• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI SANGGAR ROWO DALAM MEMBINA PELUKIS-PELUKIS MUDA DI TANJUNG MORAWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSISTENSI SANGGAR ROWO DALAM MEMBINA PELUKIS-PELUKIS MUDA DI TANJUNG MORAWA."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI SANGGAR ROWO DALAM MEMBINA

PELUKIS-PELUKIS MUDA DI TANJUNG MORAWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

REZHA AYU KUMALA SARI SEBAYANG

NIM 2113151034

JURUSAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

REZHA AYU KUMALA SARI SEBAYANG, Nim: 2113151034,

“EKSISTENSI SANGGAR ROWO DALAM MEMBINA PELUKIS-PELUKIS MUDA DI TANJUNG MORAWA”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Seni Rupa S1, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan, 2016.

Sanggar Rowo merupakan sanggar lukis yang didirikan secara mandiri pada tahun 1989 oleh pelukis Tanjung Morawa yang terkenal yaitu Muhammad Yatim Mustofa. Sanggar Rowo berdiri diatas tanah rawa-rawa yang luas di belakang Komplek Mesjid PTPN II Tanjung Morawa Desa Limau Manis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pendidikan nonformal yang diterapkan dan bagaimana eksistensi Sanggar Rowo dalam membina anggotanya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid Sanggar Rowo yang berjumlah 45 orang dan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu lukisan karya pelukis anggota Sanggar Rowo yang dianggap mengikuti gaya dan teknik melukis yang representatif seperti ajaran M. Yatim. Keseluruhan lukisan dipilih sebanyak 6 lukisan yang merupakan karya dari 6 orang anggota sanggar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan teknik analisis data kualitatif yang terkumpul melalui survey, observasi, wawancara dan dokumentasi yang dideskripsikan dalam bentuk karya tulis ilmiah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sanggar Rowo dalam

mempertahankan eksistensinya memiliki beberapa cara yaitu bersifat

kekeluargaan dengan semua anggota sanggar, kontinuitas berkarya dan berpameran yang dilakukan oleh murid-murid Sanggar Rowo. Konsistensi teknik berkarya murid sanggar adalah dengan mengikuti dan mencontoh gaya M.Yatim dalam melukis. Sistem pendidikan di Sanggar Rowo dilakukan secara bertahap dimulai dari drawing dan sketching, meng-copy lukisan, melukis still life, melukis buah dan bunga, melukis objek manusia. Peran pembinaan pelukis muda yang dilakukan Sanggar Rowo adalah dengan menghasilkan pelukis-pelukis handal di Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan nantinya mampu menjadi sumber informasi yang bermanfaat tentang sanggar lukis yang ada di Sumatera Utara khususnya daerah Tanjung Morawa.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Skripsi

ini merupakan karya ilmiah yang harus diselesaikan sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Bahasa dan Seni, Unimed.

Disamping persyaratan akademis, adalah juga ungkapan tanggung jawab penulis

sebagai seorang akademisi, melalui usaha penelitian ilmiah yang diharapkan

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan

terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa Dan Seni

Universitas Negeri Medan.

3. Dr. Wahyu Triatmojo, M.Hum, Wakil Dekan I Fakultas Bahasa Dan Seni

Universitas Negeri Medan.

Seni Universitas Negeri Medan dan juga Dosen Penguji Skripsi.

7. Drs. Gamal Kartono, M.Si, Sekretaris Jurusan Seni Rupa Fakultas Seni

Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan.

8. Dr. Agus Priyatno, M.Sn, Dosen Pembimbing Skripsi.

9. Drs. Fuad Erdansyah, M.Sn, Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen

Penguji Skripsi.

10.Drs. Heru Maryono, M.Sn, Dosen Penguji Skripsi.

11.Bapak M. Yatim Mustofa selaku pimpinan Sanggar Rowo serta para

(8)

iii

12.Seluruh Dosen Seni Rupa serta staf pegawai Jurusan Seni Rupa.

13.Kedua orang tua tersayang, M. Ridwan Sebayang dan Endri Astuti yang

telah memberikan bantuan moril dan materil, memberikan semangat serta do’a yang tidak henti-hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan studi sampai mendapatkan Gelar Sarjana.

14.Kekasih tercinta, Teddy Firmansyah, S.Pd, yang tak pernah lelah

menasehati dan menyemangati, yang selalu mendengarkan keluh kesah,

juga yang selalu menemani dalam menyelesaikan studi sampai akhirnya

dapat menyandang gelar Sarjana.

15.Sahabat penulis, Maya, Dona, Desi, dan Yopi yang selalu menemani

dalam keadaan suka maupun duka, mendukung, membantu, juga

memyemangati demi terselesainya skripsi ini.

16.Teman-teman mahasiswa seni rupa angkatan 2011, Ucik, Anggi, Sherly,

Ebri, yang sama-sama berjuang juga membantu dan memberikan

motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu,

mudah-mudahan amal baik tersebut mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan

semua, semoga mendapat kan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis

menyadari bahwa dalam penulisan karya ini masih banyak kekurangan. Untuk itu,

saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi kita semua khususnya Jurusan Seni Rupa Program

Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNIMED.

Medan, April 2016 Penulis

(9)
(10)

v

B. Kerangka Konseptual ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 34

C. Metode Penelitian ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

1. Dokumentasi ... 37

2. Observasi ... 38

3. Wawancara ... 38

E. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 40

1. Deskripsi Penelitian ... 41

2. Analisis Data ... 41

A. Pembahasan ... 49

1. Eksistensi Sanggar Rowo ... 49

2. Daftar Nama Anggota Serta Pameran Yang Telah Diselenggarakan Oleh Sanggar Rowo ... 53

3. Sistem Pendidikan Nonformal Di Sanggar Rowo ... 82

4. Hasil Karya Lukis Anggota Sangggar Rowo ... 95

(11)

vi

b. Eko Bambang Harianto ... 99

c. Budi Alamsyah ... 102

d. Sujoyono ... 107

e. Ganesa ... 112

f. Budi Ami ... 116

B. Analisis Hasil Wawancara ... 118

C. Temuan Penelitian ... 122

D. Rangkuman Sementara ... 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 129

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 2.1 Deskripsi Pelaku Dan Kegiatan Utama Pada Sanggar Seni Lukis

... 17

2. Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 33

3. Tabel 4.1 Lukisan Karya Murid-Murid Sanggar Rowo Yang Berkarateristik

Representatif Gaya Dan Tekniknya Seperti Ajaran M.Yatim .... 41

4. Tabel 4.2 Nama Anggota Sanggar Rowo ... 54

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 4.1 Pondok Tempat Anggota Sanggar Melukis ... 43

2. Gambar 4.2 Area Jalan Masuk Sanggar Rowo ... 43

3. Gambar 4.3 Lukisan Still Life Karya M. Yatim Mustofa ... 47

4. Gambar 4.4 Lukisan Biru Karya M. Yatim Mustofa ... 47

5. Gambar 4.5 Lukisan Ibu Mengasuh Anak Karya M. Yatim Mustafa ... 48

6. Gambar 4.6 Pengembala Memandikan Sapi Karya Cecep Priyono ... 58

7. Gambar 4.7 Lukisan Suasana Pasar Tradisoinal Karya Cecep Priyono ... 58

8. Gambar 4.8 Lukisan Para Penari Karya Didi Prihadi ... 61

9. Gambar 4.9 Lukisan Rangkaian Bunga Diatas Vas Karya Didi Prihadi .... 61

10. Gambar 4.10 Lukisan Kepala Singa Karya Hardiman Wisesa ... 65

11. Gambar 4.11 Lukisan Pengembala Sapi Karya Hardiman Wisesa ... 65

12. Gambar 4.12 Lukisan Tokoh Pejuang Palestina Karya Jonson Pasaribu ... 69

13. Gambar 4.13 Lukisan Buah Diatas Jendela Karya Jonson Pasaribu ... 70

14. Gambar 4.14 Lukisan Kehidupan Di Perkotaan Karya Togu Sinambela ... 75

15. Gambar 4.15 Lukisan Petani Menanam Padi Di Sawah Karya Bambang Triyogo ... 78

16. Gambar 4.16 Lukisan Persiapan Sesaji Karya Bambang Triyogo ... 79

17. Gambar 4.17 Lukisan Sepasang Ayam Karya Alwan Sanrio ... 81

18. Gambar 4.18 Lukisan Buah Anggur Karya Alwan Sanrio ... 82

19. Gambar 4.19 Drawing Murid Sanggar Di Atas Kertas ... 87

20. Gambar 4.20 Lukisan Yang Di-Copy Oleh Murid Sanggar Yaitu Lukisan Karya Amor Solo ... 89

21. Gambar 4.21 Lukisan Still Life Karya Murid Sanggar ... 90

22. Gambar 4.22 Lukisan Bunga Dan Buah Karya Murid Sanggar ... 91

23. Gambar 4.23 Lukisan Bunga Dan Buah Karya Murid Sanggar ... 91

24. Gambar 4.24 Lukisan Bertema Manusia Karya Murid Sanggar ... 92

25. Gambar 4.25 Lukisan Bertema Manusia Karya Murid Sanggar ... 92

(14)

ix

27. Gambar 4.27 Lukisan Karya Eko Bambang Harianto, “Tungku Nenek

(2015) ... 99

28. Gambar 4.28 Lukisan Karya Budi Alamsyah “Mengintai” (2015) ... 102

29. Gambar 4.29 Lukisan Karya Sujoyono, “Lumbung Padi” (2015) ... 107

30. Gambar 4.30 Lukisan Karya Ganesa “Kesibukan Nelayan” (2014) ... 112

(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara ... 133

Lampiran 2 Biodata Pimpinan Sanggar Rowo ... 135

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha dalam mengembangkan kemampuan diri

untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik. Dalam UU No. 20

tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari

pendidikan formal, informal, dan non formal.

Pendidikan yang utama dan pertama adalah pendidikan dalam keluarga

yang disebut dengan pendidikan informal, sedangkan pendidikan formal adalah

kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang dimulai dari Taman

Kanak-Kanak sampai dengan Perguruan Tinggi. Sedangkan pendidikan non

formal merupakan pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan formal yang

berfungsi mengembangkan potensi manusia dengan penekanan pada penguasaan

pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan

kepribadian profesional. Jenis pendidikan non formal meliputi: pendidikan

kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, serta pendidikan lain yang ditujukan

untuk mengembangkan kemampuan manusia seperti lembaga kursus, lembaga

pelatihan, dan sanggar. Dalam kenyataannya tidak semua lapisan masyarakat

mampu mengenyam pendidikan formal, tetapi ada juga beberapa lembaga yang

menyediakannya secara gratis. Sebagai contoh lembaga pendidikan yang termasuk

dalam kategori non formal adalah sanggar.

(17)

2

Sanggar seni adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu

komunitas atau sekumpulan orang untuk berkegiatan seni seperti seni tari, seni

peran, seni kerajinan atau kriya dan seni lukis. Sanggar lukis merupakan sebuah

wadah yang berfungsi sebagai tempat untuk belajar, berlatih, mengembangkan

bakat serta menyediakan fasilitas bagi para pecinta seni khususnya para

pelukis-pelukis muda untuk dapat menuangkan kreativitasnya melalui hal yang positif.

Salah satu sanggar lukis yang berdiri pada era 1980-an adalah Sanggar

Rowo tepatnya pada tahun 1989. Selain itu, masih ada beberapa sanggar maupun

galeri lain di Medan, seperti Galeri Seni Payung Teduh, Lindi Fine Art Gallery,

Simpassri, Sanggar Sekar Gunung, Galeri Tondi, Taman Sri Binjai, dan Rumah

Seni Embun. Galeri dan sanggar yang disebutkan di atas, adalah beberapa galeri

yang berada dikota Medan. Fasilitas yang ada di galeri-galeri tersebut masih

belum memadai, yang hanya menggunakan ruang-ruang yang ada, dan tidak

memiliki standar sebuah wadah/galeri seni rupa yang representatif. Terkadang

para seniman melakukan pameran seni rupanya ditempat lain, seperti mall dan

hotel. Hal ini dikarenakan kurangnya fasilitas yang memadai untuk menampung

kegiatan seni rupa tersebut. Keberadaan sanggar dan galeri di Medan sejauh ini

belum mampu menjawab kebutuhan perupa dan kolektor seni rupa di Kota Medan

dikarenakan kegiatan-kegiatan tersebut tidak didukung dengan tempat yang

memadai sehingga mengakibatkan banyak kegiatan dilakukan secara terpisah dan

pada tempat yang kurang representatif untuk aktifitas seni rupa. Akibatnya

(18)

3

masyarakat (http://www.medanartdirectory.wordpress.com/ Diakses : Selasa, 12 Januari

2015 Pukul : 21:00)

Tidak adanya galeri atau sanggar lukis yang memadai terjadi karena

masyarakat dan pemerintah daerah kurang memperhatikan fasilitas yang

dibutuhkan untuk mengembangkan kesenian lukis. Galeri lukisan yang layak

menurut seniman Kota Medan adalah sebuah tempat yang dapat menampung

karya-karya seni lukis dan dapat dikunjungi oleh masyarakat serta mencintai seni

lukis dan melaksanakan pameran kesenian secara periodik setiap bulan. Menurut

para seniman untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap seni lukis adalah

dengan memamerkan hasil karya seniman kota Medan secara berkesinambungan.

Merespon keadaan seperti diatas M. Yatim, seorang pelukis otodidak

kelahiran 23 Desember 1957, mendirikan Sanggar Rowo secara mandiri dan

berhasil mendidik sejumlah pelukis muda Medan menjadi pelukis profesional. Dia

berhasil memandirikan banyak orang, tanpa meminta bantuan pada pemerintah.

Jika kreativitas dan produktivitas pelukis diukur dari kesuksesan ekonomi, cukup

banyak pelukis anggota Sanggar Rowo yang telah sukses secara ekonomi. Untuk

mempertahankan eksistensinya, para pelukis anggota Sanggar Rowo ini juga

mengeluti dunia komersial dengan memperjualbelikan lukisan mereka pada

pelanggannya yaitu kolektor, pejabat maupun pengusaha. Salah satu pelanggan

tetap di Sanggar Rowo adalah seorang kolektor lukisan yang bernama DL.

Sitorus. Beliau sampai saat ini masih aktif membeli dan mengoleksi

(19)

4

Pesanan lukisan tidak hanya pada pasar nasional saja melainkan pasar

internasional seperti Singapura dan Malaysia. Sanggar Rowo mempunyai sistem

manajemen komersial yang pada intinya mengharuskan bahwa pesanan lukisan

jangan sampai terlambat atau pelanggan jangan sampai kecewa. Kepuasan

pelanggan adalah yang paling utama. Hal ini juga menjadi salah satu alasan

mengapa Sanggar Rowo bisa tetap eksis sampai sekarang. Dengan tanpa bantuan

pemerintah Kota Medan pun mereka bisa menjalankan hobinya serta mendapat

keuntungan dari hasil penjualan karya lukisan.

Pelukis-pelukis muda yang menjadi anggota Sanggar Rowo berasal dari

berbagai daerah di Sumatera Utara, tak hanya dari Kota Medan atau Tanjung

Morawa saja. Rata-rata umur anggota sanggar ini adalah 25 tahun ke atas, ada

yang dari lulusan universitas tetapi ada beberapa yang melukis secara otodidak

dan ingin memperdalam ilmunya di sanggar ini. Berdasarkan keterangan

M.Yatim, landasan berdirinya Sanggar Rowo adalah Al-Qur’an. Nilai-nilai

spiritual yang menjadi fundamen berdirinya Sanggar Rowo merupakan

interpretasi M. Yatim terhadap agama Islam. Aktivitas melukis di sanggar dan

juga pameran di dalam maupun diluar kota rutin dilakukan agar tetap menjaga

eksistensi dan minat para pelukis muda anggota Sanggar Rowo. Sejak awal berdiri

sampai sekarang ini Sanggar Rowo rajin mengikuti ataupun mengadakan

pameran, setidaknya dalam satu tahun ada tiga hingga empat kali para anggota

Sanggar Rowo mengadakan pameran.

Perekrutan anggota sanggar dilakukan sendiri oleh M.Yatim yaitu dengan

(20)

5

menggunakan pensil, guna untuk mengetahui seberapa mahir calon anggota

tersebut dalam menggambar. Setelah dinyatakan lulus tahap pertama dan dapat

menjadi anggota sanggar, tes dilanjutkan ke tahap yang kedua yaitu meng-copy

lukisan-lukisan pelukis terkenal. Tahap ini dilakukan dengan membuat lukisan

semirip mungkin dengan aslinya guna mencari perbendaharaan warna dan teknik

melukis. Tahap ketiga yaitu menggambar alam benda atau still life dengan teknik

realis dan dilanjutkan dengan melukis sesuai dengan minat para anggotanya.

Aliran lukisan yang ada di Sanggar Rowo adalah realis. Anggota yang sudah

mahir dalam melukis, dapat langsung terjun sendiri tanpa harus dibina lagi dan

anggota yang telah keluar digantikan dengan anggota yang baru, begitu

seterusnya. Seniman medan yang pernah belajar dan mondok di Sanggar Rowo

antara lain adalah Jhonson Pasaribu, Togu Sinambela, Bambang Triyogo,

Hardiman Wisesa, Didi Priadi, Cecep Priyono, Budi Ami dan lain-lain.

Sistem pendidikan yang diterapkan adalah metode empiris berdasarkan

pengalaman. Setiap orang yang belajar di sanggar ini harus belajar menggambar

secara realis secara langsung. Mereka harus membuat gambar dengan pensil di

atas kertas. Selain itu mereka juga diajarkan membuat reproduksi lukisan karya

pelukis terkenal dengan cat minyak dan kanvas, cara ini ditempuh agar mereka

mengerti bagaimana menyusun warna pada lukisan. Setelah beberapa tahun,

biasanya mereka menguasai teknik dan prosedur menciptakan lukisan, mereka

boleh mengembangkan sendiri teknik dan gaya melukis.

Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti Sanggar

(21)

6

Rowo. Sejauh ini peneliti masih mengadakan pengamatan dan wawancara,

peneliti merasa perlu melakukan penelitian lebih dalam. Peneliti tertarik untuk

mengajukan Judul “Eksistensi Sanggar Rowo Dalam Membina

Pelukis-Pelukis Muda di Tanjung Morawa” Judul ini dianggap lebih tepat untuk

mewakili apa yang akan dibahas dalam Penelitian ini.

B. Identifikasi Masalah

Menurut Sugito (2015: 35) Identifikasi masalah merupakan suatu tahap

permulaan dari penugasan masalah, dimana objek penelitian dalam satu jalinan

situasi tertentu dikenali sebagai suatu masalah. Berdasarkan berbagai

permasalahan yang sudah diketahui, kemudian penulis dapat menemukan

identifikasi masalah yang akan diteliti. Adapun berbagai permasalahan yang

ditemukan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Latar belakang Sanggar Rowo bisa bertahan bila dibandingkan dengan

sanggar lain di Kota Medan

2. Pelukis-pelukis binaan Sanggar Rowo dan hasil karyanya.

3. Sistem pendidikan nonformal yang diterapkan Sanggar Rowo dalam

membina pelukis-pelukis muda di Sumatera Utara.

4. Proses pembinaan pelukis anggota Sanggar Rowo.

5. Peran manajemen komersial dalam mempengaruhi eksistensi Sanggar

(22)

7

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah merupakan upaya untuk mendapatkan

batasan-batasan permasalahan yang jelas, mengidentifikasi faktor mana saja yang

termasuk kedalam lingkup permasalahan dan faktor mana yang tidak. Agar

permasalahan tidak melebar, maka perlu pembatasan yang akan berkaitan dengan

teori rumusan masalah yang akan menampakkan variabel yang akan diteliti.

Dengan adanya pembatasan masalah, jenis atau sifat hubungan antara variabel

yang timbul dalam perumusan masalah, dan subjek penelitian semakin kecil ruang

lingkupnya (Tanjung, dkk. 2005: 57).

Untuk membatasi pembahasan agar topik menjadi terfokus, dan menjaga

agar pembahasan tidak meluas dan terarah maka penulis menetapkan pembatasan

masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah pada :

1. Sistem pendidikan nonformal yang diterapkan Sanggar Rowo

terhadap para pelukis-pelukis muda di tanjung morawa yang

berlangsung dari tahun 1989 sampai tahun 2015.

D. Perumusan Masalah

Sugito (2015: 39) dalam bukunya mengemukakan perumusan masalah

merupakan upaya menyatakan secara tersurat pertanyaan apa saja yang hendak

dicari jawabannya (harus diingat bahwa penelitian dilakukan pada hakikatnya

untuk menjawab tentang suatu masalah). Menurut Manurung (2012: 30)

(23)

8

yang hendak dicarikan jawabannya secara rasional dan empiris. Dalam hal ini

rumusan masalah harus menyatakan secara lengkap dan rinci mengenai ruang

lingkup permasalahan yang akan dicarikan jawabannya.

Berdasarkan uraian-uraian dari latar belakang masalah, identifikasi

masalah, dan pembatasan masalah, maka penulis membuat rumusan masalah yang

menjadi kajian dalam penelitian ini adalah

1. Cara apa saja yang dilakukan untuk tetap mempertahankan eksistensi

Sanggar Rowo?

2. Bagaimana konsistensi teknik berkarya pelukis-pelukis muda binaan

Sanggar Rowo terhadap ajaran M.Yatim?

3. Bagaimana sistem pendidikan non-formal yang diterapkan oleh

Sanggar Rowo?

4. Bagaimana Sanggar Rowo berperan dalam membina dan melatih

pelukis-pelukis muda di Tanjung Morawa?

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang tentu saja memiliki tujuan

yang hendak dicapai. Menurut Gulo (2013: 56) Tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui sesuatu yang pada tingkat tertentu dipercaya sebagai sesuatu yang

(24)

9

penelitian. Untuk menjawab pertanyaan itu disusun suatu jawaban sementara yang

kemudian dibuktikan melalui penelitian empiris. Adapun tujuan yang hendak

dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sistem pendidikan nonformal yang diterapkan oleh

Sanggar Rowo dalam membina anggotanya.

2. Untuk mengetahui bagaimana Sanggar Rowo mempertahankan

eksistensinya dari awal berdiri sampai dengan sekarang.

3. Untuk mengetahui peran Sanggar Rowo dalam membina pelukis -

pelukis muda.

4. Untuk mengetahui bagaimana konsistensi teknik berkarya

pelukis-pelukis muda binaan Sanggar Rowo terhadap ajaran M.Yatim.

F. Manfaat Penelitian

Sugito (2015: 41) setiap penelitian pasti akan memperoleh hasil yang

bermanfaat. Hal ini merupakan bagian yang sangat penting karena pentingnya

penelitian terutama pada pengembangan ilmu, seni, serta kontribusi lainnya

terhadap pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, manfaat penelitian

meyakinkan akan manfaat keterpakaian hasil penelitian. Manfaat penelitian

memiliki kedudukan yang penting dalam penelitian, karena pada hakikatnya suatu

masalah ditiliti, dipecahkan, dan dijawab oleh sebab ada unsur manfaat yang akan

(25)

10

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi penikmat seni rupa khususnya

seniman-seniman lukis di Kota Medan dan sekitarnya.

2. Sebagai bahan informasi bagi Mahasiswa Unimed khususnya Jurusan

Seni Rupa tentang sanggar lukis di Sumatera Utara.

3. Meningkatkan perhatian dan minat masyarakat terhadap keberadaan

sanggar lukis yang harus dikembangkan.

4. Menjadikan bahan referensi atau kepustakaan tentang kajian visual

eksistensi sanggar seni rupa khususnya seni lukis.

5. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk aktivitas akademik,

pembaca pada umumnya yang berkepentingan.

6. Sebagai bahan masukan kepada pihak pemerintah daerah untuk

pengembangan dan pembinaan terhadap sanggar-sanggar lukis

ataupun komunitas seniman dan perupa di daerah Medan dan

sekitarnya, salah satunya adalah Sanggar Rowo yang berada di

(26)

125

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sanggar lukis adalah salah satu lembaga pendidikan yang masuk dalam

kategori pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah. Sanggar lukis adalah

tempat dimana di dalamnya terjadi kegiatan yang menyangkut tentang melukis,

dan saat ini sanggar lukis adalah salah satu sarana belajar tentang lukis yang mulai

diminati masyarakat khususnya pecinta seni. Maka tak heran bila saat ini mulai

berdiri sanggar-sanggar lukis terutama di Kota-Kota besar. Dari hasil pembahasan

yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sejarah perkembangan Sanggar Rowo yang berada di Komplek Masjid

PTPN II Tanjung Morawa Desa Limau Manis dilihat dari

perwujudannya dalam mendirikan dan membangun Sanggar Rowo

membutuhkan perjuangan yang tidak mudah dan tidak lepas mendapat

dukungan dari keluarga, para pecinta seni dan masyarakat sekitar.

2. Pendiri Sanggar Rowo merupakan seorang pelukis otodidak kelahiran

Tanjung Morawa yang bernama Muhammad Yatim Mustafa lebih

dikenal dengan M. Yatim. Lahir di Medan pada 23 Desember 1957,

merupakan seorang pelukis yang berangkat dari aliran realis dan

naturalis dan pernah berguru pada pelukis istana negara yang bernama

Dullah pada tahun 1978 hingga tahun 1984 di Bali.

(27)

126

3. Sanggar Rowo merupakan sanggar yang mendidik dan melatih

anggotanya serta memberikan ilmu membuat lukisan secara

nonformal. Sistem pendidikan yang diterapkan adalah metode empiris

berdasarkan pengalaman. Setiap murid sanggar harus belajar

menggambar realis secara langsung serta memiliki perbendaharaan

teknik dan warna yang memadai.

4. Sanggar Rowo bisa bertahan sampai sekarang karena dipengaruhi

faktor yang sangat mendukung yaitu sifat kekeluargaan yang terjalin

antar guru dan murid. Selain bersifat kekeluargaan, eksistensi Sanggar

Rowo juga dipengaruhi oleh kontinuitas berkarya dan sistem

manajemen komersial yang menjadi tumpuan dana bagi

keberlangsungan aktifitas di sanggar, Sanggar Rowo juga harus terus

menampakkan keberadaannya melalui pengadaan pameran.

5. Murid Sanggar Rowo sejak awal berdiri sampai dengan sekarang

berjumlah kurang lebih 45 orang dengan beberapa diantaranya telah

menjadi pelukis terkenal di Sumatera Utara. Aliran melukis di Sanggar

Rowo adalah aliran realis da nada juga beberapa yang memiliki corak

naturalis. Hasil karya yang telah diciptakan oleh murid Sanggar Rowo

telah banyak dikoleksi oleh kolektor lukisan, pengamat seni, maupun

masyarakat pecinta seni baik dalam maupun luar kota. Beberapa murid

Sanggar Rowo juga mendapatkan kesempatan belajar melukis di Bali

untuk lebih memperdalam ilmu tentang melukis di kota pusat kesenian

(28)

127

6. Keterampilan yang diajarkan M.Yatim di Sanggar Rowo kepada

seluruh murid-muridnya hanya dididik pada teknik berkarya

melukisnya saja. Sedangkan untuk karakter, ekspresi, ataupun ciri khas

setiap murid didapat dari diri masing-masing murid tanpa dilatih dan

campur tangan M.Yatim.

B. Saran

Dari hasil penelitian mengenai eksistensi Sanggar Rowo dalam membina

pelukis-pelukis muda di Tanjung Morawa, penulis melihat beberapa hal yang

perlu untuk jadi perhatian bagi kita semua. Khususnya bagi pemikiran tentang

perkembangan dunia seni lukis. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

ada beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan, yaitu:

1. Diharapkan kepada pemerintah agar benar-benar memperhatikan

Sanggar Rowo dan membantu baik segi moral maupun material demi

keberlangsungan pembinaan seni lukis agar menarik minat

seniman-seniman lukis muda lainnya di Kota Medan dan sekitarnya.

2. Saran penulis kepada pemimpin Sanggar Rowo untuk lebih

memberikan fasilitas sarana dan prasarana melukis kepada anggota

sanggar agar mereka lebih semangat dalam melakukan aktivitas

melukisnya di Sanggar tersebut.

3. Saran penulis kepada generasi muda khususnya para pelukis muda di

Sumatera Utara untuk lebih memperkenalkan seni lukis kepada

masyarakat khalayak umum agar seni lukis di Medan ini tidak redup

(29)

museum-128

museum seni lukis sebagai barometer atau tolak ukur bagi seniman

muda dalam berkarya seni lukis dan juga sebagai tempat untuk

berpameran.

4. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para peneliti selanjutnya

yang ingin membahas lebih jauh lagi masalah-masalah lain yang

belum sempat dibahas oleh peneliti.

Akhir kata penulis mengatakan, bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari

sempurna dan dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritikan yang

(30)

129

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 1982. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Bina Aksara

Baik Nababan dan Agus Priyatno. 2009. Analisis Teknik Lukisan Still Life Karya Muhammad Yatim Mustafa Dari Tanjung Morawa.Jurnal Seni Rupa: FBS Unimed : Vol. 06 (1) 35-43, Medan

Bogdan, R.C dan Taylor, S. 1975. Introduction to Qualitative Research Methods. New York: John Wiley and Sons, Inc

Ekoprawoto, Amran. 2010. Catatan Perjalanan Seni Lukis Di Medan. Medan: Harian Medan Bisnis

Gulo,W. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta: PT. Grasindo

Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi. 2012. Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonformal. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Jamilah, Thahir. 2013. Eksistensi Sanggar Sri Indera Ratu Dalam Pelestarian Tari Melayu Di Kota Medan.Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.(SKRIPSI)

Manurung, 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Halaman Moeka Publishing

Martinus. 2001. Kamus Serapan. Jakarta: Gramedia Widya Sarana Nusantara

Moleong, J. Lexy.2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : RemajaRosdakarya

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Poerwadarminta. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Priyatno, Agus. 2012. Memahami Seni Rupa. Medan: Unimed Press

____________. 2013 Lukisan-Lukisan Kreasi Pelukis Sumatera Utara. Medan: Unimed Press

(31)

130

_______________. 2006. M.Yatim Si Dullah Anak Tanjung Morawa. Medan: Harian Medan Bisnis

Silitonga, Pasar Maulium. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

Soeprayogi, Heri. 2008. Pengetahuan Kewirausahaan Untuk Mengembangkan Kreatifitas Dan Motivasi Mahasiswa Dalam Memahami Dunia Usaha Bidang Seni. Jurnal Seni Rupa: FBS Unimed : Vol. 05 (1) 10-17, Medan

Subagyo, P. Joko. 1997. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana, D. 2004. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Grasindo

Suharsimi, Arikunto. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT.Rineka Cipta

________________. 2013. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis, edisi revisi 2010. Jakarta : Rineka Cipta

Suragin. 2001. Kamus Mudik. Jakarta: Gramedia Widya Sarana Nusantara

Sugito, Anam, Syahruddin. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Seni Rupa. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

________. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung : Alfabeta

Tanjung, Bahdin Nur. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Prenada Media

Wahyudin, Dinn. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka

Winarno. 2014. Seni Lukis Diluar Batas Konvensional. Jurnal Seni Rupa: FBS UNESA : Vol. 03 (1) 24-31, Surabaya

(32)

131

1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua.balai pustaka.Jakarta tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa

2004, Ensiklopedi Nasional Indonesia.Jakarta: Delta Pamungkas

Referensi

Dokumen terkait

Populasi pada penelitian ini berjumlah 45 perusahaan yang terdaftar di indeks saham LQ-45 sedangkan sampelnya berjumlah 31 perusahaan dengan menggunakan metode purposive

purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu, sehingga sampel yang diperoleh pada penelitian ini berjumlah 131 perusahaan manufaktur

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling dimana sampel ialah masyarakat desa kembuan yang berjumlah 83 responden yang memenuhi

Populasi pada penelitian ini berjumlah 20 siswa, sampel pada pada penelitian ini berjumlah 20 siswa, teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh,

Populasi pada penelitian ini berjumlah 20 siswa, sampel pada pada penelitian ini berjumlah 20 siswa, teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh,

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yakni teknik penentuan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kehendak

Sampel penelitian yang digunakan adalah purposive sampling, dengan populasi 14 saham LQ-45 Periode Pebruari 2012-Januari 2015 dengan teknik analisis yang digunakan yaitu

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini bank umum konfensional berdasarkan teknik purposive sampling dan dapat ditentukan bahwa sampel dari penelitian ini adalah