• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak Tutur Dalam Iklan Di Radio 105.8 Delta FM Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tindak Tutur Dalam Iklan Di Radio 105.8 Delta FM Medan"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK TUTUR DALAM IKLAN DI RADIO 105.8

DELTA FM MEDAN

SKRIPSI

OLEH

RINA DESLIAH TAMPUBOLON

090701022

DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINDAK TUTUR DALAM IKLAN DI RADIO 105.8 DELTA FM MEDAN

Oleh

Rina Desliah Tampubolon

090701022

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana sastra

dan telah disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Asrul Siregar, M.Hum. Dra. Mascahaya, M.Hum.

NIP. 19590502 198601 1 001 NIP. 19590819 198601 2 001

Departemen Sastra Indonesia

Ketua

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M. Si.

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya

perbuat ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar

kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Juni 2013

Penulis,

(4)

TINDAK TUTUR DALAM IKLAN DI RADIO 105.8 DELTA FM MEDAN

Rina Desliah Tampubolon

Fakultas Ilmu Budaya USU

ABSTRAK

Penelitian ini membahas Tindak Tutur dalam Iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak (Sudaryanto, 1993: 133). Maksudnya adalah peneliti menyimak tuturan yang terdapat

dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan. Sedangkan teknik yang digunakan

dalam pengumpulan data adalah teknik simak bebas libat cakap dan teknik rekam

yang dilanjutkan dengan teknik catat. Ketentuan yang digunakan untuk menentukan

data, yaitu berupa iklan layanan masyarakat yang berbentuk tuturan (tidak berupa

lagu) dan menggunakan bahasa Indonesia. Data dianalisis sesuai dengan teori yang

disampaikan oleh Austin dan Searle. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan

jenis tindak tutur serta tindak tutur yang dominan di Radio 105.8 Delta FM Medan.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tindak tutur yang terdapat di Radio 105.8

Delta FM Medan yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi serta tindak tutur

representatif, direktif, ekspresif, dan deklaratif. Sedangkan tindak tutur yang dominan

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang maha Esa atas kasih

dan semua berkat-Nya yang selalu melimpah kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik. Banyak pihak yang ikut terlibat dalam penyelesaian

skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si.,

sebagai ketua Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P., sebagai sekretaris Departemen Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Asrul Siregar, M.Hum., sebagai dosen pembimbing I dan Ibu Dra.

Mascahaya, M.Hum., sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak

memberikan ilmu, waktu serta masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dr. Gustianingsih, M.Hum., sebagai dosen pembimbing akademik yang

memberikan pengarahan kepada penulis selama perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu

kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Kedua orang tuaku yang tercinta, ayahanda M. Tampubolon, S.Pd. dan ibunda

F. Simbolon yang senantiasa memberikan kasih sayang, perhatian, waktu, doa

serta motivasi kepada penulis. Terima kasih banyak untuk semua pengorbanan

(6)

yang banyak membagi pengalaman dan senantiasa memerhatikan serta

memotivasi penulis. Untuk kedua adikku Nova Dina Tampubolon dan Boyke

Frenny Tampubolon yang juga menjadi motivasi pagi penulis. Aku

menyanyangi kalian semua.

7. Seseorang yang terkasih, Richard H. Panggabean, S.P. yang banyak berkorban

untuk penulis. Terima kasih untuk semua cinta, waktu, perhatian, dan

motivasi yang boleh kuterima.

8. Kedua teman yang selalu ada untuk tempat berbagi Dina dan Paulina.

9. Teman-teman seperjuangan di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara stambuk 2009 yang selalu ribut di setiap

tempat. Terima kasih untuk waktu yang kita lalui bersama dari awal

perkuliahan. Aku akan merindukan masa-masa itu.

10.Untuk senior dan junior yang banyak memberi masukan kepada penulis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca. Semoga skipsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, Juni 2013

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……….. i

ABSTRAK ………... ii

PRAKATA ……….. iii

DAFTAR ISI ………... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ……….. 6

1.3 Batasan Masalah ………. 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. …... 7

1.4.1 Tujuan Penelitian ……….. 7

1.4.2 Manfaat Penelitian ……… 7

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ... 8

2.1.1 Tindak Tutur ……….….. 8

2.1.2 Iklan ……….... 9

2.1.3 Radio ………..………..…... 9

2.2 Landasan Teori ………..…….. 10

2.2.1 Pragmatik ………..…….. 10

2.2.2 Aspek Situasi Ujar ………..…… 10

2.2.3 Tindak Tutur ………..………. 12

2.2.4 Peristiwa Tutur ………..………. 15

2.3 Tinjauan Pustaka ………..………... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data dan Data ………..………… 19

3.1.1 Sumber Data ……….. 19

3.1.2 Data ……… …... 19

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ………. 19

(8)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Jenis Tindak Tutur yang Digunakan dalam Iklan di Radio Delta 104.5 FM Medan

4.1.1 Iklan Penyalaan Lampu di Siang Hari ……...……….. 27

4.1.2 Iklan Penghijauan …...………. 31

4.1.3 Iklan Pembiasaan Diri untuk Tidur dengan Waktu yang Cukup 36 4.1.4 Iklan Pembiasaan Diri untuk Berjalan Kaki ………. 39

4.1.5 Iklan Penghematan Tisue ………... 43

4.1.6 Iklan Pencegahan Banjir ………. 46

4.1.7 Iklan Pendidikan untuk Kaum Perempuan ………. 51

4.1.8 Iklan Perilaku Berkendara ………. 56

4.1.9 Iklan Pemeriksaan Gigi ………. 61

4.1.10 Iklan Kebiasaan Berolahraga ………. 65

4.2 Tindak Tutur Dominan yang Digunakan di Radio 105.8 Delta FM Medan 70 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN ……….… 71

5.2 SARAN ……….… 73

(9)

TINDAK TUTUR DALAM IKLAN DI RADIO 105.8 DELTA FM MEDAN

Rina Desliah Tampubolon

Fakultas Ilmu Budaya USU

ABSTRAK

Penelitian ini membahas Tindak Tutur dalam Iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak (Sudaryanto, 1993: 133). Maksudnya adalah peneliti menyimak tuturan yang terdapat

dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan. Sedangkan teknik yang digunakan

dalam pengumpulan data adalah teknik simak bebas libat cakap dan teknik rekam

yang dilanjutkan dengan teknik catat. Ketentuan yang digunakan untuk menentukan

data, yaitu berupa iklan layanan masyarakat yang berbentuk tuturan (tidak berupa

lagu) dan menggunakan bahasa Indonesia. Data dianalisis sesuai dengan teori yang

disampaikan oleh Austin dan Searle. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan

jenis tindak tutur serta tindak tutur yang dominan di Radio 105.8 Delta FM Medan.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tindak tutur yang terdapat di Radio 105.8

Delta FM Medan yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi serta tindak tutur

representatif, direktif, ekspresif, dan deklaratif. Sedangkan tindak tutur yang dominan

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Interaksi yang terjadi

dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi

yang penting bagi manusia karena dengan bahasa manusia dapat mengekspresikan

gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

dengan baik, manusia harus menguasai keterampilan berbahasa. Tarigan (1986: 2)

menyatakan bahwa keterampilan berbahasa meliputi empat macam, yaitu

keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Berbicara merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang akan

menghasilkan suatu tindak tutur. Kridalaksana (2008: 191) berpendapat bahwa tindak

tutur atau pertuturan merupakan (1) perbuatan berbahasa yang dimungkinkan oleh

dan diwujudkan sesuai dengan kaidah-kaidah pemakaian unsur-unsur bahasa; (2)

perbuatan menghasilkan bunyi bahasa secara beraturan sehingga menghasilkan ujaran

bermakna; (3) seluruh komponen linguistik dan nonlinguistik yang meliputi suatu

perbuatan bahasa yang utuh, yang menyangkut partisipan, bentuk penyampaian

amanat, topik, dan konteks amanat itu; (4) pengujaran kalimat untuk menyatakan agar

suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar.

Pembagian mengenai tindak tutur telah dirumuskan oleh beberapa ahli bahasa

seperti Austin (dalam Chaer, 2010: 27) yang membagi tindak tutur dalam tiga

(11)

2010: 29 – 30) yang membagi tindak tutur dalam lima kategori yaitu representatif,

direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif.

Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi

dengan menggunakan bahasa. Tindak tutur dapat terjadi ketika seorang penutur

berbicara dengan lawan tuturnya. Tindak tutur dapat dilihat dan didengar secara

langsung, misalnya di rumah, di kos, di jalan, atau di tempat lainnya. Tidak hanya itu,

tindak tutur juga dapat terjadi di berbagai media yang dapat kita baca, lihat, dan

dengarkan, seperti di buku cerita, novel, komik, dan film maupun dalam iklan di

televisi dan radio.

Tindak tutur yang terjadi di berbagai tempat tersebut dapat kita teliti sesuai

dengan pemahaman mengenai ilmu pragmatik. Levinson (dalam Tarigan, 1986: 33)

berpendapat bahwa pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan

konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa,

dengan kata lain telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta

menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat. Untuk itu dalam

meneliti tindak tutur kita harus dapat memahami kaitan antara tuturan yang

disampaikan penutur kepada lawan tutur dengan konteks tuturannya.

Pembahasan mengenai tindak tutur yang digunakan dalam berbagai situasi

telah banyak diteliti sebelumnya. Termasuk para alumni yang telah menyelesaikan

studinya di Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sumatera Utara.

Seperti halnya Maharani (2007) dalam skripsinya Tindak Tutur Percakapan pada

Komik Asterix seri ke-20, Farida (2009) dalam skripsinya Tindak Tutur dalam Novel

(12)

kajian tindak tutur yang terbaru yang dilakukan oleh Dina (2012) dalam skripsinya

Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Dialog Film Alangkah Lucunya (Negeri

Ini) karya Deddy Mizwar. Penelitian mengenai tindak tutur yang telah dilakukan

sebelumnya juga membuat peneliti merasa tertarik untuk meneliti tindak tutur dengan

objek yang belum pernah diteliti seperti halnya kajian mengenai tindak tutur dalam

iklan di Radio Delta 105.8 FM Medan.

Peneliti menjadikan radio sebagai objek penelitian karena radio merupakan

media komunikasi lisan yang memiliki sifat begitu terdengar langsung hilang tidak

membekas. Oleh sebab itu bahasa yang digunakan harus menarik dan tidak mudah

hilang dari ingatan pendengar atau penyimak. Hal ini dapat kita dengar seperti halnya

dalam penyampaian pesan melalui iklan. Pada bahasa iklan, para produsen bebas

menggunakan bahasa untuk menarik pemirsa atau pembaca agar produk yang

diiklankan itu laris. Hal ini dapat memberi efek dan daya pengaruh yang berbeda

antara manusia yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan bahasa iklan yang

digunakan oleh produsen untuk memasarkan dagangannya. Kekuatan narasi atau

pilihan kata pada sebuah iklan dapat membuat banyak orang terpengaruh untuk

mengikuti apa isi pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut. Kekuatan bahasa

pada iklan dapat memberi kesan mengajari, memerintah bahkan terkadang seperti

memberi efek hipnotis pada konsumen sehingga konsumen mau mengikuti apa yang

dipesankan dalam iklan yang didengar atau dilihatnya.

Pemanfaatan radio sebagai media periklanan sudah lama berlangsung hampir

seusia dengan ditemukannya radio pertama kali. Banyak pihak swasta yang

(13)

periklanan radio lebih cepat, murah, serta memiliki efek psikologis dibandingkan

dengan media lain seperti televisi.

Ciri khas radio dalam menyampaikan informasi kepada khalayak yaitu berupa

penyampaian kata-kata yang berusaha menarik perhatian pendengar membuat

pendengar radio memiliki jumlah yang tidak terbatas. Karena hal itu maka radio

memiliki potensi yang besar untuk menunjang pembangunan khususnya menjadi

sumber penghasilan bagi kalangan tertentu seperti kalangan swasta. Cara yang dapat

dilakukan untuk menambah sumber penghasilan salah satunya dengan memasang

iklan.

Iklan menurut Widyatama, Rendra (2007: 13) adalah bentuk penyajian pesan

yang dilakukan oleh komunikator secara nonpersonal melalui media untuk ditujukan

pada komunikan dengan cara membayar.

Radio 105.8 Delta FM Medan dijadikan objek penelitian iklan karena di

Medan radio tersebut merupakan radio swasta dengan jangkauan yang luas dan

pendengarnya pun cukup banyak sehingga banyak mengundang minat pemasang

iklan dalam rangka mengenalkan produk-produknya. Jangkauan Radio 105.8 Delta

FM tidak hanya tersebar di daerah kota Medan tetapi juga Jakarta, Bandung,

Surabaya, Semarang, dan kota besar lainnya. Namun dalam penelitian ini peneliti

hanya terfokus pada Radio 105.8 Delta FM Medan yang terdapat di Jalan Imam

Bonjol nomor 16D, Gedung Mandiri lantai tiga.

Program yang terdapat dalam Radio 105.8 Delta FM Medan secara umum

dibagi menjadi tiga bagiain the Morning

(14)

program yang ditawarkan oleh radio 105.8 Delta FM Medan dengan waktu siar senin

– jumat pagi pukul 06.00 – 10.00 WIB. Radio 105.8 Delta FM Medan memberi

suguhan format acara yang bersifat menemani dan membuat pagi hari menjadi

menyenangkan dengan topik-topik segar dan relevan. Pendengar dibumbui

komentar-komentar lucu dan nakal dari dua penyiar bintang yaitu Farhan dan Asri Welas di

sela-sela lagu enak. Obrolan yang dekat dengan pendengar yang dibawakan dalam

suasana yang menyenangkan.

Program yang kedua menemani pendengar setiap senin – jumat siang pukul

16.00 – 20.00 WIB berisi siaran yang menyuguhkan menu utama 100% lagu enak.

Saat yang bersamaan mampu menjadi teman pendengar dengan melemparkan

topik-topik sharing.

Program yang ketiga menemani pendengar setiap senin – jumat siang pukul

10.00 – 16.00 WIB dengan siaran yang menyuguhkan menu utama 100% lagu enak

dengan segmen program yang dirancang khusus untuk memanjakan pendengar.

Sehingga sebanyak empat kali 50 menit (selama kurun waktu enam jam), pendengar

secara nonstop akan dapat menikmati lagu-lagu enak tanpa terpotong jeda iklan.

Program acara ini dibawakan oleh seorang penyiar yang memiliki pengetahuan luas

tentang dunia musik beserta industrinya sehingga selalu dapat memberikan

informasi-informasi menarik seputar musik dan lagu.

Program-program yang terdapat dalam Radio 105.8 Delta FM Medan mampu

membuat pendengar semakin merasa tertarik untuk lebih sering mendengarkan siaran

dari Radio 105.8 Delta FM Medan. Hal ini menjadi salah satu kelebihan yang

(15)

suguhan lagu-lagu serta kata-kata yang menarik, obrolan yang diberikan juga mampu

membuka wawasan pendengar.

Radio 105.8 Delta FM Medan dengan motto “100% Lagu Enak” merupakan

radio yang banyak diminati pendengar khususnya pendengar remaja. Hal ini juga

menjadi salah satu alasan sehingga iklan yang terdapat di Radio 105.8 Delta FM

Medan tidak hanya terbatas pada iklan perniagaan barang saja tetapi justru lebih

dominan ke iklan layanan masyarakat yang lebih cenderung berkenaan dengan

kehidupan remaja saat ini. Penyuguhan iklan juga menggunakan tuturan-tuturan yang

menarik agar pendengar semakin merasa akrab dengan kata-kata yang disampaikan

dalam iklan. Seperti iklan mengenai penggunaan jalan raya, kebiasaan berolah raga,

dan penghijauan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian dalam latar belakang masalah, dapatlah dirumuskan masalah

penelitian yaitu :

1. Bagaimanakah jenis tindak tutur yang digunakan dalam iklan di Radio 105.8

Delta FM Medan?

2. Bagaimanakah tindak tutur yang dominan digunakan dalam iklan di Radio 105.8

Delta FM Medan?

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam

(16)

akan membantu peneliti untuk memberikan fokus pada objek yang ditelitinya agar

tidak terlalu luas serta lebih terarah. Pada penelitian ini masalah dibatasi hanya pada

jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Austin dan Searle serta tindak tutur yang

dominan digunakan dalam iklan di Radio Delta 105.8 FM Medan. Dominan yang

diartikan dalam hal ini yaitu tindak tutur yang paling banyak digunakan dalam iklan.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini betujuan untuk:

1. Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan dalam iklan di Radio 105.8

Delta FM Medan.

2. Mendeskripsikan tindak tutur yang dominan dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM

Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini bermanfaat untuk kepentingan perkembangan ilmu bahasa

khususnya ilmu pragmatik.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para pengguna bahasa,

khususnya para penulis iklan radio dalam mengoptimalkan pemakaian bahasa.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman kepada para pendengar radio

mengenai tujuan penutur dalam iklan, khususnya iklan di Radio 105.8 Delta FM

(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret

(KBBI, 2007: 588).

2.1.1 Tindak Tutur

Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

Austin, seorang guru besar di Universitas Harvard pada tahun 1956, kemudian teori

yang berasal dari mata kuliah itu dibukukan oleh J. O. Urmson (1962) dengan judul

How to do Thing with Word. Lalu teori tersebut menjadi terkenal setelah Searle

menerbitkan buku berjudul Speech Act: an Essay in the Philosophy of Language

(1969). Menurut Austin (1962) tindak tutur dilangsungkan dengan tiga peristiwa

tindakan yang berlangsung sekaligus, yaitu (1) tindak lokusi (2) tindak ilokusi (3)

tindak perlokusi. Sementara itu Searle (1975) membagi tindak tutur dalam lima

kategori, yaitu respresentatif, direktif, ekspresif, komisif, deklaratif. Tindak tutur

merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan

oleh kemampuan si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur lebih

(18)

2.1.2 Iklan

Menurut pakar periklanan Amerika, S. William Pattis (dalam Copywriting,

2001: 7) iklan lebih sering disebut sebagai sebuah usaha agar barang yang

diperjualbelikan laku keras. Padahal sesungguhnya iklan adalah setiap bentuk

komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi dan mempromosikan produk dan

jasa kepada seseorang atau pembeli potensial; mempengaruhi dan memenangkan

pendapat publik untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan keinginanan si pemasang

iklan. Iklan adalah sebuah tanggung jawab dalam proses penjualan dan pemasaran

yang bentuknya bisa tulisan, gambar, film, atau gabungan unsur-unsur tersebut.

2.1.3 Radio

Lee (dalam Moeryanto, 1996: 93) berpendapat bahwa radio adalah alat

(19)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pragmatik

Pragmatik merupakan kajian linguistik yang menelaah ucapan-ucapan tertentu

dalam situasi-situasi tertentu dan terutama memusatkan perhatian pada aneka ragam

cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial. Bagaimana bahasa itu digunakan

dalam bentuk ujaran atau tuturan dikaji dalam pragmatik.

Parker (dalam Chaer, 2010: 24) berpendapat bahwa pragmatik sebagai cabang

ilmu linguistik merupakan ilmu kajian bahasa yang mengkaji makna-makna satuan

bahasa secara eksternal. Secara eksternal artinya bahwa pragmatik mengkaji makna

yang berada di luar satuan bahasa, atau yang disebut dengan maksud. Berbeda dengan

cabang ilmu bahasa lain seperti semantik yang mempelajari makna-makna satuan

bahasa secara internal, artinya mempelajari makna yang terdapat dalam satuan

bahasa itu.

Menurut Levinson (dalam Tarigan, 1986: 33) pragmatik adalah telaah

mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan

atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain: telaah mengenai kemampuan

pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat dan

konteks-konteks secara tepat.

2.2.2 Aspek Situasi Ujar

Untuk memahami suatu situasi ujaran, waktu dan tempat merupakan unsur

yang mutlak diketahui. Selain kedua unsur tersebut ada aspek-aspek lain yang perlu

(20)

untuk memahami hal-hal yang menyangkut keterkaitan antara ujaran dengan situasi.

Hal ini berhubungan dengan pragmatik yang menelaah makna dengan situasi ujaran.

Aspek-aspek lain yang mendukung situasi ujaran:

a. Penutur dan lawan tutur di dalam beberapa literatur, khususnya dalam Searle

(1983) lazim dilambangkan dengan S (Speaker) yang berarti pembicara atau

penutur dan H (Hearer) yang dapat diartikan pendengar atau mitra tutur.

Digunakannya lambang S dan H tidak dengan sendirinya membatasi cakupan

pragmatik semata-mata hanya pada bahasa ragam lisan saja, melainkan juga dapat

mencakup ragam bahasa tulis.

b. Konteks tuturan telah diartikan bermacam-macam oleh para linguis. Konteks dapat

mencakup aspek-aspek tuturan yang relevan, baik secara fisik maupun nonfisik.

Konteks dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan yang

diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur serta yang mendukung

interpretasi mitra tutur dan apa yang dimaksudkan penutur itu dalam proses

bertutur. Berkenaan dengan hal itu Leech (1983) telah menyatakan “I shall

consider context to be any background knowledge assumed to be shared by S and

H and which contributes to H interpretation of what S means by a given

utterance.”

c. Tujuan tutur berkaitan erat dengan bentuk tuturan seseorang. Dikatakan demikian

karena pada dasarnya tuturan itu terwujud karena dilatarbelakangi oleh maksud

dan tujuan tutur yang jelas dan tertentu sifatnya. Secara pragmatik satu bentuk

(21)

sebaliknya satu maksud atau tujuan tutur dapat diwujudkan dengan bentuk tuturan

yang berbeda-beda.

d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas merupakan bidang yang ditangani

pragmatik. Karena pragmatik mempelajari tindak verbal yang terdapat dalam

situasi tutur tertentu, dapat dikatakan bahwa yang dibicarakan dalam pragmatik itu

bersifat konkret karena jelas siapa peserta tuturnya, di mana tempat tuturnya,

kapan waktu tuturnya dan seperti apa konteks situasi tuturnya keseluruhan.

e. Tuturan dapat dipandang sebagai sebuah produk tindak verbal. Dapat dikatakan

demikian karena pada dasarnya tuturan yang ada dalam sebuah pertuturan itu

adalah hasil tindakan para peserta tutur dengan segala pertimbangan konteks yang

melingkupi dan mewadahinya.

2.2.3 Tindak Tutur

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1195) tindak diartikan sebagai

langkah atau perbuatan, sedangkan tutur diartikan sebagai ucapan, kata, perkataan

(2007: 1231). Dari dua pengertian tersebut tindak tutur dapat diartikan sebagai

perbuatan memproduksi tuturan atau ucapan. Tarigan (1986: 36) menjelaskan bahwa

tindak tutur atau tuturan yang dihasilkan oleh manusia dapat berupa ucapan.

Berkenaan dengan hal itu Austin (1962) membagi tindak tutur atas tiga jenis, yaitu

tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi.

a) Lokusi

Merupakan tindak tutur untuk menyatakan sesuatu sebagaimana adanya atau tindakan

(22)

Contoh :

Tahun 2004 gempa dan tsunami melanda Banda Aceh.

Kalimat di atas dituturkan oleh seorang penutur semata-mata hanya untuk

memberi informasi sesuatu belaka, tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu. Apalagi

untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Kalimat di atas memberi informasi mengenai

gempa dan tsunami yang pada tahun 2004 melanda Banda Aceh. Tindak tutur lokusi

hanya memberi makna secara harafiah seperti yang dinyatakan pada contoh di atas.

b) Ilokusi

Merupakan tindak tutur yang menyatakan sesuatu juga menyatakan tindakan

melakukan sesuatu.

Contoh:

Sudah hampir pukul tujuh.

Kalimat di atas bila dituturkan oleh seorang suami kepada istrinya di pagi

hari, selain memberi informasi tentang waktu, juga berisi tindakan yaitu

mengingatkan si istri bahwa si suami harus segera berangkat ke kantor; jadi minta

disediakan sarapan.

c) Perlokusi

Merupakan tindak tutur yang mempunyai pengaruh atau efek terhadap lawan tutur

atau orang yang mendengar tuturan itu.

Contoh:

Minggu lalu saya ada keperluan keluarga yang tidak dapat ditinggalkan.

Tuturan di atas bukan hanya memberi informasi bahwa si penutur pada

(23)

minggu lalu mengundang untuk hadir pada resepsi pernikahan, bermaksud juga

meminta maaf. Lalu, efek yang diharapkan adalah memberi maaf kepada penutur.

Berkaitan dengan tindak tutur, Searle (dalam Abdul Chaer, 2010: 29 – 30)

juga membagi tindak tutur berdasarkan lima kategori:

a. Representatif (disebut juga asertif)

Merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa

yang dikatakannya. Misalnya mengatakan, melaporkan, dan menyebutkan.

b. Direktif

Merupakan tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar lawan

tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Misalnya

menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang.

c. Ekspresif

Merupakan tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan

sebagai evaluasi mengenai hal yang disebutkan dalam tuturan itu. Misalnya

memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, dan menyelak.

d. Komisif

Merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang

disebutkan di dalam tuturannya. Misalnya berjanji, bersumpah, dan mengancam.

e. Deklaratif

Merupakan tindak tutur yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk

menciptakan hal (status, keadaan, dsb.) yang baru. Misalnya memutuskan,

(24)

2.2.4 Peristiwa Tutur

Dalam peristiwa tuturan baik penutur maupun lawan bicara harus memahami

konteks agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Salah seorang pakar

sosiolinguistik, Dell Hymnes (1972) berpendapat bahwa peristiwa tutur harus

memenuhi delapan komponen yang huruf awalnya dapat dirangkai menjadi sebuah

akronim SPEAKING:

S = Setting and scene

P = Participants

E = Ends : purpose and goal

A = Act sequences

K = Key : tone or spirit of act

I = Instrumentalities

N = Norms of interaction and interpretation

G = Genres

Setting and scene. Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur

berlangsung, scene mengacu pada situasi tempat dan waktu atau situasi psikologis

pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan

penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara di lapangan sepak bola pada

waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan

pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu banyak orang membaca dan dalam

keadaan sunyi. Di lapangan sepak bola kita bisa berbicara keras-keras, tetapi di ruang

(25)

Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan bisa pembicara

dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim atau penerima pesan. Dua orang

yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara dan pendengar, tetapi

sebagai pengkotbah di mesjid, khotib sebagai pembicara dan jemaah sebagai

pendengar tidak dapat bertukar peran. Status sosial partisipan sangat menentukan

ragam bahasa yang digunakan. Misalnya seorang anak akan menggunakan ragam

bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orang tuanya atau gurunya bila

dibandingkan kalau dia berbicara dengan teman-teman sebayanya.

Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang terjadi

di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan kasus perkara. Namun para

partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin

membuktikan kesalahan terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahwa terdakwa

tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang adil. Dalam

peristiwa tutur di ruang kuliah, dosen yang cantik itu berusaha untuk menjelaskan

materi kuliah agar dapat dipahami mahasiswanya. Namun, barang kali di antara para

mahasiswa itu ada yang datang hanya untuk memandang wajah dosen yang cantik itu.

Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini

berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan

hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran dalam

perkuliahan umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah berbeda. Begitu

juga dengan isi yang dibicarakan.

Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan

(26)

dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh

dan isyarat.

Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur

lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu pada

kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, ragam dialek, atau register.

Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan

dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya

dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan

bicara.

Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,

(27)

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki

atau mempelajari (KBBI, 2007: 1198). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon

(KBBI, 2007: 912). Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan, ada sejumlah sumber

yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

Maharani (2007) dalam skripsinya Tindak Tutur Percakapan pada Komik

Asterix seri ke-20. Ia mengemukakan tindak tutur berdasarkan teori yang

dikemukakan oleh Austin, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Ia juga menganalisis

pasangan berdampingan yang terdapat dalam percakapan Komik Asterix seri ke-20.

Farida (2009) dalam skripsinya Tindak Tutur dalam Novel Seri Cerita

Kenangan Angenteuil Hidup Memisahkan Diri karya N. H. Dini. Ia menganalisis

tindak tutur berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Searle yaitu representatif,

direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Ia menyimpulkan bahwa dalam novel yang

dikajinya hanya terdapat empat jenis tindak tutur yaitu representatif, komisif, direktif,

dan deklaratif.

Dina (2012) dalam skripsinya Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam

Dialog Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) karya Deddy Mizwar. Ia menganalisis

tindak tutur berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Searle yaitu representatif,

direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Dalam penelitian ini Ia hanya berfokus

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data dan Data

3.1.1 Sumber Data

Sumber data adalah asal dari data penelitian itu diperoleh. Dari sumber itu

penulis memperoleh data yang diinginkan. Data sebagai objek penelitian secara

umum adalah informasi atau bahasa yang disediakan oleh alam yang dikumpulkan

dan dipilih oleh peneliti (Sudaryanto, 1993: 34). Adapun sumber data dalam

penelitian ini adalah iklan yang terdapat di Radio 105.8 Delta FM Medan.

3.1.2 Data

Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan alam yang harus

dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan permasalahan

yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 3). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tuturan yang terdapat dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM Medan.

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang harus dilaksanakan, teknik adalah cara

melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993: 9). Metode yang digunakan dalam

pengumpulan data adalah metode simak (Sudaryanto, 1993: 133). Maksudnya adalah

peneliti menyimak tuturan yang terdapat dalam iklan di Radio 105.8 Delta FM

(29)

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah

teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Dalam teknik simak bebas libat

cakap, peneliti tidak terlibat dalam tayangan melainkan peneliti hanya sebagai

pemerhati. Untuk memperolah data yang akan dijadikan sampel penelitian, data

terlebih dahulu direkam. Data yang direkam merupakan iklan yang ditayangkan di

Radio Delta 104.5 FM Medan pada tanggal 22 April – 5 Mei 2013. Data kemudian

diamati untuk ditetapkan sebagai data yang akan dianalisis sesuai dengan ketentuan.

Ketentuan yang digunakan untuk menentukan data, yaitu berupa iklan layanan

masyarakat yang berbentuk tuturan (tidak berupa lagu) dan menggunakan bahasa

Indonesia.

3.3 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah data penelitian diperoleh, maka dilakukan tahap analisis data. Menurut

Lexi J. Moloeng (1998: 103) Pekerjaan analisis data mempunyai pengertian

mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan

mengategorikannya. Metode yang digunakan penulis dalam analisis data pada

penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami subjek penelitian secara holistik, dengan cara deskriptif dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai

metode alamiah (Lexi J. Moloeng, 1998: 3). Istilah deskriptif maksudnya adalah data

yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Lexi J.

(30)

Contoh:

Iklan Membuang Sampah

Teman Uli : Ayo pak, berangkat! (terdengar seperti suara pintu mobil ditutup)

Supir : Lah, Mbak Uli-nya kan belum naik Bu.

Uli : Tunggu, tunggu, tunggu.

Terima kasih Pak. (terdengar seperti suara pintu mobil dibuka lalu

ditutup)

Teman Uli : Uli, terlambat ni. Terus itu kenapa dibawa-bawa sih?

Aku tadi bilang jangan dibawa. Aduh, bisa kacau deh, malu-maluin

deh.

Uli : Kan di sana belum tentu ada. Kalau pas mau buang sampah, gimana?

Teman Uli : Ih, mau meeting sama klien bawa-bawa tempat sampah.

Uli : Kamu tau gak? Kalau ternyata dalam waktu dua hari aja udah bisa

bangun satu candi Borobudur. Dan bayangkan jika setahun sampah

kita bisa membangun 185 candi Borobudur. Nah, tenang, semuanya

bisa diatasi kok dengan daur ulang. Pisahkan sampah organik dan

nonorganik kayak ini. Tuh liat warnanya pink, cantik yah. Kamu

punya ngak?

Konteks:

Tuturan berlangsung di dalam mobil pada pagi hari. Saat itu teman Uli dan supir

sedang menunggu Uli mau berangkat ke tempat mereka akan meeting dengan klien

(31)

membuat teman Uli dan supir merasa jengkel karena sebelumnya teman Uli juga

sudah mengatakan untuk tidak membawa keranjang sampah tersebut. Karena diprotes

lalu Uli kembali menasihati temannya.

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan

Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 1

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis Tindak

Tutur

Menurut

Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1. Ayo pak,

berangkat!

Mengajak

supir untuk

berangkat ke

kantor.

Meminta supir

untuk

menjalankan

mobil.

Supir

menyela dan

tidak mau

berangkat.

Direktif

2. Lah, Mbak

Uli-nya kan

belum naik

Bu.

Menyatakan

bahwa Uli

belum naik.

Memberitahu

bahwa Uli

belum naik ke

mobil jadi

mereka masih

harus

menunggu Uli.

(32)

tunggu,

tunggu.

Terima kasih

Pak.

untuk

menunggu

dirinya

kemudian dia

mengucapkan

terima kasih.

agar supir

jangan

menjalankan

mobil dulu.

menunggu

Uli dan tidak

menjalankan

mobil.

4. Uli,

terlambat ni.

Terus itu

kenapa

dibawa-bawa

sih?

Aku tadi

bilang jangan

dibawa.

bahwa mereka

sudah

terlambat

kemudian

bertanya

kepada Uli

mengapa

keranjang

sampah

dibawa-bawa

karena dia

merasa itu

memalukan.

Teman Uli

mengkritik

Uli karena

membuat

mereka

terlambat. Dia

merasa

perbuatan Uli

akan membuat

dirinya malu.

Uli tetap

membawa

keranjang

sampah lalu

menasihati

temannya.

Ekspresif

5. Kan di sana

belum tentu

Menyatakan

bahwa di Uli

memberitahu

Teman Uli

menyela Uli

(33)

ada. Kalau

pas mau

buang

sampah,

gimana?

kantor mereka

belum tentu

ada keranjang

sampah dan

bertanya

bagaimana

kalau mereka

mau

membuang

sampah.

bahwa mereka

perlu

membawa

keranjang

sampah.

dan merasa

jengkel

klien

bawa-bawa tempat

sampah.

Menyatakan

bahwa mau

meeting sama

klien mengapa

membawa

keranjang

sampah.

Teman Uli

tidak suka

karena Uli

membawa

sampah lalu

menasihati

dalam waktu

dua hari aja

Memberitahu

mengenai

banyaknya

sampah dan

akibatnya

Uli

memberitahu

dampak

membuang

sampah secara

(34)

udah bisa

bangun satu

candi

Borobudur.

Dan

bayangkan

jika setahun

sampah kita

bisa

membangun

185 candi

Borobudur.

Nah, tenang,

semuanya

bisa diatasi

kok dengan

daur ulang.

Pisahkan

sampah

organik dan

nonorganik

kayak ini. serta

memberitahu

cara

mengatasinya.

Uli juga

menunjukkan

keranjang

sampah yang

dimilikinya.

(35)

Tuh liat

warnanya

pink, cantik

yah. Kamu

(36)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1Jenis Tindak Tutur yang Digunakan dalam Iklan di Radio Delta 104.5 FM

Medan

Austin (1962) membagi tindak tutur atas tiga jenis, yaitu (a) lokusi, yaitu

tindak tutur untuk menyatakan sesuatu sebagaimana adanya atau tindakan untuk

mengatakan sesuatu, (b) ilokusi, yaitu tindak tutur yang menyatakan sesuatu juga

menyatakan tindakan melakukan sesuatu, dan (c) perlokusi, yaitu tindak tutur yang

mempunyai pengaruh atau efek terhadap lawan tutur atau orang yang mendengar

tuturan itu.

Berkaitan dengan tindak tutur, Searle (dalam Chaer, 2010: 29 – 30) membagi

tindak tutur berdasarkan lima kategori, yaitu (a) Representatif (disebut juga asertif),

yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang

dikatakannya, (b) Direktif, yaitu tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan

maksud agar lawan tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu,

(c) Ekspresif, yaitu tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya

diartikan sebagai evaluasi mengenai hal yang disebutkan dalam tuturan itu, (d)

Komisif, yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya unutuk melaksanakan apa yang

disebutkan di dalam tuturannya, (e) Deklaratif, yaitu tindak tutur yang dilakukan si

(37)

4.1.1 Iklan Penyalaan Lampu di Siang Hari

Istri : Pa, lampu depan motor kita, rusak tuh. Harus segera diperbaiki. Lampu

kendaraan itukan penting kalau berpergian di siang hari.

Suami : Loh, nyalain lampu sepeda motor kok di siang hari? Gimana sih mama

ini?

Istri : Ah, Papa, nayalain lampu sepeda motor di siang hari itu penting, agar

keberadaan kita diketahui oleh pengguna jalan lain. Lagian nih kewajiban

menyalakan lampu bagi pengendara sepeda motor di siang hari itu sudah

diatur dalam pasal 107:2 UU no. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan

pengguna jalan. Melanggar aturan itu bisa didenda Rp 100.000,00 atau

dipidana dengan kurungan paling lama 15 hari sebagaimana tertuang dalam

ketentuan denda.

Audio : Menyalakan lampu bagi pengendara sepeda motor di siang hari bukan hanya

soal mematuhi peraturan lalu lintas tapi juga dapat mengurangi resiko

terjadinya kecelakaan.

Konteks:

Tuturan berlangsung di rumah pada siang hari. Saat itu si istri sedang menuang teh ke

dalam gelas sambil mengajak suaminya berbincang-bincang. Si istri menyinggung

masalah lampu depan sepeda motor mereka yang sudah rusak. Si istri berharap suami

akan memperbaiki lampu sepeda motor mereka karena lampu sepeda motor penting

(38)

sepeda motor tidak penting digunakan pada siang hari. Si istri menyela suami lalu

menjelaskan mengenai UU serta arti pentingnya menyalakan lampu pada siang hari.

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan

Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Table 2

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis

Tindak

Tutur

Menurut

Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1. Pa, lampu

depan motor

kita, rusak tuh.

Harus segera

diperbaiki.

Lampu

kendaraan

itukan penting

kalau

berpergian di

siang hari.

Memberitahu

bahwa lampu

depan motor

mereka rusak

dan harus

lampu depan

motor mereka

agar dapat

digunakan

pada siang

hari.

Suami

menyela

istri dan

tidak setuju

dengan

pendapat

istri.

(39)

2. Loh,

nyalain lampu

sepeda motor

kok di siang

hari? Gimana sih

mama ini?

Menanyakan

mengapa

menyalakan

lampu di

siang hari?

Mengkritik

pendapat istri

dan merasa

tidak setuju..

Istri

menjelaskan

kepada

suami arti

pentingnya

menyalakan

lampu

sepeda

motor di

siang hari.

Ekspresif

3. Ah, Papa,

nyalain lampu

sepeda motor di

siang hari itu

penting, agar

keberadaan kita

diketahui oleh

pengguna jalan

lain. Lagian nih

kewajiban

menyalakan

lampu bagi

Menyatakan

bahwa

menyalakan

lampu sepeda

motor di

siang hari itu

penting dan

sudah diatur

dalam UU.

Meminta agar

suaminya

menyalakan

lampu sepeda

motor pada

siang hari.

(40)

pengendara

sepeda motor di

siang hari itu

sudah diatur

dalam pasal

107:2 UU no. 22

tahun 2009

tentang lalu

lintas dan

pengguna jalan.

Melanggar

aturan itu bisa

didenda Rp

100.000,00 atau

dipidana dengan

kurungan paling

lama 15 hari

sebagaimana

tertuang dalam

ketentuan denda.

4. Menyalak

an lampu bagi

Menyatakan

bahwa

Menyarankan

pengendara

(41)

pengendara

sepeda motor di

siang hari bukan

hanya soal

mematuhi

peraturan lalu

lintas tapi juga

dapat

mengurangi

resiko terjadinya

kecelakaan.

menyalakan

lampu sepeda

motor pada

siang hari

juga dapat

mengurangi

risiko

terjadinya

kecelakaan.

sepeda motor

agar

menyalakan

lampu sepeda

motornya

pada siang

hari.

Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu:

Tindak Tutur Direktif = 3 kali

Tindak Tutur Ekspresif = 1 kali

Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa

(42)

7.1.2 Iklan Penghijauan

Suami : Agak merapat sampai pinggir jalan ini yah!

Tukang : Baik Pa, baik Pa.

Suami : Pokoknya saya minta semua lahan di sini dimaksimalkan untuk

bangunan rumah kami yang baru.

Istri : Loh Pa, jadi 300 meter persegi ini kita tutup dengan bangunan

semua?

Suami : Iya, semua lahan ini kita manfaatkan buat bangunan.

Istri : Tapi paling ngak Pa, kita harus usahain loh buat taman, tanaman

pohon, dan resapan air Pa.

Suami : Sayang, Ma, tanah di sinikan mahal.

Istri : Pa, kita itu butuh oksigen, cadangan air, rasa nyaman, dan asri. Itu

lebih mahal harganya Pa.

Tukang : Betul tuh Pak.

Suami : Ah, kamu lagi, ya sudah ayo rombak lagi. Sisahkan 30% untuk taman

dan lahan hijau.

Istri : Ini baru suamiku.

Konteks :

Suami dan istri sedang memantau proses pembangunan rumah mereka. Suami

menyuruh tukang untuk memaksimalkan pembangunan rumah mereka dengan

bangunan rumah tanpa memperhitungkan adanya taman, pohon, serta resapan air.

(43)

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh

Austin dan Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 3

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis

Tindak

Tutur

Menurut

Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1. Agak

merapat sampai

pinggir jalan ini

yah!

pinggir jalan.

Menyuruh

tukang agar

membangun

rumahnya

merapat sampai

ke pinggir jalan.

Tukang

mengikuti

perkataan si

suami.

Direktif

2. Baik Pa,

baik Pa.

Mengatakan

baik kepada

suami.

Mematuhi

perkataan si

suami.

Menambahkan

pernyataannya.

Ekspresif

3. Pokoknya

saya minta semua

lahan di sini

Meminta

semua lahan

dimaksimalk

Menyuruh

tukang untuk

memaksimalkan

Istri menyelak

pernyataan si

suami.

(44)

dimaksimalkan

untuk bangunan

rumah kami yang

rumah mereka.

4. Loh Pa,

jadi 300 meter

persegi ini kita

tutup dengan

bangunan semua?

Menanyakan

apakah lahan

mereka akan

ditutup

dengan

bangunan

semua.

Meminta

suaminya untuk

mempertimbang

kan

pernyataannya

karena dia

merasa tidak

setuju dengan

pendapat

suaminya.

Suami tetap

mempertahan

lahan ini kita

manfaatkan buat

bangunan.

Menyatakan

bahwa semua

lahan mereka

manfaatkan

untuk

bangunan.

Meminta

istrinya agar

setuju dengan

pendapatnya.

Istri tidak

setuju.

(45)

6. Tapi

paling ngak Pa,

kita harus usahain

loh buat taman,

tanaman pohon,

dan resapan air

Pa.

Menyatakan

bahwa

mereka harus

membuat

taman,

tanaman

pohon, dan

resapan air.

Meminta suami

agar membuat

taman, tanaman

pohon, dan

resapan air.

Merasa tidak

setuju dengan

pendapat

istrinya.

Direktif

7. Sayang,

Ma, tanah di

sinikan mahal.

Menyatakan

bahwa tanah

di sini mahal.

Meminta agar

istrinya setuju

dengan

pendapatnya.

Istri tetap

tidak setuju

lalu memberi

penjelasan

kepada

suaminya.

Direktif

8. Pa, kita itu

butuh oksigen,

cadangan air, rasa

nyaman, dan asri.

Itu lebih mahal

harganya Pa.

Menyatakan

bahwa

mereka butuh

oksigen,

cadangan air,

rasa nyaman,

dan asri. Itu

juga

Meminta agar

suaminya

membuat

taman, tanaman

pohon, dan

resapan air.

Si tukang

setuju dengan

pendapat si

istri.

(46)

harganya

lebih mahal.

9. Betul tuh

Pak.

Menyatakan

bahwa

pendapat si

istri itu

benar.

Menyetujui

pendapat si istri.

Menyela

tukang.

Ekspresif

10. Ah, kamu

lagi, ya sudah ayo

rombak lagi.

Sisahkan 30%

untuk taman dan

lahan hijau.

Menyuruh

tukang untuk

merombak

lagi dan

menyisahkan

30% untuk

taman dan

lahan hijau.

Menyetujui

pendapat si istri.

(47)

Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu:

Tindak Tutur Direktif = 6 kali

Tindak Tutur Ekspresif = 5 kali

Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa perintah

dan saran.

4.1.3 Iklan Pembiasaan Diri untuk Tidur dengan Waktu yang Cukup

Perempuan : Gitu, ya ampun..

Laki-laki : Yang, udah malam nih, tidur dong.

Perempuan : Ah, belum ngantuk yang.

Laki-laki : Kamu tau gak kalau..

Perempuan : Kalau kurang tidur itu gak baik buat kesehatan.

Audio : Sobat Delta, orang yang tidurnya sedikit biasanya lebih rentan

mengalami obesitas. Apabila kita mengalami obesitas, akan banyak

penyakit yang bersarang di tubuh kita. Biasakan tidur cukup setiap

hari. Ayo, hidup sehat dari sekarang!

Konteks:

Perempuan dan laki-laki tersebut adalah sepasang kekasih. Tuturan terjadi pada

malam hari menjelang waktu tidur. Mereka berbicara lewat telepon. Saat itu laki-laki

tersebut memotong pembicaraan si perempuan dan menyuruhnya untuk segera tidur

karena sudah malam. Saat laki-laki tersebut menasihatinya, lalu perempuan tersebut

(48)

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan

Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 4

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis

Tindak

Tutur

Menurut

Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1. Gitu, ya

ampun..

Melanjutkan

pembicaraan.

Meminta si

laki-laki

bahwa sudah

malam dan

menyuruh

tidur.

Menyuruh agar

si perempuan

tidur

Si

perempuan

menyela dan

tidak

menuruti

perkataan si

laki-laki.

Direktif

3. Ah, belum

ngantuk yang.

Menyatakan

bahwa dirinya

belum

Meminta agar

si laki-laki tetap

mau berbicara

Mencoba

menasihati

si

(49)

mengantuk. dengannya. perempuan.

menasihati si

perempuan.

Memotong

pembicaraan

si laki-laki.

Ekspresif

5. Kalau

kurang tidur itu gak

baik buat kesehatan.

Menyatakan

bahwa kurang

tidur itu tidak

baik bagi

kesehatan.

Meminta si

perempuan agar

segera tidur.

- Direktif

6. Sobat Delta,

orang yang tidurnya

sedikit biasanya

lebih rentan

mengalami obesitas.

Apabila kita

mengalami obesitas,

akan banyak

penyakit yang

bersarang di tubuh

kita. Biasakan tidur

cukup setiap hari.

1.Menyatakan

bahwa orang

yang kurang

tidur lebih

rentan

mengalami

obesitas dan

penyakit lain.

2.

Mengajak

untuk hidup

sehat.

Menyarankan

agar

masyarakat

tidur cukup

setiap hari

serta mengajak

untuk

membiasakan

diri dengan

hidup sehat.

(50)

Ayo hidup sehat

dari sekarang.

Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu:

Tindak Tutur Direktif = 5 kali

Tindak Tutur Ekspresif = 1 kali

Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa

permintaan, saran dan perintah.

4.1.4 Iklan Pembiasaan Diri untuk Berjalan Kaki

Perempuan : Gak ada yang celana jeans kamu. Duh, cari di mana lagi ya?

Laki-laki : Coba di mall seberang aja yoyang..

Perempuan : Boleh, kita jalan kaki aja yo!

Laki-laki : Hah? Jalan kaki? Yakin kamu mau jalan kaki?

Audio : Kebiasaan jalan kaki sudah lazim kita dengar di beberapa negara

maju, seperti Jepang, Korea, Inggris, bahkan Amerika. Kalau di

Indonesia sendiri, jalan kaki masih belum menjadi kebiasaan banyak

orang. Padahal jalan kaki memiliki banyak manfaat untuk kesehatan,

seperti mencegah serangan jantung, struk, menurunkan berat badan,

mencegah kencing manis, mencegah osteoporosis, dan masih banyak

(51)

Konteks:

Perempuan dan laki-laki tersebut sedang berada di suatu pusat perbelanjaan. Mereka

ingin mencari celana jeans untuk si laki-laki. Namun mereka tidak menemukannya.

Lalu si perempuan mengajak si laki-laki untuk mencarinya di salah satu pusat

perbelanjaan yang berada di seberang tempat mereka berada. Karena merasa dekat,

maka si perempuan mengajak si laki-laki pergi ke sana dengan berjalan kaki. Karena

merasa tidak biasa, lalu si laki-laki merasa heran dengan ajakan si perempuan.

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan

Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 5

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis

Tindak

Tutur

Menurut

Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1. Gak ada

yang celana

jeans kamu.

Duh, cari di

mana lagi ya?

1.Menyatakan

bahwa

celana jeans

yang mereka

cari tidak

ada.

2.Bertanya

Memberitahu

bahwa celana

yang mereka

cari tidak ada.

Mengajak si

perempuan

mencari ke

mall seberang.

Representat

(52)

mereka

harus

mencari

kemana.

2. Coba di

mall seberang aja

yoyang..

Mengajak

untuk ke

mall

seberang.

Mengajak si

perempuan

untuk ikut

dengannya

mencari ke

mall seberang.

Si perempuan

mengikuti

saran si

laki-laki.

Direktif

3. Boleh,

kita jalan kaki

aja yo!

Menyetujui

dan

mengajak

jalan kaki.

Mengajak si

laki-laki untuk

berjalan kaki.

Heran dan

menyanggah

pernyataan si

perempuan.

Direktif

4. Hah?

Jalan kaki?

Yakin kamu mau

jalan kaki?

Bertanya

kepada si

perempuan.

Merasa tidak

setuju dan

meminta si

perempuan

mempertimban

gkan

pernyataannya.

- Ekspresif

(53)

n jalan kaki

sudah lazim kita

dengar di

beberapa negara

maju, seperti

Jepang, Korea,

Inggris, bahkan

Amerika. Kalau

di Indonesia

sendiri, jalan

kaki masih

belum menjadi

kebiasaan

banyak orang.

Padahal jalan

kaki memiliki

banyak manfaat

untuk kesehatan,

seperti mencegah

serangan

jantung, struk,

menurunkan

bahwa

kebiasaan

berjalan

kaki sudah

lazim di

negara-negara maju

tetapi di

kaki dapat

mencegah

banyak

penyakit.

3.Mengajak

kita untuk

hidup sehat

dari

sekarang.

masyarakat

untuk

membiasakan

diri berjalan

kaki agar

terhindar dari

berbagai

(54)

berat badan,

mencegah

kencing manis,

mencegah

osteoporosis, dan

masih banyak

lagi. Ayo,

biasakan hidup

sehat dari

sekarang!

Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu:

Tindak Tutur Representatif = 1 kali

Tindak Tutur Direktif = 3 kali

Tindak Tutur Ekspresif = 1 kali

Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa ajakan.

4.1.5 Iklan Penghematan Tisue

Perempuan : Yah, yah tumpah, mau tisue-nya dong!

Lali-laki : Eh, banyak banget tisue-nya, pake lap aja dong!

Perempuan : Ih, kenapa sih?

Audio : Sobat Delta, menghemat sehelai tisue dapat menyelamatkan bumi,

(55)

konsumsi tisue yang besar berakibat akan semakin banyak pohon dan

hutan yang ditebangi. Wah, bisa gundul bumi kita. Yuk, mulai gaya

hidup hijau dari sekarang!

Konteks:

Si perempuan dan si laki-laki sedang berada di rumah makan. Saat mereka makan,

tiba-tiba makanan si perempuan tumpah. Karena merasa kotor, jadi si perempuan

meminta tisue kepada pelayan di tempat itu. Si laki-laki memprotes si perempuan

karena dia menggunakan tisue terlalu banyak.

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin, maka

data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 6

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis

Tindak

Tutur

Menurut

Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1.Yah, yah

tumpah, mau

tisue-nya dong!

Menyatakan

bahwa

makanannya

tumpah dan

meminta tisue.

Meminta

pelayan

memberikan dia

tisue.

Memberikan

tisue yang

dia minta.

(56)

2.Eh, banyak

digunakan si

perempuan terlalu

banyak dan dia

menyuruh si

perempuan

menggunakan kain

lap.

Melarang si

perempuan

menggunakan

tisue terlalu

banyak dan

menyarankannya

pernyataan si

laki-laki.

- Ekspresif

4. Sobat

Delta,

menghemat

sehelai tisue

dapat

menyelamatkan

bumi, karena

tisue adalah

kertas yang

berasal dari

1. Menyataka

n bahwa

menghemat

sehelai tisue

dapat

menyelamatkan

bumi karena akan

mengurangi

salah satu dari

gaya hidup hijau.

(57)

pohon.

Meningkatnya

konsumsi tisue

yang besar

berakibat akan

semakin banyak

pohon dan

hutan yang

ditebangi. Wah,

bisa gundul

bumi kita. Yuk,

mulai gaya

hidup hijau dari

sekarang!

2.Mengajak untuk

memulai gaya

hidup hijau dari

sekarang.

Dari tabel di atas terlihat jenis dan jumlah tindak tutur yang muncul, yaitu:

Tindak Tutur Direktif = 2 kali

Tindak Tutur Ekspresif = 1 kali

Tindak Tutur Deklaratif = 1 kali

Jenis tindak tutur yang dominan digunakan yaitu tindak tutur direktif berupa

(58)

4.1.6 Iklan Pencegahan Banjir

Laki-laki : Wah, sudah mau musim penghujan ya ternyata. Harus membeli dan

mempersiapkan perahu karet nih.

Perempuan : Hah? Perahu karet? Untuk apaan Pa?

Lali-laki : Lah, jadi kalau nanti banjir besar datang di lingkungan kita, mama

gak perlu repot-repot lagi nyari pertolongan Ma.

Perempuan : Serius?

Audio : Daripada repot mempersiapkan perahu karet untuk menyambut

datangnya banjir, lebih baik mulai sekarang membiasakan diri untuk

tidak membuang sampah sembarangan. Apalagi membuang sampah ke

saluran pembuangan air. Dengan tidak membuang sampah

sembarangan resiko terjadinya banjir besar pasti akan dapat

diminimalisir. Selain itu dengan tidak membuang sampah

sembarangan resiko terjadinya penyakit, seperti malaria, demam

berdarah, serta berbagai jenis penyakit kulit dapat ditekan sekecil

mungkin.

Laki-laki : Oh, jadi lebih baik untuk tidak membuang sampah sembarangan ya?

Perempuan : Pastinya. Cara yang lebih efisien tapi jelas jauh lebih efektif.

Konteks:

Si laki-laki dan si perempuan adalah sepasang suami-istri. Mereka sedang

berbincang-bincang. Tiba-tiba si laki-laki sedang teringat akan musim penghujan

(59)

akan segera membuat perahu karet. Di akhir pembicaraan akhirnya si laki-laki sadar

bahwa cara yang tepat untuk menghadapi banjir bukan dengan membuat perahu karet

tetapi dengan mencegah banjir terjadi. Cara yang dapat dotempuh yaitu dengan tidak

membuang sampah sembarangan.

Dengan menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin dan

Searle, maka data tuturan di atas akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 7

Tuturan

Jenis Tindak Tutur Menurut Austin Jenis

Tindak

Tutur

Menurut

Searle Lokusi Ilokusi Perlokusi

1. Wah, sudah

mau musim

penghujan ya

ternyata. Harus

membeli dan

mempersiapkan

perahu karet

nih!

Menyatakan

bahwa musim

penghujan

sudah dekat dan

harus membeli

serta

mempersiapkan

perahu karet.

Menyarankan

agar si

perempuan

juga membuat

perahu karet.

Heran dan

karet? Untuk

(60)

apaan Pa? perahu karet. menyelak

pernyataan si

laki-laki.

mengapa si

laki-laki

menyatakan

demikian.

3. Lah, jadi kalau

nanti banjir

besar datang di

lingkungan kita,

mama gak perlu

repot-repot lagi

nyari

pertolongan Ma.

Mengatakan apa

kegunaan

perahu karet

saat datang

hujan.

Memberitahu

kegunaan

perahu karet

saat musim

penghujan.

Meyakinkan

pernyataan

si laki-laki.

Representatif

4. Serius? Menyatakan

serius.

Menegaskan

apakah si

laki-laki yakin

dengan

pernyataannya.

- Ekspresif

5. Daripada repot

mempersiapkan

perahu karet

untuk

menyambut

Menyatakan

bahwa kita

lebih baik

membiasakan

diri untuk tidak

Menyarankan

kita untuk

tidak

membuang

sampah

Si laki-laki

sadar akan

hal yang

lebih baik

dilakukan.

(61)

datangnya

banjir, lebih

baik mulai

sekarang

membiasakan

diri untuk tidak

membuang

pembuangan air.

Dengan tidak

membuang

sampah

sembarangan

resiko

terjadinya banjir

besar pasti akan

dapat

perahu karet.

Selain

mencegah

banjir, hal itu

dapat mencegah

berbagai

penyakit.

sembarangan

karena hal itu

dapat

meminimalisir

terjadinya

banjir dan

berbagai

(62)

diminimalisir,

selain itu

dengan tidak

membuang

sampah

sembarangan

resiko

terjadinya

penyakit, seperti

malaria, demam

berdarah, serta

berbagai jenis

penyakit kulit

dapat ditekan

sekecil

mungkin.

6. Oh, jadi lebih

baik untuk tidak

membuang

sampah

sembarangan

ya?

Menanyakan

apakah lebih

baik untuk tidak

membuang

sampah

sembarangan.

Memutuskan

bahwa dirinya

ternyata lebih

baik untuk

tidak

membuang

Menyetujui

pendapat si

laki-laki.

Gambar

Tabel 1 Jenis Tindak Tutur Menurut Austin
Table 2 Jenis Tindak Tutur Menurut Austin
Tabel 3 Jenis Tindak Tutur Menurut Austin
Tabel 4 Jenis Tindak Tutur Menurut Austin
+7

Referensi

Dokumen terkait

tutur ilokusi pada wacana iklan produk di Trans TV. Jenis tindak tutur ilokusi yang ditemukan terdiri atas lima jenis tindak tutur yaitu: a) tindak tutur

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur langsung dan tidak langsung, serta maksud dan tujuan yang terkandung di dalam tindak tutur langsung dan

Lawan tutur yang dimaksud di sini terdiri dari dua macam, yaitu lawan tutur langsung atau penutur dan lawan tutur tak langsung yaitu pendengar ( audience ) radio-radio FM di

Selama menjalankan praktik kerja lapangan di Radio Delta FM Bandung, penulis melakukan kegiatan rutin dan kegiatan insidental yang berhubungan dengan jurnalistik

Tindak tutur yang paling dominan yang terdapat dalam interaksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan adalah tindak tutur direktif (pertanyaan, memohon, menyuruh, menantang

komunikasi massa, memang tidak mungkin melepaskan diri dari penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Berdasarkan pemaparan di atas, klasifikasi tindak tutur ilokasi

Dalam wacana iklan layanan masyarakat di saluran Prambors Radio 95.8 FM Yogyakarta hanya terdapat satu tuturan yang mengandung tindak tutur tidak langsung literal!.

tindak tutur lokusi Berikut ini adalah contoh kalimat yang mengandung bentuk tindak tutur jenis deklaratif dengan fungsi menginformasikan dalam iklan “Sari Roti” di televisi : 