ORANGTUA-ANAK DE NGAN KEPEFtCA YAAN DIRI
SISWA-SISWI Ml BAITUL MUTTAQIN
Oleh: ' ,< ;
MARIA FRANSISKA
NIM. 101070023026
Skripsi ini diajtikan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh
gelar Sarjana Psikologi
Pembimbn
M.Si
Oleh:
MARIA FRANSISKA
NIM. 101070023026
Di Bawah Bimbingan
FAKUL TAS PSIKOLOGI
P ftibimbing 11
NIP. 150 277 469
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ANAK DENGAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA-SISWI Ml EiAITUL MlJTTAQIN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta pada hari Jumat, tanggal 20 Juni 2008. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
o{k11'm
I
Ketua
mセケ。ョァォ。ー@
AnggotaHartati M.Si 215 938
\
Penguji I\\ D:i-n
セ@
.\ '-ill!\l(_ji\_, {>
Ora. adhilah Sural a M.Si NIP.150 2 5283
}
il)lbing I
Jakarta,20Juni2008 Sidang Munaqasyah
Anggota
Pembantu Dekan
I
Sekretaris 1
MJngkap Anggota
Ora.
z。セ
P
ゥィ。ケ。ィL@
M.Si NIP. 150 238 773
"'0
artati, M.Si 0 215 938Pengharapan
lalah suatu yang dibarengi dengan perbuatan
Bila tidak demikian maka itu disebut angan-angan
Tidaklah dapat dicapai suatu kebahagiaan
Kecuali harus melewati kepahitan
( Sastrawan Arab )
Sl(,ripsi ini 7:(u persem6anf<sin untyuk,:
Jtyanatufa aan J6unda 'Iercinta,
Jangan menjadi orang yang merasa bisa,
tapi jadilah orang yang bisa merasa.
Keabadian tidak menyimpan apa-apa, kecuali cinta.
Karena cinta adalah keabadian itu sendiri.
(C) Maria Fransiska
(D) Hubungan Komunikasi Efektif Orang Tua Anak dengan Kepercayaan Diri Siswa-siswi Ml Baitul Muttaqin
(E) 71 Halaman + Lampiran A - 8 (F)
Latar belakang penelitian ini berawal dari keperihatinan penulis melihat sulitnya orang tua menjalin komunikasi yang efektif dengan anaknya. Menyamakan komunikasi dengan bicara yang biasa dilakukan dengan orang tua seperti
memerintah, mengkritik dan menegur anak merupakan pola komunikasi satu arah yang kurang efektif dan bisa merusak hubungan antara orang tua dan anak serta kurang berkembangnya tingkat kepercayaan diri pada anak. Melihat fenomena tersebut mendorong penulis ingin meneliti benarkah dua hal tersebut berkaitan satu sama lain dan apakah hasil penelitian yang telah diujikan selama ini bisa teruji kebenarannya.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara komunikasi efektif orang tua anak dengan kepercayaan diri pada siswa-siswi kemudian mengukur seberapa besar tingkat komunikasi efektif tersebut bisa mempengaruhi kepercayaan diri siswa-siswi Ml Baitul Muttaqin dan juga
sebaliknya.
Populasi adalah siswa-siswi kelas 5 dan 6 Ml Baitul Muttaqin Bekasi sebanyak 4 kelas dengan jumlah 132 siswa dan berdasarkan label Morgan diperoleh sampel sebanyak 97 siswa dan untuk sampel uji coba sebanyak 33 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Random Sampling. Terdiri dari 2 skala yaitu : Skala Komunikasi Efektif Pearson (1983) yaitu membuka diri. mendengar aktif, asertif dan empati. Kemudian skala kepercayaan diri Lidenfield (1994) yaitu kepercayaan diri lahir: komunikasi, bersikap tegas, penampilan diri dan
Assalamualaikum Wr . Wb.
Puji syukur penulis panjalkan kehadiral Allah SWT berkal lindungan dan
rahmalNya, akhirnya skripsi ini dapal lerselesaikan shalawal dan salam bagi Nabi
Muhammad SAW yang lelah membimbing umalnya dari zaman jahiliyah pada
jalan yang lerang, juga pada keluarga dan para sahabal serta orang-orang yang
mengikuli jejaknya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini lic;lak sedikil kesulilan dan hambalan yang dialami.
Proses penulisan skripsi juga lidak terlepas dari banluan berharga oleh banyak
pihak, maka dengan hali lulus sepalulnya penghargaan yang sebesar-besarnya
penulis sampaiakan kepada :
1. lbu Ora. Netty Hartati, M.Si, Dekan Fakullas Psikologi Universilas Negeri
Syarif Hidayalullah Jakarta dan Pembimbing 1. Terima kasih alas
kesempalan yang diberikan kepada penulis unluk melewali masa yang
penuh cinla di Kampus Psikologi dalam perjalanan mendapalkan gelar
Sarjana dan lerima kasih alas segala bimbingan dan arahan selama ini.
2. lbu Ora. Zahrolun Nihaya,M.Si, Pudek 1. Terima kasih atas kesempalan
yang diberikan kepada penulis unluk melewali masa yang penuh cinla di
Kampus Psikologi dalam perjalanan mendapalkan gelar Sarjana.
3. lbu Ora. Diana Muli'ah, M.Si, Pembimbing 2.
Terima kasih ibu yang lelah sabar menghadapi penulis dan lelah
mendengarkan curhalan dan memberi saran. Penulis akan lerus mengingal
5. Bapak Kepala Sekolah Ml Baitul Muttaqin Bapak Casiarn, S.Pd.I. Guru-guru
dan staf pegawai terima kasih telah membantu proses penelitian ini dan
dengan terbuka menerima penulis apa adanya.
1. Ayahanda Nuh Abdul Qodir dan lbunda Jojoh Chodijah, terima kasih berkat
doa dan nasihat yang terus mengalir tanpa pamrih.
2. Suami, anakku Ayunda serta adik - adikku tersayang yang selalu
memberikan dukungan dan canda yang tidak pernah habis dalam
menemani dalam pembuatan skripsi.
3. Spesial untuk sahabatku lka Susilowati, terima kasih kau selalu
membantuku dalam proses pembuatan skripsiku dari avval hingga akhir.
4. Kak Agus Nurbani S.Psi, terima kasih alas bimbingan dalam SPSS. Heru
Widodo dan Husna, teman - teman satu perjuangan susah dan repotnya
kita rasakan bersama.
5. Para rekan mahasiswa terutama para sahabatku tercinta Nut, Nely, Makki,
Dana, Toir, Iman, dan Cemol serta semua yang menghadirkan motivasi dan
keceriaan dalam hidup ini, semoga kebersamaan ini akan selalu ada.
Ibara! gading, tidak ada gading yang tak retak seperti halnya skripsi ini jauh untuk
dikatakan sempurna karena itulah penulis sadar masih perlu banyak perbaikan.
Jakarta, Juni 2008
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Hal am an Persembahan ... iv
Motto ... v
Abstrak ... vi
Kata Pengantar ... viii
Daftar lsi ... x
Daftar Bagan dan Tabel ... xiii
Bab 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masai ah ... 11.2. ldentifikasi Masai ah ... 8
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 1 O 1.5. Sistematika Penulisan Skripsi ... 11
Bab 2. Kajian Pustaka
2.1. Kepercayaan Diri 2.1.1.Pengertian Kepercayaan Diri ... 132.1.2.Ciri-ciri Kepercayaan Diri ... 15
2.1.3.Perkembangan Kepercayaan Diri ... 17
2.1.4.Faktor-faktor Kepercayaan Diri ... 20
2.2.3. Pengertian Komunikasi Efektif ... 31
2.2.4. Faktor-faktor Komunikasi Efektif ... 32
2.2.5. Keterkaitan Komunikasi Efektif Orang tua - Anak dengan kepercayaan Diri ... 37
2.3. Kerangka Berfikir ... 39
2.4. Pengajuan Hipotesis ... 42
Bab 3. Metode Penelitian
3.1. Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan Penelitian ... 433.1.2. Metode Penelitian ... 43
3.1.3. Definisi Variabel dan Operasional Variabel ... 44
3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi ... 45
3.2.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 46
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. lnstrumen Penelitian ... 48
3.3.2. Teknik Pengolahan Data ... 51
3.4. Teknik Analisa Data ... 53
3.5. Prosedur Penelitian ... 53
4.2.2. Uji Reliabilitas Item ... 61
4.3. Uji Persyaratan
4.3.1. Uji Normalitas ... 62
4.3.2. Uji Homogenitas ... 63
4.4. Hasil Analisa Data Penelitian ... 64
Bab 5. Kesimpulan, Diskusi dan Saran
5.1. Kesimpulan ... 67
5.2. Diskusi ... 67
5.3. Saran ... 70
Daftar Pustaka
Tabel 3.1 Populasi Siswa Kelas 5 Dan 6 Mi Baitul Muttakqin ... 45
Tabel 3.2 Sampel Siswa Kelas 5 Dan 6 Mi Baitul Muttakqin ... 47
Tabel 3.3 Blue Print Skala Kepercayaan Diri ... 48
Tabel 3.4 Blue Print Skala Komunikasi Efektif ... ... .... 49
Tabel 3.5 Kuantifikasi Sekoring ... ... ... 50
Tabel 4.1 Jumlah Populasi Berdasarkan Jenis Kelamin ... ... ... ... 56
Tabel 4.2 Hasil Uji lnstrumen Valid Skala Komunikasi Efektif ... 58
Tabel 4.3 Distribusi Penyebaran Item Valid Skala Komunikasi Efektif ... 59
Tabel 4.4 Hasil Uji lnstrumen Valid Skala Kepercayaan Diri ... 60
Tabel 4.5 Distribusi Penyebaran Item Valid Skala Kepercayaan Diri ... 60
Tabel 4.6 Hesil Uji Norma lites ... 62
Tabel 4.7 H<tsil Uji Homogenitas ... ... 64
[image:13.595.26.440.138.495.2]BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Orangtua memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan seorang anak. Orangtua merupakan pendidik yang pertama dan utama yang menjadi acuan seorang anak dalam mempelajari nilai dan norma agar anak kelak mampu memberikan penilaian terhadap lingkungannya. Segala sesuatu yang dilakukan orangtua merupakan penanaman dan pembinaan kebiasaan pada anak yang akan tumbuh menjadi perilaku yang berbudi pekerti luhur. Dalam rangka pembinaan fisik, mental maupun sosial, maka suasana keluarga yang hangat dan akrab sangat menentukan apakah anak akan terbina dengan baik atau sebaliknya. Kehidupan anak pada tahun-tahun pertama harus
berlangsung dengan baik, agar tidak menjadi masalah setelah anak dewasa dan tidak mengganggu pertumbuhan kepribadiannya.
berbagai macam !es, sementara anak sebenarnya tidak nyaman dengan les
tersebut. Anak-anak yang terlalu berat menanggung teori atau kehendak dari
luar seperti "harus ini harus itu, jangan ini jangan itu" kelak akan kehilangan
kepercayaan diri. Mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak memiliki rasa
percaya diri karena merasa keinginannya bertentangan dengan kehendak
orangtua.
Bagi sebagian besar orang dewasa, dunia anak saat usia sekolah dasar
merupakan dunia yang indah dan sederhana. Bahkan Hurlock (1991) sendiri
juga mengatakan pada masa akhir kanak-kanak yaitu usia 6 sampai 12 tahun
disebut sebagai masa bermain, dimana anak mulai memiliki banyak teman
sebaya, bisa bergaul akrab, bermain bersama, bersenda gurau dan
sebagainya.
Sebenarnya dunia anak merupakan dunia bermain. Dalam perkembangan
pada masa akhir anak-anak yang memerlukan perubahan dalam bidang
kognitif, fisik, emosi dan sosial mengharuskan anak kelak akan memasuki
masyarakat diluar anggota keluarga. Anak juga dihadapkan pada tuntutan
mencapai kemandirian, mengatasi perubahan fisik tubuh, belajar
berdasarkan realitas dan obyektifitas sesuai dengan informasi atau
pengetahuan yang didapat, serta mampu mempelajari dan menguasai
keterampilan baru sebagai persiapan untuk masa depan.
Tampaknya, tidak semua anak dengan mudah dapat menyesuaikan diri
dengan tuntutan perubahan tersebut atau singkatnya menguasai tugas-tugas
perkembangannya. Gera R.T (1990) mengatakan bahwa hampir setiap anak
pada masa perkembangannya suatu saat akan mengalarni kesulitan
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang ada. Jika anak tidak
mendapat bimbingan dan dorongan yang cukup dari orang tua dan guru,
ditambah dengan berbagai konflik di lingkungan masyarakat maka akan
timbul berbagai permasalahan dalam diri anak.
Berdasarkan penelitian Gera R.T (1990), rasa rendah diri merupakan salah
satu masalah yang dimiliki anak, akibatnya anak kesulitan dalam membuat
tujuan, memecahkan masalah, ragu mengambil keputusan, memiliki rasa
takut akan penolakan, tidak leluasa berada di lingkungannya sehingga malu
atau menarik diri dari pergaulan dengan teman-teman sebaya. Apabila
seorang anak memiliki kepercayaan diri positif, tentunya anak tersebut akan
serta mampu menjadikan dirinya lebih pasti dan yakin dalam menghadapi
tugas-tugas perkembangannya.
Kepercayaan diri tidak ada secara langsung dalam diri anak dan bukan
karena faktor keturunan, melainkan perlu upaya sosial. Narramore (dalam
Grace V.T, 1997) mengatakan diperlukan upaya-upaya yang dapat
menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan diri tersebut. Yoder dan
Proctor (1988) mengemukakan bahwa hubungan interpersonal yang erat
antar orangtua dan anak merupakan dasar yang sangat diperlukan dalam
membentuk harga diri dan kepercayaan diri anak. Hubungan interpersonal ini
dapat tercermin positif dalam komunikasi efektif antara orang tua dan anak.
Komunikasi efektif adalah komunikasi dua arah atau adanya arus informasi
yang timbal balik yang menimbulkan rasa saling memahami, menghargai clan
menghormati pesan yang dibawa masing-masing pihak.
Dari beberapa kasus yang ditemui Yati Utoyo L (2000) komunikasi yang
terhambat antara orang tua dan anak terjadi karena orang tua menganggap
anak tidak dapat diajak berkomunikasi, misalnya diskusi, tidak bisa
menanggapi pembicaraan orang tua dan tidak mau mendengarkan kata-kata
Jika anak menceritakan masalahnya, ingin mengungkapkan ide atau
pendapat, orangtua seringkali hanya melontarkan nasihat atau bahkan
terkadang bersikap menyalahkan dan mengkritik anak. Akibatnya anak
merasa masalahnya belum terselesaikan dan menganggap orangtua
sebenamya tidak mengerti apa yang dirasakan dan meremehkan
perasaannya. Disamping itu orangtua kerapkali memiliki pandangan yang
keliru, yaitu menyamakan komunikasi dengan bicara, orangtua hanya bicara
bila ingin menyuruh atau memarahi anak. Bila demikian maka yang terjadi
adalah komunikasi satu arah dan tidak efektif.
Hara pan orangtua yang begitu tinggi pad a anak jug a dapat menyebabkan
orangtua tanpa sadar sangat menuntut bahkan membanding-bandingkan
anak dengan anak lain yang lebih sukses. Kartini Kartono (1990) mengatakan
bahwa tuntutan yang tidak riil dan tidak sesuai dengan kemampuan anak
akan menimbulkan ketakutan untuk berbuat sesuatu dalam mencapi prestasi.
Setiap anak akan mencoba mencari pengalaman baru yang ingin dilaluinya,
tapi karena takut usahanya tidak bisa memuaskan harapan atau tuntutan
Kesalahan-kesalahan komunikasi seperti yang lerjadi di alas dapal
disebabkan karena oranglua kurang memiliki waklu dalam menjalin
komunikasi dengan anak-anaknya alau lidak memiliki kernampuan unluk
rnelakukan komunikasi yang efeklif dalam mendidik anak (Yali Uloyo, 2000).
Anak-anak usia sekolah dasar, pada dasarnya rnemerlukan pengarahan,
birnbingan dan pengawasan dari oranglua dan guru unluk memunculkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik dan kelerampilan-kelerampilan baru (Singgih
dan Yulia D.G, 1995). Menurul Kenny dan Kenny (1994) mengalakan bahwa
oranglua dapal memberikan lugas-lugas yang sekiranya mampu dilakukan si
anak, memberikan pengarahan sehingga anak mengerti cara melaksanakan
lugas lersebul, kemudian memberikan perhalian dan penghargaan alas
usaha anak. Alex Sobur (1991) menyalakan apabila anak. mendengar
pernyataan bahwa yang dilakukannya ilu benar maka anak akan merasa
manlap dan gembira. Penghargaan dan kepercayaan dari orang dewasa
akan membual anak lebih mampu mengembangkan harga diri dan rasa
percaya dirinya. Sebaliknya cercaan dan celaan hanya akan membualnya
Singgih Gunarsa (1995) menjelaskan bahwa komunikasi yang efektif bukan
hanya sekedar pertukaran kata saja, melainkan pertukaran ide-ide dan
pemikiran. Komunikasi yang efektif yaitu dengan komunikasi terbuka,
memungkinkan anak dapat mengekspresikan ide-ide, pikirannya, dan
keinginan anak, sehingga anak dapat melihat suatu permasalahan yang
terjadi dalam dirinya sendiri, dengan semua anggota keluarga, orangtua, atau
orang lain disekitarnya. Disamping itu anak dapat mengatasi sendiri atau
mempercayakan kepada orang yang dipercaya seperti orangtua atau teman
dekatnya, karena ada interaksi dalam berkomunikasi memungkinkan seorang
anak tidak merasa terpaksa dalam melakukan suatu tindakan.
Penulis, dalah penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan anak-anak
yang termasuk dalam masa akhir kanak-kanak sebgaai s.ubyek penelitian,
yaitu siswa-siswi kelas 5 dan 6
Ml
Baitul Muttaqin, Bekasi. Alasan penulis menggunakna anak-anak sebagai sampel penelitian adalah masakanal<-kanak merupakan dasar dari kehidupan selanjutnya, karena pada saat ini
anak mulai mengembangkan beberapa aspek perkembangan dengan segala
Berdasarkan uraian di alas jelaslah bahwa oranglua merupakan bagian yang
tidak dapal dipisahkan dari kehidupan seorang anak. Diharapkan oranglua
dan anak dapal berkomunikasi dengan baik unluk dapal meningkalkan
kepercayaan diri seorang anak. Unluk ilu berdasarkan permasalahan di alas
penulis lertarik unluk menelili apakah ada "HUBUNGAN f<OMUNIKASI
EFEKTIF ANTARA ORANGTUA-ANAK DENGAN KEPERCAYAAN DIRI
SISWA-SISWI Ml BAITUL MUTTAQIN".
1.2.
ldentifikasi Masalah
Pada identifikasi masalah, permasalahan yang mungkin timbul adalah:
1. Bagaimanakah komunikasi yang efeklif antara orangtua dan anak?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi komunikasi orangtua - anak?
3. Bagaimanakah kepercayaan diri pada anak?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan masalah
Di bawah ini menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas adalah
sebagai berikut :
1. Kepercayaan diri pada penelitian ini mengacu pada teori Lidenfield
( 1994) bahwa kepercayaan diri ad a I ah keyakinan akan kemampuan
diri sendiri. lndividu yang percaya diri tidak mudah putus asa, tenang
dan bijaksana dalam menghadapi masalah, serta dapat membina
hubungan interpersonal yang hangat dan akrab dengan orang lain.
lndikator kepercayaan diri diantaranya mencintai diri sendiri,
memahami diri sendiri, memiliki tujuan yang jelas, berpikir positif,
mampu berkomunikasi, bersikap tegas, peduli pada penampilan dan
mampu mengendalikan perasaan.
2. Komunikasi efektif dalam penelitian ini mengacu pada teori Pearson
(1983) tentang komunikasi dua arah, yang dilakukan orangtua - anak,
dimana pesan yang disampaikan pengirim dapat cliterima dan
dimengerti secara baik sesuai dengan maksud da11 tujuan pengirim.
lndikator komunikasi efektif, yaitu membuka diri, asertif, bersedia
3. Siswa-siswi Ml Baitul Muttaqin adalah anak yang berada pada masa
akhir dengan usia berkisar antar 9 sampai dengan 12 tahun. Dalam
penelitian ini anak yang dimaksud adalah siswa-siswi kelas 5 dan 6 Ml
Baitul Muttaqin, kola Bekasi.
1.3.2. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada hubungan
yang signifikan antara komunikasi efektif orangtua - anak. dengan
kepercayaan diri siswa-siswi Ml Baitul Muttaqin?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada
hubungan komunikasi efektif antara orangtua - anak terhadap kepercayaan
diri siswa-siswi Ml Baitul Muttaqin.
1.4.2. Manfaat Penelitian
1. Manfaat penelitian ini secara teoritis dapat dijadikan salah satu
referensi penelitian yang berhubungan dengan dunia perkembangan
khususnya komunikasi dan kepercayaan diri.
2. Secara praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi untuk orangtua dan anak dalam berkomunikasi untuk
meningkatkan kepercayaan diri seorang anak.
1.5.
Sistematika Penulisan
Penulisan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab, dimana setiap bab terbagi lagi
menjadi beberapa sub bab dan memiliki pokok pembahasan yang berbeda,
berikut bentuk penulisan sistematika yang disajikan, yaitu :
Bab 1 Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, identifikasi msalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian
dan sistematika penulisan.
Bab 2 Landasan Teori, mengemukakan secara ringkas konsep dan teori
pembahasan yang meliputi pengertian kepercayaan diri, pengertian
komunikasi, pengertian komunikasi efektif, hakikat komunikasi efektif
antar orangtua dan anak, keterkaitan komunikasi efektif dengan
Bab 3 Metode Penelitian, yang membahas tentang jenis penelitian yang
terdiri dari pendekatan dan metode penelitian, rancangan penelitian
dan variable penelitian. Pengambilan sampel yang terdiri dari populasi
dan sampel, serta teknik pengambilan sampel. Pengumpulan data
terdiri dari metode dan instrument serta teknik uji instrument.
Bab 4 Presentasi dan analisa data terdiri dari gambaran umum subyek
penelitian, presentasi data yang meliputi uji instrument penelitian, uji
persyaratan dan uji hipotesis, pembahasan has ii.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Kepercayaan Diri
2.1.1. Pengertian Kepercayaan Diri
Konsep populer tentang rasa percaya diri menekankan pada kemampuan
dan kepuasan yang dirasakan individu mengenai dirinya sendiri (Lindenfield,
1997). Yoder dan Proctor (1998) mengemukakan bahwa kepercayaan diri
adalah ekspresi aktif dan efektif dari perasaan-perasaan harga diri dan
pemahaman diri. Anak yang percaya diri memiliki kemampuan untuk; a)
berperilaku asertif, b) berpegang teguh pada keyakinannya, c) mudah
mendapatkan teman baru, d) tekun pada pekerjaannya hingga tuntas, e)
dapat menghadapi kekalahan dan penolakan dengan tenang serta mampu
untuk bangkit kembali dengan cepat dan penuh semangat, f) bekerja dengan
baik bersama orang lain sebagai seorang pemain dalam tim, g) jika tepat,
akan mengambil peran kepemimpinan tanpa ada keragu-raguan, h) berharap
Menurut Yoder dan Proctor (1998) intinya, kepercayaan diri adalah sifat yang
berorientasi pada tindakan, tingkat kepercayaan diri seorang anak
menentukan seberapa baik anak tersebut bekerja dengan orang lain, tujuan
pribadi apa yang dapat ditetapkan dan diraih anak tersebut, serta bagaimana
efektivitas dirinya dalam menghadapi persoalan hidup.
Angelis (2000) mengatakan kepercayaan diri sejati terbentuk dari keyakinan
diri bahwa hasil yang diraih individu berada dalam batas-batas kemampuan
dan keinginan pribadinya. Kepercayaan diri sejati berasal dari nurani, bukan
dibuat-buat dan berawal dari tekad p·ada diri sendiri, untuk melakukan segala
keinginan dan kebutuhan dalam hidup.
Menu rut Bandura ( 1991) rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan yang
dimiliki bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk
memperoleh hasil yang diharapkan, rasa percaya diri ditujukan pada
keyakinan bahwa seseorang dapat menyebabkan sesuatu terjadi sesuai
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah
keyakinan akan kemampuan dan kepuasan diri sendiri, s13rta salah satu
faktor penting yang dapat menentukan kebahagiaan dan kesuksesan
seseorang di masa depan. lndividu yang percaya diri dapat menetapkan
tujuan pribadi yang sesuai dengan batas-batas kemampuan untuk
mencapainya, menanamkan tekad dan komitmen dalam dirinya untuk
menghadapi segala tantangan hidup dengan sungguh-sungguh dan pantang
menyerah, mampu menyelesaikan permasalahan hidup clengan efektif, serta
mampu membina hubungan sosial dengan baik.
2.1.2. Ciri-ciri Kepercayaan Diri
Menu rut Qubein ( 1983) ciri-ciri individu yang percaya cliri aclalah memiliki
gambaran cliri positif clan kuat, bersikap mandiri, mampu menghaclapi
berbagai situasi. Orang yang percaya cliri menggunakan kekuasaan pribadi
dan berkonsentrasi untuk mencapai tujuan-tujuan berguna. Orang yang
percaya cliri berani menghadapi tantangan. Orang yang percaya diri juga
memiliki ketenangan dalam berbicara clan bertinclak, serta ticlak muclah
Ciri-ciri orang yang percaya diri menurut Guilford sebagaimana dikutip oleh
Asnawi (2002) dapat dilihat dari tiga aspek. Pertama, individu merasa
adekuat atau memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu yang
diinginkan. Hal ini disadari oleh keyakinan pada kekuatan dan kemampuan
sendiri. lndividu merasa optimis, cukup berambisi dan tidak berlebihan, mau
bekerja keras, dan tidak terlalu tergantung pada orang lain. Kedua, individu
merasa diterima dan disukai oleh orang lain atau kelompoknya. Hal ini
didasari oleh kemampuan individu dalam berinteraksi dengan lingkungan
sosial. Ketiga, individu memiliki ketenangan sikap dan tidak mudah merasa
gugup baik dalam berbicara maupun bertindak.
Lidenfield (1994) berpendapat bahwa ciri-ciri individu dengan kepercayaan
diri adalah mencintai dan memahami diri sendiri, memiliki tujuan-tujuan yang
jelas, memiliki cara berpikir positif. Ciri lainnya adalah individu mampu
berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sosial secara baik,
memiliki ketegasan sikap dan mampu mengendalikan diri dengan baik.
Jalaludin Rahmat (1998) menambahkan, kepercayaan diri erat hubungannya
dengan konsep diri. Kepercayaan diri merupakan hal penting dan paling
cenderung untuk menghindari situasi komunikasi, karena takut diejek atau
disalahkan oleh orang lain.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan ciri-ciri orang yang
percaya diri diantaranya adalah 1) Memiliki keyakinan pada kemampuan
sendiri dalam melakukan berbagai aktivitas hidup, 2) Mandiri, tidak terlalu
bergantungpada orang lain, 3) Optimis dan berpikir positif, 4) Memiliki
ketenangan sikap dalam berbicara dan bertindak, 5) Mampu berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang lain, 6) Berani mengambil keputusan dan
penilaian.
2.1.3. Perkembangan kepercayaan diri
Rasa percaya diri tidak muncul secara otomatis dan tidak pula karena faktor
keturunan, tapi menurut Narramore yang dikutip oleh Efrina (1997) rasa
percaya diri merupakan sesuatu yang dikembangkan. Percaya diri
berkembang sejalan dengan perkembangan manusia, percaya diri
berkembang melalui pemahaman diri. Perkembangan tersebut diawali
dengan pengenalan diri secara fisik, bagaimana seseorang menilai dirinya
sendiri dan kemudian menerima atau menolaknya. Bila individu dapat
Namun, jika ia tidak dapat menerima dirinya akan timbul rasa rendah diri dan
kecewa. Pemahaman diri merupakan media bagi pengembangan.
Menurut Hilgard (yang dikutip oleh Siti Hapipah, 2002) memyatakan bahwa
timbulnya percaya diri pada anak dipengaruhi oleh sikap dan pola asuh yang
diberikan orangtua di rumah. Hubungan orantua dan anak yang hangat dan
penuh kasih sayang serta menghormati pendapat-pendapat anak, mereka
cenderung menghasilkan anak-anak yang kompeten dan percaya pada diri
sendiri.
Menurut Elly Risman (2005) langkah untuk membentuk percaya diri adalah
respek. la mengingatkan pada sebuah hadits Rasulullah Muhammad SAW,
'Hormatilah anakmu, hargailah anakmu'. Bahasa respek ad a I ah bahasa baik
dan bicara secara baik-baik. lni harus dirasakan anak dan harus ditunjukkan
dengan perbuatan, dengan begitu anak merasa dihargai dan tumbuh percaya
dirinya.
Langkah selanjutnya adalah memberi anak kesempatan untuk menguji
landasan yang kuat bagi harga diri yang diperlukan pada kehidupan usia
dewasa. Anak yang berhasil mengatasi tantangan-tantangannya akan timbul
perasaan positif terhadap diri sendiri dan yakin akan kemampuan dirinya.
Keyakinan ini memicu konsep diri positif, harga dirinya pun tumbuh positif
dan anak jadi percaya diri
Selanjutnya, Kenny dan Kenny (1994) menyatakan bahwa kepercayaan diri
merupakan wujud yang paling baik untuk menggambarkan diri anak dalam
usia 8 - 11 tahun. Kepercayaan diri berkembang melalui identifikasi tugas.
Anak pada masa ini menjadi seorang pekerja yang bersemangat dan rajin,
yang penting pada masa ini adalah dorongan alas sikap kerjasama antar
teman. Bila anak takut pada kegagalan, takut diejek akan menimbulkan
perasaan cemas sehingga terbentuk inferioritas atau per.asaan rendah diri
(Erikson dalam Hall dan Lindzey, 2000).
Kualitas kepercayaan diri anak bergantung pada kualitas hubungan dengan
orang-orang di sekitar lingkungannya. Kepekaan orangtua sebagai tokoh
sentral, pada saat merawat, mengasuh dan memenuhi kebutuhan anak dapat
menimbulkan rasa aman dalam diri anal<. Anak merasa yakin akan
tanpa dibarengi rasa takut atau tidak terima oleh lingkungan sosialnya. Jadi
kepercayaan diri berkembang sesuai cara lingkungan awal membentuk
individu menjadi nilai-nilai yang tertanam dalam diri individu.
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Faktor-faktor yang berpengaruh pada kepercayaan diri individu menurut
Hurlock (1980), yakni :
1. Pola asuh
Pola asuh yang diberikan orangtua sangat berpengaruh pada perkembangan
kepribadian anak-anak. Pola asuh yang dikenal ada tiga, yakni pola asuh
otoriter, demokratis, dan permisif. Pola asuh demokratis merupakan pola
asuh dan metode pelatihan yang paling mendukung perkembangan
kepribadian. Menurut Hurlock (1980), pola asuh demokratis melahirkan
kepercayaan diri. Dengan pola asuh demokratis, individu dilatih dan dididik
untuk mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab terhadap
keputusan tersebut. Pola asuh demokratis juga mendorong individu memiliki
keberanian dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah sendiri, serta
2. Jenis kelamin
Adanya perbedaan perlakuan terhadap laki-laki dan perempuan akan
berpengaruh pada kepribadian individu. Kondisi ini terutama terjadi pada
masyarakat patriakat yang masih memegang pandangan tradisional terhadap
peran jenis kelamin. Anak laki-laki cenderung didorong untuk lebih
berprestasi, lebih diberi kesempatan untuk menunjukkan potensi dan
kemampuan diri, yang kemudian melahirkan kepercayaan diri. Sebaliknya
anak perempuan tidak terlalu didorong untuk berprestasi, kurang diberi
kesempatan untuk menunjukkan potensi dan kemampuan. Akhirnya anak
perempuan menjadi lebih rendah diri.
3. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang tidak jarang menjadi acuan dalam menilai
kepribadian seseorang. lndividu dengan pendidikan ting(Ji, lebih dipacu untuk
menggali dan mengembangkan potensi-potensi dirinya. IVlasyarakat juga
lebih menghargai individu dengan pendidikan tinggi. Kedua hal tersebut akan
berpengaruh pada harga diri dan kepercayaan diri individu.
4. Penampilan fisik
Penampilan fisik yang menarik mempunyai pengaruh potensial dan kuat
tidak sempurna, seperti cacat tubuh dan kegemukan dapat menyebabkan
individu merasa terbelakang dan tidak merasa percaya diri.
2.1.5. Jenis-jenis kepercayaan diri
Lindenfield (1994) membagi kepercayaan diri menjadi dua jenis, yaitu:
a. Kepercayaan diri batin
Kepercayaan diri batin adalah rasa percaya diri yang memberi individu
perasaan atau anggapan bahwa dirinya dalam keadaan baik. Ada
empat ciri utama seseorang memiliki kepercayaan diri batin yang
sehat, antara lain:
1. Cinta diri
lndividu yang percaya diri akan mencintai diri sendiri. Rasa cinta
diri ini bukanlah sesuatu yang harus dirahasiakan melainkan
dipancarkan kepada orang lain melalui perilaku atau gaya hidup
yang dimiliki individu tersebut yang tampak dari usahanya
memelihara diri sendiri. Faktor cinta diri akan membuat seorang
a) Mempertahankan kecenderungan alamiah untuk menghargai
kebutuhan jasmani dan rohani, serta mampu menempatkannya
pada pijakan yang setara dengan kebutuhan orang lain.
b) Terbuka menunjukkan keinginan untuk dipuJi, ditenteramkan
dan mendapat ganjaran, tapi tidak akan memanfaatkan
siapapun dalam pemenuhan keinginan tersebut.
c) Merasa senang bila diperhatikan orang lain.
d) Bangga akan sifat-sifat baik yang dimiliki dan memusatkan diri
untuk memanfaatkan sifat tersebut sebaik-baiknya.
e) Tidak akan secara sengaja, melakukan hal-hal yang akan
merusak kemungkinan memperoleh kesuksesan dan
kebahagiaan atau memperpendek hidup mereka.
2. Pemahaman diri
lndividu yang percaya diri bisa memahami diri sendiri. Secara
sadar mampu merenungi dirinya. Memikirkan perasaan, pikiraan
dan perilakunya serta mengetahui pendapat orang lain tentang
dirinya. Jika seseorang memiliki pemahaman diri yang baik maka
a) Sangat menyadari kekuatannya, karena itu lebih mampu
mengembangkan kemampuannya.
b) Meng en al kelemahan dan keterbatasannya, karena itu
kemungkinan kecil mengalami kegagalan berulang kali.
c) Terbuka menerima kritikan orang lain.
d) Bersedia menerima bantuan atau pelajaran.
3. Tujuan yang jelas
lndividu yang percaya diri selalu tahu tujuan hiclupnya. Hal ini
disebabkan karena tujuannya memiliki alasan yang jelas clan tahu
pasti hasil apa yang akan diharapkan. Faktor ini akan membuat
seseorang:
a) Menentukan sendiri tujuan yang ingin dicapai
b) Memiliki energy serta motivasi yang kuat.
c) Lebih tekun.
d) Mudah membuat keputusan.
4. Berpikir positif
lndividu yang percaya diri dan mampu berpikir jernih merupakan
sisi yang cerah serta mengharap pengalaman dengan hasil yang
bagus. lndivdu yang selalu berpikir positif akan:
a) Tumbuh dengan harapan bahwa hidup umumnya
menyenangkan.
b) Memandang orang lain dari sisi positif, kecuali ada alasan untuk
hati-hati.
c) Percaya bahwa setiap masalah bisa diselesaikan.
d) Percaya bahwa masa depan sebisa mungkin akan lebih baik
daripada masa lalu.
e) Mau bekerja meski ada perubahan yang membuat frustasi,
karena kehidupan akan tumbuh dan berkembang.
f) Menghabiskan waktu untuk mengerjakan tugas, karena percaya
tujuan akan tercapai.
b. Kepercayaan diri lahir
Kepercayaan diri lahir adalah rasa percaya diri yang memungkinkan
kepada dunia luar bahwa individu itu yakin akan dirinya. Ada empat
hal kepercayaan diri lahir yang perlu dikembangkan, antara lain:
1. Komunikasi
lndividu diharapkan dapat mendengarkan oranfJ lain dengan tepat,
tenang dan penuh perhatian, dapat berbincang-bincang dengan
segala usia serta bicara di depan umum tanpa rasa takut.
2. Bersikap tegas
Sikap tegas mengajarkan individu untuk tidak berlaku agresif dan
pasif demi mendapatkan keberhasilan hidup dan hubungan sosial.
Rasa percaya diri bertambah karena individu menyatakan
kebutuhan secara langsung dan terus terang, menerima dan
memberi pujian secara bebas, memberi dan menerima kritik yang
membangun dan tahu caranya melakukan kompromi yang dapat
diterima dengan baik.
3. Penampilan diri
Peduli pada penampilan diri akan mengajarkan individu terampil
dalam memilih gaya pakaian dan warna yang cocok dengan
kepribadian dan kondisi fisiknya serta menyadari dampak dari
4. Pengendalian perasaan
Perasaan yang dikelola dengan baik akan mernbentuk kekuatan
besar yang tidak terduga. Pengendalian antara lain berani
menghadapai tantangan dan resiko dalam menghadapi rasa takut,
khawatir, frustasi, mencari pengalaman yang memberi
kesenangan, cinta dan kebahagiaan serta tidak mudah terbenam
dalam nafsu.
2.2. Komunikasi efektif
2.2.1. Pengertian komunikasi
Komunikasi sangat diperlukan dalam kehidupan manusia karena kodrat
manusia sebagai makhluk social, yang tidak dapat hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain. Dregge (dalam Bloomberg dan Johnson, 1991)
mengatakan komunikasi terjadi ketika seseorang membiarkan seseorang
yang lain mengetahui perasaan atau ketika seseorang saling bertukar
informasi.
Secara luas menurut Winkel (1991) komunikasi interpersonal diartikan
ditanggapi oleh orang lain. Sedangkan secara sempit, komunikasi
interpersonal diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada
orang lain dengan maksud untuk mempengaruhi tingkah laku orang tersebut.
Menurut Jalaludin Rahmat (1998) komunikasi adalah penyampaian atau
penerimaan signal atau pesan oleh organisme yang dilakukan satu sistem
untuk mempengaruhi sistem lain melalui signal-signal yang disampaikan.
Menurut Dredge (dalam Bloomberg dan Johnson, 199'1) ada dua komponen
penting dalam komunikasi, yaitu:
a. Pemahaman
Komponen ini merupakan kemampuan untuk memahami pesan yang
disampaikan pengirim dan pemahaman pesan menunjukkan
penerimaan.
b. Ekspresi
Komponen ini merupakan kemampuan untuk merespon pesan atau
menghasilkan suara, kata-kata dan tindakan untuk menyampaikan
Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses
perpindahan informasi atau pesan dari seseorang kepada orang lain
(penerima) melalui sarana atau metode tertentu yang saling dapat dipahami
untuk suatu tujuan tertentu.
2.2.2. Tujuan komunikasi
Manusia berkomunikasi dengan sesamanya karena memiliki tujuan tertentu.
Devito (1994) merumuskan lima tujuan utama komunikasi, yaitu:
a. Untuk menemukan diri
Maksud utama komunikasi adalah penemuan diri. Ketika seseorang
berkomunikasi dengan orang lain sebenarnya ia sedang belajar
mengenai dirinya dan teman bicaranya. Dengan berbicara mengenai
dirinya kepada orang lain ia akan memperoleh umpan balik yang
berharga alas perasaan, pikiran dan tingkah lakunya.
b. Untuk berhubungan dengan orang lain
Motivasi berkomunikasi adalah memelihara hubungan interpersonal
yang hangat dan akrab, karena setiap orang ingin merasa dicintai dan
untuk menjauhi orang lain, berargumentasi dan berselisih dengan
teman bahkan untuk memutuskan suatu hubungan.
c. Untuk menolong
Komunikasi untuk menolong biasa digunakan oleh terapis, konselor,
guru, orangtua dan teman. Seseorang menjadikan komunikasi untuk
menolong ketika memberikan saran, mengekspresikan empati,
memecahkan suatu masalah atau mendengar den9an penuh
perhatian kepada seorang pembicara.
d. Untuk mempengaruhi
Sebagian kecil komunikasi digunakan seseoran9 untuk mempengaruhi
perubahan sikap atau tingkah laku orang lain. Misalnya, individu
menganjurkan temannya untuk membaca buku yang dianggapnya
menarik, membujuk sahabatnya untuk menonton sebuah film,
meyakinkan saudaranya bahwa sesuatu itu benar atau salah dan
lain-lain.
e. Untuk bermain
lndividu yang menggunakan komunikasi untuk bennain karena
maksud membuatnya merasa lepas dari tekanan clan tanggung
jawab.
2.2.3. Pengertian komunikasi efektif
Dredge (dalam Bloomberg dan Johnson, 1991) telah menguraikan dua
komponen penting dalam komunikasi, yaitu pemahaman pesan dan ekspresi
untuk merespon pesan tersebut. Maka komunikasi efektif berlangsung
apabila mampu menimbulkan respon sesuai dengan maksud pesan yang
disampaikan. Proses yang terjadi adalah pengirim menyampaikan pesan
secara tepat dan penerima menanggapinya sesuai maksud pesan tersebut
(Winkel, 1991). Salah paham akan terjadi apabila pengirim dan penerima
pesan tidak sesuai dengan maksud yang sebenarnya. Supratiknya (1995)
mengajukan tiga syarat yang harus dipenuhi untuk mengirim pesan yang
efektif, antara lain:
1) Mengusahakan pesan-pesan yang dikirim mudah dipahami.
2) Pengirim harus memiliki kredibilitas di mata penerima.
3) Usahakan pesan yang dikirim memberikan pengaruh kepada penerima
Menurut Alo Liliweri (1991) seseorang dalam berkomunikasi harus bisa
mengubah cara berpikir, berpendapat, perasaan dan perilaku orang lain, dan
juga sebaliknya. Apabila satu sama lain tidak saling memberikan kesempatan
untuk berbicara maka maksud dan tujuan komunikasi tidak akan tercapai.
Selain itu pengaruh yang bisa memberikan perubahan pikiran, perasaan dan
perilaku juiga tidak terjadi. Akibatnya komunikasi menjadi tidak efektif dan
merusak hubungan interpersonal.
2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi efektif
Pearson (1983) mengemukakan empat faktor komunikasi efektif, yaitu
membuka diri, asertif, mendengar aktif dan empati. Kedua faktor pertama
menunjukkan kepercayaan diri, sedangkan kedua faktor berikutnya
menunjukkan perhatian dalam komunikasi.
1. Membuka diri
Menjalin hubungan akrab dengan orang lain diperlukan kesediaan
untuk membuka diri, dalam arti bersedia menjelaskan atau
memberikan informasi kepada orang lain mengenai dirinya agar lebih
mengemukakan diri sendiri kepada orang lain, yaitu bersedia
membuka diri dengan sengaja dan memberi informasi yang tepat
mengenai dirinya. lnformasi itu bisa berupa hobi, tujuan hidup dan
cita-cita.
Keterbukaan diri seseorang dalam memberikan informasi kepada
orang lain dipengaruhi oleh baik atau tidaknya hubunga interpersonal
orang tersebut. Jalaludin Rakhmat (1998) mengatakan bahwa makin
baik hubungan interpersonal yang terjalin maka makin terbuka pula
pengungkapan tentang diri, dan makin cermat persepsi tentang diri
dan orang lain maka makin efektif komunikasi yan9 berlangsung.
Ada tiga keuntungan dalam membuka diri, yaitu: 1) dapat membangun
pemahaman dan penerimaan diri yang lebih besar, 2) dapat
membangun pemahaman dan penerimaan yang lebih besar terhadap
orang lain, 3) dapat membangun hubungan yang lebih dalam dan
penuh arti dengan orang lain (Pearson, 1983).
2. Asertif
Perilaku asertif dalam komunikasi mencakup kemampuan
mengemukakan perasaan, pikiran, keyakinan pribadi secara jujur dan
hak orang lain. Menurut Pearson (1983) dengan berperilaku asertif
seseorang dapat mengemukakan dirinya, mempertahankan
pendapatnya dan mengekspresikan perasaannya tanpa takut
melanggar hak orang lain.
Perilaku asertif mempunyai hubungan positif dengan konsep diri yang
positif, kecakapan komunikasi dan hubungan interpersonal yang
memuaskan. Perilaku asertif juga mempunyai hubungan negatif
dengan amarah dan kecemasan (Pearson, 1983).
3. Mendengar aktif
Mendengar aktif merupakan mendengar dengan segenap indera yang
dimiliki,baik dengan verbal maupun non verbal. Mendengar aktif bukan
cuma mendengar ucapan seseorang tapi juga mencoba mengetahui
pesan yang tersirat sehingga dapat menggali infromasi yang lebih
dalam apabila ada hal yang tidak jelas. Menurut Pearson (1983)
mendengar aktif adalah mendengar dengan tujuan untuk memperoleh
informasi, petunjuk, data, memahami orang lain, menyelesaikan
masalah dan menunjukkan dukungan bagi orang lain. Seorang
pendengar aktif mampu mendengar informasi dengan baik, berusaha
4. Empati
Menurut Pearson (1983) empati adalah kemampuan mempersepsikan
dunia dari sudut pandang orang lain. Keuntungan yang didapat dari
empati yaitu, pemahaman yang lebih besar kepada orang lain,
pemahaman yang lebih besar terhadap diri sendiri dan hubungan
interpersonal yang semakin dalam.
Sedang Freud mengartikan empati sebagai memahami orang lain
yang tidak mempunyai arti emosional bagi si pendengar (Jalaludin
Rakhmat, 1998).
Dengan demikian, empati merupakan usaha si pendengar dalam
memahami yang dirasakan orang lain dengan mencoba
membayangkan dirinya pada kejadian yang menimpa orang tersebut,
namuin tidak berarti ikut terlibat secara emosional atau larut dalam
perasaan orang itu sehingga tidak lagi mampu rnemberikan penilaian
yang obyektif. Ernpati tampil apabila ada hubungan akrab dan saling
Komunikasi dalam keluarga memerlukan adanya keempat faktor
komunikasi interpersonal di alas. Pearson (1983) mengatakan bahwa
perilaku membuka diri dan asertif berfungsi untuk mempertahankan
kebutuhan otonomi masing-masing individu. Dalam sebuah keluarga
hal ini sangat penting agar setiap anggotanya memiliki penghargaan
dan pengakuan dalam keluarga. Selanjutnya, kemampuan berpikir
aktif dan asertif dalam keluarga berfungsi untuk menjaga rasa saling
bergantung antar anggota keluarga sehingga masing-masing individu
dalam keluarga dapat saling memahami dan peka terhadap
masalah-masalah yang dihadapi satu sama lain. Dari uraian ini bisa disimpulkan
bahwa komunikasi menjadi efektif apabila pesan yang disampaikan
pengirim dapat diterima dengan bail< oleh penerima, dapat
menimbulkan respon atau umpan balik yang sesuai dengan maksud
dan tujuan pengirim. Komunikasi efektif membantu para pelaku
komunikasi untuk dapat memahami diri sendiri dan orang lain
sehingga hubungan interpersonal yang telah terjalin menjadi lebih
2.2.5. Pengaruh komunikasi efektif orangtua - anak 、」セョァ。ョ@
kepercayaan diri
Kepercayaan diri tidak tumbuh begitu saja pada diri anak dan bukan pula
muncul karena faktor keturunan. Kepercayaan diri didapat dari hasil belajar,
ditumbuhkan dan dikembangkan melalui pengalaman masa lampau serta
diperoleh dari hasil keberhasilan atau kegagalan indiviclu dalam hidupnya.
ltulah sebabnya perlu ditanamkan sejak dini. Kualitas kepercayaan diri anak
tergantung pada kualitas hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya,
terutama lingkungan anggota keluarga.
Menurut Singgih dan Yulia Gunarsa (1995) keluarga sangat penting bagi
pembentukan pribadi anak. Orangtua sebagai pusat penanaman dasar
kepribadian anak menentukan corak dan gambaran kepribadian anak setelah
clewasa. Dapat dikatakan bahwa anak mendapat rangsangan, hambatan atau
pengaruh yang pertama tumbuh dan berkembang dalam fisik dan jiwanya
aclalah dari keluarga. Kepekaan orangtua clalam mengasuh dan mencliclik
anak, termasuk cara komunikasi dengan anak clapat menimbulkan rasa aman
Menyamakan komunikasi dengan bicara yang biasa dilakukan orangtua
seperti memerintah, mengancam, mengkritik dan menegur anak merupal<an
pola komunikasi satu arah yang kurang efektif dan bisa merusak hubungan
antara orangtua dan anak. Padahal, hubungan interpersonal yang hangat
dan akrab antara orangtua dan anak merupakan dasar yang sangat
diperlukan bagi tumbuhnya harga diri dan kepercayaan diri anak. Sebaliknya
komunikasi yang tidak efektif dapat menimbulkan perasaan menyalahkan diri
sendiri, takut, cemas, ragu-ragu dan kurang percaya diri (Yoder dan Proctor,
1988).
Walaupun kualitas kepercayaan diri anak berbeda, hal yang penting adalah
keterlibatan orangtua dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan
kepercayaan diri pada anak. Orangtua diharapkan menciptakan komunikasi
efektif dengan anak yang memerlukan sikap terbuka, asertif, kemampuan
menjadi pendengar aktif dan kemampuan berempati. Jika semua ini
terpenuhi hubungan interpersonal antara orangtua dan anak akan semakin
hangat dan akrab, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi percaya diri
2.6. Kerangka Berpikir
[ Orangtua
J
Komunikasi EfektifEfektif Tidak Efektif
Kepercayaan Diri Positif [ Kepercayaan Diri Negatif
Pada hakikatnya, komunikasi yang dapat menguntungl<an kedua belah pihak
adalah komunikasi timbal balik, dimana terdapat spontanitas dan
keterbukaan antara orangtua dan anak. Sehingga orangtua dapat
mengetahui dan mengikuti perkembangan jalan pikiran anak, sebab pada
saat itu anak dapat mengungkapkan isi hati atau pikirannya, dapat memberi
usul-usul dan pendapat berdasarkan penalarannya (Alex Sobur, 1986).
Orangtua yang menyamakan komunikasi dengan bicara, yang dapat terjadi
bila orangtua marah, memerintah, mengancam, mengkritik, menyalahkan si
anak, atau dengan kata lain melakukan komunikasi satu arah yang jelas tidak
dan Proctor (1988), hubungan interpersonal yang dekat antara orangtua dan
anak merupakan dasar pembentuk yang sangat diperluk1m bagi tumbuhnya
kepercayaan dan harga dirinya. Sebaliknya, komunikasi yang tidak efektif
dapat menimbulkan perasaan menyalahkan diri sendiri, takut, ragu-ragu, dan
kurang percaya diri.
Dengan adanya pola komunikasi orang tua dan anak yang efektif, maka akan
menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi pada anak. Karena untuk dapat
sukses dalam kehidupan sehari-hari diperlukan kepercayaan diri yang
merupakan sebuah kondisi dimana anak merasa optimis dalam memandang
dan menghadapi sesuatu dalam hidupnya.
Dengan kata lain kepercayaan diri merupakan dasar ー・ョヲセ・ュ「。ョァ。ョ@
aktualisasi diri, dengan percaya diri anak mampu mengenal dan memahami
diri sendiri. Sementara itu kurangnya percaya diri dapat menghambat
perkembangan potensi diri, anak yang mengalami hal ini akan menjadi anak
yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan イ。Aセu@ dalam
menyampaikan gagasan, bimbang dalam menentukan pilihan dan sering
Maka kepercayaan diri adalah keyakinan akan kemampuan diri sendiri. Anak
yang percaya diri tidak mudah putus asa, tenang dan bijaksana dalam
menghadapi masalah, serta dapat membina hubungan interpersonal yang
hangat dan akrab dengan orang lain.
Jalaludin (1998) menambahkan kepercayaan diri erat kaitannya dengan
konsep diri. Kepercayaan diri merupakan hal penting dan menentukan dalam
berkomunikasi. Anak yang kurang percaya diri cenderung untuk menghindari
situasi komunikasi, karena takut diejek atau disalahkan oleh orang lain.
Meskipun kualitas kepercayaan diri anak berbeda, hal yang paling penting
adalah keterlibatan orangtua dalam upaya menumbuhkan dan
mengembangkan kepercayaan diri pada anak. Orangtua diharapkan
menciptakan komunikasi efektif dengan anak yang memerlukan sikap
terbuka, asertif, kemampuan menjadi pendengar aktif dan kemampuan
berempati. Jika semua ini terpenuhi hubungan interpersonal antara orangtua
dan anak akan semakin hangat dan akrab, kemudian tumbuh dan
2.4. Pengajuan Hipotesis
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara komunikasi efektif orangtua
-anak dengan kepercayaan diri siswa-siswi Ml Baitul Muttaqin.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara komunikasi efektif
orangtua - anak dengan kepercayaan diri siswa-s1swi Ml Baitul
BAB
3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
3.1.1. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan ku;:intitatif, karena data yang dihasilkan berupa angka-angka
yang kemudian dianalisa dengan metode statistik dan diinterpretasikan dalam
bentuk uraian.
3.1.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan deskriptif korelasionaL karena metode
tersebut digunakan untuk mengukur tingkat serta arah hubungan antara
komunikasi efektif orang tua-anak ( variabel X ) dengan kepercayaan diri
3.1.2. Definisi Variabel dan Operasional Variabel
Di dalam penelitian ini ada dua variabel yang termasuk kedalam variabel
bebas dan variabel terikat, yaitu :
a. Variabel bebas (Independent Variable): komunikasi efektif. Komunikasi
efektif berdasarkan teori dari Person (1983) adalah kornu11ikasi dua arah
yang dilakukan pengirim dan pe11erima pesan, dima11a pesan yang
disampaikan pengirim dapat diterima dan dirnengerti secara baik dengan
maksud dan tujuan pengirim.
b. Variabel terikat (Dependent Variable): kepercayaan dir'i. Kepercayaan diri
berdasarkan teori dari Lidenfield (1994) adalah keyakinan akan kemampuan
dan kepuasan diri baik lahir maupun batin.
Adapun definisi operasionalnya adalah :
a. Komunikasi efektif adalah skor yang diperoleh dari pengukuran yang
menggunakan teori dari Pearson (1983), yaitu membuka diri, asertif,
bersedia mendengar aktif dan empati.
b. Kepercayaan diri adalah skor yang diperoleh dari pengukuran yang
menggunakan teori Lindenfield (1994). Yaitu keyakinan akan kemampuan
dan kepuasan diri, baik batin maupun lahir. Kepercayaan diri batin seperti
jelas dan realistis dan mampu berpikir positif. Kepercayaan diri lahir seperti
mampu berkomunikasi efektif, memiliki sikap tegas, yakin pada
penampilan diri, dan mampu mengendalikan perasaan.
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 5 dan
6 Ml Baitul Muttaqin, kota Bekasi tahun ajaran 2007 - 2008 dengan populasi
berjumlah 132 siswa. Siswa kelas 5 terdiri dari 2 kelas, Adan B yang
masing-masing kelas berjumlah 34 siswa. Sedangkan kelas 6 teridri dari 2 kelas, A
[image:58.595.142.356.549.682.2]dan B yang masing-masing kelas berjumlah 32 siswa.
Table 3.1
Populasi Siswa Kelas 5 dan 6 Ml Baitul Muttaqin
--Kelas Populasi
5A 34
5B 34
6A 32
6B 32
--Jumlah 132
--3.2.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
berdasarkan teknik random sampling melalui teknik undian. Teknik random
sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel secara acak (random) dari
suatu populasi penelitian dimana setiap anggota populasi mempunyai hak
yang sama untuk menjadi anggota sampel (Bambang Soepeno, 1997).
Jumlah populasi sebanyak 132 orang dan menurut table Morgan, dari
populasi sebanyak 132 orang maka akan diperoleh sample berjumlah 97
orang siswa, sedangkan 33 siswa lainnya sebagai sampel uji coba. Adapun
proporsional random sampling dari Guilford dan Srutche (Soegiono, 2003)
adalah: _n_
NxS
Ket. n = jumlah individu dalam populasi
N = jumlah populasi
8erdasarkan alas perhitungan dengan rumus tersebut, maka sampel yang
[image:60.595.61.440.153.483.2]didapat dalam penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 3.2
Jumlah Sampel
Kelas Jumlah siswa
5A 34/132 x 97
=
24,98 =2558 34/132 x 97
=
24,98 =256A 32/132 x 97
=
23,!51 =2468 32/132 x 97
=
23,!51 =23Jumlah 97
Metode pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling melalui
teknik undian, yaitu memberikan kode nomor urut nama siswa berdasarkan
daftar kehadiran di sekolah, menuliskan kode nomor urut tersebut di kertas
kecil-kecil, selanjutnya menggulung kertas-kertas tersebut dan
memasukkannya ke dalam kotak yang cukup besar agar dapat bergerak
dengan bebas, setelah dikocok kemudian diambil sesuai jumlah yang
3.3.
Pengumpulan
Data
3.3.1. lnstrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala
dalam bentuk pernyataan. Bentuk skala yang digunakan dalam membuat
pernyataan pada penelitian ini adalah dengan skala model Liker!. Dan dalam
hal ini skala yang digunakan adalah :
1. Skala kepercayaan diri
Skala yang digunakan untuk mengungkapkan kepercayaan diri subyek
penelitian. Skala kepercayaan diri berdasarkan teori Lidenfield ( 1994) yang
membagi kepercayan diri menjadi dua jenis, yaitu kepercayaan diri batin dan
[image:61.595.40.453.179.671.2]kepercayaan diri lahir.
Table 3.3
Blue print skala kepercayaan diri
No. Item
Aspek lndikator Total
Fav. Unfav.
Mencintai diri sendiri 1, 17,33 9, 25,41 6
Kepercayaan Memahami diri sendiri 2, 18,34 10,26,42 6
diri batin Mengetahui tujuan hidupnya 3, 19, 35 11, 27, 43 6
Mampu berpikir positif 4, 20, 36 12, 28, 44 6
Kepercayaan Mendengarkan orang lain
penuh perhatian
Tidak berperilaku agresif dan
6,22,38 14, 30,46 6
pas if
- - - -- · - - - -セMM
Peduli pada penampilan diri
sendiri 7,23,39 15,31,47 6
Berani menghadapi tantangan
dan resiko 8,24,40 16,32,48 6
---Total 24 24 48
2. Skala komunikasi efektif
Skala komunikasi efektif yang digunakan merupakan skala yang telah
[image:62.595.39.448.127.694.2]disusun berdasarkan konsep dari Pearson (1983), yaitu:
Table 3.4
Blue print skala komunikasi efektif
セ\ッN@ Item
Faktor lndikator セM Total
Fav. Unfav.
Menyampaikan informasi tentang
Membuka diri dengan sengaja dan sukarela 1, 2, 21, 11, 12, 16 39, 40, 3, 30, 49,
diri serta memberi informasi yang
22,41 50, 13, tepat mengenai dirinya
31,51
Mengemukakan perasaan, 14, 32,
Asertif
I
pikiran dan keyakinan tanpa 4, 23, 42, 52, 15, 12 5, 24,43
-menghargai teman bicara
Mendengarkan orang lain dengan
6, 2
penuh perhatian
16, 34,
4 6
54 5, 4
Mendengar
Memahami pesan dari orang lain
aktif 7, 2
17, 35,
l5 6
55 6,'
Memberikan umpan balik yang
8, 2
tepat
18, 36,
rn
656 7,'
セ@
Memahami perasaan orang lain 9,2 8,,
u
19, 37, 6 57Empati Tidak terpengaruh secara
emosional dan perasaan orang 10,
L 18
l, 20, 38, 6 58
2f
lain (ranah afeksi)
Total 29 29 58
セN@
3. Bobot skor skala
Dalam menyusun skala ini peneliti memberikan altematif jawaban dan
[image:63.595.42.453.129.479.2]memberikan skor pada setiap pernyataan dengan kriteria sebagai berikut:
Table 3.5
Kuantifikasi Skoring
Pernyataan Favorable Un favorable
Sangat setuju (SS) 4 1
Ku rang Setuju (KS) 2 3
Tidak Setuju (TS) 1 4
-3.3.2. Teknik Pengolahan Data
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji coba (try out) atau
mengukur alat tes.
a. Uji validitas
Untuk mengetahui apakah kuesioner skala mampu menghasilkan data
yang akurat dan mengetahui koefisien antar item total (Azwar, 2003),
maka digunakan teknik korelasi Product Moment Pearson (1994).
Adapun rumusnya:
rxy
=
Nl.:XY -Cl.:xJ(LY)
セ|nャNZxG@
-(Lx)
2HNL:Y' -(Ly)')
Keterangan :
rxy = angka indeks korelasi "r" produck moment
n = jumlah subyek
2:XY = jumlah hasil antara X dan Y
'Ly = jumlah seluruh skor total
Dalam pengolahannya, perhitungan validitas ini menggunakan
program computer khusus perhitungan data penelitian atau program
SPSS 15 for windows.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas artinya tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran.
Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi, yaitu mampu
memberikan hasil ukur yang terpercaya (Azwar, 1 Sl83).
Keterangan :
a
= reliabilitas instrumens12 dan sl = varians skor belahan 1 dan varians sikor belahan 2
3. 4. Teknik Analisa Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya perlu diolah dan dianalisis untuk dapat
menjawab masalah penelitian dan hipotesa penelitian. Penulis menggunakan
metode analisis Spearman. Sedangkan untuk perhitungannya menggunakan
program komputer SPSS versi 15.
Adapun rumusnya adalah (M. Iqbal Hasan, 2003) :
6-Ic1'
r
]iMMセM' n(n2 -1)
Keterangan :
d = beda urutan dalam satu pasangan data
n
= banyaknya pasangan data3. 5. Prosedur Penelitian
Secara garis besar, penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan, yaitu:
1. Persiapan penelitian
Dimulai dengan perumusan masalah.
Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teori yang tepat mengenai variabel penelitian.
Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan
digunakan dalam penelitian, yaitu skala komunikasi efektif dan
kepercayaan diri.
Menentukan lokasi penelitian.
2. Pengujian alat ukur atau try out
Setelah alat ukur dibuat berupa skala, lalu dilakukan pengujian terhadap
alat ukur atau try out. Uji coba skala dilakukan untuk melihat tingkat
validitas dan realibilitas dari alat ukur. Uji coba dilakukan pada tanggal 20
Pebruari 2008, pada murid kelas 5 dan 6 Ml Baitul Muttaqin dengan
karakteristik yang sama pada sampel penelitian.
Uji coba dilakukan dengan menyebarkan angket skala pada komunikasi
efektif dan kepercayaan diri kepada 33 responden. Setelah uji coba
dilakukan lalu menguji validitas dan reliabilitas skala. Uji validitas
dilakukan dengan cara mengkorelasikan tiap item dengan skor total, yaitu
reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha Cronbach yang perhitungannya
menggunakan program SPSS versi 15.0 for windows.
3. Pelaksanaan penelitian
Pengumpulan data yang sesungguhnya untuk penelitian ini dilakukan
pada tanggal 8 Maret 2008.
4. Pengolahan data
Pemberian kode dan melakukan skoring terhadap hasil skala yang
telah diisi oleh responden.
Menghitung dan menginput data yang diperoleh dari komputer,
kemudian melakukan analisis dengan menggunakan metode statistik
melalui komputer.
BAB4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 dan 6 Ml Baitul Muttaqin
yang berjumlah 132 orang, yang terdiri dari 43 orang laki-laki ( 32,58%) dan
[image:69.595.43.454.72.610.2]89 orang perempuan (67.42%).
Tabel 4.1
Jumlah populasi Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah populasi Presentase
Laki-laki 43 32,58%
Perempuan 89 67,42%
4.2. Uji lnstrumen Penelitian
Sebelum melakukan pengambilan data penelitian terlebih dahulu dilakukan
uji coba terhadap kedua instrumen, yaitu skala komunikasi efektif dan skala
kepercayaan diri. Uji coba dilakukan di sekolah Ml Baitul Muttaqin Bekasi
dengan sampel 30 orang siswa kelas 5 dan 6. penelitian uji coba
dilaksanakan pada hari Selasa, 20 Februari 2008 pada jam istirahat pertama,
yaitu pukul 09.30 -10.20 WIB, pelaksanaan uji coba penelitian ini dibantu
guru BP dan seorang teman.
4.2.1. Uji Validitas Item
Dari analisis uji coba penelitian yang dilakukan terhadap instrumen yang ada
diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Analisis item
Pengujian validitas instrumen menggunakan korelasi Product Moment
Pearson dengan program SPSS 15.0 for windows diperoleh hasil sebagai
berikut:
1. Skala komunikasi efektif terdiri dari 58 item. Dari hasil uji validitas
diperoleh 26 item valid dan 32 item gugur dengan koefisien validitas
Gambaran distribusi item valid dan gugur dari skala komunikasi efektif
dapat dilihat pada label 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Uji lnstrumen yang Valid (*) Skala Komunikasi Efektif
Faktor lndikator No. Item
Fav. Unfav.
-··
Menyampaikan informasi tentang
1, 2, 21, 11, 12*,
Membuka diri dengan sengaja dan sukarela
39', 40, 30, 49*,
diri serta memberi informasi yang 3,22,41 50* 13,
tepat mengenai dirinya 31,51
Mengemukakan perasaan,
4, 23, 42, 14, 32,
Asertif pikiran dan keyakinan tanpa 5*' 2.4-*' 52, 15*,
mengganggu hak orang lain serta 43 33*, 53* menqharqai teman bicara
Mendengarkan orang lain dengan 6*, 25*, 16*, 34*,
oenuh oerhatian 44 54*
Mendengar
Memahami pesan dari orang lain 7, 26, 17*,35,
aktif 45* 55
Memberikan umpan balik yang 8, 27*, 18*,36*,
tepat 46,. 56
Memahami perasaan orang Jain 9*, 28*, 19*, 37,
47" 57
Empati Tidak terpengaruh secara
10, 29, 20*, 38,
emosional dan perasaan orang 43·•
58
lain (ranah afeksi)
Total Valid 12 14
Ket. *
=
item validQaktor
Tabel 4.3
Distribusi Penyebaran Item Valid
Skala Komunikasi Efektif
lndikator No. Item
Total
4
5
5 2 4 4
2 26
[image:71.595.47.452.159.601.2]'
Fav. Unfav.l
..!
Menyampaikan informasi tentang diriI
Membuka diri dengan sengaja dan sukarela serta 18 4, 23,24 4
memberi informasi yang tepat mengenai dirinya
. Mengemukakan perasaan, pikiran
Asertif dan keyakinan tanpa mengganggu 1' 11 5, 15,25 5 hak orang lain serta menghargai
teman bi