• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pembuatan Model Alat Pengering Kunyit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Proses Pembuatan Model Alat Pengering Kunyit"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

Tabel Data Pengukuran Pada Ruang Pengering

(2)

Lampiran 2

Tabel Data Pengukuran Temperatur Pada Cerobong

(3)

Lampiran 3

Tabel Data Pengukuran Berat Kunyit

(4)

Lampiran 4

Tabel Data Jumlah Bahan Bakar ( Briket )Yang Digunakan

(5)

Lampiran 5

Tabel Pengukuran Kadar Air Kunyit

(6)

Lampiran 6

Tabel Karakteristik Perpindahan Panas Pada Ruang Pengering

(7)

Lampiran 7

Tabel Karakteristik Perpindahan Panas Pada Cerobong

(8)

KARYA AKHIR

PROSES PEMBUATAN

MODEL ALAT PENGERING KUNYIT

UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN

Disusun Oleh:

ALWIN FAHRI GOPA S.

NIM : 025202043

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI

P R O G R A M D I P L O M A I V

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(9)

DAFTAR ISI

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Tujuan Penulisan...2

1.3. Batasan Masalah ...3

1.4. Metode Pembahasan ...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1. Material ...4

2.2. Karekteristik Bahan Logam ...6

2.3. Bahan Pelat Seng ...11

2.4. Bahan Isolasi ( Bahan Penyekat ) ...13

2.5. Bahan Bakar...15

2.6. Bahan Penyambungan...16

2.7. Alat Perpindahan Kalor...18

2.8. Mekanisme Perpindahan Kalor...19

(10)

BAB III ALAT DAN BAHAN...27

3.1. Alat...27

3.2. Bahan ...35

BAB IV PROSES PEMBUATAN ALAT PENGERING KUNYIT ...40

4.1. Dimensi Alat Pengering Kunyit ...40

4.2. Bagian Dinding Kiri, Kanan, dan Belakang ...41

4.3. Bagian Dinding Depan...44

4.4. Bagian Pintu...45

4.5 Pelapis Pintu...47

4.6. Rak Pengering...48

4.7. Rel Talam...49

4.8. Pengarah Uap ( Jendela Pengarah ) ...49

4.9. Cerobong...50

4.10. Pengarah Awal ...51

4.11. Ruang Pembakaran ...52

BAB V KESIMPULAN ...54 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1Memasak dengan bahan bakar tradisional ...

Gambar 1.2Kompor dengan sebuah ruang pembakaran ...

Gambar 2.1 Nyala api pada lilin ...

Gambar 2.2 Zone pembakaran pada kompor ...

Gambar 2.3 Grafik hubungan antara kecepatan oksigen terbentuk pada

ruangan tertutup dengan ruangan yang terdapat ventilasi udara.

Gambar 2.4 Grafik hubungan antara kecepatan oksigen terbentuk pada

nyala api biru dan kuning...

Gambar 2.5 Grafik hubungan antara kecepatan oksigen terbentuk dengan

diameter panci ...

Gambar 3.1 Bom Kalorimeter...

Gambar 3.2 Diagram alir Pengujian nilai kalor bahan bakar...

Gambar 3.3 Alat Penimbang...

Gambar 3.4 Themo- Animometer dan Thermometer biasa ...

Gambar 3.5 Timber Hygrometer...

Gambar 3.6 Kompor uji ...

Gambar 3.7 Bahan bakar padat ...

Gambar 3.8 Arang...

Gambar 3.9 Diagram alir Pengujian bahan bakar dengan water boiling ...

Gambar 3.10 Autogas Emissi Analyzer...

(12)

Gambar 3.12. Kotak Dialog Setup ...

Gambar 3.13 Kotak Dialog Manual Meter ...

Gambar 3.14 Kotak Dialog Strip Chart ...

Gambar 3.15 Kotak Dialog Test Result ...

Gambar 3.16 Diagram alir Pengujian emisi gas buang...

Gambar 4.1 (a) Grafik nilai HHV bahan bakar pada percobaan bom

kalorimeter ...

Gambar 4.1 (b) Grafik nilai LHV bahan bakar...

Gambar 4.1 (c) Grafik Qlc bahan bakar...

Gambar 4.2 Grafik effesiensi thermal bahan bakar high power (keadaan

normal)...

Gambar 4.3 Grafik laju pembakaran bahan bakar (keadaan normal) ...

Gambar 4.4 Grafik konsumsi bahan bakar sfesifik bahan bakar (keadaan

normal)...

Gambar 4.5 rafik firepower bahan bakar (keadaan normal) ...

Gambar 4.6 Grafik effesiensi thermal bahan bakar pada high power

(temperatur air sekitar 0ºC)...

Gambar 4.7 Grafik laju pembakaran bahan bakar pada high power

(temperatur air sekitar 0ºC)...

Gambar 4.8 Grafik konsumsi bahan bakar sfesifik pada high power

(temperatur air sekitar 0ºC)...

Gambar 4.9 Grafik firepower bahan bakar pada high power (temperatur air

sekitar 0ºC) ...

(13)

Gambar 4.11 Grafik laju pembakaran bahan bakar pada low power...

Gambar 4.12 Grafik konsumsi bahan bakar sfesifik pada low power ...

Gambar 4.13 Grafik firepower bahan bakar pada low power...

Gambar 4.14 Kadar CO2 tiap-tiap bahan bakar...

Gambar 4.15 Kadar CO tiap-tiap bahan bakar...

Gambar 4.16 Kadar HC tiap-tiap bahan bakar...

Gambar 4.17 Kadar O2 tiap-tiap bahan bakar ...

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Indonesia sebagai Negara kepulauan terletak didaerah tropis yang

sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. 

Pada hasil pertanian di indonesia banyak dipengaruhi oleh cuaca dan kondisi alam

yang sulit diprediksi oleh banyak pihak. Hal ini menyebabkan banyak produk

petani mendapatkan hasil yang tidak bagus, yang akhirnya dapat menurunkan

pendapatan para petani.

Berbagai hasil pertanian hanya akan dapat bertahan lama bila dilakukan

proses pengawetan. Salah satu proses pengawetan yang umum digunakan adalah

dengan cara pengeringan.

Sistim pengering dengan menggunakan energi matahari secara tradisional

dengan cara penjemuran di alam terbuka dibawah sinar matahari dimana bahan

yang akan dikeringkan diserakkan/dihamparkan dilantai semen atau diatas tikar

telah lama digunakan. Dewasa ini sistim pengering tenaga matahari dengan

menggunakan kolektor terus dikembangkan. Kelebihan alat ini adalah bahan yang

dikeringkan ketika hujan dan malam tiba tidak perlu dipindahkan.

Kekurangannya adalah tergantung cuaca, temperatur pengeringan tidak konstan

(15)

Peralatan pengeringan dengan energi pemanas listrik biasanya digunakan

untuk pengeringan pakaian, kertas dan pada industri tertentu. Kelebihannya adalah

praktis dan kekurangannya adalah mahal.

Selain pengeringan dengan sistem tersebut diatas, pengeringan dapat

dilakukan dengan bantuan alat pengering mekanis. penegringan secara mekanik

meggunakan peralatan dan sumber energi dengan bantuan energi minyak, gas atau

bahan bakar lainnya. Kelebihan alat ini dapat di operasikan tanpa hambatan iklim

tetapi kekurangan dengan menggunakan energi bahan bakar yaitu objek

pengeringan/pengasapan yang bersentuhan langsung dengan gas asap pembakaran

sering terpolusi bau gas asap, karena bahan bakar yang tidak habis terbakar.

Atas dasar permasalahan tersebut diatas, diperlukan pengkajian suatu

model tepat guna yang akan digunakan untuk pengeringan hasil pertanian.

Pengkajian lebih lanjut terhadap karakteristik distribusi temperatur dan pola aliran

fluida pengering/pengasapan untuk mendapatkan sistem dan peralatan

pengering/pengasapan dalam arti teknologi relatif murah, mudah dioperasikan dan

dapat digunakan untuk berbagai macam pengeringan/pengasapan.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengeringkan kunyit (mengurangi

kadar air yang ada dalam kunyit), dan membuat alat pengering kunyit yang

(16)

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang dibahas adalah mengenai :

1. Perancangan

2. Proses pembuatan

3. Analisa data

Dimana penulis menjelaskan cara membuat model alat pengering kunyit

dan proses kerjanya, proses pembuatannya dibahas oleh saudara/rekan Jantua

Daut dan analisa data dibahas oleh saudara/rekan M.Dhani Sahputra.

1.4 Metode Pembahasan

Metode Pembahasan yang dilakukan penulis dalam penulisan laporan

karya akhir ini adalah:

1. Metode Wawancara

Penulis melakukan Tanya jawab/Konsultasi dengan dosen pembimbing

untuk mendapatkan informasi tentang topic yang akan dibahas.

2. Metode Kepustakaan

Untuk menambah wawasan, penulis mempelajari buku-buku petunjuk

mengenai topik yang akan dibahas tentang pemanas atau karya ilmiah

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material

Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat kuat, liat, keras, penghantar listrik dan panas, serta mempunyai titik cair tinggi. Bijih logam ditemukan dengan cara penambangan yang terdapat dalam keadaan murni yaitu emas, perak, bismut, platina, dan ada yang bercampurdengan unsur-unsur seperti karbon, sulfur, fosfor, silicon, serta kotoran seperti tanah liat, pasir, dan tanah.

Bijih logam yang ditemukan dengan cara penambangan terlebih dahulu dilakukan proses pendahuluan sebelum diolah dalam dapur pengolahan logam dengan cara dipecah sebesar kepalan tangan, dipilih yang mengandung unsur logam, dicuci dengan air untuk mengeluarkan kotoran dan terakhir dikeringkan dengan cara dipanggang untuk mengeluarkan uap yang mengandung air.

Selain logam ada yang disebut dengan istilah bukan logam (non metal) dan unsur metaloid (yang menyerupai logam).

Logam dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu:

1. Logam berat :Besi, nikel, krom, tembaga, timah putih, timah hitam dan seng.

2. Logam Ringan :Alumunium, magnesium, titanium, kalsium, Kalium, Natrium, dan Barium.

(18)

4. Logam Tahan Api :Wolfram, molibden, titanium, dan zirkonium.

Dalam penggunaan serta pemakaiannya, logam pada umumnya tidak merupakam senyawa logam, tetapi merupakan paduan. Logam dan paduannya merupakan bahan teknik yang penting, dipakai untuk konstruksi mesin, kendaraan, jembatan, bangunan, dan pesawat terbang.

Sehubungan dengan pemakaiannya pada teknik mesin, sifat logam yang penting adalah sifat mekanis, fisik, dan kimia yang sangat menentukan kualitasnya.

Logam dapat dibagi dalm dua golongan yaitu logam ferro atau logam besi dan logam nonferro yaitu logam bukan besi.

1. Logam ferro (besi)

Logam ferro adalah suatu logam paduan yang terdiri dari campuran unsur karbon dengan besi. Untuk menghasilkan suatu logam paduan yang mempunyai sifat yang berbeda dengan besi dan karbon maka dicampur dengan bermacam logam lainnya.

Jenis logam ferro adalah sebagai berikut:  Besi tuang

 Besi tempa  Baja lunak

 Baja karbon sedang  Baka karbon tinggi

 Baja karbon tinggi dengan campuran

(19)

2. Logam Nonferro

Logam nonferro adalah logam yang tidak mengandung unsure besi (Fe). Logam nonferro antara lain sebagai berikut.

 Tembaga (Cu)  Alumunium (Al)  Timbel (Pb)  Timah (Sn)

2.2 Karakteristik Bahan Logam

1.Sifat Mekanis

Yang dimaksud dengan sifat mekanis suatu logam adalah kemampuan atau kelakuan logam untuk menahan beban yang diberikan, baik beban statis atau beban dinamis pada suhu biasa, suhu tinggi maupun suhu dibawah 0°C. beban statis adalah beban yang tetap, baik besar maupun arahnya berubah menurut waktu.

Beban statis dapat berupa beban tarik,, tekan lentur, puntir, geser, dan kombinasi dari beban tersebut. Sementara itu, beban dinamis dapat berupa beban tiba-tiba, berubah-ubah, dan beban jalar. Sifat mekanis logam meliputi kekuatan. Kekenyalan, keliattan, kekerasan, kegetasan, keuletan, tahan aus, batas penjalaran, dan kekuatan stress rupture.

(20)

Bila suatu logam dibebani beban tarik maka akan mengalami deformasi, yaitu perubahan ukuran atau bentuk karena pengaruh beban yang dikenakan padanya. Deformasi ini dapat terjadi secara elastis dan secara plastis. Deformasi elastis, yaitu suuatu perubahan yang akan segera hilang kembali apabila beban ditiadakan. Deformasi plastis yaitu, suatu perubahan bentuk yang tetap ada meskipun bebanyang menyebabkan deformasi ditiadakan.

b. Sifat logam pada pembebanan dinamis

Bahan yang dibebani secara dinamis akan lelah dan patah, meskipun dibebani dibawah kekuatan statis. Kelelahan adalah gejala patah dari bahan disebabkan oleh beban yang berubah-ubah. Kekuatan kelelahan suatu logam adalah tegangan bolak-balik tertentu. Sementera itu, batas kelelahan adalah tegangan bolak-balik tertinggi yang dapat ditahan oleh logam itu sampai banyak balikan tak terhingga.

c. Penjalaran

Yang dimaksud dengan penjalaran adalah pertambahan panjang secara terus menerus pada beban yang konstan. Bila suatu bahan mengalami pembebanan tarik terteentu dan tetap maka pertambahan panjangnya mungkin tidak berhenti sampai bahan tersebut patah atau mungkin berhenti tergantung pada besarnya beban tarik tersebut.

(21)

Bila deformasi mempunyai kecepatan regangan yang tinggi maka bahan umumnya akan mengalami patah getas, akibat bahan dikenai beban tiba-tiba. Untuk melihat sifat tersebut dilakukan percobaan pukul, yang dilakukan pada bahan uji dan diberikan tarikan menurut standar yang telah ditentukan.

e. Sifat kekerasan Logam

Kekerasan adalah ketahanan bahan terhadap deformasi plastis karena pembebanan setempat pada permukaan berupa goresan atau penekanan. Sifat ini banyak hubungannnya dengan sifat kekuatan, daya tahan aus, dan kemampuan dikerjakan dengan mesin (mampu mesin). Cara pengujian ada yga macam yaitu

- Goresan

- Menjatuhkan bola baja, dan - Penekanan

f. Sifat penekanan

Sifat ini hampir sama dengan sifat tarikan, untuk bahan getas besaran sifat tekanannya cenderung lebih tinggi dari sifat tariknya. Sebagai contoh, besi cor kelabu sifat tekanannya kira-kira empat kali lebih besar dari sifat tariknya.

(22)

Pengujian geser suatu bahan akan sulit dilakukan dengan cara member beban berlawanan pada titik yang berlainan (tidak terletak pada suatu garis lurus dan salah satu arah beban), karena akan terjadi pembengkokan. Yang lebih praktis adalah memberikan beban punter pada sumbu suatu bahan yang berbentuk tabung.

Pada pengujian ini besarnya tegangan geser tidak sama dari permukaan kepusat, tegangan geser di permukaan maksimum dan di sumbu nol.

h. Sifat Redaman Logam

Apabila suatu logam ditarik atau ditekan sehingga terjadi deformasi elastis, kemudian beban tersebut dihilangkan maka energi yang dibutuhkan untuk mengubah bentuk asal selalu lebih rendah dari energi untuk deformasi elastis, karena penekanan atau tarikan tersebut.

Hal itu terjadi karena adanya tahanan dalam. Tahanan dalam adalah kemampuan logam untuk meredam beban atau getaran tiba-tiba.

i. Sifat Plastis

(23)

2.Sifat Fisik

Sifat fisik adalah sifat bahan karena mengalami peristiwa fisika, seperti adanya pengaruh panas dan listrik.

a. Sifat karena pengaruh panas antara lain mencair, perubahan ukuran, dan struktur karena proses pemanasan.

b. Sifat listrik yang terkenal adalah tahanan dari suatu bahan terhadap aliran listrik atau sebaliknya sebagai daya hantar listrik.

3.Sifat Pengerjaan atau Sifat Teknologis

Sifat pengerjaan logam adalah sifat suatu bahan yang timbul dalam proses pengolahannya.sifat itu harus diketahui lebih dahulu sebelum pengolahan bahan dilakukan. Pengujian yang dilakukan antara lain pengujiian mampu las, mampu mesin, mampu cor, dan mampu keras.

4.Sifat Kimia

Sifat kimia dari suatu bahan mencakup kelarutan bahan tersebut pada larutan, basa atau garam, dan pengoksidasian bahan tersebut. Hampir semua sifat kimia erat hubungannya dengan kerusakan secara kimia. Kerusakan tersebut berupa gejala korosi. Hal ini sangatt penting dalam praktek. 

2.3 Bahan Pelat Seng (Zn)

(24)

419°C dan hampir tidak rusak diudara biasa, yang dipergunakan untuk pelapisan pada besi. Juga dipergunakan sebagai bahan pelat batere kering dan untuk keperluan percetakan.

Salah satu sifat yang sangat dihargai dari seng ialah ketahanan korosinya terhadap udara luar. Oleh karena itu maka ia banyak dipakai untuk melindungi logam –logam lain, terutama baja, terhadap korosi, atau dipakai untuk logam murni.

Paduan 4%Al-1%Cu-Mg-Zn terutama dipergunakan untuk pengecoran cetak. Dengan paduan ini dapat menghasilkan paduan coran berbentuk rumit, yang umumnya dipakai untk penggunaan yang praktis dan perhiasan pada komponen mobil, perkakas listrik untuk dapur, pegangan untuk mesin-mesin kantor dan sebagainya.

 Massa jenis seng : 7140 kg/m3

 Titik Lebur seng : 419 0C

 Titik Uap kira –kira 9000C

(25)

Contoh –contoh selanjutnya : siku – siku bagian mesin cuci, pengisap debu, mesin tik, aparatur foto, termasuk dalam proses pembuatan Alat Pengering Kunyit dan lain –lain. Selanjutnya seng itu sebanyak 20 – 30 % dipakai sebagai unsure paduan di dalam logam – logam lain.

Sebagai bahan murni seng banyak dipakai dalam bentuk pelat, untuk talang atap, penutup atap, dan selubung baterai. Untuk penerapan sebagai tutup atap, seng mudah dpakai,karena seng itu mudah untuk disolder atau dipatri. Suatu sifat lain dari seng ialah, bahwa ia merupakan bahan tuang yang baik sekali : terutama untuk penuangan, seng merupakan paduan ringan, dengan 4 % alumunium dan 1 % tembaga.

Gambar 2.1 Pelat Seng

(26)

Bahan isolasi adalah bahan yang menyekat, yang artinya yang tidak mengantar. Bahan isolasi dibedakan menjadi beberapa bahan (penyekat) sebagai berikut.

 Bahan isolasi (penyekat) listrik.  Bahan isolasi (penyekat) suara.  Bahan isolasi (penyekat) getaran.  Bahan isolasi (penyekat) panas.

Pada perancangan alat pengering digunakan triplek (kayu) sebagai bahan penyekat panas, agar panas yang dihasilkan dari pembakaran tidak terbuang. Penyekat panas ini diletakkan di bagian samping kiri dan kanan alat pengering, Bahan penyekat panas hampir tidak boleh mengantar panas. Bahan ini penting artinya dalam konstruksi bangunan dan kostruksi mesin. Bahan penyekat panas harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

(27)

Gambar 2.2 Bahan Penyekat Panas Triplek

2.5 Bahan Bakar

Bahan bakar terbagi atas tiga jenis diantaranya, bahan bakar padat, bahan bakar cair, bahan bakar gas. Pada proses pengeringan ini bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar batu bara jenis briket.

Jenis-jenis batu bara :

a. Batu bara nyala api b. Batu bara tempa c. Batu bara ketel d. Antrasit

Jenis-jenis bahan bakar yang dibuat dari batu bara :

(28)

b. Batu bara tepung c. Briket

Briket dibuat dari batu bara halus. butir halus itu berturut-turut diberi pengerjaan sebagai berikut: pengeringan, pencampuran dengan pek, pemanasan sampai 80 - 90°C, lalu ditempa dalam cetakan. Briket ini sesuai pula dipakai untuk keperluan rumah tangga..

Gambar 2.3 Bahan Bakar (Briket)

2.6 Bahan Penyambungan

(29)

Gambar 2.4 Proses pematerian

Untuk pekerjaan memateri diperlukan permukaan logam yang bersih dan bebas dari oksid. Untuk keperluan tersebut logam harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mekanis dan sesudah itu oksid yang terjadi setelah dibersihkan dapat dilarutkan dengan menggunakan bahan cairan tertentu. Selain itu bahan cairan tersebut harus dapat mencegah pembentukan oksidasi selanjutnya.

(30)

Tabel 2.1 Jenis-jenis pateri

lumer sistim pematrian hal-hal penting 1. nyala api

1. baut pateri (pada kadar timah tinggi)

lunak Timah pateri

Sampai 300°C

4. oven

(sumber: Beumer B.J.M, Anwir B.S, (penerjemah),“Ilmu Bahan Logam”,

Jilid 2, Bhratara, Jakarta, 1994)

2.7 Alat Perpindahan Kalor

Pemindah panas yang khas adalah alat yang dapat memindahkan panas atau energi dari suatu fluida ke fluida yang lain melalui suatu permukaam yang padat. Analisis perubahannya dan perancangannya melibatkan konveksi dan konduksi. Dengankata lain, alat pemindah panas di industrui, terutama industri proses, kebanyakan hanya melibatkan peristiwa konduksi dan konveksi.

Alat pemindah panas tersebut adalah panas penukar (Heat Exchanger = HE).penukar panas dibedakan beberapa jenis yaitu :

(31)

 HE untuk menguapkan ( contoh penguap = evaporator, ketel uap = boiler)  HE untuk mengembunkan ( contoh pengembun = condensor)

Di dalam HE selalu melibatkan dua fluida melalui batasan dibawah ini :  Fluida pendingin dan yang didinginkan

 Fluida pemanas dan yang dipanaskan 

2.8 Mekanisme Perpindahan Kalor

Mekanisme Perpindahan Kalor dibagi menjadi tiga , yaitu :  Perpindahan Kalor Konduksi

 Perpindahan Kalor Konveksi  Perpindahan Kalor Radiasi

a. Perpindahan Kalor Konduksi

Adanya gradient temperatur akan terjadi perpindahan panas. Dalam benda padat perpindahan panas timbul karena gerakan antar atom pada temperatur yang tinggi, sehingga atom-atom tersebut dapat memindahkan panas. Didalam cairan atau gas, panas dihantar oleh tumbukan antar molekul.

Persamaan Dasar Konduksi :

(32)

Keterangan :

q = laju perpindahan panas

k = konduktifitas termal

A = luas penampang dT

b. Perpindahan Kalor Konveksi

Perpindahan panas terjadi secara konveksi dari pelat ke sekeliling atau sebaliknya. Perpindahan panas konveksi dibedakan menjadi dua yaitu konveksi bebas dan konveksi paksa.

(33)

Pada konveksi pelat akan mendingin lebih cepat

Gambar 2.6 Kovensi Paksa

Adapun persamaan dasar konveksi, adalah :

TW > T

q = h A (Tw – T)

Keterangan :

q = laju perpindahan panas

h = koefisien perpindahan panas konveksi

A= luas permukaan

Tw = temperatur dinding

(34)

Prinsip Perpindahan kalor Secara Konveksi

Panas yang dipindahkan pada peristiwa konveksi dapat berupa panas laten dan panas sensible. Panas laten adalah panas yang menyertai proses perubahan fasa, sedang panas sensible adalah panas yang berkaitan dengan kenaikan atau penurunan temperatur tanpa perubahan fasa.

c. Perpindahan Kalor Radiasi

Perpindahan panas oleh perjalanan foton yang tak terorganisasi. Setiap benda-benda terus-menerus memancarkan foton secara serampangan didalam arah,waktu, dan energi netto yang dipindahkan oleh foton tersebut, diperhitungkan sebagai panas.

Persamaan Dasar Radiasi :

q = A (T14- T24)

Keterangan :

q = laju perpindahan panas A = luas permukaan

= tetapan Stefan boltzman

T1,T2 = temperatur permukaan

(35)

         

Gambar 2.7 Gabungan Konveksi, Konduksi, Dan Radiasi

2.9 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dan Peralatan Pengering

Prinsip dasar proses pengeringan adalah terjadinya pengurangan kadar air atau penguapan kadar air oleh udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara sekeliling dan bahan yang dikeringkan. Penguapan ini terjadi karena kandungan air diudara mempunyai kelembapan yang cukup rendah.

Pada saat proses pengeringan, akan berlangsung beberapa proses yaitu:

- Proses perpindahan massa, proses perpindahan massa uap air atau pengalihan kelembapan dari permukaan bahan kesekeliling udara.

- Proses perpindahan panas, akibat penambahan (perpindahan) energi panas terjadilah proses penguapan air dari dalam bahan ke permukaan bahan atau proses perubahan fasa cair menjadi fasa uap.

(36)

bahan yang di keringkan.perbedaan tekanan ini meneyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan keudara luar. Untuk meningkatkan perbedaantekanan udara antara permukaan bahan dengan udara sekelilingnya dapat dilakukan dengan memanaskan udara yang dihembuskan ke bahan. Makin panas udara yang dihembuskan mengelilingi bahan, maka banyak pula uap air yang dapat di ttarik oleh udara panas pengering.

Energi panas yang berasal dari hasil pembakaran menyebabkan naiknya temperature ruang pembakaran. Karena adanya perbedaan temperatur antara ruang pembakaran dengan lemari pengering, maka terjadi perpindahan panas konveksi alamiah didalam alat pengering. Udara panas didalam lemari pengering mempunyai densitas yang lebih kecil dari udara panas diruang pembakaran sehingga terjadi aliran udara.

Cara perpindahan panas konveksi erat kaitannya dengan gerakan atau aliran fluida. Salah satu segi analisa yang paling penting adalah mengetahui apakah aliran fluida tersebut laminar atau turbulen. Dalam aliran laminar, aliran dari garis aliran (streamline) bergerak dalam lapisan-lapisan, dengan masing-masing partikel fluida mengikuti lintasan yang lancar serta malar (kontiniu). Partikel fluida tersebut tetap pada urutan yang teratur tanpa saling mendahului. Sebagai kebalikan dari gerakan laminar, gerakan partikel fluida dalam aliran turbulen berbentuk zig-zag dan tidak teratur. Kedua jenis aliran ini memberikan pengaruh yang besar terhadap perpindahan panas konveksi.

(37)

terjadi dengan konduksi molekulardalam fluida maupun bidang antara (interface) fluida dan permukaan. Sebaliknya dalam aliran turbulen mekanisme konduksi diubah dan dibantu oleh banyak sekali pusaran-pusaran (eddies) yang membawa gumpalan fluida melintasi garis aliran. Partikel-partikel iniberperan sebagai pembawa energy dan memindahkan energi dengan cara bercampur dengan partikel fluida tersebut. Karena itu, kenaikan laju pencampuran ( turbulensi ) akan juga menaikkan laju perpindahan panas dengan cara konveksi

Untuk menganalisa distribusi temperatur dan laju perpindahan panas pada peralatan pngeringan, diperlukan neraca energi disamping analisis dinamika fluida dan analisi lapisan batas yang terjadi. Setelah kiat melakukan neraca energi terhadap sistem aliran itu, dan kita tentukan pengaruh aliran itu tehadap beda temperatur dalam fluida maka distribusi temperature dan laju perpindahan panas dari permukaan yang dipanaskan ke fluida yang ada diatasnya dapat diketahui.

Keseimbangan energi panas dapat dilihat dalam rumusan berikut:

Qudout = mudCpdT = Qin = mairLHair

Perpindahn panas konveksi dinyatakan dalm bentuk:

Qkonveksi = hc.A.Dt

(38)

sistem konveksi paksa, didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya apung dengan gaya viskositas di dalam sistem aliran konveksi alami.

Grƒ = 2

Koefisien perpindahan panas konveksi bebas rata-rata untuk berbagai situasi dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi:

ƒ = C (GrƒPrƒ)m

dimana subscrip f menunjukkan bahwa semua sifat-sifat fisik harus di evaluasi pada suhu film,

Tƒ =

2

Tw

T

Produk perkalian antara angka grashof dan angka prandtl disebut angka Rayleigh:

(39)

BAB III ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

1. Mistar Ukur atau Pita Ukur

Pita ukur ini adalah suatu alat pengukur panjang yang sepanjang

pitanya bias digulung masuk kedalam rumah – rumahnya dan

mempunyai satuan ukur Metris dan Inggris. Mistar ukur ini dapat

dipergunakan untuk pengukuran jarak, bidang lurus dan panjang

sekeliling bidang lengkung.

Pembacaan ukuran biasanya dalam satuan Metris dan Inch. Dibawah

ini tertulis sedikit tentang pembagian ukuran :

1 foot = 30,480 cm 1 inch = 25,400 mm

1 foot = 304,800 mm 1 meter = 3,281 feet

1 inch = 2,540 cm 1 cm = 0,3937 inch

(40)

2. Ragum

Kegunaan utama dari ragum adalah untuk menjepit benda kerja dengan

kuat pada saat dikerjakan. Ragum dibuat dngan besi tuang,dan mulut

penjepitnya dilapisi baja keras yang permukaannya dibuat bergigi untuk

mendapatkan cekaman yang lebih baik.

Gambar 3.2 Ragum

3. Tang

Tang adalah suatu alat tangan yang sangat banyak jenis penggunaannya

serta ukuran ( kapasitas ), terbuat dari bahan baja fungsinya untuk :

a. Membengkokkan, dan menjepit pelat tipis

b. Memotong sisi pelat tipis

c. Memotong kawat

(41)

Gambar 3.3 Tang

4. Bor

Fungsi utama mesin bor adalah untuk membuat lubang pada benda kerja

dengan bor sebagai alatnya. Mesin bor ini jalan putaraanya digerakkan

oleh motor listrik dan dapat dipergunakan untuk mengebor dengan

berbagai macam posisi dengan kedudukan bahan yang tetap.

Disamping itu juga dapat digunakan untuk pekerjaan lain yang

berhubungan dengan lubang, seperti mengetap, dengan memasangkan

alatnya pada spindle mata bor.

(42)

5. Palu

Palu disebut juga martil atau pukul. Palu adalah alat tanganyang digunakan

untuk memukul,dan digolongkan menjadi dua macam paku besi dan paku

lunak. Bagian kepala yang berbentuk datar digunakan untuk memukul

benda kerja, misalnya untuk pahat tangan, memukul paku , meratakan atau

melipat pelat , untuk membentuk pelat, dan sebagainya.

Gambar 3.5 Palu

6. Gergaji

Gergaji digunakan untuk memotong bahan pada ukuran tertentu dan juga

memotong bagian – bagian benda kerja yang merupakan kelebihan dari

(43)

Gambar 3.6 Gergaji

7. Rol Siku

Alat ini terdiri dari daun dan blok terbuat dari baja. Rol siku ini digunakan

untuk mengindikasi panjang atau ketinggian, menarik garis – garis sejajar

dan untuk mengeset benda kerja supaya tegak lurus

(44)

8. Pateri

Pateri adalah menyambung logam dengan menggunakan logam lumer,

sedangakn logan yang akan disambung tidak dilumerkan. Jadi titik lumer

dari paduan pateri itu harus lebih rendah dari pada titik lumer bagian –

bagian yang akan disambung.

Untuk pekerjaan memateri diperlukan permukaan logam yang bersih dan

bebas dari oksid. Untuk keperluan tersebut logam harus dibersihkan

terlebih dahulu dengan cara mekanis dan sesudah itu oksid yang terjadi

setelah dibersihkan dapat dilarutkan dengan menggunakan bahan cairan

tertentu. Selain itu bahan cairan tersebut harus dapat mencegah

pembentukan oksidasi selanjutnya

(45)

9. Gunting Potong

Fungsi gunting adalah merupakan suatu alat yang digunakan untuk

memotong lembaran pelat seng yang telah diukur untuk dibentuk.

Gambar 3.9 Gunting Potong

10.Tang Ripet

Tang ripet berfungsi sebagai alat untuk memasang paku tembak ke

dinding alat pengering, cara kerjanya paku tembak dipasangakan atau

dimasukkan kedalam lubang tang ripet kemudian kedua handle ditekan.

(46)

11.Alat Klem

Alat klem berfungsi sebagai tempat untuk membentuk pelat seng yang

diinginkan, baik berupa pembengkokan pelat, melipat pelat dan lain – lain.

(47)

3.2 Bahan

1. Pelat Seng

Pelat seng adalah sebagai bahan dasar pembuatan model alat pengering

kunyit. Dimana pelat seng ini berfungsi sebagai penghantar panas dalam

proses pengeringan kunyit. Pelat seng yang digunakan untuk membuat

model alat pengering kunyit adalah sebanyak 2 lembar.

(48)

2. Teriplek

Teriplek adalah sebagai bahan isolator atau penahan panas, agar panas

tidak keluar sehingga effisiensi panas yang terjadi dalam pelat pengering

dapat semaksimal mungkin bekerja. Teriplek yang digunakan untuk

membuat model alat pengering kunyit adalah sebanyak 1 lembar.

Gambar 3.13 Teriplek

3. Kaca Anti Panas

Kaca anti panas berfungsi agar kondisi kunyit yang mengalami proses

pengeringan dapat dilihat dari luar tanpa harus membuka pintu model alat

pengering kunyit. Kaca anti panas yang digunakan untuk membuat alat

(49)

Gambar 3.14 Kaca Anti Panas

4. Handle

Handle berfungsi untuk memudahkan mengangkat model alat pengering

kunyit dan handle pada ruang bakar berfungsi untuk menarik ruang bahan

bakar dan memasukkan bahan bakar ( Briket ) kedalam ruang bahan bakar.

Handle yang digunakan untuk membuat alat pengering kunyit sebanyak 3

buah. 2 buah dipasang pada badan alat pengering dan handle yang 1 lagi

dipasang di ruang bakar atau tempat memasukkan dan mengeluarkan

bahan bakar.

(50)

5. Grendle

Grendel berfungsi untuk mengunci pintu alat pengering, agar pintu tertutup

rapat sehingga uap panas tidak keluar dari alat pengering. Grendle yang

digunakan untuk membuat alat pengering kunyit sebanyak 1 buah.

Gambar 3.16 Grendel

6. Paku tembak

Paku tembak merupakan bahan untuk menempelkan atau menyatuakan

antara teriplek dengan pelat dan dapat juga menyambungkan anatra pelat

dengan pelat, yang fungsinya agar teriplek tidak lepas dari pelat. Paku

(51)

7. Thermometer

Thermometer berfungsi untuk mengukur suhu panas yang ada didalam alat

pengering kunyit.

(52)
(53)

BAB IV

PROSES PEMBUATAN ALAT PENGERING KUNYIT

Gambar 4.1 Bagian-bagian alat pengering

Keterangan :

1. Cerobong

2. Pengukur suhu

3. Ruang pengering

4. Ruang pembakaran

5. Rak pengering

6. Jendela pengarah

(54)

4.1 Dimensi Alat Pengering

Gambar 4.2 Dimensi Alat Pengering

4.2 Bagian Dinding Kiri, Kanan, Dan Belakang

Bagian dinding alat pengering terbuat dari :

1. Pelat seng dengan tebal 1 mm.

2. Triplek dengan tebal 3 mm.

(55)

manual, 1 lembar pelat seng dipotong dengan tebal 1 mm dan ukuran 870 mm x

1580 mm :

- Lebar : 870 mm

- Panjang : 1580 mm

Kemudian pelat seng dibentuk menjadi 3 bagian untuk dinding bagian

samping kiri, kanan dan belakang. Proses pembentukannya dengan cara pelat seng

dilipat sedemikian rupa dengan memukul plat seng tersebut diatas mal atau tempat

pemukulan pelat seng, pemukulan pelat seng menggunakan balok kayu. Lihat

gambar dibawah ini.

500 mm

540 mm

870 mm

Gambar 4.3 Dinding bagian kiri, kanan, Dan belakang

Triplek berfungsi sebagai alat untuk mengisolasi panas agar udara yang

ada didalam ruang pengering tidak terlalu banyak keluar, sehingga udara panas

(56)

Untuk bagian dinding bagian samping kiri dan kanan, triplek dengan tebal

3 mm pekerjaan yang dilakukan adalah pemotongan triplek dengan menggunakan

gergaji potong dengan ukuran yang diperlukan dengan ukuran 540 mm x 870 mm

sebanyak 2 buah, lembaran triplek yang pertama untuk melapisi dinding alat

pengerig bagian sebelah kiiri, dan lembaran triplek yang kedua berfungsi melapisi

dinding alat pengering sebelah kanan.

870 mm

540 mm

Gambar 4.4 Desain Lapisan Pelat Dinding Bagian Kiri Dan Kanan

Untuk dinding bagian belakang triplek dengan tebal 3 mm pekerjaan yang

dilakukan adalah dengan pemotongan triplek dengan menggunakan gergaji potong

dengan ukuran yang diperlukan dengan ukuran 500 mm x 870 lembaran triplek

(57)

870 mm

500 mm

Gambar 4.5 Desin Lapisan Pelat Dinding Bagian Belakang

Pemasangan triplek ke plat seng yaitu dengan menggunakan paku tembak,

dipakukan di bagian sudut dan ditengah bagian pelat seng agar teriplek dapat

melapisi pelat seng.

4.3 Bagian Dinding Depan

Pelat seng berfungsi sebagai dinding alat pengering, Pekerjaan pertama

yang dilakukan ialah pemotongan pelat yang dilakukan dengan alat potong

manual, 1 lembar pelat seng dipotong dengan tebal 1 mm dan ukuran 870 mm x

500 mm. Pada bagian tengah dipotong dengan ukuran 270 mm x 690 mm yang

fungsinya sebagai lubang untuk memasukkan talam dan kunyit ke ruang

pengering.

Setelah bagian dinding depan selesai, dinding tersebut dipasangkan

kebagian dinding bagian kiri dan kanan dengan cara dipatri, patri berfungsi

(58)

870 mm

500 mm

Gambar 4.6Dinding Bagian Depan

4.4 Bagian Pintu

Bahan dasar pembuatan pintu untuk alat pengering adalah pelat seng. Pelat

seng berfungsi sebagai pintu atau dinding alat pengering, Pekerjaan pertama yang

dilakukan ialah pemotongan pelat yang dilakukan dengan alat potong manual, 1

lembar pelat seng dipotong dengan tebal 1 mm dan ukuran 720 mm x 420 mm.

Pada bagian tengah dipotong dengan ukuran 220 mm x 520 mm yang fungsinya

sebagai lubang untuk memasukkan talam dan kunyit ke ruang pengering dan

sebagai penutup ruang pengering agar uap panas yang ada pada ruang pengering

(59)

720 mm

420 mm

Gambar 4.7 Desain Pintu

Pada bagian tengah dipotong fungsinya sebagai tempat pemasangan kaca,

agar dapat melihat kebagian dalam ruangan pengering. Kaca yang digunakan

adalah kaca tahan panas dengan tebal 3 mm. Dengan ukuran kaca 220 mm x 520

mm.

Pada bagian pintu dipasang besi dengan ukuran 4 mm dengan tinggi 700

mm yang fungsinya sebagai engsel pintu, pembuka dan penutup pintu.

700 mm

(60)

Kemudian dipasang 2 buah pelat di dinding bagian depan yang diletakkan

dibagian atas dan bawah. Fungsi pelat tersebut adalah sebagai penahan besi yang

yang terdapat pada pintu depan. Dibagian dinding pelat atau pintu alat pengering

dipasang grendel atau pengunci pintu

4.5 Pelapis Pintu

Teriplek dipotong dengan ukuran 720 mm x 420 mm, fungsinya sebagai

pelapis pintu agar dapat mengisolasi panas agar udara yang ada didalam ruang

pengering tidak terlalu banyak keluar, sehingga udara panas dapat tertahan

didalam ruang pengering.

720 mm

420 mm

Gambar 4.9 Desain Pelapis pintu

(61)

dinding dibor untuk pemasanagn thermometer. Fungsi thermometer adalah

sebagai alat pengukur temperatut panas. Gerendel atau alat pengunci pintu juga

dipasangkan menggunakan paku tembak.

4.6Rak Pengering

Fungsi Rak pengering adalah sebagai penampang atau tempat kunyit

dikeringkan didalam ruang pengring. Pembuatannya yaitu pelat dipotong

sedemikian rupa dengan ukuran 700 mm x 500 mm dengan bentuk segi empat dan

talam ini dibuat sebanyak 5 buah.

Rak pengering adalah tempat untuk proses pengeringan. Rak pengering

terbuat dari pelat seng. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu memotong palat

dengan ukuran rak pengering yang sudah ditentukan. Jarak anatar tiap rak yaitu

150 mm.

(62)

4.7 Rel Talam

Rel talam berfungsi sebagai penahan talam agar talam terletakdi dalam alat

pengering, kemudian mempermudah untuk menarik talam dari dalam ruang

pengering. Proses pembuatannya yaitu plat seng dipotong sedemikian rupa dengan

ukuran 20 mm x 500 mm. Rel talam ini dibuat 10 buah yang kemudian

dipasangkan kedinding sebelah kiri 5 buah dan sebelah kanan dinding dipasang 5

buah. Cara pemasangannya yaitu dengan menggunakan paku tembak dipakukan

kebadan alat pengarah uap bagian atas atau jendela pengarah

4.8 Pengarah Uap Atau Jendela Pengarah

Jendela pengarah ini berfungsi sebagai penyeragaman temperatur yang terdiri

dari saluran udara panas. Jendela pengarah terbuat dari pelat seng setebal 1 mm.

Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu pemotongan pelat dengan ukuran 470

mm × 120 mm. Prinsip jendela pengarah ini sama halnya dengan jendela kaca

nako, bagian kanan dan kiri dipasang baut agar jendela dapat digerakan.

Pengarah uap bagian atas berfungsi untuk mengarahkan uap yang mengalir

dari bawah kebagian – bagian rak didalam ruang pengering. Alat pengarah

tersebut adalah seperti jendela kaca nako tapi kaca tersebut digantikan dengan

(63)

Gambar 4.11 Desain Pengarah Uap Bagian Atas

4.9Cerobong

Pada bagian atas ruang pengering terdapat cerobong, dimensi awal sama

dengan dimensi ruang pengering/pengasapan 500 mm x 500 mm, pada bagian

cerobong ini terdiri dari dua bagian yang pertama berbentuk balok dan yang kedua

berbentuk prisma segiempat. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu memotong

pelat sesuai dengan bentuk bentangan balok tanpa tutp dan alas kemudian cara

peyambungannya dengan cara dipatri, pengerjaan kedua yaitu memotong pelat

sesuai dengan bentuk prisma segiempat dengan tinggi prisma 30 cm tanpa tutup

dan alas, cara penyambuangannya dengan cara dipatri dan kedua bagian tersebut

disatukan dengan cara dipatri juga.

(64)

Gambar 4.12 Desain Cerobong

4.10Pengarah Awal

Pengarah awal dibuat dari pelat seng setebal 1 mm berbentuk V dengan sudut

30o seperti terlihat pada gambar 3.10. Pekerjaam pertama yang dilakukan ialah

pemotongan pelat yang dilakukan dengan alat potong pelat manual sesuai dengan

ukuran yang diperlukan yaitu seperti bentangan prisma segitiga, dengan ukuran

pengarah awal seperti pada gambar 3.10 Setelah itu pelat-pelat tersebut dilipat

(65)

Gambar 4.13 Desain Pengarah Arah Aliran

4.11 Ruang Pembakaran

Ruang pembakaran terbuat dari bahan pelat seng dengan tebal 2 mm.

Pekerjaam pertama yang dilakukan ialah pemotongan pelat yang dilakukan

dengan alat potong pelat manual sesuai dengan ukuran yang diperlukan yaitu

seperti bentangan balok tanpa tutup, dengan ukuran ruang pembakaran 18 cm ×

51 cm × 51 cm. Setelah itu pelat-pelat tersebut dilipat sedemikian rupa dan dipatri

sehingga membentuk balok. Kemuadian pada ruang pembakaran ini diperikan

tangkai pegangan.

(66)
(67)

(68)
(69)

4.11Pengarah Awal

Pengarah awal dibuat dari pelat seng setebal 2 mm berbentuk V dengan sudut

30o seperti terlihat pada gambar 3.2. Pekerjaam pertama yang dilakukan ialah

pemotongan pelat yang dilakukan dengan alat potong pelat manual sesuai dengan

ukuran yang diperlukan yaitu seperti bentangan prisma segitiga, dengan ukuran

pengarah awal seperti pada gambar 3.2 Setelah itu pelat-pelat tersebut dilipat

sedemikian rupa dan dipatri sehingga membentuk balok.

(70)

4.12Jendela Pengarah

Jendela pengarah ini berfungsi sebagai penyeragaman temperatur yang terdiri

dari saluran udara panas. Jendela pengarah terbuat dari pelat seng setebal 2 mm.

Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu pemotongan pelat dengan ukuran 47 cm

× 12 cm. Prinsip jendela pengarah ini sama halnya dengan jendela kaca nako,

bagian kanan dan kiri dipasang baut agar jendela dapat digerakan

4.13 Rak Pengering

Rak pengering adalah tempat untuk proses pengeringan. Rak pengering

terbuat dari pelat seng. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu memotong palat

dengan ukuran rak pengering yang sudah ditentukan. Jarak anatar tiap rak yaitu 15

cm kemudian membuat dudukan untuk rak pengering dengan ukuran panjang

yang sama.

4.14Cerobong

Pada bagian atas ruang pengering terdapat cerobong, dimensi awal sama

dengan dimensi ruang pengering/pengasapan 51 x 51 cm, pada bagian cerobong

ini terdiri dari dua bagian yang pertama berbentuk balok dan yang kedua

berbentuk prisma segiempat. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu memotong

pelat sesuai dengan bentuk bentangan balok tanpa tutp dan alas kemudian cara

peyambungannya dengan cara dipatri, pengerjaan kedua yaitu memotong pelat

sesuai dengan bentuk prisma segiempat dengan tinggi prisma 30 cm tanpa tutup

dan alas, cara penyambuangannya dengan cara dipatri dan kedua bagian tersebut

(71)

3.6 Body Alat Pengering

Body alat pengering terbuat dari pelat seng setebal 2 mm.pegerjaan

pertama yang dilakukan yaitu memotong pelat sesuai dengan ukuran. pada sisi

kanan dan sisi kiri bagian luarnya diilapisi dengan papan yang memiliki ketebalan

3 mm. Pada sisi depanpinti dipasang kaca yang mempunyai ketebalan 3 mm.

4.8 Pengarah Uap Atau Jendela Pengarah

Jendela pengarah ini berfungsi sebagai penyeragaman temperatur yang terdiri

dari saluran udara panas. Jendela pengarah terbuat dari pelat seng setebal 1 mm.

Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu pemotongan pelat dengan ukuran 470

mm × 120 mm. Prinsip jendela pengarah ini sama halnya dengan jendela kaca

nako, bagian kanan dan kiri dipasang baut agar jendela dapat digerakan.

Pengarah uap bagian atas berfungsi untuk mengarahkan uap yang mengalir

dari bawah kebagian – bagian rak didalam ruang pengering. Alat pengarah

tersebut adalah seperti jendela kaca nako tapi kaca tersebut digantikan dengan

pelat.

470 mm

120 mm

(72)

4.7Rak Pengering

Fungsi Rak pengering adalah sebagai penampang atau tempat kunyit

dikeringkan didalam ruang pengring. Pembuatannya yaitu pelat dipotong

sedemikian rupa dengan ukuran 270 mm x 500 mm dengan bentuk segi empat dan

talam ini dibuat sebanyak 5 buah.

Rak pengering adalah tempat untuk proses pengeringan. Rak pengering

terbuat dari pelat seng. Pengerjaan pertama yang dilakukan yaitu memotong palat

dengan ukuran rak pengering yang sudah ditentukan. Jarak anatar tiap rak yaitu

150 mm.

500 mm

270 mm

(73)

BAB V

KESIMPULAN

1. Konstruksi alat pengering kunyit :

 Rak pengering : 50,5 cm × 7 cm sebanyak 5 buah

2. Alat yang digunakan dalam proses pembuatan alat pengering kunyit yaitu:

mistar ukur, ragum, tang, bor, palu, geraji, rol siku, alat pateri, gunting potong,

tang ripet,alat klem.

3. Bahan Yang digunakan dalam proses pembuatan alat pengering kunyit yaitu :

pelat seng, teriplek, kaca anti panas, handel, grendel, paku tembak,

thermometer.

4. Bahan bakar alat pengering kunyit yang digunakan adalah briket batubara.

5. Bahan yang dikeringkan adalah kunyit, dimana fungsi pengeringan adalah

(74)

DAFTAR PUSTAKA

1. Holman, Jack P.,”Perpindahn Kalor”, Cetakan Keempat, PT.Gelora

Aksara Pratama, Jakarta, 1994

2. Surdia Tata, Saito Shinroku., “Pengetahuan Bahan Teknik”, Cetakan

keenam, PT.Pradnya Paramita, Jakarta, 2005

3. Amanto Hari, Daryanto., “Ilmu Bahan”, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 1999

4. Beumer B.J.M, Anwir B.S, (penerjemah),“Ilmu Bahan Logam”, Jilid 2,

Bhratara, Jakarta, 1994

5. Bagyo Sucahyo, ”Pekerjaan Logam Dasar”, PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia, Jakarta, 2004

6. G.L.J. Van Vliet, W. Both, “Teknologi Untuk Bangunan Mesin Bahan –

Gambar

Tabel 2.1 Jenis-jenis pateri
Gambar 2.5 Perpindahan Panas Konveksi
Gambar 3.1 Pita Ukur
Gambar 3.5 Palu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah membuat alat pengering tipe Solar Dryer dengan media udara panas yang dihasilkan dari panas matahari yang ditangkap oleh kolektor termal..

pembakaran dalam alat pengering uap air panas. Hal ini berarti tidak ada bahaya kebakaran atau ledakan dan juga menghasilkan mutu yang lebih baik. b) Massa jenis

Alat pengering tersebut menyalurkan panas keluaran kondensor AC ke dalam ruang pengering dan diharapkan dapat memanaskan ruangan, rak pengering serta bahan yang dikeringkan

Skripsi yang disusun oleh penulis berjudul “PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PEMBERSIH SERTA PENGERING GALON BERBASIS ARDUINO UNO (HARDWARE)”.. Peneliti menyadari

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sebaran suhu pada ruang pengering dari alat pengering tipe rak yang memanfaatkan udara panas sisa pembakaran biomass menggunakan

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang mesin pengering untuk alat musik cajon sehingga permasalahan yang ada dapat terselesaikan.. Perancangan mesin pengering

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sebaran suhu pada ruang pengering dari alat pengering tipe rak yang memanfaatkan udara panas sisa pembakaran biomass

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang mesin pengering untuk alat musik cajon sehingga permasalahan yang ada dapat terselesaikan.. Perancangan mesin pengering