• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Kerja Diferensial Transmitter Elektrik Tipe Ume 2 Smk 1/24 Vdc/4-20 Ma/Δp-3500 Mm H2o Sebagai Sensor Untuk Mengukur Besarnya Tinggi Permukaan Cairan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Kerja Diferensial Transmitter Elektrik Tipe Ume 2 Smk 1/24 Vdc/4-20 Ma/Δp-3500 Mm H2o Sebagai Sensor Untuk Mengukur Besarnya Tinggi Permukaan Cairan"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM KERJA DIFERENSIAL TRANSMITTER ELEKTRIK TIPE UME 2 SMK 1/24 VDC/4-20 mA/∆P-3500 mm H2O SEBAGAI SENSOR UNTUK

MENGUKUR BESARNYA TINGGI PERMUKAAN CAIRAN

OLEH :

Nama : NURLIA HUSNA Nim : 035203004

Karya Akhir ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

PROGRAM DIPLOMA – IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas berkah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini.

Tidak lupa pula penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang tak pernah letih mengasuh, membesarkan, memberi dukungan moral maupun materil dan selalu menyertai Adinda dengan do’a sampai Adinda menyelesaikan Karya Akhir Ini.

Dalam proses penyusunan karya akhir ini, penulis telah mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, maka untuk bantuan yang di berikan baik materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sepantasnya penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua tercinta dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta do’a – do’a nya.

2. Terkhusus Soni Gunawan. J. (My Boy Frend) yang selalu setia mendampingiku.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Armansyah Ginting M.Eng selaku Dekan fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

(3)

5. Bapak Rahmat Fauzi ST, MT selaku Sekretaris Program Studi Teknologi Instrumentasi Pabrik.

6. Bapak Ir.A.Rachman Hasibuan selaku Koordinator Program Studi Teknologi Instrumentasi Pabrik.

7. Bapak Ir. H. Mansyur M.Si selaku pembimbing lapangan. 8. Bapak Ir. Zulkarnaen Pane selaku Dosen Wali.

9. Buat seluruh teman–teman angkatan 2003,Khususnya Silva, Khairina, Eva, Sabrina, Afrijal, Herman, Ari, Robin, Ade dan Boy.

Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini masih ada terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan wawasan dalam ruang lingkup pembelajaran. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai penyempurnaan dari Karya Akhir ini. Semoga Karya Akhir ini ada manfaatnya bagi kita semua terutama bagi penulis sendiri.

Medan, Agustus 2008 Penulis

(4)

ABSTRAK

Dalam proses industri, salah satu pemakaian instrumentasi adalah besarnya tinggi permukaan cairan (level pada tangki) dalam tangki dengan menggunakan diferensial transmitter elektrik, yang dilengkapi instrumentasi lain seperti control valve, pressure gauge, pompa recorder controller dan tangki.

Diferensial transmitter elektrik berfungsi untuk mengirimkan data dari hasil pengukuran di lapangan ke unit penerima pada ruang control, dari pengukuran tinggi permukaan cairan sangat penting untuk mengetahui batas maksimum dan minimum selama proses berlangsung dengan menggunakan diferensial transmitter elektrik diperoleh hasil pengukuran tinggi permukaan cairan dan volume isi tangki dengan membaca pada panel control di ruang controller.

Sensor yang digunakan adalah jenis diafragma dimana penyensoran menjadi hasil pengukuran. Level adalah batas tinggi permukaan suatu cairan didalam tangki. Adapun tujuan dipasang transmitter elektrik ini adalah untuk mendeteksi sinyal yang dikirim oleh converter P/I pengubah tekanan menjadi arus, dimana transmitter elektrik tersebut mengirim sinyal elektrik ke controller untuk proses selanjutnya.

(5)

DAFTAR ISI

1.4. Metode Pembahasan ... 3

1.5. Sistematika Pembahasan ... 3

BAB II ALAT UKUR TINGGI PERMUKAAN CAIRAN (LEVEL) ... 5

2.1. Umum ... 5

2.2. Terminologi Pengukuran ... 5

2.3. Metode Pengukuran Tinggi Permukaan Cairan (level) ... 9

2.4. Jenis-jenis Alat Ukur Tinggi Permukaan Cairan ... 12

2.5. Jenis Lain Dari Alat Ukur Tinggi Permukaan Cairan ... 21

BAB III TRANSMITTER ... 23

(6)

3.2. Sinyal Transmitter ... 24

3.3. Transmitter Pneumatik ... 24

3.4. Transmitter Elektrik ... 25

3.5. Adjusment Transmitter Elektrik ... 31

3.6. Gain Sistem Pengukuran ... 32

3.7. Pemakaian Sistem Kontrol ... 33

3.8. Transduser ... 36

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Hasil Pengamatan ... 37

4.1.1. Spesifikasi Peralatan ... 37

4.1.2. Peralatan ... 40

4.2. Pembahasan ... 42

4.2.1. Sistem Kerja Transmitter Elektrik Pada Tangki ... 42

4.2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Transmitter Saat Beroperasin ... 45

4.2.3. Pengkalibrasian Transmitter ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1. Kesimpulan ... 49

5.2. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Dari Pengukuran Besarnya

(8)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1. Metoda Dilihat Langsung 2. Gambar 2.2. Metoda Mekanik 3. Gambar 2.3. Gelas Penduga Ujung Terbuka 4. Gambar 2.4. Gelas Penduga Ujung Tertutup 5. Gambar 2.5. Pemberat dan Pita

6. Gambar 2.6. Penggeser

7. Gambar 2.7. Penggeser Dengan Meteran

8. Gambar 2.8. Pengembus Untuk Transmitter Tinggi Permukaan Cairan 9. Gambar 2.9. Alat Ukur Dengan Sistem Gelembung

10. Gambar 2.10. Meteran Tangki Penyimpanan 11. Gambar 2.11. Kotak Diafragma

12. Gambar 3.1. Struktur Transmitter Elektrik 13. Gambar 3.2. Kalibrasi Pressure Transmitter 14. Gambar 3.3. Sistem Pengukuran Level Tangki 15. Gambar 3.4. Diagram kotak sistem pengendalian

16. Gambar 4.1. Sistem Pengoperasian Transmitter Elektrik Pada Pengendalian Level di Sebuah Tangki

(9)

DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN

Gambar 2.1. Model 13A d/p Cell Transmitter. Gambar 2.2. Alat Untuk Mengubah Batas Ukur.

Gambar 2.3. Liquid Level Measurrement dengan model 13A d/p Cell Transmitter Gambar 2.4 Elevation spring (pengangkatan/tingginya memantul)

Gambar 2.5. Gambar Pemindahan Diafragma Kapsul dan Penggantian Diafragma Kapsul.

(10)

ABSTRAK

Dalam proses industri, salah satu pemakaian instrumentasi adalah besarnya tinggi permukaan cairan (level pada tangki) dalam tangki dengan menggunakan diferensial transmitter elektrik, yang dilengkapi instrumentasi lain seperti control valve, pressure gauge, pompa recorder controller dan tangki.

Diferensial transmitter elektrik berfungsi untuk mengirimkan data dari hasil pengukuran di lapangan ke unit penerima pada ruang control, dari pengukuran tinggi permukaan cairan sangat penting untuk mengetahui batas maksimum dan minimum selama proses berlangsung dengan menggunakan diferensial transmitter elektrik diperoleh hasil pengukuran tinggi permukaan cairan dan volume isi tangki dengan membaca pada panel control di ruang controller.

Sensor yang digunakan adalah jenis diafragma dimana penyensoran menjadi hasil pengukuran. Level adalah batas tinggi permukaan suatu cairan didalam tangki. Adapun tujuan dipasang transmitter elektrik ini adalah untuk mendeteksi sinyal yang dikirim oleh converter P/I pengubah tekanan menjadi arus, dimana transmitter elektrik tersebut mengirim sinyal elektrik ke controller untuk proses selanjutnya.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Instrumentasi merupakan suatu alat yang sangat penting dalam suatu sistem

pengukuran yang salah satunya pengukuran besarnya tinggi permukaan cairan, alat

ini harus dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kebutuhan instrumentasi di

pabrik. Alat instrumentasi ini merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil

produksi, dimana alat instrumentasi yang mengukur, mengontrol, mendeteksi,

menganalisa, baik secara manual maupun secara otomatis. Diferensial transmitter

elektrik merupakan salah satu dari instrumentasi proses control yang terdapat pada

suatu pabrik.

Diferensial transmitter elekrtik merupakan sensor yang dipergunakan untuk

mengukur besarnya tinggi permukaan cairan (Level pada tangki) sebagai alat untuk

dapat di baca ke controller hingga ke pengaturan akhir. Setiap proses selalu

mempunyai keadaan yang sedang berlangsung. Agar keadaan yang diinginkan sama

dengan keadaan yang berlangsung maka pengontrolan harus dilakukan dengan

memerlukan suatu alat pengukuran. Adapun gambaran permasalahan yang di peroleh

sebelum merancang instrumentasi pengukur besarnya tinggi permukaan cairan (Level

pada tangki) dalam tangki dengan menggunakan diferensial transmitter elektrik dan

keterpasangan instrumentasi pengukuran pada posisi masing-masing. Guna mendapat

(12)

Pentingnya peranan kendali pengukuran besarnya tinggi permukaan cairan

pada sebuah tangki dengan menggunakan diferensial transmitter elektrik pada sistem

proses, maka perlu diambil langkah-langkah agar pengukuran besarnya tinggi

permukaan cairan pada tangki tersebut sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,

dengan mengetahui besar tinggi permukaan cairan pada tangki kita dapat

mengontrolnya agar sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, penulis merasa

tertarik untuk membahas tentang :

SISTEM KERJA DIFERENSIAL TRANSMITTER ELEKTRIK TIPE UME 2

SMK 1/24 VDC/4 – 20 mA/∆P - 3500 mm H₂O SEBAGAI SENSOR UNTUK

MENGUKUR BESARNYA TINGGI PERMUKAAN CAIRAN.

( Aplikasi Laboratorium Instrumentasi PTKI )

1.2. Tujuan Penulisan.

Adapun yang menjadi tujuan penulisan karya akhir ini adalah untuk

mengetahui cara kerja pengukuran laju besarnya tinggi permukaan cairan pada tangki

dengan menggunakan diferensial transmitter elektrik dan untuk mengetahui

penggunaan alat instrumentasi pada sistem proses.

1.3. Batasan masalah

Agar pembahasan masalah dalam karya akhir ini tidak terlalu meluas, penulis

(13)

1. Keterpasangan instrumentasi pengukuran untuk mengukur besarnya permukaan

cairan pada tangki.

2. Untuk mengetahui sistem kerja diferensial transmitter elektrik pada saat proses

berlangsung.

1.4. Metode pembahasan.

Metode pembahasan yang di pergunakan dalam penulisan karya akhir ini

antara lain sebagai berikut :

1. Dengan mempelajari teoritis dan mencari spesifikasi data yang diperlukan tentang

diferensial transmitter elektrik serta mencari buku-buku sesuai dengan topik

pembahasan penulis.

2. Dengan melakukan pengamatan di lapangan (pengambilan data) di laboratorium

instrumentasi PTKI-Medan.

3. Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing dan studi kepustakaan.

4. Mengumpulkan data-data yang diperlukan tentang transmitter dan sensor.

1.5. Sistematika pembahasan.

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan Karya Akhir ini, maka

penulis membuat suatu sistematika pembahasan. Sistematika pembahasan ini

merupakan urutan bab termasuk isi dari sub-sub babnya. Adapun sistematika

(14)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi Abstrak, Latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah,

dan Metode pembahasan, sistematika penulisan.

BAB II ALAT UKUR TINGGI PERMUKAAN CAIRAN (LEVEL)

Bab ini akan menjelaskan pengertian pengukuran, dasar pengukuran, jenis-jenis

tinggi permukan dan karakteristik. Aspek-aspek pengukuran tinggi permukaan cairan.

BAB III TRANSMITTER ELEKTRIK.

Bab ini menjelaskan tentang pengertian transmitter, signal transmitter,

macam-macam transmitter, transmitter pneumatik dan elektrik, komponen-komponen presure

transmitter elektrik, adjustment transmitter elektrik, gain sistem pengukuran, sistem

konversi sinyal.

BAB IV SISTEM KERJA DIFERENSIAL TRANSMITTER ELEKTRIK TIPE

UME 2 SMK 1/24 VDC/4 - 20 mA/∆P - 3500 mm H₂O SEBAGAI SENSOR

UNTUK MENGUKUR BESARNYA TINGGI PERMUKAAN CAIRAN.

Bab ini menjelaskan prinsip kerja diferensial transmitter elektrik dengan skala

pembacaan pada level recorder control.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran mengenai isi dari pada

(15)

BAB II

ALAT UKUR TINGGI PERMUKAAN CAIRAN (LEVEL)

2.1. Umum

Alat-alat instrumentasi yang dipergunakan untuk mengukur dan menunjukkan

besarnya tinggi permukaan cairan digunakan diferensial transmitter elektrik yang

dilengkapai dengan instrumentasi lain seperti control valve, pressure gauge, pompa

recorder controller dan tangki.

Tujuan pengukuran tinggi permukaan cairan pada proses adalah untuk :

1. Mencegah kerusakan equipment dan kerugian akibat cairan bahan untuk proses

industri terbuang.

2. Pengontrolan jalannya proses.

3. Mendapatkan spesifikasi yang diinginkan seperti pada Evaporator-evaporator

hydrocarbon.

2.2. Terminologi Pengukuran

Terminologi yang umum digunakan dalam teknik instrumentasi dan control :

1. Proses variabel .

Besaran fisis atau kimia atau suatu keadaan yang dapat berupa suhu, aliran,

tekanan, cahaya, Ph dan sebagainya, yang berubah terhadap waktu.

2. Variabel control

(16)

3. Control agent (Medium)

Bahan atau energy yang terdapat didalam proses yang mempengaruhi harga dari

variabel kontrol dan alirannya diatur oleh final kontrol elemen.

4. Measuring elemen

Elemen-elemen yang ikut serta dalam pengukuran perubahan dari variabel

kontrol.

5. Primary control element

Bagian dari control yang menyebabkan pergerakkan atau variasi dari besaran

yang diukur untuk menjalankan sistem kontrol.

6. Final control element

Bagian dari sistem kontrol misalnya katub membran, lever motor atau electrical

beater, yang mengerjakan langsung suatu alat control.

7. Automatic controller

Suatu mekanisme yang mengukur harga-harga dari suatu besaran atau keadan

dan bekerja mempertahankannya didalam batas-batas yang tertentu.

8. Set point

Harga dari variabel kontrol yang ingin dicapai dan dipertahankan. Suatu control

biasanya diperlengkapi dengan satu jarum penunjuk untuk titik penentuan (set

point) dan peralatan untuk di set.

9. Control Point

Harga rata-rata dari variabel kontrol yang dipertahankan control pada keadaan

(17)

10. Respone kontrol

Operasi yang terjadi oleh control sebagai akibat dari perubahan pada variable

kontrol.

11. On-Off Respone

Suatu control respont dimana final control elemen berubah dengan cepat dari

suatu nilai ekstrim ke nilai ekstrim secara periodik sebagai akibat dari perubaha

variable kontrol.

12. Direct Acting Controller

Suatu controller yang memperbesar tekanan udara bagi control unit jika terjadi

kenaikan pada harga variabel kontrol.

13. Referse Akting Controller

Suatu controller yang memperkecil tekanan udara control unit jika terjadi

kenaikan pada harga variabel kontrol.

14. Adjusment sensitivity atau proportional response

Suatu response dari controller yang sebanding dengan perubahan dari variable

kontrol.

15. Throttling Range atau Propotional Band

Batas dari harga maxsimum dan minimum dari perubahan variabel control

untuk membuat pergerakan/operasi dari control elemen yang terahir dari batas

maxsimum ke batas minimum.

16. Sensitivity

Suatu unit dari propotional response yang dinyatakan dalam satuan tertentu.

(18)

a. i./inchi. Sensitivity dapat didefinisikan sebagai perbandingan perubahan dari

controller output dengan perpindahan jarum penunjuk yang diukur dari set

point.

17. Offset

Perbedaan antara yang diinginkan (Set point) dengan besaran yang terjadi

sebagai output (control point) dari sebuah propotional controller.

18. Load Change (Perubahan beban)

Suatu perubahan didalam keadaan-keadaan proses yang membutuhkan suatu

perubahan posisi dari control element yang terahir untuk menjaga harga yang

diinginkan bagi control point.

19. Synchronization

Proses untuk menyetel Controller Output melalui posisi dari control element

yang terahir sedemikian rupa hingga control point yang diinginkan dijaga pada

suatu posisi yang tetap dengan set point.

20. Reset rate

Satuan pengukuran untuk menyatakan reset response. Perbandingan antara

kecepatan perubahan dari control element yang terahir sesuai dengan reset

response dan juga terhadap propotional response yang mengikuti suatu keadaan

perubahan dari alat ukur.

Reset rate biasanya dinyatakan dalam cycle per menit.

21. Error

(19)

Error bisa negatif bisa juga positif. Bila set-point lebih besar dari measured

variabel error akan menjadi positif. Sebaliknya bila set-point lebih kecil dari

measured variabel error menjadi negatif.

22. Span

Adalah nilai pengukuran dari transduser atau sensor, contoh : Span dari

transduser 0 – 100, maka zero adalah 0 dan range adalah 100. Jika rangenya

adalah 50 – 150 .

23. Transmitter

Adalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal sensing element, dan

mengubahnya menjadi sinyal yang dapat dimengerti oleh controller.

24. Transducer

Adalah unit pengalih sinyal. Kata transmitter seringkali dirancuhkan dengan

transducer. Transducer lebih bersifat umum sedangkan transmitter lebih khusus

pada pemakaiannya dalam sistem pengukuran.

2.3. Metoda Pengukuran Tinggi Permukaan Cairan (Level).

Pengukuran permukaan, volume, berat cairan pada bahan kering dalam bejana

atau tabung sering kali dijumpai. Pengukuran yang teliti seringkali sulit dicapai.

Luasnya variasi karat dan sifat cair dan besarnya ukuran bejana penyimpanan yang

diperlukan untuk pengukuran isi di dalam fraksi satu liter adalah halangan yang harus

diatasi. Metode umum yang digunakan untuk melaksanakan pengukuran ini termasuk

(20)

Pengukuran langsung tinggi permukaan cairan dapat dilihat dari penggunaan

gelas penglihat atau gelas ukur biasa dalam bejana dianggap merupakan metode yang

paling sederhana untuk mengukur tinggi permukaan cairan. Metode ini sangat efektif

digunakan dalam pengukuran langsung.

Metoda yang digunakan secara luas untuk langsung mengukur permukaan

adalah pelampung sederhana, yang dapat dihubungkan dengan transduser gerakan

sesuai untuk menghasilkan sinyal listrik yang sebanding dengan permukaan cairan.

Beberapa metode tidak langsung meliputi pengukuran (permukaan), tekanan,

pengukuran kerapatan (densitas), pengukuran tinggi permukaan dengan pemberat,

dan lain-lain.

Pada pabrik kimia, banyak tangki dan tabung dipakai untuk menyimpan bahan baku

dan produk berupa cairan. Penyimpanan perlu diketahui volume dan inventarisnya.

Proses fluida dalam fase cair terus-menerus ditampung atau dialirkan ke tangki atau

tabung penyimpanan.

Permukaan cairan dalam tangki harus dibuat setabil agar operasi dalam pabrik dapat

setabil. Banyaknya cairan yang terdapat dalam tangki dapat diketahui dengan

mendeteksi tinggi dari permukaan cairan dalam tangki proses. Permukaan cairan

dibuat tetap dengan mengendalikan laju arus cairan yang dilakukan dari dasar tangki

menggunakan control valve. Rangkaian kendali permukaan cairan terdiri atas

(21)

Metoda pengukuran tinggi permukaan cairan ada dua yaitu :

1. Pengukuran dilihat langsunng.

Tinggi permukaan cairan dapat dilihat langsung dan diduga kedalamannya

dan ditunjukkan dalam satuan pengukuran panjang (meter).

Dengan diketahuinya tinggi permukaan cairan maka volume dari cairan yang

diukur dapat dicari bila dikehendaki.

2. Metoda mekanik.

Gaya pada cairan menghasilkan gerak mekanik. Pergerakan mekanik ini

kemudian dikalibrasi kedalam bentuk skala angka-angka.

TINGGI CAIRAN

DILIHAT LANGSUNG

(22)

GAYA PADA CAIRAN

GERAK MEKANIK

KALIBRASI

Gambar 2.2. Metoda mekanik

2.4. Jenis-jenis Alat Ukur Tinggi Permukaan Cairan.

Dalam mengukur tinggi permukaan cairan dalam suatu tangki pemrosesan

maupun dalam tangki penimbunan dipergunakan alat ukur tinggi permukaan cairan

yang sesuai dengan bentuk penggunaannya.

Alat ukur permukaan cairan terdiri dari beberapa jenis diantaranya :

1. Mistar Ukur

Suatu batang dengan skala yang telah dikalibrasi dicelupkan secara vertikal

dari atas ke dalam cairan yang akan diukur, atau dimasukkan sampai terjadi

sentuhan antara permukaan cairan dan ujung mistar ukur. Ketinggian permukaan

pada hal pertama dibaca pada batas pembasahan mistar, pada hal kedua pada

suatu titik acuan tertentu (misalnya pinggiran wadah).

Nilai ukur tergantung pada besar dan bentuk wadah. Mistar ukur hanya boleh

digunakan untuk wadah yang sebelumnya dipakai untuk mengkalibrasi mistar

(23)

pencelupan yang tidak betul (misalnya miring), nilai ukur akan menjadi salah

pula.

Mistar ukur merupakan alat ukur yang paling sederhana untuk cairan dalam

wadah terbuka yang tidak terlalu tinggi. Tidak cocok untuk pengukuran yang

harus dilakukan seringkali dan menuntut ketelitian tinggi. Juga tidak cocok untuk

pengukuran dalam bejana bertekanan atau vakum atau berisi cairan berbusa.

2. Gelas Penduga (Level glass)

Gelas penduga dapat menunjukkan tinggi permukaan cairan dalam suatu bejana

atau container secara langsung. Prinsip yang dipergunakan pada gelas penduga

adalah prinsip bejana berhubungan.

Gelas penduga (Level glass) terdiri dari dua jenis yaitu :

- Gelas penduga ujung terbuka

- Gelas penduga ujung tertutup

(24)

Gambar 2.3. menunjukkan skematik dari sebuah bejana dan gelas penduga ujung

terbuka. Pemasangan dari gelas penduga ini sangat sederhana. Pada bejana

disediakan suatu pipa pengambilan dimana gelas penduga ditempatkan. Seal

(Packing) disediakan agar sambungan jangan sampai bocor. Klem juga

disediakan agar gelas menduga tetap pada posisinya. Sebagian cairan dalam

bejana, akan mengalir kedalam Gelas penduga. Tinggi permukaan cairan pada

Gelas penduga dan bejana biasanya sama, karena bejana dan Gelas penduga

adalah merupakan dua bejana berhubungan. Gelas penduga ujung terbuka

dipergunakan pada tangki-tangki tidak bertekanan yang tingginya tidak melebihi

1,5 meter, seperti tangki-tangki penampung minyak diesel motor bakar dan

lain-lain.

Gambar. 2.4. Gelas penduga ujung tertutup.

Gambar 2.4. menunjukkan gelas penduga ujung tertutup dengan bejana

bertekanan tinggi. Bahwa kedua ujung gelas penduga dihubungkan dengan

(25)

(kosong). Level glass yang dipergunakan untuk cairan yang bertekanan tinggi

harus diberi pelindung kaca tahan banting dan harus dilengkapi dengan

kerangan-kerangan isolasi yang memungkinkan level glass dilepas dari sistem

sewaktu perbaikan atau pembersihan.

Level glass yang dipergunakan untuk cairan dengan temperature yang tinggi

harus dilengkapi dengan saluran buangan. Saluran ini berfunngsi untuk

mencegah thermal shock yang dapat memecahkan level glass sewaktu

menjalankan kembali sesudah perbaikan. Level glass juga sering diperlengkapi

dengan lampu penerang untuk mempermudah pemeriksaan terutama pada malam

hari.

3. Pemberat dan Pita.

Gambar 2.5 Pemberat dan Pita

Cara termudah untuk mengukur tinggi permukaan cairan dalam tangki-tangki ialah

dengan menggunakan sebuah pipa pengukur yang diberi bobot pemberat. Bobotnya

(26)

pengukuran (pita ini telah diberi skala). Sistem pengukuran seperti ini sering

dilakukan pada tangki-tangki yang mengandung cairan yang bisa melengket dan

memberikan bekas warna pada pengukuran Crude oil, Condensate Hydrocarbon dan

lain-lain. Disamping itu pada tangki harus disediakan lubang agar bobot dapat masuk

dan diturunkan.

4. Alat Ukur Dengan Penggeser.

Disebut Displacer adalah karena pada prinsipnya nilai gerak apung yang

dihasilkan oleh displacer didesain untuk menggantikan (displacement ) nilai volume

cairan yang menghasilkan gerak apung tersebut.

Prinsip ini dapat dibuktikan seperti pada gambar 2.6

(27)

Gambar 2.6, menunjukkan sebuah penggeser didalam silinder kosong, digantung

pada sebuah dacing (timbangan).

Penunjuk pada timbangan menunjuk 3 Ib.

Pada gambar B, air setinggi 7 inchi pada silinder mengurangi berat penggesser

sebesar 1 Ib dan pada gambar C, air setinggi 14 inchi menggantikan (mengurangi)

berat dari penggeser sebesar 2 Ib sehingga berat dari penggeser kini hanya sebesar 1

Ib. Padahal penggesernya tidak diapa-apakan.

Ada 3 hal yang penting untuk diperhatikan pada kejadian ini yaitu :

1. Penggeser tidak akan terapung diatas cairan, melainkan sebagian akan terbenam,

karena penggeser itu sendiri mempunya berat tertentu dan terikat pada gantungan

(support arm).

2. Naiknya tinggi permukaan cairan akan membuat penggeser naik, karena adanya

gaya apung yang lebih besar dari cairan. Akan tetapi pergerakan dari penggeser

hanya kecil sekali dibandingkan dengan naiknya tinggi permukaan cairan.

3. Perubahan pada kedudukan penggeser akan mengakibatkan perubahan pada

(28)

Gambar 2.7. Penggeser dengan Meteran

Gambar 2.7. menunjukkan disain dari penggeser dengan meteran penunjuk.

Perhatikan bahwa tabung pemuntir dipergunakan langsung untuk menggerakan

penunjuk (pointer). Penggeser selalu dihubungkan dengan transmitter sinyal. Output

dari transmitter kemudian dikirimkan ke meteran penunjuk. Output ini bisa berupa

sinyal pneumatic maupun sinyal listrik.

Prinsip kerja dari alat ukur dengan penggeser pada umumnya dapat dikatakan sebagai

berikut :

1. Perubahan pada tinggi permukaan cairan yang diukur akan mengakibatkan

perubahan pada gaya apung dari cairan tersebut. Ini akan membuat penggeser

bergerak turun atau naik.

(29)

3. Pergerakan pada tabung pemuntir kemudian dipergunakan untuk menghasilkan

sinyal pneumatic atau listrik. Kemudian sinyal ini dikirimkan kemeteran

penunjuk. Meteran penunjuk dapat berupa meteran dengan Tabung Bourdon.

5. Alat Ukur Tinggi Permukaan Cairan Dengan Beda – Tekanan.

Diafragma dan pengembus seperti yang dibicarakan pada alat-alat ukur

tekanan dapat dipergunakan untuk mengukur tinggi permukaan cairan Akan tetapi,

sama halnya dengan Penggeser maka diafragma dan pengembus selalu dihubungkan

dengan transmitter, baik pneumatik atau listrik. Kemudian, tekanan sinyal pneumatik

atau tegangan listrik ini diturunkan ke meteran penunjuk yang telah dikalibrasi

sebelumnya.

(30)

Gambar 2.8. menunjukkan skematik dari pengembus yang dipergunakan dalam

pengukuran tekanan. Pengembusan seperti ini juga dapat dipergunakan untuk

pengukur Tinggi Permukaan Cairan.

6. Alat ukur dengan sistem gelembung.

Gambar 2.9. Sistem Gelembung.

Gambar 2.9. menunjukkan skematik dari alat ukur tinggi permukaan cairan dengan

sistem gelembung. Meteran penunjuk untuk alat ukur ini umumnya adalah pressur

gage dengan tabung bourdon yang telah dikalibrasi sebelumnya kedalam bentuk skala

proses. Alat ukur Tinggi Permukaan Cairan dengan sistem gelembung dipergunakan

pada tangki-tangki air, tidak bertekanan (tekanan statis). Sistem gelembung

memerlukan catu udara bertekanan yang kontinu. Biasanya tekanan udara ini

maxsimum 50 psi. Udara ini dimasukkan kedalam tabung yang terbenam (tegak) pada

cairan yang akan diukur. Semakin tinggi permukaan cairan yang akan diukur semakin

(31)

diberikan cairan. Dengan demikian, tinggi permukaan cairan dapat diukur melalui

besaran tekanan udara yang dibutuhkan.

2.5. Jenis lain dari alat ukur tinggi permukaan cairan.

1. Meteran tangki penyimpanan (storage tank gages)

Gambar 2.10. Meteran tangki penyimpanan.

Gambar 2.10. menunjukkan skematik dari meteran tangki penyimpanan. Alat ini

terdiri dari pelampung dan pita baja. Bila tinggi permukaan cairan naik maka

pelampungpun turut naik. Angka yang ditunjuk oleh ujung pita baja menunjukkan

tinggi permukaan cairan yang diukur. Angka ini biasanya dalam satuan panjang, akan

tetapi dapat diperhitungkan menjadi satuan isi. Meteran tangki penyimpanan seperti

ini sering disebut seperti ini sering disebut dengan nama pelampung dan pita (float

and tape) dan dipergunakan dalam pengukuran cairan pada tangki penimbunan yang

(32)

2. Kotak diafragma

Gambar 2.11. Kotak diafragma

Gambar 2.11. menunjukkan skematik dari alat ukur tinggi permukaan cairan yang

disebut kotak diafragma. Alat ini terdiri dari meteran penunjuk, pipa dan diafragma

dan sistem ini diisi udara bertekanan setara dengan tekanan atmosfir. Meteran

penunjuk, biasanya adalah jenis Presure gage dengan tabung bourdon yang dikalibrasi

kedalam bentuk skala proses. Bila tinggi permukaan cairan naik maka tekanan dalam

sistem pengukuran akan naik. Ujung pipa pada kotak dibuat bengkok 90º supaya

(33)

BAB III

TRANSMITTER

3.1. Pengertian Transmitter

Transmitter adalah salah satu elemen dari sistem pengendali proses. Seperti yang

sudah diketahui bahwa untuk mengukur besaran fisik suatu proses digunakan alat

ukur yang sering disebut sebagai sensor/primary elemen (bagian yang berhubungan

langsung dengan medium yang diukur), keluaran (output) dari sensor tersebut dapat

disuplaykan/ditampilkan dimana tempat sensor tersebut dipasang pada lokal

indikator, atau bisa juga langsung dikirim melalui ruangan pengendali (control room)

secara remote.

Untuk pengendali yang bersipat remote biasanya digunakan alat bantu sebagai

penguat dan penterjemah output dari sensor kedalam bentuk sinyal standard.

Peralatan semacam inilah yang dalam sistem instrumentasi pengendali proses yang

kita kenal dengan ”Transmitter”. Dimana tergantung besaran fisik yang diukur dan

lebih populer dengan sebutan proses variabel (prosess variabel) oleh transmitter

tersebut, bila besaran yang diukur adalah tekanan maka disebut transmitter tekanan

(pressure transmitter), berkenaan dengan itu dikenal juga level transmitter, flow

transmitter dan sebagainya. Menurut bentuk sinyal energi yang digunakan transmitter

dibedakan menjadi pneumatik dan elektrik.

Dalam ilmu instrumentasi dikenal dua sistem sinyal yang dipergunakan, yaitu

(34)

Berdasarkan kedua sistem tersebut transmitter dapat digolongkan menjadi dua jenis :

1. Transmitter pneumatik

2. Transmitter elektrik

Pada umumnya sinyal sistem transmitter ini adalah merupakan jalur pengirim sinyal

dari alat-alat perasa ke kontroller dan dari kontroller kepengatur akhir (control valve).

3.2. Sinyal Transmitter

Sinyal adalah tanda yang diberikan kepada alat penerima, pencatat, pengatur dan

petunjuk yang berupa angka. Jenis- jenis Sinyal yang ada pada transmitter adalah :

1. Sinyal pneumatik atau tekanan udara

Besarnya standart sinyal pneumatik adalah 3 - 15 psi atau 0,2 – 1,0 Kg/cm².

2. Sinyal Elektrik atau Elektronik

Besaran standart sinyal elektrik adalah 4 – 20 mA atau sinyal 10 – 50 mA dan

sekala kerja sinyal tegangan ada yang sedikit bervariasi sebesar 1 – 5 VDC, ada

yang 0 – 10 VDC, atau skala-skala yang lain yang tergantung pada kerja unit

instrumentasi.

3.3. Transmitter pneumatik

Pada dasarnya Transmitter Pneumatik adalah berfungsi untuk mengubah tekanan

control valve menjadi sinyal pneumatik serta mengirimkan sinyal pneumatik itu ke

alat penerima seperti control valve, controller, pressure gauge. Pokok utama

(35)

sinyal berkisar 3 – 15 psi atau 0,2-1,0 kg/cm². Transmitter Pneumatik ini dapat

digunakan sampai jarak sekitar 200 meter.

Transmitter pneumatik pada umumnya terdiri dari dua bagian yaitu :

a. Bagian perasa (Detektor).

Bagian perasa (Detektor) berfungsi untuk mengubah sinyal proses kedalam

bentuk gerak-gerak mekanik. Misalnya tekanan didalam bejana sebelumnya

adalah 10 psi beberapa detik kemudian turun menjadi 9 psi, perubahan sebesar 1

psi ini adalah merupaka signal yang harus diubah oleh detektor kedalam bentuk

pergerakan mekanik.

Detektor yang biasa dipakai dalam transmitter ini adalah :

- Meter body

- Sel beda tekanan (Diferensial Pressure Cell)

- Penggeser (Displaces)

- Bola berisi cairan (Liguid Filled Bulb)

b. Bagian pengirim

Bagian pengirim dari transmitter elektronik berfungsi untuk megubah

gerak-gerak mekanik menjadi sinyal elektrik atau kedalam bentuk sinyal pneumatik.

3.4. Transmitter Elektrik

Transmitter elektrik adalah salah satu peralatan kontrol yang pengaruhnya

sangat besar terhadap jalanya proses pengontrolan, karena transmitter ini

fungsinya menerima sinyal elektrik dari alat ukur yang akan dikirim ke kontroller.

(36)

bentuk sinyal arus atau tegangan. Dimana skala kerja sinyal arus selalu 4-20 mA

atau sinyal 10-50 mA, dan skala kerja sinyal tegangan ada yang bervariasi sebesar

1-5 VDC dan ada juga yang 0-10 VDC

- Bagian perasa

, atau skala-skala yang lain tergantung pada

kerja unit transmitter. Transmitter elektrik juga terdiri dari dua bagian pokok

yaitu:

- Bagian pengirim

Unit Transmitter Elektronik dapat ditunjukkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Struktur Transmitter Elektrik

Keterangan :

1. Pengimbang utama 2. Pegas peninggi dan pegas

(37)

Keterangan :

Unit transmitter yang menggunakan sistem beam yang seimbangkan secara

listrik, mengubah pergeseran input torsi dalam sinyal arus 4 ampere 20 mA DC yang

sebanding dengan input yang dipakai. Transmitter akan beroperasi dengan receiver

(penangkap) yang memiliki impedansi muatan (termasuk resistansi garis) dari 600

(42 Volt). Tidak ada penyesuaian muatan yang diperlukan.

Unit transmitter (pemancar), pandangan dari dalam (panel indikator dibuka

atau dilepas) :

1. Beam primer.

2. Supresi nol elevasi yang menyesuakan rangkaian spring.

3. Penyesuaian nol eksternal.

4. Dashpot dan sisi tekanan rendah pada stopper travel.

5. Beam sekunder.

6. Span rider (kasar).

7. Level penyesuaian span halus.

8. Sisi tekanan tinggi pada stopper travel.

9. Rangkaian detektor.

10.Unit O.P.D (osilator)

11.Basis

12.Indikator output (pandangan belakang)

13.Sub panel indikator

14.Test jack output

(38)

16.Sambungan listrik (ISO R228 1/2 ”)

17.Strap

18.Penyesuaian span halus

19.Kotak terminal

20.Srap

Adapun prinsip kerja transmitter elektrik adalah sebagai berikut :

- Batang pemuntir dari detector (bagian perasa) disambungkan dengan

pengimbang utama dari bagian pengirim, sehingga pergerakan dari batang

pemuntir menghasilkan pergerakan pada pengimbang utama.

- Pergerakan dari pengimbang utama mengubah jarak antara kedua ferrite dari

detector bagian pengirim.

- Berubahnya jarak antara kedua ferrite menghasilkan perubahan pada induktansi

pada pick-up coil.

- Perubahan induktasi dari pick-up coil menghasilkan perubahan pada output

osilator dari kesatuan OPD.

- Perubahan pada output Osilator menghasilkan perubahan pada nilai arus listrik

yang keluar dari transmitter. Dengan demikian, perubahan pada variabel proses

yang dirasakan oleh detector pada bagian perasa dapat menghasilkan perubahan

pada nilai arus listrik yang keluar dari bagian pengirim.

- Perhatikan bahwa sebagian dari output osilator dikirim kesatuan magnet sehingga

(39)

kesatuan magnet akhirnya akan menghasilkan pergeseran pada penghubung

kedua .

- Pergerakan (gaya) pada penghubung kedua diteruskan kepengimbang utama

melalui penyetelan batasan (span rider). Gaya pengimbang kedua adalah

melawan gaya pada pengimbang utama sehingga pergerakan pengimbang utama

diimbangi oleh pergerakan pengimbang utama. Dengan demikian akan dihasilkan

kedudukan dimana perubahan jarak antara ferrite akan sebanding dengan

perubahan variabel proses yang dirasakan oleh detector.

A.Case (kotak)

1. Kotak aluminium cocok untuk lokasi yang berbahaya dan yang tidak

berbahaya.

2. Konstruksi yang kedap terhadap ledakan memenuhi standart JISD2G4 untuk

daerah-daerah yang berbahaya bila dipakai dengan kotak terminal yang kedap

terhadap ledakan yang diberikan secara pilihan (opsional)

3. Kotak ini dibuat dari konstruksi yang tahan terhadap perubahan cuaca, suhu.

4. Penutup bisa dibuka dengan membuka mur socket (stop kontak). Bagian

penahan tutup adalah konstruksi yang terkunci ketat untuk memenuhi

ketentuan-ketentuan kekedapan. Kendorkan mur socket (stop kontak) dengan

menggunakan obeng. Untuk transmitter yang memiliki kontak terminal, buka

(40)

B.Komponen internal (dalam)

1. Komponen-komponen penting adalah rangkaian keseimbangan daya atau

kekuatan dan rangkaian listrik. Blok terminal yang dihubungkan melalui kabel

secara internal kerangkaian listrik ditegakkan dalam kotak yang dekat dengan

koneksi ½ yang melalui itulah muatan luar dibawa.

2. Rangkaian keseimbangan daya rangkaian detektor magnet, beam primer dan

sekunder, dan dashpot peredam. Transmitter ditentukan pabrik untuk range

diferensial yang telah ditetapkan.

3. Komponen-komponen listrik mencakup sub panel dengan indikator output dan

dua test jack output untuk ketelitian 4 hingga 20 mA DC pengukuran.

4. Zero bisa disesuaikan dengan tang dari ukuran sebelah kanan kotak. Zero dan

spring kenaikan (elevasi) bisa dibuat logam nikel pada suhu yang stabil secara

sama .

5. Unit transmitter dihubungkan pada fitting tunggal yang melalui itulah tabung

seal dan batang torsi melintas.

Seluruh komponen transmitter kecuali indikator output ditegakkan pada plant

basis baja yang diikatkan dengan pitting ini. Unit OPD, papan sircuit tercetak, cocok

kedalam plug unik (khusus) yang ditegakkan pada plant basis dan dikunci secara

aman ditempat dengan sekrup. Kotak transmitter diikatkan dengan ketubuh meter,

secara terpisah dari komponen, sehingga tekanan dalam kondusit tidak

(41)

3.5. Adjustment Transmitter Elektrik

Adjustment dilakukan untuk menanggulangi penyimpangan aksi kerja peralatan.

Penetapan harga pada transmitter elektrik dapat dilakukan dengan cara mengatur span

rider dan menyetel kedudukan zero adjustment.

Dalam aksi kontrol yang menjadi bagian dasar adalah kerja dari alat penyampaian

sinyal. Alat kontrol yang berfungsi untuk penyampaian sinyal adalah transmitter.

Transmitter yang digunakan dalam adjustment ini adalah transmitter elektrik jenis

diferensial presure. Penyetelan terhadap alat ukur ini dapat dilakukan dengan cara :

Penempatan sinyal yang dihasilkan terhadap besaran proses yang diukur.

Sinyal yang dihasilkan oleh transmitter elektrik adalah 4 – 20 mA. Pada keadaan

besaran proses 0% sinyal yang dihasilkan transmitter adalah 4 mA. Penetapan harga

ini dapat dilakukan dengan mengatur kedudukan zero adjustment pada transmitter

tersebut.

Pada keadaan besaran proses 100% maka sinyal yang dihasilkan adalah 20 mA.

Penetapan harga ini dapat dilakukan dengan mengatur kedudukan span rider.

Penyetelan pada keadaan 0% dan 100% ini dilakukan secara berulang-ulang kali

sampai menunjukkan skala pembacaan pada alat ukur selalu stabil. Kalibrasi sebuah

(42)

Gambar 3.2. Kalibrasi pressure transmitter

Hubungan antara diferensial pressure dan flow, ternyata tidak linier, namun

memenuhi persamaan kuadratis yang secara umum adalah sebagai berikut :

∆P = ƒ²

Dimana : ∆P = diferensial tekanan.

f = laju aliran fluida

3.6. Gain Sistem Pengukuran

Sistem pengukuran terdiri atas dua elemen, yaitu sensing elemen dan transmitter.

Oleh sebab itu, gain sistem pengukuran merupakan hasil kali gain transmitter dan

gain sensing elemen.

Gain sebuah transmitter didefenisikan sebagai :

Dalam banyak hal gain transmitter sistem selalu linier, karena kurva hubungan

input-output transmitter sistem selalu berbentuk garis lurus. Jadi gain transmitter akan

tetap didaerah operasi dimanapun, asalkan proses variabel masih ada di dalam range

(43)

Gambar 3.3 Sistem pengukuran level tangki

Tidak demikian halnya dengan gain sensing elemen. Gain sensing elemen sistem

selalu tidak linier. Kurva hubungan input-outputnya sistem selalu tidak berbentuk

garis lurus. Karena sifatnya yang tidak linier, defenisi gain sensing elemen atau

kemudian menjadi gain sistem pengukuran menjadi sedikit berbeda dengan defenisi

gain transmitter. Gain kemudian didefenisikan sebagai perbandingan antara

perubahan output yang terjadi atas suatu perubahan input. Sistem pengukuran level

tangki dapat dilihat pada gambar 3.3

3.7. Pemakaian Sistem Kontrol

Pemakaian sistem kontrol otomatik banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari baik

dalam pemakaian langsung maupun tidak langsung.

Pemakaian sistem kontrol ini dapat dikelompokkan sebagai berikut

1. Pengontrolan proses : temperatur, aliran, tekanan, tinggi permukaan

cairan, viskositas. Misalnya pada industri kimia, makanan, tekstil,

(44)

2. Pembangkit tenaga listrik (pengontrolan distribusi tenaga).

3. Pengontrolan numerik (numerical control, N/C) : pengontrolan operasi

yang membutuhkan ketelitian tinggi dalam proses yang berulang-ulang.

Misalnya : pengeboran, pembuatan lubang, tekstil, pengelasan.

4. Transportasi : elevator, escalator, pesawat terbang, kereta api, conveyor

(ban berjalan), pengendalian kapal laut dan lain-lain.

5. Bidang non teknis, seperti : ekonomi, sosiologi, dan biologi.

Berikut ini adalah diagram kotak sistem pengendalian level di sebuah tangki

dengan transmitter elektrik.

Gambar 3.4. Diagram kotak sistem pengendalian level di sebuah tangki.

Pada Gambar 3.4. bagian kontroller summing junction dengan tanda

positif-negatif, di titik inilah langkah membandingkan dilakukan dengan

mengurangi besaran set point dengan sinyal measurement variabel, hasilnya

(45)

Hampir semua sistem pengendalian selalu dimulai dengan menampilkan blok

diagram sistem pengontrolan otomatis. Secara umum elemen sistem

kontrolnya ialah :

1. Feedback adalah sistem pengendali otomatis yang mempunyai dua

summing junction yaitu positif feedback dan negatif feedback.

2. Proses (proses) adalah tatanan peralatan yang mempunyai suatu fungsi

tertentu. Input proses dapat bermacam-macam, yang pasti ia merupakan

besaran yang dimanipulasi oleh final control element atau control valve

agar measurement variabel sama dengan set point. Input proses ini juga

disebut manipulated variabel.

3. Transmitter adalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal sensing

element, dan mengubahnya menjadi sinyal yang dapat dimengerti oleh

kontroller.

4. Set point adalah besaran proses variabel yang dikehendaki. Sebuah

kontroller akan selalu berusaha menyamakan controlled variabel dengan set

point.

5. Error adalah selisih antara set point dikurangi measurement variable.

Error bisa negatif dan bisa juga positif. Bila set point lebih besar dari

measured variable, error akan menjadi positif, sebaliknya bila set

pointnya lebih kecil dari measured variable, error menjadi negatif.

6. Kontroller adalah elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap langkah

(46)

variable, menghitung berapa banyak koreksi yang perlu dilakukan, dan

mengeluarkan sinyal koreksi sesuai dengan hasil perhitungan tadi,

kontroller sepenuhnya menggantikan peran manusia dalam mengendalikan

sebuah proses.

3.8. Transduser

Transduser (transducer) adalah sebuah alat yang mengubah satu bentuk

daya menjadi bentuk daya lainnya untuk berbagai tujuan termasuk pengubahan

ukuran atau informasi. Transduser bias berupa peralatan listrik, elektronik,

elektromekanik, elektromagnetik, fotonik. Dalam pengertian yang lebih luas,

transduser kadang-kadang juga didefenisikan sebagai suatu peralatan yang

mengubah suatu bentuk sinyal menjadi bentuk sinyal lainnya. Pada umumnya adalah

mengubah besaran-besaran fisis tersebut menjadi besaran listrik misalnya : tekanan,

temperatur, aliran, posisi dan lain-lain. Contoh yang umum adalah pengeras

suara (audio speaker), yang mengubah beragam voltase listrik yang berupa

musik atau pidato, menjadi vibrasi mekanis. Contoh lain adalah mikrofon, yang

mengubah suara kita, bunyi atau energi akustik menjadi sinyal atau energi listrik.

Transduser atau sensor adalah salah satu bagian dari komponen sistem

pengaturan. Sensor yang digunakan sebagai elemen yang langsung mengadakan

kontak dengan yang diukur, sedang transduser berfungsi untuk mengubah besaran

fisis yang diukur menjadi besaran fisis lainnya.

(47)

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan.

Untuk mendapatkan data-data yang lengkap mengenai pengukuran besarnya

tinggi permukaan cairan (level pada tangki) dengan menggunakan transmitter

elektrik sebagai alat ukurnya. Dilakukan pengamatan langsung dengan pembimbing

lapangan di laboratorium instrument PTKI.

Adapun data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan adalah sebagai berikut :

(48)
(49)

Input : DC 4 – 20 mA

Output : 0,2 – 1,0 kg/cm²

6. Transmitter

Jenis : Elektrik Transmitter

Type : UME 2 ( Diferensial transmittter )

Supplay : DC 24 Volt

Signal Input : DC 4 – 20 mA

No.Seri : 2475 A 636

∆P Transmitter : 350 kg/cm² (3500 mm H2

Material : SUS 316 L

O)

7. Bejana

Tinggi : 1,5 m

Diameter : 1 m

Material : Stainlees Steel

8. Recorder Controller

Supplay : 80 – 130 V AC / 20 – 130 V DC

(50)

4.1.2. Peralatan

Peralatan-peralatan yang digunakan pada penelitian yang akan dilakukan

adalah sebagai berikut :

1. Satu unit pompa yang berfungsi untuk mensirkulasikan air.

2. Satu unit motor yang berfungsi untuk menggerakkan pompa.

3. Satu buah converter yang berfungsi untuk mengubah signal pneumatik ke

elektrik.

4. Satu buah kompressor yang berfungsi untuk memberikan tekanan udara ke

konverter, untuk kebutuhan control valve.

5. Satu buah control valve yang berfungsi untuk mengatur bukaan dengan

memberikan udara bertekanan.

6. Satu buah transmitter elektrik yang berfungsi untuk mendeteksi besaran

proses dalam tangki yang berisi air.

7. Satu buah controller yang berfungsi untuk mengukur besaran proses dengan

set point, dan mengatur besaran signal output ke kontrol valve.

8. Satu buah recorder yang berfungsi sebagai pencatat hasil pengukuran yang

berbentuk kurva.

(51)

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar sistem pengoperasian transmitter

dibawah ini :

Gambar 4.1. Sistem Pengoperasian Transmitter Elektrik Pada Pengendalian Level di

sebuah Tangki.

Keterangan :

1. Pompa

2. Control valve

3. Air Regulator

4. Converter

5. Controller

6. Level Transmitter

7. Tangki

(52)

4.2. Pembahasan

4.2.1. Sistem Kerja Transmitter Elektrik Pada Tangki.

Trasmitter merupakan alat atau kelanjutan dari sensor. Dimana transmitter ini

dapat berubah signal proses yang diterima oleh detektor diubah menjadi signal listrik

serta mengirimkan signal listrik tersebut ke alat penerima seperti pencatat (recorder),

pengatur dan penunjuk. Transmitter terdiri dari rangkaian elektronik yang dilengkapi

dengan mickro komputer dan sekaligus menyimpan data program yang dimasukkan.

Transmitter elektrik mempunyai blok transmitter yaitu suatu alat yang dapat

mengubah hasil sensor menjadi hasil pengukuran. Adapun yang disensor adalah

tekanan di dalam tangki. Output dari rangkaian ini berupa signal arus yang melalui

kabel ke ruang sistem atau Level Recorder Conttrol (LRC). Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini :

Fisis signal Proses Signal Output (Signal input) Body Transmitter 4 – 20 mA 0 – 1 kg/cm² Transmitter Elektrik

Gambar 4.2. Diagram Blok Sistem Transmitter

Rangkaian transmitter dibangun dalam beberapa diagram, dimana blok diagram ini

bekerja sama untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Tegangan yang dibangkitkan

oleh transmitter ini adalah tegangan DC, tegangan DC ini diberikan kerangkaian dan

disalurkan keruang distributor, tegangan ini diberikan untuk pengirim signal juga

(53)

Input dari rangkaian ini berupa signal fisis sebesar 0 – 1 kg/cm² yang disensor

oleh body transmitter, jenis sensor yang digunakan adalah jenis diafragma dimana

penyensoran menjadi hasil pengukuran. Signal output yang dihasilkan transmitter

sebesar 4 – 20 mA.

Proses tekanan udara diberikan oleh kompressor dan dikirim ke converter,

dimana converter berfungsi untuk mengubah signal pneumatik menjadi signal

elektrik untuk membuka control valve. Control valve mengatur laju aliran yang

masuk kedalam bejana, dimana di dalam bejana ada tekanan udara sebesar 0 – 1

kg/cm². Besaran inilah yang disensor oleh pengimbang utama dari body transmitter

pada sisi high, yang menimbulkan gerak-gerak mekanik setengah melingkar dari

batang pemuntir pada detektor. Untuk menghidari tekana berlebihan diperlukan

peredam dan penyetelan batas (range) pada transmitter. Pada sisi low atau

pengimbang kedua berfungsi sebagai batang yang meneruskan gaya gerak balas

terhadap gaya gerak pengimbang utama (high). Maka pada kesatuan magnet terjadi

gaya tolak menolak yang akhirnya menghasilkan pergerakkan pada penghubung

keduanya dan pada pegas bias didapat nilai batas dari operasi transmitter. Sistem ini

berupa signal arus sebesar 4 – 20 mA, DC yang dikirimkan LRC (Level Recorder

Control) dan akan diubah menjadi suatu perintah-perintah yang telah diset pada

memori LRC tersebut.

Adapun data hasil pengamatan dari pengukuran besarnya tinggi permukaan cairan

(54)

Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Dari Pengukuran Besarnya Tinggi Permukaan

Cairan.

CV ( % ) TINGGI LEVEL

( mm )

SIGNAL

TRANSMITTER (mA)

LRC

100 1000 20 100

80 800 17 80

60 600 13 60

40 400 11 40

20 200 7.2 20

0 0 4 0

(55)

4.2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Transmitter Saat Beroperasi.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi transmitter saat beroperasi antara

lain yaitu :

1. Getaran

Getaran yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang beroperasi disekitar transmitter

dapat mempengaruhi penyensoran transmitter. Misalnya sensor bergetar

memungkinkan keadaan kaca penutup pada pipa penghantar menjadi pecah maka

sensor tersebut tidak bisa dipergunakan lagi.

2. Letak transmitter

Transmitter sebaiknya diletakkan dekat bejana yang mau diukur dan dipasang

kokoh (kuat), sehingga tidak terpengaruh oleh getaran mesin-mesin lain saat

beroperasi.

3. Pembuangan udara

Udara yang ada didalam pipa dibuang melalui drain, karena untuk mendapatkan

pengukuran yang akurat semua udara harus dibuang. Sebab udara dapat

mempengaruhi hasil pengukuran dari transmitter.

4. Pembersihan peralatan

Membersihkan adalah melepaskan atau menghilangkan kotoran yang terdapat

pada peralatan. Dimana kotoran pada peralatan dapat mengganggu kerja

peralatan.

(56)

Umur peralatan juga perlu diperhatikan, karena semakin tua suatu peralatan maka

efisiensi kerjanya semakin menurun. Begitu juga dengan transmitter ini semakin

lama dipakai maka efisiensi kerjanya semakin menurun. Ini diakibatkan sering

mengalami kontak langsung dengan zat yang diukur ataupun longgarnya

elemen-elemen dalam transmitter juga diakibatkan oleh getaran. Jadi operator perlu

melakukan penggantian transmitter sekali dalam enam bulan untuk pemeliharaan.

4.2.3. Pengkalibrasian Transmitter

Pengkalibrasian dilakukan untuk menanggulangi penyimpangan aksi kerja

peralatan dengan cara, mengatur dan menyetel kedudukan supaya mencapai harga

standart. Dan pengkalibrasian dilakukan setelah pembersihan dan pemeriksaan. Dari

hasil pemeriksaan transmitter mengalami kerusakan pada komponen amplifier. Dalam

hal ini rangkaian amplifier harus diganti dengan yang baru kemudian dilakukan

penyolderan.

Prosedur pengkalibrasian transmitter adalah sebagai berikut :

1. Rangkaian peralatan

2. Pasangkan transmitter pada rangkaian peralatan.

3. Berikan tegangan 24 V DC.

4. Aktifkan peralatan pengkalibrasian.

5. Berikan input ke transmitter dari nilai terendah hingga range yang diukur dengan

perubahan 25 %.

6. Pilih program data pada transmitter dengan kode CuRo (Current Output).

(57)

8. Catat nilai yang terukur pada transmitter, bila menyimpang lakukan penyetelan

zero point (z) pada transmitter.

9. Setting flow jack simulator untuk batas tertinggi (100%).

10.Catat nilai yang terukur pada transmitter, bila menyimpang lakukan penyetelan

span (S) pada transmitter.

11.Ulangi untuk nilai penurunan dari 100% - 0%.

12. Bila tidak stabil, lakukan penyetelan kembali.

13.Setelah pengkalibrasian selesai, lepaskan flow jack simulator dan matikan

sumber tegangan.

Adapun data hasil pengkalibrasian transmitter adalah sebagai berikut :

Tabel. Data Hasil Pengkalibrasian Transmitter Elektrik

(58)

Untuk mendapatkan data actual valve, didapat dari perhitungan interpolasi sebagai

berikut :

Keterangan :

X : Test Input (bukaan CV)

X₁ : Bukaan terkecil (minimum) dari control valve

X₂ : Bukaan terbesar (maximum) dari control valve

Y : Actual Valve

Y₁ : Arus minimum.

Y₂ : Arus maxsimum.

(59)
(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan mengenai sistem kerja

diferensial transmitter elektrik tipe UME 2 SMK 1/24 VDC/4 – 20 mA/∆P - 3500

mm H₂O Sebagai sensor untuk mengukur besarnya tinggi permukaan cairan. Maka

dapat di ambil kesimpulan sebagai berikkut :

1. Alat ukur tipe diferensial transmitter elektrik adalah alat ukur yang digunakan

untuk mengetahui tinggi level di dalam suatu tangki.

2. Alat ukur diferensial transmitter elektrik dapat mendeteksi sebagai sensor

level dalam keadaan kosong hingga level penuh atau pada batas level yang di

inginkan.

3. Dalam pengoperasiannya transmitter dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

: getaran yang ditimbulkan oleh mesin-mesin lain saat beroperasi, agar tidak

mengganggu pengukuran maka sebaiknya transmitter diletakkan jauh dari

getaran dan terpasang kokoh (kuat). Misalnya: diletakkan didekat tangki

(61)

5.2. Saran

Untuk mendapatkan keberhasilan operasi peralatan secara optimal bukan saja

ditentukan oleh peralatan yang dioperasikan tetapi keberhasilan didukung oleh

keterampilan dan kecekatan manusianya, karena kegagalan operasi yang terjadi

bebanyakan dari kelalaian manusia. Maka disarankan :

1. Agar pendeteksian tekanan dalam tangki tidak terganggu sebaiknya diadakan

pembersihan secara rutin terhadap kotoran-kotoran yang terdapat dalam

pipa-pipa atau tangki.

2. Agar setiap pengoperasian berjalan lancar, sebaiknya dilakukan berdasarkan

(62)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pneumatik Industrial Instruments, Rikichi Suzuki, Fourth Edition

September 1973.

2. Teknik Sistem Kontrol, Sulasno, Thomas Agus Prayitno, Edisi

Pertama Yogyakarta, Graha Ilmu, 2006.

3. Saisuke Ishmaru, Harisuddin, (1987) Instrumentasi Mini Plant,

Japan Internasional Cooperation Agency (JICA).

4. Ir.H.Mansyur, Msi ”Instrumentasi I & II. Fakultas Teknik

Program D-IV USU – Medan 2005.

5. Measurent Fundamentals (second edition), Ralph.L.Moore.

Instrument Socie Ty of Amerika. 400. santniwix Street, Pattsburg Pensylvania

15222.

6. PT. PLN (Persero). Peralatan Kontrol dan Instrument PLTU Jasa

Pendidikan dan Pelatihan. Jl.Harsono RM.No.59, Ragunan-Pasar Minggu,

(63)

LAMPIRAN A : MODEL 13A d/p CELL TRANSMITTER

1. Piping ( pemasangan pipa jalur )

Membuat koneksi ditunjukkan dalam gambar dibawah.

(64)

LAMPIRAN B : ALAT UNTUK MENGUBAH BATAS UKUR.

(65)

LAMPIRAN C : LIQUID LEVEL MEASUREMEN WITH MODEL 13A d/p CELL

TRANSMITTER

GL =

Gambar 2.3 Tangki terbuka Spesific gravity of liquid in tank

(66)

LAMPIARAN D :

Gambar 2.5 Pemindahan diafragma kapsul dan untuk menggantikan diafragma kapsul

(67)

LAMPIRAN E : FLEXURE LOCKNUT ADJSTMENT .

Gambar

Gambar 2.4. menunjukkan gelas penduga ujung tertutup dengan bejana
Gambar 2.6. Penggeser.
Gambar 2.7. Penggeser dengan Meteran
Gambar 2.9. menunjukkan skematik dari alat ukur tinggi permukaan cairan dengan
+7

Referensi

Dokumen terkait