebat masa depan, terutama kepada 19 orang subjek penelitian, atas kesediaannya membantu dalam kelancaran penelitian ini,.

11.Sahabat terbaik selama di kampus: Sisca Nasution, Destra Mutia, Hanni Hanifah, Qurratu Aini Na’ima, Eli Komariah, Yuliani, Nindy Profithasari, Gadis Pratiwi, Renita Prahastiani, Novita Sari, Aji Kurnia Irawan, Rosiana Aisyiyah, Mira Olivia, Cris Ayu S., Ervin Hidayat, Mila Vanalita, Taufik Ardiyanto, Rinu Bhakti Dewantara, Ririn Noviyanti dan yang tak dapat disebutkan satu per satu. Semoga persahabatan ini tidak berakhir seiring berakhirnya masa studi kita. Aamiin

12.Sahabat terbaik sejak masa ababil: my long-distance partner in crime Rendy Afriansyah Nawawi, Alifia Oktrina Fayardi, Nanda Fitri Wardani S.Ked, dan Keluarga Besar Akselerasi Angkatan 7 SMAN 2 B.Lampung atas semangat dan inspirasi yang telah diberikan, see you guys next on the top.

13.Keluarga rumah Sukamarga: Siti Rohani S.Pd, Ades Putri Pertiwi S.Pd, Ike, Lia, kak Anwar, Marselendra, Beni, Nuri.

14.Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, Aamiin.

Bandar Lampung, Juni 2014 Penulis

(13)

xiv

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 50

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... ... 74

LAMPIRAN 1. Lembar Penilaian LKS IPA ... 77

2. Rekapitulasi Lembar Penilaian LKS IPA SMP ... 115

(14)

xv

4. Lembar Angket Tanggapan Responden dalam Menyusun LKS ... 119

5. Rubrik Angket. ... 121

6. Rekapitulasi Penilaian Angket ... 123

7. Instrumen Uji Kompetensi Penyusunan LKS ... 124

8. Kisi-Kisi Uji Kompetensi ... 127

9. Rekapitulasi Penilaian Uji Kompetensi ... 129

10.Foto-Foto Penelitian ... 130

11.Surat Validasi Instrumen ... 131

12.Surat Izin Penelitian ... 132

(15)

xiv

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 50

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... ... 74

LAMPIRAN 1. Lembar Penilaian LKS IPA ... 77

2. Rekapitulasi Lembar Penilaian LKS IPA SMP ... 115

(16)

xv

4. Lembar Angket Tanggapan Responden dalam Menyusun LKS ... 119

5. Rubrik Angket. ... 121

6. Rekapitulasi Penilaian Angket ... 123

7. Instrumen Uji Kompetensi Penyusunan LKS ... 124

8. Kisi-Kisi Uji Kompetensi ... 127

9. Rekapitulasi Penilaian Uji Kompetensi ... 129

10.Foto-Foto Penelitian ... 130

11.Surat Validasi Instrumen ... 131

12.Surat Izin Penelitian ... 132

(17)

xv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Lembar penilaian penyusunan LKS ... 38 2. Daftar pertanyaan angket ... 39 3. Kriteria penilaian kemampuan menyusun LKS ... 40 4. Kriteria persentase kemampuan menyusun LKS seluruh mahasiswa .. 40 5. Kualitas LKS mahasiswa berdasarkan kaidah penilaian penyusunan

LKS dari aspek format ... 43 6. Kualitas LKS mahasiswa berdasarkan indikator yang penuhi dari

aspek format ... 43 7. Pemahaman mahasiswa terhadap LKS IPA ... 45 8. Pemahaman mahasiswa terhadap kaidah penyusunan LKS dari segi

format berdasarkan uji kompetensi ... 46 9. Kualitas LKS mahasiswa berdasarkan kaidah penilaian penyusunan

LKS dari aspek isi ... 47 10.Kualitas LKS mahasiswa berdasarkan indikator yang dipenuhi dari

aspek isi ... 47 11.Pemahaman mahasiswa terhadap kaidah penyusunan LKS dari segi

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Acuan Penerapan Keterampilan Proses Sains SD-SMA ... 33

2. Contoh jawaban yang menyebutkan format LKS secara tepat ... 51

3. Contoh jawaban yang menyebutkan format LKS secara kurang tepat 52

4. Contoh jawaban menyebutkan format LKS secara tidak tepat ... 52

5. Contoh analisis mahasiswa terhadap format susunan LKS... 53

6. Contoh LKS yang memuat kegiatan yang tidak sesuai dengan kompetensi pada KD ... 58

7. Contoh RPP yang dibuat oleh mahasiswa ... 59

8. Contoh LKS dengan kegiatan yang tidak sesuai dengan RPP ... 60

9. Contoh jawaban angket tentang rujukan pembuatan LKS ... 61

10.Contoh jawaban uji kompetensi tentang kesesuain LKS dengan KD .. 62

11.Contoh jawaban angket mengenai hakikat belajar ... 64

12.Contoh LKS dengan muatan KPS dasar: mengamati, mengelompokkan, dan mengkomunikasikan ... 65

13.Contoh LKS yang memuat KPS dasar: pengukuran ... 66

14.Contoh LKS yang memuat KPS dasar: menyimpulkan ... 66

15.Contoh LKS yang memuat KPS lanjut: variabel dan eksperimen ... 67

16.Contoh LKS yang memuat KPS lanjut: mengintepretasikan data ... 67

17.Contoh jawaban angket yang kurang tepat mengenai ciri khas IPA .... 68

18.Mengawasi jalannya uji kompetensi.penyusunan LKS ... 130

19.Mahasiswa mengerjakan angket ... 130

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembangunan pendidikan khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah, seorang guru memiliki peran utama dalam keberhasilan peserta didik terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Hal tersebut disebabkan karena guru merupakan komponen yang paling

berpengaruh terhadap terciptanya proses pembelajaran dan hasil pendidikan yang berkualitas (Mulyasa, 2007: 5). Seorang guru, menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1, adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru merupakan sebuah profesi. Oleh sebab itu, seorang guru wajib memiliki kualifikasi diantaranya kualifikasi di bidang akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

(20)

2

Adapun kompetensi yang dimaksud disebutkan pada pasal 10, yaitu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik dalam pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Salah satu kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru adalah

penggunaan bahan ajar dalam pelaksanaan pembelajaran. Bahan ajar tersebut misalnya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) (Depdiknas, 2008:1). LKS dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran dan dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media

pembelajaran yang lain. LKS yang disusun dapat dirancang dan

dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi (Widjajanti, 2008: 1). Menurut Darmodjo dan Kaligis (dalam Widjajanti, 2008: 2) penggunaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

National Science Teachers Association (2010: 31) menyatakan:

“Teaching becomes a profession when teachers practice with a common knowledge base and apply their knowledge to effective practice. Science teaching is a composite profession requiring knowledge and skills in both science and education”

(21)

3

kompetensi profesional yang menandakan bahwa setiap guru harus menguasai mata pelajaran yang diajarkannya. Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan pengertian bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA merupakan suatu proses penemuan. Depdiknas (2006: 1) menyatakan bahwa pembelajaran dalam IPA meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi.

Keempat unsur ini harus dimengerti dan dipahami oleh setiap guru yang mengajar IPA. Dalam proses pembelajaran IPA sendiri, keempat unsur ini penting untuk diwujudkan melalui penggunaan LKS, sehingga penyusunan LKS untuk pembelajaran IPA harus mengacu pada unsur tersebut yang membedakannya dari mata pelajaran lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah. Dalam rangka mempersiapkan guru-guru

profesional yang memenuhi kualifikasi kompetensi tersebut, Lembaga

(22)

4

dan menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di pasar global sebagai pendidik di bidang Biologi (Buku Panduan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unila, 2010: 151).

Dalam proses penyelenggaraan pendidikan pra-jabatan (pre-service education)

ini, mahasiswa calon guru menerima kurikulum yang bermuara pada penguasaan disiplin IPA dan Biologi di jenjang pendidikan dasar dan menengah, kemudian ditambah penguasaan keilmuan dan keahlian

kependidikan, serta praktik pendidikan (Faris, 2010: 4). Proses pembelajaran untuk melatih penguasaan keilmuan Biologi dalam kerangka pendidikan didapatkan mahasiswa salah satunya pada mata kuliah Perancangan Pembelajaran Biologi. Pada mata kuliah ini mahasiswa dilatih untuk

melakukan orientasi program pembelajaran termasuk penyusunan bahan ajar berupa LKS. Untuk mengimplementasikan berbagai ilmu yang didapatkan selama masa studi tersebut, mahasiswa wajib mengikuti kegiatan praktik pendidikan berupa Program Pengalaman Lapangan (PPL). Dalam

pelaksanaannya, PPL meliputi berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran (merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan memonitoring proses pembelajaran) dan keterampilan membina hubungan sosial dengan siswa, sejawat dan orang tua peserta didik (Dantes, 2009: 12).

(23)

5

mahasiswa sebagai calon guru. Mahasiswa harus mampu membuat LKS yang mencerminkan proses pembelajaran IPA yang ditandai dengan terpenuhinya unsur-unsur pembelajaran IPA, salah satunya yaitu mengakomodasi

keterampilan proses sains (KPS) sehingga tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai. Untuk mengetahui kemampuan tersebut dapat dilihat berdasarkan kualitas LKS yang telah disusun mahasiswa Pendidikan Biologi selama kegiatan PPL, karena melalui kegiatan PPL mahasiswa memperoleh pengalaman formal dalam melaksanakan proses pembelajaran serta mempraktekkan pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun LKS.

Mengingat pentingnya kemampuan dalam menyusun LKS IPA yang sesuai persyaratan bagi mahasiswa sebagai calon guru, maka penelitian untuk mengetahui sejauh mana calon guru memiliki kemampuan menyusun LKS sangat diperlukan. Penelitian deskriptif sejenis pernah dilakukan oleh

(24)

6

yang menggambarkan profil kemampuan calon guru di lingkungan Pendidikan Biologi Universitas Lampung dalam membuat LKS IPA untuk SMP. Adapun penelitian deskriptif tersebut berjudul “Profil Mahasiswa Pendidikan Biologi dalam Menyusun LKS IPA tingkat SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “bagaimanakah profil kemampuan mahasiswa Pendidikan Biologi dalam menyusun LKS IPA untuk SMP” yang dijabarkan sebagai berikut: 1. bagaimanakah kualitas LKS yang disusun mahasiswa dari segi format? 2. bagaimanakah kualitas LKS yang disusun mahasiswa dari segi isi,

meliputi kesesuaian LKS dengan KD dan RPP serta kesesuaian LKS dengan hakikat pembelajaran IPA?

3. bagaimanakah pemahaman mahasiswa mengenai LKS berdasarkan uji kompetensi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui profil kemampuan mahasiswa Pendidikan Biologi dalam menyusun LKS IPA untuk SMP berdasarkan: 1. kualitas penyusunan dari segi format

(25)

7

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. bagi peneliti yaitu dapat memberikan wawasan dalam penyusunan LKS IPA dan pengalaman dalam mengkaji kualitas LKS berdasarkan kaidah penyusunan LKS.

2. bagi Program Studi Pendidikan Biologi Unila yaitu sebagai umpan balik sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran terutama dalam penyusunan LKS.

3. bagi mahasiswa Pendidikan Biologi Unila sebagai bahan refleksi dan evaluasi diri dalam membuat LKS IPA sehingga membangkitkan motivasi untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam membuat LKS yang sesuai kaidah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Profil yang dimaksud yaitu gambaran kemampuan mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lampung dalam menyusun LKS IPA yang dilihat berdasarkan kualitas LKS dan hasil uji kompetensi. Adapun aspek penilaian penyusunan LKS meliputi format penyusunan dan isi.

(26)

8

3. LKS mata pelajaran IPA yang dibuat oleh mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lampung selama mengikuti PPL di SMP tahun 2013 yang selanjtnya dianalisis kualitasnya berdasarkan kaidah penyusunan LKS dari segi format dan isi.

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kompetensi Guru

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2004: 79). Sedangkan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 tertulis:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Untuk mencapai proses pendidikan yang berkualitas, maka dibutuhkan pula guru yang berkualitas. Menurut Pasal 1 Undang-Undang No 14 Tahun 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Guru yang berkualitas adalah guru yang

(28)

Undang-10

Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 3, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam rangka proses pembelajaran di kelas, Danim (2002: 32) menguraikan sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru yaitu: a)Mengembangkan kepribadian, b)Menguasai landasan pendidikan, c)Menguasai bahan

pengajaran, d)Menyusun program pengajaran, e)Melaksanakan program pengajaran, f)Menilai hasil dan proses belajar-mengajar, g)Menyelenggarakan program bimbingan, h)Menyelenggarakan admistrasi sekolah, i)Kerjasama dengan sejawat dan masyarakat, dan j)Memahami penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. Sedangkan The Australian National Professional Standards (Celik, 2011: 74) mengemukakan tujuh elemen yang harus dikuasai oleh guru yaitu:

“….seven standards as key elements for effective teacher are: 1)Know the

students and how they learn. 2)Know the content and how to teach it. 3)Plan for and implement effective teaching and learning. 4)Create and maintain supportive and safe learning. 5)Assess, provide feedback and report on student learning. 6) Engage in professional learning. 7)Engage professionally with colleagues, parents/carers and the community”

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka seorang guru harus memahami siswa dan bagaimana siswa belajar, menguasai disiplin ilmu sebagai konten

(29)

11

dalam kelas, dan memiliki hubungan yang baik dengan kolega, orangtua siswa dan masyarakat.

Di Indonesia, pemerintah telah mengatur kompetensi yang harus dimiliki guru yang secara garis besar terangkum dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 8. Kompetensi yang dimaksud meliputi kompetensi pedagogik,

(30)

12

berkomunikasi dan bergaul dengan baik dan santun. Guru adalah sebuah profesi, sehingga seorang guru harus memiliki kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam (Purba, 2005: 5).

Dalam proses pembelajaran, guru menempati posisi yang strategis dalam menentukan keberhasilan pencapaian tujuan proses pembelajaran. Peranan guru adalah sebagai agen pembelajaran (learning agent) antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemicu, dan pemberi inspirasi bagi siswa (Purba, 2005: 5). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Dantes (2009: 4) yang menyatakan bahwa meskipun proses pendidikan yang berorientasi pada pengajaran dimana guru lebih menjadi pusat informasi telah bergeser pada proses pendidikan yang berorientasi pada pembelajaran dimana peserta didik menjadi sumber (student centered), peran guru sebagai fasilitator tetap tidak tergantikan. Oleh sebab itu maka penguasaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional adalah hal yang sangat mutlak diperlukan bagi seorang guru.

B. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi

(31)

13

program diploma empat (D-IV). Seseorang yang ingin menjadi guru harus menempuh pendidikan persiapan pada lembaga pendidikan keguruan. Pada tahap ini seseoramg dikatakan berada dalam jenjang prajabatan tenaga guru

(pre-service training). Loretta dan Stein (1989, dalam Samad, 2012: 1)

mengemukakan kategori pendidikan profesional pre-service adalah studi yang diwajibkan untuk menjadi seorang guru yang secara historis terbentuk dari sejumlah mata pelajaran yang diambil pada perguruan tinggi dengan memberikan pengalaman lapangan yang didesain untuk membentuk tenaga pengajar professional. Di Indonesia, lembaga penyedia layanan pendidikan

pre-service digolongkan dalam Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). LPTK dapat berbentuk Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (STKIP), Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Tarbiyah, dan lain-lain.

Pendidikan akademik pada jenjang S-1 diarahkan terutama pada penguasaan ilmu kependidikan dan pengembangannya sebagai syarat pemenuhan

(32)

14

pendidikan akademik terdiri dari: (1)bahan kurikuler landasan keilmuan dan keterampilan (MKK) pendidikan dan bidang studi; (2)bahan kurikuler

keahlian profesi (MKB); (3)bahan kurikuler pembentukan kepribadian (sikap dan perilaku) guru (MPB); (4)bahan kurikuler pembentukan kepribadian (sikap dan perilaku) umum (kemasyarakatan dan kebangsaan) (MPK); (5)bahan kurikuler untuk berkehidupan bermasyarakat (MBB) (Farisi, 2010: 4).

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung sebagai salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) terus berupaya membentuk guru-guru yang berkualitas. Dalam buku panduan KKN-KT FKIP Unila 2013 tertulis:

“Visi FKIP Unila sampai tahun 2021 yaitu menjadi LPTK Inspiratif,

Progresif yang Profesional dan Bermartabat. Perumusan visi ini juga dilandasi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Indonesia yang menetapkan kompetensi lulusan LPTK meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.”

Salah satu program studi yang terdapat pada FKIP Universitas Lampung adalah Pendidikan Biologi. Program Studi Pendidikan Biologi ternaung di dalam Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Tujuan dari Program Studi Biologi ini adalah untuk menghasilkan guru IPA dan guru Biologi yang mampu bersaing secara global. Pada tahun 2013, jumlah

(33)

15

“Menuju tahun 2015 menjadi program studi yang mampu

menyelenggarakan pendidikan secara professional, terakreditasi tinggi, menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di pasar global”

Menurut Buku Panduan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (2010: 151), berdasarkan SK KEPMENDIKNAS 045/U/2002 , lulusan harus memenuhi lima elemen kompetensi, yaitu (1) landasan kepribadian; (2) penguasaan keilmuan dan keterampilan; (3) kemampuan berkarya; (4) sikap dan perilaku dalam berkarya; dan (5) pemahaman kaidah kehidupan bermasyarakat. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: 1. Landasan Kepribadian

a. Bertaqwa kepada Tuhan YME

b. Menunjukkan keteladanan yang baik dalam bersikap dan bertindak kepada peserta didik, teman sejawat, dan masyarakat.

c. Menampilkan sikap dan tindakan sesuai dengan nilai-nilai agama, kebangsaan, etika, dan norma masyarakat.

d. Memiliki komitmen terhadap profesi guru 2. Penguasaan Keilmuan dan Keterampilan

a. Menguasai substansi, karakteristik, dan metodologi ilmu biologi. b. Menguasai ilmu lain (kimia, matematika, dan fisika) yang menunjang

pemahaman ilmu biologi.

c. Menguasai substansi materi biologi di sekolah menengah. d. Menguasai keterkaitan ilmu biologi dan aplikasinya dengan

(34)

16

e. Memutakhirkan pengetahuan dan keterampilan dalam pendidikan biologi melalui penelitian.

f. Memiliki kemampuan menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

3. Kemampuan Berkarya

a. Merancang pembelajaran biologi dengan menguasai metodologi pembelajaran dan kurikulum biologi di sekolah.

b. Melaksanakan pembelajaran biologi berdasarkan silabus dan rencana pembelajaran biologi.

c. Menciptakan suasana belajar yang kondusif dalam pembelajaran biologi.

d. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar dalam pembelajaran biologi.

e. Melakukan asesmen dalam pembelajaran biologi.

f. Merencanakan dan melaksanakan penelitian dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan biologi.

g. Mengkomunikasikan hasil kajian ilmiah kepada komunitas sekolah. 4. Sikap dan Perilaku dalam Berkarya

a. Mampu bekerja mandiri dan/atau bekerja sama dengan teman sejawat dalam lingkungan kerja untuk merencanakan dan melaksanakan program pendidikan di sekolah.

(35)

17

c. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan berbasis biologi bagi peserta didik dan lingkungan.

d. Mampu mengevaluasi kinerja sendiri, serta mau dan siap mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutkan.

National Science Teachers Association (2012: 1-3) mengemukakan standar yang harus dimiliki seorang guru IPA dalam masa pendidikan pre-service,

yaitu.

“The six NSTA pre-service science standars are content knowledge, content pedagogy, learning environments, safety, impact on student learning, and professional knowledge and skills. Based on those six standards, effective teachers of science have to understand and articulate the knowledge and practices of contemporary science who interrelate and interpret important concepts, ideas, and applications in their fields of licensure, understand how students learn and develop scientific

knowledge, be able to plan for engaging all students in science learning by setting appropriate goals that are consistent with knowledge of how

students learn science and are aligned with state and national standards, set the safety procedures and the ethical treatment of living organisms needed in science classroom appropriate to their area of licensure, provide evidence to show that students’s understanding of major science concepts, principles, theories, and laws have changed as a result of instruction, and then strive continuously to improve their knowledge and understanding of the ever changing knowledge base of both content, and science pedagogy, including approaches for addressing inequities and inclusion for all students in science”

Calon guru IPA atau guru yang berada pada masa pendidikan pre-service

harus memiliki kemampuan untuk memahami disiplin IPA dan

mempraktekkan IPA kontemporer yang mengintepretasikan konsep penting, gagasan, dan penerapannya, memahami bagaimana siswa belajar dan

(36)

18

dan etis terutama bila menggunakan makhluk hidup untuk kegiatan praktikum, menyediakan bukti yang menunjukkan pemahaman siswa pada konsep,

prinsip, teori, dan hukum IPA, serta meningkatkan kemampuan dan pemahamannya sendiri pada disiplin ilmu dan pedagogik agar terus berkembang menjadi lebih baik.

Berdasarkan penjabaran di atas, salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki oleh mahasiswa Pendidikan Biologi sebagai calon guru yaitu mampu menggunakan dan menyusun berbagai media dan bahan ajar dalam

pembelajaran IPA. Media dan bahan ajar tersebut diantaranya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Pengetahuan dan pelatihan dalam menyusun LKS ini diperoleh mahasiswa calon guru pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Biologi. Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan

orientasi program pembelajaran di lapangan, termasuk bagaimana cara

menyusun bahan ajar yang benar (Panduan Penyelenggaraan Program Sarjana FKIP Unila, 2010: 167).

(37)

19

ditujukan agar mahasiswa menguasai keterampilan merencanakan,

melaksanakan, menilai dan mengevaluasi proses pembelajaran, baik secara teoritis maupun praktis (Buku Panduan Pelaksanaan KKN-T FKIP Unila, 2013: 1).

Dalam melaksanakan kegiatan PPL tersebut, mahasiswa sebagai calon guru sebaiknya menggunakan setidaknya LKS sebagai bahan ajar atau media pembelajaran saat membelajarkan suatu materi pada siswa. Dalam hal ini tentu mahasiswa sedang mengalami suatu proses pembelajaran dalam menyusun dan menerapkan LKS dengan baik karena LKS adalah suatu perangkat yang penting di dalam proses pembelajaran.

C. Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA

Suyanto, Paidi, dan Wilujeng (2011: 2) mengungkapkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran tempat siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga merupakan bagian dari enam perangkat pembelajaran yang dikembangkan para guru di negara maju, seperti Amerika Serikat; di mana untuk IPA disebut

science pack. Keenam perangkat pembelajaran tersebut adalah (1) syllabi

(silabi), (2) lesson plan (RPP), (3) hand out (bahan ajar), (4) student

(38)

20

LKS merupakan bahan ajar berbentuk cetak yang harus dikembangkan oleh guru untuk digunakan dalam proses pembelajaran. LKS sebagai bahan ajar bertujuan untuk mempermudah siswa melakukan proses-proses belajar, sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru tetapi melakukan suatu kegiatan seperti melakukan percobaan, mengidentifikasi bagian-bagian, membuat tabel, melakukan pengamatan, menggunakan mikroskop atau alat pengamatan lainnya dan menuliskan atau menggambar hasil pengatamantannya, melakukan

pengukuran dan mencatat data hasil pengukurannya, menganalisis data hasil pengukuran, dan menarik kesimpulan. Selain itu, penggunaan LKS juga membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku buku teks yang terkadang sulit diperoleh dan memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran (Depdiknas, 2008: 7).

Sementara itu, Widjajanti (2008: 1) mengungkapkan:

“Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi. LKS juga merupakan media pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain. LKS menjadi sumber belajar dan media pembelajaran tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dirancang”

(39)

21

pengembangan teknologi cetak yang berupa buku dan materi visual. Dalam proses pembelajaran biologi, media dapat digunakan untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran. Hamalik (Arsyad, 2007: 15) menyatakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh pengaruh

psikologis terhadap siswa. LKS selain sebagai media pembelajaran juga mempunyai beberapa fungsi yang lain, yaitu:

1. merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan belajar mengajar.

2. dapat digunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu penyajian suatu topik.

3. dapat untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai siswa.

4. dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas. 5. membantu siswa dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar. 6. dapat membangkitkan minat siswa jika LKS disusun secara rapi,

sistematis, dan mudah dipahami oleh siswa sehingga mudah menarik perhatian siswa.

(40)

22

8. dapat mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok atau klasikal karena siswa dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kecepatan belajarnya.

9. dapat digunakan untuk melatih siswa menggunakan waktu seefektif mungkin.

10.dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

Menurut Darmodjo dan Kaligis (1992: 41-46, dalam Widjajanti, 2008: 3-5) keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

1. Syarat- syarat didaktik, mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa. LKS yang berkualitas harus

memenuhi syarat- syarat didaktik yang dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran

(41)

23

c. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai dengan ciri KTSP

d. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa

e. Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi.

2. Syarat konstruksi, berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS yang pada hakikatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna, yaitu anak didik. Syarat konstruksi meliputi :

a. Menggunakan bahasa yang sesuai tingkat kedewasaan siswa. b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas. Hal-hal yang perlu

diperhatikan agar kalimat menjadi jelas maksudnya, yaitu : a) Menghindari kalimat kompleks.

b) Menghindari “kata-kata tak jelas” misalnya “mungkin”, “kira -kira”.

c) Menghindari kalimat negatif, apalagi kalimat negatif ganda. d) Menggunakan kalimat positif lebih jelas daripada kalimat

negatif.

c. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat

(42)

24

d. Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan

dianjurkan merupakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas.

e. Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa.

f. Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS.

Memberikan bingkai dimana siswa harus menuliskan jawaban atau menggambar sesuai dengan yang diperintahkan.

g. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. Kalimat yang panjang tidak menjamin kejelasan instruksi atau isi. Namun kalimat yang terlalu pendek juga dapat mengundang pertanyaan.

h. Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar lebih dekat pada sifat konkrit sedangkan kata-kata lebih dekat pada

sifat “formal” atau abstrak sehingga lebih sukar ditangkap oleh

anak.

i. Dapat digunakan oleh siswa, baik yang lamban maupun yang cepat. j. Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber

motivasi.

(43)

25

3. Syarat teknis menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan penampilannya dalam LKS. Adapun rinciannya yaitu:

a. Tulisan

a) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.

b) Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.

c) Menggunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris.

d) Menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa.

e) Perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi. b. Gambar

Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat

menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS.

c. Penampilan

Penampilan sangat penting dalam LKS. Siswa biasanya terlebih dahulu akan tertarik pada penampilan bukan pada isinya.

(44)

26

(Prastowo, 2012: 208). Sedangkan Menurut German et al (Rustaman dan Wulan, 2007:28) aspek yang sebaiknya ada pada LKS yaitu 1) tujuan

kegiatan, 2) pendahuluan (latar belakang/pentingnya kegiatan dasar/teori), 3) alat dan bahan, 4) cara kerja, 5) set up atau cara merangkai alat 6) penafsiran hasil pengamatan, 7) analisis dan penerapan konsep, serta 8) pembuatan kesimpulan.

Dahar (1986: 29) menyatakan LKS adalah lembar kerja yang berisikan

informasi dan interaksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu aktivitas belajar, melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai tujuan intruksional. Berdasarkan uraian tersebut, maka LKS harus memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar yang harus ditempuh. Karena pembuatan LKS menekankan pada pencapaian proses pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran maka LKS merupakan implementasi dari perencanaan proses pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.

Proses penyusunan LKS harus berkesesuaian dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini sesuai dengan pendapat Suyanto, Paidi, dan Wilujeng (2011: 7) yang menyatakan bahwa dalam penyusunan LKS harus memperhatikan langkah sebagai berikut :

(45)

27

2. Menganalisis silabus dan memilih alternatif kegiatan belajar yang paling sesuai dengan hasil analisis SK, KD, dan indikator.

3. Menganalisis RPP dan menentukan langkah-langkah kegiatan belajar. 4. Menyusun LKS sesuai dengan kegiatan eksplorasi dalam RPP.

(46)

28

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan disiplin ilmu yang penting untuk diajarkan pada siswa SMP karena pentingnya penerapan IPA dalam

kehidupan masyarakat. Menurut Depdiknas (2006:3) IPA atau sains adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. IPA

memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam melalui kegiatan empirik yang dapat diperoleh melalui eksperimen laboratorium atau alam bebas. Pembelajaran IPA di sekolah didasarkan pada hakikat IPA sendiri yaitu dari segi proses, produk, dan pengembangan sikap (Darmodjo dan Kaligis. 1993: 7).

Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu secara inkuiri tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Carin dan Sund (dalam

(47)

29

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur tersebut merupakan ciri IPA yang utuh.yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan diharapkan keempat unsur tersebut muncul dalam pembelajaran IPA.

IPA berkembang dari suatu proses ilmiah sehingga dalam pembelajaran IPA digunakan suatu pendekatan keterampilan proses sains sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah memiliki peran yang penting dalam menemukan konsep sains. Hipkins (2002, dalam

http://scienceonline.tki.org.nz ) menyatakan:

“Students need to understand, at some level, the complexities of working science so they can draw on that understanding for socio-scientific decision-making in adult life.The teacher is the mediator between the world of the student and the world of the scientist.The role of the teacher is to help students learn where the products of science came from.”

Pembelajaran dalam IPA seharusnya mengarahkan pada pendekatan ilmiah seperti yang dilakukan ilmuwan sehingga siswa memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan secara ilmiah. Dalam hal ini guru IPA adalah mediator antara dunia siswa dan dunia ilmuwan yang sesungguhnya. Guru juga berperan dalam membantu siswa mempelajari produk ilmiah berasal.

Ada tiga dimensi ilmiah yang penting dalam pembelajaran IPA yaitu konsep dasar dan pengetahuan ilmiah, proses ilmiah, serta sikap ilmiah. Sains adalah upaya untuk mempelajari, merumuskan permasalahan, dan

(48)

30

siswa sebagai bekal dalam memecahkan berbagai permasalahan kehidupan sehari-hari (Rudy, 2011: 1).

Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif/ intelektual, manual dan sosial (Rustaman dkk, 2005: 78). KPS dibedakan menjadi dua bagian, yaitu keterampilan dasar proses IPA dan keterampilan terpadu proses IPA.

Enam keterampilan dasar proses IPA yaitu mencakup 1) observasi

(observing), yaitu menggunakan lima indera untuk menemukan informasi tentang karakteristik benda, sifat suatu benda kesamaan-kesamaan benda dan ciri-ciri identifikasi lainnya; 2) klasifikasi (classifying), yaitu proses pengelompokan dan pengurutan benda-benda; 3) pengukuran (measuring),

yaitu membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan kuantitas yang diketahui, seperti satuan pengukuran standar dan non standar; 4) komunikasi

(communicating), yaitu menggunakan multimedia, menulis, membuat grafik atau kegiatan-kegiatan untuk sharing penemuan; 5) inferensi

(inferring), yaitu pembentukan ide-ide untuk menjelaskan pengamatan; 6) prediksi (predicting), pengembangan asumsi dari hasil yang diharapkan.

Sedangkan lima keterampilan terpadu proses sains mencakup 1)

(49)

31

prediksi yang didasarkan pada bukti-bukti penelitian dan penyelidikan sebelumnya; 2) variabel-variabel (variables), yaitu menamai dan

mengontrol variabel-variabel bebas (independent), terikat (dependent) dan kontrol (control); 3) difinisi operasional (operational definitions), yaitu mengembangkan istilah-istilah khusus untuk mendeskripsikan apa yang terjadi dalam penyelidikan didasarkan pada karakeristik-karakteristik yang dapat diamati; 4) eksperimen (experimenting), yaitu melakukan suatu penyelidikan; 5) interpretasi data (interpreting data), yaitu menganalisis hasil suatu penyelidikan (Wilujeng, Setiawan, dan Liliasari, 2010: 356).

Oleh sebab itu, karakteristik LKS dalam pembelajaran IPA adalah

memberikan pengalaman bagi siswa dalam bentuk pendekatan keterampilan proses sains baik dasar maupun terpadu. Kegiatan yang tertuang dalam LKS harus mampu mengakomodasi kegiatan yang berlandaskan proses ilmiah. Guru harus memahami hal penting ini sehingga guru mampu merancang pembelajaran yang sesuai hakikat IPA melalui penggunaan LKS. NSTA (2008: 1) menyatakan bahwa:

“Teachers of science engage students both in studies of various methods

of scientific inquiry and in active learning through scientific inquiry. They encourage students, individually and collaboratively, to observe, ask questions, design inquiries, and collect and interpret data in order to develop concepts and relationships from empirical experiences”

(50)

32

pertanyaan, merancang penemuan, mengumpulkan, dan mengintepretasikan data untuk membangun konsep berdasarkan pengalaman empirik. Itulah hakikat dari pembelajaran IPA yang sesungguhnya.

Melalui pembelajaran yang menekankan keterampilan proses sains, siswa benar-benar melakukan pengamatan, pengukuran, pengidentifikasian dan pengendalian, percobaan, dan lain-lain seperti yang dilakukan oleh seorang ilmuwan dalam usaha memecahkan misteri-misteri alam. Siswa dengan keterampilan proses yang baik diharapkan mencapai hasil belajar yang baik pula (Depdiknas, 2006: 2). Pembelajaran dengan menggunakan LKS yang memuat keterampilan proses membuat siswa melaksanakan pembelajaran dengan pengembangan metode ilmiah, menemukan dan mengembangkan fakta serta konsep yang ditemukan, sehingga pembelajaran lebih bermakna

(meaningful), kontekstual dan konstruktivistik.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan LKS adalah kesesuaian LKS dengan jenjang pendidikan siswa. Siswa sebagai peserta didik

mengalami perkembangan kognitif, afektif, maupun psikomotor yang harus diakomodasi dalam kegiatan pembelajaran. Dalam jenjang pendidikan yang berbeda, kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Dalam pembelajaran IPA yang memuat keterampilan proses sains juga harus diperhatikan proporsi keterampilan proses yang harus

(51)

33

Gambar 1. Acuan Penerapan Keterampilan Proses Sains dari SD-SMA

(52)

34

(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Sekretariat PLT dan Lingkungan Program Studi Pendiidikan Biologi FKIP Universitas Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung. Pada penelitian ini digunakan teknik purposive sampling sehingga terpilih 19 orang mahasiswa Pendidikan Biologi

Universitas Lampung peserta PPL tahun 2013 di SMP yang membuat LKS IPA sebagai subjek penelitian.

C. Desain Penelitian

(54)

36

kemampuan mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lampung peserta PPL 2013 dalam membuat LKS dan kualitas LKS yang disusun oleh mahasiswa yang bersangkutan dari segi format dan isi.

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Menetapkan subjek penelitian, yaitu mahasiswa Pendidikan Biologi Unila peserta PPL di SMP pada tahun 2013 yang membuat LKS. b. Mempersiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan dalam

penelitian yaitu: lembar penilaian penyusunan LKS dari segi format penyusunan dan isi, angket tanggapan responden mengenai proses penyusunan LKS IPA, dan lembar LKS uji kompetensi.

c. Melakukan validasi instrumen penilaian dan angket. d. Membuat surat izin penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mengumpulkan LKS IPA yang telah dibuat oleh mahasiswa Pendidikan Biologi selama mengikuti PPL di SMP tahun 2013. b. Menganalisis dan memberikan skor terhadap LKS yang dibuat oleh 19

mahasiswa berdasarkan panduan penilaian kelayakan LKS. c. Memberikan angket tanggapan responden mengenai profil

(55)

37

d. Menyelenggarakan uji kompetensi kepada beberapa subjek penelitian untuk mengetahui kemampuannya dalam memahami penyusunan LKS yang baik.

e. Mendeskripsikan profil kemampuan mahasiswa Pendidikan Biologi Unila dalam membuat LKS IPA SMP dengan kriteria: sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang berdasarkan analisis data dari panduan penilaian yang didukung informasi dari angket dan hasil uji kompetensi.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Jenis Data

Data hasil analisis terhadap LKS berdasarkan panduan kaidah penyusunan LKS berupa data kualitatif hasil konversi skor penilaian yang diperoleh berdasarkan penilaian terhadap LKS dari segi format dan isi dengan menggunakan panduan penilaian penyusunan LKS dan angket yang diisi oleh subjek penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: 1. Observasi partisipan

(56)

38

2013 di SMP berdasarkan pedoman kaidah penyusunan LKS yang dibuat dalam lembar penilaian dalam Tabel 1.

Tabel 1. Lembar penilaian penyusunan LKS

No Aspek yang dinilai Penilaian

1 Format penyusunan Ya (1) Tidak (0)

Susunan

a. Mencantumkan judul

b. Mencantumkan tujuan

c. Mencantumkan petunjuk pengerjaan

d. Mencantumkan kolom identitas siswa

e. Menyediakan ruang yang cukup pada LKS sehingga siswa dapat menulis atau menggambar sesuatu

f. Menyediakan ruang untuk siswa menulis kesimpulan Jika percobaan, maka

a) Mencantumkan alat dan bahan

b) Mencantumkan prosedur percobaan

Keterbacaan

a. Menggunakan tata bahasa yang sesuai dengan EYD

b. Menggunakan kalimat yang tidak menimbulkan ambiguitas

c. Menggunakan susunan kalimat yang efektif

d. Menggunakan font dan ukuran huruf yang mudah dibaca e. Mengusahakan keserasian perbandingan besarnya huruf

dengan gambar/ grafik/ tabel Kemenarikan

a. Tata letak bagian-bagian LKS teratur dan padu b. Jarak antar bagian LKS proporsional

c. Menggunakan variasi jenis dan ukuran font secara serasi Jumlah

Kategori

2 Isi

a. Materi pada LKS sesuai dengan KD

b. Kegiatan dalam LKS sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai pada KD

c. Kegiatan dalam LKS sesuai dengan strategi pembelajaran dalam RPP

d. Gambar/tabel/grafik yang dicantumkan bermakna/berfungsi

e. Kegiatan dalam LKS mampu mengakomodasi proses belajar IPA yang sesuai dengan keterampilan proses sains dasar, yaitu mengarahkan siswa untuk:

a) Melakukan pengamatan terhadap suatu fenomena

b) Melakukan pengelompokan (klasifikasi)

c) Melakukan pengukuran

d) Mengkomunikasikan suatu informasi

e) Melakukan inferensi

f) Memprediksikan suatu fenomena

f. Apabila menggunakan metode praktikum maka kegiatan dalam LKS mampu

mengakomodasi proses belajar IPA yang sesuai dengan keterampilan proses sains terpadu, yaitu mengarahkan siswa untuk:

(57)

39

2. Angket

Berupa daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden secara langsung sebagai konfirmasi analisis lembar penilaian LKS. Adapun daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar pertanyaan angket

No. Pertanyaan

1 Menurut pendapat Anda, apakah hakikat belajar?

………

2 Menurut pendapat Anda, apa sajakah ciri khas dari pembelajaran IPA?

………

3 Menurut Anda, apakah LKS penting dalam pembelajaran IPA?

a. Ya, karena………

b. Tidak , karena……….

4 Menurut pendapat Anda apa saja fungsi dari penggunaan LKS dalam pembelajaran IPA?

………

5 Apa saja yang menjadi rujukan Anda dalam menyusun LKS IPA?

………

6 Menurut Anda, bagaimana format penyusunan LKS?

………

3. Catatan Lapangan

Berupa catatan-catatan khusus yang ditemukan di lapangan sebagai data pendukung dalam penelitian ini.

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh berdasarkan hasil analisis terhadap LKS dihitung untuk mengetahui kemampuan setiap mahasiswa dalam menyusun LKS IPA sesuai persyaratan. Adapun cara memperoleh nilai kemampuan tiap mahasiswa dengan cara:

Nilai =

(58)

40

Angka tersebut kemudian dikonversi dalam bentuk kualitatif dengan kriteria dalam Tabel 3 (Djamarah dan Zain: 2002 dalam Nurmalasari, 2011: 58).

Tabel 3. Kriteria penilaian kemampuan menyusun LKS No Kriteria Interval nilai

1. Sangat baik 81 – 100

2. Baik 61 – 80

3. Cukup baik 41 – 60 4. Kurang baik 21– 40 5. Sangat kurang baik 0-20

Selanjutnya, data setiap mahasiswa dikumpulkan untuk ditarik kesimpulan mengenai profil mahasiwa dalam membuat LKS yaitu dengan mencari persentase untuk masing-masing indikator penilaian. Data yang diolah kemudian dikategorikan lagi sesuai dengan yang dinyatakan oleh Ali (1992: 184) dalam Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria persentase kemampuan menyusun LKS seluruh mahasiswa

No. Kriteria Persentase responden (%)

1. Tidak ada 0

2. Sebagian kecil 1-39

3. Hampir setengahnya 40-49

4. Setengahnya 50

5. Sebagian besar 51-75

6. Pada umumnya 76-99

7. Seluruhnya 100

(59)

41

(60)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lampung memiliki kemampuan yang baik dalam membuat LKS IPA.

2. Kualitas LKS yang dibuat mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lampung berkriteria baik dari segi format.

3. Kualitas LKS yang dibuat mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lampung berkriteria baik dari segi isi, dengan rincian berkriteria baik untuk kesesuaian LKS dengan RPP dan berkriteria cukup untuk kesesuaian LKS dengan hakikat pembelajaran IPA

4. Pemahaman mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lampung mengenai LKS telah berkriteria cukup.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dirumuskan di atas, maka peneliti mengajukan saran kepada beberapa pihak sebagai berikut.

(61)

73

mempersiapkan bahan ajar yang tepat dan sesuai dengan RPP dan hendaknya dalam menyusun LKS IPA menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari pembelajaran yang telah diperoleh pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Biologi dan mata kuliah lain yang terkait. 2. Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian serupa, sebaiknya

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2009. Comparing Students and Scientist Approaches to Science. Diunduh dari http://scienceonline.tki.org.nz pada tanggal 6 April 2014 pukul 03.06 WIB

Ali, Mohammad. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.

Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Anonim. 2010. Panduan PenyelenggaraanProgram Sarjana FKIP Universitas Lampung. Penerbit Universitas Lampung. Bandarlampung.

Anonim . 2013. Buku Panduan Pelaksanaan KKN-T FKIP Unila. Diunduh dari

http://plt.fkip.unila.ac.id/ pada tanggal 16 Juni 2013 pukul 17.00 WIB. Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Celik, Servet. 2011. Characteristics and Competencies for TeachersEducation:

Addressing the Need for Improved Professional Standards in Turkey.

Australian Journal of Teacher Education Volume 36, April 2011

Dahar, Ratna Wilis. 1986. Interaksi Belajar Mengajar IPA. Universitas Terbuka. Jakarta.

Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan: dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Pustaka Setia. Bandung.

Dantes, N. 2005. Pendidikan Profesi Guru Dalam Kaitannya dengan Peningkatan Profesionalisme Guru. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.

(63)

75

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains SMP/MTS. Depdiknas. Jakarta

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Depdiknas. Jakarta Farchanah, Yuni. 2010. Upaya Meningkatkan Minat Siswa Kelas VIII SMP

Negeri 8 Yogyakarta dalam Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa) Kreatif. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Farisi, Mohammad Imam. 2010. Struktur Kurikulum Pendidikan Guru untuk Mengembangkan Kompetensi Guru yang Berkarakter dan Berbasis Budaya . Universitas Terbuka. Surabaya

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Hariati, Ratri Bhakti, Tjipto Haryono, dan Reni Ambarwati. 2013.

Peng-embangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum Insekta kelas X SMA.

Jurnal BioEdu Unesa Volume 2 No 1. Surabaya.

Kartadinata, Sunaryo. 2000. Pendidikan Untuk Pengembangan Sumber Daya Bermutu Memasuki Abad XXI. Jurnal Psikopedagogia Volume 1. Bandung Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Nusa

Indah. Flores

Masruroh, Staniatul. 2013. Profil Kemampuan Mahasiswa Peserta Praktik

Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Negeri Malang dalam Melaksanakan Pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA). Skripsi. Universitas Negeri Malang. Malang.

Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nasution, S. 2006. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bumi Aksara. Jakarta. National Science Teachers Association. 2010. Standards for Science Teacher

Preparation. Diunduh dari http://www.nsta.org pada tanggal 31 Maret 2014 pukul 23.15 WIB

National Science Teachers Association. 2012. Preservice Science Standards. Diunduh dari http://www.nsta.org pada tanggal 2 April 2014 pukul 11.00 WIB

(64)

76

Nurmalasari, Mala. 2012. Analisis Penulisan Outline Sebagai Hasil Belajar Metoda Penelitian Pendidikan Tata Boga. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Diva Press. Jakarta

Purba, Janulis P. 2005. Peran Guru Konstruktivitis Untuk Memenuhi Standar Kompetensi Tenaga Pendidik Bidang Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan.Makalah Ilmiah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan 21-22 Desember 2005. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Rohaeti, Eli, Endang Widjajanti, dan Regina Padmaningrum. 2006.

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia Untuk SMP kelas VII, VIII, dan IX. Artikel Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Rudy. 2011. Keterampilan Proses Sains. Diunduh dari

http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/ pada tanggal 6 Januari 2014 pukul 19.45 WIB Rustaman, dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. UM Press: Malang Rustaman, N dan Wulan, A. 2007. Kegiatan Laboratorium dalam Pembelajaran

Biologi. Universitas Terbuka. Jakarta

Samad, Bambang Sudibyo. 2012. Pengembangan Profesi Guru. Diunduh dari

http://educationesia.blogspot.com/ pada 5 Februari 2014 pukul 20.00 WIB

Satori, D. 2005. Bahan Kuliah Supervisi Pendidikan IPA Program Pasca Sarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Sukendar, Soni. 2011. Konsep Mutu Pendidikan IPA. Diunduh dari

http://sites.google.com/site/idefisikasoni/ pada tanggal 10 Mei 2014 pada pukul 19.39 WIB

Suyanto, Slamet, Paidi, dan Insih Wilujeng. 2011. Lembar Kerja Siswa. Paparan Ilmiah pada Pembekalan Guru SM3T LPTK UNY 26 November-6 Desember 2011. Yogyakarta.

Widjajanti, Endang. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah Ilmiah disampaikan pada Pelatihan Penyusunan LKS Kimia 22 Agustus 2008.

Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Wilujeng, Insih, Agus Setiawan, dan Liliasari. 2010. Kompetensi IPA Terintegrasi Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Mahasiswa S-1 Pendidikan IPA.

Gambar

Gambar 1. Acuan Penerapan Keterampilan Proses Sains dari SD-SMA
Gambar/tabel/grafik yang dicantumkan bermakna/berfungsi
Tabel 2. Daftar pertanyaan angket
Tabel 3. Kriteria penilaian kemampuan menyusun LKS

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Biaya usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten.. 3) Analisis

Simpulan penelitian ini adalah terdapat korelasi positif antara ekspresi kaspase-1 dan IL-18 pada lesi kulit pasien kusta.. Semakin tinggi ekspresi kaspase-1 pada lesi

Demam yang tinggi dan beratnya gejala klinis lainnya, misalnya pada malaria falciparum yang berat, mempunyai hubungan dengan tingginya kadar TNF dalam darah..

Hal ini disebabkan oleh kurangnya promosi yang dilakukan oleh Perusahaan Kecap Segi Tiga Majalengka untuk memperkenalkan produknya kemasyarakat umum dan masih

Dengan adanya website tersebut diharap dapat meningkatkan awareness masyarakat terhadap keberadaan tenun ikat Troso sebagai salah satu kain tradisional Indonesia yang

Because the participants in this study were completing an inquiry-based transition-to- proof course emphasizing proof construction, in which validation had been modeled

 Mengeksposisi tentang tentang jenis karya kerajinan Nusantara daerah setempat  memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan.

[r]