PENGARUH PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN KELUARGA, CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, KUALITAS AUDIT, DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP
PENGHINDARAN PAJAK
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)
The Influence Of Profitabiility, Family Ownership, Corporate Governance, Leverage, Firm Size, Audit Quality, And Institutional Ownership To Tax
Avoidance
(Study on Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Year2013-2015)
Oleh
AHMAD ADITAMA 20120420265
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
PENGARUH PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN KELUARGA, CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, KUALITAS AUDIT, DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)
The Influence Of Profitabiility, Family Ownership, Corporate Governance, Leverage, Firm Size, Audit Quality, And Institutional Ownership To Tax Avoidance
(Study on Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Year 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
AHMAD ADITAMA 20120420265
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Ahmad Aditma
Nomor Mahasiswa : 20120420265
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN KELUARGA, CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, KUALITAS AUDIT, DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah diterbitkan orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 26 September 2016
iii
MOTTO
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(QS. Al Mujadalah : 11)
“Ilmu itu lebih baik dari pada harta,
Ilmu itu menjagamu sedangkan kamu menjaga harta. Ilmu itu hakim sedangkan harta dikenai hukum.
Harta bisa berkurang karena penggunaan, Sedangkan ilmu akan bertambah bila digunakan”
(Ali Bin Abu Thalib)
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia maka dengan ilmu, barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki keduanya (kehidupan dunia dan akhirat),
maka dengan ilmu” (Imam Syafi’i)
“Kekayaan tak dilihat dari melimpahnya harta, tetapi dari perasaan berpuas diri”
(Nabi Muhammad SAW)
“Hidup hanyalah sementara, gunakan hidupmu sebaik mungkin dengan sesuatu yang bermanfaat”
(penulis)
iv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
INTISARI ... vi
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan Masalah Penelitian... 7
C. Rumusan Masalah ... 8
2. Kepemilikan Keluarga ... 12
3. Komisaris Independen ... 13
4. Komite Audit ... 14
5. Leverage ... 15
6. Ukuran Perusahaan... 15
7. Kualitas Audit ... 16
8. Kepemilikan Institusional ... 17
B. Hipotesis ... 18
C. Model Penelitian ... 25
v
A. Obyek/Subyek Penelitian ... 26
B. Jenis Data ... 26
C. Teknik Pengambilan Sampel ... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ... 27
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 27
F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 31
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 36
B. Deskriptif Data Perusahaan ... 36
C. Uji Statistik Deskriptif ... 38
D. Uji Asumsi Klasik ... 40
E. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 44
F. Pembahasan (Interpretasi) ... 51
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBASAN PENELITIAN ... 59
A. Simpulan ... 59
B. Saran ... 60
C. Keterbatasan Penelitian ... 60
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
4.1 Proses Pemilihan Sampel ... 37
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 38
4.3 Hasil Uji Normalitas ... 40
4.4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 41
4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 42
4.6 Hasil Uji Autokorelasi... 43
4.7 Hasil Uji Nilai F ... 44
4.8 Hasil Uji Nilai t ... 45
4.9 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ... 49
4.10 Hasil Uji Determinasi ... 50
ABSTRACT
This research aims to analyze The Influence Of Profitabiility, Family Ownership, Corporate Governance, Leverage, Firm Size, Audit Quality, And Institutional Ownership To Tax Avoidance. This research uses 75 companies of manufacturing as the samples that were selected through purposive sampling method. The analysis tools used were double liner regression.
Based on the analysis of double linier regression, it is resulted that leverage positively influence the tax avoidance. Profitabiility, family ownership, corporate governance, firm size, audit quality, and institutional ownership do not influence the tax avoidance.
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Penerimaan Negara Indonesia mayoritas berasal dari sektor pajak.
Pembangunan Negara yang digunakan untuk infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan
lain sebagainya berasal dari penerimaan pajak. Oleh karena itu, berjalan atau tidaknya
pembangunan Negara bergantung pada penerimaan pajak. Selain itu, pajak juga
digunakan untuk mengatur perekonomian Negara, sebagai contoh untuk
meningkatkan ekspor dan mengurangi impor. Indonesia menetapkan tidak
membebankan pajak untuk warga Negara yang melakukan ekspor, sedangkan
menetapkan beban pajak bagi warga negaranya yang melakukan impor, sehingga
warga Indonesia akan terdorong untuk melakukan ekspor dan berfikir ulang untuk
melakukan impor. Dengan demikian ekspor Indonesia akan naik dan impor akan
turun dikarenakan penetapan mengenai beban pajak yang dilakukan oleh pemerintah.
Usahausaha untuk mengoptimalkan penerimaan sektor pajak di Indonesia
dilakukan melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan pajak (Surat
direktur jenderal pajak No. S 14/PJ.7/2003, 2003). Namun ada beberapa kendala
dalam mengoptimalkan penerimaan sektor pajak. Salah satu kendala dalam rangka
optimalisasi penerimaan pajak adalah adanya penghindaran pajak yang dilakukan
perusahaan, bahkan tidak sedikit perusahaan yang melakukan penghindaran pajak.
2 Modal Asing yang ditengarai melakukan penghindaran pajak dengan melaporkan rugi
dalam waktu 5 tahun berturutturut dan tidak membayar pajak (Bappenas, 2005).
Menurut penelitian Prakosa (2014) berdasarkan data pajak yang di sampaikan oleh
Dirjen Pajak pada tahun 2012 ada 4.000 perusahaan PMA yang melaporkan nihil
nilai pajaknya, perusahaan tersebut diketahui ada yang mengalami kerugian selama 7
tahun berturutturut. Perusahaan tersebut umumnya bergerak pada sektor manufaktur
dan pengolahan bahan baku (DJP, 2013). Sedangkan di Amerika paling tidak terdapat
seperempat dari jumlah perusahaan telah melakukan penghindaran pajak yakni
dengan membayar pajak kurang dari 20% padahal ratarata pajak yg dibayarkan
perusahaan mendekati 30% (Dyreng at al., 2008). Rendahnya tingkat kepatuhan
perpajakan di Indonesia merupakan salah satu indikasi adanya praktik penghindaran
pajak, data dari Direktorat Perpajakan menginformasikan bahwa jumlah badan usaha
yang terdaftar sebanyak 5 juta, sedangkan yang terdaftar sebagai wajib pajak hanya
1,9 juta serta yang membayar pajak/melapor Surat Pemberitahuan (SPT) hanya 520
ribu badan usaha dengan rasio SPT sekitar 10,4 persen (www.pajak.go.id; 05 Maret
2014).
Tahun 2015 Dirjen Pajak mengundurkan diri dari jabatannya dikarenakan
penerimaan pajak tidak mencapai target yang telah ditentukan (www.pajak.go.id; 02
Desember 2015). Berita ini merupakan berita yang mengejutkan dimana banyak
kabar terjadinya tindakan korupsi di Indonesia, namun untuk berita ini adalah pejabat
lepas dari jabatanya bukan karena korupsi karena gagal dalam menjabat sebagai
3 tentu bukan karena faktor internal dalam memimpin, namun bisa dikarenakan faktor
eksternal diantaranya adalah penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan.
Dalam beberapa tahun terakhir otoritas pajak tampaknya telah berusaha dengan
semaksimal mungkin tidak hanya menegakkan batas yang jelas antara penghindaran
pajak dan penggelapan pajak dalam upaya perencanaan pajak, tetapi juga untuk
mencegah Wajib Pajak masuk ke dalam ambiguitas yang ditimbulkan oleh peraturan
perpajakan (Bovi, 2005; Annisa & Kurniasih, 2012).
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang dan pribadi
atau badan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung. Karena signifikannya
beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan dan pemiliknya (pemegang saham),
dapat diduga pemegang saham menginginkan penghindaran pajak (Chen et al., 2010).
Perusahaan menghindari pajak dengan memanfaatkan regulasi tidak jelas untuk
memperoleh outcome pajak yang menguntungkannya (Dyreng, Hanlon, dan Maydew,
2008). Penghindaran pajak didefiniskan kemampuan untuk membayar jumlah kas
pajak yang rendah/Cash-ETR (sebagai lawan GAAPbeban pajak yang ada dalam
catatan pajak perusahaan) terhadap laba sebelum pajak pada perusahaan (Dyreng
et.al).
Pajak bagi perusahaan pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih,
dan sudah menjadi rahasia umum perusahaan selalu menginginkan pembayaran pajak
seminimal mungkin (Hardika,2007; Kurniasih & Sari, 2013). Ada tiga
4 dikenakan (Marihot Pahala Siahaan, 2010). Langkah pertama, perusahaan berusaha
untuk menghindari pajak baik secara legal maupun ilegal. Langkah kedua,
perusahaan mengurangi beban pajak seminimal mungkin baik secara legal maupun
ilegal. Langkah terakhir adalah langkah pertama dan kedua tidak dapat dilakukan
maka wajib pajak atau perusahaan akan membayar pajak tersebut. Hal ini merupakan
salah satu strategi perusahaan dalam memaksimalkan labanya. Tidak sedikit
perusahaan yang melakukan perencanaan pajak (tax planning)dengan tujuan untuk
meminimalisasi pajak yang harus dibayar oleh perusahaan ( Prakosa, 2014 ).
Perencanaan pajak yang masih dalam koridor UndangUndang disebut penghindaran
pajak (tax avoidance) ( Prakosa, 2014 ).
Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak yang
bersifat legal, kegiatan ini memunculkan resiko bagi perusahaan antara lain denda
dan buruknya reputasi perusahaan dimata publik, sedangkan penggelapan pajak
adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat illegal (Prakosa, 2014).
Maka dari itu penghindaran pajak menjadi persoalan yang unik dan rumit.
Anderson dan Reeb (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki
profitabilitas yang lebih baik serta perusahaan yang memiliki nilai kompensasi rugi
fiskal yang lebih sedikit, terlihat memiliki nilai effective tax rates (ETRs) yang lebih
tinggi. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
dalam periode tertentu pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu.
Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio, salah satunya adalah Return On Asset(ROA).
5 perusahaan tersebut , semakin tinggi pula kinerja keuangan perusahaan tersebut. ROA
memiliki keterkaitan dengan laba bersih perusahaan dan pengenaan pajak penghasilan
untuk perusahaan (Kurniasih & Sari, 2013). Tommy Kurniasih dan Maria M.
Ratnasari (2013) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ROA terhadap
penghindaran pajak dan diperoleh hasil bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak.
Isu mengenai corporate governance mulai mengemuka, khususnya di Indonesia
pada tahun 1998 ketika Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan. Banyak
pihak yang mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh
sangat lemahnya corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan di
Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan
perhatian yang cukup signifikan dalam praktik corporate governance.
Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan
hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja
perusahaan (Haruman, 2008). Menurut Haruman (2008), CG (corporate governance)
dalam perusahaan akan menetukan arah kinerja perusahaan. Ketika suatu perusahaan
telah menerapkan CG dengan baik maka akan tercipta kinerja perusahaan yang lebih
efektif dan berdampak pada keputusan yang efektif dalam menentukan kebijakan
yang terkait besaran tarif pajak efektif perusahaan (Hanum & Zulaikha, 2013).
Penelitian tentang pengaruh corporate governance terhadap penghindaran pajak,
6 dll. Sejumlah penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa corporate governance
yang efektif berpengaruh negatif pada aktivitas penghindaran pajak (Annisa &
Kurniasih, 2012). Beberapa penelitian mengenai kepemilikan keluarga juga dilakukan
oleh Siregar (2005), Aditomo (2009), Sari dan Martani (2010), Chen et al. (2010),
secara umum menyatatakan bahwa ada hubungan negatif antara corporate
governance dengan penghindaran pajak. Namun hasil penelitian Sartori (2010)
menyatakan bahwa hubungan antara corporate governance dengan penghindaran
pajak adalah positif jika diikuti dengan rendahnya biaya agensi dan biaya transaksi.
Pajak penghasilan yang disetorkan, bagi pemilik perusahaan juga dianggap
merupakan biaya perusahaan. Walaupun pajak merupakan biaya bagi perusahaan
(agency) dan pemilik (principles) ,namun tidak serta merta membuat perusahaan
melakukan tindakan penghindaran pajak (Prakosa, 2014). Menurut Prakosa (2014)
tindakan perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak dapat menimbulkan
konsekuensi biaya lain, yaitu biaya akibat dari masalah yang timbul akibat adanya
masalah keagenan (agency problem). Menurut Chen et al. (2010) perbandingan
tingkat kecenderungan menghindari pajak antara perusahaan keluarga dengan
perusahaan nonkeluarga tergantung dari besarnya efek manfaat atau biaya yang
timbul dari tindakan penghindaran pajak tersebut. Perusahaan keluarga lebih rela
membayar pajak lebih tinggi daripada membayar denda dikarenakan khawatir akan
rusaknya reputasi keluarga yang disebabkan karena pemeriksaan pajak yang
dilakukan oleh pemerintah. Hasil penelitian Chen et al. (2010) yang mengindikasikan
7 pajak yang lebih tinggi daripada perusahaan keluarga. Namun hasil penelitian Sari
dan Martani (2010) berbeda dengan hasil penelitian Chen et al. (2010) yang
memperlihatkan bahwa kepemilikan keluarga cenderung bertindak lebih agresif
dalam melakukan penghindaran pajak daripada perusahaan nonkeluarga.
Banyak perusahaan yang melakukan utang ke pihak lain seperti bank, instansi,
perusahaan keuangan dan lain sebagainya. Tujuan perusahaan melakukan utang
berbedabeda.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Corporate Governance, Kepemilikan Keluarga, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kualitas Audit, dan Kepemilikan Institusional terhadap Penghindaran Pajak di Indonesia. Penelitian ini merupakan kompilasi dari penelitianpenelitian terdahulu. Perbedaan dari penelitian
ini dengan penelitian terdahulu adalah karakteristik dari corporate governance yang
berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu kepemilikan institusional dan kualitas
audit, serta penggantian periode objek penelitian yaitu periode 20132015 yang
merujuk pada Kesit Bambang Prakosa (2014).
B. Batasan Masalah Penelitian
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini mekanisme corporate governance yang akan di teliti
8 2. Dalam penelitian ini industri yang digunakan adalah industri manufaktur yang
terdaftar di BEI selama tahun 2013 2015, yang masih aktif, tidak mengalami
keugian selama tahun 2013 – 2015, dan menggunakan nilai rupiah.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik permasalahan sebagai
berikut:
1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran pajak yang dilakukan
perusahaan manufaktur di Indonesia?
2. Apakah kepemilikan keluarga berpengaruh terhadap penghindaran pajak yang
dilakukan perusahaan manufaktur di Indonesia?
3. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap penghindaran pajak yang
dilakukan perusahaan manufaktur di Indonesia?
4. Apakah komite audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak yang dilakukan
perusahaan manufaktur di Indonesia?
5. Apakah leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak yang dilakukan
perusahaan manufaktur di Indonesia?
6. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak yang
dilakukan perusahaan manufaktur di Indonesia?
7. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak yang dilakukan
perusahaan manufaktur di Indonesia?
8. Apakah kepemilikan institutional berpengaruh terhadap penghindaran pajak yang
9 D. Tujuan Penelitian
Berdasarakan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk memberikan bukti empiris:
1. Untuk menguji apakah profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran pajak
yang dilakukan perusahaan manufaktur di Indonesia.
2. Untuk menguji apakah kepemilikan keluarga berpengaruh terhadap
penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan manufaktur di Indonesia.
3. Untuk menguji apakah komisaris independen berpengaruh terhadap
penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan manufaktur di Indonesia.
4. Untuk menguji apakah komite audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak
yang dilakukan perusahaan manufaktur di Indonesia.
5. Untuk menguji apakah leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak yang
dilakukan perusahaan manufaktur di Indonesia.
6. Untuk menguji apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran
pajak yang dilakukan perusahaan manufaktur di Indonesia.
7. Untuk menguji apakah kualitas audit berpengaruh terhadap penghindaran pajak
yang dilakukan perusahaan manufaktur di Indonesia.
8. Untuk menguji apakah kepemilikan institutional berpengaruh terhadap
10 E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu mengenai faktorfaktor
yang berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini diharapkan
mampu menjadi alternatif rujukan bagi penelitianpenelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan penghindaran pajak.
2. Manfaat Praktik
a. Bagi pemerintah, dapat mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi
penghindaran pajak, sehingga dengan mengetahui faktorfaktor tersebut
pemerintah dapat memberikan kebijakan yang lebih baik untuk
mengantisipasi penghindaran pajak.
b. Bagi perusahaan, akan lebih sadar dalam membayar pajak ke negara karena
apa penyebab perusahaan menghindari pajak akan diketahui.
c. Bagi lembagalembaga pembuat peraturan/standar, misalnya Bapepam, IAI
dan sebagainya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi penyusunan standar akuntansi pajak dan sebagai bahan
masukan dalam meningkatkan kualitas standar dan peraturan yang sudah
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari pengelolaan aktiva yang dikenal dengan Return On Asset
(ROA) (Prakosa, 2014). Profitabilitas merupakan alat ukur untuk kinerja keuangan
suatu perusahaan dan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba pada periode tertenu. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi
dalam menggunakan harta yang dimilikinya (Chen, 2004). Menurut Petronila dan
Mukhlasin (2003) profitabilitas merupakan gambaran dan kinerja manajemen dalam
mengelola perusahaan. Jadi profitabilitas dapat dijadikan tolok ukur efektivitas
manajemen dalam mengelola perusahaan. Salah satu rasio yang mengukur
profitabilitas adalah ROA (Return On Asset) yang merupakan indikator untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA dari suatu
perusahaan, semakin tinggi pula kinerja keuangan perusahaan tersebut, begitu
sebaliknya. Analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah
12 Profitabilitas sangat penting bagi pihak luar. Salah satunya adalah investor yang
berfikir bahwa apakah modal yang diinvestasikan akan mendapatkan laba yang yang
maksimal sehingga mendapatkan deviden yang tinggi. Profitabilitas memang perlu
perhatian yang ketat agar keberlangsungan perusahaan tetap terjaga karena tidak ada
perusahaaan yang bertahan tanpa adanya profit yang berkelanjuatan dan untuk
mendapatkan investasi dari investor pun harus mempunyai profitabilitas perusahaaan
yang bagus.
2. Kepemilikan Keluarga
Penelitian Anderson dan Reeb (2003) yang menyebutkan bahwa perusahaan
keluarga (family firm) adalah setiap perusahaan yang memiliki pemegang saham
yang dominan. Sedangkan Morck dan Yeung (2004) mendefinisikan perusahaan
keluarga sebagai meliputi perusahaan yang dijalankan berdasarkan keturunan atau
warisan dari orangorang yang sudah lebih dulu menjalankannya atau oleh keluarga
yang secara terangterangan mewariskan perusahaannya kepada generasi selanjutnya.
Dalam penelitiannya, Arifin (2003) mengungkapkan bahwa perusahaan yang
dikendalikan oleh keluarga, negara, atau institusi keuangan pengurangan masalah
agensinya akan lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang dikendalikan oleh
perusahaan publik atau perusahaan tanpa pengendali utama. Karakteristik saham
keluarga berbeda dengan karakteristik saham biasa, dimana saham keluarga
perhatiannya terhadap perusahaan lebih jangka panjang daripada saham biasa karena
13 anggota keluarga yang memiliki saham keluarga meninggal dunia maka saham
keluarga tersebut akan dimiliki oleh anak keturunannya.
3. Komisaris Independen
Komisaris independen didefinisikan sebagai seorang yang tidak terafiliasi dalam
segala hal dengan pemegang saham pengendali, tidak memiliki hubungan afiliasi
dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai direktur pada suatu
perusahaan yang terkait dengan perusahaan pemilik menurut peraturan yang
dikelurkan oleh BEI ( Fadhilah, 2014 )Komisaris Independen adalah sekelompok
orang yang ditunjuk atau dipilih untuk mengawasi perusahaan atau organisasi.
Komisaris Independen dapat melaksanakan fungsi monitoring untuk mendukung
pengelolaan perusahaan yang baik dan menjadikan laporan keuangan lebih objektif
(Kurniasih & Sari, 2013). Komisaris independen dibutuhkan untuk mengawasi dan
mengontrol kinerja direksi. Komisaris independen Independen merupakan salah satu
corporate governance yang mana harus ada di setiap perusahaan agar mentaati aturan
pemerintah dan memberikan pengawasan terhadap perusahaan sehingga mengurangi
kesempatan perusahaan dalam melakukan penyelewengan. Komisaris independen
juga menjadi penengah antara manajemen dan pemegang saham dalam membuat
keputusan mengenai kebijkankebijakan dan strategistrategi agar tujuan dari
perusahaan itu tercapai dan mengurangi adanya konflik agensi antara pihak
manajemen dan pemegang saham. Kebijakankebijakan tersebut termasuk kebijakan
14 dalam hal menengahi antara manajemen dan pemegang saham. Semakin banyak
jumlah komisaris independen dalam perusahaan, maka semakin baik pengawasan
terhadap perusahaan tersebut.
4. Komite Audit
Sejak direkomendasikan GCG di Bursa Efek Indonesia tahun 2000, komite audit
telah menjadi komponen umum dalam struktur corporate governance perusahaan
publik (Daniri dalam Pohan: 2008). Komite audit bertugas melakukan kontrol dan
pengawasan terhadap proses penyusunan laporan keuangan perusahaan untuk
menghindari kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen ( Prakosa, 2014 ).
Pada dasarnya komite audit berfungsi sebagai pengawas pembuatan laporan keuangan
dan pengawasan internal perusahaan. Komite audit membantu dewan komisaris
dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas. Pengawasan yang dilakukan adalah
pengawasan terhadap laporan keuangan ,manajemen resiko, pelaksanaan audit, dan
penerapan corporate governance di perusahaan. Objekobejk pengawasan tersebut
berkaitan dengan kebijkankebijakan pajak. Komite audit meningkatkan integritas
dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui (Siallagan, 2006) menjelaskan:
a) Pengawasan atas proses pelaporan termasuk sistem pengendalian internal
b) Penggunaan prinsip akuntansi berterima umum
15 5. Leverage
Definisi leverage menurut Sartono dalam Kurniasih dan Sari (2013) adalah
penggunaan hutang untuk membiayai investasi. Leverage merupakan rasio yang
berfungsi untuk mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang dalam
pembiayaan. Leverage juga menggambarkan hubungan antara total assets dengan
modal saham biasa atau menunjukkan penggunaan hutang untuk meningkatkan laba
menurut Husnan dalam Kurniasih dan Sari (2013: 59). Menurut Kurniasih dan Sari
(2013: 63) leverage adalah rasio yang mengukur kemampuan hutang baik jangka
panjang maupun jangka pendek untuk membiayai aktiva perusahaan. Dari definisi
diatas dismpulkan bahwa leverage merupakan penggunaan dana dari pihak luar
berupa utang yang digunakan untuk membiayai investasi dan asset. Utang kepada
pihak lain tentunya akan menimbulkan beban bunga yang akan mengurangi beban
pajak.
6. Ukuran Perusahaan
Machfoedz dalam Suwito dan Herawati (2005) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi
perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total asset
perusahaan, nilai pasar saham, ratarata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan.
Definisi ukuran perusahaan menurut Riyanto (2008) yaitu besar kecilnya perusahaan
dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai aktiva. Ukuran perusahaan
16 perusahaan besar. Penentuan besar kecilnya perusahaan dilihat dari besar kecilnya
asset. Semakin besar asset yang dimiliki perusahaan, semakin besar pula ukuran
perusahaan.Semakin kecil asset yang dimiliki perusahaan,semakin kecil pula ukuran
perusahaan.
7. Kualitas Audit
Kualitas audit adalah segala kemungkinan yang dapat terjadi saat auditor
mengaudit laporan keuangan klien dan menemukan pelanggaran atau kesalahan yang
terjadi dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan (Dewi dan Jati ,2014).
Dalam mengaudit perusahaan hal yang paling penting adalah transaparasi.
Transparansi merupakan hal penting yang harus dilakukan perusahaan. Salah satu
transparansi yang harus dilakukan perusahaan adalah transparansi laporan keuangan
kepada pihak pemegang saham. Transparasi pajak kepada pemegang saham
merupakan hal yang harus dilakukan perusahaan. Peningkatan transparansi terhadap
pemegang saham dalam hal pajak semakin dituntut oleh otoritas publik (Sartori:
2010). Halhal yang berhubungan dengan kualitas audit antara lain (Deis dalam
Suartana, 2007) memaparkan:
a) Lamanya auditor / umur audit, semakin lama maka semakin rendah kualitas
auditnya.
17 c) Kesehatan keuangan klien, makin sehat ada kecenderungan kien menekan auditor
untuk mengikuti standar yang berlaku.
d) Review oleh pihak ketiga, kualitas audit semakin tinggi apabila direview oleh
pihak ketiga.
8. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi
pendiri perusahaan, bukan institusi pemegang saham publik yang diukur dengan
persentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi intern (Sujoko :2007).
Siregar dan Utama (2005: 480) mendefinisikan kepemilikan institusional sebagai
kepemilikan saham oleh institusi keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana
pensiun, dan investment banking. Menurut Faisal (2004: 199), kepemilikan
institusional merupakan pihak yang memonitor perusahaan dengan kepemilikan
institusi yang besar (lebih dari 5%) mengidentifikasikan kemampuannya untuk
memonitor manajemen lebih besar. Dari definisi tersebut disimpulkan bahwa
kepemilikan institusional yaitu instansi yang memiliki saham dari perusahaan lebih
dari 5%. Institusi akan lebih ketat dalam melakukan pengawasan terhadap manajemen
jika institusi tersebut mempunyai saham yang lebih banyak dibandingkan dengan
kepemilikan saham lainnya. Kepemilikan institusional memiliki harapan bahwa
18 institusional melakukan monitoring terhadap manajemen perusahaan agar
kesejahteraan pemegang saham terjaga.
B. Hipotesis
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak
Penelitian Kurnia dan Sari (2013) menyatakan bahwa ROA berpengaruh secara
signifikan terhadap penghindaran pajak. Perusahaan yang memiliki profitabilitas
tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri dalam tax planning yang
mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan (Chen et al. 2010). ROA merupakan
pengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Semakin tinggi
nilai dari ROA, berarti semakin tinggi nilai dari laba bersih perusahaan dan semakin
tinggi profitabilitasnya (Prakosa, 2014). Tommy Kurniasih dan Maria M. Ratnasari
(2013) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ROA terhadap
penghindaran pajak dan diperoleh hasil bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak. ROA memiliki keterkaitan dengan laba bersih perusahaan dan
pengenaan pajak penghasilan untuk perusahaan (Kurniasih & Sari, 2013). Perusahaan
yang mempunyai ROA yang tinggi, maka laba perusahaan tersebut juga tinggi.
Diasumsikan bahwa perusahaan yang memiliki laba yang tinggi, maka perusahaan
tersebut dapat mengatur pendapatan dan pembayaran pajak. Perusahaan yang
mempunyai profitabilitas yang tinggi maka perusahaan tersebut dapat melakukan
19 pajak perusahaan tersebut yang dikarenakan kemampuan perusahaan dalam
memanajemen pajak. Dari pernyataan diatas ,diperoleh hipitesis:
H1:Profitabiitas berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak
2. Pengaruh Kepemilikan Keluarga terhadap Penghindaran Pajak
Salah satu definisi kepemilikan keluarga terdapat dalam penelitian Anderson dan
Reeb (2003) yang menyebutkan bahwa perusahaan keluarga (family firm) adalah
setiap perusahaan yang memiliki pemegang saham yang dominan. Dalam
penelitiannya, Arifin (2003) mengungkapkan bahwa perusahaan yang dikendalikan
oleh keluarga, negara, atau institusi keuangan pengurangan masalah agensinya akan
lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan
publik atau perusahaan tanpa pengendali utama. Penelitian Chen et al. (2010)
menunjukkan bahwa pada perusahaanperusahaan yang termasuk dalam S&P 1500
Index (19962000), perusahaan keluarga memiliki tingkat keagresifan pajak yang
lebih kecil daripada perusahaan nonkeluarga, family owners lebih rela membayar
pajak lebih tinggi, daripada harus membayar denda pajak dan menghadapi
kemungkinan rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari fiskus pajak. Selain itu
saham keluarga cenderung lebih jangka panjang daripada saham biasa karena saham
keluarga merupakan saham yang berasal dari keturunan dan akan diserahkan ke anak
cucu secara turun temurun sehingga keluarga akan menjaga reputasi baiknya untuk
tidak melakuakan penghindaran pajak. Dari uraian tersebut dapat diperoleh hipotesis:
20 3. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Penghindaran Pajak
Dalam teori keagenan menjelaskan bahwa semakin banyak komisaris independen
dalam dewan komisaris, semakin baik dewan komisaris dalam mengawasi
perusahaan. Premis dari teori keagenan adalah bahwa komisaris independen
dibutuhkan pada dewan komisaris untuk mengawasi dan mengontrol tindakan
tindakan direksi, sehubungan dengan perilaku oportunistik mereka (Jensen dan
Meckling, 1976). Komisaris Independen dapat melaksanakan fungsi monitoring
untuk mendukung pengelolaan perusahaan yang baik dan menjadikan laporan
keuangan lebih objektif (Kurniasih & Sari, 2013). Hasil penelitian Rachmithasari
(2015) menyatakan komposisi komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap
tax avoidance.
Di dalam laporan keuangan ada item dan nilai nominal dari pajak dan yang
menghitung nilai nominal pajak tersebut adalah pihak dari perusahaan itu sendiri.
Namun terkadang perusahaan dalam menghitung nilai pajak yang harus dibayarkan
tidak sesuai dengan kenyataan tetapi tidak melanggar undangundang perpajakan.
Sehingga dengan adanya komisaris independen yang banyak akan mudah untuk
memonitoring perusahaan dalam menjadikan laporan keuangan yang objektif.
Komisaris independen juga menjadi penengah antara manajemen perusahaan dengan
pemegang saham dan mengarahkan perusahaan menjalankan operasinya sesuai
dengan aturan aturan yang berlaku. Dengan demikian perusahaan dalam menjalankan
21 banyak akan membuat perusahaan menjalankan operasinya lebih cenderung sesuai
dengan aturan yang berlaku daripada komisasaris indepnden yang sedikit. Dari
pernyataan di atas dapat diperoleh hipotesis sebagai berkut:
H3:Komisaris independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak
4. Pengaruh Komite Audit terhadap Penghindaran Pajak
Komite audit berfungsi memberikan pandangan mengenai masalahmasalah yang
berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian internal
perusahaan (Mayangsari, 2003) dalam (Hanum & Zulaikha, 2013). Komite audit
bertugas melakukan kontrol dan pengawasan terhadap proses penyusunan laporan
keuangan perusahaan untuk menghindari kecurangan yang dilakukan oleh pihak
manajemen (Prakosa, 2014). Berjalannya fungsi komite audit secara efektif
memungkinkan pengendalian pada perusahaan dan laporan keuangan yang lebih baik
serta mendukung good corporate governance (Andriyani, 2008). Hasil penelitian
Fadhilah (2014) dan Annisa & Kurniasih (2012) menyatakan komite audit
berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Dari penelitian diatas menunjukkan
bahwa komite audit membantu perusahaan dalam bidang keuangan ,sehingga komite
tentunya juga membantu dalam laporan laba rugi perusahaan yang mana juga
berkaitan dengan pembayaran pajak. Dengan komite audit membantu hal tersebut
maka laporan keuangan dimungkinkan akan lebih akurat. Dari pernyataan tersebut
diperoleh hipotesis sebagai berikut:
22 5. Pengaruh Leverage terhadap Penghindaran Pajak
Perusahaan melakukan utang kepada pihak lain bertujuan untuk dapat
menjalankan operasi perusahaannya dengan maksimal. Namun dengan adanya utang
perusahaan tersebut, maka bank atau pihak yang meminjamkan utang kepada
perusahaan tersebut akan memantau perusahaan tersebut agar tidak melakukan
kecurangan. Sehingga semakin besar utang perusahaan, semakin besar pihak yang
memberi pinjaman dalam memantau atau mengawasi perusahaan tersebut karena
kekhawatiran perusahaan atau pihak pemberi utang akan utangnya jika tidak
terlunasi. Hal ini akan membuat perusahaan yang memiliki utang yang besar akan
berhatihati dalam pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan ini berkaitan dengan
penghindaran pajak. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar
utang perusahaan, semakin rendah penghindaran pajak. Maka dapat diperoleh
hipotesis sebagai berikut:
H5:Leverage berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak
6. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak
Kurniasih dan Sari (2013: 65) melakukan penelitian atas pengaruh ukuran
perusahaan terhadap penghindaran pajak. Hasilnya ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Richardson dan Lanis (2007) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap penghindaran pajak. Dari
23 negatif. Perusahaan yang ukurannya besar, tentunya memiliki asset yang besar.
Sehingga dengan memiliki asset yang besar maka perusahaan tersebut akan
menghasilkan beban penyusutan yang besar. Dengan beban penyusutan yang besar
maka akan mengurangi laba perusahaan. Jika laba perusahaan berkurang maka
pembayaran pajak juga berkurang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingginya aset
akan mengurangi pembayaran pajak. Dari pernyataan di atas dapat diperoleh hipotesis
sebagai berikut:
H6:Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak
7. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Penghindaran Pajak
Kualitas audit adalah segala kemungkinan yang dapat terjadi saat auditor
mengaudit laporan keuangan klien dan menemukan pelanggaran atau kesalahan yang
terjadi dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan ( Dewi dan Jati ,2014).
Dari pengertian diatas menjelaskan bahwa auditor bertugas mengaudit laporan
keuangan dan melaporkan kesalahan dan pelanggaran. Transparasi terhadap
pemegang saham dapat dipenuhi dengan melaporkan halhal yang terkait dengan
pajak. Salah satu pelanggaran yang terjadi adalah penghindaran pajak. Maka dari itu
,transparansi yang dilakukan oleh perusahaan harus dilakukan. Peningkatan
transparansi terhadap pemegang saham dalam hal pajak semakin dituntut oleh otoritas
publik (Sartori , 2010). Dari pernyataan diatas dapat diperoleh hipotesis sebagai
berikut:
24 8. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Penghindaran Pajak
Wahidahwati (2002: 5) menyatakan bahwa kepemilikan institusional merupakan
persentase saham yang dimiliki oleh pihak institusi perusahaan pada akhir tahun.
Hasil penelitian Ngadiman & Puspitasari (2014) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh terhadap tax avoidance. Perusahaan bertanggung jawab
atas pemegang saham, oleh karena itu pemilik institusi memastikan perusahaan
menjalankan perusahaan dengan baik dan sesuai aturan yang berlaku. Sehingga
semakin besar saham yang dimiliki intansi ,semakin besar pula pengawasan yang
dilakukan oleh instansi tersebut. Dengan besarnya pengawasan yang dilakukan oleh
intansi ,akan mengurangi manajer dalam melakukan kecurangan. Salah satu
kecurangan tersebut adalah melakukan penghindaran pajak. Dari pernyataan diatas
dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut :
H8:Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap penghindaran
25 C. MODEL PENELITIAN
Berdasar uraian telaah literatur tersebut, rerangka pemikiran dalam penelitian
ini dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Dasar pijakan teori dari variabelvariabel yang dikaji pada penelitian ini
dikelompokkan dalam variabel dependen dan variabel independen. Variabel
dependen pada penelitian ini adalah penghindaran pajak. Variabel independennya
meliputi profitabilitas, kepemilikan keluarga, corporate governance, leverage, ukuran
perusahaan, kualitas audit, dan kepemilikan intitusional. Profitabilitas
Kepemilikan Keluarga
Kualitas Audit Ukuran Perusahaan
Corporate
Governance
Leverage
Kepemilikan Institusional
Penghindaran Pajak
Gambar 1
26 BAB III
METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 20132015 dan melaporkan laporan keuangan
secara berkala. Penelitian ini menggunakan perusahaan yang telah memenuhi
kriteria sampelnya adalah perusahaan aktif dan data lengkap, menggunakan nilai
mata uang rupiah, nilai laba positif dan nilai Cash Effective Tax Ratenya kurang
dari satu (CETR< 1). Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan
keuangan auditan dan data kepemilikan perusahaan melalui website BEI.
B. Jenis Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder yaitu jenis data yang didapat melalui perantara atau
pihak ketiga dengan kata lain tidak langsung didapat dari sumbernya. Data
sekunder yang dijadikan sampel adalah laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu
www.idx.co.id.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
27 adalah perusahaan aktif dan data lengkap, menggunakan nilai mata uang
rupiah, nilai laba positif dan nilai Cash Effective Tax Ratenya kurang dari satu
(CETR< 1)
D. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan menggunakan penelusuran data sekunder melalui
metode dokumentasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
laporan keuangan tahunan yang terdaftar di BEI dan situs www.idx.co.id yang
diperoleh dengan cara mendownload.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penghindaran pajak
sebagai variabel dependen. Penghindaran pajak, merupakan usaha untuk
mengurangi, atau bahkan meniadakan hutang pajak yang harus dibayar perusahaan
dengan tidak melanggar undangundang yang ada. Pengukuran Tax Avoidance
dalam penelitian ini menggunakan model Cash Effective Tax Rate (CETR) yang
diharapkan mampu mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak perusahaan
yang dilakukan menggunakan perbedaan tetap maupun perbedaan temporer (Chen
28
2. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang memengaruhi variabel
dependen. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan profitabilitas, kepemilikan
keluarga,corporate governance, leverage, ukuran perusahaan, kualitas audit, dan
kepemilikan institusional ksebagai variabel independennya.
Profitabilitas, diproksikan dengan menggunakan Return On Assets yaitu
perbandingan antara laba bersih dengan total aset pada akhir periode, yang digunakan
sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Kurniasih &
Sari, 2013), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kepemilikan keluarga, penelitian ini menggunakan definisi kepemilikan
keluarga yang digunakan oleh Arifin (2003), yaitu semua individu dan perusahaan
yang kepemilikannya tercatat (kepemilikan > 5% wajib dicatat), yang bukan
perusahaan publik, negara, institusi keuangan, dan publik (individu yang
kepemilikannya tidak wajib dicatat). Kepemilikan keluarga merupakan dummy
variable, bernilai 1 jika proporsi kepemilikan keluarga > 50%, dan bernilai 0 jika
29 Corporate govenance, diukur dengan dua proksi, yakni proksi komposisi
komisaris independen dan proksi keberadaan komite audit. Proksi komposisi
komisaris independen diukur menggunakan persentase jumlah komisaris independen
terhadap jumlah total komisaris dalam susunan dewan komisaris perusahaan sampel
tahun amatan (Andriyani, 2008). Variabel komite audit diukur dengan jumlah total
anggota komite dalam suatu perusahaan (Hanum & Zulaikha, 2013).
Leverage, merupakan sumber pendanaan eksternal dari utang jangka panjang.
Variabel leverage diukur dengan menggunakan rasio antara total kewajiban jangka
pajang dengan total asset perusahaan (Brad Badertscher at.all, 2009). Leverage
merupakan rasio yang mengukur kemampuan utang baik jangka panjang maupun
jangka pendek membiayai aktiva perusahaan (Kurniasih & Sari, 2013). Dalam
penelitian ini leverage diukur dari total utang baik jangka pendek maupun jangka
panjang dengan total debt to equity ratio dengan rumus sebagai berikut:
Ukuran perusahaan, Ferry dan Jones (1979) mendefinisikan ukuran
perusahaan sebagai gambran besar kecilnya perusahaan. Menurut Jogiyanto (2000)
ukuran perusahaan ditunjukkan melalui log total aktiva, dinilai lebik baik karena
ukuran perusahaan ini memiliki tingkat kestabilan yang lebih dibandingkan proksi
30 periode berikutnya. Variabel ukuran perusahaan (Size) diukur dengan menggunakan
natural logarithm total assets.(Guire. et.all, 2011).
Kualitas audit yang diproksikan dengan akrual lancar dan telah digunakan
beberapa peneliti sebelumnya (Myers et al., 2003; Manry et al., 2008; dan Giri,
2010). Myers et al. (2003) menyatakan bahwa tingginya tingkat akrual berhubungan
positif dengan kegagalan audit serta kurangnya konservatisme auditor. Tingkat akrual
yang rendah diasosiaskan dengan tingginya tingkat konservatisme yang dimiliki
seorang auditor sehingga dipandang dapat meningkatkan kualitas audit. Adapun
akrual lancar dapat dirumuskan sebagai berikut:
Akrual Lancar = (ΔAL –ΔKAS) –(ΔLL ΔLJP)
Keterangan:
ΔAL = Perubahan aset lancar
ΔKas = Perubahan kas dan ekuivalen kas
ΔLL = Perubahan liabilitas lancar
ΔLJP = Perubahan dalam utang wesel jangka pendek dan utang jangka panjang yang
akan jatuh tempo
.
Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh
institusi pendiri perusahaan, bukan institusi pemegang besar kecilnya kepemilikan
institusional maka akan mempengaruhi kebijakan agresif yang dilakukan oleh
31 presentase (Khurana: 2009). Kepemilikan institusional dapat diukur dengan
menggunakan rasio sebagai berikut :
F. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu
data yang dilihat dari nilai ratarata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, SUM, range, kurtosis dan skewness
(kemencengan distribusi).
2. Uji Kualitas Data
Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
kualitas data yaitu uji asumsi klasik. Terdapat empat uji asumsi klasik
yang akan dilakukan yaitu :
a) Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Cara untuk megetahui apakah data tersebut terdistribusi
secara normal atau tidak yaitu dengan uji statistik nonparametrik
32 hasil KolmogorovSmirnov menunjukkan nilai signifikan diatas
0,05 (Ghozali, 2006).
b) Uji multikolinieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Cara
untuk mengetahui apakah terjadi multikolonieritas atau tidak yaitu
dengan melihat nilai Tolerancapital employed dan Variancapital
employed Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel
independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregresi
terhadap variabel independen lainnya. Tolerancapital employed
mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai
Tolerancapital employed yang rendah sama dengan nilai VIF
tinggi (karena VIF = 1/Tolerancapital employed).
Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerancapital employed
atau VIF, jika VIF < 10 dan nilai tolerancapital employed > 0,1
maka data bebas multikolinieritas.
c) Uji Autokorelasi
Tujuan uji autokorelasi adalah menguji tentang ada tidaknya
33 periode t1 pada persamaan regresi linear. Apabila terjadi korelasi
maka menunjukkan adanya problem autokorelasi. Problem
autokorelasi mungkin terjadi pada data timeseries (data runtun
waktu). Autokorelasi diuji dengan menggunakan Run Test, α
yang ditentukan adalah 5%, maka jika hasil run test lebih besar
daripada 0,05 maka data yang dipergunakan cukup random
sehingga tidak terdapat masalah otokorelasi pada data yang diuji.
d) Uji Heteroskedastisitas.
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian
(Heteroskedastisitas) atau data mempunyai varian yang sama
(Homoskedastisitas). Model regresi yang baik adalah apabila tidak
terjadi heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya
heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
glejtser. Jika nilai sig > α (0,05) maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data
Model analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda. Analisis regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji sejauh
mana dan bagaimana arah variabelvariabel independen berpengaruh terhadap
34 = + 1��1+ 2��2+ 3��3+ 4��4+ 5��5+ 6��6+ 7��7+
8��8+ Keterangan:
Y = Tax Avoidance (CETR)
α = Konstanta
X
1 = Profitabilitass (ROA)
X
2 = Kepemilikan Keluarga
X
3 = Komisaris Independen
X
4 = Komite Audit
X
5 = Leverage
X
6 = SIZE
X
7 = Kualitas Audit
X8 = Kepemilikan Institusional
e = error
Untuk mengetahui pengaruh antara variabelvariabel independen terhadap
variable dependen maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan
alat analisis SPSS 20.0. Pengujian hipotesis tersebut diantaranya
35 1. Uji koefisien determinasi (Adjusted R2)
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk melihat kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variasi perubahan variabel
dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai Adjusted R2
dimana untuk menginterpretasikan besarnya nilai koefisien determinasi
harus diubah dalam bentuk presentase, kemudian sisanya (100%
persentase koefisien determinasi) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
masuk dalam model.
2. Uji Parsial (Nilai t)
Uji nilai t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial atau individu. Pengujian ini
juga menggunakan nilai sig, yaitu hipoteis diterima jika sig < α (0,05)
artinya terdapat pengaruh secara parsial variabel independen terhadap
36 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 20132015. Berdasarkan metode purposive sampling diperoleh 28
perusahaan dan 84 laporan tahunan perusahaan manufaktur yang memenuhi
kriteria.
B. Deskriptif Data Perusahaan
Data yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 84 sampel. Data
dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap perhitungan outlier. Outlier
adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat
berbeda jauh dari observasiobservasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai
ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Ghozali:
2009). Penelitian ini menggunakan outlier metode casewise list. Casewise list
menghasilkan daftar data yang tidak fit dengan model atau yang menyimpang
terlalu jauh dari data lainnya. Data ini mengakibatkan model menjadi kurang
baik sehingga harus dikeluarkan dari model penelitian. Secara spesifik data
37 outlier berjumlah 9 sampel sehingga data yang tersisa dari 84 sampel menjadi
75 sampel.
Tabel 4.1
Proses Pemilihan Sampel
No Keterangan
Tahun
2013 2014 2015
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 136 145 151 2 Perusahaan yang datanya tidak lengkap (99) (101) (107)
3 Perusahaan yang memenuhi kriteria sampel 28 28
28 4 Sampel Perusahaan sebelum outlier 84
5 Data Outlier 9
38 C. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif pada penelitian ini menyajikan jumlah data, nilai
minimum, nilai maksimum, nilai ratarata (mean), dan standar deviation.
Adapun statistik deskriptif disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.2
Table 4.2 merupakan table yang memberikan gambaran statistic
deskriptif dari setiap variable penelitian. Jumlah pengamatan dalam penelitian
ini 75 sampel. Variable penghindaran pajak (CETR) memiliki nilai minimum
sebesar .14; nilai maksimum .56; nilai ratarata .2731; niali standar deviasi
39 1. Variabel Profitabilitas (ROA) memiiki nilai minimum 0,00; nilai
maksimum 0,39; nilai ratarata 0,0862; nilai standar deviasi 0,07544.
2. Variabel Kepemilikan Keluarga (K.KEL) memiliki nilai minimum 0; nilai
maksimum 1; nilai ratarata 0,23; dan nilai standar deviasi sebesar 0,421.
3. Variabel Komisaris Independen (KOMISARIS) memiliki nilai minimum
0,29; nilai maksimum 0,80; nilai ratarata 32,80; dan nilai standar deviasi
0,09121.
4. Variabel Komite Audit (KOMITE) memiliki nilai minimum 0; nilai
maksimum 5; nilai ratarata 2,97; dan nilai standar deviasi sebesar 0,519.
5. Variabel Leverage (LEVERAGE) memiliki nilai minimum 0,07; nilai
maksimum 5,15; nilai ratarata 0,9106; dan nilai standar deviasi 1.01367
6. Variabel Ukuran Perusahaan (Size) memiliki nilai minimum 25.62; nilai
maksimum 32,80; nilai ratarata 28.0390; dan nilai standar deviasi sebesar
1,53706.
7. Variabel Kualitas Audit (AL) memiliki nilai minimum 21,55; nilai
maksimum 29,55; nilai ratarata 24,7305; dan nilai standar deviasi sebesar
1,64720.
8. Variabel Kepemilikan Instutisional(K.INS) memiliki nilai minimum 0,00;
nilai maksimum 1,79; nilai ratarata 0,6612; dan nilai standar devisasi
40 D. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Hasil pengujian Normalitas disajikan pada tabel 4.3 :
Tabel 4.3
Asymp. Sig. (2tailed) .051
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Sumber: Output Spss
Nilai Asymp Sig (2tailed) yang diperoleh melalui uji onesample
Kolmogorovsmirnov (KS) sebesar 0,051 menunjukkan lebih besar dari α
41 2. Uji Multikolinearitas
Hasil pengujian Multikolinearitas disajikan pada tabel 4.4 sebagai
berikut :
a Dependent Variable: CETR
Sumber: Output Spss
Tabel 4.4 menunjukkan nilai tolerance menunjukkan semua variabel
independen dalam penelitian ini lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF (Variance
Inflation Factor) untuk semua variabel kurang dari 10. Jadi dapat disimpulkan
42 3. Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan metode glejser,
disajikan pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
a Dependent Variable: Abs_Res
Sumber: Output Spss
Hasil uji glejser menunjukkan tidak satupun variabel bebas yang
signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat. Hal ini terlihat dari
tingkat probabilitas signifikansi di atas 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa
43 4. Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan uji autokorelasi
dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (D-W), disajikan
pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin Watson 1 .472(a) .222 .128 .08004990 2.121
a Predictors: (Constant), K.INS, ROA, AL, KOMITE, KOMISARIS, LEVERAGE, SIZE, K.KEL
b Dependent Variable: CETR
Dalam penelitian ini mendapatkan bahwa data yang digunakan
tidak terjadi autokorelasi. Dari tabel di atas pada model persamaan
menunjukkan bahwa nilai sebesar
DW = du < dw < 4du (1.867< 2.121< 4 1.867) 1.867 <2.121< 2,133
44 E. Uji Hipotesis
1. Uji Pengaruh Simultan Uji Nilai F
Hasil uji nilai F disajikan pada tabel 4.7 sebagai berikut :
Tabel 4.7 Hasil Uji Nilai F
ANOVA(b) Mode
l
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression .121 8 .015 2.358 .027(a)
Residual .423 66 .006
Total .544 74
a Predictors: (Constant), K.INS, ROA, AL, KOMITE, KOMISARIS, LEVERAGE, SIZE, K.KEL
b Dependent Variable: CETR
Sumber: Output Spss
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai signifikansi (0,027) < alpha
(0,05) yang berarti terdapat pengaruh secara bersamasama variabel
independen dalam hal ini profitabilitas, kepemilikan keluarga, komisaris
independen, komite audit, leverage, ukuran perusahaan, kualitas audit, dan
45 2. Uji Parsial Uji Nilai t
Hasil uji nilai t adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8
a Dependent Variable: CETR
Sumber: Output Spss
Dari tabel 4.8. dapat dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut:
46 Hasil pengujian terhadap hipotesishipotesis penelitian adalah sebagai
berikut:
a. Profitabilitas terhadap Penghindaran pajak
Berdasarkan tabel 4.8. menunjukkan profitablitas memiliki nilai
koefisien regresi sebesar .109 dengan signifikansi sebesar 0,475> alpha
(0,05) sehingga profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penghindaran
pajak. Karena memiliki signifikansi lebih dari alpha maka hipotesis
keempat ditolak..
b. Kepemilikan Keluarga terhadap Penghindaran Pajak
Berdasarkan tabel 4.8. menunjukkan kepemilikan keluarga
memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,016 dengan signifikansi
sebesar 0,606> alpha (0,05) sehingga kepemilikan keluarga tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Karena memiliki signifikansi
lebih dari alpha maka hipotesis keempat ditolak..
c. Komisaris Independen terhadap Penghindaran pajak
Berdasarkan tabel 4.8. menunjukkan komisaris independen
47 sebesar 0,834< alpha (0,05) sehingga komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Karena memiliki signifikansi
lebih dari alpha maka hipotesis ketiga ditolak..
d. Komite Audit terhadap Penghindaran pajak
Berdasarkan tabel 4.8. menunjukkan komite audit memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 0,006 dengan signifikansi sebesar 0,743< alpha
(0,05) sehingga komite audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran
pajak. Karena memiliki signifikansi lebih dari alpha maka hipotesis
keempat ditolak.
e. Leverage terhadap Penghindaran pajak
Berdasarkan tabel 4.8. menunjukkan Leverage memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 0,030 dengan signifikansi sebesar 0,005< alpha
(0,05) sehingga leverage berpengaruh positif terhadap CETR. Namun
CETR berbanding terbalik dengan penghindaran pajak sehingga jika
CETR positif maka penghindaran pajak negatif. Oleh karena itu,
hipotesis kelima diterima.
f. Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran pajak
Berdasarkan tabel 4.8. menunjukkan ukuran perusahaan
memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,009 dengan signifikansi
sebesar 0,216< alpha (0,05) sehingga ukuran perusahaan tidak
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Karena memiliki
48 g. Kualitas Audit Terhadap Penghindaran pajak
Berdasarkan tabel 4.8. menunjukkan kualitas audit memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 0,000 dengan signifikansi sebesar 0,564< alpha
(0,05) sehingga kualitas audit tidak berpengaruh positif terhadap
penghindaran pajak. Karena memiliki signifikansi lebih dari alpha maka
hipotesis ketujuh ditolak.
h. Kepemilikan Institusional Terhadap Penghindaran pajak
Berdasarkan tabel 4.8. menunjukkan kepemilikan institusional
memiliki nilai koefisien regresi sebesar .011dengan signifikansi sebesar
0,814< alpha (0,05) sehingga kepemilikan institusional tidak
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak .Karena memiliki
signifikansi lebih dari alpha maka hipotesis keempat ditolak..
49 TABEL 4.9
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Kode Hipotesis Hasil
H1
Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak Ditolak
H2
Kepemilikan Keluarga tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak
Ditolak
H3 Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak
Ditolak
H4
Komite Audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak Ditolak
H7
Kualitas Audit tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak Ditolak
H8
Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh
50 3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Hasil uji koefisien determinasi adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10 Hasil Uji Determinasi
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin Watson 1 .472(a) .222 .128 .08004990 2.121
a Predictors: (Constant), K.INS, ROA, AL, KOMITE, KOMISARIS, LEVERAGE, SIZE, K.KEL
b Dependent Variable: CETR
Sumber: Output Spss
Dari hasil tabel 4.10 tersebut diketahui bahwa nilai Adjusted R2
sebesar 0,128 atau 12,8%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dependen
penghindaran pajak dapat dijelaskan sebesar 12,8% oleh variabelvariabel
independen yaitu profitabilitas, kepemilikan keluarga, komisaris
independen, komite audit, leverage, ukuran perusahaan, kualitas audit,
dan kepemilikan institusional. Sedangkan sisanya sebesar 88,2 %