• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsio Kerja Transmitter Pneumatik Dalam Dalam Pengukuran Level pada Tangki Terbuka (Aplikasi Laboratorium PTKI Medan – Sumut)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prinsio Kerja Transmitter Pneumatik Dalam Dalam Pengukuran Level pada Tangki Terbuka (Aplikasi Laboratorium PTKI Medan – Sumut)"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA AKHIR

PRINSIPKERJA THERMOSTAT CONTROL VALVE PADA PIPA TANGKI TIMBUN CPO

O L E H

ROBIN HUTAGAOL NIM : 035203020

PROGRAM DIPLOMA-IV TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2008

(2)

OLEH :

Nama : ROBIN HUTAGAOL Nim : 035203020

Disetujui oleh : Pembimbing Karya Akhir

IR. EDDY WARMAN Nip : 130 809 911

Diketahui oleh :

Ketua Program Diploma – IV Teknologi Instrumentasi Pabrik

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Ir. NASRUL ABDI. MT NIP : 131 459 554 PROGRAM DIPLOMA – IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Suatu perusahaan industri dalam hal mencapai hasil produksi yang

bermutu tinggi harus dapat memelihara dan menerapkan fasilitas secara efisien.

sehubungan dengan itu Pabrik kelapa sawit sebagai salah satu perusahaan industri

yanag mengolah CPO ( Crude Palm Oil ) menjadi minyak goreng yang sudah

dapat dipergunakan oleh masyarakat umum , melakukan beberapa tahap

pengolahan yang bersifat otomatis maupun manual untuk memperlancar jalannya

pengolahan tersebut. adapun tahap awal dari proses pengolahan CPO ini adalah

dari Tangki Timbun CPO untuk mengatur proses ini dipergunakan alat control

temperature yaitu Thermostat Control Valve.

Thermostatic control valve adalah suatu alat instrument yang memerlukan

pemeliharaan secara rutin agar peralatan ini dapat beroperasi dengan baik dan

dapat meningkatkan umur dari peralatan tersebut dalam operasi kerjanya.kegiatan

pemeliharaan dalam industri yang berskala besar maupun kecil

merupakan suatu kegiatan yang sangat penting artinya dalam kelangsungan

produksi.mengingat bahwa Thermostat Control Valve merupakan alat control

yang fungsinya sangat penting , maka pemeliharaan terhadap alat ini harus secara

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah

dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini.

Tidak lupa pula penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada Ayahanda dan

Ibunda tercinta yang tak pernah letih mengasuh, membesarkan, memberi

dukungan moral maupun materil dan selalu menyertai Ananda dengan do’a

sampai Ananda menyelesaikan Karya Akhir Ini.

Dalam proses penyusunan karya akhir ini, penulis telah mendapat

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, maka untuk bantuan yang di berikan

baik materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu

sepantasnya penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua tercinta dan keluarga yang telah memberikan dukungan

moril dan materil serta do’a – do’a nya.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Armansyah Ginting M.Eng. selaku Dekan

fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Nasrul Abdi MT. selaku Ketua Program Studi Teknologi

Instrumentasi Pabrik.

4. Bapak Ir. Eddy Warman selaku dosen pembimbing dalam

penyusunan karya akhir ini.

(5)

6. Bapak Soeharwinto.ST.MT selaku Dosen Wali.

.

7. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknologi Instrumentasi Pabrik yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, khususnya angkatan 2003

yang telah banyak membantu penulis.

Akhir kata tak ada gading yang tak retak, karena keterbatasan waktu dan

kemampuan, penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Karya Akhir ini

masih terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penyususn

membuka diri atas segala kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat di

diskusikan dan di pelajari bersama demi kemajuan wawasan ilmu pengetahuann

teknologi. Semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2008

(6)

D A F T A R I S I

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

D A F T A R L A M P I R A N ... viiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Tujuan Penulisan Karya Akhir ... 2

I.3. Batasan Masalah... 2

I.4. Metode Pembahasan... 2

1.5. Sistematika Pembahasan ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 4

II.1 Pengenalan Alat Ukur ... 4

(7)

II.2.1.Prinsip Alat Ukur ... 6

II.3. Karakteristik Alat Ukur ... 8

II.4. Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Alat Ukur ... 9

II.5. Jenis-jenis Alat Ukur Temperatur ... 11

II.6. Metode Pengukuran Temperatur ... 15

II.6.1. Sinyal Konverter ... 15

II.7. Jenis-jenis Aksi Kontrol Automatik ... 16

II.7.1. Aksi Kontrol Automatik ... 16

BAB III .THERMOSTAT CONTROL VALVE ... 21

III.1. Pengertian Thermostat Control Valve ... 21

III.1.1.Komponen-komponen Utama Thermostat Control Valve ... 22

III.2. Sistem Pengontrolan dengan Thermostat Control Valve ... 25

III.3. Pelaksanaan Pemeliharaan ... 26

BAB IV . PRINSIP KERJA THERMOSTAT CONTROL VALVE ... 30

IV.1. Prinsip Kerja Thermostat Control Valve Pada Tangki CPO ... 30

(8)

... 31

IV.3. Spesifikasi Peralatan ... 31

IV.4. Analisa Data ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

V.1. Kesimpulan ... 38

V.2. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Metode Dilihat Langsung ... 5

Gambar 2.2. Motede Tidak Langsung ... 6

Gambar 2.3. SistemDasar Alat Ukur ... 7

Gambar 2.4. Thermometer Air Raksa ... 11

Gambar 2.5. Thermometer Bimetal ... 12

Gambar 2.6. Termokopel ... 13

Gambar 2.7. Thermometer Tahanan ... 14

Gambar 2.8. Sinyal Konverter ... 15

Gambar 2.9. Kontroler Aksi Dua Posisi ON – OFF ... 17

Gambar 2.10. Kontroler Proporsional ( P ) ... 18

Gambar 2.11. Kontroler Aksi Integral ... 20

Gambar 2.12. Kontroler Aksi Derivative ... 21

Gambar 3.13. Thermostat Control Valve ... 22

Gambar 3.14. Tabung Sensor Thermal ... 23

Gambar 3.15. elemen –elemen Thermostatik Control Valve ... 24

(10)

Gambar 3.17. Blok Diagram Keterpasangan Thermostatic Control Valve ... 26

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Data Temperature Tangki CPO dengan Menggunakan Thermostatik

Control Valve

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : THEMPERATURE – EMF FOR TYPE “K”THERMOCOUPLES

THEMPERATURE IN DEGRESS CELCIUS ( IPTS -68 )

(13)

Suatu perusahaan industri dalam hal mencapai hasil produksi yang

bermutu tinggi harus dapat memelihara dan menerapkan fasilitas secara efisien.

sehubungan dengan itu Pabrik kelapa sawit sebagai salah satu perusahaan industri

yanag mengolah CPO ( Crude Palm Oil ) menjadi minyak goreng yang sudah

dapat dipergunakan oleh masyarakat umum , melakukan beberapa tahap

pengolahan yang bersifat otomatis maupun manual untuk memperlancar jalannya

pengolahan tersebut. adapun tahap awal dari proses pengolahan CPO ini adalah

dari Tangki Timbun CPO untuk mengatur proses ini dipergunakan alat control

temperature yaitu Thermostat Control Valve.

Thermostatic control valve adalah suatu alat instrument yang memerlukan

pemeliharaan secara rutin agar peralatan ini dapat beroperasi dengan baik dan

dapat meningkatkan umur dari peralatan tersebut dalam operasi kerjanya.kegiatan

pemeliharaan dalam industri yang berskala besar maupun kecil

merupakan suatu kegiatan yang sangat penting artinya dalam kelangsungan

produksi.mengingat bahwa Thermostat Control Valve merupakan alat control

yang fungsinya sangat penting , maka pemeliharaan terhadap alat ini harus secara

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Suatu perusahaan industri dalam hal mencapai hasil produksi yang

bermutu tinggi harus dapat memelihara dan menerapkan fasilitas secara efisien.

Sehubungan dengan itu Pabrik kelapa sawit sebagai salah satu perusahaan industri

yanag mengolah CPO ( Crude Palm Oil ) melakukan beberapa tahap pengolahan

yang bersifat otomatis maupun manual untuk memperlancar jalannya pengolahan

tersebut.

Adapun salah satu tahap dari proses pengolahan CPO ini adalah proses

dari Tangki Timbun CPO yaitu pemanasan yang dilakukan terhadap CPO dengan

temperatur yang dijaga konstan 500 C – 600 C. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk menghomogenkan Sterin dan Olein didalam tangki,untuk menjaga

temperatur CPO dalam tangki timbun tetap konstan diperlukan berbagai macam

alat, salah satu diantaranya adalah Thermostat Control valve, yang berfungsi

untuk mengontrol temperatur dalam tangki timbun CPO tetap konstan pada

temperatur 500 – 600 C dimana uap ( Steam ) sebagai media pemanas yang dipompakan dari ketel uap dengan tekanan 1,8 kg/cm2.

Karena pentingnya fungsi dari Thermostat Control Valve ini adalah untuk

meningkatkan mutu produksi, maka penulis menarik suatu rumusan masalah dan

(15)

THERMOSTAT CONTROL VALVE PADA PIPA TANGKI TIMBUN CPO"

I.2. TUJUAN PENULISAN KARYA AKHIR

Adapun yang menjadi tujuan penulisan karya akhir ini adalah:

1. Untuk mengetahui prinsip kerja Thermostat Control Valve itu sendiri

pada tangki timbun CPO.

2. Untuk mengetahui gangguan yang terjadi pada Thermostatik Control

Valve.

3. Untuk mengetahui pengukuran temperatur CPO pada tangki timbun

1.3. BATASAN MASALAH

Mengingat masalah yang akan diangkat pada Karya Akhir ini memiliki

ruang lingkup pembahasan yang relative luas, maka penulis membatasi

permasalahan ini sebagai berikut :

1. Hanya menjelaskan prinsip kerja dari Thermostatik Control valve pada

tangki timbun CPO.

2. Hanya menjelaskan bagaimana cara mengukur temperatur CPO pada

tangki timbun dengan menggunakan Thermostatik Control Valve.

3. Tidak membahas perhitungan secara mendetail .

1.4. METODE PEMBAHASAN

Metode pembahasan yang dipergunakan untuk melengkapi data tersebut

(16)

1. Dengan mempelajari secara teoritis serta mengumpulkan data – data

spesifikasi yang diperlukan tentang pengukuran level dengan

menggunakan transmitter pneumatik serta mencari buku – buku yang

sesuai dengan topik yang dibahas.

2. Dengan melakukan pengamatan dilapangan.

3. melakukan diskusi dengan dosen pembimbing dan diskusi kepustakaan.

1.5. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Adapun untuk dapat memudahkan pemahaman, penulis membuat

sistematika peulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang : Abstrak, latar belakang masalah, tujuan

penulisan, batasan masalah, metode pembahasan, dan sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang landasan teori mengenai sistem pengukuran.

BAB III. THERMOSTAT CONTROL VALVE

Bab ini berisi tentang Thermostatik Control Valve.

BAB IV. PRINSIP KERJA THERMOSTAT CONTROL VALVE

Bab ini berisi tentang Prinsip kerja Thermostat Control Valve

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.I. Pengenalan Alat Ukur.

Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan

suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain

yang sudah diketahui nilainya, misalnya dengan besaran standart. Pekerjaan

membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.

Sedangkan pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur. Pengukuran banyak

sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri. Sedangkan alat ukurnya

sendiri banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya objek

yang diukur serta hasil yang di inginkan. Yang perlu diperhatikan dalam

melakukan pengukuran adalah :

1. Standart yang dipakai harus memiliki ketelitian yang sesuai dengan

standart yang telah ditentukan

2. Tata cara pengukuran dan alat yang digunakan harus memenuhi

persyaratan.

Pengetahuan yang harus dimiliki adalah bagaimana menetukan besaran

yang akan diukur, bagaimana mengukurnya dan mengetahui dengan apa besaran

tersebut harus diukur. Ketiga hal tersebut harus mutlak dimiliki oleh orang yang

(18)

Pengetahuan akan alat ukur dan objek yang dihadapi adalah suatu syarat

agar pengukuran yang benar dapat dilakukan. Ini juga berarti bahwa cara

melakukan pengukuran yang benar akan diperoleh.

II.2. Metode Pengukuran

Dalam pengukuran dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :

a. Metode Pengukuran Langsung

Pengukuran dikatakan pengukuran langsung bila alat ukurnya atau

pembandingnya standart, yaitu suatu pengukuran yang mempunyai nilai

standart, misalnya ukuran panjang dan berat.

(19)

b. Metode Pengukuran Tidak Langsung

Pengukuran dikatakan tidak langsung bila pembandingnya adalah suatu

yang telah dikalibrasikan terhadap besaran standart, misalnya transmitter. Karena

sulitnya untuk mendapatkan alat ukur standar, sedangkan besaran yang akan

diukur banyak sekali macamnya, maka teknologi telah menghasilkan banyak cara

untuk menghasilkan alat ukur tidak langsung. Berdasarkan pada peranan dalam

fungsinya dapat dibedakan :

a. Alat ukur penunjuk : misalnya ammeter, voltmeter, termometer,

dan lain-lain.

b. Alat ukur perekan/rekorder : misalnya rekorder temperatur,

rekorder tekanan dan lain-lain.

c. Alat ukur pengendali : misalnya pengendali temperatur

(thermostat) pada pemanas air, strika listrik dan lain-lain.

(20)

II.2.1. PRINSIP ALAT UKUR

Klasifikasi alat ukur dapat dilakukan berdasarkan aplikasinya, berdasarkan

bidangnya dan lain-lain. Untuk alat ukur tidak langsung apapun jenisnya terdapat

tiga bagian :

a. Bagian Input

b. Bagian Proses, dan

c. Bagian Otput

Ketiga bagian utama tersebut dapat digambarkan dalam blok diagram

gambar II.3 berikut ini :

Gambar 2.3. Sistem Dasar Alat Ukur

Bagian input adalah bagian dari alat ukur yang membaca atau merasakan

serta mencari informasi dari besaran yang dikehendaki dari objek pengukuran.

Bagian ini sering pula dikenal sebagai sensor atau transmitter.

Bagian pemroses adalah bagian dari alat ukur yang berfungsi sebagai

pengolah informasi yang didapat dari sensor, kemudian dijadikan informasi baru

(21)

dari alat ukur yang bertugas menyajikan hasil pengukuran yang dikeluarkan oleh

bagian pemroses dalam bentuk informasi yang mudah dimengerti untuk keperluan

selanjutnya, bagian ini misalnya display digital atau dekoder. Mengetahui

bagian-bagian dari alat ukur diatas secara mendasar adalah perlu, agar pengukuran dapat

dilakukan dengan benar dan hasil yang benar pula.

II.3. KARAKTERISTIK ALAT UKUR

Mengetahui karakteristik alat ukur adalah penting agar pekerjaan

pengukuran secara menyeluruh (persiapan, pelaksanaan dan analisis) dapat

diandalkan keberhasilannya. Seseorang tidak akan dapat merancang pengukuran

dengan benar tanpa mengetahui arti karakteristik dari alat ukur. Beberapa

karakteristik penting dari alat ukur adalah:

a. Ketelitian atau Keseksamaan (Accuracy)

Ketelitian atau accuracy didefenisikan sebagai ukuran seberapa jauh hasil

pengukuran mendekati harga sebenarnya. Ukuran ketelitian sering dinyatakan

dengan dua cara, atas dasar perbedaan atau kesalahan (error) terhadap harga yang

sebenarnya, yaitu :

- Kesalahan terhadap harga sebenarnya dalam proses :

(22)

b. Kecermatan atau Keterulangan (Precision/Repeatibility)

Adalah yang menyatakan seberapa jauh alat ukur dapat mengulangi

hasilnya untuk harga yang sama. Dengan kata lain, alat ukur belum tentu akan

dapat memberikan hasil yang sama jika diulang, meskipun harga besaran yang

diukur tidak berubah. Hal diatas berarti bahwa jika suatu mikrometer

menghasilkan angka 0,0002 mm, dan hasil yang sama akan diperoleh kembali

meskipun pengukuran diulang-ulang, dikatakan bahwa mikrometer tersebut sangat

cermat.

c. Resolusi

Resolusi adalah nilai perubahan terkecil yang dapat dirasakan oleh alat

ukur. Sebagai contoh : suatu timbangan pada jarum penunjuk yang menunjukkan

perubahan 0,1 gram (terkecil yang dapat dilihat) maka dikatakan bahwa resolusi

dari timbangan tersebut adalah 0,1 gram. Harga resolusi sering dinyatakan pula

dalam persen skala penuh.

d. Sensitivitas (Sebsitifity)

Sensitifitas adalah ratio antara perubahan pada output terhadap perubahan

pada input. Pada alat ukur yang linier, sensitivitas adalah tetap. Dalam beberapa

hal harga sensitivitas yang besar menyatakan pula keunggulan dari alat ukur yang

bersangkutan. Alat ukur yang terlalu sensitif adalah sangat mahal, sementara

(23)

II..4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ALAT UKUR

Banyak hal yang mempengaruhi kualitas kerja dari alat ukur. Dan tentunya

faktor-faktor ini juga mempengaruhi kualitas hasil pengukuran. Faktor yang

dimaksud tersebut berasal dari lingkungan terhadap alat ukur dan sebaliknya

adalah terdiri dari faktor temperatur, kelembapan, percepatan, media korosif,

radiasi nuklir dan media explosif.

a. Temperatur

Faktor ini dapat menyebabkan berubahnya sifat fisis dari bagian-bagian

alat ukur. Misalnya panjang atau dimensi fisis dari benda dapat berubah dengan

perubahan temperatur.

b. Kelembapan

Kelembapan adalah ukuran dari banyaknya uap air di udara. Kelembapan

sangat mempengaruhi kualitas dari macam-macam alat ukur maupun medianya.

Misalnya kertas sangat peka terhadap perubahan kelembapan. Persoalan ini sering

terjadi pada alat ukur perekam (rekorder). Juga pada alat ukur elektronik dapat

rusak atau berubah karakteristiknya karena kelembapan.

c. Percepatan

Bila daerah dimana alat ukur berada mengalami getaran atau gerakan

maka tidak mungkin pengukuran dengan baik. Apalagi bila alat ukur tersebut

(24)

yang diletakkan diatas papan yang bergetar, maka penunjukkannya tidak akan

teliti.

d. Media korosif

Alat ukur tekanan, temperatur, laju aliran yang terbuat dari bahan- bahan

korosif memerlukan rancangan khusus. Misalnya termokopel tidak dapat lagi

digunakan untuk mengukur temperatur larutan FeCl.

e. Radiasi Nuklir

Radiasi dapat mempengaruhi banyak sifat dari material, sehingga alat ukur

untuk bidang ini memerlukan rancangan khusus.

f. Media Explosif

Alat ukur untuk media yang mudah meledak atau terbakar harus dirancang

aman dan dapat menetralisir usaha-usaha yang dapat mempengaruhinya.

II.5. JENIS – JENIS ALAT UKUR TEMPERATUR

II.4.1. Jenis – Jenis Alat Ukur dengan metode pemuaian :

1. Termometer Air Raksa

Prinsip kerja berdasarkan perubahan temperature menyebabkan

perubahan volume, agar perubahan volume tersebut dapat tampak lebih

(25)

Gambar 2.4. Termometer Air Raksa

2. Termometer Bimetal

Dua buah logam dengan koefisien muai panjang berbeda, dan

diletakkan berdasarkan bersama-sama. Karena satu logam mempunyai

koefisien muai panjang yang lebih besar, maka kenaikan temperature akan

ditunjukkan oleh penyimpangan (defleksi) dari bimetal. Penurunan

temperature akan disertai dengan gerakan pada arah yang berlawanan.

Bimetal ini selain pengukur temperature sering pula digunakan sebagai

elemen control pada system pengontrol temperature (pada kontroler jenis

on-off).

Konstruksi antara lain :

 Spiral

 Bentuk U

 Washer

(26)

 Helik ganda

Gambar 2.5. Termometer Bimetal

3. Termokopel

Termokopel terdiri dari sambungan (junction) dari dua logam yang

berbeda. Pada sambungan ini tedapat tegangan listrik yang tergantung

temperature junction. Perubahan temperature akan memberikan harga

tegangan yang berubah pula.

Pada termokopel tedapat 3 efek yang saling berkaitan yaitu :

1. Efek Seebeck

Bila dua logam yang berbeda dan dihubungkan seperti pada gambar

v-3 maka akan timbul tegangan listrik antara kedua terminal yang

besarnya tergantung pada temperature pada junctionnya (temperature

(27)

2. Efek Peltier

Bila pada junction tersebut mengalir arus listrik maka tegangan litrik

yang terjadi akan berubah naik atau turun tegantung dari arah arus

listrik yang mengalir pada junction tersebut.

3. Efek Thomson

Bila sepanjang logam tersebut terdapat gradient temperature maka

besarnya tegangan tersebut juga akan berubah.

(28)

4. Termometer Tahanan

Termometer tahanan listrik berdasarkan perubahan tahanan listrik

suatu logam terhadap perubahan temperature, umumnya bila suatu logam

dipanaskan maka tahanan listriknya akan naik sesuai dengan

temperaturnya menurut hubungan.

Konstruksinya seperti pada gambar v-11, terdiri dari elemen perasa berupa

filament listrik diselubungi oleh sebuah pelindung. Sebagai filament listrik

yang baik umumnya digunakan platina, tembaga dan karbon. Bahan

tahanan harus mempunyai sifat :

a. penghantar panas

b. induktansi minimum

c. tidak tedapat tegangan listrik fisik

d. homogin

(29)

Gambar 2.7. Termometer Tahanan

II.6. Metode Pengukuran Temperatur.

Metode pengukuran temperatur ada dua macam yaitu :

1. Metode pemuaian panas yang diukur menghasilkan pemuaian dan

pemuaian ini dirubah kedalam bentuk gerak–gerak mekanik kemudian

dikalibrasi ke dalam angka–angka yang menunjukkan nilai panas (

temperatur ) yang diukur.

2. Panas yang diukur menghasilkan gaya gerak listrik ( Emf ) dan gaya

gerak listrik ini dikalibrasikan kedalam angka–angka yang

menunjukkan nilai proses ( temperatur ) yang diukur.

II.6.1. Sinyal Konverter

Pada gambar 3.6 memperlihatkan bentuk umum sebuah konverter P-I

(30)

Konverter P-I adalah suatu alat yang berhubungan dengan sensor dimana

untuk mengkonversikan tekanan yang dikirimkan oleh sensor untuk diubah

menjadi arus listrik standard 4-20 mA. Sinyal tekanan masukan diaplikasikan ke

bellow dan menghasilkan simpangan batang. Simpangan ini diukur oleh Linear

Variable Differential Transmitter (transformer diferensial variabel linear). Linear

Variable Differential Transmitter adalah suatu perubahan induksi magnet dari

kumparan primer ke kumparan sekunder, dimana dalam keadaan setimbang

magnet terletak ditengah dan kedua kumparan sekunder menerima fluks yang

sama. Sedangkan dalam keadaan tidak setimbang, fluks pada satu kumparan naik

dan yang lainnya turun. Pada keseimbangan, gaya kumparan (proporsional dengan

arus keluaran) sesuai dengan gaya dari bellow (proporsional dengan tekanan

sinyal masukan). Offset nol (4 mA) dalam sinyal elektrik cukup besar untuk

menggerakkan amplifier sehingga memungkinkan kedua kawat sinyal juga

berfungsi sebagai jaringan pasokan.

II.7. JENIS – JENIS AKSI KONTROL AUTOMATIK

II.7.1. Aksi Kontrol Automatik.

Kontrol automatik membandingkan harga yang sebenarnya dari

keluaran dengan harga yang diinginkan menentukan deviasi sampai

dengan nol atau sampai dengan harga terkecil yang masih diperbolehkan.

cara kontrol automatik ini yang menghasilkan sinyal kontrol disebut

dengan aksi kontrol ( Control Action ). Kontroler ( pengontrol ) automatik

(31)

a. Kontroler Aksi Dua Posisi ON – OFF

Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari pengendalian loop

tertutup sistimnya akan sepenuhnya berfungsi atau sepenuhnya tidak

berfungsi tergantung pada besar kecilnya sinyal kesalahan yang

dihasilkan contohnya pengendalian Thermostatik dari pemanas

ruangan . pemanasan akan dilakukan apabila temperatur ruangan

dibawah nilai batas tertentu , dan akan dihentikan setelah temperatur

naik hingga batas atas tertentu pengendalian diatas telah cukup

memadai, dimana respon waktu ( time response ) dari sistem tersebut

secara efektif meniadakan perubahan yang mendadak pada

keluarannya . bahkan untuk situasi tertentu pengendalian ON – OFF

adalah yang paling sesuai karena piranti yang dikendalikan juga hanya

mengenal dua kondisi, ON – OFF ( terbuka penuh atau tertutup

penuh). Didalam dunia industri, telah banyak memanfaatkan

pengendalian ON – OFF sebagai pengendalian dalam membuka dan

[image:31.595.191.405.555.705.2]

menutup jenis katup tertentu yang mengatur aliran gas atau cairan.

(32)

b. Kontroler Proporsional ( P )

Untuk mendapatkan pengendalian suatu proses yang lebih baik

tampak yang harus diperhatikan bukan saja ada tidaknya kesalahan

tetapi juga seberapa besar kesalahan yang terjadi tersebut .

pengendalian proporsional melakukan hal tersebut dengan melakukan

tindakan pengendalian yang sebanding / proporsional dengan besar

kesalahan yang terjadi . dalam prakteknya, ini berarti berapa besar

tindakan koreksi yang dilakukan sebanding dengan besar kesalahan

yang terjadi , dan selanjutnya makin mengecil setelah makin dekatnya

[image:32.595.157.456.436.591.2]

target yang diinginkan.

(33)

c. Kontroler Aksi Integral

Aksi integral sering juga disebut dengan aksi reset . bila kita

sebagai kontroler kita mengadakan perbaikan dengan mengatur

kembali katup kontrol dengan tujuan menyamakan suhu air keluar

dengan set poin .setelah mengadakan perbaikan dan menunggu sesaat

kita dapat melihat bahwa suhu air memang menurun , akan tetapi

belum sama dengan set poin bila demikian halnya kita akan

mengadakan perbaikan selanjutnya dan menunggu sesaat sampai kita

dapat melihat hasilnya. Akhirnya setelah mengadakan perbaikan

beberapa kali ( TI , T2 , T3 ) suhu air keluar dapat disamakan dengan

set poin . apa yang kita lakukan tersebut adalah mengatur kembali

bukaan katup ketika suhu air keluar menyimpang dari set poin .reset

manual tidak akan memadai untuk suatu proses dengan perubahan

yang terus – menerus .untuk itu harus disediakan suatu mekanisme

yang dapat memberikan aksi reset dan mekanisme itu kemudian

ditambahkan ke kontroler proporsional . tidak dapat dihindari bahwa

penggunaan mekanisme reset pada kontroler membuat out put

kontroler naik atau turun selama terdapat penyimpangan antara set

poin dengan variabel proses . sehingga besaran aksi reset dapat

ditentukan oleh :

1. Berapa jauh variabel proses menyimpang dari set poin

2. Berapa lama variabel proses menyimpang dari set poin

(34)
[image:34.595.189.417.93.246.2]

Gambar 2.11. Kontroler Aksi Integral

d. Kontroler Aksi Derivative

Aksi ini juga disebut aksi laju ( rate ) karena aksi ini mendahului

perubahan pada masukan ( variabel proses ) kontroler itu sendiri . pada

kurva I dan II dibawah ini terlihat bahwa sama – sama menunjukan

suhu air keluar naik 100 C untuk itu aksi proporsional untuk kedua kurva itu sama .akan tetapi luas bidang pada kurva I sedikit lebih kecil

dari luas bidang kurva II namun didapat kurva I menunjukkan

[image:34.595.139.480.572.723.2]
(35)

Output kontroler aksi derivative dapat ditentukan dengan rumusdibawah ini :

Md : D de / dt dimana

Md = prosen luaran kontroler derivative

De/dt = laju perubahan error

Bilo aksi derivative ditambahkan pada kontroler aksi proporsional + integral maka

keluaran kontroler akan menjadi :

(36)

BAB III

THERMOSTAT CONTROL VALVE

III.1. Pengertian Thermostat Control Valve

Thermostat adalah suatu alat atau suatu komponen yang dapat bekerja

secara otomatis membatasi temperatur pada suatu sistem atau media tertentu agar

sesuai dengan yang diinginkan. Thermostat ini kerjanya sangat sensitive terhadap

temperatur maka harus menggunakan alat sensor thermal yang juga sensitive

terhadap perubahan temperatur sampai saat ini alat ini merupakan alat pengontrol

temperatur yang banyak digunakan karena dapat mempertahankan temperatur

dengan konstan bahkan thermostat ini juga digunakan untuk mengatur refrigan

yang paling banyak dipakai untuk sistem refrigrasi dan air conditioning. Pada

tangki Thermostat kontrol valve ini digunakan sebagai Pengontrol temperatur

CPO pada tangki timbun ( storage tank ) agar tetap konstan yaitu pada temperatur

500 C - 600 C. Pemasangan thermostat ini dapat terpisah dari media yang dikontrol tapi sensor harus langsung berhubungan dengan media yang akan dikontrol

temperaturnya, seperti pada tangki timbun, sensor langsung dicelupkan kedalam

(37)
[image:37.595.222.417.125.271.2]

Gambar 3.13. Thermostat Control Valve

III.1.1. Komponen – komponen utama Thermostat Control Valve

Pada Thermostat Control valve terdapat berbagai komponen–komponen

yang mendukung proses pengontrolan yaitu :

a. Valve.

Valve ini berdasarkan jalan masuknya uap kedalam tangki timbun CPO,

menurut temperatur CPO yang diinginkan dimana valve yang digunakan adalah

jenis needle valve ( katup jarum ) yaitu uap yang masuk diatur oleh katup

menurut temperatur CPO yang ada dalam tangki.

(38)

Sensor thermal untuk mengukur suhu yang berbentuk tabung diisi dengan

jenis fluida yang mudah memuai. khusus yang terpasang pada tangki , Fluida yang

digunakan adalah jenis merkuri untuk memperluas kegunaan tabung sensor ini,

maka sensor thermal ini diisi dengan cairan yang tertentu, ada tiga macam sistem

pengisian yang banyak digunakan sesuai dengan batas temperatur yang diperlukan

yaitu :

1. Pengisian suhu rendah ( - 500 C - 600 C ) dengan gas.

2. Pengisian suhu tinggi ( 900 C - 1900 C ) dengan cairan.

3. Pengisian cross – ambient ( -200 C - 1000 C ) atau pengisian

khusus.

Karena temperatur yang dikontrol pada tangki timbun CPO adalah

500 C - 600 C maka pengisian sensor thermal dilakukan dengan cara pengisian yang khusus yaitu dengan mengisikan merkuri pemasangan sensor ini langsung

kedalam CPO.

(39)
[image:39.595.212.363.88.258.2]

Gambar 3.14. Tabung Sensor Thermal

c. Merkury

Jenis logam cair yang dapat menyusut dan mengembang berdasarkan

temperatur yang diterima sifat dari mercuri ini adalah sangat sensitive terhadap

perubahan temperatur.

d. Piston Penolak

Piston penolak adalah tangkai penolak yang berada di dalam yang

dilengkap oil seal yang mengontrol pada sumbu valve.

. e. Tabung Silinder

Yaitu tabung tempat piston penolak yang bekerja dengan sistem hidrolik

menutup dan membuka valve.

f. Pipa Kapiler

Pipa kapiler adalah pipa yang menghubungkan bulb ( sensor ) dengan

silinder piston ,khusus untuk pipa yang terpasang pada thermostat control valve

(40)
[image:40.595.153.456.94.324.2]

Gambar 3.15. elemen –elemen Thermostatik Control Valve

g. Control valve

Control valve merupakan elemen kontrol akhir yang umum. Ia bekerja

sebagai sebuah pembatasan yang berubah-ubah (variable restricton) dalam pipa

proses

[image:40.595.220.403.587.680.2]
(41)

III.2. Sistem Pengontrolan dengan Thermostat Control Valve

Umumnya, didalam pengukuran dibutuhkan instrument sebagai suatu

cara untuk menentukan suatu besaran atau variabel agar sesuai dengan yang

diinginkan , maka untuk itu dibutuhkan pengontrolan yang bersifat manual

maupun otomatis. Thermostat adalah suatu alat atau suatu komponen yang dapat

bekerja secara otomatis membatasi temperatur pada suatu sistem atau media

tertentu agar sesuai dengan yang diinginkan Thermostat ini kerjanya sangat

sensitive terhadap temperatur maka harus menggunakan alat sensor thermal yang

juga sensitive terhadap perubahan temperatur sampai saat ini alat ini merupakan

alat pengontrol temperatur yang banyak digunakan karena dapat mempertahankan

temperatur dengan konstan bahkan thermostat ini juga digunakan untuk mengatur

refrigan yang paling banyak dipakai untuk sistem refrigrasi dan air conditioning.

Pada tangki timbun CPO Thermostat kontrol valve ini digunakan sebagai

pengontrol temperatur CPO pada agar tetap Konstan yaitu pada temperatur 500 C - 600 C. Pemasangan thermostat Ini dapat terpisah dari media yang dikontrol tapi sensor harus langsung berhubungan dengan media yang akan dikontrol

(42)
[image:42.595.141.462.142.254.2]

Gambar 3.17. Blok Diagram Keterpasangan Thermostatic Control Valve

III.3. Pelaksanaan Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan suatu kegiatan yang meliputi kegiatan

pemeriksaan yang pemeliharaan atas kerusakan yang ada serta penggantian suku

cadang ( spare part ) untuk mendapatkan suatu keadaan operasi peralatan yang ada

sesuai dengan yang direncanakan.

Tujuan dari pelaksanaan pemeliharaan ( maintenance ) adalah :

1. Memperoleh mutu produksi yang diinginkan .

2. Memperpanjang umur dari peralatan .

3. Menekan biaya operasi yang serendah – rendahnya.

Pekerjaan pemeliharaan terhadap peralatan instrumentasi sistem kontrol

temperatur dibedakan berdasarkan bentuk kerja pemeliharaannya atas dua bagian

(43)

a. Pemeliharaan Pencegahan ( presentive maintenance )

Pemeliharaan pencegahan adalah tindakan kerja yang dilakukan terhadap

suatu peralatan dimana keadaan peralatan masih mampu beroperasi dengan baik.

Pemeliharaan yang dilakukan secara periodik dan dilakukan pada peralatan yang

sedang berlangsung dengan tidak menganggu kerja peralatan yang diberikan pada

pelaksanaannya pemeliharaan pencegahan berlangsung dengan tidak melakukan

perombakan terhadap keterpasangan peralatan yang dipelihara. Pemeliharaan

adakalanya dilaksanakan dengan penyetelan ( adjusting ) komponen. Untuk

mengetahui keberhasilan kerja pemeliharaan maka dilakukan dengan jalan

membandingkan keadaan peralatan sebelum dilakukan pemeliharaan dengan

keadaan peralatan berdasarkan hasil pemeriksaan yang termasuk dalam

pemeriksaan maintenance adalah claning, inspection, dan running maintenance.

Pemeriksaan untuk komponen kebocoran sambungan, gangguan komponen dan

gangguan pada ruang unit pengaturan pengontrolan temperatur mulai dari sensor

sampai dengan kontrol katup sebagai final elemen, pada umumnya dibuat

pemeliharaan yang terjadwal dalam periode tertentu. Hal ini memang tidak cukup

dengan memiliki program pemeliharaan yang terencana tetapi harus juga diadakan

usaha untuk menghindari terjadinya yang tidak diinginkan pada jadwal yang

ditetapkan. Seperti misalnya pembersihan bagian–bagian luar.

b. Pemeliharaan Perbaikan ( Corrective maintenance )

Pemeliharaan perbaikan adalah pekerjaan pemeliharan pada peralatan bila

terjadi kerusakan pada bagian unit peralatan tersebut agar dapat mencapai

standard semula dengan usaha dan biaya yang wajar .beberapa kerusakan pada

(44)

juga mengakibatkan terhentinya sebagian / seluruhnya peralatan produksi.

pekerjaan pengkalibrasian terhadap peralatan merupakan bagian dari

pemeliharaan perbaikan ( Corrective Maintenance ). Pekerjaan pengkalibrasian

untuk mengembalikan peralatan agar dapat berfungsi sebagai mana standarnya

atau pada batas yang ditentukan dan diterima oleh pihak pemakai. Corrective

maintenance tidak hanya memperbaiki tetapi juga mempelajari sebab–sebab

terjadinya kerusakan serta cara–cara mengatasinya dengan cepat, tepat dan benar

sehingga tercegah terulangnya Kerusakan yang serupa. Untuk mencegah

terulangya kembali kerusakan yang serupa perlu dikaji dengan mantap. Sebagai

tindakan alternatif yang dapat dipakai diantaranya suatu tindakan :

1. Mempelajari prosedur preventive maintenance, misalnya memperbaiki

jadwal Periode inpeksi .

2. Mempertimbangkan / mengganti prosedur operasi dengan melakukan

training terhadap operator untuk mengoperasikan suatu unit khusus

dengan lancar.

3. Mengganti komponen yang rusak dengan komponen yang sejenis.

4. Mengganti desain konstruksi, material yang mengalami kerusakan .

5. Mengubah / mengurangi beban pada unit .

Dengan corrective maintenance maka jumlah kerusakan dan waktu

terbentuknya peralatan ( down time ) juga berkurang sehingga kapasitas produksi

dapat ditingkatkan .dengan demikian perlu dianalisa laporan terperinci tentang

laporan kerusakan peralatan, untuk mendapat tindakan yang tepat dalam

mengatasinya atau alternatif penyelesaiannya. Pelaksanaan pemeliharaan

(45)

dibagian luar maupun yang terpasang dibagian dalam disebut Shut Down

(46)

BAB IV

PRINSIP KERJA THERMOSTAT CONTROL VALVE

IV.I. Prinsip Kerja Thermostat Control Valve Pada Tangki CPO

Suatu proses biasanya dikontrol dengan berbagai jenis instrument yang

masing-masing mempunyai tugas tertentu sehingga secara keseluruhan gabungan

instrument ini dapat melakukan tugas utama dari suatu sistem pengontrolan yaitu

mempertahankan suatu besaran proses pada suatu harga yang diinginkan.

Thermostat control valve merupakan suatu alat yang sangat diperlukan untuk

pengontrolan temperatur dalam ruangan ataupun dalam suatu media. Prinsip kerja

dari alat ini adalah berdasarkan metode pemuaian. Sensor yang diisi dengan

mercury dihubungkan langsung ke media yang akan di kontrol temperaturnya,

akibat perubahan temperatur di dalam tangki maka mercury yang ada di dalam

sensor akan cepat memuai karena mercury ini adalah zat yang sangat sensitive

terhadap perubahan temperatur sehingga mudah mengembang dan menyusut

.karena mercury yang mengembang, maka dihasilkan tekanan yang akan

mendorong piston melalui pipa kapiler yang berdiameter kecil. Piston penolak

mendorong needle valve sehingga katup tertutup dan uap sebagai media pemanas

dalam tangki terputus pada saat temperatur dalam tangki turun kembali karena uap

tidak masuk lagi, mercury dalam sensor kembali menyusut yang menyebabkan

menurunnya tekanan sehingga katup juga kembali terbuka dan steam masuk

(47)

IV.2. Alat Keterpasangan Thermostat Control Valve Pada Tangki Timbun

[image:47.595.179.497.114.442.2]

CPO

Gambar 4.18. Keterpasangan Alat Thermostat Control Valve

IV.3. Spesifikasi Peralatan

1. Thermostat

Merk : CMB SPA pomezia

Tahun : 1999

Buatan : Italia

(48)

Tipe Disain : 6232 631

Bahan : Tembaga

Scale : 300 C – 1200 C

Temperatur yang dikontrol : 500 C - 600 C

Media yang dikontrol : CPO

Detektor :

Bahan : kuningan ( 70% Cu dan 30% Zn )

Diameter luar : 3,2 cm

Diameter dalam : 3 cm

Panjang : 55 cm

Pipa kapiler :

Bahan : Tembaga

Panjang : 4 m

Diameter luar : 4 mm

(49)

Kontrol Valve

Merk : Gulde

Tipe : Needle Valve

Aksi : Air To Closed

Nominal Pressure : 1,8 kg / cm2

IV.4. Analisa Data

Dari pengukuran temperatur tangki timbun CPO dengan menggunakan

Thermostatic Control Valve ini diperoleh data sebagai berikut :

NO Bukaa n Katup

T e m p e r a t u r ( mV ) E r r o r

% T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T 0 C %

mV 0 C 1 100 2,076 2,07

7

2,075 2,077 2,076 2,075 2,076 2,075 2,077 2,076 2,076 52.29 1.29 1.43

2 50 2,294 2,29 4

2,293 2,295 2.294 2,293 2,293 2,295 2,294 2.293 2.293 56,54 1,54 1,71

3 0 2,501 2,50 1

(50)

Tabel 4.1. Data Temperature Tangki CPO dengan Menggunakan Thermostatik

Control Valve

% Kesalahan = arg tan arg x100%

Pengukuran Skala Pengukuran a H dart S a H

Dalam hal ini dapat diambil contoh dari hasil analisa data yaitu pada input sinyal

50 % .

% Kesalahan = 100%

90 55 -56,54

x

= 1,71

Dari hasil ini persen error perhitungannya tidak melebihi batas akkurasi

yaitu 2,2 % dengan demikian kondisi ini dapat diterima. Kalau data yang

dihasilkan melebihi batas

Instruksi Buka CV ... > min 500 C... max 600 C

→ 500 – 600 C

Thermostat memiliki muai yang panjang dan berbahan tembaga : α tembaga = ....?

dapat diturunkan dengan rumus sebagai berkut :

(51)

r = t ( 3 ( 1 + m2) ) + ( 1 + mn) (m2 + mn

1 ) )

6 ( A – B ) ( T – T0 ) ( 1 + m ) 2

T – T0 = t ( 1 + m2) ) + ( 1 + mn) (m2 + mn

1 )

6 ( A – B ). r. ( 1 + m ) 2

Karena termostatnya memiliki muai yang panjang dan berbahan tembaga

maka dapat di rumuskan ke dalam persamaan sebagai berikut

r = t ( 3 ( 1 + m2) ) + ( 1 + mn) (m2 + mn

1 ) )

6 (α A – α B ) ( T – T0 ) ( 1 + m ) 2

... persamaan 1

(52)

T – T0 = t(3 ( 1 + m2) ) + ( 1 + mn) (m2 + mn

1 ))

... persamaan 2

Dapat dihitung kedalam perumusan yang dimuat dalam data Thermostat Control

Valve sebagai berikut :

1. Dalam posisi 100 %, maka :

1 mV = mV

C

°

= 18,94 076 , 2 29 , 52 = 0 C

2. 1 mV =

mV C

° (50 %)

(53)

3. 1 mV =

mV C

° (0%)

= 24,61 501

, 2

57 , 61

= 0

C

Setelah didapatkan temperaturnya, kemudian akan diperoleh ∆T yaitu sebagai

berikut :

1. ∆T = 18,94 (100%)

Emf = 0,758 – 0,718

= 0,04 : 100

= 0,0004 0C

2. ∆T = 24,66 (50%)

Emf = 0,960 – 0,919

= 0,041 : 100

(54)

3. ∆T = 24,61 (0%)

Emf = 0,960 – 0,919

= 0,041 : 0

= 0,0410C

Setelah ∆T didapatkan dengan menggunakan Emf, maka untuk ∆T yang

bernilai 10 C, maka dapat dicari sebagai berikut :

1. ∆T1 = 10 C (100%)

= 0,398 19 758 , 0 = 0 C

2. ∆T2 = 10 C (50%)

= 0,04 24 960 , 0 = 0 C

3. ∆T3 = 10 C (0%)

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan pada hal-hal yang telah diuraikan, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan diantaranya :

1. Thermostat Control Valve terdiri dari 3 elelmen yang penting yaitu

Thermostat, sensor thermal dan control valve.

2. Pada proses pengoperasiannya, Thermostat Control Valve dapat

dipengaruhui oleh faktor kotoran yang menempel pada ujung sensor

thermal sehingga menggangu proses pengukuran.

3. Pengontrolan temperature dengan menggunakan Thermostat Control

Valve pada tangki timbun CPO sangat penting untuk kesempurnaan

pemisahan Olein dan Stearin pada CPO.

2.2.Saran

1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dan mempermudah proses

pembacaan alat ukur maka penulis menyarankan untuk

(56)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dasar – dasar Mesin Pendingin, Oleh : Drs. Sumanto ,MA. Penerbit Andi

Yogyakarta.

2. Buku Diktat “ Teknik Instrumentasi Pabrik I ”, Oleh : Ir.H. mansyur, Msi.

3. Buku Diktat “ Teknik Instrumentasi Pabrik II ”, Oleh : Ir.H. mansyur, Msi.

4. Holman . J.P .Metode Pengukuran , edisi ke empat erlangga , Jakarta ,1983.

Gambar

Gambar. 2.1. Metode dilihat langsung
Gambar. 2.2. Metode tidak langsung
gambar II.3 berikut ini :
Gambar 2.5. Termometer Bimetal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan terhadap informativeness

Suatu rencana yang harus dibuat oleh calon peneliti sebelum terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data dan informasi yang kemudian diolah.. Mencari tahu berhubungan dengan

Dibandingkan dengan penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini dilakukan modifikasi pada penggunaan variabel, periode waktu yang diteliti, penggunaan analisis

Psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic education). Pendidikan

1. Negara-negara peserta wajib membuat peraturan-peraturan yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap wanita dibidang pemeliharaan kesehatan dan supaya

Berdasarkan fenomena ini, seringkali pengambil keputusan belum dapat menyu- sun skala prioritas dari kondisi ini atau dengan kata lain variabel mana yang harus

2) Guru model (mahasiswa) melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah (lesson study). Beberapa mahasiswa program studi yang sama dari sekolah lain beserta

Sertifikat Badan Usaha (SBU) Kualifikasi Usaha Non Kecil dengan klasifikasi Bangunan Sipil - Subklasifikasi jasa pelaksana untuk konstruksi jalan raya