• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip Kerja Transmitter Pneumatik Pada Sistem Pengukuran Level Cairan Dalam Tangki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prinsip Kerja Transmitter Pneumatik Pada Sistem Pengukuran Level Cairan Dalam Tangki"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PRINSIP KERJA TRANSMITTER PNEUMATIK PADA

SISTEM PENGUKURAN LEVEL CAIRAN DALAM TANGKI

Oleh :

NIM. 035203021

ASWIN MARTUA SIMANJUNTAK

Karya Akhir ini diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

PROGRAM DIPLOMA IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah memelihara dan

melimpahkan kasih dan berkat karunia-Nya kepada penulis, sehingga Karya Akhir

ini dapat diselesaikan.

Karya Akhir ini dimaksudkan adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan

Program studi di Fakultas Teknik Jurusan Teknologi Instrumentasi Pabrik

Diploma-IV Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyusunan Karya Akhir ini, penulis telah mendapat

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak baik material, spiritual, informasi

maupun administrasi. Oleh karena itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan

terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua yang saya cintai Ayahanda S.H. Simanjuntak, dan Ibunda A.L. Br

Saragih serta kakak saya Debora, Desna dan abang saya Apul yang telah

memberi dorongan moril, material, dan doa terhadap penulis

2. Bapak Ir. Nasrul Abdi. MT sebagai Ketua Jurusan Program Diploma – IV

Teknologi Instrumentasi Pabrik Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Rahmad Fauzi, ST.MT sebagai sekretaris Jurusan Program Diploma –

IV Teknologi Instrumentasi Pabrik Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Utara.

4. Bapak Ir. Mustafrind Lubis selaku dosen Pembimbing dalam penyusunan

Karya Akhir.

5. Bapak Soeharwinto, ST.MT selaku dosen wali

(3)

7. Buat Meldawaty yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan Karya

Akhir

8. Buat seluruh teman – teman angkatan 2003, Khususnya Alex, Otto, Sabrina,

Thomas, Divo, Silva.

Akhir kata penulis dengan keterbatasannya sangat menyadari bahwa

dalam penyusunan Karya Akhir ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis

dengan tulus menerima saran dan kritik yang bersifat membangun dan kiranya

dapat digunakan untuk menambah ilmu dan pengetahuan yang lebih baik di masa

yang akan datang.

Dengan Kerendahan hati, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya atas

segala kekurangan dan semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tuhan Memberkati.

Medan, Juni 2008

Hormat Saya,

(4)

ABSTRAK

Transmitter pneumatik adalah suatu peralatan untuk mengukur level cairan

dalam tangki, dimana untuk mengetahui berapa ketinggian cairan tersebut sesuai

yang telah ditentukan berdasarkan kebutuhan.

Transmitter pneumatik ini berfungsi untuk merubah sinyal proses menjadi

sinyal instrument serta mengirimkan sinyal tersebut ke alat penerima seperti

pencatat (recorder), penunjuk.

Proses pengukuran dengan menggunakan transmitter pneumatik dimana

transmitter yang digunakan adalah Diferrential Pressure Transmitter yaitu dengan

pengukuran beda tekanan. Transmitter ini terdiri dari alat perasa (detektor) dan

pengirim, dimana transmitter ini mengukur besaran level yang diterima detektor

dalam bentuk sinyal proses kemudian pada bagian pengirim dari transmitter

pneumatik ini merubah sinyal proses tersebut menjadi sinyal instrument dan

mengirimkannya ke kontroler. Sinyal yang dihasilkan oleh transmitter pneumatik

adalah 0,2 – 1,0 kg/cm2. apabila pada keadaan 0%, maka tekanan dari transmitter

menunjukkan tekanan sebesar 0,2 kg/cm2. Apabila pada keadaan 100%, maka

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan Penulisan ... 2

1.3.Batasan Masalah... 2

1.4.Metode Pembahasan... 2

1.5.Sistematika Penulisan ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengenalan Alat Ulur Level ... 5

2.2. Metode Pengukuran Level ... 5

2.3. Pengertian Transmitter ... 7

2.4. Sinyal Transmitter ... 8

2.5. Jenis – jenis Transmitter... 9

(6)

2.5.2. Transmitter Pneumatik ... 10

2.6. Diafragma ... 13

2.7. Pengembus ... 13

2.8. Adjustment Transmitter Pneumatik ... 13

BAB III. PRINSIP KERJA TRANSMITTER PNEUMATIK 3.1. Prinsip Kerja Transmitter Pneumatik ... 15

3.2. Gangguan – gangguan yang Mempengaruhi Transmitter Beroperasi... 22

BAB IV. PEMBAHASAN 4.1. Data Teknis Peralatan ... 23

4.2. Sistem Konversi Sinyal ... 24

4.3. Konverter I-P ... 25

4.4. Konverter P-I ... 26

4.5. Sistem Proses Pengendalian Sinyal ... 27

4.6. Sistem Pengendalian Pada Pengukuran Level dengan Transmitter Pneumatik ... 28

4.7. Perhitungan Tekanan dan Volume ... 30

BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan ... 35

5.2. Saran ... 35

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Pengukuran Langsung ... 6

Gambar 2.2. Pengukuran Tidak Langsung ... 7

Gambar 3.1. Bentuk Skematik Meterbody Sebuah Transmitter ... 16

Gambar 3.2. Bentuk Skematik Transmitter Gaya Seimbang ... 18

Gambar 3.3. Blok Diagram Sistem Kerja Dari Transmitter ... 21

Gambar 4.1. Konverter Arus ke Tekanan (I-P) ... 25

Gambar 4.2. Konverter Tekanan ke Arus (P-I) ... 26

Gambar 4.3. Blok Diagram Sistem Pengendalian Level Dengan Transmitter Pneumatik ... 29

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Massa Jenis Cairan ... 20

(9)

ABSTRAK

Transmitter pneumatik adalah suatu peralatan untuk mengukur level cairan

dalam tangki, dimana untuk mengetahui berapa ketinggian cairan tersebut sesuai

yang telah ditentukan berdasarkan kebutuhan.

Transmitter pneumatik ini berfungsi untuk merubah sinyal proses menjadi

sinyal instrument serta mengirimkan sinyal tersebut ke alat penerima seperti

pencatat (recorder), penunjuk.

Proses pengukuran dengan menggunakan transmitter pneumatik dimana

transmitter yang digunakan adalah Diferrential Pressure Transmitter yaitu dengan

pengukuran beda tekanan. Transmitter ini terdiri dari alat perasa (detektor) dan

pengirim, dimana transmitter ini mengukur besaran level yang diterima detektor

dalam bentuk sinyal proses kemudian pada bagian pengirim dari transmitter

pneumatik ini merubah sinyal proses tersebut menjadi sinyal instrument dan

mengirimkannya ke kontroler. Sinyal yang dihasilkan oleh transmitter pneumatik

adalah 0,2 – 1,0 kg/cm2. apabila pada keadaan 0%, maka tekanan dari transmitter

menunjukkan tekanan sebesar 0,2 kg/cm2. Apabila pada keadaan 100%, maka

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

pesat, dimana telah diciptakan suatu peralatan yang modern dalam hal

mempercepat dan mempermudah suatu pekerjaan khususnya dalam industri

pabrik. Peralatan instrument yaitu peralatan yang digunakan untuk mengukur serta

mengendalikan berbagai operasi dimana seperti: tekanan, laju aliran, temperatur,

dan juga level (permukaan). Tujuan dari kegiatan pengukuran ini adalah untuk

mendapatkan hasil yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan, memperkecil

kemungkinan terjadinya kerusakan pada unit operasi tersebut.

Dalam proses suatu produksi di pabrik, peran pengendalian level ini

sangatlah penting untuk menjaga keadaan level tetap sesuai dengan standart

operasi. Dalam hal ini transmitter membantu untuk pengendalian level.

Pengukuran dengan transmitter pneumatik sebagai alat perasa (detektor)

dan juga sebagai alat pengirim. Transmitter ini mendeteksi besaran yang diterima

oleh meter body sebagai perasa (detektor) dan transmitter merubah sinyal tersebut

menjadi sinyal instrument dan mengirimkannya ke kontroler.

Berdasarkan dengan penjelasan diatas, maka penulis mengambil judul

Karya Akhir yaitu “PRINSIP KERJA TRANSMITTER PENUMATIK PADA

(11)

1.2.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Karya Akhir ini adalah :

1. Untuk mengetahui prinsip kerja transmitter pneumatik

2. Untuk mengetahui gangguan yang terjadi yang mempengaruhi transmitter

pneumatik saat beroperasi

3. Untuk mengetahui pengukuran level cairan dalam tangki.

1.3.Batasan Masalah

Mengingat masalah yang akan diangkat sebagai Karya Akhir ini memiliki

ruang lingkup pembahasan yang relatif luas, maka penulis membatasi

permasalahan ini sebagai berikut :

1. Hanya menjelaskan prinsip kerja dari transmitter pneumatik untuk

mengukur level cairan dalam tangki

2. Hanya menjelaskan bagaimana cara mengukur level cairan dalam tangki

dengan menggunakan transmitter pneumatik

3. Tidak membahas perhitungan secara mendetail.

1.4.Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang dipergunakan untuk melengkapi data tersebut

dalam penulisan karya akhir ini sebagai berikut :

1. Dengan mempelajari secara teoritis serta mengumpulkan data – data

spesifikasi yang diperlukan tentang pengukuran level dengan

menggunakan transmitter pneumatik serta mencari buku – buku yang

(12)

2. Dengan melakukan pengamatan di lapangan

3. Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing dan diskusi kepustakaan

1.5.Sistematika Penulisan

Adapun untuk dapat memudahkan pemahaman, penulis membuat

Sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang : Abstrak, Latar Belakang Masalah, Tujuan

Penulisan, Batasan Masalah, Metode Pembahasan, dan Sistematika Penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan tentang : Pengenalan Alat Ukur Level, Metode

Pengukuran Level, Pengertian Transmitter, Sinyal Transmitter, Jenis – jenis

Transmitter, Transmitter Elektrik, Transmitter Pneumatik, Diafragma,

Pengembus, Adjustment Transmitter Pneumatik.

BAB III. PRINSIP KERJA TRANSMITTER PNEUMATIK

Dalam bab ini menjelaskan tentang : Prinsip Kerja Transmitter Pneumatik,

Gangguan – gangguan yang Mempengaruhi Transmitter Beroperasi

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini membicarakan tentang : Data Teknis Peralatan, Sistem

(13)

Sistem Pengendalian Pada Pengukuran Level Dengan Transmitter Pneumatik,

Perhitungan Volume.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran mengenai isi dari Karya

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengenalan Alat Ukur Level

Setiap alat ukur instrument yang dipergunakan untuk mengukur dan

menunjukkan tinggi dari permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level.

Pengukuran tinggi permukaan cairan (level) adalah berkaitan dengan

keterpasangan terhadap peralatan proses yang berbentuk kolom seperti : tangki,

drum, maupun tabung silinder.

Tujuan dari pengukuran tinggi permukaan cairan ini adalah :

1. Mencegah kerusakan dari peralatan instrumentasi akibat dari kekosongan serta

kerugian akibat cairan terbuang

2. Pengontrolan jalannya proses

3. Mendapatkan kualitas produksi yang diinginkan.

2.2. Metode Pengukuran Level

Metode – metode dari pengukuran level sangat perlu dilakukan untuk

memperoleh data yang diinginkan untuk menghindari kesalahan dalam

(15)

Dalam hal pengukuran ataupun penunjukkan tinggi permukaan cairan

dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu :

1. Metode Pengukuran Langsung

Tinggi dari permukaan cairan dapat dilihat secara langsung dan diduga

kedalamannya dalam satuan pengukuran panjang (meter), seperti terlihat pada

Gambar 2.1. Biasanya metode pengukuran langsung ini dipakai oleh industri yang

memerlukan tempat penampungan ataupun tangki yang berukuran kecil. Dengan

diketahuinya tinggi permukaan cairan maka volume dapat diketahui bila

diinginkan.

Tinggi Cairan

Dilihat Langsung

Gambar 2.1 Pengukuran langsung

2. Metode Pengukuran Tidak Langsung

Tinggi dari permukaan cairan tidak dapat dilihat secara langsung. Tinggi

dari permukaan cairan di dalam tangki dapat diketahui dengan mengukur tekanan

(16)

Gaya pada cairan menghasilkan gerak mekanik. Pergerakan mekanik ini

kemudian dikalibrasi di dalam bentuk skala angka – angka, seperti yang terlihat

pada Gambar 2.2.

Gaya Pada Cairan

Gerak Mekanik

Kalibrasi

Gambar 2.2 Pengukuran tidak langsung

Metode pengukuran level secara langsung maupun secara tidak langsung dapat

dilihat dengan bantuan dari alat ukur instrument sehingga dapat diketahui berapa

ketinggian dari metode yang diukur.

2.3. Pengertian Transmitter

Transmitter adalah suatu alat kelanjutan dari sensor, dimana merupakan

salah satu elemen dari sistem pengendalian proses. Untuk mengukur besaran dari

suatu proses digunakan alat ukur yang disebut sebagai sensor (bagian yang

berhubungan langsung dengan medium yang diukur), dimana transmitter

(17)

Berdasarkan besaran yang perlu ditransformasikan transmitter dapat

digolongkan sebagai transmitter temperatur, transmitter tinggi permukaan,

transmitter aliran. Transmitter dapat dihubungkan dengan berbagai alat penerima

seperti instrument penunjuk, alat pencatat, pengatur yang mempunyai sinyal

masukan yang standart.

Tergantung pada jenis sinyal keluaran dapat dibedakan misalnya sinyal

transmitter pneumatik dan transmitter elektrik. Seperti semua alat penumatik,

transmitter pneumatik mempunyai keuntungan yakni aman terhadap bahaya

percikan api yang diakibatkan hubungan singkat pada transmitter elektrik.

Kegunaan dari transmitter yang memberikan sinyal standart berupa sinyal

pneumatik atau sinyal listrik dari besaran proses (process variable) yang diukur ke

peralatan lain yang membutuhkannya antara lain :

1. Peralatan lain seperti indikator, recorder yang bekerja dengan standart sinyal

yang sama

2. Memungkinkan pengiriman sinyal kepada jarak yang cukup jauh dan cepat

serta aman

3. Menekan biaya pengoperasian maupun biaya pemeliharaan.

2.4. Sinyal Transmitter

Sinyal transmitter adalah suatu tanda ataupun sinyal yang diberikan ke alat

penerima seperti pencatat, penunjuk yang berupa skala angka – angka. Jenis –

(18)

1. Sinyal pneumatik atau tekanan udara

Besaran standart sinyal pneumatik ini adalah 3 – 15 Psi atau 0,2 – 1,0

kg/cm2.

2. Sinyal elektrik

Besaran standart sinyal elektrik ini adalah 4 mA – 20 mA dan skala kerja

sinyal tegangan ada yang berkisar 1 – 5 VDC dan ada juga 0 – 10 VDC.

2.5. Jenis – jenis Transmitter

Dalam ilmu instrumentasi dikenal dua sistem sinyal yang dapat

dipergunakan pada transmitter yaitu sinyal pneumatik dan sinyal elektrik.

Berdasarkan kedua sistem tersebut transmitter dapat digolongkan menjadi dua

jenis yaitu :

1. Transmitter elektrik

2. Transmitter pneumatik

Umumnya sistem dari transmitter ini adalah merupakan jalur pengirim

sinyal dari alat perasa ke kontroler dan dari kontroler ke pengatur akhir (control

valve).

2.5.1. Transmitter Elektrik

Transmitter elektrik adalah suatu peralatan kontrol yang mempunyai

(19)

fungsi dimana sinyal proses yang diterima oleh detektor diubah menjadi sinyal

listrik kemudian mengirimkan sinyal listrik tersebut ke alat penerima seperti

pencatat (recorder), pengatur dan penunjuk. Sinyal yang dihasilkan dari

transmitter elektrik ada dalam dua bentuk sinyal arus dan tegangan. Dimana skala

kerja dari sinyal arus selalu 4 – 20 mA, dan skala kerja dari sinyal tegangan ada

yang berkisar 1 – 5 VDC dan ada juga 0 – 10 VDC.

2.5.2. Transmitter Pneumatik

Pada umumnya transmitter penumatik ini berfungsi untuk mengubah

besaran sinyal proses menjadi sinyal pneumatik serta mengirimkan sinyal

pneumatik tersebut ke alat penerima seperti pencatat (recorder), penunjuk, serta

pengatur. Sinyal yang dihasilkan oleh pneumatik ini adalah udara yang

bertekanan, dan biasanya sumber tekanan yang 20 Psi atau 1,4 kg/cm2, tekanan

sinyal berkisar 3 – 15 Psi atau 0,2 – 1,0 kg/cm2. Transmitter pneumatik dapat

dipergunakan sampai pada jarak sekitar 200 meter.

Transmitter penumatik pada umumnya terdiri dari dua bagian yaitu :

A. Bagian perasa (detektor)

Bagian perasa berfungsi untuk mengubah sinyal proses ke dalam bentuk

gerak mekanik. Misalnya tekanan yang berada di dalam suatu bejana

adalah 8 Psi. Setelah beberapa detik kemudian tekanan turun menjadi 7

Psi, perubahan sebesar 1 Psi ini adalah merupakan sinyal yang harus

(20)

Detektor yang biasanya digunakan dalam transmitter pneumatik adalah :

1. Meterbody

2. Sel Beda Tekanan

3. Penggeser

4. Bola Berisi Cairan

B. Bagian pengirim

Bagian pengirim dari transmitter pneumatik berfungsi untuk mengubah

gerak – gerak mekanik detektor ke dalam bentuk sinyal pneumatik.

Adapun bagian – bagian pokok dari transmitter pneumatik adalah :

1. Penyetel titik nol (Zero adjustment)

Digunakan untuk mendapatkan titik nol dari batasan operasi transmitter.

2. Pengimbang kedua (Secondary beam)

Digunakan sebagai batang yang meneruskan gaya gerak balas terhadap

gaya gerak pengimbang utama.

3. Kapsul pengimbang balik (Rebalancing capsule)

Kapsul yang berisi diafragma penggerak pengimbang kedua.

4. Pemancar (Nozzle)

Digunakan sebagai buangan udara penggerak diafragma besar pada relai

pilot.

5. Pembalik (Buffle)

(21)

6. Pembatas beban balik (Reverse overload stop)

Digunakan sebagai ganjal pembatas gerak pengimbang utama (pada

kedudukan maksimum).

7. Pengimbang utama (Primary beam)

Digunakan sebagai batang penerus gerak – gerak mekanik setengah

melingkar dari batang pemuntir pada detektor.

8. Pipa – pipa kapsul pengimbang utama (Capsule tubing)

Digunakan sebagai pipa penyalur udara penghasil gaya gerak balas

terhadap gaya gerak pengimbang utama.

9. Pipa untuk pemancar (Nozzle tubing)

Digunakan sebagai pipa penyalur udara untuk pemancar.

10.Penyetel batasan lebar (Coarse span adjustment)

Digunakan sebagai penyetelan untuk memperlebar bidang gerak

pengimbang utama.

11.Penyetel batasan sempit (Fine span adjustment)

Digunakan sebagai penyetelan untuk mempersempit bidang gerak

pengimbang utama.

12.Relai pilot (Pilot relay)

Digunakan sebagai kerangan pengatur tekanan udara instrument tekanan

out-put dari transmitter.

13.Pegas peninggi atau penekan (Suppression atau Elevation spring)

Digunakan sebagai penyetelan untuk menaikkan skala perbandingan antara

(22)

2.6. Diafragma

Diafragma adalah suatu bahan yang mudah melentur atau biasa disebut

dengan membran. Membran ini biasanya terbuat dari bahan logam tipis, kulit

sutra, teflon, polyethilene dan lain sebagainya. Umumnya digunakan karena

mempunyai gerakan keluarnya secara mekanis yang dapat dihubungkan secara

langsung kepada tipe gerakan dari pengontrolan.

2.7. Pengembus

Pengembus (bellow) cocok untuk digunakan pada pengukuran tekanan

sangat rendah, karena permukaaan yang menerima tekanannya luas. Untuk

mendapatkan daerah pengukuran yang lebih besar dapat dipasang pegas di

dalamnya. Sama halnya dengan diafragma, dimana pengembus juga terbuat dari

bahan logam tipis. Sama seperti tabung bourdon, pengembus juga akan bergerak

memuai bila tekanan pada bagian dalamnya lebih besar daripada tekanan luarnya.

2.8. Adjustment Transmitter Pneumatik

Alat – alat kontrol yang tidak dilakukan penyetelan (adjustment) dengan

baik dapat menyebabkan kesalahan pada pengukuran level. Hal ini jelas karena

dengan melakukan adjustment dengan baik akan dapat menghasilkan kerja dari

alat kontrol menjadi sempurna. Misalnya suatu transmitter menghasilkan sinyal

(23)

lainnya sehingga pengendalian level akan salah serta keakuratan pengukuran level

menjadi kurang sempurna.

Dalam aksi kontrol, yang menjadi bagian dasar adalah kerja dari alat

penyampai sinyal. Alat kontrol yang berfungsi dalam penyampai sinyal ini adalah

transmitter. Adjustment (penyetelan) terhadap alat ukur ini dapat dilakukan

dengan cara :

a. Penetapan sinyal yang dihasilkan terhadap besaran yang diukur

Sinyal yang dihasilkan oleh transmitter pneumatik adalah 0,2 – 1,0

kg/cm2. Pada keadaan besaran proses 0 % sinyal yang dihasilkan oleh

transmitter adalah 0,2 kg/cm2. penetapan harga ini dapat dilakukan dengan

mengatur zero adjustment pada transmitter tersebut.

Apabila keadaan besaran proses 100 % maka sinyal yang dihasilkan oleh

transmitter adalah 1,0 kg/cm2. penetapan ini dapat dilakukan dengan

penetapan span. Penyetelan pada keadaan 0 % dan 100 % dilakukan

secara berulang – ulang sampai penunjukkan stabil.

b. Penyetelan set point besaran proses dengan menggunakan Check meter

Besarnya set point dapat tidak sesuai terhadap besaran proses yang terjadi,

hal ini dapat terjadi dikarenakan ketidaksesuaian tekanan kerja pompa.

Untuk itu kita harus memastikan set point dan besaran proses yang terjadi

harus sama. Keadaan ini dapat kita pastikan dengan menggunakan check

meter yang dihubungkan pada transmitter. Penyesuaian ini dilakukan pada

(24)

BAB III

PRINSIP KERJA TRANSMITTER PNEUMATIK

3.1. Prinsip Kerja Transmitter Pneumatik

Pada pengukuran tinggi permukaan cairan dalam tangki dengan

menggunakan transmitter pneumatik dimana transmitter yang digunakan adalah

Differential Pressure Transmitter. Prinsip utama dari pemakaian differential pressure transmitter adalah dengan pengukuran beda tekanan.

Transmitter merupakan alat kelanjutan dari sensor. Dimana transmitter ini

dapat merubah sinyal proses yang diterima oleh detektor menjadi sinyal standart.

Setelah itu sinyal dari transmitter tersebut dikirim ke penerima seperti pencatat

(recorder), pengatur dan penunjuk.

Differensial pressure transmitter mempunyai hubungan tekanan rendah

dan tekanan tinggi. Tekanan tinggi (HP) dan tekanan rendah (LP) diterima oleh

membran penyekat (Seal diaphram). Bagian dalam dari membran penyekat (Seal

diaphram) tekanan tinggi dan tekanan rendah diisi dengan cairan silikon. Tekanan

yang diukur pada bagian tekanan tinggi mendesak dirinya sendiri pada membran

bagian tekanan tinggi dan menekan membran tersebut.

Pada waktu membran tersebut tertekan, bagian dalam isian silikon

bergerak maju mengenai bagian pengembus oleh sejumlah tekanan sehubungan

(25)

Dimana seperti terlihat pada Gambar 3.1 berikut.

(26)

Pengembus tersebut mengembang mengenai bagian bertekanan rendah

(LP) oleh sejumlah pergerakan dari isian silikon tersebut. Sementara itu, tekanan

yang terukur pada bagian bertekanan rendah (LP) akan mendesak dirinya pada

membran bertekanan rendah dan menekan pengembus tersebut dari bagian luar.

Bagian puncak pengembus tersebut bergerak ke bagian bertekanan rendah (LP)

dan pengembus tersebut berhenti mengembang. Dengan bergeraknya panjang

bagian puncak dari pengembus, maka lengan pemuntir tersebut akan bergerak ke

kiri dan memutar batang pemuntir tersebut. Pergerakan batang pemuntir ini

diubah ke dalam suatu sinyal pneumatik untuk kemudian dipancarkan.

Setelah itu bagian pengirim, akan mengubah gerak – gerak mekanik

detektor ke dalam bentuk sinyal pneumatik. Salah satu contoh dari bagian

pengirim transmitter pneumatik adalah transmitter gaya seimbang (Force Balance

(27)
(28)

Prinsip kerja dari transmitter gaya seimbang adalah :

a. Pergerakan dari batang pemuntir menghasilkan pergerakan maju – mundur

pada pengimbang utama

b. Bergeraknya pengimbang utama akan mengubah kedudukan pembalik

sehingga menjauhi atau mendekati pemancar

c. Bila pembalik menjauhi pemancar maka tekanan balik udara penggerak

dari diafragma besar pada relai pilot akan berkurang dari sebelumnya.

Sebaliknya bila pembalik mendekati pemancar maka tekanan balik udara

penggerak diafragma besar pada relai pilot akan bertambah dari

sebelumnya.

d. Berubahnya tekanan balik udara penggerak diafragma besar pada relai

pilot akan mengubah kedudukan kerangan pilot pada relai untuk membuka

atau menutup

e. Bila kerangan pilot membuka maka tegangan udara instrument out-put

bertambah. Sebaliknya bila kerangan pilot menutup, tekanan udara

instrument out-put akan menjadi berkurang.

Dengan demikian pergerakan dari batang pemuntir menghasilkan

perubahan pada tekanan udara instrument out-put.

f. Perlu diketahui bahwa udara instrument output juga dikirimkan ke kapsul

pengimbang balik (Rebalancing capsul)

g. Tekanan udara instrument output akan terus bertambah atau berkurang

sampai pengimbang mendapat gaya balas yang sama besar dari kapsul

(29)

h. Sekali gaya pada pengimbang utama sama dengan gaya pada pengimbang

kedua maka tekanan udara instrument output tidak berubah lagi.

Dimana prinsip dari pressure transmitter ini dengan menggunakan rumus fisika

dalam satuan SI, yaitu :

P = ρgh

Dimana : p = tekanan (Pa, atm)

ρ = massa jenis cairan (kg/cm2)

g = gravitasi bumi (9,8 m/det2)

h = tinggi permukaan cairan (m, cm)

Dalam satuan imperial tekanan fluida yang diberikan yaitu :

P = ρh

Sehingga menghasilkan P dalam satuan psi atau kg/cm2.

Pada penggunaannya di pabrik atau industri, massa jenis cairan berbeda ini

dapat diihat pada tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1 Massa jenis cairan

(30)

Perbedaan tekanan didapat dari naik turunnya tinggi permukaan cairan

dalam bejana, perubahan tekanan ini sebanding dengan perubahan tinggi

permukaan. Pada industri tekanan dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan oleh

proses, dimana pada aplikasinya tekanan haruslah di jaga agar produksi yang

dihasilkan bagus dan tidak terbuang.

Untuk dapat dilihat lebih jelasnya tentang proses urutan kerja antara

Meterbody sebagai bagian perasa (detektor) dan transmitter gaya seimbang (force

Balance Transmitter) sebagai bagian pengirim dapat terlihat seperti pada blok

diagram Gambar 3.3.

Tangki

Diafragma

Pengembus

Batang

Pemuntir

Pengimbang

Utama

Meterbody

Force Balance Transmitter

Ke Kontrol

(31)

3.2. Gangguan – Gangguan yang Mempengaruhi Transmitter Beroperasi

Adapun gangguan – gangguan yang mempengaruhi transmitter tersebut

saat melakukan operasi adalah sebagai berikut :

1. Getaran

Getaran dapat mengganggu transmitter, karena getaran ini dapat membuat

peralatan yang terkait mengalami gangguan. Getaran ditimbulkan oleh mesin

yang beroperasi disekitar transmitter tersebut, hal ini dapat dilihat pada

sensor. Apabila sensor bergetar memungkinkan keadaan kaca penutup

elektroda pada pipa penghantar menjadi pecah maka sensor tersebut tidak

bisa dipergunakan. Untuk menghindari getaran yang terjadi hendaknya

transmitter perlu ditempatkan agak jauh dari sumber getaran.

2. Kelelahan dan umur piranti instrument

Semakin tua suatu peralatan, maka efisiensi kerja suatu peralatan tersebut

akan semakin menurun. Begitu pula dengan transmitter, semakin lama

digunakan maka efisiensi kerjanya akan menurun. Ini diakibatkan karena

peralatan sering mengalami kontak ataupun longgarnya elemen – elemen

(32)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Data Teknis Peralatan

Adapun data – data teknis dari peralatan yang berkaitan dengan

pengukuran level cairan dalam tangki dengan menggunakan transmitter

pneumatik diantaranya adalah :

1. Data Teknis Transmitter

Jenis : Differential Pressure Pneumatic Transmitter

Produksi : No. B5121.31.010 (Yamatake Honeywell

Tokyo-Japan)

Model No : NDP – 22 – Z – 1122 – 7

Output signal : 0,2 – 1,0 kg/cm2

Supplay pressure : 1,4 kg/cm2

Tahun pembuatan : Februari, 1983

Range adjustment : 500 – 6500

Range : 0 – 200 mmH2O

2. Data Teknis Meterbodi

Jenis : Remote Seal Diaphram

Produksi : No.269536 – 122 (Yamatake Honeywell

Tokyo-Japan)

(33)

Range : 500 – 6500 mmH2O

Tekanan kerja maksimum: -0,1 s/d 100 kg/cm2

Kelebihan beban : sampai dengan 100 kg/cm2

3. Data Teknis Tangki

Code J I S : B 8501

Radio graph : No

Stress relief : No

MFR’S Serial No : 53 DG 0002

Date built : oktober, 1982

Net weight : 360 kg

Nomin diameter : 1000 mm

Nomin length : 1300 mm

Design pressure : 50 kg/cm2

Design temperatur : 65 0C

Hydroulic test pressure : full water kg/cm2

Penumatic test pressure : 2,0 kg/cm2

4.2. Sistem Konversi Sinyal

Pada bidang industri untuk menjalankan kinerja atas produksi yang

diinginkan dijaga oleh kontrol sistem yang antara lain pengaturan aliran, level,

tekanan, suhu. Pengaturan kontrol proses yang paling umum digunakan adalah

(34)

untuk melakukan konversi antara sinyal elektrik dan sinyal pneumatik. Konversi

dari sinyal elektrik ke sinyal pneumatik dilakukan oleh sebuah konverter I-P,

sedangkan konversi dari sinyal pneumatik ke elektrik dilakukan oleh peralatan

yang dinamakan konverter P-I.

4.3. Konverter I-P

Pada Gambar 4.1 memperlihatkan bentuk umum sebuah konverter I-P.

Gambar 4.1 Konverter arus ke tekanan (I-P)

Konverter I-P adalah alat yang akan mengkonversikan sinyal standart arus

4-20 mA dari kontroler untuk diubah menjadi sinyal standart tekanan 0,2-1,0

kg/cm2 yang dipakai untuk menggerakkan control valve. Arus elektrik dilewatkan

melalui kumparan dan menghasilkan suatu perpindahan dari batang. Perubahan

(35)

relai udara dan digunakan sebagai sebuah gaya penyeimbang oleh bellow di ujung

lain batang. Suatu keseimbangan dihasilkan bila gaya bellow (proprosional

dengan tekanan keluran) sama dengan gaya kumparan (proporsional dengan gaya

elektrik masukan).

4.4. Konverter P-I

Pada Gambar 4.2 memperlihatkan bentuk umum sebuah konverter P-I.

Gambar 4.2 Konverter tekanan ke arus (P-I)

Konverter P-I adalah suatu alat yang berhubungan dengan sensor dimana

untuk mengkonversikan tekanan yang dikirimkan oleh sensor untuk diubah

menjadi arus listrik standart 4-20 mA. Sinyal tekanan masukan diaplikasikan ke

bellow dan menghasilkan simpangan batang. Simpangan ini diukur oleh LVDT

(Linear Variable Differential Transmitter = transformer diferensial variabel

linier). Linear variable differential transmitter adalah suatu perubahan induksi

(36)

setimbang inti magnet terletak ditengah dan kedua kumparan sekunder menerima

fluks yang sama. Sedangkan dalam keadaan tidak setimbang, fluks pada satu

kumparan naik dan yang lainnya turun. Pada keseimbangan, gaya kumparan

(proporsional dengan arus keluaran) sesuai dengan gaya dari bellow (proporsional

dengan tekanan sinyal masukan).

Offset nol (4 mA) dalam sinyal elektrik cukup besar untuk menggerakkan

amplifier sehingga memungkinkan kedua kawat sinyal juga berfungsi sebagai

jaringan pasokan. Hal ini dikenal sebagai operasi dua kawat.

4.5. Sistem Proses Pengendalian Level

Meskipun pada beraneka ragam industri kegiatan lainnya diperlukan

pengaturan proses yang berbeda – beda, tetapi secara teknik instrument suatu

proses yang diatur mempunyai dasar pengertian yang sama. Suatu proses kontrol

memerlukan prinsip dasar pengaturan dari proses untuk mendapat output dengan

hasil yang diinginkan melalui suatu pengaturan set point.

Pada prinsipnya tujuan dari proses pengendalian level kontrol ini adalah

untuk menghilangkan ataupun untuk membuat sekecil mungkin error yang terjadi

pada saat pengukuran level dalam suatu pengendalian level.

Hampir disemua proses dalam dunia industri membutuhkan alat – alat

otomatis dalam hal pengendalian variabel proses termasuk dalam mengendalikan

level cairan. Gabungan serta kerja dari alat – alat pengendali otomatis pada

(37)

semua peralatan yang membentuk sistem tersebut dinamakan dengan

instrumentasi proses pengendalian level.

Dalam sistem proses pengendalian level, ada empat langkah yang harus

diperhatikan yaitu :

1. Mengukur level

2. Membandingkan hasil level yang terukur dengan level yang diharapkan

atau yang diinginkan

3. Menghitung kesalahan

4. Mengoreksi serta memperbaiki kesalahan tersebut.

Apabila langkah tersebut dapat dilakukan secara sekaligus oleh alat instrument,

maka sistem pengendalian level otomatis.

4.6. Sistem Pengendalian Pada pengukuran Level Dengan Transmitter Pneumatik

Pada Gambar 4.3 di bawah ini dapat terlihat blok diagram dari sistem

(38)

+ _

Kontrol Unit I/P Katup Pneumatik

Transmitter

Gambar 4.3 Blok diagram sistem pengendalian level dengan transmitter pneumatik

Pada proses pengukuran tinggi permukaan cairan dengan menggunakan

transmitter pneumatik. Proses yang akan diukur adalah suatu besaran proses yang

berupa tekanan yang berada pada tangki dimana meterbody sebagai sensing

element yang dapat merasakan suatu tekanan yang ada pada tangki tersebut.

Sinyal proses yang diterima oleh meterbody sebagai sensing element akan

dikirim ke bagian pengirim. Dimana transmitter gaya seimbang ini sebagai suatu

transmitter yang akan menerima sinyal tersebut untuk kemudian dirubah ke dalam

bentuk sinyal pneumatik. Sinyal pneumatik yang telah dihasilkan oleh transmitter

ini untuk dapat dikirim ke alat penerima tersebut seperti kontroler dibutuhkan

sebuah konverter.

Konverter yang dibutuhkan disini adalah konverter jenis P-I. Dimana

(39)

bentuk sinyal elektrik untuk dikirimkan ke kontroler. Kemudian kontroler ini akan

bekerja untuk menggerakkan katup pneumatik. Untuk melakukan kerja ini, sinyal

elektrik dari kontroler tersebut dirubah kembali ke dalam bentuk sinyal

pneumatik. Konverter yang dibutuhkan disini adalah jenis P-I, dimana sinyal

elektrik dari kontroler akan dirubah ke dalam bentuk sinyal penumatik untuk

melaksanakan perintah ke control valve.

Misalkan hasil pengukuran yang didapatkan lebih rendah dari yang

diinginkan, maka kontroler bekerja melaksanakan perintah ke katup pneumatik

untuk membuka katup untuk mengisi tangki. Apabila hasil pengukuran yang

didapatkan lebih tinggi dari yang diinginkan, maka kontoler bekerja untuk

melaksanakan perintah ke katup pneumatik untuk menutup katup.

4.7. Perhitungan Tekanan dan Volume

Mekanisme kerja dari transmitter pneumatik dalam mengukur level pada

tangki seperti terlihat pada Gambar 4.4.

Tangki Level

Udara luar

P1 P2

Gambar 4.4 Mekanisme kerja transmitter pneumatik mengukur level tangki

(40)

Dimana :

1. Menghitung Tekanan (P1)

(41)

d. untuk level 80 cm

2. Menghitung Volume

(42)
(43)

Hasil dari perhitungan di atas dapat terlihat seperti dalam bentuk Tabel 4.1

di bawah ini :

Tabel 4.1 Data hasil perhitungan

No Level (cm) Tekanan (kg/cm2) Volume (m3)

1. 20 0,2 0,157

2. 40 0,4 0,314

3. 60 0,6 0,471

4. 80 0,8 0,628

5. 100 1 0,785

(44)

BAB V KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada hal – hal yang telah diuraikan, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan diantaranya :

1. Pada pengukuran tinggi permkaan cairan dalam tangki dengan transmitter

pneumatik yang digunakan adalah Differential Pressure Transmitter dimana

prinsipnya dengan pengukuran beda tekanan.

2. Pada proses pengoperasiannya, transmitter dapat dipengaruhi oleh faktor

getaran yang ditimbulkan oleh mesin sehingga mengganggu proses terjadinya

pengukuran. Untuk menghindari gangguan, transmitter perlu ditempatkan

agak jauh dari sumber getaran.

3. Apabila hasil pengukuran didapatkan lebih rendah dari yang diinginkan maka

kontroler melakukan perintah untuk membuka katup untuk mengisi tangki.

Apabila pengukuran lebih tinggi dari yang diinginkan, kontroler melakukan

perintah untuk menutup katup.

5.2. Saran

Untuk menghindari berbagai kerusakan pada peralatan instrument maka

hendaknya selalu melakukan perawatan secara teratur sehingga mendapatkan

pembacaan alat ukur yang memiliki ketelitian yang tinggi dan juga dapat

(45)

DAFTAR PUSTAKA

1. Douglas M. Considine, “Process Instrument and Control Hand Book”,

Second Edition, Mc Graw Hill Book Company

2. Frans Guterus, 1994, “Falsafah Dasar Sistem Pengendalian Proses”,

Edisi Pertama, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

3. Mansyur, 2005, “Instrumentasi Pabrik I”, Diktat Kuliah, Medan

4. Mansyur, 2006, “Instrumentasi Pabrik II”, Diktat Kuliah, Medan

5. Andrew Parr, 2003, “Hidrolika dan Pneumatik”: Pedoman Bagi Teknisi

Gambar

Gambar 2.1. Biasanya metode pengukuran langsung ini dipakai oleh industri yang
Gambar 2.2 Pengukuran tidak langsung
Gambar 3.1 Bentuk skematik meterbody sebuah transmitter
Gambar 3.2 Bentuk skematik transmitter gaya seimbang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menerapkan prinsip kerja dan karaketristik sistem elektro- pneumatik pada sistem kontrol mekanik. 4.4 Menggunakan sistem elektro-pneumatik pada sistem

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, penggunaan media pembelajaran berbantuan multimedia interaktif efektif digunakan pada materi prinsip kerja komponen pneumatik

Alat pengisian dan pengukuran level minyak pada tangki minyak ini berbasis Wireless Sensor Network (WSN) digerakkan menggunakan pompa yang dilengkapi 2 buah load

Skripsi berjudul ”Sistem Monitoring Level Tangki SPBU dan Detector Kadar Air Dalam Tangki Bahan Bakar Secara Telemetri” telah diuji dan disahkan oleh Fakultas

Sensor yang digunakan transmitter (LT-304), tekanan yang diukur berbanding lurus dengan level.Sensor akan mengukur level cairan pada plant (FA-303), berdasarkan

Pada pengukuran level, Transmitter adalah merupakan instrument yang digunakan untuk mengukur level fluida cair dengan metode tidak langsung karena hasil pengukuran

Pada pengukuran level, Transmitter adalah merupakan instrument yang digunakan untuk mengukur level fluida cair dengan metode tidak langsung karena hasil pengukuran

Sistem mikrokontroler pada plant pembangkit listrik tenaga mikro hydro untuk pengendalian level pada tangki, adalah system pada PLTMH untuk mengendalikan level