• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Isi Pelanggaran Etika Pariwara Indonesia (EPI) dalam Iklan Display Pengobatan Alternatif di Majalah Misteri Edisi 05 Maret- 20 Desember 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Isi Pelanggaran Etika Pariwara Indonesia (EPI) dalam Iklan Display Pengobatan Alternatif di Majalah Misteri Edisi 05 Maret- 20 Desember 2015"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Isi Pelanggaran Etika Pariwara Indonesia (EPI)

dalam Iklan

Display

Pengobatan Alternatif di Majalah

Misteri Edisi 05 Maret- 20 Desember 2015

Content Analysis Ethics Violations Pariwara Indonesia ( EPI ) in Display Advertising on Alternative Medicine in Mystery Magazine 5th March 20th

December 2015 Edition

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai

Gelar Kesarjanaan Strata 1 (S-1)

Disusun Oleh :

Lisa Karunia Jati

20120530273

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

iii

HALAMAN PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lisa karunia jati

NIM : 20120530273

Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Broadcasting

Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan seluruh sumber yang diktip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari karya saya ini terbukti merupakan hasil plagiat atau menjiplak dari karya orang lain maka saya bersedia dicabut gelar kesarjanaannya.

Penulis

(3)

iv

MOTTO

Barang siapa yang memberi kemudahan orang yang

mengalami kesulitan maka Allah akan memberi kemudahan

kepadanya di dunia dan akhirat”

(HR. Muslim) Arbain Nawawi hadis ke-36)

(4)

v

KATA PENGANTAR

Saya sangat bersyukur atas segala karunia, rahmat dan hidayah yang telah

diberikan oleh Allah SWT sehingga skripsi ini sesuai dengan rencana dan

harapan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

dan mendeskripsikan secara kuantitaitf jenis-jenis pelanggaran Etika Pariwara

Indonesia (EPI) serta memberikan informasi kepada khalayak atau masyarakat

secara luas mengenai periklanan yang tidak sesuai dengan EPI. Metode penelitian

pada skripsi ini menggunakan metode analisis isi dengan teknik mengumpulkan

data dan menganalisa konten dalam teks.

Skripsi ini dilatarbelakangi oleh perhatian dan keprihatinan saya atas

banyaknya persoalan kesalahan mengenai iklan yang tidak sesuai dengan

aturan-aturan yang berlaku dalam periklanan. Pemasang iklan seharusnya mematuhi

aturan yang sudah ditentukan oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia

(PPPI) tentang standarisasi iklan yang kemudian disepakati untuk disebut dengan

EPI. Sebagai contoh dalam kasus ini pada iklan pengobatan alternatif di majalah

Misteri, masih banyak iklan yang melanggar seperti penggunaan ungkapan, kesan

menyembuhkan dengan melampaui batas. Di samping itu saya juga melihat

adanya batasan-batasan lembaga atau pemerintah dalam merespon

pelanggaran-pelanggaran yang terjadi terhadap iklan di Indonesia.

Oleh karena itu, skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada publik dan pemerintah serta media juga hendaknya meminimalisir

(5)

vi

aktivis, akademisi dan peneliti yang menaruh perhatian atau kepedulian tehadap

iklan.

Keberhasilan penelitian ini tentu tidak dapat dilepaskan dari dukungan dari

berbagai pihak. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pembimbing

penelitian Fajar Junaedi yang sering disapa Mas Jun yang telah memberikan

banyak dukungan terhadap penelitian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga saya

sampaikan kepada teman diskusi yang telah memberikan banyak pandangan, ide

dan kesaksian serta telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu

penelitian ini, yaitu: Dita Mayasari, Heri Setiawan, Septi Nugrahaini R dan Bimo

Aprilianto dan teman diskusi lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Segala masukan tentu sangat berarti, saya harap skripsi ini dapat bermanfaat untuk

banyak pihak khususnya bagi mereka yang mempunyai perhatian dan tanggung

jawab di bidang periklanan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, baik sebagi sumber informasi,

maupun sumber inspirasi bagi para pembaca.

Yogyakarta, Juni 2016

(6)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulliah atas segala puji bagi Allah SWT, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan serta petunjuk kepada-Nya.

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

Bapak dan Mamak tersayang, yang selalu sabar dan memberikan

banyak dukungan kepadaku baik dari segi moral maupun materi.

Kakak saya Ronny Syahrixal, Abdi Anjarwati, Dian Anjarwati dan

Juang Triyanti yang memberikan dukungan serta motivasi yang membuat saya optimis menyelesaikan skripsi ini.

Bimo Aprilianto best partner yang selalu mendukung terhadap

segala sesuatu yang saya lakukan.

Dosen pengampu, Fajar Junaedi, yang selalu membantu selama

penelitian sekaligus memberikan banyak pengalaman dan pengetahuan dalam dunia periklanan.

Dita Mayasari yang telah banyak membantu proses penelitian. My best Heri setiawan & Aldila sustikarina

Teman-teman seperjuangan, Amelinda Dyah Anestya, Erlangga

Mahardika,Reza Dovi Saputra, Maharani DK, Linda Arsinta, Siti Khabir Rasyida, Erwin Rasyid, Serta teman berbagi cerita Septi Nugrahaini R, yang sama-sama berjuang hingga akhir.

Bapak Jono, Bapak Mur dan Mbak Siti yang selalu sabar melayani

keperluan akademis selama berada di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(7)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ... v

KATA PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Kerangka Teori ... 8

1. Periklanan ... 9

2. Iklan Media Cetak Majalah ... 11

3. Etika ... 17

4. Etika Pariwara Indonesia ... 19

(8)

xi

G. Metodelogi ... 26

1. Metode Analisis Isi ... 26

2. Jenis Penelitian ... 27

3. Unit Analisis ... 27

4. Populasi ... 29

5. Reliabilitas ... 30

6. Validitas ... 31

7. Teknik Analisis Data ... 32

BAB II GAMBARAN UMUM SURAT KABAR HARIAN TRIBUN JOGJA A. Sejarah dan Perkembangan Majalah Misteri ... 33

B. Struktur Organisasi Majalah Misteri ... 35

C. Kantor Biro Majalah Misteri ... 37

BAB III PEMBAHASAN A. Analisis Frekuensi Pelanggaran Iklan Display Pengobatan Alternatif Majalah Misteri ... 39

1. Kata-kata Superlatif ... 39

2. Kata-kata Tertentu ... 44

3. Satu-satunya ... 48

4. Kata-Kata gratis ... 49

5. Menjanjikan Penyembuhan ... 49

6. Penggunaan Kata-Kata Berlebihan ... 53

(9)

xii 8. Menjanjikan Melampaui

Batas...61

9. Menjanjikan Hasil Mutlak Seketika ... 65

B. Uji Realibilitas Majalah Misteri ... 68

1. Uji Reliabilitas Berdasarkan Kata-kata Superlatif ... 70

2. Uji Reliabilitas Berdasarkan Kata-kata Tertentu ... 71

3. Uji Reliabilitas Berdasarkan Kata-kata Satu-Satunya... 72

4. Uji Reliabilitas Berdasarkan Pengunaan Kata Gratis... 73

5. Uji Reliabilitas Berdasarkan Menjanjikan Penyembuhan ... 74

6. Uji Reliabilitas Berdasarkan Penggunaan Kata Berlebihan ... 75

7. Uji Reliabilitas Berdasarkan Penawaran Diagnosis Surat-menyurat ... 76

8. Uji Reliabilitas Berdasarkan Menyembuhkan Melampaui Batas ... 77

9. Uji Reliabilitas Berdasarkan Hasil Mutlak Seketika ... 78

C. Analisis Berdasarkan Pelanggaran EPI pada Setiap Pasal ... 79

BAB 1V PENUTUP A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

(10)

xiii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Gambar 1.1 Contoh iklan kapsul bioenergi ... 4

Tabel 1.1 Unit pencatatan (recording units) ... 28

Gambar 3.1Grafik pelanggarak iklan menggunakan kata-kata superlatif ... 40

Gambar 3.2 Infografis pelanggaran pada penggunaan kata-kata superlatif ... 41

Gambar 3.3 Infografis frekuensi pelanggaran kata-kata superlatif ... 42

Gambar 3.4 Contoh penggunaan kata superlatif berawalan “ter” dan paling ... 43

Gambar 3.5 Grafik pelanggaran iklan penggunaan kata-kata tertentu ... 44

Gambar 3.6 Infografis pelanggaran berdasarkan penggunaan kata-kata tertentu ... 45

Gambar 3.7 Infografis frekuensi penggunaan kata-kata tertentu ... 46

Gambar 3.8 Contoh iklan penggunaan kata-kata 100% ... 47

Gambar 3.9 Grafik pelanggaran iklan kata menjanjikan penyembuhan ... 50

Gambar 3.10 Infografis objektivitas penggunaan kata menjanjikan penyembuhan ... 51

Gambar 3.11Infografis frekuensi pelanggaran kata menjanjikan penyembuhan ... 52

Gambar 3.12 Contoh pelanggaran menjanjikan penyembuhan ... 53

Gambar 3.13 Grafik pelanggaran iklan penggunaan kata-kata berlebihan ... 54

Gambar 3.14 Objektivitas pelanggaran penggunaan kata-kata berlebihan ... 55

Gambar 3.15 Frekuensi pelanggaran penggunaan kata-kata berlebihan ... 56

Gambar 3.16 Contoh pelanggaran penggunaan kata berlebihan ... 57

(11)

xiv

Gambar 3.18 Infografis objektivitas pelanggaran iklan penawaran diagnosa

surat-menyurat ... 59

Gambar 3.19 Infografis frekuensi pelanggaran penggunaan penawaran diagnosa surat-menyurat ... 60

Gambar 3.20 Contoh pelanggaran iklan penggunaan penawaran diagnosa surat-menyurat ... 61

Gambar 3.21 Grafik pelanggaran iklan penggunaan kata menyembuhkan melampaui batas ... 62

Gambar 3.22 Infografis objektivitas penggunaan kata menyembuhkan melampaui batas ... 63

Gambar 3.23 Infografis frekuensi penggunaan kata menyembuhkan melampaui batas ... 64

Gambar 3.24 Contoh pelanggaran iklan menyembuhkan penyakit melampaui batas ... 65

Gambar 3.25 Grafik pelanggaran iklan penggunaan kata hasil mutlak seketika ... 66

Gambar 3.26 Infografis objektivitas penggunaan kata hasil mutlak seketika ... 67

Gambar 3.27 Infografis frekuensi penggunaan kata hasil mutlak seketika ... 68

Gambar 3.28 Uji Reliabilitas berdasarkan kata-kata superlatif ... 70

Gambar 3.29 Uji Reliabilitas berdasarkan kata-kata tertentu ... 71

Gambar 3.30 Uji Reliabilitas berdasarkan kata-kata satu-satunya... 72

Gambar 3.31 Uji Reliabilitas berdasarkan kata-kata gratis ... 73

Gambar 3.32 Uji Reliabilitas menjanjikan penyembuhan ... 74

(12)

xv

Gambar 3.34 Uji Reliabilitas penawaran diagnosis melalui surat ... 76

Gambar 3.35 Uji Reliabilitas menyembuhkan melampaui batas ... 77

Gambar 3.36 Uji Reliabilitas berdasarkan hasil mutlak seketika ... 78

(13)
(14)

viii ABSTRAK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Broadcasting

Lisa Karunia Jati 20120530273

Analisis Isi Pelanggaran Etika Pariwara Indonesia (EPI) dalam Iklan Display Pengobatan Alternatif di Majalah Misteri Pada Edisi 05 Maret – 20 Oktober 2015.

Tahun Skripsi : 2016, 84 Lembar + 1 Tabel + 36 Gambar + 67 Lampiran Referensi : 22 Buku + 1 Jurnal.

Masyarakat Periklanan Indonesia mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Kegitan periklanan dilakukan melalui media salah satunya media cetak. Terdapat panduan dalam beriklan di media cetak khususnya majalah. Pemasangan iklan display harus mentaati pasal-pasal yang telah diatur dalam EPI. Studi ini berusaha mengungkapkan frekuensi pelanggaran Etika Pariwara Indonesia dalam iklan display pengobatan alternatif di majalah Misteri edisi 05 Maret sampai 20 Desember 2015. bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara kuantitaitf jenis-jenis pelanggaran Etika Pariwara Indonesia (EPI) serta memberikan informasi kepada khalayak atau masyarakat secara luas mengenai periklanan yang tidak sesuai dengan EPI. Metode penelitian pada skripsi ini menggunakan metode analisis isi dengan teknik mengumpulkan data dan menganalisa konten dalam teks. Setelah dilakukan analisis, hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa iklan display pengobatan alternatif di majalah Misteri edisi 05 Maret sampai 20 Desember 2015, masih banyak iklan yang melakukan pelanggaran seperti penggunaan ungkapan, kesan menyembuhkan dengan melampaui batas. Di samping itu saya juga melihat adanya batasan-batasan lembaga atau pemerintah dalam merespon pelanggaran-pelanggaran yang terjadi terhadap iklan di Indonesia.

(15)

ix ABSTRACT Muhammadiyah University of Yogyakarta Faculty of Social and Political Science Departement of Communication Science

Thesis Year: 2016, 84 Sheets + 1 Tables + 36 Image + 67 Appendix Reference: 22 Books + 1 Journal.

Indonesian adversiting society define advertising as any form of message about a product that is delivered through the media, including print media. There is guidance for advertising in the print media, especially magazines. Installation of display advertising must comply the articles regulated by Etika Pariwara Indonesia (EPI). This study attempts to reveal the frequency of infringement of EPI in display advertising on alternative medicine in Mystery magazine 5th March – 20th December 2015 edition. This study aims to identify and describe quantitatively the types of infringement EPI and to provide information extensively to the public or society on advertising that does not comply with EPI. The research method in this thesis using content analysis method with techniques to collect data and to analyze the content in the text. After analysis, the results from this study is that the display advertising on alternative medicine in Mystery magazine 5th March – 20 December 2015 Edition 2015, there are still many advertising infringement such as the use of the phrase, exaggeration curing impression. Beside that, researcher also see the limitations of institution or gevernment in responding to infringements that happen to the advertising in Indonesia.

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media massa di dalam era globalisasi mengalami kemajuan yang sangat

pesat. Perkembangan media massa yang mengacu pada perkembangan teknologi

komunikasi tersebut muncul dalam berbagai bentuk. Bentuk- bentuk media massa

tersebut meliputi media elektronik dan media cetak. Media elektronik meliputi

televisi, radio serta beberapa alat elektronik, sedangkan media cetak meliputi surat

kabar, majalah, tabloid dan sebagainya.

Koran ,dan selanjutnya majalah adalah dua jenis media cetak yang kini

banyak berkembang merwanai peradaban manusia (Junaedi, 2014: 53). Dalam

perkembangannya media cetak tidak akan lepas dari iklan. Secara tidak langsung

sebagian pendapatan sebuah media cetak berasal dari iklan. Terkadang iklanlah

yang memberikan ruang kehidupan bagi media cetak.

Periklanan di era modern ini sudah menjadi sarana bisnis yang sangat

berperan bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Periklanan merupakan salah satu

alat yang umum digunakan perusahaan untuk mengarahkan komunikasi persuasif

pada pembeli sasaran atau masyarakat. Periklanan merupakan pesan-pesan

penjualan paling persuasif diarahkan kepada calon konsumen sehingga membantu

konsumen mendapatkan informasi untuk membuat keputusan apakah akan

(17)

2 ini adanya kegiatan periklanan sangat berperan penting bagi produsen untuk

mengenalkan produkya kepada konsumen.

Iklan didefinisikan sebagai bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau

jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan

pembayaran (Kotler, 2004: 658). Kegiatan periklanan memerlukan media sebagai

alat untuk penyampaian pesan (produk) kepada konsumen. Media cetak

merupakan media sarana penyampaian pesan persuasif kepada khalayak luas.

Media cetak menawarkan kelengkapan yang berlawanan dengan media siaran.

Karena pembaca dapat menggunakan media cetak selama apa pun yang mereka

butuhkan, majalah dan surat kabar dapat memberikan informasi produk yang rinci

dan mengomunikasikan pencitraan penggunadan kegunaan dengan efektif (Kotler

2008: 246).

Dalam pekerjaan kreatifnya media iklan terbagi menjadi dua jenis yaitu

media lini atas (above the line) dan media lini bawah (below the line). Above the

line adalah pemasaran yang melakukan pemasaran produk barang atau jasa

dengan media massa. Media yang digunakan adalah televisi, radio, media cetak

(koran, majalah, tabloid dan lain-lain). Below the line adalah bentuk iklan yang

tidak disampaikan atau disiarkan melalui media massa, dan biro iklan tidak

memungut komisi atau penyiarannya atau pemasangannya. Yang termasuk dalam

below the line diantaranya adalah pameran, direct mail, point of purchase,

(18)

3 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan iklan media cetak khususnya

majalah. Majalah secara harfiah dalam bahasa inggris berarti magazine, menurut

Djafar H. Assegaff dalam bukunya Jurnalistik Masa Kini, majalah diartikan

sebagai publikasi atau terbitan secara berkala yang memuat artikel-artikel dari

berbagai penulis (Assegaff, 1983: 127).

Sedangkan menurut Pujianto (2013: 174), Majalah adalah penerbitan pers

secara berkala yang menggunakan kertas sampul yang memuat berbagai tulisan

yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Perkembangan industri majalah di

Indonesia menunjukan pertumbuhan yang luar biasa sehingga bisa melayani

kebutuhan pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum, hingga hiburan kepada

masyarakat yang berlatar belakang pendidikan dan kelas sosial yang berbeda.

Majalah terus berberkembang memenuhi kebutuhan audiens dengan

berbagai ragam ketertarikan, minat, dan gaya hidup termasuk juga kebutuhan

industry dan profesi. Majalah menjadi media spesialisasi dengan target pembaca

dan kalangan tertentu. Hal ini akan menarik pemasang iklan memiliki target

konsumen yang sama. Secara umum ada tiga kategori majalah, yaitu majalah

konsumen, perdagangan dan organisasi (Junaedi, 2014: 72)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan majalah sebagai objek

penelitian. Majalah yang digunakan merupakan majalah Misteri. Majalah

Misteri merupakan majalah tengah bulanan yang memuat tentang berita fenomena

religius seperti klenik, ramalan dan sejenisnya. Majalah tersebut termasuk dalam

(19)

4 isinya fokus pada subjek. Dalam majalah Misteri banyak ditemukan iklan

displaypenyembuhan alternatif serta berbagai iklan poduk kesehatan.

Dari pengelihatan secara kasat mata, Pelanggaran Etika Pariwara

Indonesia iklan display penyembuhan alternatif banyak ditemui dalam majalah

Misteri. Pemasangan iklan tersebut menyalahi aturan yang sudah ditentukan oleh

Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia ( PPPI) tentang standarisasi iklan

yang kemudian disepakati untuk disebut dengan Etika Pariwara Indonesia (EPI),

kesalahan yang terlihat baik dari segi kata-kata maupun dalam segi penempatan

produk pengobatan alternatif. Seperti pada contoh di bawah ini, Pelanggaran

Etika Pariwara Indonesia dalam iklan display pengobatan alternatif pada majalah

Misteri edisi 05 Maret- 19 Maret 2015.

Gambar 1. Contoh Iklan Kapsul Susuk Bioenergi yang melanggar EPI

Gambar di atas adalah contoh iklan display kapsul susuk penggobatan

(20)

5 tersebut ditemukan pelanggaran aturan periklanan yang sudah ditetapkan dalam

Etika Pariwara Indonesia. Adapun pasal yang dilanggar dalam iklan tersebut

adalah pasal 2.3 obat-obatan ayat 2.3.7 “iklan tidak boleh menggunakan kata yang

berlebihan seperti “aman”, “tidak berbahaya”, “bebas efek samping”,”bebas

resiko”, dan ungkapan lain yang bermakna sama, tanpa disertai keteranggan yang

memadai.

Persatuan Perusahan Periklanan Indonesia (PPPI) menyepakati sebutan

tatanan etika periklanan Indonesia baru, yaitu Etika Pariwara Indonesia (EPI).

Kepedulian utama Etika Pariwara Indonesia (EPI) adalah menjaga hal etika

profesi dan etika usahanya demi kepentingan masyarakat luas dan mengantisipasi

dampak buruk.

Etika memiliki posisi yang lebih tinggi daripada hukum, walaupun antara

etika dan hukum keduanya tidak dapat dipisahkan. Maka menjadi hal yang bisa

diterima jika Etika Pariwara Indonesia banyak berealisasi dengan berbagai

regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti Undang-Undang Perlindungan

Konsumen (Achmad, 2010: 4).

Etika sering juga disebut filsafat moral. Etika merupakan cabang filsafat

yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam kaitannya dengan tujuan utama

hidupnya. Etika membahas baik- buruk atau benar - tidaknya tingkah laku dan

tindakan manusia. Etika mempersoalkan bagaimana manusia seharusnya berbuat

atau bertindak (Mufid, 2009: 174). Dari pengertian tersebut, etika bisa diartikan

(21)

6 Penelitian sebelumnya yang mengangkat isu yang sama tentang

Pelanggaran Etika Pariwara Indonesia terdapat pada buku PREK ( Pelanggaran

Etika Pariwara Indonesia) karya Mahasiswa Komunikasi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2011. Dalam penelitian tersebut tim

peneliti melakukan observasi lapangan dan masih banyak ditemui iklan-iklan

yang cenderung membohongi khalayak.

Penelitian terdahulu yang membahas tentang pelanggaran iklan

pengobatan alternatif dilakukan oleh Dadang Rahmat Hidayat dari Program Studi

Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, yang berjudul

Dinamika Iklan Pengobatan Alternatif di Televisi. Penelitian tersebut bertujuan

untuk memberikan kontribusi lebih penting di dalam mewujudkan

terselenggaranya siaran iklan kategori obat dan kesehatan yang bermanfaat bagi

masyarakat sebagai konsumen maupun insan-insan yang menjadi stakeholder

siaran iklan kategori ini.

Hasil dari analisis ini didapatkan bahwa sebagian besar iklan pengobatan

alternatif menggunakan blocking time tersebut melanggar beberapa ketentuan di

dalam P3SPS atau Etika Pariwara Indonesia, antara lain sering menggunakan

kata-kata superlatif, menjanjikan penyembuhan dan informasi yang ada tidak

lengkap atau sengaja disembunyikan serta merendahkan produk-produk

lainnya.Peranan EPI dalam kegiatan periklanan sangatlah dibutuhkan, dalam hal

ini peranan penting untuk mengatur setiap kegiatan promosi berupa barang

maupun jasa yang dilakukan oleh siapa saja agar kegiatan tersebut memenuhi dan

(22)

7 Pariwara Indonesia (EPI) tidak dijalankan dengan benar atau bahkan tidak ada,

kreatifitas bisa menjadi tanpa aturan dan tanpa batas, kreatifitas akan tanpa

tanggungjawab sosial dan hanya mementingkan keuntungan semata oleh

pihak-pihak tertentu.

Dalam penjelasan di atas, peran EPI dijadikan sebagai pedoman bagi para

kreatif periklanan. Seperti yang tertuang dalam poin asas Etika Pariwara

Indonesia yang menjunjung tinggi 3 point yaitu: 1. Jujur, benar, dan

bertanggungjawab. 2. Bersaing secara sehat. 3. Melindungi dan menghargai

khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, negara, dan golongan, serta tidak

bertentangan dengan hukum yang berlaku. Dalam asas tersebut keberadaan Etika

Pariwara Indonesia merupakan suatu keharusan karena akan menjaga khalayak

banyak khususnya masyarakat Indonesia (DPI, 2007).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada rumusan masalah penelitian

ini adalah seberapa frekuensi tingkat pelanggaran Etika Pariwara Indonesia (EPI)

dalam iklan displaypengobatan alternatif di majalah Misteri edisi 05 Maret- 20

Desember 2015?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Seberapa frekuensi tingkat pelanggaran Etika Pariwara Indonesia (EPI)

dalam iklan displaypengobatan alternatif di majalah Misteri edisi 05

(23)

8 2. Mendeskripsikan secara kuantitatif jenis-jenis pelanggaran Etika

Pariwara Indonesia (EPI) dalam iklan displaypengobatan alternatif di

Majalah Misteri.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka manfaat penelitian yang dapat

diambil adalah:

1. Manfaat teoristis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan

serta wawasan di bidang periklanan serta meningkatkan kualitas dan

meminimalisir kesalahan-kesalan dalam periklanan.

b. Diharapkan dalam penelitian ini dapat mendalami hal-hal yang

berkaitan dengan pasal-pasal yang telah ditetapkan dalam Etika

Pariwara Indonesia (EPI) tentang mengatur pelaksanaan kegiatan

periklanan yang sesuai dengan Etika Pariwara Indonesia (EPI).

c. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan bahan studi

penelitian yang bermanfaat.

2. Manfaat praktis

a. Selain manfaat teoristis, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan dan pertimbangan bagi Dewan Periklanan,

untuk melakukan pengawasan dengan baik terhadap iklan yang

(24)

9 b. Diharapkan menjadi sumber informasi bagi masyarakat dalam

beriklan dan sekaligus dapat digunakan sebagai referensi penelitian

yang sama dengan lebih mendalam.

E. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan landasan berfikir dalam

memecahkan masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat

pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan di

mulai. Teori yang digunakan merupakan teori-teori yang berhubungan dengan

penelitian ini. Diantaranya adalah teori iklan, teori iklan media massa, teori etika,

dan teori mengenai Etika Pariwara Indonesia (EPI).

1. Periklanan

Periklanan merupakan bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan

bauran promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Periklanan

didefinisikan sebagai bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara

nonpersonal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran (Kotler,

2004: 658).

Masyarakat Periklanan Indonesia mendefinisikan iklan sebagai segala

bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan

kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Kasali, 2007:11). Secara sederhana

iklan adalah pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada

masyarakat lewat suatu media Menurut (Kasali, 2007:9).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa iklan adalah

(25)

10 gagasan, atau memberikan informasi tentang keungulan dan keuntungan suatu

produk yang dibiayai pihak sponsor tertentu.

Tujuan periklanan ialah fungsi komunikasi khusus yang ditujukan kepada

khalayak sasaran tertentu selama jangka waktu tertentu (Mahmud Machfoedz,

2005:90). Tujuan periklanan dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuannya, yaitu

sebagai berikut:

1 . Menginformasikan

a. Memberi informasi kepada pasar tentang produk baru

b. Menganjurkan cara baru penggunaan produk baru

c. Menginformasikan perubahan harga kepada pasar

d. Menerangkan cara kerja produk baru

e. Mengoreksi kesan yang salah

f. Menurunkan tingkat kekhawatiran pembeli

g. Membangun citra perusahaan

2. Menganjurkan

a. Membangun preferensi merek

b. Memotivasi konsumen agar mengalihkan perhatian dari merek yang

telah digunakan ke merek yang telah diiklankan oleh suatu perusahaan

c. Menganjurkan konsumen agar segera membeli

d. Menganjurkan konsumen agar menerima kunjungan penjualan

3. Mengingatkan

a. Mengingatkan konsumen bahwa produk yang diiklankan mungkin

(26)

11 b. Mengingatkan konsumen tentang tempat penjualan produk yang

diiklankan

c. Mempertahankan agar konsumen tetap mengingat produk yang

diiklankan

d. Menjaga agar produk yang diiklankan berada pada urutan pertama

dalam ingatan konsumen

Fungsi dan tujuan iklan tidak hanya menginformasikan, menganjurkan dan

mengingatkan tetapi juga adding value. Menurut Shimp (2003: 36) adding value

atau pertambahan nilai dapat dilakukan dengan melakukan 3 cara yaitu sebagai

berikut.

a. Inovasi

b. Penyempurnaan kualitas

c. Mengubah persepsi konsumen

Berdasarkan berbagai tujuan periklanan di atas dapat disimpulkan bahwa

tujuan dari iklan tidak hanya untuk memberi informasi dan mengenalkan produk,

akan tetapi juga membuat konsumen menjadi tertarik serta membeli produk

barang atau jasa yang diiklankan.

Selain tujuan di atas adapun tujuan periklanan menurut (Kotler, 2004: 236)

adalah sebagai berikut:

a. Periklanan menjalankan sebuah fungsi sebuah informasi. Biasanya

(27)

12 b. Periklanan menjalankan sebuah fungsi persuasi. Penting dilakukan dalam

tahap kompetitif. Tujuannya untuk membentuk permintaan selektif untuk

suatu merek tertentu.

c. Periklanan menjalankan sebuah fungsi pengingat. Iklan pengingat sangat

penting bagi produk yang sudah mapan.

Sedangakan jika dilihat dari sudut pandang konsumen. Iklan dipandang

sebagai suatu media penyedia informasi tentang kemampuan, harga, fungsi

produk, maupun lainnya yang berkaitan dengan suatu produk barang atau jasa

yang ditawarkan.

2. Iklan Media Cetak Majalah

Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan

pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau

foto dalam tata warna dan halaman putih. Dalam pengertian ini, media cetak yang

digunakan sebagai media untuk periklanan dibatasi pada surat kabar dan majalah

(Kasali, 1992 : 99).

Media cetak pada umumnya memberi lebih banyak informasi, gambar, dan

pesan yang lebih awet ketimbang media siaran. Media cetak adalah lingkungan

yang kaya informasi, sehingga dilihat dari perspektif Facet Models of Advertising

Effects, media cetak sering digunakan untuk menghasilkan respons kognitif

(Moriarty, Nancy Mitchell, dan William Wells, 2011: 283).

Media cetak sebenarnya memiliki beberapa karakteristik yang tidak bisa

ditandingi oleh media elektronik seperti televisi. Karakteristik media cetak adalah

(28)

13 dan mencerna secara refleksi dan kreatif, sehingga lebih berpeluang membuka

dialog dengan pembaca atau masyarakat konsumennya. Media cetak juga lebih

jelas siapa konsumen atau target audiensnya. Selain itu kritik sosial yang

disampaikan melalui media cetak lebih berbobot dan lebih efektif. Media cetak

lebih bersifat fleksibel, mudah dibawa kemana-mana. Dalam penyajian iklan,

media cetak lebih atraktif dan disampaikan lebih informatif, lengkap dan spesifik

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen (Kasali, 1992 : 100). Media

cetak menjadi media iklan tertua. Media cetak memberi gambaran bahwa

bagaimanapun eksistensinya tetap akan dibutuhkan oleh masyarakat dan oleh

karenanya iklan tidak akan pernah lari dari media cetak (Morissan, 2014: 279).

Menurut Schement (2001: 569) majalah merupakan perkembangan lebih

lanjut dari media cetak dalam bentuk koran. Dalam perbedaan yang paling

mendasar dengan koran , majalah mnyediakan informasi yang lebihmendalam

daripada koran,namun di sisi lain informasi tersebut kalah dari sisi aktualitas

dengan pemberitaan di koran. Majalah pada umumnya memfokuskan pada tren

atau isu dan juga memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai

peristiwa yang diberitakan (dalam Junaedi, 2014: 69).

Majalah adalah sebuah media publikasi atau terbitan secara berkalayang

memuat artikel-artikel dari berbagai penulis (Assegaff: 1983, 172). Selain memuat

artikel, majalah juga merupakan publikasi yang berisi cerita pendek, gambar

review, ilustrasi atau fitur lainnya yang mewarnai isi dari majalah.

Menurut Widyatama (2007: 67) berdasarkan luas space yang

(29)

14 iklan-iklan dalam media ini dikenali dalam tiga bentuk iklan. Ketiga bentuk

iklan tersebut disusun berdasarkan space (luas millimeter kolom) yang

digunakan, yaitu:

1. Iklan Baris

Iklan ini disebut dengan iklan baris karena pesan yang dibuat hanya

terdiri dari beberapa baris kata/kalimat saja dan biaya yang dikenakan

dihitung perbaris. Biasanya iklan baris ini tidak lebih dari 3-4 baris dengan

luas tidak Lebih dari satu kolom. Barang yang diiklankan dalam iklan baris

sangat beragam, meliputi barang, jasa, ucapan syukur, ucapan selamat,

mencari jodoh, dan lain sebagainya.

2. Iklan Kolom

Iklan kolom memiliki lebar satu kolom, namun lebih tinggi dibanding

iklan baris. Biasanya tinggi iklan disesuaikan dengan kehendak pengiklan.

Umumnya iklan ini digunakan oleh para pengiklan yang hendak

menyampaikan cukup banyak pesan sehingga membutuhkan space yang lebih

luas. Karena memiliki space yang lebih luas, maka selain pesan verbal

tertulis, dimungkinkan pula pesan non verbal sebagai ilustrasi gambar, simbol,

lambang maupun tanda-tanda visual lainnya walau tidak terlalu bervariasi dan

sangat terbatas. Pesan yang disampaikan dalam iklan kolom sangat beragam,

baik dilakukan oleh individu maupun organisasi. Isi pesan yang banyak

menggunakan iklan kolom misalnya iklan ucapan selamat, duka cita,

(30)

15 lelang, dan sebagainya), peringatan (dagang paten, dan sebagainya), undangan

terbuka, serta lowongan kerja.

3. Iklan Advertorial

Pada awalnya, iklan ini dibuat sebagai keinginan para pemasang

iklan agar pesan yang dibuat tidak berkesan seperti sebuah iklan, namun lebih

berkesan sebagai sebuah berita sebagaimana berita dalam surat kabar atau

majalah pada umumnya. Dalam tata krama periklanan Indonesia, sebuah

pesan iklan yang menggunakan teknik advertorial diharuskan diberi

keterangan tulisan “advertorial” atau “iklan” pada iklan tersebut untuk

membedakannya dengan berita. Isi pesan advertorial ini sangat beragam antara

lain iklan layanan pengobatan alternatif, kesehatan, jasa penyelenggaraan event,

wisata, institutonal advertising, dan sebagainya. Bila dipasang oleh pemerintah,

biasanya berisi pesan tentang pariwisata, perkembangan daerah, potensi alam,

menggugah kesadaran berpartisipasi dalam pembangunan, pendidikan,

kesetiakawanan sosial, tertib dan sadar hukum, dan sebagainya.

4. Iklan Display

Iklan memiliki ukuran lebih luas dibanding iklan kolom. Karena

memiliki ukuran yang lebih luas, maka dalam iklan ini mampu

men-display(memperlihatkan) ilustrasi berupa gambar-gambar baik foto maupun grafis

dalam ukuran yang lebih besar, disamping pesan berbentuk verbal tertulis.

Karena space-nya yang cukup luas, maka iklan ini dapat menampung copy

(naskah) yang panjang sebagaimana dalam iklan copy heavy (iklan di mana

(31)

16 ragam. Umumnya digunakan oleh organisasi baik bisnis maupun sosial. Misalnya

iklan penjualan barang maupun jasa, ucapan selamat, pemberitahuan, permintaan

maaf, peringatan dagang, dan sebagainya.

Berdasarkan ukuran dan penempatannya, menurut (Pujiyanto 2013:176-177),

iklan dalam majalah bisa dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Iklan cover, yang ditampilkan di depan bagian dalam, di belakang bagian

luar, dan di belakang bagian dalam

2. Iklan dua halaman, biasanya di tengah-tengah.

3. Iklan satu halaman

4. Iklan setengah halaman

Menurut (Lee and Carla Johnson, 2011: 274-278), majalah memiliki

sejumlah karakteristik dan kualitas yang menjadikannya menarik sebagai sebuah

media periklanan, antara lain:

1. Kemampuan untuk menuju khalayak-khalayak spesifik adalah ciri khas

yang paling membedakan periklanan majalah dari media lain.

2. Majalah dicatat atas usia panjangnya dan keterlibatan pembaca yang

tinggi. Kebanyakan pembaca menghabiskan beberapa hari untuk membaca

majalah baru, kemudian menyimpannya dalam jangka waktu yang lama.

Para pelanggan majalah (pembaca primer) seringkali meminjakan

majalahnya ke pembaca-pembaca lain (pembaca sekunder atau pinjaman),

semakin menambah usia sebuah majalah.

3. Iklan-iklan majalah memiliki kualitas cetak dan warna yang baik. Sebagai

contoh, produk-produk makanan yang diiklankan dalam majalah seperti

(32)

17 4. Majalah menawarkan format-format luwes yang memungkinkan

ukuran-ukuran iklan berbeda, demikian pula dengan sisipan-sisipan dan sampel

aroma.

5. Terkadang, alih-alih membeli halaman periklanan standar, satu pengiklan

menggunakan sisipan majalah. Pengiklan mencetak iklannya pada kertas

khusus berkualitas tinggi dan mengirimkan iklan jadinya ke penerbit untuk

disisipkan ke dalam majalah dengan harga khusus.

3. Etika

a. Pengertian Etika

Secara etimologi (bahasa) “etika” berasal dari kata bahasa Yunani ethos.

Dalam bentuk tunggal, “ethos” berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput,

kadang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak, ta

etha berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah

ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (Mufid, 2009: 173).

Inti Etika adalah analisa pernyataan kewajiban. Penilaian bukan moral

disinggung sejauh diperlukan dalam rangka pembicaraan pernyataan kewajiban.

Dari bidang nilai-nilai moral dibicarakan kebebasan dan tanggung jawab

(Suseno, 1979: 16). Etika sering disebut filsafat moral. Etika merupakan cabang

filsafat yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam kaitannya dengan tujuan

utama hidupmya. Etika membahas baik-buruk atau benar-tidaknya tingkah laku

dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia.

Etika mempersoalkan bagaimana manusia seharusnya berbuat atau bertindak

(33)

18 b. Unsur Pokok Etika

Wacana etika melibatkan perilaku dan sistem nilai etis yang dipunyai oleh

setiap individu atau kolektif masyarakat. Oleh sebab itu, wacana etika mempunyai

unsur-unsur pokok itu adalah kebebasan, tanggung jawab, hati nurani, dan

prinsip-prinsip moral dasar (Mufid, 2009: 181).

Kebebasan adalah unsur pokok utama dan utama dalam wacana etika.

Etika menjadi bersifat rasional karena erika selalu mengandaikan kebebasan.

Dapat dikatakan bahwa kebebasan adalah unsur hakiki etika. Kebebasan

eksistensial adalah kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri. Ini

berarti bahwa kebebasan ini bersifat positif. Ini berarti kebebasan eksistensial

lebih menunjukan kebebasan untuk. Tentu saja, kebebasan dalam praktek hidup

sehari-hari mempunyai ragam yang banyak, yaitu kebebasan jasmani-rohani,

kebebasan sosial, kebebasan psikologi, kebebasan moral (Mufid, 2009: 181).

Tanggung jawab adalah kemampuan individu untuk menjawab segala

pertanyaan yang mungkin timbul dari tindakan-tindakan. Tanggung jawab berarti

bahwa orang tidak boleh mengelak, bila diminta penjelasan tentang perbuatannya.

Tanggung jawab mengandaikan penyebab. Orang bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang disebabkan olehnya. Pertanggungjawaban adalah situasi di mana

orang menjadi penyebab bebas. Kebebasan adalah syarat utama dan mutlak untuk

bertanggung jawab. Ragam tanggung jawab terdiri dari tanggung jawab

retrospektif dan tanggung jawab prospektif (Mufid, 2009: 181-182).

Hati nurani adalah penghayatan tentang nilai baik atau buruk berhubungan

(34)

19 tindakkan menurut situasi, waktu, dan kondisi tertentu. Dengan demikian, hati

nurani berhubungan dengan kesadaran. Kesadaran adalah kesanggupan manusia

untuk mengenal dirinya sendiri dan karena itu berefleksi tentang dirinya. Hati

nurani bisa sangat bersifat retrospektif dan prospektif. Dengan demikian, hati

nurani juga bersifat personal dan adipersonal. Pada dasarmya, hati nurani

merupakan ungkapan dan norma yang bersifat subjektif (Mufid, 2009: 182).

Prinsip kesadaran moral adalah beberapa tataran yang perlu diketahui

untuk memosisikan tindakan individu dalam kerangka nilai moral tertentu. Etika

selalu memuat unsur hakiki bagi seluruh program tindakan moral. Prinsip

tindakan moral mengandaikan pemahaman menyeluruh individu atas seluruh

tindakkan yang dilakukan sebagai seorang manusia. Setidaknya ada tiga prinsip

dasar dalam kesadaran moral. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip sikap baik,

keadilan dan hormat terhadap diri sendiri serta orang lain. Prinsip keadilan dan

pada diri sendiri merupakan syarat pelaksanaan sikap baik, sedangkan prinsip

sikap baik menjadi dasar mengapa seseorang untuk besikap adil dan hormat

(Mufid, 2009: 182).

Etika juga dimaknai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma sesuatu

kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika dapat berarti pula sebagai ilmu

yang mempelajari mengenai hal yang baik dan buruk di masyarakat. Etika juga

dapat diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral, yang sering disebut sebagai

kode etik, seperti Etika Pariwara Indonesia yang dicetuskan oleh Dewan

(35)

20 4. Etika Pariwara Indonesia

Etika Pariwara Indonesia (EPI) adalah ketentuan-ketentuan normatife yang

menyangkut profesi dan usaha periklanan yang telah disepakati untuk dihormati,

ditaati, dan ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga pengembanngannya

(DPI, 2005 : 16). Etika Pariwara Indonesia (EPI) merupakan pedoman dalam

periklanan di Indonesia, yang mempunyai konten berupa konten-konten normatif

mengenai tata krama dan tata cara, menyangkut profesi dan usaha periklanan yang

telah disepakati untuk dihormati, ditaati, dan ditegakkan oleh semua asosiasi dan

lembaga pengembannya (EPI, 2007).

Segala tata krama dan tata cara beriklan di Indonesia, telah diatur dalam

pedoman Etika Pariwara Indonesia (EPI) yang dikaji dan diawasi oleh Dewan

Periklanan Indonesia (DPI). Ketatnya penyaringan dan pengawasan dari Dewan

Periklanan Indonesia (DPI) mengacu pada Etika Pariwara Indonesia (EPI),

membuat produk-produk yang ingin mengiklankan produknya “memutar otak”

untuk menyajikan iklan kreatif serta memiliki pesan yang baik, kompherensif, dan

edukatif bagi masyarakat dan tidak menyesatkan masyarakat Indonesia.

Pada pedoman kitab Etika Pariwara Indonesia (EPI) terdapat pasa-pasal

yang mengatur tata cara pelaksanaan kegiataan periklanan khususnya di media

cetak. Pasal-pasal yang digunakan dalam mengatur iklan pada media cetak

tersebut adalah:

1.1.1 Ukuran huruf pada iklan mini, baris, kecil dan sejenisnya, tidak

(36)

21 1.1.2 Iklan dengan tampilan menyerupai redaksional wajib

mencantumkan kata-kata “Iklan No. ….” dengan ukuran sekurang

-kurangnya 10 point di tempat yang jelas terbaca, dan tanpa

bermaksud menyembunyikannya.

1.1.3 Iklan informatif, termasuk sisipan dan suplemen, harus ditandai

sesuai dengan jenis iklan informatif tersebut, di tempat yang jelas

terbaca, dan tanpa bermaksud menyembunyikannya (EPI, 2007).

Adapun pasal-pasal lain yang dijadikan sebagai rambu-rambu dan

mengatur tata cara pelaksanaan kegiatan periklanan adalah sebagai berikut:

1.2.2 Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti

“paling”, “nomor satu”, ”top”, atau kata-kata berawalan “ter“, dan

atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menjelaskan

keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan

pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik.

1.2.3 Penggunaan kata-kata tertentu harus memenuhi ketentuan berikut:

a. Penggunaan kata ”100%”, ”murni”, ”asli” untuk

menyatakan sesuatu kandungan, kadar, bobot, tingkat

mutu, dan sebagainya, harus dapat dibuktikan dengan

pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang

otentik.

b. Penggunaan kata ”halal” dalam iklan hanya dapat

(37)

22 sertifikat resmi dari Majelis Ulama Indonesia, atau

lembaga yang berwenang.

1.4 Penggunaan Kata ”Satu-satunya”

Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata “satu-satunya”

atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menyebutkan

dalam hal apa produk tersebut menjadi yang satu-satunya

dan hal tersebut harus dapat dibuktikan dan

dipertanggungjawabkan.

1.5 Pemakaian Kata “Gratis”

Kata “gratis” atau kata lain yang bermakna sama tidak

boleh dicantumkan dalam iklan, bila ternyata konsumen

harus membayar biaya lain. Biaya pengiriman yang

dikenakan kepada konsumen juga harus dicantumkan

dengan jelas.

2.3. Obat-obatan

2.3.1 Iklan tidak boleh menggunakan kata, ungkapan, penggambaran atau

pencitraan yang menjanjikan penyembuhan, melainkan hanya untuk

membantu menghilangkan gejala dari sesuatu penyakit.

2.3.2 Iklan tidak boleh menggambarkan atau menimbulkan kesan menggunakan

kata, ungkapan, penggambaran atau pencitraan yang menjanjikan

penyembuhan, melainkan hanya untuk membantu menghilangkan gejala

(38)

23 2.3.3 Iklan tidak boleh menganjurkan bahwa suatu obat merupakan syarat

mutlak untuk mempertahankan kesehatan tubuh.

2.3.4 Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata yang berlebihan seperti “aman”,

“tidak berbahaya”, “bebas efek samping”, “bebas risiko” dan ungkapan

lain yang bermakna sama, tanpa disertai keterangan yang memadai.

2.3.5 Iklan tidak boleh menawarkan diagnosa pengobatan atau perawatan

melalui surat-menyurat.

2.3.6 Iklan tidak boleh menyebutkan adanya kemampuan untuk menyembuhkan

penyakit dalam kapasitas yang melampaui batas atau tidak terbatas.

Menurut Bertens (2005: 41), penegakan etika periklanan tidak berhenti

dengan adanya etika, namun perlu hukum positif yang mengatur tentang praktek

periklanan, walaupun pada dasarnya semua manusia pasti memiliki moralitas

yang mendasari tindakan mereka agar tidak keluar dari koridor etika, namun

moral memerlukan hukum akan tidak mengawang-awang jika tidak dilembagakan

dalam bentuk kodifikasi hukum. Dengan demikian hukum dapat meningkatkan

(39)

24 F. Kerangka Pikir

Kerangka Teori

Periklanan merupakan bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Periklanan didefinisikan sebagai bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara nonpersonal oleh suatu sponsor tertentu yang

memerlukan pembayaran (Kotler,

2004: 658).

Secara sederhana iklan adalah pesan yang menawarkan suatu produk yang di tujukan kepada masyarakat lewat suatu media (Kasali, 2007: 9).

Iklan didefinisikan sebagai setiap

bentuk komunikasi nonpersonal

mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui (Morissan,

Majalah adalah sebuah media publikasi atau terbitan secara berkala yang memuat artikel-artikel dari berbagai penulis (Assegaff: 1983, 172). Selain memuat artikel, majalah juga merupakan publikasi yang berisi cerita pendek, gambar review,

ilustrasi atau fitur lainnya yang mewarnai isi dari majalah.

(40)

25 Kerangka Teori

Secara etimologi (bahasa) “etika” berasal dari kata bahasa Yunani ethos. Dalam bentuk tunggal, “ethos” berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kadang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak, ta etha berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (Mufid, 2009: 173).

Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas (Bertens,2013: 13).

Etika juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral, yang sering disebut sebagai kode etik, seperti Etika Pariwara Indonesia yang dicetuskan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (Junaedi, 2010: 5).

Etika Pariwara Indonesia (EPI) merupakan pedoman dalam periklanan di Indonesia, yang mempunyai konten berupa konten-konten normatif mengenai tata krama dan tata cara, menyangkut profesi dan usaha periklanan yang telah disepakati untuk dihormati, ditaati, dan ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga pengembannya. (EPI, 2007).

Definisi Konseptual

Etika merupakan standart moral yang mengatur perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bermasyarakat maupun bersosialisasi. Etika membahas baik-buruk atau benar tidaknya tingkah laku

manusia.sedangkan EPI adalah pedoman atau rambu-rambu dalam

melakukan kegiatan periklanan yang harus di sepakati untuk dihormati,dan ditaati oleh setiap perilaku.

Definisi Operasional

- Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti “paling”, “nomor satu”, ”top”, atau kata-kata berawalan “ter“, dan atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik.

- Penggunaan kata-kata tertentu harus memenuhi ketentuan berikut:

Penggunaan kata ”100%”, ”murni”, ”asli” untuk menyatakan sesuatu kandungan, kadar, bobot, tingkat mutu, dan sebagainya, harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik.

Penggunaan kata ”halal” dalam iklan hanya dapat dilakukan oleh produk-produk yang sudah memperoleh sertifikat resmi dari Majelis Ulama Indonesia, atau lembaga yang berwenang.

(41)

26 Sumber : Analisis Penulis Tahun 2016

G. Metode Penelitian

Metodelogi merupakan cara ilmiah untuk mendapakan data dengan tujuan

dan kegunaan tertentu. Data yang diperoleh adalah data empiris yang mempunyai

kriteria tertentu yang valid dan menunjukan ketetapan antara data yang ada yang

sesungguhnya terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dikumpulkan

oleh peneliti (Sugiyanto, 2009: 2).

1. Metode Analisis Isi

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi. Analisis isi (content

analysis) adalah teknik untuk mengumpulkan data dan menganalisa content dalam

teks. Isi tersebut termasuk kata-kata, arti, gambar, simbol, ide, tema, atau pesan

yang dapat dikomunikasikan, termasuk di dalamnya adalah buku, surat kabar atau

artikel majalah, iklan, pembicaraan, film, atau karya-karya artistik (Neuman,

2003: 272). Sedangkan Krippendorf (1991: 19) mengatakan bahwa analisis isi

merupakan suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi dengan

mengidentifikasi secara sistematik dan objektif karakteristik-karakteristik khusus

dalam sebuah teks. Analisis isi juga bersifat manifest, yakni dapat dipakai untuk

menyelidiki isi yang tampak.

Analisis isi merupakan salah satu metode utama dari ilmu komunikasi.

Penelitian yang mempelajari isi media (surat kabar, radio, film, dan televisi)

menggunakan analisis isi. Secara umum, analisis isi kuantitatif dapat didefinisikan

sebagai suatu teknik penelitian ilmiah yang ditunjukan untuk mengetahui gambaran

(42)

27 mengidentifikasi secara sistematis isi komunikasi yang tampak, dan dilakukan

secata objectif, valid, reliabel, dan dapat direplikasi (Eriyanto, 2011: 15).

Penggunaan analisis isi dalam lingkup komunikasi sendiri digunakan

untuk meneliti (surat kabar, radio, film, dan televisi) yang nantinya dapat

dijadikan pembelajaran dalam hal gambaran isi, karakteristik pesan, dan

perkembangan tren dari suatu isi. Sementara pada lingkup sosiologi analisis isi

biasanya digunakan untuk memahami masyarakat. Teks yang terdapat pada berita,

iklan, selebaran, graffiti, pidato, buku, film, dan lain-lain dapat digunakan oleh

sosiologi dalam upaya mengamati sikap dan pandangan masyarakat

(Eriyanto, 2011: 11-12).

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang menggunakan metode analisis

isi kuantitatif. Penelitian deskriptif diterapkan untuk melakukan pengukuran

terhadap fenomena sosial tertentu. Tujuan jenis penelitian deskriptif ini adalah

untuk mengetahui frekuensi atau aspek fenomena sosial tertentu dan hasilnya di

cantumkan dalam tabel frekuensi serta untuk mendeskripsikan secara terperinci

fenomena tertentu (Singarimbun, 1986: 4). Berdasarkan penjelasan di atas

kuantitatif deskriptif juga dapat diartikan sebagai metode untuk mendeskripsikan

hasil penelusuran ke fakta yang diolah menjadi data.

3. Unit Analisis a. Unit Sampling

Unit sampling merupakan bagian dari objek yang dipilih atau diseleksi

(43)

28 dari riset. Dalam penelitian ini yang menjadi unit sampel adalah semua iklan

displaypengobatan alternatif pada majalah Misteri edisi 05 Maret- 20 Desember

2015.

b. Unit Pencatatan (Recording units)

Unit pencatatan (Recording units) adalah bagian atau aspek dari isi yang

menjadi dasar dalam pecatatan dan analisis. Isi (content) dari suatu teks

mempunyai unsur atau elemen. Unit pecatatan dari penelitian ini adalah semua

pelanggaran iklan displaypengobatan alternatif pada majalah Misteri edisi 05

Maret- 20 Desember 2015 seperti penggunaan kata-kata superlatif seperti

“paling”, “nomor satu” dan menggunakan kata, ungkapan, penggambaran atau

pencitraan yang menjanjikan penyembuhan dan hasil mutlak seketika.

Dalam penelitian ini unit pencatatan dari variabel penelitian adalah sebagai

berikut:

Tabel 1. Unit Pencatatan (Recording Units)

(44)

29

bermanfaat menarik

rejeki/uang dari segala arah, usaha lancar, penglaris, anti tuyul, cukup mengantongi keberkahan mengalir ke usaha anda dijamin halal tanpa tumbal.

kata dijamin, halal,

Sumber : Analisis Peneliti Tahun 2016

c. Unit Konteks (context units)

Unit Konteks (context units) adalah konteks apa yang diberikan oleh

peneliti untuk memahami atau memberi arti pada hasil pencatatan. Unti konteks

yang digunakan dalam penelitian ini dilihat dari konteks pelanggaran di dalam

majalah kemudian dicocokan dengan kata-kata yang dikategorikan sebagai

pelanggaran EPI pada iklan display pengobatan alternatif pada majalah Misteri

edisi 05 Maret- 20 Desember 2015 seperti menggunaan kata-kata superlatif

“paling”, “nomor satu”. Penggunaan kata “100%”, “murni”, penggunaan kata

“gratis” dan Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata yang berlebihan seperti

“aman”, “tidak berbahaya”, “bebas efek samping”, “bebas risiko” dan ungkapan

lain yang bermakna sama, tanpa disertai keterangan yang memadai.

4. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari sampling memiliki ciri yang akan

dianalisis secara inferensial. Populasi dalam penelitian ini semua iklan

displaypengobatan alternatif pada majalah Misteri edisi 05 Maret-20 Desember

2015. Sedangakan sampel adalah satuan terkecil dari populasi sampel dalam

penelitian ini adalah seluruh iklan display pengobatan alternatif pada majalah

(45)

30 5. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability mempunyai asal

kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai

pengukuran yang reliabel (reliable). Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai

nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi,

dan sebagainya. Namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas

adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Dalam uji reliabilitas

kategori, peneliti akan menggunakan sistem koding sehingga peneliti dibantu oleh

coder guna mengukur pelanggaran Etika Pariwara Indonesia (EPI) dalam iklan

displaypengobatan alternatif pada majalah Misteri edisi 05 Maret-20 Desember

2015. Untuk menguji reliabilitas peneliti akan menggunakan rumus Holsty.

Rumus Holsty adalah sebagai berikut:

�� = +

Di mana : CR : Coeficient Reliability,

M : coding yang sama ( disetujui oleh

masing-masing coder),

N1 : Jumlah coding yang dibuat oleh coder 1,

N2 : Jumlah coding yang dibuat oleh coder 2.

Reliabilitas bergerak antara 0 hingga 1, di mana 0 tidak ada satupun yang

disetujui oleh para coder dan satu berarti persetujuan sempurna di antara para

coder. Semakin tinggi angka, semakin tinggi pula angka reliabilitas. Dalam

(46)

31 Artinya, kalau hasil perhitungan menunjukkan angka reliabilitas di atas 0,7,

berarti alat ukur ini benar-benar reliabel. Tetapi, jika di bawah angka 0,7, berarti

alat ukur (coding sheet) bukan alat yang reliabel (Eriyanto, 2011 : 290). Karena

rumus CR tidak memperhitungkan tingkat persetujuan interkoder

akibatpeluangnya yang terjadi, maka selanjutnya digunakan rumus Scott.

Rumus Scott adalah sebagai berikut:

�� �� ���−� % � � �� � � � − % �− % � � �� � ℎ� �� �� �� � ℎ� �� �

Untuk menghitung persetujuan yang diamati, dapat mengunakan proses

seperti dalam perhitungan untuk Presentase persetujuan. Tinggal membagi unit

yang disetujui dengan total semua unit. Sementara untuk menghitung persetujuan

yang diharapkan dapat dilakukan dengan menghitung proporsi dari

masing-masing kategori dan kemudian dikuadratkan (Eriyanto, 2011 : 292).

6. Validitas

Validitas sangat penting dalam analisis isi. Temuan-temuan dalam analisis

isi didasarkan pada alat ukur yang digunakan. Validitas memastikan apakah alat

ukur yang digunakan oleh peneliti sahih (valid) dan dapat menjamin bahwa

temuan-temuan dalam penelitian juga dihasilkan dari pengukuran yang tepat

(Eriyanto, 2011 : 259).

Dalam penelitia ini peneliti menggunakan validitas konstruk untuk melihat

bahwa alat ukur yang digunakan sudah tepat. Validitas konstruk adalah validitas

(47)

32 tertentu. Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Untuk mengukur suatu

konsep, maka harus dilakukan identifikasi lebih dahulu kerangka yang

membentuk konsep tersebut. Dengan mengetahui kerangka tersebut maka dapat

disusun suatu tolak ukur secara operasional (Eriyanto, 2011 : 270). Seperti yang

telah dijelaskan, maka peneliti menemukan indikator-indikator yang akan dinilai

oleh coder seperti yang sudah dijelaskan dalam unit analisis (analisis pencatatan).

Untuk menguji validitas konstruksi, menggunakan pendapat dari ahli

(judgment experts) (Sugiyono, 2009: 125). Dalam hal ini setelah instrumen

dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori

tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Ahli di sini adalah

Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) sebagai coder dalam penelitian

ini.

7. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikelompokkan pada unit analisis secara statistik akan

menunjukkan dan menampilkan frekuensi seberapa besar pelanggaran Etika

Pariwara Indonesia dalam iklan displaypengobatan alternatif pada majalah Misteri

edisi 05 Maret 2015 – 20 Desember 2015. Penelitian ini menggunakan tabel yang

dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran apa saja

yang tergambar secara manifest (nyata) dalam iklan tersebut.

Tahap awal dari analisis isi data adalah mendeskripsikan temuan. Ini

menggunakan statistik yang disebut sebagai statistik deskriptif. Disebut sebagai

statistik deskriptif karena statistik ini betujuan mendeskripsikan dan menjabarkan

(48)

33 BAB II

GAMBARAN UMUM MAJALAH MISTERI

A. Sejarah dan Perkembangan Majalah Misteri

Pers menjadi sarana bagi masyarakat untuk mengawasi jalannya

pemerintahan, pers berperan menjaga keseimbangan antara pilar-pilar

penyelenggaran pemerintahan. Keberadaan majalah sebagai media massa

terjadi tidak lama setelah surat kabar, sebagaimana surat kabar, sejarah

majalah diawali di negara-negara Eropa dan Amerika.

Di Indonesia sejarah keberadaan majalah sebagai media massa di

Indonesia di mulai pada massa menjelang dan awal kemerdekaan

Indonesia. Di Jakarta pada tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan

nama Pantja Raja pimpinan Markoem Djojohadi Soeprapto (MD) dengan

prakata dari Ki Hajar Dewantara selaku mentri pendidikan pertama R.I. Di

Ternate pada bulan Oktober 1945 Arnold Manoutu dan Dr. Hasan

Missouri menerbitkan majalah mingguan Menara Merdeka yang memuat

berita yang disiarkan RRI. Majalah ini hanya bertahan sampai tahun 1950.

Majalah-majalah lain yang terbit setelah kemerdekaan antara lain

Pahlawan (Aceh), Majalah sastra Arena (Yogyakarta) yang dipimpin oleh

H. Usman Ismail, majalah Sastrawan (Malang) yang diterbitkan oleh Inu

Kertapati dan majalah Seniman (Solo) pimpinan Trisno Soemardjo,

penerbitnya adalah seniman Indonesia Muda Siauw Giok Tjan

(49)

34 Pers pada massa orde baru Indonesia dijanjikan akan keterbukaan

serta kebebasan dalam berpendapat. Masyarakat menyambut pemerintahan

Soeharto dengan suka cita yang diharapkan akan mengubah keterpurukan

pemerintahan orde lama. Indonesia mulai bangkit sedikit demi sedikit,

bahkan perkembangan ekonomi pun semakin pesat, namun sangat tragis,

bagi dunia pers di Indonesia. Pemerintah memberi peringatan keras

bilamana menyebarkan atau menerbitkan berita-berita miring tentang

pemerintahan. Pada massa orde baru, segala penerbitan di media massa

berada dalam pengawasan pemerintah yaitu melalui departemen

penerangan. Bila media massa ingin tetap hidup maka media massa harus

memberitakan hal-hal yang baik tentang pemerintahan orde baru. Pers

dijadikan alat oleh pemerintah pada massa itu untuk mempertahankan

pemerintahannya, sehingga pers tidak mejalankan perannya sebagai

pendukung dan pembela masyarakat.

Era Reformasi telah memberikan memberikan perubahan dalam

segala sendi kehidupan masyarakat Indonesia termasuk perkembangan

media massa yang sangat pesat, karena kebebasan yang telah dibuka

sangat menjanjikan peluang yang sangat bagus pada segmen pembaca

yang lebih spesifik.

Majalah misteri merupakan majalah informasi seputar dunia

religio magis yang menempati rubik tersendiri di berbagai media cetak

media yang lainnya antara lain adalah majalah, Liberty dan majalah

(50)

35 dan supranatural, terlihat dari isi konten yang dibawakan selalu memuat

hal-hal mistis berbau supranatural mulai dari setan, jin, pelet, iblis dan lain

sebagainnya. Berdiri tahun 1979 di kota Medan, atas pertimbangan bahwa

masyarakat Indonesia penuh dengan keanekaragaman budaya sehingga

perlu lebih dalam lagi menggali budaya peninggalan masalalu. Pada tahu

1985 majalah Misteri di pindahkan ke jakarta mengingat biaya pengiriman

dari Medan ke pulau Jawa cukup tinggi sehingga sampai sekarang majalah

Misteri distribusikan dari Jakarta ke seluruh kota-kota besar di seluruh

tanah air. Cv Sinar Berdiri Jaya hanya memiliki satu majalah saja yaitu

majalah Misteri dan mempunyai Tag-line “Majalah Investigasi

Supranatural” dengan pendiri DR. Drs. H. Ibrahim Sinik.

Daftar isi konten majalah misteri mulai dari fantastis, petualangan

sejarah, paravasi, ritual pesugihan, misteri sejati, primbon, sajian khusus,

legenda, cahay sufi, cerbung, catatan hitam, kisah mistik manca negara,

pengalaman mistis, konsultasi hikmah, zodiak, api asmara, konsultasi jeng

asih, resensi, misteri flash dan yang terahir adalah sajian lepas.

Beralamatkan di Jl. Kramat Lima No. 11B Jakarta 10430 majalah misteri

diterbitkan oleh Yayasan Sinar Berdiri Jaya dengan nomor SIUPP No.

277/SK/MENPEN?SIUPP/D.2.1991.

B. Struktur Organisasi Majalah Misteri

a. Penerbit : Yayasan Sinar Berdiri Jaya

(51)

36 c. Pimpinan Umum : Dr. Drs. H. Ibrahim Sinik (alm)

d. Wakil pimpinan Umum : Irma Sinar Hayati, SE (Alm)

e. Pemimpin Perusahan : Ir. Ansyari Sinik

Ira Adriani Sinik

f. PJS.Pimpinan Redaksi : Nurdin Muhammad

g. Wakil Pimpinan Redaksi : L. S. Achmad

h. Redaktur Pelaksana : Yon Bayu Wahyono

i. Tata Usaha : Varah T. Suparyadi

j. Manager Iklan : Nurdin

k. Dewan Redaksi : Ahmad Ediyanto (Ketua)

Irma Sinar Hayati, SE (Alm)

Nurdin Pilhy

Varah T. Suparyadi

L. S. Achmad

l. Redaksi : Firdaus H. M

Eka Supriatna

Coki KP (Non aktif)

M. Agus Siswanto

Sekertaris Redaksi : Amy Firdaus

Reporter Daerah : Ayi ruswanto ( Bandung)

Rachyanto (Cirebon)

Herryanto Honggo (Surakarta)

(52)

37 Ali Demokrasi (Banyumas)

Dedi Suhadi (Lombok)

Artistik/ produksi : Adhi R

SIUPP : No.227/SK/MENPEN/SIUPP/D.2.1991

1. Kantor Biro Majalah Misteri

Alamat Redaksi : Jl. Kramat Lima No. 118 Jakarta 10430

Telephone : 3102836, 3906461, 3291676, 3926990

Fax : 3106137.

Email : redaksi@majalah-misteri.net

Twitter : @majalahmisteri

Website : http://www.majalah-misteri.net

Pencetak : PT Glory Offset Press- Jakarta.

Gambar

Gambar atau foto lebih
Gambar 3.1 Grafik pelanggaran iklan penggunaan kata-kata superlatif
Gambar 3.2 Infografis  pelanggaran pada penggunaan kata-kata superlatif.
Gambar 3.3  Infografis  frekuensi pelanggaran kata-katasuperlatif.
+7

Referensi

Dokumen terkait