• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Orang Tua Tentang Enterobiasis dan Angka Kejadian Enterobiasis pada Siswa SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Orang Tua Tentang Enterobiasis dan Angka Kejadian Enterobiasis pada Siswa SD Negeri 040470 Desa Lingga Julu, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

INFEKSI PARASIT USUS PADA PASIEN HIV/AIDS RAWAT

INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK

MEDAN TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan

Sarjana Kedokteran

Oleh :

MOHD SYAFIQ RADHI BIN SUMARDI

NIM: 110100514

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengetahuan Orang Tua Tentang Enterobiasis dan Angka

Kejadian Enterobiasis pada Siswa SD Negeri 040470 Desa

Lingga Julu, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo,

Sumatera Utara

Nama : Jenni Friska br. Karo

NIM : 110100316

Pembimbing Penguji I

(dr. Nurfida Khairina Arrasyid, M. Kes) (Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG), Sp.OG(K))

NIP: 19700819 199903 2 001 NIP: 19640530 198903 1 019

Penguji II

(dr. Yetty Machrina, M.Kes) NIP: 19790324 20031 2 202

Medan, 10 Januari 2015

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH)

(3)

ABSTRAK

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Ini merupakan virus yang dapat menyebabkan acquired immunodeficiency syndrome , atau dikenali sebagai AIDS. Tidak ada obat yang aman dan efektif pada saat ini untuk mengubati penyakit ini. Parasit usus pula lebih sering terjadi di tempat-tempat sanitasi yang buruk, terutama di negara berkembang. Pasien HIV/AIDS mengalami imunosupresi yang menyebabkan subjek rentan untuk berbagai serangan parasit

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang tujuannya adalah untuk mengetahui prevalensi infeksi parasit usus pada pasien HIV/AIDS. Pendekatan desain yang digunakan pada penelitian ini adalah

cross sectional.

Berdasarkan jenis kelamin, golongan lelaki lebih cenderung untuk menderita HIV/AIDS dengan distribusi terbanyak yaitu 26 orang (78,8%) manakala pada perempuan berjumlah 7 orang (21,2%). Sebaran untuk umur, kelompok umur 20-39 adalah yang tebanyak yaitu 24 orang (72,7%) manakala persentase yang terendah terdapat dua jenis kelompok umur yaitu kelompok umur <20 dan >60 yaitu tidak ada (0%). Hasil penelitian menunjukkan pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta sebanyak 14 orang (42,4%) manakala yang terendah adalah supir yaitu tidak ada (0%). Dari 33 pasien HIV/AIDS, 6 orang (18,2%) dilakukan pemeriksaan tinja dan selebihnya 27 orang (81,8%) tidak dilakukan pemeriksaan tinja. Dari 6 pasien HIV/AIDS yang dilakukan pemeriksaan tinja, 2 orang (33,3%) didapati positif ada infeksi parasit usus manakala 4 orang (66,7%) lagi negatif dan tidak terinfeksi parasit usus. Jenis parasit usus yang paling banyak menginfeksi pasien HIV/AIDS pada penelitian ini adalah Cryptosporodia sp. sebanyak 2 orang (28,6%) manakala yang paling sedikit Entamoeba histolytica sebanyak 1 orang (14,3%).

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa lebih banyak pasien laki – laki yang dicurigai menderita HIV/AIDS jika dibandingkan dengan pasien perempuan. Kelompok umur 20-39 adalah yang tertinggi menunjukkan bahawa infeksi banyak berlaku dari yang usia muda. Pekerjaan penderita yang mencatatkan tertinggi adalah wiraswasta karena sering ke luar kota atas alasan pekerjaan. Infeksi parasit usus yang terbanyak ialah Cryptosporodium sp. disebabkan sanitasi yang kurang baik memudahkan penularan parasit tersebut melalui air dan makanan.

(4)

ABSTRACT

HIV stands for Human Immunodeficiency Virus . It is a virus that can lead to acquired immunodeficiency syndrome , or recognized as AIDS . No drugs are safe and effective at this time to cure this disease . Besides, intestinal parasite are common at low sanitation place mainly at developing countries. Furthurmore, HIV/AIDS patient are easily infected by parasite because of their immunosuppresssion.

This study is a descriptive study which the purpose was to determine the prevalence of intestinal parasitic infections on HIV / AIDS. The design approach used in this study is cross -sectional .

Based on gender , men are more likely to suffer from HIV / AIDS with the highest distribution of 26 people ( 78.8 % ) while the women were 7 people ( 21.2 % ) . For distribution of age , the age group 20-39 is the most with 24 persons ( 72.7 % ) while the lowest percentage have two types of age group which are < 20 and > 60 with zero amount ( 0 % ) . The results showed the highest employment is self-employed with 14 people ( 42.4 % ) while the lowest is driver wich is is none ( 0 % ) . From the 33 patients with HIV / AIDS , 6 people undergo ( 18.2 % ) fecal examination while the remaining 27 ( 81.8 % ) did not. Besides, form the 6 patients with HIV / AIDS who performed the examination of feces , 2 people ( 33.3 % ) were found positive intestinal parasitic infection while 4 people ( 66.7 % ) was negative. The type of intestinal parasite that infects most HIV / AIDS patients in this study were Cryptosporodia sp . by 2 people ( 28.6 % ) while Entamoeba histolytica on 1 people ( 14.3 % ) was also found.

In general , it can be concluded that more male patients was suspected with having HIV / AIDS when compared with female patients . The 20-39 age group is the highest infected shows that infection happen in a very young age. Besides, the highest employment recorded patients is self-employed because they always went out the city for work. The highest intestinal parasitic infection are Cryptosporodium sp because it is easily spread at low sanitaion place through food and water.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadrat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat dan anugerah-Nya serta telah memberi kesempatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini.

Karya Tulis Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan tugas akhir semester VII pendidikan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari dalam penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran atau masukkan yaang membangun dari semua pihak di masa akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua Sumardi bin Yusof dan Siti Salmiah binti Samaie yang selalu mendoakan, memberikan dorongan, serta bantuan baik moral maupun materil pelaksanaan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

2. Pembimbing utama dr. Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes yang telah banyak memberikan bimbingan , saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

3. Dosen penguji 1 dan dosen penguji 2 yang telah banyak memberikan saran dan kritikan yang membangun dalam penyelesaian laporan hasil penelitian ini.

4. Staf dan pegawai bagian Litbang, rekam medis dan administrasi ruang rawat inap penyakit dalam RSUP-HAM yang telah memberikan bantuan serta izin sehingga survey penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

5. Teman-teman seangkatan yang telah membantu, memberi saran, dan sebagai teman diskusi terutama teman satu kelompok.

(6)

Akhirnya penulis mengharapkan agar karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, 12 Desember 2014

(MOHD. SYAFIQ RADHI)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN……… i

ABSTRAK ... ii

ABTRACT ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR ISTILAH ... viii

DAFTAR TABEL... ix

BAB 1 PENDAHULUA ... 1

1.1.Latar Belakang ...1

1.2.Rumusan Masalah ...3

1.3.Tujuan Penelitian ...3

1.4.Manfaat Penelitian ...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……….. 5

2.1. Konsep HIV/AIDS ... 5

2.1.1.Pengertian HIV/AIDS... ... 5

2.1.2. Epidemiologi HIV/AIDS ...5

2.1.3.Layanan HIV/AIDS yang aktif ...8

2.1.4. Transmisi HIV/AIDS………. 8

2.1.5. Patogenesis HIV/AIDS……… 10

2.1.6. Stadium Infeksi…….……… 11

2.1.7. Diagnosis HIV/AIDS……… 13

2.1.8. Penatalaksanaan……… 14

2.2. Infeksi Parasit Usus ...17

2.2.1. Pendahuluan... ...17

(8)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 18

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 18

3.2. Defenisi Operasional... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN……….. 21

4.1. Jenis Penelitian ... 21

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 22

4.5. Metode Analisis Data ... 22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 23

5.1 Hasil Penelitian……… 23

5.2 Pembahasan………. 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… 29

6.1. Kesimpulan……… 29

6.2. Saran……… 29

DAFTAR PUSTAKA... 31

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

WHO : World Health Organization HIV : Human Immunodeficiency Virus AIDS : Acquired Immunodeficiency Syndrome ART : Antiretroviral Therapy

MHC : Major Histocompatibility Complex ELISA : Enzyme-linked Immunosorbent Assay RNA : Rubonucleat Acid

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi jenis kelamin pasien HIV/AIDS 24

Tabel 5.2 Distribusi umur pasien HIV/AIDS 24

Tabel 5.3 Distribusi pekerjaan pasien HIV/AIDS 25

Tabel 5.4 Prevelensi dilakukan pemeriksaan tinja pada pasien HIV/AIDS

25

Tabel 5.5 Prevelensi infeksi parasit usus yang menginfeksi pasien HIV/AIDS yang dilakukan pemeriksaan tinja

26

Tabel 5.6 Prevelensi jenis parasit usus yang menginfeksi pasien HIV/AIDS yang dilakukan pemeriksaan tinja

(11)

ABSTRAK

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Ini merupakan virus yang dapat menyebabkan acquired immunodeficiency syndrome , atau dikenali sebagai AIDS. Tidak ada obat yang aman dan efektif pada saat ini untuk mengubati penyakit ini. Parasit usus pula lebih sering terjadi di tempat-tempat sanitasi yang buruk, terutama di negara berkembang. Pasien HIV/AIDS mengalami imunosupresi yang menyebabkan subjek rentan untuk berbagai serangan parasit

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang tujuannya adalah untuk mengetahui prevalensi infeksi parasit usus pada pasien HIV/AIDS. Pendekatan desain yang digunakan pada penelitian ini adalah

cross sectional.

Berdasarkan jenis kelamin, golongan lelaki lebih cenderung untuk menderita HIV/AIDS dengan distribusi terbanyak yaitu 26 orang (78,8%) manakala pada perempuan berjumlah 7 orang (21,2%). Sebaran untuk umur, kelompok umur 20-39 adalah yang tebanyak yaitu 24 orang (72,7%) manakala persentase yang terendah terdapat dua jenis kelompok umur yaitu kelompok umur <20 dan >60 yaitu tidak ada (0%). Hasil penelitian menunjukkan pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta sebanyak 14 orang (42,4%) manakala yang terendah adalah supir yaitu tidak ada (0%). Dari 33 pasien HIV/AIDS, 6 orang (18,2%) dilakukan pemeriksaan tinja dan selebihnya 27 orang (81,8%) tidak dilakukan pemeriksaan tinja. Dari 6 pasien HIV/AIDS yang dilakukan pemeriksaan tinja, 2 orang (33,3%) didapati positif ada infeksi parasit usus manakala 4 orang (66,7%) lagi negatif dan tidak terinfeksi parasit usus. Jenis parasit usus yang paling banyak menginfeksi pasien HIV/AIDS pada penelitian ini adalah Cryptosporodia sp. sebanyak 2 orang (28,6%) manakala yang paling sedikit Entamoeba histolytica sebanyak 1 orang (14,3%).

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa lebih banyak pasien laki – laki yang dicurigai menderita HIV/AIDS jika dibandingkan dengan pasien perempuan. Kelompok umur 20-39 adalah yang tertinggi menunjukkan bahawa infeksi banyak berlaku dari yang usia muda. Pekerjaan penderita yang mencatatkan tertinggi adalah wiraswasta karena sering ke luar kota atas alasan pekerjaan. Infeksi parasit usus yang terbanyak ialah Cryptosporodium sp. disebabkan sanitasi yang kurang baik memudahkan penularan parasit tersebut melalui air dan makanan.

(12)

ABSTRACT

HIV stands for Human Immunodeficiency Virus . It is a virus that can lead to acquired immunodeficiency syndrome , or recognized as AIDS . No drugs are safe and effective at this time to cure this disease . Besides, intestinal parasite are common at low sanitation place mainly at developing countries. Furthurmore, HIV/AIDS patient are easily infected by parasite because of their immunosuppresssion.

This study is a descriptive study which the purpose was to determine the prevalence of intestinal parasitic infections on HIV / AIDS. The design approach used in this study is cross -sectional .

Based on gender , men are more likely to suffer from HIV / AIDS with the highest distribution of 26 people ( 78.8 % ) while the women were 7 people ( 21.2 % ) . For distribution of age , the age group 20-39 is the most with 24 persons ( 72.7 % ) while the lowest percentage have two types of age group which are < 20 and > 60 with zero amount ( 0 % ) . The results showed the highest employment is self-employed with 14 people ( 42.4 % ) while the lowest is driver wich is is none ( 0 % ) . From the 33 patients with HIV / AIDS , 6 people undergo ( 18.2 % ) fecal examination while the remaining 27 ( 81.8 % ) did not. Besides, form the 6 patients with HIV / AIDS who performed the examination of feces , 2 people ( 33.3 % ) were found positive intestinal parasitic infection while 4 people ( 66.7 % ) was negative. The type of intestinal parasite that infects most HIV / AIDS patients in this study were Cryptosporodia sp . by 2 people ( 28.6 % ) while Entamoeba histolytica on 1 people ( 14.3 % ) was also found.

In general , it can be concluded that more male patients was suspected with having HIV / AIDS when compared with female patients . The 20-39 age group is the highest infected shows that infection happen in a very young age. Besides, the highest employment recorded patients is self-employed because they always went out the city for work. The highest intestinal parasitic infection are Cryptosporodium sp because it is easily spread at low sanitaion place through food and water.

(13)

`BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Ini merupakan virus yang dapat menyebabkan acquired immunodeficiency syndrome , atau dikenali sebagai AIDS. Tidak seperti beberapa virus lain , tubuh manusia tidak dapat menyingkirkan HIV ini dari tubuh. Tidak ada obat yang aman dan efektif saat ini akan tetapi para ilmuwan bekerja keras untuk menemukan pengobatannya. Sementara itu, dengan perawatan medis yang tepat , HIV ini dapat dikontrol. Pengobatan untuk HIV sering disebut sebagai terapi antiretroviral atau ART. Hal ini dapat secara dramatis memperpanjang kehidupan seseorang yang terinfeksi HIV dan menurunkan kesempatan mereka untuk menginfeksi orang lain. Sebelum pengenalan ART di pertengahan 1990-an, orang yang menderita HIV bisa berkembang menjadi AIDS hanya dalam beberapa tahun. Sekarang , seseorang yang didiagnosis dengan HIV dan diobati pada peringkat awal dapat memiliki harapan hidup yang hampir normal. HIV mempengaruhi sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh , yang dikenali sebagai sel CD4 , atau sel T. Seiring waktu , HIV dapat menghancurkan begitu banyak dari sel-sel dari sistem kekebalan tubuh sehinggakan tubuh tidak dapat melawan jika terjadinya infeksi dan penyakit. Jika ini terjadi , infeksi HIV menyebabkan AIDS (CDC, 2014).

(14)

Prevelensi HIV/AIDS di Indonesia secara umum memang masih rendah, tetapi Indonesia telah digolongkan sebagai Negara dengan tingkat endemik yang terkonsentrasi yaitu adanya prevelensi 5% pada sub populasi tertentu misalnya penjaja seks dan penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya). Tingkat epidemi ini menunjukkan tingkat perilaku berisiko yang cukup aktif menularkan penyakit di dalam suatu sub populasi tertentu. Selanjutnya perjalanan epidemic akan ditentukan oleh jumlah dan sifat hubungan antara kelompok berisiko tinggi dengan populasi umum. Kasus AIDS pertama di Indonesia dilaporkan di Bali pada bulan April 1987 yaitu seorang wisatawan Belanda yang meninggal di RSUP Sanglah Denpasar (DEPKES, 2006).Di provinsi Sumatera Utara, sehingga Maret 2013 tercatat 6781 kasus HIV dan sebanyak 515 kasus untuk AIDS (DEPKES, 2013).

Infeksi parasit adalah salah satu infeksi manusia yang paling luas di dunia. Tingkat infeksi biasanya tinggi di Sub-Sahara Afrika, di mana mayoritas human immunodeficiency virus (HIV) dan kasus AIDS terkonsentrasi. Cacingan dan infeksi HIV memiliki efek besar pada respon kekebalan host. Parasit yang sering dihadapi dalam orang yang terinfeksi HIV meliputi: Microsporidium spp, Cryptosporidium spp, Ascaris lumbricoides, Giardia intestinalis, Trichuris trichiura, Entamoeba hystolytica, Isopora belli

dan hookworm; dan semua ini berhubungan dengan diare serta anemia (Yahaya, 2013).

Parasit usus lebih sering terjadi di tempat-tempat sanitasi yang buruk, terutama di negara berkembang di yang terletak daerah tropis. Parasit ini bisa lebih agresif pada anak-anak dan lansia dibandingkan orang umur

pertengahan. Salah satu fitur utama dari manusia human

(15)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu belum diketahui bagaimanakah infeksi parasit usus pada pasien HIV/AIDS yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui infeksi parasit usus pada penderita HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jumlah angka kejadian HIV dan AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

2. Untuk mengetahui jumlah penderita HIV dan AIDS berdasarkan umur. 3. Untuk mengetahui jumlah penderita HIVdan AIDS berdasarkan jenis

kelamin.

4. Untuk mengetahui jumlah penderita HIV dan AIDS berdasarkan pekerjaan.

5. Untuk mengetahui jenis parasit usus yang paling banyak menginfeksi penderita HIV dan penderita di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

(16)

2. Untuk rujukan kepada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan bagi mengurangkan risiko infeksi parasit usus pada penderita HIV/AIDS.

3. Sebagai sumber kepada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan bagi melaksanakan penatalaksanaan pengobatan pada penderita HIV/AIDS sesuai dengan infeksi parasit usus.

4. Rujukan kepada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan bagi merancang pencegahan infeksi parasit usus pada penderita HIV/AIDS.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep HIV/AIDS

2.1.1 Pengertian HIV/AIDS

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus golongan

Rubonucleat Acid (RNA) yang spesifik menyerang system kekebalan tubuh/imunitas manusia dan menyebabkan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) (Titik Nuraeni, 2011).

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya system kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV (Sudikno, 2011).

2.1.2. Epidemiologi HIV/AIDS

2.1.2.1. Situasi masalah secara global

Sejak awal epidemi, hampir 75 juta orang telah terinfeksi virus HIV dan sekitar 36 juta orang telah mengalami kematian karena HIV. Secara global, 35,3 juta orang hidup dengan HIV pada akhir 2012. Diperkirakan 0,8% dari orang dewasa berusia 15-49 tahun di seluruh dunia hidup dengan HIV, meskipun beban epidemi terus bervariasi antara negara dan wilayah. Sub-Sahara Afrika tetap terkena dampak paling parah, dengan hampir 1 dari setiap 20 orang dewasa yang hidup dengan HIV dan akuntansi untuk 69% dari orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia (WHO, 2013).

2.1.2.2. Situasi masalah HIV/AIDS di Indonesia Triwulan 1 dari Januari-

(18)

1. HIV

a. Dari bulan januari sampai maret 2013 jumlah infeksi baru HIV yang dilaporkan 5.369 orang.

b. Persentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (74,2%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (14.0%), dan kelompok umur lebih 50 tahun (4,9%).

c. Rasio HIV Antara lelaki dan perempuan adalah 1:1.

d. Persentase factor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (50,5%), penggunaan jarum suntik tidak steril pada pensun (8,4%), dan LSL (lelaki seks lelaki) (7,6%).

2. AIDS

a. Dari bulan januari sampai maret 2013 jumlah AIDS baru yang dilaporkan sebanyak 460 orang.

b. Persentase AIDS tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun (39,1%), diikuti kelompok umur 20-29 tahun (26,1%) dan umur 40-49 tahun (16,5%).

c. Rasio AIDS Antara lelaki dan perempuan adalah 2:1.

d. Jumlah AIDS tertinggi dilaporkan di Provinsi Jawa Tengah (175), Sulawesi Tengah (59), Banten (34), Jawa Barat (33) dan Riau (32). e. Persentase factor risiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks berisiko

pada heteroseksual (81,1%), penggunaan jarum suntik tidak steril penasun (7,8%), dari ibu positif HIV ke anak (5%), dan LSL (Lelaki Seks Lelaki) (2,8%) (DEPKES, 2013).

2.1.2.3. Situasi Masalah HIV/AIDS dari Tahun 1987-Maret 2013

1. HIV

(19)

(21.031), tahun 2012 (21.511). Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Maret 2013 sebanyak 103.759.

b. Jumlah infeksi HIV yang tertinggi yaitu di DKI Jakarta (23.792), diikuti Jawa Timur (13.599), Papua (10.881), Jawa Barat (7.621), dan Bali (6.819).

2. AIDS

a. Sampai dengan tahun 2005 jumlah AIDS yang dilaporkan sebanyak 4.987, tahun 2006 (3.514), tahun 2007 (4.425), tahun 2008 (4.943), tahun 2009 (5.483), tahun 2010 (6.845), tahun 2011 (7.004), dan tahun 2012 (5.686). Jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Maret 2013 sebanyak 43.347.

b. Persentase kumulatif AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (30,7%), kemudian diikuti kelompok umur 30-39 tahun (21,8%), 40-49 tahun (10%), 15-19 tahun (3,3%), dan 50-59 tahun (3,0%)

c. Persentase AIDS pada laki-laki sebanyak 55,4% dan perempuan 28,8%. Sementara itu 15,8% tidak melaporkan jenis kelamin.

d. Jumlah AIDS tertinggi adalah wiraswasta (5.098), diikuti ibu rumah tangga (4.943), tenaga non-profesional/karyawan (4.467), buruh kasar (1.723), penjaja seks (1.708), petani/penternak/nelayan (1.645), dan anak sekolah/mahasiswa.

e. Jumlah AIDS terbanyak dilaporkan dari Papua (7.795), Jawa Timur (6..900), DKI Jakarta (6.299), Jawa Barat (4.131), Bali (3.344), Jawa Tengah (2.990), Kalimantan Barat (1.699), Sulawesi Selatan (1.467), Banten (885) dan Riau (859).

f. faktor risiko penularan terbanyak melalui heteroseksual (59,8%), penasun (18%), diikuti penularan melalui perinatal (2,7%), dan hemoseksual (2,4%).

(20)

2.1.3. Layanan HIV/AIDS yang aktif

1. Sampai dengan bulan Maret 2013 , layanan HIV/AIDS yang aktif melaporkan data layanan sebagai berikut:

a. 592 layanan Konseling dan Tes HIV (KT) termasuk Tes HIV dan Konseling yang diprakarsai oleh Petugas Kesehatan (TKIP).

b. 378 layanan DPD (Perawatan, Dukungan dan Pengobatan) yang aktif melakukan pengobatan ARV, terdiri dari 262 RS Rujukan PDP (induk) dan 116 setelit.

c. 83 layanan PTRM (Program Rumatan Metadon). d. 370 layanan IMS (Infeksi Menular Seksual).

e. 113 layanan PPIA (Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak). f. 223 layanan yang mampu melakukan layanan TB-HIV.

2. Jumlah ODH yang sedang mendapatkan pengobatan ARV sampai bulan Maret 2013 sebanyak 33.114 orang. 96% (31.682 orang) dewasa dan 4% (1.432 orang) anak. Sedangkan pemakaian regimennya adalah 95,4% (31.589 orang) menggunakan Lini 1 dan 4,6% (1.525 orang) menggunakan Lini 2 (DEPKES, 2013).

2.1.4. Transmisi HIV

Hanya beberapa cairan darah , air mani, cairan pra - mani, cairan rektal, cairan vagina, dan ASI dari seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV. Cairan ini harus datang dalam kontak dengan membran mukosa atau jaringan yang rusak atau langsung disuntikkan ke dalam aliran darah ( dari jarum atau jarum suntik ) untuk memungkinkan transmisi terjadi. Membran mukosa dapat ditemukan di dalam rektum, vagina, pembukaan penis, dan mulut.

2.1.4.1. Transmisi utama

(21)

b. Anal seks adalah yang risiko tertinggi perilaku seksual.

c. Seks vaginal adalah yang risiko tertinggi perilaku seksual kedua.

d. Memiliki banyak pasangan seks atau memiliki infeksi menular seksual lainnya dapat meningkatkan risiko infeksi melalui seks.

e. Berbagi jarum , jarum suntik , bilas air , atau peralatan lainnya yang digunakan untuk menyiapkan obat injeksi dengan seseorang yang memiliki HIV.

2.1.4.2. Transmisi yang kurang umum

a. Dilahirkan dari ibu yang terinfeksi . HIV dapat ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan, kelahiran, atau menyusui.

b. Terjebak dengan jarum terkontaminasi HIV atau benda tajam lainnya . Ini adalah risiko terutama untuk petugas kesehatan.

c. Menerima transfusi darah , produk darah , atau transplantasi organ atau jaringan yang terkontaminasi dengan HIV.

d. Makan makanan yang telah dikunyah oleh orang yang terinfeksi HIV. Kontaminasi terjadi ketika darah yang terinfeksi dari mulut pengasuh bercampur dengan makanan saat mengunyah, dan hal ini sangat jarang terjadi.

e. Digigit oleh orang dengan HIV. Masing-masing dari jumlah yang sangat kecil dari kasus yang terdokumentasi telah melibatkan trauma berat dengan adanya kerusakan jaringan yang besar dan terdapatnya darah . Tidak ada risiko penularan jika kulit tidak rusak.

f. Oral seks menggunakan mulut untuk merangsang penis, vagina, atau anus.

g. Kontak antara kulit rusak, luka, atau selaput lendir dan darah yang terinfeksi HIV atau cairan tubuh darah yang terkontaminasi.

(22)

2.1.5. Patogenesis HIV

Ahli epidemiologi telah lama berpendapat bahwa infeksi oleh human immunodeficiency virus tipe 1 (HIV-1) menyebabkan acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Pengamatan ahli epidemiologi ini menunjukkan bahwa HIV-1 penyebab AIDS secara bebas dari major histocompatibility complex (MHC) dan HIV-1 (Jonathan Weber, 2001).

Limfosit CD4+ merupakan target utama infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Limfosit CD4+ berfungsi mengoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang progressif.

Kejadian infeksi HIV primer dapat dipelajari pada model infeksi akut

(23)

penjamu, adalah heterogeneitas kapasitas replikatif virus dan heterogeneitas intrinsik penjamu.

Antibodi muncul di sirkulasi dalam beberapa minggu setelah infeksi, namun secara umum dapat dideteksi pertama kali setelah replikasi virus telah menurun sampai ke level ‘steady-state’ . Walaupun antibodi ini umumnya memiliki aktifitas netralisasi yang kuat melawan infeksi virus, namun ternyata tidak dapat mematikan virus. Virus dapat menghindar dari netralisasi oleh antibodi dengan melakukan adaptasi pada amplopnya, termasuk kemampuannya mengubah situs glikosilasi-nya, akibatnya konfigurasi 3 dimensinya berubah sehingga netralisasi yang diperantai antibody tidak dapat terjadi (Zubairi Djoerban, 2009).

2.1.6. Stadium Infeksi

Penyakit HIV memiliki perkembangan terdokumentasi dengan baik . Jika tidak diobati HIV hampir secara universal fatal karena akhirnya ia akan menguasai sistem kekebalan tubuh yang akhirnya akan menyebabkan

acquired immunodeficiency syndrome ( AIDS ). ART membantu orang-orang di semua tahap penyakit HIV dan pengobatan ini dapat memperlambat atau mencegah perkembangan dari satu tahap ke tahap berikutnya.

2.1.6.1. Infeksi akut

(24)

akan mulai untuk membawa jumlah virus dalam tubuh kembali ke tingkat yang stabil. Pada waktu tersebut, jumlah CD4 akan mulai meningkat, tapi mungkin tidak kembali ke tingkat pra-infeksi.

2.1.6.2. Latensi klinis ( tidak aktif atau dormansi )

Periode ini kadang-kadang disebut infeksi HIV tanpa gejala atau infeksi HIV kronis. Selama fase ini, HIV masih tetap aktif tetapi mereproduksi pada tingkat yang sangat rendah. Penderita HIV mungkin tidak memiliki gejala atau sakit selama tahap ini. Orang yang memakai terapi antiretroviral ( ART ) dapat hidup dengan latensi klinis selama beberapa dekad. Bagi orang-orang yang tidak memakai ART, periode ini bisa bertahan sehingga satu dekad. Penting untuk diingat bahwa seseorang itu masih bisa menularkan HIV kepada orang lain selama fase ini meskipun memakai ART. Menjelang tengah dan akhir periode ini , virus mulai meningkat dan jumlah CD4 mulai turun. Apabila ini terjadi, penderita mungkin mulai memiliki gejala infeksi HIV karena sistem kekebalan tubuh penderita HIV tersebut menjadi terlalu lemah untuk melindungi dirinya.

2.1.6.3. AIDS ( acquired immunodeficiency syndrome )

(25)

2.1.7. Diagnosis HIV/AIDS

Terdapat beberapa jenis pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis HIV. Secara garis besar dapat dibagi menjadi pemeriksaan serologik untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV dan pemeriksaan untuk memeriksa keberadaan virus HIV. Deteksi adanya virus HIV dalam tubuh dapat dilakukan dengan isolasi dan biakan virus, deteksi antigen, dan deteksi materi jenetik dalam darah pasien.

Pemeriksaan yang lebih mudah dilaksanakan adalah pemeriksaan terhadap antibodi HIV. Sebagai penyaring biasanya digunakan teknik ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay), aglutinasi atau dot-blotimmunobinding assay. Metode yang biasa digunakan di Indonesia adalah ELISA.

Seorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila dengan pemeriksaan laboratorium terbukti terinfeksi HIV, baik dengan metode pemeriksaan antibody atau pemeriksaan untuk mendeteksi adanya virus dalam tubuh. Diagnosis AIDS untuk kepentingan surveilans ditegakkan apabila limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mm3

2.1.8. Penatalaksanaan

(Zubairi Djoerban, 2009).

HIV/AIDS saat ini memang belum dapat disembuhkan secara total. Namun, data selama 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang amat meyakinkan bahwa pengobatan dengan kombinasi beberapa obat anti HIV (obat anti retroviral, disingkat obat ARV) bermanfaat menurunkan morbiditas dan mortalitas dini akibat infeksi HIV. Orang dengan HIV/AIDS menjadi lebih sehat, dapat bekerja normal dan produktif. Manfaat ARV dan pulihnya kerentanan odha terhadap infeksi oportunistik.

(26)

antiretroviral (ARV), pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai infeksi HIV/AIDS, pengobatan saportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial dan dukungan agama serta tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersihan. Dengan pengobatan yang lengkap tersebut, angka kematian dapat ditekan, harapan hidup lebih baik dan kejadian infeksi opportunistic amat berkurang (Zubairi Djoerban, 2009).

2.1.8.1. Terapi Antiretroviral (ARV)

Pemberian ARV telah menyebabkan kondisi kesehatan odha menjadi jauh lebih baik. Infeksi kriptosporidiasis yang sebelumnya sukar diobati, menjadi lebih mudah ditangani. Infeksi penyakit oportunistiklain yang berat, seperti infeksi virus sitomegalo dan infeksi mikobakteriumatipikal, dapat disembuhkan. Pneumonia Pneumocytis carinii pada odha yang hilang timbul, biasanya mengharuskan odha minum obat infeksi agar tidak kambuh. Namun sekarang dengan obat ARV teratur, banyak odha yang tidak memerlukan minum obat profilaksis terhadapt pneumonia.

Terdapat penurunan kasus kanker yang terkait dengan HIV seperti Sarkoma Kaposi dan lifoma pemberian obat-obat antiretroviral tersebut. Sarcoma Kaposi dapat spontan membaik tanpa pengobatan khusus. Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan produksi sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan Sarkoma Kaposi. Selain itu pulihnya kekebalan tubuh menyebabkan tubuh dapat membentuk respons imun yang efektif terhadap human herpesvirus 8 (HHV-8) yang dihubungkan dengan kejadian sarcoma Kaposi.

(27)

Waktu memulai terapi ARV harus dipertimbangkan dengan seksama karena obat ARV akan diberikan dalam jangka panjang. Obat ARV direkomendasikan pada semua pasien yang telah menunjukkan gejala yang termasuk dalam kriteria diagnosis AIDS, atau menunjukkan gejala yang sangat berat, tanpa melihat jumlah limfosit CD4+. Obat ini juga direkomendasikan pada pasien asimtomatik dengan limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mm³. Pasien asimtomatik dengan limfosit CD4+ 200-350 sel/mm³ dapat ditawarkan untuk memulai terapi. Pada pasien asimtomatik dengan limfosit CD4+ lebih dari 350 sel/mm³ dan viral load lebih dari 100.000 kopi/ml terapi ARV dapat dimulai, namun dapat pula ditunda. Tetapi ARV tidak dianjurkan dimulai pada pasien dengan limfosit CD4+ lebih dari 350 sel/mm³ dan viral load kurang dari 100.000 kopi/ml (Zubairi Djoerban, 2009).

2.2. Infeksi Parasit Usus

2.2.1. Pendahuluan

Parasit usus lebih sering terjadi pada memerintah sanitasi yang buruk, terutama di negara berkembang di daerah tropis. Mereka lebih agresif pada anak-anak dan orang lanjut usia daripada pada orang umur pertengahan dan seseorang dengan sitem immun yang baik. Contoh parasit usus adalah

Criptosporidium parvum, Isopora belli, Cyclospora sp, amoeba dan H.nana

(Nkenfou, 2013).

2.2.2. Infeksi Parasit Usus pada penderita HIV/AIDS

(28)

yang disebabkan oleh protozoa parasit ini terutama di antara pasien positif HIV dari infeksi asimtomatik infeksi yang parah (Nkenfou, 2013).

Penderita HIV yang sudah berada pada stadium AIDS lebih rentan untuk terinfeksi parasit usus karena sel CD4 limfosit T telah menurun dari normal yaitu 1000 sel/mm3 ke 200 sel/mm3

Akhir-akhir ini H.nana sering dijumpai pada pasien HIV/AIDS.

Cryptoporodiasis pula adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit

Cryptosporodium parvum dan pada pada pasien immunocompromiseddapat menimbulkan diare persisten, terutama pada AIDS (Umar, 2013).

(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dalam penelitian adalah :

Gambar 1 : Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Definisi

Berdasarkan kerangka konsep di atas, definisi operasional adalah:

1. Infeksi parasit usus adalah parasit-parasit yang dijumpai pada pemeriksaan tinja penderita HIV/AIDS rawat inap di RS H. Adam Malik Medan, seperti : Cryptosporidium parvum, Blastocystis hominis, Microsporidium sp., Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Hookworm dan H.nana yang diperoleh dari data rekam medik.

2. Pasien HIV/AIDS adalah pasien yang menjalani rawat inap dari bagian Penyakit Dalam di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan data Infeksi Parasit Usus :

1. Cryptosporidium sp. 2. Blastocystis hominis 3. Microsporidium sp. 4. Ascaris lumbricoides 5. Trichuris trichiura

6. Hookworm

(30)

rekam medik didiagnosis sebagai penderita HIV/AIDS pada tahun 2013.

3.2.2. Cara Ukur

Penderita HIV/AIDS diperoleh dari observasi pada data rekam medik penderita rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan.

3.2.3. AlatUkur

Melalui rekam medik dari pasien HIV/AIDS yang mengalami infeksi parasit usus dari RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

3.2.4 Skala Pengukuran

1. Jenis kelamin dengan skala ukur nominal: a. Laki-laki

b. Perempuan

2. Umur dengan skala ukur interval: a. < 20 tahun

b. 20-39 tahun c. 40-59 tahun d. >60 tahun

3. Infeksi parasit usus dengan skala ukur nominal: a. Positif

(31)

4. Pekerjaan dengan skala ukur nominal: a. Wiraswasta

b. Supir

c. Petani/pedagang/nelayan d. PNS/TNI/Polisi

e. Pegawai Swasta

(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang tujuannya adalah untuk mengetahui prevalensi infeksi parasit usus pada pasien HIV/AIDS. Pendekatan desain yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional

dengan dilakukan pengumpulan data sekunder penderita HIV/AIDS dari rekam medik.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2014 hingga Desember 2014. Tempat penelitian ini akan dijalankan adalah di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien HIV/AIDS yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara total sampling yaitu seluruh pasien HIV/AIDS yang menjalani rawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013 karena perlu mendapatkan jumlah sebenar penderita HIV/AIDS yang terinfeksi parasit usus.

(33)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Permohonan izin yang telah diluluskan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dikirim ke bagian diklat RSUP Haji Adam Malik Medan. Setelah mendapat izin barulah prosedur pengumpulan data dilakukan. Dalam penelitian ini data diperoleh dengan meneliti pada data sekunder yaitu rekam medik.

4.5. Metode Analisa Data

(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data pada bulan September sampai bulan Desember 2014 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sampel pada penelitian ini berjumlah 33 data berdasarkan rekam medik pasien.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP H. Adam Malik Medan ini adalah rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VIII/1990 dan beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan, terletak di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Di Samping itu, RSUP H. Adam Malik Medan merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat Dan Riau.

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara bekerjasama dengan RSUP H. Adam Malik Medan dalam menyelenggarakan pendidikan klinik calon dokter, calon dokter spesialis serta kesehatan lainnya.

Klinik Voluntary Counseling Test RSUP H. Adam Malik Medan merupakan wadah pelayanan khusus untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi yang berisiko terinfeksi HIV/AIDS berupa konseling pra testing, test HIV dan konseling pasca test.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Penderita HIV/AIDS

(35)

variebel jenis kelamin, umur, pekerjaan, infeksi parasit usus dan jenis parasit usus yang menginfeksi penderita HIV/AIDS. Data dapat dilihat dari tabel dibawah.

Tabel 5.1 Distribusi jenis kelamin pasien HIV/AIDS

Jenis

kelamin Frekuensi Persentase

Lelaki 26 78,8

Perempuan 7 21,2

Total 33 100

Berdasarkan Tabel 5.1, dari total 33 penderita HIV/AIDS yang diperiksa, yang terbanyak adalah lelaki sebanyak 26 orang (78,8%).

Tabel 5.2 Distribusi umur pasien HIV/AIDS

Umur Frekuensi Persentase

<20 0 0

20-39 24 72,7

40-59 9 27,3

>60 0 0

Total 33 100

(36)

Tabel 5.3 Distribusi pekerjaan pasien HIV/AIDS

Pekerjaan Frekuensi Persentase

Wiraswasta 14 42,4

Supir 0 0

Petani/Pedagang/Nelayan 5 15,2

PNS/TNI/Polisi 1 3

Pegawai swasta 1 3

Pensiunan/tidak bekerja 6 18,2

Lain-lain 6 18,2

Total 33 100

Selain umur, data pasien HIV/AIDS dikelompokkan berdasarkan pekerjaan seperti pada tabel 5.3. Dari total 33 penderita yang diperiksa, kelompok penderita yang bekerja sebagai wiraswasta adalah yang terbanyak yaitu sebanyak 14 orang (42,4%).

Tabel 5.4 Prevelensi dilakukan pemeriksaan tinja pada pasien HIV/AIDS

Pemeriksaan tinja Frekuensi Persentase

Dilakukan 6 18,2

Tidak dilakukan 27 81,8

Total 33 100

(37)

Tabel 5.5 Prevelensi infeksi parasit usus pada pasien HIV/AIDS yang

dilakukan pemeriksaan tinja

Infeksi Parasit Usus

Frekuensi Persentase

Positif 2 33,3

Negatif 4 66,7

Total 6 100

Tabel 5.5 menunjukkan prevelensi infeksi parasit usus pada pasien HIV/AIDS yang telah dilakukan pemeriksaan tinja adalah sebanyak 2 orang (33,3%) dan 4 orang (66,7%) menunjukkan hasil negatif infeksi parasit usus.

Tabel 5.6 Prevelensi jenis parasit usus yang menginfeksi pasien HIV/AIDS

yang dilakukan pemeriksaan tinja

Frekuensi Persentase

Cryptosporodia sp. 1 16,65

Cryptosporodia sp. +

Entamoeba Histolytica

1 16,65

Tidak diinfeksi parasit usus

4 66,7

Total 6 100

(38)

5.2. Pembahasan

Hasil penelitian ini mendapatkan persentase laki-laki yang menderita HIV/AIDS lebih tinggi yaitu sebesar 78,8% dibanding perempuan sejumlah 21,2%. Hasil tersebut adalah sama dengan statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan s/d September 2013 oleh Directorate General CDC & EH Minister of Health, Republic Indonesia. Dalam penelitian tersebut menunjukkan persentase lelaki ialah 65,7% dimana perempuan hanya 34,3%. Ada juga penelitian dari Centers for Disease Control and Preventation pada tahun 2014 mendapati golongan laki-laki lebih tinggi dari wanita karena telah meningkatnya bilangan golongan homoseksual yang sudah tentu penularan HIV/AIDS melalui anus adalah lebih mudah.

Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 5.2, golongan umur 20-39 adalah distribusi penderita HIV/AIDS yang terbanyak sebesar 72,7%. Kenyataan ini adalah sesuai dengan data statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan s/d September 2013 oleh Directorate General CDC & EH Minister of Health, Republic Indonesia. Dalam penelitian tersebut menunjukkan persentase golongan umur 20-39 tahun adalah yang tertinggi yaitu sebanyak 75,5%. Ada penelitian dari World Health Organization pada tahun 2014 mendapati golongan pada umur tersebut banyak yang tidak tahu mereka terinfeksi HIV/AIDS dan cenderung untuk melakukan salah satu faktor penularan HIV/AIDS yaitu berhubungan seksual.

(39)

Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan di Thai-Aids-Care Centre yang menunjukkan hasil negatif infeksi parasit usus lebih tinggi yaitu sebanyak 54,4%, penelitian ini juga memperoleh hasil bahwa infeksi parasit usus pada pasien HIV/AIDS lebih banyak yang menunjukkan hasil negatif terinfeksi parasit usus yaitu sebesar 66,7%.

Jenis parasit usus yang paling banyak menginfeksi pasien HIV/AIDS pada penelitian ini adalah Cryptosporodia sp. yaitu sebanyak 2 (28,6%). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh National Aids Research Institute, (ICMR), Pune, India yang menunjukkan Cryptosporodium sp. merupakan parasit yang yang sering menginfeksi penderita HIV/AIDS yaitu sebanyak 54%. Ada penelitian dari World Health Organization pada tahun 2014 mendapati

Cryptosporodium sp. mudah untuk menginfeksi khususnya pasien HIV/AIDS yang sudah tentu mempunyai sistem imun yang rendah karena mereka ini terdedah kepada sanitasi yang kurang baik. Jadi parasit tersebut mudah menginfeksi terutama melalui makanan dan minuman yang kurang bersih.

(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih cenderung untuk menderita HIV/AIDS dengan distribusi terbanyak yaitu 26 orang (78,8%).

2. Sebaran untuk umur, kelompok umur 20-39 adalah yang paling sering terinfeksi yaitu sebanyak 24 orang (72,7%).

3. Jenis pekerjaan terbanyak penderita HIV/AIDS adalah wiraswasta sebanyak 14 orang (42,4%)

4. Dari 33 pasien HIV/AIDS, hanya 6 orang (18,2%) dilakukan pemeriksaan tinja. Tidak semua pasien dilakukan pemeriksaan tinja. 5. Dari 6 pasien HIV/AIDS yang dilakukan pemeriksaan tinja, 2 orang

(33,3%) didapati positif ada infeksi parasit usus. Tidak semua pasien HIV/AIDS mengalami infeksi parasit usus.

6. Jenis parasit usus yang paling banyak menginfeksi pasien HIV/AIDS pada penelitian ini adalah Cryptosporodia sp. sebanyak 2 orang (33,3%) dan yang terinfeksi Entamoeba histolytica sebanyak 1 orang (16,65%).

6.2. Saran

Setelah seluruh proses yang telah dijalani oleh penulis dalam menyiapkan penelitian ini, maka peneliti mempunyai beberapa saran yang diharapkan boleh menjadi manfaat bagi semua pihak untuk pada masa hadapan.

(41)

2. Semua pasien HIV/AIDS yang diarea haruslah dilakukan pemeriksaan tinja.

DAFTAR PUSTAKA

CDC, 2014. About HIV Devision of HIV. Available from

CDC, 2014. HIV Transmission Devision of HIV. Available from

WHO, 2012. HIV/AIDS in the South-East Asia Region Progress towards MGD 6A, 2012.World Health Organization, Regional Office for South-East Asia.

WHO, 2013. Fact sheets Devision of HIV. Available from

2014].

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Situasi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 1987 sampai 2006. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI Jakarta 2006.

Departement Kesehatan Republik Indonesia, Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Ditjen PPM & PL Depkes RI.

Yahaya, TYAV, Y.B, Imam, T.S, 2013. Prevelence of Intestinal Parasitic Infections among HIV/AIDS Out-Patients Attending Wudil General Hosipital, Wudil, Kano State, Nigeria.

(42)

Jonathan Weber, 2001. The pathogenesis of HIV-1 infection. British Medical Bulletin 2001, 58: 61-72.

Sudikno, Bona Simanungkalit, Siswanto, 2011. Pengetahuan HIV dan AIDS pada Remaja di Indonesia. Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1 (3) :145-154.

Titik Nuraeni, Nuke Devi Indrawati, Agustin Rahmawati, 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang HIV/AIDS dan VCT dengan sikap terhadap konseling dan Tes HIV/AIDS secara sukarela di PUSKESMAS Karangdoro Semarang.

Zubairi Djoerban, Samsuridjal Djauzi, 2009. HIV/AIDS di Indonesia. Aru W. Sudoyo, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi V. Jakarta 2009; 2861-2866.

Brooks, G.F., Janet, S.B., Stephen, A.M., 2010. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical Microbiology: Twenty-fifth Edition ed. USA: McGraw Hill.

Umar Zein, Nurfida Khairina Arrasyid, Dewi Masitah, Sahat Siregar, 2013. Hymenelopiasis pada Pasien AIDS dengan Multipel Infeksi Oportunistik.

Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 6 (6) : 466-468.

Yoan, Jane, Intestinal Parasite on HIV/AIDS. National Aids Research Institute, (ICMR), Pune, India.

(43)
(44)
(45)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mohd Syafiq Radhi bin Sumardi

Tempat / Tanggal Lahir : Sabah, Malaysia / 10 September 1993

Agama : Islam

Alamat : Kompleks Tasbi 1 Blok K-20, Tanjung Rejo, 20122 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Sri Gaya

2. Sekolah Menengah Sains Sabah

3. Kolej Nirwana

4. Universitas Sumatera Utara 2011- Sekarang

Riwayat Organisasi : 1. Ahli Medical Emergency Team (MET)

2. Panitia Malaysian Students’ Charity Work 6th

Edition 2013 (Khitanan Massal)

3. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia di

Indonesia Cawangan Medan (PKPMI-CM)

4. Ahli Perwakilan Mahasiswa Malaysia Universitas

Sumatera Utara (PM-USU)

Pas Photo

(46)

0 Jenis Kelamin Umur Pekerjaan Pemeriksaan Tinja Parasit Usus

1 laki-laki 34 Petani Tidak Tidak

2 Perempuan 38 Pegawai Negeri Tidak Tidak

3 Laki-Laki 59 Wiraswasta Ada Cryptosporodium

(47)

Jenis Kelamin sampel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Lelaki 26 78.8 78.8 78.8

Perempuan 7 21.2 21.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Infeksi Parasit Usus pada Sampel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Cryptoosporodia sp. 1 3.0 16.7 16.7

Cryptosporodia sp. +

(48)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <20 tahun 24 72.7 72.7 72.7

20-39 tahun 9 27.3 27.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Pekerjaan sampel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Wiraswasta 14 42.4 42.4 42.4

petani/pedagang/nelayan 5 15.2 15.2 57.6

PNS/TNI/Polisi 1 3.0 3.0 60.6

Pegawai Swasta 1 3.0 3.0 63.6

Pensiuman/tidak bekerja 6 18.2 18.2 81.8

Lain-lain 6 18.2 18.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Pemeriksaan Tinja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Dilakukan 6 18.2 18.2 18.2

Tidak Dilakukan 27 81.8 81.8 100.0

Gambar

Gambar 1 : Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.1 Distribusi jenis kelamin pasien HIV/AIDS
Tabel 5.3 Distribusi pekerjaan pasien HIV/AIDS
Tabel 5.5 Prevelensi infeksi parasit usus pada pasien HIV/AIDS yang

Referensi

Dokumen terkait

Pada alat tenun ini benang lusi dalam posisi vertikal dan selalu tegang karena ada pemberat atau beban, sedangkan benang pakan disisipkan dengan suatu alat yang disebut

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian Sarjana Pendidikan pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul “ANALISIS KONSEP EGO

Rancangan Pedoman Pengembangan Sistem Jenjang Karir Profeional Perawat, Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI.. Depkes RI.,

Syukur alhamdulilah penulis ucapkan sebagai ungkapan rasa syukur yang mendalam kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan karuniaNya yang berlimpah yang telah diberikan kepada

Bab IV, ngadeskripsikeun ngeunaan timuan jeung pedaran hasil panalungtikan, nu eusina medar semantik formal tina paribasa Sunda, semantik formal tina paribasa

untuk menyusu, karena putting susu yang tidak lentur pada. awal kehamilan tetapi akan menjadi lentur (normal)

[r]

Hal ini perlu dilakukan untuk memudahkan identifikasi model serangan pada setiap komponen penyusun sistem informasi sehingga akan dapat diketahui langkah pencegahan