UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH RASIO PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP AKTIVA PAJAK TANGGUHAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
NAMA : KRISTIAN P. SITORUS
NIM : 050503016
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Rasio
Profitabilitas Perusahaan Terhadap Aktiva Pajak Tangguhan Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan
judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh
mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk Program Reguler S-1
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua
sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar
adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juli 2010 Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan hikmat dan kemudahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat waktu guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Sumatera Utara.
Sepanjang proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
bantuan, dukungan serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail,
MM, Ak. selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing.
Terima kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan
kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Dra. Narumondang B. Srg, MM, Ak selaku Dosen Pembanding/
Penguji I dan Drs. Wahidin Yasin, Msi, Ak selaku Dosen Pembanding/
Penguji II atas saran-sarannya.
5. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Drs. Salman Sitorus, MM, Ak dan
dukungan, didikan, dan semangat yang sangat berarti. Semoga penulis
dapat menjadi anak yang dapat dibanggakan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca
untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi para pembacanya.
Medan, Juli 2010 Peneliti,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rasio profitabilitas berpengaruh baik simultan maupun parsial terhadap aktiva pajak tangguhan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel return on asset (ROA), return on equity (ROE) dan net profit margin (NPM) sebagai variabel independen dan aktiva pajak tangguhan sebagai variabel dependen.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 35 perusahaan. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan sampel yang diperoleh dalam penelitian ini berjumlah 23 perusahaan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah motode analisis statistic deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis (uji t, uji F dan uji determinasi). Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengn menggunakan program computer SPSS 16.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel return on asset, retun on equity dan net profit margin berpengaruh secara simultan terhadap aktiva pajak tangguhan. Secara parsial return on asset , return on equity dan net profit margin berpengaruh positif dan signifikan berpengaruh terhadap aktiva pajak tangguhan.
ABSTRACT
This research have a purpose to knowing that profitability ratio have an effect neither simultan nor parsial to differed tax asset to manufactur company in Indonesian Stock Exange. The independend variabel in this research are return on asset (ROA), return on equity (ROE) dan net profit margin (NPM) and the dependend variabel is differed tax asset.
The population in this research is manufactur company on sector of consumen industry listed in Indonesia Stock Exchange year 2006-2008. The population in this research is amount 35 company. Sampel election is gotten by purposive sampling method and number of sample is gotten in this reaserarch is 23 company .The method analyze that used are Statistic deskriptif, analyze, classic asumtion test and hipothesyst test (t test , F test and determination test). The examination in this research use SPSS 16 computer program.
The result in this research show that return on asset, retun on equity and net profit margin together (simultan) have an effect to differed tax asset. Individually return on asset , return on equity dan net profit margin have a positif effect to differed tax asset.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 9
1. Pajak ... 9
a. Pengertian Pajak ... 9
c. Perbedaan Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan
Keuangan Fiskal ... 12
d. Hubungan Laporan Keuangan Fiskal Dengan Laporan Keuangan Komersial ... 14
2. Pajak Tangguhan ... 14
a. Pengertian Pajak Tangguhan ... 14
b. Metode Pengangguhan Pajak Tangguhan ... 15
3. Aktiva Pajak Tangguhan ... 17
a. Pengertian Aktiva Pajak Tangguhan ... 17
b. Contoh Perhitungan Aktiva Pajak Tangguhan ... 17
4. Profitabilitas ... 20
a. Pengertian Profitabilitas ... 20
b. Tujuan dan Manfaat Profitabilitas ... 21
c. Jenis-Jenis Profitabilitas ... 22
B. Tinjauan Penelitian terdahulu ... 24
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 25
1. Kerangka Konseptual ... 25
2. Hipotesis Penelitian... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
D. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29
1. Klasifikasi Variabel ... 29
2. Defenisi Operasional dan Pengekuran Variabel ... 29
E. Metode dan Teknik Analisis Data ... 30
1. Pengujian Asumsi Klasik ... 30
a. Uji Normalitas ... 31
b. Uji Multikolineritas ... 32
c. Uji Heteroskedastisitas ... 32
d. Uji Autokorelasi ... 33
2. Uji Hipotesis ... 34
a. Uji Koefisien Determinasi... 34
b. Uji F ... 35
c. Uji t ... 36
F. Jadwal Peneltian ... 36
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Statistik Deskriptif ... ..37
B. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 38
1. Hasil Uji Normalitas Data ... 38
2. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 43
3. Hasil Uji Autokorelasi ... 45
4. Hasil Uji Multikolinearitas... 46
1. Uji Koefisien Determinasi ... 47
2. Hasil Pengujian Simultan (Uji F) ... 48
3. Hasil Pengujian Parsial (Uji t) ... 49
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 44
B. Keterbatasan ... 44
C. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 3.1 Tabel Pemilihan Sampel ... 28
Tabel 4.1 Statitstik Deskriptif ... 37
Tabel 4.2 One–Sample Kolmogorov–Smirnov Test (sebelum transformasi0 ... 40
Tabel 4.3 One–Sample Kolmogorov–Smirnov Test (setelah transformasi0 ... 42
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 44
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 45
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 46
Tabel 4.6 Uji Koefisien Determinasi... 47
Tabel 4.7 Hasil Uji F ... 48
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 25
Gambar 4.1 Grafik Histogram (sebelum transformasi ... 39
Gambar 4.2 Grafik P Plot ( sebelum transformasi) ... 39
Gambar 4.3 Grafik Histogram (setelah transformasi) ... 41
Gambar 4.4 Grafik P Plot ... 42
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Populasi Penelitian ... 56
Lampiran ii Sampel Penelitian ... 57
Lampiran iii Data Penelitian ... 58
Lampiran iv Statistik Deskriptif ... 67
Lampiran v Hasil Uji Normalitas ... 67
Lampiran vi Hasil Uji Normalitas ... 69
Lampiran vii Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 70
Lampiran viii Hasil Uji Autokorelasi... 71
Lampiran ix Hasil Uji Multikolinearitas ... 72
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rasio profitabilitas berpengaruh baik simultan maupun parsial terhadap aktiva pajak tangguhan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel return on asset (ROA), return on equity (ROE) dan net profit margin (NPM) sebagai variabel independen dan aktiva pajak tangguhan sebagai variabel dependen.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 35 perusahaan. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan sampel yang diperoleh dalam penelitian ini berjumlah 23 perusahaan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah motode analisis statistic deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis (uji t, uji F dan uji determinasi). Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengn menggunakan program computer SPSS 16.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel return on asset, retun on equity dan net profit margin berpengaruh secara simultan terhadap aktiva pajak tangguhan. Secara parsial return on asset , return on equity dan net profit margin berpengaruh positif dan signifikan berpengaruh terhadap aktiva pajak tangguhan.
ABSTRACT
This research have a purpose to knowing that profitability ratio have an effect neither simultan nor parsial to differed tax asset to manufactur company in Indonesian Stock Exange. The independend variabel in this research are return on asset (ROA), return on equity (ROE) dan net profit margin (NPM) and the dependend variabel is differed tax asset.
The population in this research is manufactur company on sector of consumen industry listed in Indonesia Stock Exchange year 2006-2008. The population in this research is amount 35 company. Sampel election is gotten by purposive sampling method and number of sample is gotten in this reaserarch is 23 company .The method analyze that used are Statistic deskriptif, analyze, classic asumtion test and hipothesyst test (t test , F test and determination test). The examination in this research use SPSS 16 computer program.
The result in this research show that return on asset, retun on equity and net profit margin together (simultan) have an effect to differed tax asset. Individually return on asset , return on equity dan net profit margin have a positif effect to differed tax asset.
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat merupakan tanggung jawab
Negara yang berdaulat. Dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara serta untuk menggerakkan roda pemerintahan, kepastian hukum dan
jaminan keadilan diwujudkan dengan membuat berbagai undang-undang,
peraturan, serta kebijakan yang sesuai aspirasi masyarakat dan kondisi sosial,
ekonomi, dan politik yang sedang berkembang. Terbukanya demokrasi membuat
masyarakat kritis menyikapi berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
(DPR sebagai lembaga kontrol semakin aspiratif). Akibat dari iklim keterbukaan
ini, pemerintah merasa perlu merevisi, menyempurnakan bahkan merombak
berbagai peraturan yang bersifat publik yang dirasakan sudah tidak sesuai lagi
dengan kebutuhan masyarakat.
Dalam kaitannya dengan bidang perpajakan, reformasi dan perubahan
kebijakan juga sudah dilakukan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada dasarnya
adalah untuk meningkatkan kinerja perekonomian nasional, termasuk masyarakat
dan bidang usaha sebagai penyeimbang yang berkembang tidak dapat terlepas dari
peraturan-peraturan bidang perpajakan, yang dimaksudkan sebagai langkah
antisipasi pemerintah dalam menghadapi kemajuan bidang usaha baru untuk tetap
menjadi objek pajak dan memberi kepastian hukum bagi masyarakat dan sebagai
dalam upaya ekstensifikasi dan intensifikasi bidang perpajakan serta penegakan
supremasi hukum.
Berkaitan dengan hal ini, pemasukan penerimaan dari sektor pajak cukup
berarti bagi pendapatan pemerintah. Ini tercermin dari pembiayaan belanja negara
yang semakin lama semakin bertambah besar, ditambah dengan kondisi negara
yang dibebani oleh hutang sehingga diperlukan penerimaan negara yang berasal
dari dalam negeri yang semakin lama semakin sulit diharapkan. Hal ini berarti
bahwa semua pembelanjaan negara harus dibiayai dari pendapatan negara, yaitu
dari penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak.
Jika dipetakan, sistem pemungutan pajak terdiri dari tiga yaitu Self
Assessment System, Official Assessment System, dan yang terakhir, Withholding
Tax System. Ketiga sistem ini mempunyai ciri khas berbeda satu dengan lainnya.
Sistem Self Assesment merupakan sistem pemungutan utang pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak dalam menghitung,
membayar, dan melaporkannya sendiri secara teratur jumlah kewajiban
perpajakannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku tanpa
menunggu adanya suatu ketetapan pajak. Sistem Official Assessment merupakan
suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus ) untuk penentuan pajak terutang. Jadi, hakekat dari sistem ini adalah
fiskus memiliki wewenang yang sangat besar dalam menentukan pajak terutang
dari wajib pajak. Sementara dalam sistem pemungutan pajak atau dipungut yaitu
pihak yang dipotong atau dipungut, pajak yang sudah dibayarnya itu dapat
berfungsi sebagai pengurang pajak diakhir tahun.
Inti dari sistem ini adalah adanya pengalihan sebagian wewenang Dirjen
Pajak dalam menerapkan besarnya kewajiban pajak kepada wajib pajak. Peran
aktif masyarakat sebagai wajib pajak dituntun dalam memenuhi kewajiban
pajaknya. Dengan adanya sistem pemungutan Self Assessment dan reformasi
peraturan perpajakan diharapkan dapat meningkatkan penerimaan dalam negeri ke
arah kemandirian pembiayaan negara sebagaimana fungsi utama pajak, yaitu
fungsi budgetair yang diartikan sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Penjualan merupakan salah satu elemen dalam laporan laba rugi yang
dikenakan dari segi Pajak Penghasilan (PPh). Dilihat dari sudut pandang PPh,
penjualan adalah kegiatan transaksi ekonomi yang dapat menghasilkan
penghasilan, penghasilan tersebut merupakan objek pajak PPh yang nantinya pada
akhir tahun harus dilaporkan oleh wajib pajak didalam Surat Pemberitahuan
(SPT). Informasi dapat diperoleh dengan menganalisis laporan keuangan yang
diterbitkan secara periodik oleh perusahaan. Dari semua informasi dan analisis
laporan keuangan, investor umumnya lebih memperhatikan profitabilitas
perusahaan. Hal ini desebabkan karena tingkat return yang diterima oleh investor
tergantung pada tingkat profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahan
untuk menghasilkan laba dari kegiatan operasionalnya. Makin tinggi laba, makin
Dari semua informasi yang terkait dalam kemampuan perusahan dalam
meningkatkan laba dapat dilihat dari analisis laporan keuangan. Persoalan yang
sering muncul dalam masalah relevansi laporan keuangan adalah pengunaan
pendekatan berguna bagi pembuatan keputusan (decision usefulness approach).
Terdapat banyak pengguna laporan keuangan yang masing-masing mempunyai
kepentingan yang berbeda, yang biasanya dikelompokkan dalam kategori seperti
investor, kreditor manajer, pembuat peraturan, perserikatan, dan pemerintah
(kelompok-kelompok tersebut disebut constituancies). Dengan memahami
masalah keputusan, akuntan akan lebih baik menyiapkan laporan keuangan untuk
memenuhi kebutuhan informasi sebagai pengguna. Dengan menyesuaikan
informasi laporan keuangan pada kebutuhan pengguna laporan keuangan tersebut
akan mengarahkan pada pembutan keputusan yang lebih baik. Dalam cara ini
laporan keuangan dapat dikatakan akan lebih berguna (usefull).
Laporan keuangan umumnya terdiri atas dua macam. Laporan keuangan yang
dimaksud diantaranya adalah laporan keuangan fiskal dan laporan keuangan
komersial. Laporan keuangan fiskal pada umumnya berbeda dengan laporan
keuangan komersial, karena laporan keuangan fiskal disusun berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sedangkan laporan
keuangan komersial disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Secara spesifik perbedaan itu pada umumnya terdapat dalam pengakuan
penghasilan dan biaya antara SAK dan undang-undang perpajakan. Perbedaan
tersebut disebabkan karena perbedaan waktu dan perbedaan tetap. Untuk itu
Laporan keuangan fiskal bertujuan menghitung besarnya pajak terutang.
Sanksi yang diberikan sehubungan dengan laporan keuangan fiskal apabila terjadi
penyimpangan adalah sanksi administrasi berupa bunga, atau kenaikan pajak.
Selain itu ada juga sanksi administrasi berupa bunga, atau kenaikan pajak. Selain
itu ada juga sanksi pidana berupa kurungan atau penjara. Di dalam menentukan
penghasilan atau pendapatan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dan
undang-undang perpajakan terdapat persamaan dan perbedaan. Perbedaan yang
terjadi atas kedua dasar tersebut maka dilakukan koreksi fiskal, sehingga dari
koreksi fiskal ini disusun laporan keuangan fiskal.
Koreksi fiskal tersebut mempunyai dampak terhadap meningkatnya pajak
penghasilan badan, oleh karena itu terhadap koreksi fiskal tersebut perlu
dilakukan penelitian kembali agar biaya-biaya tersebut tetap sebagai biaya
perusahaan maupun sebagai biaya fiskal yang nantinya dapat mengurangi
besarnya pajak penghasilan.
Masalah yang timbul dalam akuntansi untuk pajak penghasilan adalah bahwa
standard atau aturan yang digunakan dalam pelaporan akuntansi, dalam hal ini
adalah pernyataan Standar Akuntansi Keuangan seringkali tidak sama atau
bertentangan dengan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia dalam
menentukan laba atau penghasilan kena pajak.
Aktiva pajak tangguhan terjadi bila laba akuntansi lebih kecil daripada laba
fiskal akibat perbedaan temporer. Lebih kecilnya laba akuntansi daripada laba
fiskal mengakibatkan perusahaan dapat menunda pajak terutang tersebut pada
jumlah memadai untuk dapat dikompensasi dengan saldo rugi fiskal yang dapat
dikompensasikan atau bila dimungkinkan adanya realisasi manfaat pajak di masa
depan dengan profitabilitas kurang dari 50 persen (Endang Kiswara, 2007), maka
aktiva pajak tangguhan tidak diakui dan perusahaan akan mencatat cadangan
aktiva pajak tangguhan. Sebaliknya untuk kewajiban pajak tangguhan terjadi bila
laba akuntansi lebih besar daripada laba fiskal akibat perbedaan temporer.
Dalam hal perbedaan tersebut, ada yang bersifat sementara (temporary
different) dan ada yang bersifat tetap (permanent different). Atas perbedaan
tersebut harus dilakukan suatu tahapan yang disebut rekonsiliasi fiskal, sehingga
pada akhirnya dapat diketahui laba fiskal perusahaan. Perbedaan tetap adalah
merupakan suatu konsekuensi yang harus diterima bahwa hal tersebut harus
dikeluarkan dari laporan laba rugi karena secara fiskal atau berdasarkan peraturan
pajak tidak dapat dibebankan atau bukan merupakan penghasilan. Berbeda dengan
perbedaan tetap, perbedaan sementara baik secara standard akuntansi maupun
peraturan perpajakan boleh diakui, hanya saja waktu pengakuannya PSAK no.46,
banyak perusahaan yang mengabaikan perbedaan tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Ivan Hasudungan Sihombing (2008) yang
berjudul “Pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap aktiva pajak tangguhan
(differed tax asset) pada perusahaan manufaktur di BEI”. Dimana variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, ROA, operating income dan market
capitalisation. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
digunakan adalah teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara simultan ROA, ROE, operating income dan market capitalisation
berpengaruh signifikan terhadap aktiva pajak tangguhan. Secara parsial ROA dan
operating income berpengaruh signifikan terhadap aktiva pajak tangguhan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menguji kembali penelitian
yang dilakukan oleh Ivan Hasudungan Sihombing (2008). Adapun judul yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:“Pengaruh Rasio Profitabilitas
Perusahaan Terhadap Aktiva Pajak Tangguhan pada Perusahaan Manufaktur di BEI”.
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini dapat diindentifikasikan sebagai berikut: “Apakah rasio
profitabilitas berpengaruh baik simultan maupun parsial terhadap aktiva pajak
tangguhan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia ?.”
C.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah rasio profitabilitas
berpengaruh baik simultan maupun parsial terhadap aktiva pajak tangguhan pada
D.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai
hubungan antara variabel-variabel yang dalam hal ini adalah ROA, ROE
dan net profit margin terhadap aktiva pajak tangguhan, dan memberikan
penjelasan serta memperbaiki teori yang sudah ada mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi aktiva pajak tangguhan disuatu perusahaan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi investor
untuk menambah wawasan mengenai pasar modal terutama mengenai
profitabilitas dan aktiva pajak tangguhan. Diharapkan juga dapat
memberikan kontribusi untuk penelitian selajutnya dalam hal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Pajak
a. Pengertian Pajak
Menurut Mardiasmo (2001;15), “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum”. Menurut MJH. Smeets (2002 ; 3),“Pajak
adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum,
dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan
secara individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah”.
Menurut Sukrisno Agoes (2003;10)
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunaya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
b.Konsep Penghasilan dan Beban Menurut Akuntansi Pajak
Penghasilan adalah jumlah uang yang akan diterima atas usaha yang
dilakukan orang perorangan, badan dan bentuk usaha lainnya yang dapat
digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti mengkonsumsi atau menimbun serta
Pratt dalam John Hutagaol (2000:26) menyatakan,
Net income is the difference between the revenue generate by a company in a particular time period and the expenses required to generate those revenues.” Pendapatan bersih adalah perbedaan antara pendapatan menghasilkan oleh suatu perusahaan di dalam periode waktu tertentu dan biaya yang diperlukan untuk menghasilkan pendapatan.)
Menurut kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal. Dari definisi diatas dapat disimpulkan kerangka
dasar tersebut meliputi pendapatan maupun keuntungan yang timbul didalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan. Pendapan maupun keuntungan biasa didapat
melalui penjualan penghasilan jasa, royalti dan sewa.
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal. Defenisi beban dalam kerangka dasar Standar
Akuntansi Keuangan mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa meliputi beban pokok penjualan, gaji
dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya
aktiva seperti kas, persediaan aktiva tetap.
Menurut pasal 4 ayat (1) UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan
keempat atas UU Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yang dimaksud
atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun luar
Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Ketentuan
mengenai biaya dalam perpajakan diatur dalam pasal 6 dan pasal 9 UU PPh yaitu
yang mengatur biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dan
yang tidak boleh dikurangkan.
1) Laporan Keuangan Komersial
Pengertian laporan keuangan menurut Myer (2003:105) dalam bukunya
Financial Statement Analysis mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
laporan keuangan adalah “Dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada
akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar
neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar
rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi
perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau
daftar laba yang tak dibagikan (laba ditahan)”. Sedangkan menurut Irham
Fahmi (2004) mendefinisikan laporan keuangan merupakan pertanggung
jawaban manajemen sumberdaya yang dipercayakan kepadanya.
2) Laporan Keuangan Fiskal
Ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tertentu tentang pengukuran dan
pengakuan terhadap unsur-unsur yang umumnya terdapat dalam laporan
keuangan. Ukuran itu dapat saja kurang sejalan dengan prinsip akuntansi.
laporan keuangan perpajakan mempunyai motivasi untuk mempersempit
erosi potensi pengenaan pajak dan pemberian dorongan investasi
c. Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal
Adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara akuntansi
komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan laporan keuangan komersil dengan
laporan keuangan fiskal dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak dan
pajak penghasilan badan. Perbedaan tersebut timbul karena adanya perbedaan
kepentingan antara akuntansi komersial yang mendasar laba pada konsep
matching cost against revenue dengan konsep dasar fiskal yang tujuan utamanya
adalah penerimaan Negara.
Perbedaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan
fiskal dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu perbedaan tetap (permanent
differences) dan perbedaan sementara (temporary differences).
1) Perbedaan Tetap
Perbedaan permanen terjadi karena administrasi pajak menghitung laba
fiskal berbeda dengan laba pembukuan (menurut standar akuntansi) tanpa
koreksi dikemudian hari. Perbedaan tetap merupakan “pos-pos yang
termasuk dalam laba keuangan sebelum pajak atau termasuk dalam laba
kena pajak tetapi tidak pernah termasuk dalam laba keuangan sebelum
pajak.” (Kieso dan Weygandt, 2002). Perbedaan tetap ini dapat timbul bila
pengakuan biaya dan penghasilan yang secara komersial merupakan biaya
dan penghasilan, tetapi untuk tujuan perpajakan secara tetap bukan
pajak penghasilan. Contoh perbedaan permanen yaitu penghasilan yang
telah dikenakan PPh final, biaya sumbangan, biaya yang bersifat
natura/kenikmatan. Dalam kaitannya dengan akuntansi, perbedaan tetap
hanya berkaitan dengan perhitungan total pajak penghasilan yang harus
dibayar untuk suatu periode normal tertentu (satu tahun buku), sehingga
tidak menimbulkan masalah dalam alokasi pajak penghasilan untuk
periode berikutnya.
2) Perbedaan Sementara
Defenisi perbedaan temporer adalah selisih antara dasar pajak untuk suatu
aktiva atau kewajiban dengan nilai yang dilaporkan dalam neraca, yang akan
menghasilkan jumlah-jumlah yang dapat dikenakan pajak atau yang dapat
dikurangkan di tahun mendatang. Menurut Waluyo (2008:215), “perbedaan
temporer adalah perbedaan antara dasar pengenaan pajak (tax base) dari suatu
asset atau kewajiban dengan nilai tercatat pada asset dan kewajiban yang
berakibat pada perubahan laba fiskal periode mendatang. Terjadinya perubahan
tersebut dapat bertambah (future tas amount) atau berkurang (future deductible
amount) pada saat asset dipulihkan atau kewajiban dilunasi atau dibayar. Jadi
perbedaan temporer tersebut timbul karena periode pengakuan yang berbeda
anatara akuntansi dan perpajakan yang mungkin disebabkan karena gangguan
metode atau estimasi yang berbeda unutk keperluan akuntansi dan unutk
keperluan perpajakan. Perbedaan temporer ini hanya bersifat sementara berarti
mendatang, dimana selisih secara total adalah nihil. Menurut Waluyo (2008:215)
perbedaan temporer terjadi pada kondisi:
a) Penghasilan atau beban yang harus diakui untuk menghitung laba fiskal atau laba komersil pada periode berbeda
b) Goodwiil positif atau goodwill negative yang terjadi pada saat konsolidasi.
c) Perbedaan nilai tercatat dengan tax base dari suatu asset atau kewajiban pada saat pengakuan awal.
d) Bagian dari biaya perolehan atau penggabungan usaha yang bermakna akuisisi dialokasikan ke asset atau kewajiban tertentu atas dasar nilai wajar, perlakuan akuntansi demikian tidak diperkenankan oleh undang-undang pajak.
d. Hubungan Laporan Keuangan Fiskal dengan Laporan Keuangan Komersial
Laporan keuangan fiskal yang dilampirkan pada SPT dapat disusun dengan
proses penyesuaian atau rekonsiliasi ketentuan perpajakan terhadap laporan
komersial. Untuk mengamankan data historis, atas penyesuaian itu perlu diadakan
pencatatan terhadap pos-pos yang menyebabkan perbedaan sementara (timing
difference) antara ketentuan pajak dan standar akuntansi keuangan, misalnya
penyusutan. Implikasi dari aktivitas itu menunjukkan adanya perangkat
“pembukuan ganda” terhadap pos-pos tertentu yang memungkinkan adanya
perbedaan antara ketentuan perpajakan dengan standar akuntansi komersial untuk
mengamankan kontinuitas rekonsiliasi. Namun, karena pembukuan itu dapat
direkonsiliasikan, secara yuridis fiskal “pembukuan ganda” itu dapat
2. Pajak Tangguhan
a. Pengertian Pajak Tangguhan
Menurut Waluyo (2008:216), “Pajak Tangguhan sebagi jumlah pajak
penghasilan yang terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat perbedaan
temporer yang boleh dikurangkan dari sisa kerugian yang dapat di
kompensasikan. Pengakuan pajak tangguhan berdampak terhadap berkurangnya
laba atau rugi bersih sebagai akibat adanya kemungkinan pengakuan beban pajak
tangguhan dan manfaat pajak tangguhan”.
Dalam situs http:// hardijma. Wordpress.com dikatakan bahwa:
Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa yang akan dating yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuaan akuntansi dan perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat
dikompensasi di masa yang akan datang (tax loss carry forward) yang perlu disajikan adalam laporan keuangan dalam suatu periode tertenu . Dampak PPH dimasa yang akan datang yang perlu diakui , dihitung, disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan, baik neraca maupun laba rugi. Suatu perusahaan biasa saja membayar pajak lebih kecil saat ini, tapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang membayar pajak lebih besar saat ini, tetapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak di masa datang tersebut tidak tersaji dalam neraca dan laba rugi, maka laporan keuangan bisa saja
menyesatkan pembaca.
b. Metode Penangguhan Pajak Tangguhan
Dengan berlakunya PSAK 46, timbul kewajiban bagi perusahan untuk
menghitung dan mengakui pajak tangguhan dengan menggunakan pendekatan the
asset and liability method. Untuk mengakui pajak tangguhan, PSAK No. 46
1) Pendekatan Aktiva
Apabila pada tahun berjalan, nilai tercatat aktiva lebih besar daripada dasar
pengenaan pajak aktiva maka akan timbul perbedaan temporer kena pajak.
Akibatnya, untuk tahun mendatang ada kewajiban pajak penghasilan yang diakui.
Kewajiban pajak penghasilan di tahun mendatang tersebut diakui sebagi
kewajiban pajak tangguhan (Deferred Tax Liabilities) pada tahun berjalan.
Sebaliknya jika nilai tercatat aktiva lebih kecil daripada dasar pengenaan pajak
aktiva maka akan timbul perbedaan temporer yang boleh dikurangkan. Akibatnya,
untuk tahun mendatang ada manfaat ekonomi yang diperoleh dalam
bentukpengurangan pajak penghasilan. Pengurangan pajak penghasilan di tahun
mendatang tersebut diakui sebagai aktiva pajak tangguhan (Deferred Tax Assets)
pada tahun berjalan.
Aktiva pajak tangguhan (Deferred Tax Asset), timbul apabila beda waktu
menyebabkan terjadinya koreksi positif sehingga beban pajak menurut akuntansi
lebih kecil dari pada beban pajak menurut peraturan perpajakan. Aktiva pajak
tangguhan adalah jumlah PPh terpulihkan pada periode mendatang sebagi akibat
adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi
kerugian.
2) Pendekatan Kewajiban
Apabila pada tahun berjalan, nilai tercatat kewajiban lebih besar daripada
dasar pengenaan pajak kewajiban maka akan timbul perbedaan temporer yang
boleh dikurangkan. Akibatnya, untuk tahun mendatang ada manfaat ekonomi yang
penghasilan di tahun mendatang tersebut diakui sebagi aktiva pajak tangguhan
(Deferred Tax Liabilities) pada tahun berjalan. Sebaliknya apabila nilai tercatat
kewajiban lebih kecil daripada dasar pengenaan pajak kewajiban maka akan
timbul perbedaan temporer kena pajak. Akibatnya, untuk tahun mendatang ada
kewajiban pajak penghasilan yang diakui. Kewajiban pajak penghasilan di tahun
mendatang tersebut diakui sebagai kewajiban pajak tangguhan (Deferred Tax
Liabilities) pada tahun berjalan.
Kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities), timbul apabila beda
waktu menyebabkan terjadinya koreksi negatif sehingga beban pajak menurut
akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan.
Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah PPh terutang untuk periode mendatang
sebagi akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
3. Aktiva Pajak Tangguhan
a. Pengertian Aktiva Pajak Tangguhan
Menurut PSAK 46, “aktiva pajak tangguhan ( differed tax asset) adalah
jumlah pajak penghasilan yang terpulihkan (recovered) pada periode mendatang
sebagai akibat perbedaan temporer yang telah dikurangkan dan sisa kerugian yang
dapat dikompensasikan.
Menurut Mulyono (2006:217)
b. Contoh Perhitungan Aktiva Pajak Tangguhan
Perhitungan pajak tangguhan pada pelaksanaanya mendasarkan tarif rata-rata
/efektif atau tarif maksimum pajak penghasilan sebagai contoh tarif maksimum
pajak penghasilan sesuai pasal undang-undang pajak penghasilan sebesar 30 %
(tiga puluh persen). Sebagai penerapannya perhatikan contoh sebagai berikut:
Data yang diperoleh dari laporan keuangan PT Sari tahun 2008 beserta
unsur-unsur koreksinya sebagai berikut:
a) Laba komersial sebelum pajak Rp. 1.200.000.000
b) Koreksi positif atas:
− Beban pemberian natura Rp. 50.000.000
− Penyusutan bangunan kantor Rp 230.000.000
− Pendapatan sewa Rp 10.000.000
− Sanksi Bunga Pajak Rp 45.000.000
c) Koreksi negatif atas:
− Amortisasi Rp 60.000.000
− Pendapatan jasa giro Rp 30.000.000
− Penyusutan bangunan pabrik Rp 100.000.000
Data lainnya yang berupa kredit pajak atas:
− PPh pasal 22 Rp 30.000.000
− PPh pasal 23 Rp 5.000.000
− PPh pasal 24 Rp 50.000.000 − PPh Pasal 25 Rp.100.000.000
1) penghasilan kena pajak
2) pajak terhutang dan pajak yang kurang atau lebih dibayar
3) tetapkan aktiva pajak tangguhan
4) susunlah ayat jurnal dan penyajian dalam laporan keuangan
JAWAB:
Perhitungan pajak terhutang:
Laba komersial sebelum pajak Rp. 1.200.000.000
Koreksi perbedaan tetap:
− Beban pemberian Natura Rp 50.000.000
− Pendapatan sewa Rp 10.000.000
− Sanksi bunga pajak Rp 45.000.000
− Pendapatan jasa giro (Rp30.000.000)+
Rp 75.000.000
Rp 1.275.000.000 +
Koreksi perbedaan waktu:
− Penyusutan bangunan kantor Rp 230.000.000
− Amortiasasi (Rp 60.000.000)
− Penyusutan bangunan pabrik (Rp 100.000.000)
Rp 70.000.000
a) Penghasilan kena pajak
+
b) PPH terhutang dan PPH yang kurang / lebih dibayar
Rp.1.345.000.000
− 15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
− 30% x Rp 1.245.000.000 = Rp 373.500.000
Total PPh terhutang Rp.386.000.000
+
PPh terhutang Rp 386.000.000
Kredit Pajak
− PPh Pasal 22 Rp 30.000.000 − PPh Pasal 23 Rp 5.000.000
− PPh Pasal 24
Rp 50.000.000
PPh terhutang yang dibayar sendiri Rp 301.000.000
Rp 85.000.000
PPh Pasal 25
PPh yang kurang dibayar Rp 201.000.000
Rp 100.000.000
a) Aktiva Pajak Tangguhan = 30% x Rp 70.000.000 = Rp 21.000.000
b) Ayat jurnal umum:
Tgl Debit Kredit
PPh Badan- Pajak Kini Aktiva Pajak Tangguhan Pendapatan Pajak Tangguhan PPh Ps. 22 Dibayar di muka PPh Ps. 23 Dibayar di muka PPh Ps. 24 Dibayar di muka PPh Ps. 25 Dibayar di muka PPh Ps. 29 terhutang
386.000.000 21.000.000 21.000.000 30.000.000 5.000.000 50.000.000 100.000.000 201.000.000
Bentuk penyajian dalam aporan keuangan:
Laba komersial sebelum pajak Rp.1.200.000.000
Pajak Kini Rp 386.000.000
Pajak tangguhan Rp 21.000.000
Laba komersial bersih Rp. 835.000.000
Rp 365.000.000
4. Profitabilitas
a. Pengertian Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjual, total aktiva maupun modal sendiri (Agus
Sartono:122). Brigham dan Houston (2006:19) (dalam fundamentals of financial
management) mendefinsikan profitabilitas sebagai berikut: Profitabilitas adalah
hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang telah dilakukan oleh
perusahaan. Van Horn dan Wachowicz (1997:133), “profitabilitas adalah
kemampuan menghasilkan laba (profit) selama periode tertentu dibandingkan
dengan aktiva atau modal yang akan dihasilkan dari keuntungan tersebut”.
Menurut Kasmir (2008:196):
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
Menurut PSAK, kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, paragraph 17 menyatakan bahwa:
Disamping itu informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.”
b. Tujuan dan Manfaat Profitabilitas
Kasmir (2008: 197) tujuan dan manfaat profitabilitas adalah sebagai berikut:
Tujuan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan,
yaitu:
1. untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan atau dalam periode tertentu,
2. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang,
3. untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu,
4. untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri,
5. untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri,
6. untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri.
Manfaat yang diperoleh adalah untuk:
1. mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh oleh perusahaan dalam suatu periode,
2. mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang,
3. mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu,
4. mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri, 5. mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
c. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
Menurut Agnes Sawir (2005:18) jenis rasio profitabilitas terdiri dari Marjin
Laba Kotor (Gross Profit Margin), Margin Laba Bersih (Net Profit Margin), Daya
Magin , Perputaran aktiva (Assets Turnover), ROA( Return on Asset) dan ROE (
Return on Equity). Dalam Penelitian ini Rasio Yang diguanakan oleh penulis
adalah Net Profit Margin, ROA dan ROE.
1) Net Profit Margin (Marjin Laba Bersih)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjulan. Menurut
(Agnes Sawir, 2005:18) Rumus Net Profit Margin adalah sebagai berikut:
Net Profit Margin =
2) Hasil Pengembalian Atas Total Aktiva atau ROA (Return on Assets)
Menurut Darsono (2005: 54), “Return on Asset Ratio adalah rasio yang
digunakan untuk menghitung perbandingan antara laba bersih rata-rata dengan
total aktiva suatu perusahaan”. Rata-rata total aktiva diperoleh dari total aktiva
awal tahun ditambah total aktiva akhir tahun dibagi dua. Return on Asset bisa
diperoleh dari net profit margin dikalikan asset turn over. Asset turn over
penjualan bersih dibagi rata-rata total aktiva. Return on asset disebut juga earning
power menurut sistem Du Pont. Rasio ini menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan.
Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien
dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini
menunjukan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh
pendapatan. Rumus yang digunakan untuk menghitung Return on Asset Ratio
(ROA) adalah sebagai berikut:
3) Hasil Pengembalian Atas Ekuitas atau ROE ( Return on Equity)
Menurut Darsono (2005,57), “ROE menunjukan kesuksesan manajemen
dalam memaksimalkan tingkat kembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi
rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih
besar pada pemegang saham. Sebagai pembanding untuk rasio ini adalah tingkat
suku bunga bebas resiko misalkan suku bunga Bank Indonesia”. Rumus yang
digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penulis memiliki keterbatasan dalam memberikan contoh penelitian
terdahulu dalam penelitian ini. Tinjauan penelitian terdahulu yang digunakan oleh
penulis mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ivan Hasudungan
Sihombing (2008) yang berjudul “ Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap
Aktiva Pajak Tangguhan ( differed tax asset) Pada Perusahaan Manufaktur Di
BEI”. Dimana variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, ROE,
operating income dan market capitalisation. Populasi yang digunakan dalam
Profitabilitas
2007.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ROA, ROE,
operating income dan market capitalisation berpengaruh signifikan terhadap
aktiva pajak tangguhan. Secara parsial ROA dan operating income berpengaruh
signifikan terhadap aktiva pajak tangguhan.
C.Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori
yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan
tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis
(Jurusan Akuntansi, 2004:13). Kerangka konseptual diatas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
H4
H1
H2
H3
[image:40.595.122.502.478.694.2]
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Return on Asset (X1)
Net Profit Margin
(X3) Return on Equity
(X2)
Aktiva Pajak Tangguhan
2. Hipotesis
Hipotesis menurut Erlina (2007: 41), “Hipotesis adalah hubungan yang
diduga secar logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang
dapat di uji secara empiris.” Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara
terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang
relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah disusun maka
penelitian hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H1: Return on Asset berpengaruh signifikan terhadap aktiva pajak tangguhan
H2: Return on Equity berpengaruh signifikan terhadap aktiva pajak tangguhan.
H3: Net Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap aktiva pajak tangguhan
H4: Return on Asset, Return on Equity, Net Profit Margin berpengaruh signifikan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut
Umar (2003 : 30) penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2004:72). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumen yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia .Menurut Erlina dan
Mulyani (2007 : 74) “sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk
memperkirakan karakteristik populasi”. Metode pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik purposive sampling. Menurut Jogiyanto (2004:79),”Purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu.”
Adapun kriteria yang menjadi pertimbangan penulis dalam pengambilan sampel
1. Perusahaan-perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumen
tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 -2008 dan tidak
delisting pada tahun tersebut.
2. Memiliki laba positif
3. Memiliki aktiva pajak tangguhan secara berturut-turut pada tahun
[image:43.595.124.502.318.445.2]2006-2008.
Tabel 3.1 Tabel Pemilihan Sampel
No Keterangan Jumlah
1 Jumlah populasi 35
2 Tidak memenuhi kriteria 1 (2)
3 Tidak memenuhi kriteria 2 (7)
4 Tidak memenuhi kriteria 3 (3)
Jumlah sampel 23
Tahun amatan (2006-2008) 3
Jumlah amatan 69
C.Metode Pengambilan Data
Jenis data yang digunakan berupa data sekunder yaitu data yang diperoleh
dalam bentuk yang sudah jadi dan tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut
seperti laporan keuangan tahunan. Data sekunder yang diperoleh meliputi studi
pustaka, yaitu melakukan pengumpulan data pendukung dari buku, jurnal maupun
literatur dan penelitian pihak terdahulu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini adalah data mengenai ROE, ROA, NPM dan aktiva pajak tangguhan
perusahaan tahun 2006-2008. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa
laporan keuangan tahunan (annual report) emiten yang dipublikasikan di Bursa
D.Variabel Penelitian 1. Klasifikasi Variabel
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel lainnya. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan net profit margin.
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang di pengaruhi oleh
variabel lainnya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktiva pajak
tangguhan.
2. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Defenisi operasioanl merupakan penjelasan-penjelasan variabel yang telah
dipilih. Defenisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Bebas (Independen)
1) Return on Asset (ROA)
Return on Asset dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan total
aktiva. ROA dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
2) Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) dihitung dengan membandingkan laba bersih
dengan modal sendiri. ROE dihitung dengan rumus sebagai berikut:
ROE=
3) Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) dihitung dengan membandingkan laba bersih
setelah pajak terhadap penjualan. NPM dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
NPM =
b. Variabel Terikat ( Dependen)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah aktiva pajak tangguhan dimana
aktiva pajak tangguhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil
transformasi aktiva pajak tangguhan suatu sampel ke logaritma natural (LN)
E. Metode dan Teknik Analisis Data 1. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi
regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas,
dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE
(best linear unbiased estimator) yakni tidak terdapat heteroskedastistas, tidak
terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat autokorelasi (Ghozali, 2005:110).
Jika terdapat heteroskedastisitas, maka varian tidak konstan sehingga dapat
menyebabkan biasnya standar error. Jika terdapat multikolinearitas, maka akan
sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari variabel, sehingga
tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Dengan adanya autokorelasi
mengakibatkan penaksir masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja
menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan.
Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut. Metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini model analisis regresi sederhana dengan
menggunakan bantuan software SPSS for windows version 16.
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005: 110),”Uji Normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu memiliki distribusi normal”.
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analsis grafik dan uji
statistik.
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan
distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan
melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel
yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability
plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka
garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
2) Analisis Statistik
Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual
adalah uji statistik non-parametrik. Kolmogorov-Smirnov(K-S). Uji KS dibuat
dengan membuat hipotesis :
Ho : data residua l berdistribusi normal,
Ha : data residual tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel independen sama dengan nol. Multikolineritas dapat juga dilihat dari (1)
nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi ( karena VIF=1/ tolerance). Nilai cutoff yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolineritas adalah nilai tolerance <0.10
atau sama dengan nilai VIF> 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka
disebut dengan heteroskedastisitas. Untuk melihat ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot antara nilai
prediksi variabel dependen dengan residualnya. Jika ada pola seperti titik-titik
yang membentuk pola tertentu yang teratur maka terjadi heteroskedastisitas.
Namun, jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar ke atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada
korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering
individu/ kelompok cenderung mempengaruhi ”gangguan” pada individu/
kelompok yang sama pada periode berikutnya.
Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang
terjadi karena ”gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu .
Kelompok yang berbeda berasal dari invidu kelompok yang berbeda. Model
regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang
dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam autokorelasi di antaranya
adalah dengan Uji Durbin Watson pada buku stastistik relevan. Menurut Sunyoto
(2009:91), pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai
berikut:
1) angka D-W di bawah –2 berarti ada autokorelasi positif,
2) angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,
3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
2. Uji Hipotesis
Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linear berganda, dengan
persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 +b3 X3 + e
Dimana:
Y = Aktiva Pajak Tangguhan
a = Konstanta
X1 = ROA
X2 = ROE
b1 = Koefisien regresi ROA
b2 = Koefisien regresi ROE
b3 = Koefisien regresi NPM
e = Tingkat error
Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji koefisien determinasi, uji F
dan uji t.
a. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.
Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relative rendah
karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan
untuk data runtun waktu (Time series) biasanya mempunyai nilai koefisien
determinasi yang tinggi. Koefisien determinan berkisar antara nol sampai dengan
satu (0 ≤ R² ≤ 1). Hal ini berarti R²=0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara
variabel independen terhadap variabel dependen, bila R² semakin besar mendekati
1 menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dan bila R² semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin
b. Uji F
Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model ini mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen.
Bentuk pengujiannya :
Ho: b1 = b2 = 0, artinya variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha: b1, b2, ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan :
Jika probabilitas < 0.05, maka Ha diterima,
Jika probabilitas > 0.05, maka Ha ditolak.
c. Uji t
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikan individual. Uji ini
menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial
terhadapn variabel dependen.
Bentuk pengujiannya adalah :
Ho: b1 = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha: b1 ≠ 0, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Jika probabilitas < 0.05 maka Ha diterima
Jika probabilitas > 0.05, maka Ha ditolak.
F. Jadwal Penelitian
Tahap Penelitian Tahun 2010
Maret April Mei Juni Juli
Pengajuan Judul
Penyelesaian Proposal
Bimbingan Proposal
Seminar Proposal
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A.Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata, dan standart deviasi untuk data yang digunakan dalam
[image:53.595.112.518.306.454.2]penelitian:
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Net Profit Margin 69 .30 996.25 21.9832 119.18015
ROA 69 .40 131.08 11.5230 17.21328 ROE 69 .88 142.77 18.5612 22.65440 Aktiva_Pajak_Tangguhan 69 2.86 229515.00 2.2603E4 44521.23903 Valid N (listwise) 69
Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa:
a. variabel net profit margin memiliki nilai minimum (terkecil) 0.30, nilai maksimum (terbesar) 996.25 terdapat pada dan mean (nilai rata-rata) 21.9832
Standart Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 119.180,
b. variabel ROA memiliki nilai minimum (terkecil) 0.40, nilai maksimum (terbesar) 131.08 dan mean (nilai rata-rata) 11.5323 Standart Deviation
(simpangan baku) variabel ini adalah 17.21,
c. variabel ROE memiliki nilai minimum (terkecil) 0.88, nilai maksimum (terbesar) 142.77 dan mean (nilai rata-rata) 18.561. Standart Deviation
B.Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Hasil Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak, dengan membuat
hipotesis sebagai berikut:
Ho : data residual terdistribusi normal,
Ha : data residual terdistribusi tidak normal.
Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Pada
penelitian ini akan digunakan kedua cara tersebut.
a) Analisis Grafik
Analisis grafik dapat digunakan dengan dua alat, yaitu grafik histogram dan
grafik P-P Plot. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal.
Pada grafik histogram, data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal
adalah distribusi data dengan bentuk lonceng. Pada grafik P-P Plot, sebuah data
dikatakan berdistribusi normal apabila titik-titik datanya tidak menceng ke kiri
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Gambar 4.2 Grafik P-P Plot
Dengan melihat tampilan grafik histogram, penulis melihat bahwa gambar
menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara normal. Pada grafik P-P Plot
terlihat titik-titik tidak menyebar di sekitar garis diagonal dan jauh dari garis
diagonal. Kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa model regresi menyalahi
asumsi normalitas.
b)Uji Statistik
Pengujian normalitas data dengan hanya melihat grafik dapat menyesatkan
kalau tidak melihat secara seksama, sehingga kita perlu melakukan uji normalitas
data dengan menggunakan statistik agar lebih meyakinkan. Untuk memastikan
apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan uji
Kolmogorov-Smirnov (1 sample KS) dengan melihat data residualnya apakah
berdistribusi normal atau tidak. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05
maka data tersebut terdistribusi normal. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari
0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov
[image:56.595.158.466.512.692.2]dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 69
Normal Parametersa Mean .0000000 Std. Deviation 4.28234565E4 Most Extreme Differences Absolute .233
Positive .233
Negative -.196
Kolmogorov-Smirnov Z 1.933
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada penelitian ini menujukkan probabilitas =
0,001. Dengan demikian, data pada penelitian ini tidak berdistribusi normal
karena probabilitas < 0.05.
Pada pengujian normalitas dengan analisis statistik dan grafik dapat ketahui
bahwa data yang digunakan oleh penulis tidak berdistribusi normal sehingga data
ini tidak dapat digunakan untuk melakukan uji hipotesis. Pada penelitian ini
penulis menggunakan metode transformasi data untuk menormalkan data
penelitian. Menurut Ghozali (2005:32), “data yang tidak terdistribusi secara
normal dapat ditransformasikan agar menjadi normal”. Salah satu trasformasi data
yang dapat dilakukan adalah dengan mentransformasikan data ke LG10 atau
logaritma 10 atau LN. Hasil transformasi data dapat dilihat pada lampiran vi.
Setelah dilakukan transformasi, penulis melakukan pengujian ulang terhadap uji
normalitas untuk melihat kembali apakah data penelitian ini telah berdistribusi
normal atau tidak. Berikut hasil uji normalitas data setelah transformasi:
[image:57.595.147.474.570.707.2]a) Analisis Grafik
Gambar 4.4 P-Plot
b)Uji Statistik
Tabel 4.3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 69
Normal Parametersa Mean .0000000 Std. Deviation 1.76056526 Most Extreme Differences Absolute .112
Positive .093
Negative -.112
Kolmogorov-Smirnov Z .926
Asymp. Sig. (2-tailed) .358 a. Test distribution is Normal.
[image:58.595.143.458.154.591.2]Dari grafik histogram dan normal probability plot pada gambar 4.3 dan
gambar 4.4 di atas terlihat bahwa setelah dilakukan transformasi data ke
logaritma natural (Ln) terlihat bahwa grafik histogram memperlihatkan pola
distribusi yang normal, dan grafik P-P Plot memperlihatkan titik-titik menyebar
[image:58.595.203.428.173.366.2]Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.3. pada penelitian ini menujukkan
probabilitas = 0,358. Dengan demikian, data pada penelitian ini berdistribusi
normal dan dapat digunakan untuk melakukan Uji-t dan Uji-F karena 0,358>
0,05 (H0 diterima).
2. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2005:105), “Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Kebanyakan data
crosssection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun
data yang mewakili berbagai ukuran (kecil,sedang,dan besar)”.
Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik dengan
melihat grafik scatterplot yaitu dengan cara melihat titik-titik penyebaran pada
grafik dan uji glejser, dengan cara meregres seluruh variabel independen dengan
nilai absolute residual (absut) sebagai variabel dependennya. Perumusan hipotesis
adalah :
H0 : tidak ada heteroskedastisitas,
Ha : ada heteroskedastisitas.
Jika signifikan < 0,05 maka Ha diterima (ada heteroskedastisitas) dan jika
Gambar 4.5
Uji Heteroskedastisitas( scatterplot)
Tabel 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B St