PERTUMBUHAN KOMPARATIF MANDALUNG
KETURUNAN ENTOG ITIK DAN ITlK ENTOG
SECARA ALOMETRIS
OLEH
:
MEISJI LIANA SARI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRACT
Meisji L. Sari. Comparative A\lometrical Study on the Growth of
Mandalung Duck offspring of Muscovy x Native Duck and Native Duck x
Muscovy. Under direction of PEN1 SOEPRAPTI HARDJOSWORO,
RACHMAT HERMAN and SRIHADI AGUNGPRIYONO.
This study was conducted to compare the growth performance especially muscle growth and feed efficiency of Mandalung duck offspring of Muscovy
x
Native Duck (El) and Native Duckx
Muscovy (IE). Fifty-one Mandalung duck of IE and El were used. They were fed with 2-type broiler commercial feed, which were starter type (day 1 - week 4) and finisher type (week 4 - week 12). Starter feedABSTRAK
Meisji L Sari. Pertumbuhan Komparatif Mandalung Keturunan Entog ltik dan ltik Entog Secara Alometris. Dibimbing oleh PEN1 SOEPRAPTI HARDJOSWORO, KACHMAT HERMAN dan SRIHADI AGUNGPRIYONO.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang persilangan yang baik dari segi performans dilihat dan pertumbuhan dan efisiensi ransum serta kecepatan pertumbuhan otot secara mikroskopis pada Mandalung keturunan Entog ltik (EI) dan ltik Entog (IE). Penelitian ini menggunakan Mandalung keturunan El dan IE inasing
- masing 51 ekor. Selama penelitian digunakan 2 jenis pakan komersial ayam broiler
yaitu pakan starter (Protein 20%, ME 2800 kkalkg) danfinisher (Protein 18%, ME
3000 kkalkg) Data bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, efisiensi pakan diperoleh dari umur 1 hari - 12 minggu. Data bobot potong dan
bagian - bagian tubuh ( kepala, leher, punggung, pinggul, dada, paha atas, paha
bawah, kaki dan selaput kaki ) dari pemotongan umur 1,4, 8, dan 12 minggu, setiap umur pemotongan diwakili 1, 2, 4, dan 8 ekor untuk setiap ulangan. Data bagian karkas serta persentase edible dan inedible bagian - bagian dan karkas ( dada, paha atas dan paha bawah ) diambil pada umur 12 minggu. Data perkembangan serabut otot dan pernotongan umur 8, 10 dan 12 minggu, setiap umur pemotongan diwakili oleh I , 2 dan 3 ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan, konsumsi, efisiensi pakan, pertambahan bobot badan minggu tidak ada perbedaan. Persentase bagian pinggul dan paha atas Mandalung ketumnan EI lebih besar (16,47 vs 14,14% ; 11,77 vs 10,05 %) clan k e t w a n IE. Produksi daging dada Mandalung keturunan IE lebih tinggi (84,71 vs 82,61 %) dari keturunan EI. Arah perkembangan Mandalung ketumnan El dan IE adalah sama dimulai dari kepala, leher ke punggung dan pinggul, kemudian dari kaki menyebar ke arah paha, dada dan sayap. Diameter serabut otot yang dihasilkan Mandalung keturunan EI lebih kasar (14,49 vs 13,37; 20,02 vs 15,24
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang bejudul:
PERTUMBUHAN KOMPARATIF MANDALUNG KETURUNAN ENTOG ITIK DAN ITIK ENTOG
SECARA ALOMETRlS
adalah benar merupakan hasil kalya saya sendiri clan belum pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Desember 2002
Meisii Liana Sari
PERTUMBUHAN KOMPARATIF MANDACUNG
KETURUNAN ENTOG ITIK DAN ITIK ENTOG
SECARA ALOMETRIS
MEISJI LIANA SARI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Prog~ain Studi Ilmu Temak
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITZJT PERTANIAN BOGOR
I I
JUDUL : Pertumbuhan Komparatif lllandalung Keturunan
Entog ltik dan ltik Entog Secara Alometris
NAMA : M E l S J l L l A N A SARI
NRP : PTK99094
PROGRAM STUD1 : ILMU T E R N A K
Menyetujui,
f l
1 . Komisi PembimbingProf. Dr. dra. Peni Soeprapti Hardiosworo. MSc
Ketua
-
-1Dr Rachmat Herman. MVSc Dr drh Srlhadl Aeunmnvono
Anggota Anggota
W A Y A T HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang 27 Mei 1970 dari ayah M. Ali Rifai dan
ibu Masjitoh. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara. Pendidikan
sarjana ditempuh di Fakultas Petemakan Universitas Jambi, lulus tahun 1994.
Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister sains pada Program Studi
Ilmu Ternak pada Program Pascasarjana IPB diperoleh pada tahun 1999.
Beasiswa pendidikan diperoleh dari Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dikti.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga thesis ini berhasil diselesaikan.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Prof. Dr. dra. Peni
Soeprapti Hardjosworo, M.Sc., sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Dr.
Rachmat Herman, MVSc., dan Bapak Dr. drh. Srihadi Agungpriyono masing -
masing sebagai anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan yang tulus selama penelitian berlangsung hingga selesainya penulisan
thesis ini. Penulis merasa telah diberi bekal tambahan itmu dan wawasan yang tak
ternilai harganya.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada teman satu penelitian
Procula Rudlof Matitaputty yang telah menemani selama penelitian. Kepada
semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan
terimakasih atas bantuan yang telah diberikan.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua, . . . Amin.
Bogor, Desember 2002
DAFTAR IS1 DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Itik Mandalung ... ... Pertumbuhan
Fenomena Pertumbuhan Ditinjau &ri Morfologis Otot ...
MATERI DAN METODE
...
Waktu dan Tempat Penelitian
. .
Materi Penel~t~an ... . .
...
Metode Penebt~an
...
Peubah yang diamati
. .
Anal~s~s Data ...
HASlL DAN PEMBAHASAN
Bobot Badan. Pertambahan Bobot Badan. Konsumsi dan Efisiensi ...
Karkas dan Persentase Bagian - bagian Karkas ...
Bobot B a ~ a n Daging dan Tulang terhadap Bobot Karkas ...
Hubungan antara Bobot Potongan Tubuh dengan Bobot Potong
...
Tinjauan Histologi Otot Paha ...KESlMPULAN ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN Halaman v1 vii ... V l l l
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Rataan bobot badan awal, pertalnbahan bobot badan, bobot badan akhir, konsumsi dan efisiensi pakan Mandalung selama . . 12
minggu peneht~an.. ... 17
2. Rataan persentase karkas dan bagian - bagian karkas Mandalung
umur 12 minggu ... 21
3. Rataan persentase bobot bagian daging dan tulang Mandalung ...
umur 12 minggu 22
4. Intersep (log a), koef sien pertumbuhan relatif (b) dari log bobot
potongan tubuh (y) terhadap bobot potong (x) ... 23
5 . Rataan diameter (pm) serabut otot paha (M. Tibialis cranialis)
DAFTAR GAMBAR
1. Kurva pertumbuhan Mandalung .. . .
.
. . . ...2. Rataan pertambahan bobot badan Mandalung
3. Rataan konsumsi pakan Mandalung
4. Rataan efisiensi pakan Mandalung.. . .
.
.. . .
.
5. Hubungan persentase kepala terhadap bobot potong dengan bobot potong umur 1 - 12 minggu
. . .
. . ..
.. . .
6. Hubungan persentase leher terhadap bobot potong dengan bobot potong umur 1 - 12 minggu ... ... .
.
. . .. . . .. .
... . . 7. Hubungan persentase pungb~ng terhadap bobot potong denganbobot potong umur 1 - 12 minggu ... ...
...
... ... ... ... ... ... . .. ... ..8. Penampang melintang serabut otot paha (M. Tibialis cruniu1i.s) Mandalung umur 8 minggu. Pewarnaan Hemutoksilin-eosin. Skala 50 pm ... . . .
. .
. . . .. ... . . .. . ... . . ... . . ... ... ....
9. Penampang melintang serabut otot paha (M. Tihialis cranialis) Mandalung umur 10 minggu. Pewarnaan Hernatoksilin-eosin. Skala 50 pm ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
...
... ... ... ... .10. Penampang melintang serabut otot paha (M. Tibiulis cruniul~.~) Mandalung umur 12 minggu. Pewarnaan Hemutoksilin-eosin. Skala 50 pm ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . . . ... ... ... .
Halaman
18
19
20
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 . Skema pembuatan preparat histologi otot paha (A4 Tibiulis . .
crunrulrs). ... 35
2. Prosedur pewarnaan preparat histologi otot paha (M Tihiulis . .
crunrulrs) ... 36
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suplai daging saat ini didominasi oleh ayam ras. Hal ini menyebabkan
ketergantungan yang tinggi pada luar negeri daiam penyediaan daging berasal dari
unggas. Untuk mengurangi ketergantungan tersebut perlu dicari sumber daging
alternatif sepeTti unggas lokal yaitu ayam kampung dan unggas air. Unggas air
yang dikenal masyarakat adalah itik dan entog yang mempunyai manfaat berbeda
- beda.
Itik dikenal sebagai unggas penghasil telur dengan produksi daging relatif
sedikit. Entog mempunyai produksi daging yang lebih banyak akan tetapi
produksi telurnya lebih sedikit daripada itik. Selain itu, pertumbuhan entog lebih
lambat dan konversi pakannya lebih rendah daripada itik. Ditinjau dari diameter
serabut otot, pada umur yang sama itik afkir memiliki diameter serabut otot dada
yang lebih besar dengan turgor yang lebih keras daripada entog.
Untuk mendapatkan produksi daging unggas air dalam jumlah yang
banyak dengan waktu yang relatif singkat, di luar negeri banyak diproduksi
Mandalung yaitu hasil persilangan itik dan entog. Produksinya di Indonesia
secara komersial belum dilakukan namun telah banyak dirintis dengan berbagai
penelitian mengenai produksinya, tetapi di lapangan sering terjadi perkawinan
secara alami antara itik jantan dan entog betina.
Produksi Mandalung yang banyak diteliti adalah pengbrunaan entog jantan
dan itik betina, karena mampu menghasilkan anak dalam jumlah yang banyak.
L mempunyai fertilitas yang rendah. Rendahnya fertilitas hasil perkawinan alami ini
disebabkan tubuh entog jantan yang besar dan itik betina yang kecil sehingga
mengalami kesulitan dalam perkawinan, disamping volume sperma entog yang
sedikit. Untuk mengatasi kesulitan fertilitas yang rendah secara alami dapat
digunakan itik jantan dan entog betina
Disadari bahwa volume produksi anak akan lebih rendah, akan tetapi
diharapkan berkurangnya jumlah ekor anak yang dihasilkan dapat diimbangi
dengan produksi daging per ekor yang lebih tinggi. Selain itu, Mandalung hasil
perkawinan antar itik jantan dengan entog betina dapat dilakukan oleh petemak di
pedesaan tanpa harus menguasai teknologi inseminasi buatan sehngga
memudahkan produksinya.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas dalam rangka mengembangkan
Mandalung, diperlukan beberapa informasi yang menunjang kemampuannya
sebagai penghasil daging yang baik. Sebagai informasi awal mengenai efisiensi
produksi, maka perlu dipelajari pertumbuhan unggas tersebut. Pertumbuhan
merupakan kriteria penting dan menentukan penampilan produksi seekor temak.
Selanjutnya informasi tentang sifat - sifat daging, dipelajari serabut ototnya
untuk memahami tekstur dari daging tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang persilangan
yang baik dari segi (I) performans hasil persilangan dilihat dari pertumbuhan dan
efisiensi penggunaan pakan dan (2) kecepatan pertumbuhan otot secara
3 Manfaat Penelitian
Ciri - ciri fisik dan histologis daging dari itik Mandalung lokal dapat
dijadikan dasar untuk strategi peningkatan kuantitas dan kualitasnya
Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang dikemukakan yaitu ( I ) jantan entog
akan menghasilkan keturunan yang performans dan efisiensi penggunaan
pakannya lebih baik, (2) jantan entog akan menghasilkan keturunan dengan
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Itik Mandalung
Mandalung adalah salah satu nama yang digunakan untuk hasil
persilangan antara entog jantan dengan itik betina lokal atau sebaliknya. Itik-itik
yang ada sekarang merupakan itik domestikasi yang berasal dari itik liar berkepala
hijau (Anas plufyrhynchos) yang banyak tersebar di bagian utara bumi (Clayton,
1984). Itik merupakan unggas air yang tergolong dalam kelas Aves, ordo
Anseriformes, sub ordo Anseres, famili Anatidae, sub famili Anatinae, tribus
Anatini, genus Anus dan spesies plutyrhynclzos (Crawford, 1990), sedangkan
entog atau lebih dikenal dengan nama itik manila (M~~scovy) aslinya berasal dari
Amerika Latin. Pada tahun 1822 Fleming memberi nama Cuirinu moscatu untuk
entog seperti yang dikenal sekarang (Clayton, 1984). Entog tergolong kelas Aves,
ordo Anseriformes, sub ordo Anseres, famili Anatidae, sub famili Anatinae, tribus
Cairinini, genus (hirana dan spesies moscufa (Crawford, 1990).
Pada umumnya itik lokal dikembangkan dengan menggunakan entog
sebagai pengerarn alami telur tetasnya. Hal ini membuka kesempatan terjadinya
perkawinan antara dua spesies hewan tersebut secara tidak sengaja atau alami.
Hasil persilangannya di Indonesia dikenal dengan berbagai nama, antara lain: itik
Mandalung, itik Serati, itik Branti, Tongki, Mule Duck (Srigandono, 1986).
Hasil persilangan itik dengan entog mempunyai badan yang lebih besar
dari kedua tetuanya. Secara morfologis, turunan F1 mempunyai bentuk badan
gabungan dari kedua tetuanya yaitu badan menyerupai entog sedang kepala dan
5
Mule duck merupakan temak yang steril yang dihasilkan dari persilangan
antara itik betina (Anus piutyrhynchos) dengan Muscovy (Chirinu mo.schata).
(Hoffman and Canning,1993). Ramirez et al.(1976) menyatakan bahwa mule duck
mempunyai organ reproduksi yang tidak berkembang (infertil). Marsidik (1990)
menyatakan bahwa pertumbuhan ovarium dan oviduk pada itik Mandalung
cenderung tidak berkembang atau rudimenter yang berbentuk menyerupai pita
tipis yang melingkar sisi kiri ruang abdomen sampai kloaka serta ukuran testis
pada itik Mandalung paling kecil jika dibandingkan dengan ukuran testis tetuanya.
Studi Evalinda (1989) terhadap itik Mandalung tidak terdapat spermatozoa
(uspermru) dalam semennya, kecuali hanya runtuhan - runtuhan sel saja.
Ramirez ef ul. (1976) menyatakan bahwa hasil persilangan entog dengan
itik memperlihatkan pertumbuhan lebih cepat dari tetuanya. Disamping itu,
persilangan tersebut dapat meningkatkan daya guna pakan yang berkualitas
rendah dengan kemampuan mengembara yang baik dan kualitas karkas yang baik
pula (Hutabarat, 1982).
Scott et ul. (1969) menyatakan bahwa efisiensi pakan didapat dari kg
pakan dibagi kg bobot badan. Chu ef al. (1996) menyatakan bahwa dalam
penelitian mule duck umur antara I hari - 3 minggu efisiensi pakan sebesar 0.52.
Konversi pakan itik jantan umur 3 - 5 minggu dan 3 - 8 minggu sebesar 2.47 dan
3.64 (Bintang dan Tangendjaja, 1996).
Siswohardjono (1986) mengemukakan hasil pengamatannya pada
pertumbuhan anak itik, entog dan hasil persilangannya yang menunjukkan bahwa
anak itik Tegal mencapai pertambahan bobot badan maksimum yang merupakan
6
entog pada umur 5 minggu. Hasil penelitian ini hampir sama dengan Harahap
(1993) yang menyatakan anak itik dan mandalung pada umur 4 minggu sedangkan
entog pada umur 5 minggu.
Retailleau (1999) menyatakan dalam ha1 curcus yreld, mule duck hasil
persilangan pekin dengan muscovy lebih dekat pada garis ibu pekin daripada garis
bapak muscovy.
Pertumbuhan
Pertumbuhan yaitu pembentukan jaringan - jaringan barn, yang
mengakibatkan te jadinya perubahan bobot, bentuk dan komposisi tubuh hewan
(Hammond, 1965). Berdasarkan penjelasan tersebut, fenomena pertumbuhan
mencakup antara lain reproduksi, pembahan dimensi, peningkatan ukuran linier,
pertambahan bobot atau massa. Di dalam proses perkembangan dapat terjadi salah
satu atau bahkan semua aktivitas seperti : penggandaan sel (multiplikasi),
pembesar sel (hipertrofi) dan penggabungan materi - materi yang berbeda di
sekelilingnya (inkorporasi). Penimbunan protein tubuh yang maksimal dicapai
pada fase permulaan perkembangan dan berangsur - angsur berkurang pada saat
penimbunan lemak menjadi nyata. Setelah melalui masa dewasa, pertambahan
bobot badan berkurang (Hammond, 1965).
Pertumbuhan dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, bangsa, pakan, musim
dan hormon (Hammond, 1965). Kurva pertumbuhan berbentuk sigmoid yang
menampilkan hubungan antara bobot badan dengan umur. Pada kurva yang
berbentuk sigmoid tersebut terdapat dua bagian kecepatan pertumbuhan yaitu
7
retardasi yaitu kecepatan tumbuh yang berkurang. Keadaan ini merupakan
interaksi dari dua kekuatan yaitu kekuatan peningkatan pertumbuhan dan
kekuatan hambatan pertumbuhan.
Menurut Huxley (1932) proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh
mengikuti persamaan allometrik model Y = a X b, yang dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan logaritma log Y = log a + b log X, dimana X merupakan bobot
keseluruhan ; Y merupakan komponen tubuh yang mengalami tumbuh kembang;
a dan b merupakan konstanta dimana a adalah intersep dan b adalah koefisien
pertumbuhan Y relatif terhadap X. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dengan
menggunakan pendekatan di ini, maka bentuk seekor temak ditentukan oleh
proporsi bagian - bagian tubuhnya, tergantung pada keseluruhan dan bukan
tergantung pada jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai bobot
keseluruhannya.
Organ atau komponen tubuh mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda.
Organ - organ yang secara fisiologis penting selama masa kehidupan embrio
mempunyai pertumbuhan yang cepat daripada setelah menetas, seperti : kepala
dimana terdapat otak dan mata. Organ - organ yang kurang berfungsi selama
masa penetasan, berkembang dengan pertumbuhan yang cepat setelah menetas
seperti sayap digunakan untuk terbang. Dengan demikian pertumbuhan dapat
diklastfikasikan menjadi tiga kelompok yaitu organ yang fungsinya penting untuk
aktivitas fisiologis tumbuh lebih dini seperti kepala, jantung, hati, sistem
pembuluh darah dan pencemaan. Organ- organ yang tumbuh tercepat kedua
8
diikuti pertumbuhan organ - organ: ovarium, oviduct, limpa dan lemak tubuh
(Hafez, 1955).
Kepala merupakan anggota tubuh yang tumbuh lebih cepat dibandingkan
bagian tubuh lainnya. Kepala itik jantan lebih berat daripada itik betina pada
bobot tubuh, bobot tubuh kosong dan bobot karkas yang sama (Sartika, 1985).
Ayam jantan memiliki persentase kepala lebih tinggi, karena memiliki jengger
yang lebih besar dibandingkan dengan betina. Dengan demikian persentase bobot
kepala dipengaruhi oleh jenis kelamin
Pada umumnya perkembangan temak dimulai dari bagian kepala bergerak
ke bagian belakang tubuh dan bagian lain mulai dari ujung kaki belakang
menyebar ke atas. Pertumbuhan tersebut bertemu pada bagian tengah tubuh
(Hammond, 1932). Anggraeni (1999) menyatakan bahwa arah perkembangan
bagian - bagian tubuh itik dan entog sama yaitu pertama dimulai dari kepala,
leher kemudan ke punggung. Selanjutnya dari pinggul ke punggung. Kedua dari
arah kaki ke paha atas dan b e r a h r ke sayap. Muryanto (2001) menyatakan arah
perkembangan tubuh ayam kampung dan hasil persilangannya dengan ayam ras
petelur betina dimulai dari kepala, leher ke punggung, pinggul kemudian dari kaki
menyebar ke atas ke arah paha dan dari sayap ke arah dada dan paha.
Laju pertumbuhan yang tinggi pada temak jantan disebabkan peran
hormon androgen. Menurut Nalbandov (1990) pada beberapa hewan, androgen
menstimulasi anabolisme protein dan juga meningkatkan retensi nitrogen. Hal ini
mungkin merupakan sebab terjadinya pertumbuhan pada jantan dewasa yang lebih
9
memperbesar jumlab clan kelebalan serabut otot serta kekuatan daya rentang dan
kemampuan kerja otot.
Fenomena Pertumbuhan Ditinjau dari Morfologis Otot
Pertumbuhan nyata merupakan peningkatan bobot organ dan jaringan
struktural seperti otot dan tulang. Peningkatan besaran parameter akan
mengakibatkan perubahan bentuk. Hal ini dapat dipahami karena semua
perubahan atau pertukaran zat - zat terjadi antar sel dan antara sel dengan
lingkungan (Forrest et a/. 1975 ). Beberapa organ memiliki ciri - ciri sel yang
lebih kecil. Secara khusus sel - sel yang kecil tersebut memiliki laju metabolisme
yang tinggi. Contoh untuk itu adalah set - sel hati dan ginjal yang ukurannya lebih
kecil dari sel - sel jantung yang berarti memiliki laju metabolisme yang lebih
tinggi. Demikian pula halnya dengan sel - sel hewan muda yang lebih kecil
daripada hewan dewasa (Widdowson, 1980)
Peningkatan tertinggi dari ukuran otot terjadi setelah lahir. Kecepatan
peningkatan dalam ukuran akan berkurang setelah mendekati kedewasaan.
Jaringan otot tumbuh dengan meningkat baik diameter maupun panjang. Diameter
jaringan otot meningkat dengan perbanyakan miofibril. Jumlah miofibril dalam
satu jaringan otot meningkat 10 - 15 kali selama hidup temak. Masing - masing
otot bervariasi terhadap kecepatan pertumbuhan. Otot yang lebih besar seperti otot
paha dan punggung memiliki kecepatan tertinggi pada pertumbuhan postnatal.
Secara umum diameter jaringan otot meningkat dengan meningkatnya umur,
10
Daging tersusun terutama dari otot, ditambah dengan sejumlah variabel
semua tipe jaringan ikat, jaringan epitel dan jaringan syaraf. Keadaan tersebut
meliputi semua jaringan lunak serabut ikat yang tersusun dari sedikit serabut halus
dan sejumlah besar serabut retikuler. Lebih jauh Dellman dan Brown (1989)
menjelaskan bahwa selutar 20 - 40 serabut otot dan endomisium yang terkait,
dikelompokkan menjadi struktur yang disebut bundel primer atau fasikulus.
Dalam fasikulus serabut otot terpisah satu sama lain oleh jaringan retikuler halus
yang disebut endomisiurn. Endomisium disamping berfungsi sebagai pembalut
serabut otot juga menunjang jalinan pembuluh darah rambut. Selanjutnya
sejumlah variabel bundel primer dikelompokkan bersama - sama membentuk
bundel yang lebih besar disebut bundel otot sekunder. Bundel primer dan
sekunder ini diselubungi oleh jaringan ikat perimisium. Perimisium terdiri atas
suatu jaringan ikat kolagen. Selubung perimisium memiliki fungsi yang cukup
penting karena disana terdapat pembuluh darah, syaraf dan gelendong otot
(reseptor bentangan otot kerangka). Akhirnya, sejumlah variabel bundel sekunder
dikelompokkan bersama - sama membentuk sebuah otot, yang diselubungi
jaringan ikat yang disebut epimisium. Sebagian besar otot kerangka terpaut
langsung pada tulang dan sebagian daripadanya terpaut pada ligamentum, tulang
rawan dan kulit. Setiap otot diselaputi suatu jaringan ikat yang menjalari bagian
dalam otot.
Serabut otot mewakili 75 - 92 % dari total volume otot. Karakteristik
gambaran histologis menunjukkan bahwa serabut otot kerangka merupakan sel -
sel bulat yang sangat panjang, tidak bercabang dan sejumlah inti gepeng terletak
11
berasal dari pembelahan sel - sel mono inti yang menghentikan pembelahan
mitosis sebelum perkembangan embrio. Dengan demikian semenjak lahir,
pertumbuhan otot kerangka lebih banyak disebabkan pembesaran daripada
pembelahan sel. Regenerasi serabut otot tidak terjadi setelah sel rusak.
Panjang serabut otot 1 - 40 mm, diameter 10 - 100 mikrometer (Dellman
dan Brown, 1989). Diameter serabut otot menentukan kekerasan dan tekstur
daging, serabut otot yang memiliki diameter besar penampilannya lebih kasar dan
lebih keras dibandingkan serabut otot yang berdiameter kecil (Desroir, 1977).
Hasil penelitian Anggraeni (1999) melaporkan bahwa bertambahnya umur
mengakibatkan bertambahnya ukuran diameter serabut otot. Pada umur 6
minggu, m. supracorucoideus itik memiliki ukuran yang lebih besar jika
dibandingkan pada umur 4 minggu. Peningkatan ukuran diameter yang cukup
besar pada m. supraoracoideus entog terjadi pada umur 8 minggu. Umur 12
minggu diameter serabut otot tersebut pada itik lebih besar dibandingkan entog.
Sudjatinah (1998) melaporkan hasil penelitian mengenai serabut otot dan
menunjukkan bahwa interaksi antara spesies (itik dan entog), asal otot (paha dan
dada) dan waktu pelayuan ( 2, 3, 4 dan 5 jam) berpengaruh nyata terhadap
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2001 - Juni 2002.
Pemeliharaan dan pengamatan pertumbuhan ternak dilakukan di kandang Unggas
Fakultas Petemakan IPB Darmaga. Pembuatan preparat histologi dilakukan di
Laboratorium Wistologi Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Materi penelitian
1. Ternak
Penelitian ini inengylnakan anak itik Mandalung 102 ekor yang terdiri
atas 5 1 ekor keturunan entog jantan dan 51 ekor keturunan itik jantan.
2. Pakan
Selama penelitian, digunakan 2 macam ransum komersial ayam broiler
produksi P.T Charoen Pokphan yaitu ransum starter untuk umur 0 - 4 minggu
dengan kode produksi BP I I dan finisher untuk umur 4 - 12 minggu dengan
kode produksi BP 12. Masing - masing ransum mengandung protein sebesar 20 %
dan 18 %, energi metabolis 2800 dan 3000 kkalikg. Ransum tersebut berbentuk
crumble.
3. Kandang
Kandang berukuran 2 x 2 m2 dengan tinggi 60 cm. Kandang tersebut
berlantai slm yang terbuat dari kayu. Pemanas digunakan sampai temak berumur
4. Bahan dan Alat Pembuatan Preparat Histologi
Bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan preparat histologis daging
adalah NaCl fisiologis 0,9 %, asam pikrat jenuh, formalin pekat, asam asetat,
larutan alkohol, silol, parafin, hematoksilin, asam khlorida, eosin, dan perekat
(Entellan).
Peralatan yang digunakan dalam peneiitian ini meliputi mikroskop cahaya,
nampan plastik, stylvfvum, jarum pentul, silet, timer, thermometer, parafin, blok
penyangga jaringan, mikrotom rotasi (Reichert Jung, 820-II), gelas objek, gelas
penutup (cover glass), rak gelas objek, seperangkat alat foto mikroskop
(Olympus, C-35AD-4 ).
Metode Penelitian
I. Pelaksanaan
1 . 1 . Persiapan Kandang
Sebelum digunakan kandang terlebih dahulu dibersihkan, diberi
desinfektan dan kapur. Pada baaan dnding yang terbuka dipasang tirai untuk
mencegah masuknya air hujan dan angin ke dalam kandang.
I . 2. Persiapan Ternak
Setelah tiba di kandang ternak ditimbang dan dilakukan pemasangan
nomor. Kemudian temak dibagi 3 secara acak yang menjadi ulangan. Pakan
dan air diberikan ad libitum. Pemuasaan terhadap pakan dilakukan selama 6
1.3. Pengukuran Alometri
Penimbangan bagian kepala, leher, punggung, pinggul, dada, sayap, paha
atas, paha bawah, kaki dan selaput kaki dilakukan pada umur 1.4, 8, dan 12
minggu. Setiap ulangan pada umur 1 minggu diwakili oleh 1 ekor, umur 4
minggu diwakili oleh 2 ekor, umur 8 minggu diwakili oleh 4 ekor, dan umur
12 minggu diwakili oleh 8 ekor. Sebelum dipotong, terlebih dahulu temak
ditimbang untuk mendapatkan bobot potong. Pemotongan dilakukan sampai
pembuluh darah terpotong untuk memperoleh pendarahan yang sempuma.
Setelah temak dicabuti bulunya, selanjutnya isi saluran pencemaan dan
empedu dikeluarkan untuk memperoleh bobot tubuh kosong.
Pemotongan bagian - bagian tubuh dilakukan secara anatomis. Kepala
dipotong pada sendi occipito-atlantis (atlanto-uccipitaljoinl) dan kaki pada
sendi tarsal. Bagian - bagian tubuh yang ditimbang adalah : kepala, leher,
punggung, pinggul, dada, sayap, paha atas, paha bawah, kaki. Bagian tubuh
dada, paha atas dan paha bawah setelah ditimbang kemudian diuraikan
menjadi bagian edible atau bagian tubuh yang dapat dikonsumsi (daging)
dan bagian inedible atau bagian tidak dapat dikonsumsi (tulang).
Pengukuran luas dilakukan pada selaput kaki. Pengukuran dilakukan
dengan membuat pola selaput kaki pada kertas karton manila. Pada karton
manila lainnya dibuat ukuran - ukuran tertentu dan ditimbang beratnya.
Berat karton manila yang ada pola selaput kaki dikonversikan dengan karton
1.4. Pembuatan Preparat Histologi
Pembuatan preparat histologi daging dilakukan pada daging paha
( M Tihialis cruniulis) dilakukan pada umur 8, 10 dan 12 minggu. Setiap
ulangan jumlah itik yang digunakan berturut - turut adalah 1, 2 dan 3 ekor.
Otot paha diambil dengan sayatan melintang. Pembuatan preparat dilakukan
berdasarkan modifikasi metode Romeis (1989) yaitu dehidrasi dengan cara
merendam materi dalam larutan alkohol bertingkat, penjemihan (clearing),
inflitrasi (tiurafinisasij dengan parafin sampai dengan penanaman materi
(embedding) untuk pembuatan blok jaringan. Selanjutnya dilakukan proses
penyayatan (sectioning) untuk setiap blok jaringan dengan sayatan setebal 5
pm dengan memakai mikrotom rotasi dan ditempelkan di atas gelas objek
bebas lemak. Setelah itu gelas objek yang sudah ada sayatan jaringan
disimpan dalarn inkubator pada suhu 40 'C selama 1 malam. Proses
berikutnya adalah pewamaan (stuiningj dengan lzemutoksilin-eosin dan
penutupan jaringan dengan cover gluss (mounting).
2. Penilaian Morfologi
Pengukuran diameter serabut otot paha dilakukan dengan cara
menjumlahkan panjang dan lebar dibagi dua. Nilai yang diperoleh selanjutnya
dikonversikan dengan pembesaran mikroskop yang digunakan. Pengukuran
dilakukan pada lima fasikulus masing - masing terdiri atas lima serabut otot yang
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati adalah bobot badan, pertambahan bobot badan,
konsumsi pakan, efisiensi pakan, karkas dan bagian - bagian karkas , diameter
serabut otot dan bagian persentase daging dan tulang (dada, paha atas, paha
bawah).
Analisis Data
Pengaruh persilangan terhadap bobot badan, pertambahan bobot badan,
konsumsi, persentase bagian daging clan tulang dianalisis dengan " uji t student "
(Steel and Torrie, 1991), sedangkan efisiensi pakan dianalisis seeara deskriptij
Laju pertumbuhan pada berbagai umur dan distribusi komponen -
komponen bagan - bagian tubuh dipelajari denb~n persamaan Alometrik Huxley
(Huxley, 1932) sebagai berikut :
Y = a x b
Fungsi pertumbuhan tersebut kemudian dianalisa sama seperti regresi linier
sederhana dalam bentuk log Y = log a
+
b log X. Peubahnya adalah bobot potongdan bobot karkas (X), bobot masing masing komponen (Y). Konstanta a adalah
intersep dan koefisien pertumbuhan relatif terhadap X dinyatakan dengan nilai b.
Nilai b menunjukkan urutan pertumbuhan dari Y relatif terhadap X.
Koefisien pertumbuhan (b) dibandingkan dengan nilai 1.0, dipelajari
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Badan, Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi dan Efisiensi
Bobot badan dan pertambahan bobot badannya dalam penelitian ini
terdapat pada Tabel 1, Gambar 1 dan Gambar 2. Bobot badan pada umur 4 dan 12
minggu serta pertambahannya antara Mandalung keturunan EI dengan IE tidak
berbeda nyata.
Tabel I . Rataan bobot badan awal, pertambahan bobot badan, bobot badan akhir, konsumsi dan efisiensi pakan Mandalung selama 12 minggu
penelitian
Umur 1 hari - 4 minggu Umur 1 hari - 12 m'
Kuwa pertumbuhan (Gambar 1) menunjukkan kedua macam Mandalung
mempunyai pola yang sama. Bobot badan EI pada umur 9 minggu lebih tinggi,
namun kemudian pada minggu ke 10 bobot tersebut sama dengan IE. Hal ini
disebabkan konsumsi Mandalung keturunan EI pada umur 10 minggu sudah mulai
menurun sehingga menyebabkan pertumbuhannya juga mengalami penurunan.
[image:88.616.137.509.342.559.2]18
Rouvier et al. (1994) yaitu pada umur 4 dan 8 minggu mencapai bobot badan
1070 y a m dan 1997 yam.
Umur (minggu)
[image:89.616.102.515.129.446.2]-- -
Gambar 1. Kurva pertumbuhan Mandalung
Hasil penelitian memperlihatkan rataan pertambahan bobot badan tertinggi
Mandalung keturunan El tejadi pada umur minggu kelima, sedangkan
Mandalung keturunan IE pada minggu ketiga (Gambar 2). Harahap (1993)
menjelaskan bahwa Mandalung keturunan El mengalami pertumbuhan tertinggi
pada minggu keempat, sedangkan Siswohardjono (1986) melaporkan bahwa
untuk itik, entog dan hasil persilangannya, titik infleksi dicapai pada umur minggu
ketiga, kelima, dan keempat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa titik infleksi
0
L..
-.~~
Umur (minggu)
[image:90.616.96.517.72.361.2]- - --
Gambar 2. Rataan pertambahan bobot badan Mandalung
Rataan konsumsi pakan serta efisiensi pakan selama penelitian terlihat
pada Tabel I, Gambar 3 dan Gambar 4 antar pasangan tetua Mandalung tidak
terlihat perbedaannya.
Tidak dijumpai perbedaan konsumsi pakan kedua macam Mandalung. Hal
ini disebabkan kandungan energi dan protein yang sama sehingga konversi
ransum yang dihasilkan juga tidak berbeda. Beberapa hasil penelitian tentang
konversi pakan ataupun feed eficiency dapat dlkutip antara lain, Chu et ul. (1996)
menyatakan bahwa efisiensi pakan pada mule duckling pada umur 1 hari - 3
minggu sebesar 0.52. Konversi pakan itik jantan umur 3 - 5 minggu dan 3 - 8
, Umur (minggu)
'UEI
MIE;
p~~~~
--- -
-Gambar 3. Rataan konsumsi pakan Mandalung
Umur ( minggu )
7
+lE
+il
[image:91.612.74.517.69.670.2]-- ~~ ~ ~ ~- -~ -
Gambar 4. Rataan efisiensi pakan Mandalung
Etisiensi pakan menurut Scott el at. (1969) didapat
dan
kg pakan dibagi kg bobot badan. Hasil penelitian pada Gambar 4 memperlihatkan bahwa21
rendah (baik) dibandingkan Mandalung keturunan IE, yang berarti bahwa
Mandalung keturunan EI dapat menghemat 0.36 kg pakan untuk setiap 1 kg bobot
badan dibandingkan Mandalung keturunan IE.
kirkas dan Persentase Bagian - bagian Karkas
Rataan persentase karkas dan bagian - bagian karkas Mandalung umur 12
minggu terdapat pada Tabel 2
Tabel 2. Rataan persentase karkas dan bagian - bagian karkas Mandalung umur 12 minggu
Peubah
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa bagian pinggul dan paha atas Mandalung Potong
Karkas Karkas (%)
PUWZP~!Z Pinggul S ~ Y ~ P Dada
Paha Atas Paha Bawah
keturunan EI lebih besar (p < 0.05) dari Mandalung keturunan IE. Besamya
1
El
bagian pinggul dan paha atas Mandalung keturunan El disebabkan bobot badan
E
[image:92.616.90.502.323.528.2]Sterangan Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
... ..(gram). ...
( n = 2 4 )
yang relatif besar. Guna menopang tubuhnya yang relatif besar dibutuhkan 1963,02
*
337,761099,04
*
190,44 56,21+
4,20.(%
...
15,74
*
1,68 16,47 + 2,29a 19,97*
2,19 32,55+
3,64 11,77*
1,85"9,44
*
1,07pinggul dan paha atas yang besar. Besarnya bobot badan Mandalung keturunan El 1898,54 k 387,73
1 1 17,46 5 357,91
58,58
*
3,91karkas). ...
14,79
+
4,06 14'14 f 2,68h 20,38 f 2,996 30,68 f 5,0810,05 f l,&lh
9,97 f 1,61 -
22 Bobot Bagian Daging dan Tulang terhadap Bobot Karkas
Pertumbuhan bagian daging yang maksimal merupakan produksi temak
yang diharapkan oleh setiap petemak. Persentase bagian daging dan tulang selama
[image:93.619.101.494.258.428.2]12 minggu penelitian terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan persentase bobot bagian daging dan tulang Mandalung umur 12 minggu
Persentase daging bagian dada Mandalung keturunan IE lebih tinggi
(p < 0.05) dari El. Hal ini diduga bahwa Mandalung keturunan
rE
mempunyaikelebihan efisien dalam merubah pakan menjadi daging. Keadaan ini mungkin
dipengamhi oleh induknya yaitu Entog. Menurut Retailleau (1999) bahwa mule
duck lebih dekat pada garis ibu dalam irisan karkas dibandingkan garis bapak.
rE
84,71 i 2,47b
15,29 + 2,47h
77,24
*
3,66 22,76*
3,6674,78 5 1,9 1
25,22
*
1,91 Komponen Tubuh Dada (%) Daging Tulang Paha Atas Daging Tulang Paha Bawah Daging TulangHubungan antara Bobot Potongan Tnbnh dengan Bobot Potong
Analisis statistik hubungan antara potongan tubuh dengan bobot potong
dapat dilihat pada Tabel 4.
lerangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
(p < 0.05)
El
82,61
*
3,27" 17,38*
3,27"77,77
*
4,28 22,22 5 4,28Tabel 4. Intersep (log a), koefisien pertumbuhan relatif (b) dari log bobot potongan tubuh (y) terhadap bobot potong (x)
Peubah Log X
I
~ o g Y BP/
KeBP = Bobot Potong ; Ke = Kepala ; Le = Leher ; Ka = Kaki; Da = Dada; Pu = Punggung ; Pi = Pinggul; PA = Paha atas; Pb = Paha bawah; Sa = Sayap; SKk = Selaput Kaki ;
EI = Jantan Entog x Betina ltik ; IE = Jantan Itik x Betina Entog. Nilai tengah Y disesuaikan dengan rataan bobot potong 1425,66 g
* = Beheda nyata antar spesies (p < 0.05)
BP
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala, kaki, paha atas, paha Spesies
EI
bawah dan selaput kaki Mandalung keturunan IE dan EI mempunyai nilai b < 1
Keterangan
SKk
Artinya potongan - potongan tubuh tersebut mengalami pertumbuhan cepat sejak Konstanta Regresi
a b Sb
-0,56588 0,8028 0,0295
umur dini atau masak dini (Hafez, 1955). IE
EI IE
Nilai b
< 1
Nilai Tengah Y Log
/
Antilog 1,9663/
92.552-3,741 1 1,8584 0,1053 -0,6591 0,5801 0,0452 -0,5501 0,5480 0,0415
> 1
< 1
< 1
211173
]
1,1709 1,17861 4 8 12
Umur ( mtnggu )
---
'+El +IE
~
~~p ~~ - - ~~ ~ ~~ -~
- -~
[image:95.616.106.509.69.291.2]~A
Gambar 5. Hubungan persentase kepala terhadap bobot potong dengan bobot potong umur 1 - 12 minggu
Potongan leher dan punggung pada Mandalung keturunan EI dan IE
mempunyai nilai b yang berbeda disajikan pada Gambar 6 dan 7. Leher pada
Mandalung keturunan EI > 1 , pada IE .:1 , sedang punggung pada Mandalung
keturunan EI > I , pada keturunan IE = 1.
Umur ( minggu )
7 - - - ~ I+El +IE
~
~- - -~ , ~~~~~--~-~pp~
[image:95.616.95.509.426.661.2]Urnur ( rnlnggu )
I
+ E I +IE
i
[image:96.619.101.506.72.282.2]L----
Gambar 7. Hubungan persentase punggung terhadap bobot potong dengan bobot potong umur 1 -12 minggu.
Besar kecilnya nilai koefisien pertumbuhan pada potongan - potongan
tubuh akan menentukan
a d
perkembangan tubuh secara keseluruhan.Berdasarkan nilai b yang diperoleh temyata arah perkembangan Mandalung
keturunan
IE
dan Mandalung keturunan EI adalah sama. Arah perkembangantersebut dimulai dari kepala, leher ke punggung dan pinggul, kemudian dari kaki
menyebar ke arah paha, dada dan sayap.
Arah perkembangan tersebut sesuai dengan pendapat Hammond (1932)
bahwa pada umurnnya perkembangan temak dimulai
dan
bagian kepala bergerakke arah belakang tubuh dan bagian lain dari ujung kaki belakang menyebar ke
atas. Pertumbuhan tersebut bertemu pada bagian tengah tubuh. Mandalung
memiliki arah perkembangan tubuh yang sama temak unggas lainnya seperti
entog dan itik (Anggraeni, 1999) serta ayam kampung dart persilangan ayam
26 Tinjauan Histologi Otot Paha
Pengamatan terhadap pengaruh perlakuan juga dilakukan pada tingkat
seluler, yaitu serabut otot paha. Untuk mengetahui perubahan pembesaran sell
serabut otot pada waktu pertumbuhan dapat dilakukan dengan mengukur diameter
serabut otot secara mikroskopis. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 5
Tabel 5. Rataan diameter (pm) serabut otot paha (M. Tihialis craniulis)
Mandalung
Peubah Umur Pemotongan ( m ~ n a u )
x 1 10 1 17
i
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran diameter serabut otot
. . . -
meningkat sesuai dengan bertambahnya umur Mandalung. Namun peningkatan
tersebut tidak selalu nyata. Pada Mandalung keturunan El diameter otot tertinggi
pada umur 12 minggu diikuti 10 dan 8 minggu. Mandalung keturunan 1E umur 12
Diameter Serabut Otot (vm)
minggu lebih tinggi dari umur 10 dan 8 mingbw.
Pada penelitian ini diameter serabut otot paha pada Mandalung keturunan
Keterangan : Humf besar yang sama pada baris yang berbeda dan humf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p < 0.05).
El
IE
El terjadi peningkatan yang nyata pada umur 10 minggu sedangkan pada 18.08 i 5.01 Bb 12.494- 2.16 Aa
13.47 1 3.26 Aa
Mandalung keturunan IE terjadi pada umur 12 minggu
20.024- 3.78Ba
15.24 1 2 . 9 9 Ab
Mandalung keturunan El pada umur 10 minggu pembesaran serabut otot
paha meningkat 1,3 kali sedangkan pada Mandalung keturunan IE hanya 1,l kali
dari umur 8 minggu. Pada umur 12 minggu pembesaran serabut otot paha baik
Mandalung keturunan EI dan
TE
sebesar 1,1 kali dari umur 10 minggu. Lehih [image:97.616.100.520.290.345.2]27 daripada IE pada umur 10 minggu sejalan dengan kecepatan perturnbuhannya
dimana mulai dari umur 1 minggu sampai 9 minggu pertumbuhan Mandalung
keturunan El lebih tinggi daripada Mandalung
E.
Kecepatan pembesaran ototdiduga diturunkan dari bapaknya entog.
Diameter serabut otot paha pada umur 10 dan 12 minggu antara
Mandalung keturunan El dan
IE
berbeda nyata (p < 0.05). Hal ini dapat diartikanbahwa tekstur otot paha tidak sama, karena menurut Desroir (1977), diameter
serabut otot menentukan kekerasan dan tekstur daging, serabut otot yang
berdiameter besar penampilannya lebih kasar dan lebih keras dibandingkan
serabut otot yang berdiameter kecil. Sudjatinah (1998) menyatakan bahwa pada
umur yang sama itik afkir memiliki diameter serabut otot dada yang lebih besar
Garnbar 8. Penampang melintang serabut otot paha (M. Tibialis cranialis) Mandalung umur 8 minggu memperlihatkan diameter serabut otot EI lebih besar daripada IE. Pewarnaan Hemaktosilin- eosin. Skala : 50 pm
Keterangan: ( A ) Mandalung EI
( B ) Mandalung IE
( a ) serabut otot
( b ) endomisium
( c ) perimisium
Gambar 9. Penampang melintang serabut otot paha (M. Tibia1i.s cranialis) Mandalung umur 8 minggu memperlihatkan diameter serabut otot El lebih besar danpada IE. Pewamam Hemakro.silin- eosin. Skala : 50 pm
Keterangan: ( A ) Mandalung EI
( B ) Mandalung IE
( a ) serabut otot
( b ) endomisium
( c ) perimisium
Gambar 10. Penampang melintang serabut otot paha (M. Tihialis cranialis) Mandalung umur 8 minggu memperlihatkan diameter serabut otot EI lebih besar daripada IE. Pewarnaan Hemaktosilin-eos~n. Skala : 50 Krn
Keterangan: ( A ) Mandalung EI
( B ) Mandalung IE
( a ) serabut otot
( b ) endomisium
( c ) perimisium
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:
Dengan pemeliharaan pada kondisi dan pemberian pakan yang sama, ternyata
Mandalung keturunan EI dan
TE
mempunyai bobot badan, pertambahan bobot badan,konsumsi tidak berbeda. Efisiensi pakan Mandalung keturunan El lebih rendah
daripada Mandalung keturunan IE.
Persentase pingyl dan paha atas pada wnur 12 minggu memperlihatkan nilai
yang lebih besar dari bagian - bagian karkas yang lain Mandalung keturunan El
daripada keturunan LE. Persentase daging bagian dada Mandalung keturunan IE lebih
tinggi dari El.
Berdasarkan nilai b yang diperoleh ternyata arah perkembangan Mandalung
keturunan IE dan Mandalung keturunan El adalah sama. Arah perkembangan tersebut
dimulai dari kepala, leher ke pnngyng dan pinggui, kemndian dari kaki menyebar ke
arah paha, dada dan sayap.
Dari hasil pengukuran diameter serabut otot paha Mandalung keturunan IE
lebih besar danpada Mandalung keturunan EI.
Saran :
Untuk mendapatkan produksi daging Mandalung yang optimal dari segi
ekonomi agar menyilangkan entog jantan dan itik betina. Akan tetapi untuk
mendapatkan kualitas daging yang baik agar menyilangkan itik jantan dan entog
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni. 1999. Pertumbuhan alometri dan tinjauan morfologi serabut otot dada (M. pecforalis dan M. supracoracoideus) pada itik dan entog lokal [tesis] Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana, Program Studi nmu Ternak.
Bintang IAK, Tangendjaja B. 1996. Kinerja anak itik jantan pada berbagai tingkat pemberian minyak sawit kasar. Jumal Ilmu Ternak dan Veteriner. 2 (2): 92 -95.
Chu CL, Wei HW, Chen BJ, Shen TF. 1996. Potasium requirement of mule ducklings. Asian - Australarian Journal of Animal Sciences. 9 (6): 643 - 646.
Clayton GA. 1984. Evolution of Domesticated Animals. Ed. Ian L Mason. Longman. London and New york
Crawford RD. 1990. Poultry Breeding and Genetic. Ed. Crawford RD. Amsterdam, Elsevier.
Dellman HD, Brown EM. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner. Diterjemahkan ole11 R. Hartono. Ed ke-3. Penerbit Universitas Indonesia.
Desroir NW. 1977. Meat Technology, Element of Food Technology. Avi Pub. Company. Inc. Wesport, Connecticut.
Evalinda. 1989. Studi tentang tingkah laku perkawinan dan anatolni alat kela~nin jantan itik, entog dan hasil perkawinan silangnya [karya ilmiah]. Bogor:
lnstitut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan.
Forrest JC, Aberde ED, Hedrick HB, Judge MD, Merkel RA. 1975. Principle of Meat Science. W.H. Freeman and Company, USA.
Hafez ESE. 1955. Differential growth of organ and edible meat in domestic fowl. Poult. Sci. 34 : 745 - 754.
Hamlnond JH. 1932. Growth and Development on Mutton Sheep. Lea and Febiger. London.
Harahap D. 1993. Potensi itik Mandalung sebagai penghasil daging ditinjau dari berat karkas clan penilaian organoleptik dagingnya dibandingkan dengan tetuanya [disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana, Pro-mm Studi Ilmu Ternak.
Hoffman ED, Canning NS. 1993. Mule Duck. Journal Canada. www.lycos.com
Hutabarat PH. 1982. Genotype x nutrition interaction in growth and laying performance of duck. Ph.D. [thesis]. University of Philippines at Los Banos.
Huxley US. 1932. Problems of Relative Growth. Di dalam: Brody G. Bioenergitics and Growth. Reinhold Publishing Corporation, New York. USA
Marsidik MY. 1990. Pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi itik mandalung I1 ( M u k Duck) [karya ilmiah]. Bogor: Institut Pertanian Bogor? Fakultas Peternakan.
Muryanto. 2002. Pertumbuhan alo~netri dan tinjauan histologi otot dada pada ayam kampung dan hasil persilangannya dengan ayam ras petelur betina [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana, Program Studi Ilmu Ternak.
Nalbandov AV. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Ed ke-3. University Indonesia Press.
Ramirez DA, Arboleda LJ, Escote, Ricohermoso E. 1976. The cytogeneticsof the intergeneric hybrid of Anas hocha and (birina muschata. Philippine Agr. 60 : 6 2 1 .
Retailleau B. 1999. Comparison of the growth and body composition of 3 types of ducks : pekin, muscow and mule. Proceedings 1" World Waterfowl Conference. Taiwan, R.O.C.
Romeis 9. 1989. Mtkroskopische Technik. (P. Bock, Ed.) 17. Neubearbeitete Auflage. Urban und Schwarzenberg, Miinchen, Wien, Baltimore
Rouvier R, Guy G, Rousselot D, Poujardieu B. 1994. Genetic parameter from factorial cross breeding in two duck strain (Anasplatyrhynchos), brown tsaiya and pekin, for growth and fatty liver traits. British Poultry Science 35: 5 0 9 5 1 7
Scott ML, Nesheim MC, Young RJ. 1969. Nutrition of the Chicken. M.L. Scott and Associates. Ithaca, New York.
Siswohardjono W. 1986. Performans produksi temak entog, itik dan hasil perkawinan silangnya [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana, Program Studi nmu Temak.
Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistik. P.T. Gra~nedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sudjatinah. 1998. Pengaruh lama pelayuan terhadap sifat - sifat fisik dan penampilan histologis jaringan otot dada dan paha pada itik dan entog [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana, Proyam Studi Ilmu Temak.
Srigandono, B. 1986. llmu Unggas Air. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Widdowson, EM. 1980. Definition of Growth. Di dalam Lawrence TLJ. Growth in Animal. Butterworth. London. pp 1 - 9.
Lampiran 1. Skema pembuatan preparat histologi otot paha (M. Tibialis
cranialis)
Pengambilan sampel(3x2 cm2)
Pencucian dengan NaCl Fisiologis 0.9 %
Pengawetan(fiksasi) &lam larutan paraformaldehid 4 %
Dimasukkan ke alkohol70 %, disimpan sampai proses selanjutnya
I
Pemotongan sampel jaringan (0.5 x 0.5 cm2)
4
Dehidrasi dalam alkohol bertingkat (80 %- 100 %)
Clearing dalam xylol 3 x 30 menit
lnfiltrasi dan embeding parafin 3 x 30 menit pa& suhu 62' C
4
Pemotongan jaringan dengan mikrotom pada ketebalan 5 ym peletakkan pada gelas objek
disimpan dalam inkubator 37% 1 malam
Lampiran 2. Prosedur pewarnaan preparat histologi otot paha (M. Tibialis cranialis)
Deparafnisasi (xylol : I, 11,111) masing - masing 5 menit
Rehidrasi (alkohol 100 %-70 %) masing - masing 5 menit
4
Perendaman dalam air mengalir (air kran) 5 menit
Perendaman dalam akuades (DW) 10 menit
Perendaman dalam hematoksilin 5 menit
Perendaman dalam air mengalir (air kran) 10 menit
I
Perendaman dalarn akuades (DW) 5 menit
Perendaman dalam eosin
5
menitPencucian dengan akuades
4
Dehidrasi (alkohol70 Oio-100 %) dan xylol I, 11, I11
Penutupan jaringan (mounting) dengan entelan (merck)
Lampiran 3. Perhitungan Pembesaran dan Skala Foto
Perhitungan pembesaran foto
Pembesaran objektif : 40
X
Okuler kamera : 3.3 X
Pembesaran : 4 0 x 3 . 3 = 1 3 2 X
Ukuran klise : lebar 2.4 cm dan panjang 3.6 cm
Ukuran foto : lebar 8.9 cm dan panjang 12.7 cm
Pembesaran akhir
Perhitungan garis skala
Pembesaran = 465.67 X : 10000
0.046567 cm = 1 pm
Ukuran yang dikehendaki adalah 50 pm
0.046567 x 50 = 50 pm
2.32835 cm = 50 pm
2.32835 = 2 cm