• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Stek Akar Sukun (Artocarpus communis Forst.) Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertumbuhan Stek Akar Sukun (Artocarpus communis Forst.) Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis

Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI

BATANG POHON

SURYA DANI DAULAY 061202039

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis

Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI

BATANG POHON

SKRIPSI

Oleh:

SURYA DANI DAULAY 061202039

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis

Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI

BATANG POHON

SKRIPSI

Oleh:

SURYA DANI DAULAY 061202039/BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pertumbuhan Stek Akar Sukun (Artocarpus communis

Forst.) Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon

Nama : Surya Dani Daulay

NIM : 061202039

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Afifuddin Dalimunthe, SP, MP Dr. Ir. Yunasfi, M. Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

(5)

ABSTRAK

SURYA DANI DAULAY: Pertumbuhan Stek Akar Sukun (Artocarpus

communis Forst.) Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon. Dibimbing oleh AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan YUNASFI.

Perbedaan kualitas bahan tanam sebagai akibat perbedaan bagian akar asal stek dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang berbeda. Penelitian ini merupakan salah satu langkah awal untuk mengetahui pertumbuhan stek akar sukun yang paling baik berdasarkan jarak pengambilan akar bahan stek terhadap batang pohon. Bahan stek yang digunakan yaitu akar sukun yang berada pada

jarak 3-4 m, 4-5 m, 5-6 m, dan ≥ 6 m dari batang pohon. Penelitian ini

dilaksanakan dari bulan Maret-Juni 2010,di Rumah Kasa, Fakultas Pertanian, USU Medan, menggunakan rancangan acak lengkap. Parameter yang dianalisis adalah persentase tumbuh, hari munculnya tunas, tinggi tunas, diameter tunas, persentase akar dan berat kering tajuk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jarak akar bahan stek terhadap batang pohon tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. Namun rata-ratanya menunjukkan hasil yang berbeda pada masing-masing parameter. Bahan stek dari jarak 4 meter keatas merupakan bahan tanam terbaik untuk bahan stek sekaligus yang memiliki pertumbuhan terbaik.

(6)

ABSTRACT

SURYA DANI DAULAY: Difference Roots Position Cuttings Material of Main

Trunk on Growth Root Cuttings Breadfruit. Under the guidance of

AFIFFUDDIN DALIMUNTHE and YUNASFI.

Differences in the quality of planting materials as a result of differences in the root by origin cuttings can cause different plant growth. This research is one of preliminary step to know the best growth of root cutting breadfruit based on the distance of taking root cuttings material to the tree stem. Cutting materials used were the root breadfruit on the distance at 3-4 m, 4-5 m, 5-6 m, and ≥6 m from the tree stem. This research was conducted from March-June 2010, in the Screen House, Agriculture Faculty , USU, Medan, using a completely randomized design. The parameters analyzed were the percentage grows, the day of shoot emergence, shoot height, shoot diameter, percentage of roots and dry weight of canopy.

The results showed that differences in the distance of the root cuttings material on the tree stem was not significantly affected by all parameters observed. However the average showed different results in each parameter. Cutting material from the distance of four or more are the best planting materials for cutting material as well as having the best growth.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanggabosi pada tanggal 02 September 1987 dari

ayah H. Zulpan Daulay dan Ibu Roslaini Tanjung (Alm). Penulis merupakan anak

kedua dari enam bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari MAN I, P. Sidimpuan dan pada tahun yang

sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Pemanduan Minat dan

Prestasi (PMP-USU). Penulis memilih program studi Budidaya Hutan,

Departemen Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan

Mahasiswa Silva. Penulis pernah menjadi asisten praktikum di Laboratorium

Silvika pada tahun 2009.

Penulis melaksanakan peraktek pengenalan dan pengelolaan hutan (P3H)

di hutan mangrove Pulau Sembilan, Pangkalan Susu dan hutan dataran rendah

Tangkahan, Kabupaten Langkat Sumatera Utara pada tanggal 10 sampai 19 Juni

2008. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Perum Perhutani

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pertumbuhan Stek Akar Suku (Artocarpus communis Forst.)

Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, mendidik dan

memberikan dukungan doa dan materil kepada penulis selama ini. Penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada bapak Afifuddin Dalimunthe SP, MP

dan bapak Dr. Ir. Yunasfi, M. Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing

yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada

penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian

akhir. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf

pengajar dan pegawai di Departemen Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik

dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi

penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Juli 2010

(9)

DAFTAR ISI

Taksonomi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) ... 5

Botani Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) ... 5

Tempat Tumbuh ... 6

Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif dengan Stek ... 7

Pengaruh Perbedaan Bahan Stek ... 11

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek ... 12

(10)

Hal.

Berat Kering Tajuk ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20

Persentase Tumbuh Stek ... 20

Waktu Muncul Tunas ... 21

Tinggi Tunas ... 22

Diameter Tunas ... 22

Persentase Berakar ... 23

Berat Kering Tajuk ... 24

Pembahasan ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 27

Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Grafik persentase tumbuh stek akar sukun (Arthocarpus Communist Forst.)

pada masing-masing perlakuan tiap minggu pengamatan. ... 20

2. Grafik rata-rata waktu muncul tunas pada stek akar sukun pada masing-masing perlakuan. ... 21

3. Grafik rata-rata tinggi tunas stek ... 22

4. Grafik nilai rata-rata diameter tunas pada masing-masing perlakuan ... 23

5. Grafik persentase berakar pada masing-masing perlakuan ... 23

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Waktu muncul tunas pada stek akar sukun ... 30

2. Analisis rancangan percobaan pertambahan tinggi tunas (cm) stek

akar sukun ... 31

3. Analisis rancangan percobaan pertambahan diameter tunas (cm) stek

akar sukun ... 32

(13)

ABSTRAK

SURYA DANI DAULAY: Pertumbuhan Stek Akar Sukun (Artocarpus

communis Forst.) Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon. Dibimbing oleh AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan YUNASFI.

Perbedaan kualitas bahan tanam sebagai akibat perbedaan bagian akar asal stek dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang berbeda. Penelitian ini merupakan salah satu langkah awal untuk mengetahui pertumbuhan stek akar sukun yang paling baik berdasarkan jarak pengambilan akar bahan stek terhadap batang pohon. Bahan stek yang digunakan yaitu akar sukun yang berada pada

jarak 3-4 m, 4-5 m, 5-6 m, dan ≥ 6 m dari batang pohon. Penelitian ini

dilaksanakan dari bulan Maret-Juni 2010,di Rumah Kasa, Fakultas Pertanian, USU Medan, menggunakan rancangan acak lengkap. Parameter yang dianalisis adalah persentase tumbuh, hari munculnya tunas, tinggi tunas, diameter tunas, persentase akar dan berat kering tajuk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jarak akar bahan stek terhadap batang pohon tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. Namun rata-ratanya menunjukkan hasil yang berbeda pada masing-masing parameter. Bahan stek dari jarak 4 meter keatas merupakan bahan tanam terbaik untuk bahan stek sekaligus yang memiliki pertumbuhan terbaik.

(14)

ABSTRACT

SURYA DANI DAULAY: Difference Roots Position Cuttings Material of Main

Trunk on Growth Root Cuttings Breadfruit. Under the guidance of

AFIFFUDDIN DALIMUNTHE and YUNASFI.

Differences in the quality of planting materials as a result of differences in the root by origin cuttings can cause different plant growth. This research is one of preliminary step to know the best growth of root cutting breadfruit based on the distance of taking root cuttings material to the tree stem. Cutting materials used were the root breadfruit on the distance at 3-4 m, 4-5 m, 5-6 m, and ≥6 m from the tree stem. This research was conducted from March-June 2010, in the Screen House, Agriculture Faculty , USU, Medan, using a completely randomized design. The parameters analyzed were the percentage grows, the day of shoot emergence, shoot height, shoot diameter, percentage of roots and dry weight of canopy.

The results showed that differences in the distance of the root cuttings material on the tree stem was not significantly affected by all parameters observed. However the average showed different results in each parameter. Cutting material from the distance of four or more are the best planting materials for cutting material as well as having the best growth.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk diikuti oleh peningkatan kebutuhan pangan,

sandang, obat-obatan, perumahan dan lain-lain. Lahan yang memadai diperlukan

sebagai penyedia kebutuhan tersebut, terutama untuk budidaya pertanian. Kualitas

dan kuantitas lahan menurun dengan peningkatan tekanan oleh manusia, karena

adanya pengalih-fungsian lahan pertanian menjadi areal non-pertanian.

Pengolahan lahan yang tidak ramah lingkungan dapat mempercepat degradasi

kesuburan tanah. Permasalahan lahan ini perlu mendapatkan perhatian yang

sungguh-sungguh dari semua pihak. Pengolahan lahan yang dilakukan harus dapat

mengatasi beberapa masalah, di antaranya pengelolaan yang dapat memenuhi

kebutuhan penduduk dan pelestarian tanah dan lingkungan. Upaya yang dapat

dilakukan ditinjau dari segi tanaman dan konsumsi, yaitu diversifikasi tanaman.

Diversifikasi tanaman dapat memberikan dampak positif pada ketahanan usaha

tani karena dapat mengurangi resiko, peningkatan pendapatan petani dan nilai

tambah dari lahan yang ditanami. Dari segi konsumsi diversifikasi tanaman dapat

meningkatkan penganekaragaman jenis pangan (Prasetyo, 2004).

Pangan sumber karbohidrat utama yang kita kenal selama ini adalah beras,

terigu, jagung. Padahal masih banyak pangan sumber karbohidrat lain yang

berasal dari umbi-umbian maupun buah-buahan yang ada di sekitar kita. Buah

sukun adalah satu diantara beberapa buah sumber karbohidrat yang

pemanfaatannya masih relatif sedikit dibandingkan bahan pangan sumber

(16)

Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya

tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini

dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional. Sukun dapat dipakai

sebagai pangan alternatif pada bulan Januari, Pebruari dan September, dimana

pada bulan-bulan tersebut terjadi paceklik padi (Koswara dan Sutrisno, 2006).

Tanaman sukun mempunyai arti penting dalam menopang kebutuhan

sumber pangan karena sumber kalorinya dan kandungan gizi yang tinggi. Sukun

masuk dalam lampiran International Treaty on Genetic Resource for Food and

Agriculture sehingga penangan jenis ini akan berkontribusi terhadap upaya global

dalam menjamin ketahanan pangan. Dalam bidang kehutanan, sukun merupakan

salah satu jenis pohon yang dipilih dalam kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi

Hutan dan Lahan. Selain memiliki akar yang kuat dan tajuk yang lebar yang dapat

mengurangi laju erosi, sukun juga merupakan salah satu alternatif tanaman

sumber pangan (Hendalastuti dan Rojidin, 2006).

Upaya pengembangan produksi sukun akan memperkuat tingkat ketersedian

pangan, khususnya karbohidrat, sekaligus menambah ragam sumber pangan dan

variasi menu makanan. Dengan peningkatan ketersediaan pangan sumber

karbohidrat menuju kemandirian pangan dan kemantapan ketahanan pangan.

Tanaman sukun dapat berfungsi sebagai cadangan pangan karena mampu

beradaptasi dengan baik pada lahan marginal dan tahan terhadap kekeringan,

dimana tanaman lain potensi produksinya relatif kecil dan mempuyai resiko

kegagalan panen yang relatif tinggi pada lahan-lahan tersebut.

Produk pangan olahan yang merupakan hasil olahan langsung dari buah

(17)

kroket sukun, prol sukun, dan lain-lain. Sedangkan olahan sukun sebagai bahan

pangan olahan lebih lanjut antara lain adalah gaplek sukun, tepung sukun, dan aci

sukun. Bahan-bahan olahan primer tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk

pembuatan berbagai pangan dari sukun seperti bolu sukun, cake sukun, kukis

sukun, tart sukun dan lain-lain (Tridjaja, 2003).

Melihat berbagai potensi yang ada pada tanaman sukun, penggunaannya

diperkirakan akan terus meningkat. Namun permasalahannya, sampai saat ini

tanaman sukun belum dikembangkan secara intensif karena selain pengetahuan

mengenai potensi kegunaan sukun yang masih kurang, juga pengetahuan budidaya

dan ketersediaan bibit yang masih terbatas. Menurut Pudjiono (2008) salah satu

cara untuk menjawab tantangan kebutuhan bibit unggul adalah penggunaan bibit

dari hasil pemuliaan pohon. Untuk memperbanyak tanaman pada tahap populasi

perbanyakan dilakukan dengan teknik pembiakan vegetatif. Teknik perbanyakan

vegetatif ini sangat bermanfaat dalam perbanyakan tanaman karena tanaman baru

yang dihasilkan mempunyai sifat genetik yang sama seperti tanaman pohonnya.

Pembiakan vegetatif yang dimaksud termasuk perbanyakan tanaman melalui stek

akar. Akan tetapi perbedaan kualitas bahan tanam sebagai akibat perbedaan

bagian akar asal stek dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang berbeda.

Oleh karena itu penelitian ini dilakuakan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan stek akar sukun

yang paling baik berdasarkan jarak pengambilan akar bahan stek dari batang

(18)

Hipotesis Penelitian

1. Perbedaaan jarak akar bahan stek ke batang pohon berpengaruh terhadap

pertumbuhan stek.

2. Semakin jauh jarak bahan stek yang digunakan dari batang pohon

pertumbuhannya akan semakin cepat.

Kegunaan Penelitian

1. Meningkatkan optimalisasi penguasaan teknik perbanyakan vegetatif yang

mendukung upaya penyiapan bahan tanaman sukun.

2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak-pihak pembudidaya

tanaman sukun serta masyarakat yang tertarik dalam membudidaya tanaman

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.)

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman sukun dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Botani Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.)

Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m.

Kayunya lunak, kulit kayunya berserat kasar, dan semua bagian tanaman bergetah

encer. Daunnya lebar sekali, bercagap menjari dan berbulu kasar. Bunganya

keluar dari ketiak daun pada ujung cabang dan ranting, tetapi masih dalam satu

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus communis Forst.

Nama umum/dagang : Sukun

Nama Daerah :

Sumatera : Sukun (Aceh) Hatopul (Batak) Amu (Meteyu)

Jawa : Sukun (Jawa) Sakon (Madura)

Bali : Sukun (Bali)

(20)

pohon (berumah satu). Bunga jantan berbentuk tongkat panjang yang biasa

disebut ontel. Bunga betina berbentuk bulat bertangkai pendek yang biasa disebut

babal seperti pada nangka. Bunga betina ini merupakan bunga majemuk sinkarpik

seperti pada nangka. Kulit buah bertonjolan rata sehingga tidak jelas yang

merupakan bekas putik dari bunga sinkarpik tersebut (Sunarjono, 1999).

Perakaran sukun dapat diikuti dengan baik sejak di persemaian. Setelah bibit

sukun ditanam di lapangan, akar akan tumbuh dari stek akar, kemudian membesar

bulat dan memanjang, diikuti dengan ranting-ranting akar yang mengecil, disertai

dengan adanya rambut-rambut akar. Letak akar masuk kedalam tanah, adapula

yang tumbuh mendatar dan sering tersembul di permukaan tanah. Panjang akar

dapat mencapai 6 meter. Warna kulit akar coklat kemerah-merahan. Tekstur kulit

akar sedang, mudah terluka dan mudah mengeluarkan getah. Apabila akar

terpotong atau terluka akan memacu tumbuhnya pertunasan (Pitojo, 1999).

Tempat Tumbuh

Tanaman sukun dapat tumbuh dan dibudidayakan pada berbagai jenis tanah

mulai dari tepi pantai sampai pada lahan dengan ketinggian kurang lebih 600 m

dari permukaan laut. Sukun juga toleran terhadap curah hujan yang sedikit

maupun curah hujan yang tinggi antara 80-100 inchi per tahun dengan

kelembaban 60-80%, namun lebih sesuai pada daerah-daerah yang cukup banyak

mendapat penyinaran matahari. Tanaman sukun tumbuh baik di tempat yang

lembab panas, dengan temperatur antara 15-38 °C. Tanaman sukun ditaman di

tanah yang subur, dalam dan drainase yang baik, tetapi beberapa varietas tanpa

(21)

Tanah aluvial (Inceptisol) yang banyak mengandung bahan organik sangat

sesuai untuk tanaman sukun. Drajat keasaman (pH) tanah sekitar 6-7 dan relatif

toleran terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan, dan tahan naungan. Di

tempat yang mengandung batu karang dan kadar garam agak tinggi serta sering

tergenang air, tanaman sukun masih mampu tumbuh dan berbuah (Rauf, 2009).

Di Indonesia sukun mempunyai daerah tempat tumbuh alami yang cukup

luas yaitu di Yogyakarta, Cilacap, Blitar, Bayuwangi dan gugus kepulauan

kayangan. Sedangkan diluar jawa terdapat di Sumatera (Aceh, Batak dan Nias),

Nusa tenggara (Bali, Bima, Sumba, dan Flores), Sulawesi (Gorontalo, Bone),

Maluku dan Irian (Kartikawati dan Adinugraha, 2003).

Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif dengan Stek

Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan

menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan

menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih

ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat

dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara

perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu

dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan

stres lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan

(Widiarsih dkk., 2008).

Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai sifat persamaan

(22)

Selain itu kita juga memperoleh tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang

mempunyai akar, batang, dan daun yang relatif singkat (Huik, 2004).

Biasanya tanaman sukun diperbanyak dengan stek akar atau cangkok.

Waupun tanaman dapat diperbanyak dengan okulasi atau sambung pucuk pada

batang bawah semai kluwih, tetapi cara ini tidak dianjurkan karena persentase

keberhasilannya agak rendah dan relatif lama (Sunarjono,1999).

Metode perbanyakan sukun dengan stek akar banyak dikembangkan di

Cilacap, dikenal dengan metode Cilacap. Metode ini mendasarkan pada peristiwa

alami pertumbuhan tunas akar. Metode stek akar mampu menghasilkan bibit

dalam jumlah yang banyak dan seragam. Akar yang dipergunakan adalah akar

besar maupun akar cabang. Tanaman tua lebih banyak menghasilkan bibit

dibandingkan dengan tanaman muda. Namun dari tanaman muda akan diproleh

bibit yang lebih cepat pertunasannya dan rendemen stek akar yang tumbuh lebih

tinggi dari pada tanaman tua (Pitojo, 1999).

Bagian tanaman yang digunakan untuk stek adalah bagian akar tanaman

induk. Tanaman yang bisa diperbanyak dengan stek akar adalah tanaman sukun

(Artocarpus communis Forst.), cemara (Casuarina equisetifolia), jambu buji

(Psidium guajava L.), jeruk keprok (Citrus nobilis Lour.), dan kesemek

(Diospyros kaki Thumb.). Tanaman-tanaman tersebut dapat diperbanyak dengan

stek akar karena akarnya diperkaya dengan kuntum adventif yang setiap saat

dapat tumbuh. Contohnya, sebagian akar berada di atas permukaan tanah

(Rahardja dan Wiryanta, 2005).

Mengakarkan stek ini sebaiknya dilakukan pada situasi lingkungan yang

(23)

situasi yang hangat. Stek akar muda akan berakar lebih cepat dan lebih baik bila

dibandingkan akar yang telah tua. Untuk keperluan stek akar ini dipilih akar

sebesar pensil. Tetapi untuk tanaman yang tidak bisa menghasilkan akar sebesar

itu bisa dipilih akar-akarnya yang terbesar (Wudianto, 2000).

Salah satu faktor yang menentukan kualitas bahan tanam adalah jumlah

substrat seperti karbohidrat yang tersedia bagi metabolisme yang mendukung

pertumbuhan awal tanaman. Ini menjadi ukuran atau bobot bahan tanaman sering

digunakan sebagai tolak ukur untuk mendapat bahan tanam yang seragam. Akan

tetapi pertumbuhan tanaman tidak jarang dijumpai masih tetap bervariasi

sekalipun bahan tanam telah dipilih dari ukuran dan bobot yang reliatif sama. Ini

adalah logis dengan kenyataan bahwa faktor yang menentukan kualitas bahan

tanam demikian banyak. Memang hanya faktor dominan (variasi besar) yang

menghasilkan perbedaan yang nyata, sehingga pengawasan satu atau lebih faktor

dominan akan dapat menghasilkan pertumbuhan yang relatif

seragam (Sitompul dan Guritno, 1995).

Penyiapan bibit stek tanaman sukun meliputi langkah-langkah pemilihan

pohon induk dan pengambilan akar sukun. Secara terperinci kegitan-kegiatan

tersebut adalah sebagai berikut. Untuk memperoleh yang baik dan produktif,

diperlukan bibit tanaman yang baik pula. Bibit tanaman yang baik hanya

dihasilkan tanaman induk yang baik. Adapun syarat-syarat tanaman yang dapat

digunakan sebagai pohon induk adalah sebagai berikut:

a. Umur tanaman sudah mencapai 6-10 tahun

b. Tanaman tumbuh sehat tahan terhadap serangan hama dan penyakit

(24)

d. Berasal dari varietas yang dibutuhkan

e. Tanaman ditanam pada tanah yang gembur

f. Tanaman memiliki perakaran yang sehat dan banyak, serta dipilih akar

permukaan

g. Pohon sedang tidak dalam keadaan berbunga atau berbuah

(Siregar, 2009).

Keberhasilan perbanyakan tanaman dengan stek tidak terlepas dari

perlakuan-perlakuan yang diberikan seperti yang dijelaskan Rahardja dan

Wiryanta (2005), dimana perlakuan-perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Setelah bahan stek dipisahkan dari tanaman induk (kecuali stek daun), bagian

pangkal segera direndam dalam air bersih. Tujuannya supaya jaringan

pengangkut tidak terisi udara. Dengan demikian, bahan stek akan cepat

menyerap air dan mineral dari media tanam.

2. Untuk memepercepat pertumbuhan akar, dapat digunakan Rootone F. Pangkal

stek dalam keadaan basah dimasukkan dalam serbuk Rootone F. Sisa Rootone

F yang menempel di bahan stek dibuang dengan cara mengetuk-ngetukkan

bahan stek. Selain itu, Rootone F boleh dicampur dengan air hingga

membentuk pasta. Penggunaannya dilakukan dengan cara mengoleskan

pangkal stek kedalam pasta Rootone F.

3. Lembaran daun yang ada di bahan stek (pada stek batang) dipotong

(25)

Pengaruh Perbedaan Bahan Stek

Bahan tanaman seperti biji atau bagaian vegetatif merupakan modal awal

pertumbuhan tanaman sehingga perbedaan dalam keadaan fisik dan biokimiawi

bahan, yang sering dinyatakan dengan istilah kualitas dalam arti luas, dapat

mengakibatkan perbedaan dalam pertumbuhan awal tanaman yang akan menjadi

pemicu keragaman pertumbuhan tanaman lebih lanjut. Karena keragaman

keadaan fisik dan biokimiawi bahan tanaman yang dihasilkan di bawah pengaruh

kondisi alami sangat mungkin terjadi, bahan tanaman akan menjadi salah satu

sumber potensial keragaman pertumbuhan tanaman. Penggunaan bahan tanam

yang seseragam mungkin selalu dianjurkan agar keragaman yang bersumber dari

bahan tanam sekecil mungkin. Akan tetapi bahan tanam yang benar-benar

seragam dalam semua aspek sulit diproleh karena beberapa alasan diantaranya (i)

unsur yang menyusun kualitas bahan tanam sangat banyak dan sebagian

diantaranya tidak sederhana seperti enzim dan hormon, (ii) tingkat unsur ini dalam

tubuh tanaman ditentukan oleh berbagai faktor yang tidak selalu bekerja paralel

dalam kehidupan tanaman dan (iii) teknologi yang diperlukan untuk tujuan ini

belum tersedia (Sitompul dan Guritno, 1995).

Kualitas stek yang berasal dari bagian batang yang berbeda jelas sangat

berbeda karena mengalami masa perkembangan yang berbeda disamping

kedudukannya yang berbeda. Karenanya sangat mungkin kualitas tersebut tidak

hanya ditentukan oleh satu atau dua faktor seperti bobot bahan tanaman yang erat

hubungannya dengan kandungan pati yang dapat menggambarkan jumlah substrat

metabolisme. Penyebaran hormon seperti auxin, yang disintesis dalam bagaian

(26)

akan dapat berbeda di antara bagian karena kedudukannya. Pada hasil penelitian

lain, kandungan mineral (N, P, K, Ca dan Mg) dari stek bervariasi di antara bagian

batang (Sitompul dan Guritno, 1995).

Hampir semua bagian tanaman dapat dipakai sebagai stek, tetapi yang

sering dipakai adalah batang muda yang subur. Mudahnya stek berakar tergantung

kepada spesiesnya. Ada yang mudah sekali berakar cukup dengan medium air

saja. Tetapi banyak pula yang sukar berakar, bahkan tidak berakar walaupun

dengan perlakuan khusus. Kesuburan dan banyaknya akar yang dihasilkan sangat

dipengaruhi oleh asal bahan steknya yaitu bagian tanaman yang dipergunakan,

keadaan tanaman yang diambil steknya, dan keadaan luar waktu pengambilan

(Kusumo 1980 dalam Irwanto 2001).

Umur bahan stek sangat menentukan keberhasilan dari stek yang dibuat,

sehingga bahan dasar pembuatannya perlu diambil dari bibit hasil cabutan atau

kebun pangkas yang bersifat juvenil/muda. Hal ini disebabkan karena, pada

jaringan organ yang masih muda banyak mengandung jaringan meristematik yang

masih mampu melakukan pertumbuhan dan deferensiasi. Dengan demikian bagian

yang paling cocok dijadikan stek adalah bagian pucuk. Pucuk juga merupakan

sumber auksin pada tanaman (Yasman dan Smits 1988 dalam Irwanto 2001).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek

Terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan dari stek.

Adapun hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor

(27)

Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan tumbuh stek yang cocok sangat berpengaruh pada

terjadinya regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau media pengakaran

seharusnya kondusif untuk regenerasi akar yaitu cukup lembab, evapotranspirasi

rendah, drainase dan aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas (12-27°C),

tidak terkena cahaya penuh (200-100 W/m2) dan bebas dari hama atau penyakit

(Widiarsih dkk., 2008). Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar

antara 21ºC sampai 27ºC pada pagi dan siang hari dan 15ºC pada malam hari.

Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui

perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi (Hartman dkk., 1983).

Sedangkan suhu rendah menghambat pertumbuhan metabolisme, dan

pendewasaan akar. Sebagai tambahan penyerapan air dan hara berkurang, dan

barang kali tidak mencukupi kebutuhan pucuk. Pada suhu rendah air menjadi

lebih pekat dan jaringan menjadi kurang permeabel. Pada suhu tinggi kecepatan

respirasi yang naik mengurangi pertumbuhan akar (Daniel dkk., 1987).

Faktor Dari Dalam Tanaman

Kondisi fisiologis tanaman mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan

stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan

makanan, dan zat pengatur tumbuh.

1. Umur Bahan Stek

Menurut Warsana (2004) ciri-ciri stek akar yang baik adalah jangan terlalu

tua dan jangan terlalu muda, diameter stek kurang lebih 1,5 cm. Stek akar muda

(28)

Untuk keperluan stek akar ini dipilih akar sebesar pensil. Tetapi untuk tanaman

yang tidak bisa menghasilkan akar sebesar itu bisa dipilih akar-akarnya yang

terbesar (Wudianto, 2000).

2. Jenis Tanaman

Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Menurut Widiarsih

dkk. (2008) jenis tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar

dan pucuk yang berbeda pula. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang

menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar

yang baru terbentuk tidak tahan stres lingkungan dan adanya sifat plagiotrop

tanaman yang masih bertahan.

3. Adanya Tunas dan Daun Pada Stek

Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila

seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas

berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin

yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin

(Huik, 2004).

4. Persediaan Bahan Makanan

Menurut Pamungkas dkk. (2009) pertumbuhan akar pada stek dipengaruhi

oleh adanya karbohidrat dalam stek, dimana karbohidrat merupakan sumber

energi dan sumber karbon (C) terbesar selama proses prakaran. Akumulasi

karbohidrat banyak terdapat dibagian pangkal stek, sehingga akan lebih cepat dan

lebih mudah membentuk akar. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Hartman dkk.

(29)

akan terhambat walaupun kandungan karbohidrat pada stek tinggi, karena unsur N

berkorelasi negatif dengan proses perakaran pada stek.

5. Zat pengatur Tumbuh

Menurut Widiarsih (2008) salah satu faktor intern yang mempengaruhi

regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur

tumbuh. Sedangkan ditinjau dari asal senyawanya zat pengatur tumbuh dibedakan

menjadi dua yaitu:

1. Pengatur tumbuh (growth regulator), yakni senyawa-senyawa yang datang

dari luar tumbuhan.

2. Hormon, yakni jika senyawa itu dihasilkan dalam tubuh tumbuhan

(Heddy,1996).

Sebenarnya tanaman sendiri telah mempunyai hormon, misalnya rizokalin

(merangsang pertumbuhan akar), kaulokalin (merangsang pertumbuhan batang)

dan antokalin (merangsang pembungaan). Hormon-hormon ini masuk dalam

golongan auksin yaitu IAA ( Asam Indol Asetat), NAA (Asam Naftalena Asetat),

(30)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara Medan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juni

2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag, media top soil,

amplop coklat, akar sukun (Artocarpus communis Forst.). Alat yang digunakan

dalam penelitian ini antara lain adalah cangkul, pita ukur, parang, pisau cutter,

pita label, ayakan, penggaris, alat tulis, gembor, kamera, tali, plastik kaca,

potongan bambu atau kayu, jangka sorong, oven, timbangan digital dan alat-alat

lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 4

perlakuan dan 4 ulangan sehingga didapat 16 unit percobaan. Adapun perlakuan

yang digunakan sebagai berikut:

A1= Akar dengan jarak 3-4 m dari batang pohon

A2= Akar dengan jarak 4-5 m dari batang pohon

A3= Akar dengan jarak 5-6 m dari batang pohon

(31)

Prosedur Penelitian

Plaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap yaitu:

1. Penyiapan Media Tanam

Media yang digunakan adalah top soil yang telah dibersihkan dan diayak

terlebih dahulu agar kotoran tidak terikut. Setelah top soil diayak selanjutnya

dilakukan penghomogenan. Hal ini dilakukan dengan asumsi agar setiap polibag

menampung top soil yang tidak berbeda dalam segi kandungan unsur haranya

yang akan berpengaruh pada pertumbuhan bibit sukun nantinya.

2. Pengambilan Bahan Stek Akar

Sampel akar yang digunakan diambil dengan menggali akar kemudian

dipotong pada masing-masing jarak yang sudah ditetapkan. Akar yang baik untuk

bahan stek adalah yang tumbuh menjalar dekat dengan permukaan tanah atau

timbul pada permukaan tanah.

3.Pembuatan Stek Akar

Bahan stek (akar sukun) yang sudah diambil, diukur kemudian

dipotong-potong menjadi stek akar dengan panjang 10 cm dan diameter rata-rata berkisar

1-2 cm pada masing-masing jarak tersebut. Bagian stek yang lebih muda (ujung

akar) ditandai dengan potongan miring. Hal ini akan memudahkan dalam

penanaman stek supaya tidak terbalik.

4.Penanaman Stek Akar

Penanaman stek akar dapat langsung pada media top soil dalam polibag.

Pelaksanaan penanaman yang pertama dilakukan adalah pembuatan lubang tanam

(32)

dengan kedalaman penanaman sekitar setengah bagian dari panjang stek.

Selanjutnya stek akar yang sudah siap ditanam segera dilakukan penyiraman.

Parameter Yang Diamati

Penentuan parameter pada tahap awal penting untuk menetapkan ruang

lingkup permasalahan dan batasan-batasan dari studi pertumbuhan tanaman.

Parameter yang perlu untuk diamati dalam menganalisis pertumbuhan stek akar

sukun ini adalah:

1. Persentase Tumbuh Stek

Persen tumbuh stek dihitung dengan membandingkan antar jumlah stek

yang menghasilkan tunas normal pada akhir penelitian dan jumlah stek yang

ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian.

Persentase tumbuh Tunas = x 100%

ditanam

Tunas yang muncul diamati secara visual dari beberapa perlakuan.

Pengamatan dilakukan setiap hari hingga akhir penelitian.

3. Tinggi Tunas

Data parameter tinggi tunas diambil setelah 60 hari stek di tanam dengan

menggunakan penggaris. Tunas yang tumbuh diamati dan diukur tingginya

seminggu sekali pada tiap satuan percobaan. Pengukuran tinggi diukur mulai dari

(33)

4. Diameter Tunas

Pengukuran diameter tunas yang tumbuh pada setiap perlakuan dilakukan

dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada ketinggian 1 cm

dari pangkal tunas yang telah diberi tanda. Pengambilan data dilaksanakan sekali

seminggu bersamaan dengan pengambilan data parameter tinggi tunas.

5. Persentase Berakar

Persentase stek berakar dihitung dengan membandingkan antar jumlah

stek yang menghasilkan akar pada akhir penelitian dan jumlah stek yang ditanam

pada awal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian.

Persentase berakar = x 100%

ditanam

6. Berat Kering Tajuk

Pengamatan berat kering tajuk dilakukan setelah kegiatan pengamatan

parameter yang lain berakhir, dengan cara pemisahan bagian tajuk dengan akar

stek. Untuk mendapatkan berat kering bagian atas tanaman, bagian batang dan

daun stek (tajuk stek) disatukan kemudian ditimbang beratnya selanjutnya

dimasukkan ke dalam kantong koran yang telah diberi lubang dan label sesuai

perlakuan. Kemudian dioven pada temperatur 75°C selama 24 jam, lalu ditimbang

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pertumbuhan suatu tanaman dapat dilihat melalui pengamatan terhadap

persentase tumbuh, hari munculnya tunas, tinggi tunas, diameter tunas, persentase

berakar dan berat kering tajuk. Hasil pengamatan dan pengukuran beberapa

kriteria pertumbuhan tersebut diuraikan berikut ini:

1. Persentase Tumbuh Stek

Persen tumbuh stek akar sukun (Arthocarpus Communis Forst.) yang

diproleh pada akhir penelitian sama untuk setiap perlakuan. Persentase tumbuh

stek akar sukun tiap minggu disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik persentase tumbuh stek akar sukun (Arthocarpus Communis Forst.) pada masing-masing perlakuan tiap minggu pengamatan.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persen tumbuh stek pada akhir

penelitian untuk masing-masing perlakuan mencapai 100 %, artinya tidak ada

perbedaan persentase tumbuh antar bahan stek akibat jarak bahan stek yang

berbeda terhadap batang pohon. Namun jika dilihat dari data persentase tumbuh

(35)

ke dua stek ditanam dan pada minggu-minggu tertentu persentase tumbuh antar

perlakuan kadangkala berbeda, dimana pada minggu ke dua persentase tumbuh

tertinggi terdapat pada perlakuan A2 dan A4 yaitu sebesar 50 % dan yang

terendah pada perlakuan A1 yaitu 0 %. Sedangkan untuk minggu ke 4 dan ke 5

perlakuan A2 justru lebih tinggi dari yang lainnya sekaligus yang memiliki persen

tumbuh paling baik.

2. Waktu Muncul Tunas

Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya

regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru.

Berdasarkan grafik rata-rata waktu muncul tunas (Gambar 2), masa bertunas stek

berkisar antara 16-25 hari stelah stek di tanam. Waktu muncul tunas paling cepat

terdapat pada perlakuan A2 dan A3 yaitu serkitar 16 hari setelah stek ditanam

sedangkan paling lama bertunas terdapat pada perlakuan A1 yaitu 25 hari stelah

stek di tanam. Data waktu muncul tunas selengkapnya disajikan pada Gambar 2.

(36)

3. Tinggi Tunas

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2), menunjukkan bahwa tidak ada

pengaruh tinggi tunas yang nyata antar bahan stek dari masing-masing perlakuan.

Analisis ini menunjukkan bahwa perbedaan jarak akar bahan stek yang digunakan

tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tunas. Tinggi tunas setelah

dirata-ratakan yang diperoleh pada akhir pengukuran dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik rata-rata tinggi tunas stek

Berdasarkan grafik di atas, rata-rata tinggi tunas pada stek akar sukun

berkisar antar 4,45-15,03 cm. Tunas stek tertinggi terdapat pada perlakuan A4

yaitu 15,03 cm sedangkan yang terrendah terdapat pada perlakuan A1 yaitu 4,45

cm.

4. Diameter Tunas

Analisis sidik ragam (Lampiran 3), menunjukkan hasil yang tidak

berpengaruh nyata antar bahan stek dari masing-masing perlakuan. Analisis ini

menunjukkan bahwa perbedaan jarak pengambilan akar bahan stek yang

digunakan tidak memberikan pengaruh terhadap diameter tunas. Berikut hasil

(37)

Gambar 4. Grafik nilai rata-rata diameter tunas pada masing-masing perlakuan.

Berdasarkan grafik di atas, nilai rata-rata diameter pada stek berkisar

antara 0,20-0,26 cm. Nilai diameter tertinggi terdapat pada perlakuan A2 dan A4

yaitu 0,26 sedangkan terrendah terdapat pada perlakuan A1 yaitu 0,20.

5. Persentase Berakar

Persentase berakar stek yang diproleh pada akhir pengamatan berkisar

antara 50-100%. Berikut data persentase berakar stek selengkapnya disajikan pada

Gamabar 5.

(38)

Gambar 5 menunjukkan persentase berakar stek tertinggi terdapat pada

perlakuan A2, A3 dan A4 yaitu 100 % sedangkan yang terendah terdapat pada

perlakuan A1 yaitu 50 %.

6. Berat Kering Tajuk

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4 ), menunjukkan bahwa tidak ada

pengaruh berat kering tajuk yang nyata antara bahan stek dari masing-masing

perlakuan. Analisis ini menunjukkan bahwa perbedaan jarak akar bahan stek yang

digunakan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap berat kering tajuk. Berat

kering tajuk setelah dirata-ratakan yang diperoleh pada akhir pengukuran dapat

dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik rata-rata berat kering tajuk stek pada masing-masing perlakuan.

Grafik di atas menunjukkan bahwa rata-rata berat kering tajuk berkisar

antara 0,04–0,37 g. Rata-rata berat kering tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan

(39)

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jarak akar bahan stek dari

batang pohon tidak memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan stek akar

sukun. Namun berbeda dengan rata-ratanya, hapir keseluruhan parameter

menunjukkan hasil yang terbaik pada bahan stek dari jarak 4 meter keatas

(perlakaun A2, A3, dan A4).

Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan jarak akar bahan stek dari

batang pohon dapat mempengaruhi pertumbuhan stek. Berbedaan pertumbuhan

pada bahan stek diduga disebabkan oleh perubahan kualitas bahan tanam akibat

perbedaan jarak akar yang berbeda dari batang pohon. Bahan tanam dengan

kualitas yang bagus akan menghasilkan pola pertumbuhan yang bagus. Gardner

dkk. (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

secara terus menerus sepanjang daur hidup, bergantung pada tersedianya

meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya. Perbedaan

substansi pertumbuhan serta responnya yang berbeda-beda pada bagian

tumbuhan, dapat merupakan penyebab perbedaan pertumbuhan pada stek.

Menurut Salisbury dan Ross (1995) pertumbuhan pada tumbuhan

berlangsung terbatas pada beberapa begian tertentu, yang terdiri dari sejumlah sel

yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel di meristem. Sehingga

bahan tanam dengan jaringan meristem yang lebih tinggi akan mengasilkan pola

pertumbuhan yang lebih baik. Bagian tanaman yang kaya akan jaringan meristem

diantaranya ujung akar dan ujung tajuk (apeks). Berdasarkan hasil penelitian yang

diproleh, dimana bahan stek dari jarak 4 meter ke atas menunjukkan hasil yang

(40)

Akan tetapi pertumbuhan tanaman tidak jarang dijumpai masih tetap

berpariasi sekalipun bahan tanam yang digunakan sama-sama berasal dari

jaringan yang kaya akan meristem (A3 lebih rendah dari A2). Hal ini diduga

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan demikian banyak. Karenanya sangat

mungkin kualitas bahan tanam tersebut tidak hanya ditentukan oleh jaringan

meristemnya, akan tetapi masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan seperti halnya hormon tumbuh. Menurut Sitompul dan Guritno

(1995) penyebaran hormon seperti auxin, yang disintesis dalam bagian meristem

batang, dan cytokinin, yang disintesis dalam bagiam meristem akar, akan dapat

berbeda di antara bagian karena kedudukannya. Sementara menurut Pamukas dkk.

(2009) pertumbuhan panjang tunas dipengaruhi oleh hormon auksin dan sitokinin.

Sitokinin akan merangsang pembelahan sel melalui peningkatan laju sintesis

protein, sedangkan auksin akan memacu pemanjangan sel-sel, sehingga

menyebabkan pemanjangan batang. Oleh karenanya, sangat mungkin bahan tanam

dari jarak yang berbeda memiliki pertumbuhan yang berbeda.

Perbedaan dalam pertumbuhan awal tanaman akan memicu keragaman

pertumbuhan tanaman lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan pernyatan Tohari (1992)

dimana jika pertumbuhan tunas dibatasi oleh suatu bagian yang relatif lebih besar

dari karbohidrat yang dihasilkan fotosintesis akan digunakan oleh tunas itu sendiri

dengan akibat bahwa pertumbuhan akar secara relatif akan lebih tertekan dari

pada tunas. Sesuai hasil penelitian, dimana bahan stek yang mengahasil

pertumbuhan tajuk lebih baik akan menghasilkan pertumbuhanuhan perakaran

(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Bahan stek yang berasal dari jarak 4 meter ke atas (perlakuan A2, A3, dan A4)

merupakan bahan tanam yang terbaik untuk bahan stek sekaligus yang

memiliki pertumbuhan terbaik.

2. Kemampuan bahan stek untuk tumbuh dipengaruhi oleh tingkat regenerasinya.

3. Bahan tanam dengan tingkat juvenil yang lebih tinggi akan menghasilkan

regenerasi yang lebih baik.

Saran

Perbanyakan dengan stek akar disarankan menggunakan bahan tanam dari

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Daniel, T. W., J. A. Helms, dan F. S. Baker. 1987. Prinsip-prinsip Silvikultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Djaafar dan S. Rahayu. 2005. Grubi dari Sukun Muda. Surat Kabar Sinar Tani. Yogyakarta. http://www.litbang.deptan.go.id [14 Agustus 2009].

Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Goldsworthy, P. R. dan N. M. Fisher. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarata.

Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Grapindo Persada. Jakarta.

Hendalastuti, R. H. dan A. Rojidin. Karakteristik Budidaya dan Pengolahan Buah Sukun : Studi Kasus di Solok dan Kampar. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 :220-23 http://www.docstoc.com [18Juli 2009].

Huik, E. M. 2004. Pengaruh Rootone–F dan Ukuran Diameter Stek Terhadap Pertumbuhan Dari Stek Batang Jati (Tectona grandis L.F). Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon. http://www.freewebs.com [08 November 2009].

Hartman, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R. L. Geneve. 2002. Plant Propagation Principles and Practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, N.J.

Irwanto. 2001. Pengaruh Hormon IBA (Indole Butyric Acid) Terhadap Persen Jadi Stek Pucuk Meranti Putih (Shorea montigena). Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon. http://www.freewebs.com [08 November 2009].

Kartikawati, N. K. dan H. A. Adinugraha. 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Koswara, dan Sutrisno. 2006. Sukun Sebagai Cadangan Pangan Alternatif. http://www.ebookpangan.com [14 Agustus 2009].

(43)

curcas L.). Artikel Penelitian: 131-140. Universitas Diponegoro. Semarang. http://eprints.undip.ac.id [ 07 Mei 2010 ].

Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius. Jakarta.

Prasetyo. 2004. Budidaya Kapulaga Sebagai Tanaman Sela PadaTegakan Segon. Progaram Studi Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu. http://bdpunib.org [06 Juni 2010].

Pudjiono, S. 2008. Penerapan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Pada Pemuliaan Pohon. Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Riau. http://biotifor.or.id [07 Mei 2010].

Rahardja, P. C. dan W. Wiryanta. 2005. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Rauf, A. 2009. Profil Arboretum USU 2006-2008. USU Press. Medan.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung.

Siregar, A. S. 2009. Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) pada Berbagai Ketinggian di Sumatera Utara. Skripsi. Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sitompul, S. M., dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada Universitas Press. Yogyakarta.

Sunarjono, H. H. 1999. Prospek Perkebunan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tridjaja, N. O. 2003. Panduan Teknologi Pengolahan Sukun Sebagai Bahan Pangan Alternatif. Departemen Pertanian. Jakarta. http://docs.google.com [14 Agustus 2009].

Warsana. 2004. Pembibitan Kesemek Sistem Pembiakan Tunas Akar. Tabloid Sinar Tani. Jawa Tengah. http://www.litbang.deptan.go.id [07 Mei 2010].

Widiarsih, S., Minarsih, Dzurrahmah, B. Wirawan, dan W. B. Suwarno. 2008. Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Buatan. Artikel.

(44)

Lampiran 1. Waktu muncul tunas pada stek akar sukun

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(Hari)

1 2 3 4

A1 33 33 18 17 101 25

A2 14 13 19 17 63 16

A3 13 18 17 16 78 16

A4 13 16 33 15 144 19

Keterangan :

A1 : Akar dengan jarak 3-4 m dari batang pohon

A2 : Akar dengan jarak 4-5 m dari batang pohon

A3 : Akar dengan jarak 5-6 m dari batang pohon

(45)

Lampiran 2. Analisis rancangan percobaan pertambahan tinggi tunas (cm) stek akar sukun

Ratan pertambahan tinggi tunas stek akar sukun pada minggu ke 14 setelah tanam

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4

(46)

Lampiran 3. Analisis rancangan percobaan pertambahan diameter tunas (cm) stek akar sukun

Rataan pertambahan diameter tunas stek akar sukun minggu 14

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4

(47)

Lampiran 4. Analisis rancangan percobaan bobot kering tajuk (g) stek akar sukun

Bobot kering tajuk stek akar sukun pada minggu ke 14 setelah tanam

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4

Gambar

Gambar 1. Grafik persentase tumbuh stek akar sukun (Arthocarpus Communis Forst.) pada masing-masing perlakuan tiap minggu pengamatan
Gambar 2. Grafik rata-rata waktu muncul tunas pada stek akar sukun pada masing-masing perlakuan
Gambar 3. Grafik rata-rata tinggi tunas stek
Gambar 4. Grafik nilai rata-rata diameter tunas pada masing-masing perlakuan.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku penjual yang sekaligus pembuat jamu tradisional dalam mengolah jamu masih kurang memperhatikan faktor higiene, sebagai indikatornya adalah masih adanya

Persepsi petani padi sawah terhadap aktivitas pertambangan batubara di Desa Jembayan Tengah, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara termasuk dalam kategori

Sedangkan pembagian tugas dan hubungan kerja yang dilakukan oleh Camat Marpoyan Damai dengan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dalam menjalankan program kesehatan di

(Kalau Gus Jalil sering bicara ke kita atau para santri biar anak-anak itu kompak, bisa saling kenal bahkan bisa menjaga antar santri kalau ada masalah. Ini sudah dicontohkan sama

Pelatihan bagi fasilitator PUSPAGA sebagai 2P dalam Pencegahan Perkawinan Anak Jumlah Kecamatan/ Desa/Kelurahan yang memiliki fasilitator PUSPAGA 2P Pencegahan Perkawinan Anak

Kedua pemimpin sudah menunjukkan keinginan mereka untuk hubungan yang lebih baik namun, upaya normalisasi hubungan tidaklah semudah dibayangkan mengingat hubungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

2016/17/UKM/FST/KS65 IJAZAH SARJANAMUDA SAINS DENGAN KEPUJIAN (SAINS MAKANAN DENGAN PENGURUSAN