TINDAK TUTUR DALAM IKLAN DI RADIO 105.8
DELTA FM MEDAN
SKRIPSI
OLEH
RINA DESLIAH TAMPUBOLON
090701022
DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TINDAK TUTUR DALAM IKLAN DI RADIO 105.8 DELTA FM MEDAN
Oleh
Rina Desliah Tampubolon
090701022
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana sastra
dan telah disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Asrul Siregar, M.Hum. Dra. Mascahaya, M.Hum.
NIP. 19590502 198601 1 001 NIP. 19590819 198601 2 001
Departemen Sastra Indonesia
Ketua
Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M. Si.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya
perbuat ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar
kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, Juni 2013
Penulis,
TINDAK TUTUR DALAM IKLAN DI RADIO 105.8 DELTA FM MEDAN
Rina Desliah Tampubolon
Fakultas Ilmu Budaya USU
ABSTRAK
Penelitian ini membahas Tindak Tutur dalam Iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak (Sudaryanto, 1993: 133). Maksudnya adalah peneliti menyimak tuturan yang terdapat
dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan. Sedangkan teknik yang digunakan
dalam pengumpulan data adalah teknik simak bebas libat cakap dan teknik rekam
yang dilanjutkan dengan teknik catat. Ketentuan yang digunakan untuk menentukan
data, yaitu berupa iklan layanan masyarakat yang berbentuk tuturan (tidak berupa
lagu) dan menggunakan bahasa Indonesia. Data dianalisis sesuai dengan teori yang
disampaikan oleh Austin dan Searle. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan
jenis tindak tutur serta tindak tutur yang dominan di Radio 105.8 Delta FM Medan.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tindak tutur yang terdapat di Radio 105.8
Delta FM Medan yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi serta tindak tutur
representatif, direktif, ekspresif, dan deklaratif. Sedangkan tindak tutur yang dominan
PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang maha Esa atas kasih
dan semua berkat-Nya yang selalu melimpah kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Banyak pihak yang ikut terlibat dalam penyelesaian
skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si.,
sebagai ketua Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P., sebagai sekretaris Departemen Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Asrul Siregar, M.Hum., sebagai dosen pembimbing I dan Ibu Dra.
Mascahaya, M.Hum., sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan ilmu, waktu serta masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Dr. Gustianingsih, M.Hum., sebagai dosen pembimbing akademik yang
memberikan pengarahan kepada penulis selama perkuliahan.
5. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu
kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
6. Kedua orang tuaku yang tercinta, ayahanda M. Tampubolon, S.Pd. dan ibunda
F. Simbolon yang senantiasa memberikan kasih sayang, perhatian, waktu, doa
serta motivasi kepada penulis. Terima kasih banyak untuk semua pengorbanan
yang banyak membagi pengalaman dan senantiasa memerhatikan serta
memotivasi penulis. Untuk kedua adikku Nova Dina Tampubolon dan Boyke
Frenny Tampubolon yang juga menjadi motivasi pagi penulis. Aku
menyanyangi kalian semua.
7. Seseorang yang terkasih, Richard H. Panggabean, S.P. yang banyak berkorban
untuk penulis. Terima kasih untuk semua cinta, waktu, perhatian, dan
motivasi yang boleh kuterima.
8. Kedua teman yang selalu ada untuk tempat berbagi Dina dan Paulina.
9. Teman-teman seperjuangan di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara stambuk 2009 yang selalu ribut di setiap
tempat. Terima kasih untuk waktu yang kita lalui bersama dari awal
perkuliahan. Aku akan merindukan masa-masa itu.
10.Untuk senior dan junior yang banyak memberi masukan kepada penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Semoga skipsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Medan, Juni 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ……….. i
ABSTRAK ………... ii
PRAKATA ……….. iii
DAFTAR ISI ………... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ……….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……….. 6
1.3 Batasan Masalah ………. 6
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. …... 7
1.4.1 Tujuan Penelitian ……….. 7
1.4.2 Manfaat Penelitian ……… 7
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ... 8
2.1.1 Tindak Tutur ……….….. 8
2.1.2 Iklan ……….... 9
2.1.3 Radio ………..………..…... 9
2.2 Landasan Teori ………..…….. 10
2.2.1 Pragmatik ………..…….. 10
2.2.2 Aspek Situasi Ujar ………..…… 10
2.2.3 Tindak Tutur ………..………. 12
2.2.4 Peristiwa Tutur ………..………. 15
2.3 Tinjauan Pustaka ………..………... 18
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data dan Data ………..………… 19
3.1.1 Sumber Data ……….. 19
3.1.2 Data ……… …... 19
3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ………. 19
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Jenis Tindak Tutur yang Digunakan dalam Iklan di Radio Delta 104.5 FM Medan
4.1.1 Iklan Penyalaan Lampu di Siang Hari ……...……….. 27
4.1.2 Iklan Penghijauan …...………. 31
4.1.3 Iklan Pembiasaan Diri untuk Tidur dengan Waktu yang Cukup 36 4.1.4 Iklan Pembiasaan Diri untuk Berjalan Kaki ………. 39
4.1.5 Iklan Penghematan Tisue ………... 43
4.1.6 Iklan Pencegahan Banjir ………. 46
4.1.7 Iklan Pendidikan untuk Kaum Perempuan ………. 51
4.1.8 Iklan Perilaku Berkendara ………. 56
4.1.9 Iklan Pemeriksaan Gigi ………. 61
4.1.10 Iklan Kebiasaan Berolahraga ………. 65
4.2 Tindak Tutur Dominan yang Digunakan di Radio 105.8 Delta FM Medan 70 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN ……….… 71
5.2 SARAN ……….… 73
TINDAK TUTUR DALAM IKLAN DI RADIO 105.8 DELTA FM MEDAN
Rina Desliah Tampubolon
Fakultas Ilmu Budaya USU
ABSTRAK
Penelitian ini membahas Tindak Tutur dalam Iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak (Sudaryanto, 1993: 133). Maksudnya adalah peneliti menyimak tuturan yang terdapat
dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan. Sedangkan teknik yang digunakan
dalam pengumpulan data adalah teknik simak bebas libat cakap dan teknik rekam
yang dilanjutkan dengan teknik catat. Ketentuan yang digunakan untuk menentukan
data, yaitu berupa iklan layanan masyarakat yang berbentuk tuturan (tidak berupa
lagu) dan menggunakan bahasa Indonesia. Data dianalisis sesuai dengan teori yang
disampaikan oleh Austin dan Searle. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan
jenis tindak tutur serta tindak tutur yang dominan di Radio 105.8 Delta FM Medan.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tindak tutur yang terdapat di Radio 105.8
Delta FM Medan yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi serta tindak tutur
representatif, direktif, ekspresif, dan deklaratif. Sedangkan tindak tutur yang dominan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Interaksi yang terjadi
dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi
yang penting bagi manusia karena dengan bahasa manusia dapat mengekspresikan
gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung
dengan baik, manusia harus menguasai keterampilan berbahasa. Tarigan (1986: 2)
menyatakan bahwa keterampilan berbahasa meliputi empat macam, yaitu
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Berbicara merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang akan
menghasilkan suatu tindak tutur. Kridalaksana (2008: 191) berpendapat bahwa tindak
tutur atau pertuturan merupakan (1) perbuatan berbahasa yang dimungkinkan oleh
dan diwujudkan sesuai dengan kaidah-kaidah pemakaian unsur-unsur bahasa; (2)
perbuatan menghasilkan bunyi bahasa secara beraturan sehingga menghasilkan ujaran
bermakna; (3) seluruh komponen linguistik dan nonlinguistik yang meliputi suatu
perbuatan bahasa yang utuh, yang menyangkut partisipan, bentuk penyampaian
amanat, topik, dan konteks amanat itu; (4) pengujaran kalimat untuk menyatakan agar
suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar.
Pembagian mengenai tindak tutur telah dirumuskan oleh beberapa ahli bahasa
seperti Austin (dalam Chaer, 2010: 27) yang membagi tindak tutur dalam tiga
2010: 29 – 30) yang membagi tindak tutur dalam lima kategori yaitu representatif,
direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif.
Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi
dengan menggunakan bahasa. Tindak tutur dapat terjadi ketika seorang penutur
berbicara dengan lawan tuturnya. Tindak tutur dapat dilihat dan didengar secara
langsung, misalnya di rumah, di kos, di jalan, atau di tempat lainnya. Tidak hanya itu,
tindak tutur juga dapat terjadi di berbagai media yang dapat kita baca, lihat, dan
dengarkan, seperti di buku cerita, novel, komik, dan film maupun dalam iklan di
televisi dan radio.
Tindak tutur yang terjadi di berbagai tempat tersebut dapat kita teliti sesuai
dengan pemahaman mengenai ilmu pragmatik. Levinson (dalam Tarigan, 1986: 33)
berpendapat bahwa pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan
konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa,
dengan kata lain telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta
menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat. Untuk itu dalam
meneliti tindak tutur kita harus dapat memahami kaitan antara tuturan yang
disampaikan penutur kepada lawan tutur dengan konteks tuturannya.
Pembahasan mengenai tindak tutur yang digunakan dalam berbagai situasi
telah banyak diteliti sebelumnya. Termasuk para alumni yang telah menyelesaikan
studinya di Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sumatera Utara.
Seperti halnya Maharani (2007) dalam skripsinya Tindak Tutur Percakapan pada
Komik Asterix seri ke-20, Farida (2009) dalam skripsinya Tindak Tutur dalam Novel
kajian tindak tutur yang terbaru yang dilakukan oleh Dina (2012) dalam skripsinya
Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Dialog Film Alangkah Lucunya (Negeri
Ini) karya Deddy Mizwar. Penelitian mengenai tindak tutur yang telah dilakukan
sebelumnya juga membuat peneliti merasa tertarik untuk meneliti tindak tutur dengan
objek yang belum pernah diteliti seperti halnya kajian mengenai tindak tutur dalam
iklan di Radio Delta 105.8 FM Medan.
Peneliti menjadikan radio sebagai objek penelitian karena radio merupakan
media komunikasi lisan yang memiliki sifat begitu terdengar langsung hilang tidak
membekas. Oleh sebab itu bahasa yang digunakan harus menarik dan tidak mudah
hilang dari ingatan pendengar atau penyimak. Hal ini dapat kita dengar seperti halnya
dalam penyampaian pesan melalui iklan. Pada bahasa iklan, para produsen bebas
menggunakan bahasa untuk menarik pemirsa atau pembaca agar produk yang
diiklankan itu laris. Hal ini dapat memberi efek dan daya pengaruh yang berbeda
antara manusia yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan bahasa iklan yang
digunakan oleh produsen untuk memasarkan dagangannya. Kekuatan narasi atau
pilihan kata pada sebuah iklan dapat membuat banyak orang terpengaruh untuk
mengikuti apa isi pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut. Kekuatan bahasa
pada iklan dapat memberi kesan mengajari, memerintah bahkan terkadang seperti
memberi efek hipnotis pada konsumen sehingga konsumen mau mengikuti apa yang
dipesankan dalam iklan yang didengar atau dilihatnya.
Pemanfaatan radio sebagai media periklanan sudah lama berlangsung hampir
seusia dengan ditemukannya radio pertama kali. Banyak pihak swasta yang
periklanan radio lebih cepat, murah, serta memiliki efek psikologis dibandingkan
dengan media lain seperti televisi.
Ciri khas radio dalam menyampaikan informasi kepada khalayak yaitu berupa
penyampaian kata-kata yang berusaha menarik perhatian pendengar membuat
pendengar radio memiliki jumlah yang tidak terbatas. Karena hal itu maka radio
memiliki potensi yang besar untuk menunjang pembangunan khususnya menjadi
sumber penghasilan bagi kalangan tertentu seperti kalangan swasta. Cara yang dapat
dilakukan untuk menambah sumber penghasilan salah satunya dengan memasang
iklan.
Iklan menurut Widyatama, Rendra (2007: 13) adalah bentuk penyajian pesan
yang dilakukan oleh komunikator secara nonpersonal melalui media untuk ditujukan
pada komunikan dengan cara membayar.
Radio 105.8 Delta FM Medan dijadikan objek penelitian iklan karena di
Medan radio tersebut merupakan radio swasta dengan jangkauan yang luas dan
pendengarnya pun cukup banyak sehingga banyak mengundang minat pemasang
iklan dalam rangka mengenalkan produk-produknya. Jangkauan Radio 105.8 Delta
FM tidak hanya tersebar di daerah kota Medan tetapi juga Jakarta, Bandung,
Surabaya, Semarang, dan kota besar lainnya. Namun dalam penelitian ini peneliti
hanya terfokus pada Radio 105.8 Delta FM Medan yang terdapat di Jalan Imam
Bonjol nomor 16D, Gedung Mandiri lantai tiga.
Program yang terdapat dalam Radio 105.8 Delta FM Medan secara umum
dibagi menjadi tiga bagiain the Morning
program yang ditawarkan oleh radio 105.8 Delta FM Medan dengan waktu siar senin
– jumat pagi pukul 06.00 – 10.00 WIB. Radio 105.8 Delta FM Medan memberi
suguhan format acara yang bersifat menemani dan membuat pagi hari menjadi
menyenangkan dengan topik-topik segar dan relevan. Pendengar dibumbui
komentar-komentar lucu dan nakal dari dua penyiar bintang yaitu Farhan dan Asri Welas di
sela-sela lagu enak. Obrolan yang dekat dengan pendengar yang dibawakan dalam
suasana yang menyenangkan.
Program yang kedua menemani pendengar setiap senin – jumat siang pukul
16.00 – 20.00 WIB berisi siaran yang menyuguhkan menu utama 100% lagu enak.
Saat yang bersamaan mampu menjadi teman pendengar dengan melemparkan
topik-topik sharing.
Program yang ketiga menemani pendengar setiap senin – jumat siang pukul
10.00 – 16.00 WIB dengan siaran yang menyuguhkan menu utama 100% lagu enak
dengan segmen program yang dirancang khusus untuk memanjakan pendengar.
Sehingga sebanyak empat kali 50 menit (selama kurun waktu enam jam), pendengar
secara nonstop akan dapat menikmati lagu-lagu enak tanpa terpotong jeda iklan.
Program acara ini dibawakan oleh seorang penyiar yang memiliki pengetahuan luas
tentang dunia musik beserta industrinya sehingga selalu dapat memberikan
informasi-informasi menarik seputar musik dan lagu.
Program-program yang terdapat dalam Radio 105.8 Delta FM Medan mampu
membuat pendengar semakin merasa tertarik untuk lebih sering mendengarkan siaran
dari Radio 105.8 Delta FM Medan. Hal ini menjadi salah satu kelebihan yang
suguhan lagu-lagu serta kata-kata yang menarik, obrolan yang diberikan juga mampu
membuka wawasan pendengar.
Radio 105.8 Delta FM Medan dengan motto “100% Lagu Enak” merupakan
radio yang banyak diminati pendengar khususnya pendengar remaja. Hal ini juga
menjadi salah satu alasan sehingga iklan yang terdapat di Radio 105.8 Delta FM
Medan tidak hanya terbatas pada iklan perniagaan barang saja tetapi justru lebih
dominan ke iklan layanan masyarakat yang lebih cenderung berkenaan dengan
kehidupan remaja saat ini. Penyuguhan iklan juga menggunakan tuturan-tuturan yang
menarik agar pendengar semakin merasa akrab dengan kata-kata yang disampaikan
dalam iklan. Seperti iklan mengenai penggunaan jalan raya, kebiasaan berolah raga,
dan penghijauan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian dalam latar belakang masalah, dapatlah dirumuskan masalah
penelitian yaitu :
1. Bagaimanakah jenis tindak tutur yang digunakan dalam iklan di Radio 105.8
Delta FM Medan?
2. Bagaimanakah tindak tutur yang dominan digunakan dalam iklan di Radio 105.8
Delta FM Medan?
1.3 Batasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam
akan membantu peneliti untuk memberikan fokus pada objek yang ditelitinya agar
tidak terlalu luas serta lebih terarah. Pada penelitian ini masalah dibatasi hanya pada
jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Austin dan Searle serta tindak tutur yang
dominan digunakan dalam iklan di Radio Delta 105.8 FM Medan. Dominan yang
diartikan dalam hal ini yaitu tindak tutur yang paling banyak digunakan dalam iklan.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini betujuan untuk:
1. Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan dalam iklan di Radio 105.8
Delta FM Medan.
2. Mendeskripsikan tindak tutur yang dominan dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM
Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini bermanfaat untuk kepentingan perkembangan ilmu bahasa
khususnya ilmu pragmatik.
2. Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para pengguna bahasa,
khususnya para penulis iklan radio dalam mengoptimalkan pemakaian bahasa.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman kepada para pendengar radio
mengenai tujuan penutur dalam iklan, khususnya iklan di Radio 105.8 Delta FM
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret
(KBBI, 2007: 588).
2.1.1 Tindak Tutur
Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.
Austin, seorang guru besar di Universitas Harvard pada tahun 1956, kemudian teori
yang berasal dari mata kuliah itu dibukukan oleh J. O. Urmson (1962) dengan judul
How to do Thing with Word. Lalu teori tersebut menjadi terkenal setelah Searle
menerbitkan buku berjudul Speech Act: an Essay in the Philosophy of Language
(1969). Menurut Austin (1962) tindak tutur dilangsungkan dengan tiga peristiwa
tindakan yang berlangsung sekaligus, yaitu (1) tindak lokusi (2) tindak ilokusi (3)
tindak perlokusi. Sementara itu Searle (1975) membagi tindak tutur dalam lima
kategori, yaitu respresentatif, direktif, ekspresif, komisif, deklaratif. Tindak tutur
merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan
oleh kemampuan si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur lebih
2.1.2 Iklan
Menurut pakar periklanan Amerika, S. William Pattis (dalam Copywriting,
2001: 7) iklan lebih sering disebut sebagai sebuah usaha agar barang yang
diperjualbelikan laku keras. Padahal sesungguhnya iklan adalah setiap bentuk
komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi dan mempromosikan produk dan
jasa kepada seseorang atau pembeli potensial; mempengaruhi dan memenangkan
pendapat publik untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan keinginanan si pemasang
iklan. Iklan adalah sebuah tanggung jawab dalam proses penjualan dan pemasaran
yang bentuknya bisa tulisan, gambar, film, atau gabungan unsur-unsur tersebut.
2.1.3 Radio
Lee (dalam Moeryanto, 1996: 93) berpendapat bahwa radio adalah alat
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pragmatik
Pragmatik merupakan kajian linguistik yang menelaah ucapan-ucapan tertentu
dalam situasi-situasi tertentu dan terutama memusatkan perhatian pada aneka ragam
cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial. Bagaimana bahasa itu digunakan
dalam bentuk ujaran atau tuturan dikaji dalam pragmatik.
Parker (dalam Chaer, 2010: 24) berpendapat bahwa pragmatik sebagai cabang
ilmu linguistik merupakan ilmu kajian bahasa yang mengkaji makna-makna satuan
bahasa secara eksternal. Secara eksternal artinya bahwa pragmatik mengkaji makna
yang berada di luar satuan bahasa, atau yang disebut dengan maksud. Berbeda dengan
cabang ilmu bahasa lain seperti semantik yang mempelajari makna-makna satuan
bahasa secara internal, artinya mempelajari makna yang terdapat dalam satuan
bahasa itu.
Menurut Levinson (dalam Tarigan, 1986: 33) pragmatik adalah telaah
mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan
atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain: telaah mengenai kemampuan
pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat dan
konteks-konteks secara tepat.
2.2.2 Aspek Situasi Ujar
Untuk memahami suatu situasi ujaran, waktu dan tempat merupakan unsur
yang mutlak diketahui. Selain kedua unsur tersebut ada aspek-aspek lain yang perlu
untuk memahami hal-hal yang menyangkut keterkaitan antara ujaran dengan situasi.
Hal ini berhubungan dengan pragmatik yang menelaah makna dengan situasi ujaran.
Aspek-aspek lain yang mendukung situasi ujaran:
a. Penutur dan lawan tutur di dalam beberapa literatur, khususnya dalam Searle
(1983) lazim dilambangkan dengan S (Speaker) yang berarti pembicara atau
penutur dan H (Hearer) yang dapat diartikan pendengar atau mitra tutur.
Digunakannya lambang S dan H tidak dengan sendirinya membatasi cakupan
pragmatik semata-mata hanya pada bahasa ragam lisan saja, melainkan juga dapat
mencakup ragam bahasa tulis.
b. Konteks tuturan telah diartikan bermacam-macam oleh para linguis. Konteks dapat
mencakup aspek-aspek tuturan yang relevan, baik secara fisik maupun nonfisik.
Konteks dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan yang
diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur serta yang mendukung
interpretasi mitra tutur dan apa yang dimaksudkan penutur itu dalam proses
bertutur. Berkenaan dengan hal itu Leech (1983) telah menyatakan “I shall
consider context to be any background knowledge assumed to be shared by S and
H and which contributes to H interpretation of what S means by a given
utterance.”
c. Tujuan tutur berkaitan erat dengan bentuk tuturan seseorang. Dikatakan demikian
karena pada dasarnya tuturan itu terwujud karena dilatarbelakangi oleh maksud
dan tujuan tutur yang jelas dan tertentu sifatnya. Secara pragmatik satu bentuk
sebaliknya satu maksud atau tujuan tutur dapat diwujudkan dengan bentuk tuturan
yang berbeda-beda.
d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas merupakan bidang yang ditangani
pragmatik. Karena pragmatik mempelajari tindak verbal yang terdapat dalam
situasi tutur tertentu, dapat dikatakan bahwa yang dibicarakan dalam pragmatik itu
bersifat konkret karena jelas siapa peserta tuturnya, di mana tempat tuturnya,
kapan waktu tuturnya dan seperti apa konteks situasi tuturnya keseluruhan.
e. Tuturan dapat dipandang sebagai sebuah produk tindak verbal. Dapat dikatakan
demikian karena pada dasarnya tuturan yang ada dalam sebuah pertuturan itu
adalah hasil tindakan para peserta tutur dengan segala pertimbangan konteks yang
melingkupi dan mewadahinya.
2.2.3 Tindak Tutur
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1195) tindak diartikan sebagai
langkah atau perbuatan, sedangkan tutur diartikan sebagai ucapan, kata, perkataan
(2007: 1231). Dari dua pengertian tersebut tindak tutur dapat diartikan sebagai
perbuatan memproduksi tuturan atau ucapan. Tarigan (1986: 36) menjelaskan bahwa
tindak tutur atau tuturan yang dihasilkan oleh manusia dapat berupa ucapan.
Berkenaan dengan hal itu Austin (1962) membagi tindak tutur atas tiga jenis, yaitu
tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi.
a) Lokusi
Merupakan tindak tutur untuk menyatakan sesuatu sebagaimana adanya atau tindakan
Contoh :
Tahun 2004 gempa dan tsunami melanda Banda Aceh.
Kalimat di atas dituturkan oleh seorang penutur semata-mata hanya untuk
memberi informasi sesuatu belaka, tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu. Apalagi
untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Kalimat di atas memberi informasi mengenai
gempa dan tsunami yang pada tahun 2004 melanda Banda Aceh. Tindak tutur lokusi
hanya memberi makna secara harafiah seperti yang dinyatakan pada contoh di atas.
b) Ilokusi
Merupakan tindak tutur yang menyatakan sesuatu juga menyatakan tindakan
melakukan sesuatu.
Contoh:
Sudah hampir pukul tujuh.
Kalimat di atas bila dituturkan oleh seorang suami kepada istrinya di pagi
hari, selain memberi informasi tentang waktu, juga berisi tindakan yaitu
mengingatkan si istri bahwa si suami harus segera berangkat ke kantor; jadi minta
disediakan sarapan.
c) Perlokusi
Merupakan tindak tutur yang mempunyai pengaruh atau efek terhadap lawan tutur
atau orang yang mendengar tuturan itu.
Contoh:
Minggu lalu saya ada keperluan keluarga yang tidak dapat ditinggalkan.
Tuturan di atas bukan hanya memberi informasi bahwa si penutur pada
minggu lalu mengundang untuk hadir pada resepsi pernikahan, bermaksud juga
meminta maaf. Lalu, efek yang diharapkan adalah memberi maaf kepada penutur.
Berkaitan dengan tindak tutur, Searle (dalam Abdul Chaer, 2010: 29 – 30)
juga membagi tindak tutur berdasarkan lima kategori:
a. Representatif (disebut juga asertif)
Merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa
yang dikatakannya. Misalnya mengatakan, melaporkan, dan menyebutkan.
b. Direktif
Merupakan tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar lawan
tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Misalnya
menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang.
c. Ekspresif
Merupakan tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan
sebagai evaluasi mengenai hal yang disebutkan dalam tuturan itu. Misalnya
memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, dan menyelak.
d. Komisif
Merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang
disebutkan di dalam tuturannya. Misalnya berjanji, bersumpah, dan mengancam.
e. Deklaratif
Merupakan tindak tutur yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk
menciptakan hal (status, keadaan, dsb.) yang baru. Misalnya memutuskan,
2.2.4 Peristiwa Tutur
Dalam peristiwa tuturan baik penutur maupun lawan bicara harus memahami
konteks agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Salah seorang pakar
sosiolinguistik, Dell Hymnes (1972) berpendapat bahwa peristiwa tutur harus
memenuhi delapan komponen yang huruf awalnya dapat dirangkai menjadi sebuah
akronim SPEAKING:
S = Setting and scene
P = Participants
E = Ends : purpose and goal
A = Act sequences
K = Key : tone or spirit of act
I = Instrumentalities
N = Norms of interaction and interpretation
G = Genres
Setting and scene. Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur
berlangsung, scene mengacu pada situasi tempat dan waktu atau situasi psikologis
pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan
penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara di lapangan sepak bola pada
waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan
pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu banyak orang membaca dan dalam
keadaan sunyi. Di lapangan sepak bola kita bisa berbicara keras-keras, tetapi di ruang
Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan bisa pembicara
dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim atau penerima pesan. Dua orang
yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara dan pendengar, tetapi
sebagai pengkotbah di mesjid, khotib sebagai pembicara dan jemaah sebagai
pendengar tidak dapat bertukar peran. Status sosial partisipan sangat menentukan
ragam bahasa yang digunakan. Misalnya seorang anak akan menggunakan ragam
bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orang tuanya atau gurunya bila
dibandingkan kalau dia berbicara dengan teman-teman sebayanya.
Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang terjadi
di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan kasus perkara. Namun para
partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin
membuktikan kesalahan terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahwa terdakwa
tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang adil. Dalam
peristiwa tutur di ruang kuliah, dosen yang cantik itu berusaha untuk menjelaskan
materi kuliah agar dapat dipahami mahasiswanya. Namun, barang kali di antara para
mahasiswa itu ada yang datang hanya untuk memandang wajah dosen yang cantik itu.
Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini
berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan
hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran dalam
perkuliahan umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah berbeda. Begitu
juga dengan isi yang dibicarakan.
Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan
dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh
dan isyarat.
Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur
lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu pada
kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, ragam dialek, atau register.
Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan
dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya
dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan
bicara.
Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,
2.3 Tinjauan Pustaka
Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki
atau mempelajari (KBBI, 2007: 1198). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon
(KBBI, 2007: 912). Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan, ada sejumlah sumber
yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
Maharani (2007) dalam skripsinya Tindak Tutur Percakapan pada Komik
Asterix seri ke-20. Ia mengemukakan tindak tutur berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Austin, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Ia juga menganalisis
pasangan berdampingan yang terdapat dalam percakapan Komik Asterix seri ke-20.
Farida (2009) dalam skripsinya Tindak Tutur dalam Novel Seri Cerita
Kenangan Angenteuil Hidup Memisahkan Diri karya N. H. Dini. Ia menganalisis
tindak tutur berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Searle yaitu representatif,
direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Ia menyimpulkan bahwa dalam novel yang
dikajinya hanya terdapat empat jenis tindak tutur yaitu representatif, komisif, direktif,
dan deklaratif.
Dina (2012) dalam skripsinya Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam
Dialog Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) karya Deddy Mizwar. Ia menganalisis
tindak tutur berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Searle yaitu representatif,
direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Dalam penelitian ini Ia hanya berfokus
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sumber Data dan Data
3.1.1 Sumber Data
Sumber data adalah asal dari data penelitian itu diperoleh. Dari sumber itu
penulis memperoleh data yang diinginkan. Data sebagai objek penelitian secara
umum adalah informasi atau bahasa yang disediakan oleh alam yang dikumpulkan
dan dipilih oleh peneliti (Sudaryanto, 1993: 34). Adapun sumber data dalam
penelitian ini adalah iklan yang terdapat di Radio 105.8 Delta FM Medan.
3.1.2 Data
Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan alam yang harus
dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan permasalahan
yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 3). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tuturan yang terdapat dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan.
3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode adalah cara yang harus dilaksanakan, teknik adalah cara
melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993: 9). Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah metode simak (Sudaryanto, 1993: 133). Maksudnya adalah
peneliti menyimak tuturan yang terdapat dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Dalam teknik simak bebas libat
cakap, peneliti tidak terlibat dalam tayangan melainkan peneliti hanya sebagai
pemerhati. Untuk memperolah data yang akan dijadikan sampel penelitian, data
terlebih dahulu direkam. Data yang direkam merupakan iklan yang ditayangkan di
Radio Delta 104.5 FM Medan pada tanggal 22 April – 5 Mei 2013. Data kemudian
diamati untuk ditetapkan sebagai data yang akan dianalisis sesuai dengan ketentuan.
Ketentuan yang digunakan untuk menentukan data, yaitu berupa iklan layanan
masyarakat yang berbentuk tuturan (tidak berupa lagu) dan menggunakan bahasa
Indonesia.
3.3 Metode dan Teknik Analisis Data
Setelah data penelitian diperoleh, maka dilakukan tahap analisis data. Menurut
Lexi J. Moloeng (1998: 103) Pekerjaan analisis data mempunyai pengertian
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan
mengategorikannya. Metode yang digunakan penulis dalam analisis data pada
penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami subjek penelitian secara holistik, dengan cara deskriptif dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai
metode alamiah (Lexi J. Moloeng, 1998: 3). Istilah deskriptif maksudnya adalah data
yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Lexi J.
Contoh:
Iklan Membuang Sampah
Teman Uli : Ayo pak, berangkat! (terdengar seperti suara pintu mobil ditutup)
Supir : Lah, Mbak Uli-nya kan belum naik Bu.
Uli : Tunggu, tunggu, tunggu.
Terima kasih Pak. (terdengar seperti suara pintu mobil dibuka lalu
ditutup)
Teman Uli : Uli, terlambat ni. Terus itu kenapa dibawa-bawa sih?
Aku tadi bilang jangan dibawa. Aduh, bisa kacau deh, malu-maluin
deh.
Uli : Kan di sana belum tentu ada. Kalau pas mau buang sampah, gimana?
Teman Uli : Ih, mau meeting sama klien bawa-bawa tempat sampah.
Uli : Kamu tau gak? Kalau ternyata dalam waktu dua hari aja udah bisa
bangun satu candi Borobudur. Dan bayangkan jika setahun sampah
kita bisa membangun 185 candi Borobudur. Nah, tenang, semuanya
bisa diatasi kok dengan daur ulang. Pisahkan sampah organik dan
nonorganik kayak ini. Tuh liat warnanya pink, cantik yah. Kamu
punya ngak?
Konteks:
Tuturan berlangsung di dalam mobil pada pagi hari. Saat itu teman Uli dan supir
sedang menunggu Uli mau berangkat ke tempat mereka akan meeting dengan klien
membuat teman Uli dan supir merasa jengkel karena sebelumnya teman Uli juga
sudah mengatakan untuk tidak membawa keranjang sampah tersebut. Karena diprotes
lalu Uli kembali menasihati temannya.
Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan
Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:
Tabel 1
Tuturan
Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis Tindak
Tutur
Menurut
Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi
1. Ayo pak,
berangkat!
Mengajak
supir untuk
berangkat ke
kantor.
Meminta supir
untuk
menjalankan
mobil.
Supir
menyela dan
tidak mau
berangkat.
Direktif
2. Lah, Mbak
Uli-nya kan
belum naik
Bu.
Menyatakan
bahwa Uli
belum naik.
Memberitahu
bahwa Uli
belum naik ke
mobil jadi
mereka masih
harus
menunggu Uli.
tunggu,
tunggu.
Terima kasih
Pak.
untuk
menunggu
dirinya
kemudian dia
mengucapkan
terima kasih.
agar supir
jangan
menjalankan
mobil dulu.
menunggu
Uli dan tidak
menjalankan
mobil.
4. Uli,
terlambat ni.
Terus itu
kenapa
dibawa-bawa
sih?
Aku tadi
bilang jangan
dibawa.
bahwa mereka
sudah
terlambat
kemudian
bertanya
kepada Uli
mengapa
keranjang
sampah
dibawa-bawa
karena dia
merasa itu
memalukan.
Teman Uli
mengkritik
Uli karena
membuat
mereka
terlambat. Dia
merasa
perbuatan Uli
akan membuat
dirinya malu.
Uli tetap
membawa
keranjang
sampah lalu
menasihati
temannya.
Ekspresif
5. Kan di sana
belum tentu
Menyatakan
bahwa di Uli
memberitahu
Teman Uli
menyela Uli
ada. Kalau
pas mau
buang
sampah,
gimana?
kantor mereka
belum tentu
ada keranjang
sampah dan
bertanya
bagaimana
kalau mereka
mau
membuang
sampah.
bahwa mereka
perlu
membawa
keranjang
sampah.
dan merasa
jengkel
klien
bawa-bawa tempat
sampah.
Menyatakan
bahwa mau
meeting sama
klien mengapa
membawa
keranjang
sampah.
Teman Uli
tidak suka
karena Uli
membawa
sampah lalu
menasihati
dalam waktu
dua hari aja
Memberitahu
mengenai
banyaknya
sampah dan
akibatnya
Uli
memberitahu
dampak
membuang
sampah secara
udah bisa
bangun satu
candi
Borobudur.
Dan
bayangkan
jika setahun
sampah kita
bisa
membangun
185 candi
Borobudur.
Nah, tenang,
semuanya
bisa diatasi
kok dengan
daur ulang.
Pisahkan
sampah
organik dan
nonorganik
kayak ini. serta
memberitahu
cara
mengatasinya.
Uli juga
menunjukkan
keranjang
sampah yang
dimilikinya.
Tuh liat
warnanya
pink, cantik
yah. Kamu
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1Jenis Tindak Tutur yang Digunakan dalam Iklan di Radio Delta 104.5 FM
Medan
Austin (1962) membagi tindak tutur atas tiga jenis, yaitu (a) lokusi, yaitu
tindak tutur untuk menyatakan sesuatu sebagaimana adanya atau tindakan untuk
mengatakan sesuatu, (b) ilokusi, yaitu tindak tutur yang menyatakan sesuatu juga
menyatakan tindakan melakukan sesuatu, dan (c) perlokusi, yaitu tindak tutur yang
mempunyai pengaruh atau efek terhadap lawan tutur atau orang yang mendengar
tuturan itu.
Berkaitan dengan tindak tutur, Searle (dalam Chaer, 2010: 29 – 30) membagi
tindak tutur berdasarkan lima kategori, yaitu (a) Representatif (disebut juga asertif),
yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang
dikatakannya, (b) Direktif, yaitu tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan
maksud agar lawan tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu,
(c) Ekspresif, yaitu tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya
diartikan sebagai evaluasi mengenai hal yang disebutkan dalam tuturan itu, (d)
Komisif, yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya unutuk melaksanakan apa yang
disebutkan di dalam tuturannya, (e) Deklaratif, yaitu tindak tutur yang dilakukan si
4.1.1 Iklan Penyalaan Lampu di Siang Hari
Istri : Pa, lampu depan motor kita, rusak tuh. Harus segera diperbaiki. Lampu
kendaraan itukan penting kalau berpergian di siang hari.
Suami : Loh, nyalain lampu sepeda motor kok di siang hari? Gimana sih mama
ini?
Istri : Ah, Papa, nayalain lampu sepeda motor di siang hari itu penting, agar
keberadaan kita diketahui oleh pengguna jalan lain. Lagian nih kewajiban
menyalakan lampu bagi pengendara sepeda motor di siang hari itu sudah
diatur dalam pasal 107:2 UU no. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan
pengguna jalan. Melanggar aturan itu bisa didenda Rp 100.000,00 atau
dipidana dengan kurungan paling lama 15 hari sebagaimana tertuang dalam
ketentuan denda.
Audio : Menyalakan lampu bagi pengendara sepeda motor di siang hari bukan hanya
soal mematuhi peraturan lalu lintas tapi juga dapat mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan.
Konteks:
Tuturan berlangsung di rumah pada siang hari. Saat itu si istri sedang menuang teh ke
dalam gelas sambil mengajak suaminya berbincang-bincang. Si istri menyinggung
masalah lampu depan sepeda motor mereka yang sudah rusak. Si istri berharap suami
akan memperbaiki lampu sepeda motor mereka karena lampu sepeda motor penting
sepeda motor tidak penting digunakan pada siang hari. Si istri menyela suami lalu
menjelaskan mengenai UU serta arti pentingnya menyalakan lampu pada siang hari.
Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan
Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:
Table 2
Tuturan
Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis
Tindak
Tutur
Menurut
Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi
1. Pa, lampu
depan motor
kita, rusak tuh.
Harus segera
diperbaiki.
Lampu
kendaraan
itukan penting
kalau
berpergian di
siang hari.
Memberitahu
bahwa lampu
depan motor
mereka rusak
dan harus
lampu depan
motor mereka
agar dapat
digunakan
pada siang
hari.
Suami
menyela
istri dan
tidak setuju
dengan
pendapat
istri.
2. Loh,
nyalain lampu
sepeda motor
kok di siang
hari? Gimana sih
mama ini?
Menanyakan
mengapa
menyalakan
lampu di
siang hari?
Mengkritik
pendapat istri
dan merasa
tidak setuju..
Istri
menjelaskan
kepada
suami arti
pentingnya
menyalakan
lampu
sepeda
motor di
siang hari.
Ekspresif
3. Ah, Papa,
nyalain lampu
sepeda motor di
siang hari itu
penting, agar
keberadaan kita
diketahui oleh
pengguna jalan
lain. Lagian nih
kewajiban
menyalakan
lampu bagi
Menyatakan
bahwa
menyalakan
lampu sepeda
motor di
siang hari itu
penting dan
sudah diatur
dalam UU.
Meminta agar
suaminya
menyalakan
lampu sepeda
motor pada
siang hari.
pengendara
sepeda motor di
siang hari itu
sudah diatur
dalam pasal
107:2 UU no. 22
tahun 2009
tentang lalu
lintas dan
pengguna jalan.
Melanggar
aturan itu bisa
didenda Rp
100.000,00 atau
dipidana dengan
kurungan paling
lama 15 hari
sebagaimana
tertuang dalam
ketentuan denda.
4. Menyalak
an lampu bagi
Menyatakan
bahwa
Menyarankan
pengendara
pengendara
sepeda motor di
siang hari bukan
hanya soal
mematuhi
peraturan lalu
lintas tapi juga
dapat
mengurangi
resiko terjadinya
kecelakaan.
menyalakan
lampu sepeda
motor pada
siang hari
juga dapat
mengurangi
risiko
terjadinya
kecelakaan.
sepeda motor
agar
menyalakan
lampu sepeda
motornya
pada siang
hari.
Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu:
Tindak Tutur Direktif = 3 kali
Tindak Tutur Ekspresif = 1 kali
Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa
7.1.2 Iklan Penghijauan
Suami : Agak merapat sampai pinggir jalan ini yah!
Tukang : Baik Pa, baik Pa.
Suami : Pokoknya saya minta semua lahan di sini dimaksimalkan untuk
bangunan rumah kami yang baru.
Istri : Loh Pa, jadi 300 meter persegi ini kita tutup dengan bangunan
semua?
Suami : Iya, semua lahan ini kita manfaatkan buat bangunan.
Istri : Tapi paling ngak Pa, kita harus usahain loh buat taman, tanaman
pohon, dan resapan air Pa.
Suami : Sayang, Ma, tanah di sinikan mahal.
Istri : Pa, kita itu butuh oksigen, cadangan air, rasa nyaman, dan asri. Itu
lebih mahal harganya Pa.
Tukang : Betul tuh Pak.
Suami : Ah, kamu lagi, ya sudah ayo rombak lagi. Sisahkan 30% untuk taman
dan lahan hijau.
Istri : Ini baru suamiku.
Konteks :
Suami dan istri sedang memantau proses pembangunan rumah mereka. Suami
menyuruh tukang untuk memaksimalkan pembangunan rumah mereka dengan
bangunan rumah tanpa memperhitungkan adanya taman, pohon, serta resapan air.
Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh
Austin dan Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:
Tabel 3
Tuturan
Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis
Tindak
Tutur
Menurut
Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi
1. Agak
merapat sampai
pinggir jalan ini
yah!
pinggir jalan.
Menyuruh
tukang agar
membangun
rumahnya
merapat sampai
ke pinggir jalan.
Tukang
mengikuti
perkataan si
suami.
Direktif
2. Baik Pa,
baik Pa.
Mengatakan
baik kepada
suami.
Mematuhi
perkataan si
suami.
Menambahkan
pernyataannya.
Ekspresif
3. Pokoknya
saya minta semua
lahan di sini
Meminta
semua lahan
dimaksimalk
Menyuruh
tukang untuk
memaksimalkan
Istri menyelak
pernyataan si
suami.
dimaksimalkan
untuk bangunan
rumah kami yang
rumah mereka.
4. Loh Pa,
jadi 300 meter
persegi ini kita
tutup dengan
bangunan semua?
Menanyakan
apakah lahan
mereka akan
ditutup
dengan
bangunan
semua.
Meminta
suaminya untuk
mempertimbang
kan
pernyataannya
karena dia
merasa tidak
setuju dengan
pendapat
suaminya.
Suami tetap
mempertahan
lahan ini kita
manfaatkan buat
bangunan.
Menyatakan
bahwa semua
lahan mereka
manfaatkan
untuk
bangunan.
Meminta
istrinya agar
setuju dengan
pendapatnya.
Istri tidak
setuju.
6. Tapi
paling ngak Pa,
kita harus usahain
loh buat taman,
tanaman pohon,
dan resapan air
Pa.
Menyatakan
bahwa
mereka harus
membuat
taman,
tanaman
pohon, dan
resapan air.
Meminta suami
agar membuat
taman, tanaman
pohon, dan
resapan air.
Merasa tidak
setuju dengan
pendapat
istrinya.
Direktif
7. Sayang,
Ma, tanah di
sinikan mahal.
Menyatakan
bahwa tanah
di sini mahal.
Meminta agar
istrinya setuju
dengan
pendapatnya.
Istri tetap
tidak setuju
lalu memberi
penjelasan
kepada
suaminya.
Direktif
8. Pa, kita itu
butuh oksigen,
cadangan air, rasa
nyaman, dan asri.
Itu lebih mahal
harganya Pa.
Menyatakan
bahwa
mereka butuh
oksigen,
cadangan air,
rasa nyaman,
dan asri. Itu
juga
Meminta agar
suaminya
membuat
taman, tanaman
pohon, dan
resapan air.
Si tukang
setuju dengan
pendapat si
istri.
harganya
lebih mahal.
9. Betul tuh
Pak.
Menyatakan
bahwa
pendapat si
istri itu
benar.
Menyetujui
pendapat si istri.
Menyela
tukang.
Ekspresif
10. Ah, kamu
lagi, ya sudah ayo
rombak lagi.
Sisahkan 30%
untuk taman dan
lahan hijau.
Menyuruh
tukang untuk
merombak
lagi dan
menyisahkan
30% untuk
taman dan
lahan hijau.
Menyetujui
pendapat si istri.
Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu:
Tindak Tutur Direktif = 6 kali
Tindak Tutur Ekspresif = 5 kali
Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa perintah
dan saran.
4.1.3 Iklan Pembiasaan Diri untuk Tidur dengan Waktu yang Cukup
Perempuan : Gitu, ya ampun..
Laki-laki : Yang, udah malam nih, tidur dong.
Perempuan : Ah, belum ngantuk yang.
Laki-laki : Kamu tau gak kalau..
Perempuan : Kalau kurang tidur itu gak baik buat kesehatan.
Audio : Sobat Delta, orang yang tidurnya sedikit biasanya lebih rentan
mengalami obesitas. Apabila kita mengalami obesitas, akan banyak
penyakit yang bersarang di tubuh kita. Biasakan tidur cukup setiap
hari. Ayo, hidup sehat dari sekarang!
Konteks:
Perempuan dan laki-laki tersebut adalah sepasang kekasih. Tuturan terjadi pada
malam hari menjelang waktu tidur. Mereka berbicara lewat telepon. Saat itu laki-laki
tersebut memotong pembicaraan si perempuan dan menyuruhnya untuk segera tidur
karena sudah malam. Saat laki-laki tersebut menasihatinya, lalu perempuan tersebut
Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan
Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:
Tabel 4
Tuturan
Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis
Tindak
Tutur
Menurut
Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi
1. Gitu, ya
ampun..
Melanjutkan
pembicaraan.
Meminta si
laki-laki
bahwa sudah
malam dan
menyuruh
tidur.
Menyuruh agar
si perempuan
tidur
Si
perempuan
menyela dan
tidak
menuruti
perkataan si
laki-laki.
Direktif
3. Ah, belum
ngantuk yang.
Menyatakan
bahwa dirinya
belum
Meminta agar
si laki-laki tetap
mau berbicara
Mencoba
menasihati
si
mengantuk. dengannya. perempuan.
menasihati si
perempuan.
Memotong
pembicaraan
si laki-laki.
Ekspresif
5. Kalau
kurang tidur itu gak
baik buat kesehatan.
Menyatakan
bahwa kurang
tidur itu tidak
baik bagi
kesehatan.
Meminta si
perempuan agar
segera tidur.
- Direktif
6. Sobat Delta,
orang yang tidurnya
sedikit biasanya
lebih rentan
mengalami obesitas.
Apabila kita
mengalami obesitas,
akan banyak
penyakit yang
bersarang di tubuh
kita. Biasakan tidur
cukup setiap hari.
1.Menyatakan
bahwa orang
yang kurang
tidur lebih
rentan
mengalami
obesitas dan
penyakit lain.
2.
Mengajak
untuk hidup
sehat.
Menyarankan
agar
masyarakat
tidur cukup
setiap hari
serta mengajak
untuk
membiasakan
diri dengan
hidup sehat.
Ayo hidup sehat
dari sekarang.
Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu:
Tindak Tutur Direktif = 5 kali
Tindak Tutur Ekspresif = 1 kali
Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa
permintaan, saran dan perintah.
4.1.4 Iklan Pembiasaan Diri untuk Berjalan Kaki
Perempuan : Gak ada yang celana jeans kamu. Duh, cari di mana lagi ya?
Laki-laki : Coba di mall seberang aja yoyang..
Perempuan : Boleh, kita jalan kaki aja yo!
Laki-laki : Hah? Jalan kaki? Yakin kamu mau jalan kaki?
Audio : Kebiasaan jalan kaki sudah lazim kita dengar di beberapa negara
maju, seperti Jepang, Korea, Inggris, bahkan Amerika. Kalau di
Indonesia sendiri, jalan kaki masih belum menjadi kebiasaan banyak
orang. Padahal jalan kaki memiliki banyak manfaat untuk kesehatan,
seperti mencegah serangan jantung, struk, menurunkan berat badan,
mencegah kencing manis, mencegah osteoporosis, dan masih banyak
Konteks:
Perempuan dan laki-laki tersebut sedang berada di suatu pusat perbelanjaan. Mereka
ingin mencari celana jeans untuk si laki-laki. Namun mereka tidak menemukannya.
Lalu si perempuan mengajak si laki-laki untuk mencarinya di salah satu pusat
perbelanjaan yang berada di seberang tempat mereka berada. Karena merasa dekat,
maka si perempuan mengajak si laki-laki pergi ke sana dengan berjalan kaki. Karena
merasa tidak biasa, lalu si laki-laki merasa heran dengan ajakan si perempuan.
Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan
Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:
Tabel 5
Tuturan
Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis
Tindak
Tutur
Menurut
Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi
1. Gak ada
yang celana
jeans kamu.
Duh, cari di
mana lagi ya?
1.Menyatakan
bahwa
celana jeans
yang mereka
cari tidak
ada.
2.Bertanya
Memberitahu
bahwa celana
yang mereka
cari tidak ada.
Mengajak si
perempuan
mencari ke
mall seberang.
Representat
mereka
harus
mencari
kemana.
2. Coba di
mall seberang aja
yoyang..
Mengajak
untuk ke
mall
seberang.
Mengajak si
perempuan
untuk ikut
dengannya
mencari ke
mall seberang.
Si perempuan
mengikuti
saran si
laki-laki.
Direktif
3. Boleh,
kita jalan kaki
aja yo!
Menyetujui
dan
mengajak
jalan kaki.
Mengajak si
laki-laki untuk
berjalan kaki.
Heran dan
menyanggah
pernyataan si
perempuan.
Direktif
4. Hah?
Jalan kaki?
Yakin kamu mau
jalan kaki?
Bertanya
kepada si
perempuan.
Merasa tidak
setuju dan
meminta si
perempuan
mempertimban
gkan
pernyataannya.
- Ekspresif
n jalan kaki
sudah lazim kita
dengar di
beberapa negara
maju, seperti
Jepang, Korea,
Inggris, bahkan
Amerika. Kalau
di Indonesia
sendiri, jalan
kaki masih
belum menjadi
kebiasaan
banyak orang.
Padahal jalan
kaki memiliki
banyak manfaat
untuk kesehatan,
seperti mencegah
serangan
jantung, struk,
menurunkan
bahwa
kebiasaan
berjalan
kaki sudah
lazim di
negara-negara maju
tetapi di
kaki dapat
mencegah
banyak
penyakit.
3.Mengajak
kita untuk
hidup sehat
dari
sekarang.
masyarakat
untuk
membiasakan
diri berjalan
kaki agar
terhindar dari
berbagai
berat badan,
mencegah
kencing manis,
mencegah
osteoporosis, dan
masih banyak
lagi. Ayo,
biasakan hidup
sehat dari
sekarang!
Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu:
Tindak Tutur Representatif = 1 kali
Tindak Tutur Direktif = 3 kali
Tindak Tutur Ekspresif = 1 kali
Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa ajakan.
4.1.5 Iklan Penghematan Tisue
Perempuan : Yah, yah tumpah, mau tisue-nya dong!
Lali-laki : Eh, banyak banget tisue-nya, pake lap aja dong!
Perempuan : Ih, kenapa sih?
Audio : Sobat Delta, menghemat sehelai tisue dapat menyelamatkan bumi,
konsumsi tisue yang besar berakibat akan semakin banyak pohon dan
hutan yang ditebangi. Wah, bisa gundul bumi kita. Yuk, mulai gaya
hidup hijau dari sekarang!
Konteks:
Si perempuan dan si laki-laki sedang berada di rumah makan. Saat mereka makan,
tiba-tiba makanan si perempuan tumpah. Karena merasa kotor, jadi si perempuan
meminta tisue kepada pelayan di tempat itu. Si laki-laki memprotes si perempuan
karena dia menggunakan tisue terlalu banyak.
Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin, maka
data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:
Tabel 6
Tuturan
Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis
Tindak
Tutur
Menurut
Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi
1.Yah, yah
tumpah, mau
tisue-nya dong!
Menyatakan
bahwa
makanannya
tumpah dan
meminta tisue.
Meminta
pelayan
memberikan dia
tisue.
Memberikan
tisue yang
dia minta.
2.Eh, banyak
digunakan si
perempuan terlalu
banyak dan dia
menyuruh si
perempuan
menggunakan kain
lap.
Melarang si
perempuan
menggunakan
tisue terlalu
banyak dan
menyarankannya
pernyataan si
laki-laki.
- Ekspresif
4. Sobat
Delta,
menghemat
sehelai tisue
dapat
menyelamatkan
bumi, karena
tisue adalah
kertas yang
berasal dari
1. Menyataka
n bahwa
menghemat
sehelai tisue
dapat
menyelamatkan
bumi karena akan
mengurangi
salah satu dari
gaya hidup hijau.
pohon.
Meningkatnya
konsumsi tisue
yang besar
berakibat akan
semakin banyak
pohon dan
hutan yang
ditebangi. Wah,
bisa gundul
bumi kita. Yuk,
mulai gaya
hidup hijau dari
sekarang!
2.Mengajak untuk
memulai gaya
hidup hijau dari
sekarang.
Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu:
Tindak Tutur Direktif = 2 kali
Tindak Tutur Ekspresif = 1 kali
Tindak Tutur Deklaratif = 1 kali
Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa
4.1.6 Iklan Pencegahan Banjir
Laki-laki : Wah, sudah mau musim penghujan ya ternyata. Harus membeli dan
mempersiapkan perahu karet nih.
Perempuan : Hah? Perahu karet? Untuk apaan Pa?
Lali-laki : Lah, jadi kalau nanti banjir besar datang di lingkungan kita, mama
gak perlu repot-repot lagi nyari pertolongan Ma.
Perempuan : Serius?
Audio : Daripada repot mempersiapkan perahu karet untuk menyambut
datangnya banjir, lebih baik mulai sekarang membiasakan diri untuk
tidak membuang sampah sembarangan. Apalagi membuang sampah ke
saluran pembuangan air. Dengan tidak membuang sampah
sembarangan resiko terjadinya banjir besar pasti akan dapat
diminimalisir. Selain itu dengan tidak membuang sampah
sembarangan resiko terjadinya penyakit, seperti malaria, demam
berdarah, serta berbagai jenis penyakit kulit dapat ditekan sekecil
mungkin.
Laki-laki : Oh, jadi lebih baik untuk tidak membuang sampah sembarangan ya?
Perempuan : Pastinya. Cara yang lebih efisien tapi jelas jauh lebih efektif.
Konteks:
Si laki-laki dan si perempuan adalah sepasang suami-istri. Mereka sedang
berbincang-bincang. Tiba-tiba si laki-laki sedang teringat akan musim penghujan
akan segera membuat perahu karet. Di akhir pembicaraan akhirnya si laki-laki sadar
bahwa cara yang tepat untuk menghadapi banjir bukan dengan membuat perahu karet
tetapi dengan mencegah banjir terjadi. Cara yang dapat dotempuh yaitu dengan tidak
membuang sampah sembarangan.
Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan
Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:
Tabel 7
Tuturan
Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis
Tindak
Tutur
Menurut
Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi
1. Wah, sudah
mau musim
penghujan ya
ternyata. Harus
membeli dan
mempersiapkan
perahu karet
nih!
Menyatakan
bahwa musim
penghujan
sudah dekat dan
harus membeli
serta
mempersiapkan
perahu karet.
Menyarankan
agar si
perempuan
juga membuat
perahu karet.
Heran dan
karet? Untuk
apaan Pa? perahu karet. menyelak
pernyataan si
laki-laki.
mengapa si
laki-laki
menyatakan
demikian.
3. Lah, jadi kalau
nanti banjir
besar datang di
lingkungan kita,
mama gak perlu
repot-repot lagi
nyari
pertolongan Ma.
Mengatakan apa
kegunaan
perahu karet
saat datang
hujan.
Memberitahu
kegunaan
perahu karet
saat musim
penghujan.
Meyakinkan
pernyataan
si laki-laki.
Representatif
4. Serius? Menyatakan
serius.
Menegaskan
apakah si
laki-laki yakin
dengan
pernyataannya.
- Ekspresif
5. Daripada repot
mempersiapkan
perahu karet
untuk
menyambut
Menyatakan
bahwa kita
lebih baik
membiasakan
diri untuk tidak
Menyarankan
kita untuk
tidak
membuang
sampah
Si laki-laki
sadar akan
hal yang
lebih baik
dilakukan.
datangnya
banjir, lebih
baik mulai
sekarang
membiasakan
diri untuk tidak
membuang
pembuangan air.
Dengan tidak
membuang
sampah
sembarangan
resiko
terjadinya banjir
besar pasti akan
dapat
perahu karet.
Selain
mencegah
banjir, hal itu
dapat mencegah
berbagai
penyakit.
sembarangan
karena hal itu
dapat
meminimalisir
terjadinya
banjir dan
berbagai
diminimalisir,
selain itu
dengan tidak
membuang
sampah
sembarangan
resiko
terjadinya
penyakit, seperti
malaria, demam
berdarah, serta
berbagai jenis
penyakit kulit
dapat ditekan
sekecil
mungkin.
6. Oh, jadi lebih
baik untuk tidak
membuang
sampah
sembarangan
ya?
Menanyakan
apakah lebih
baik untuk tidak
membuang
sampah
sembarangan.
Memutuskan
bahwa dirinya
ternyata lebih
baik untuk
tidak
membuang
Menyetujui
pendapat si
laki-laki.