• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA(KETERAMPILAN PROSESSAINS)DI SMANEGERI1HINAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA(KETERAMPILAN PROSESSAINS)DI SMANEGERI1HINAI."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAP HASILBELAJARSISWA (KETERAMPILAN

PROSESSAINS) DI SMA NEGERI 1HINAI

Oleh : Ramadhani Mulia

NIM 4121121022

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

i

PE NGARUH MO DE L INQUIRY TRAI NING TE RHADAP HASIL BELAJAR SISWA (KETERAMPILAN PROSES

SAINS SISWA) DI SMAN 1 HINAI

Ramadhani Mulia (4121121022)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan keterampilan proses sains siswa yang diterapkan dengan model pembelajaran inquiry training lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dan mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan proses sains fisika siswa.

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Hinai pada tahun pelajaran 2015/2016. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X. Sampel kelas diambil dengan metode cluster random sampling dengan mengambil 2 kelas dari 5 kelas secara acak yaitu kelas X-1 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 28 orang dan kelas X-2 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 26 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar adalah tes hasil belajar dalam bentuk essay dengan jumlah 7 soal. Aktivitas keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh observer.

Berdasarkan analisa data, nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 16,78 dan kelas kontrol 17,30. Pada pengujian normalitas untuk pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh Lhitung < Ltabel, maka data kedua kelas berdistribusi normal. Pada uji homogenitas diperoleh Fhitung< Ftabel, maka kedua sampel berasal dari kelompok yang homogen. Kemudian diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan model pembelajaraninquiry trainingdan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan perlakuan pada masing-masing kelas, nilai rata-rata posteskelas eksperimen 67,85 dan kelas kontrol 60,57. Aktivitas siswa kelas eksperimen dari tiap pertemuan mengalami peningkatan, dari kategori kurang aktif hingga kategori aktif. Hasil uji t diperoleh thitung= 2,34 dan ttabel= 1,67 sehingga thitung> ttabel maka Ha diterima, yang berarti ada perbedaan akibat pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi listrik dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 1 Hinai T.P 2015/2016.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini semaksimal mungkin dan sesuai waktu yang telah direncanakan. Skripsi ini berjudul “PENGARUH MO DE L INQUIRY TRA I NING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA) DI SMAN 1 HINAI” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Juru Bahasa Sinuraya, M.Pd, Bapak Muhammad Kadri, M.Sc, dan Bapak Drs. Abdul Hakim S, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Rahmatsyah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji yang telah membimbing dan memotivasi serta membantu penulis selama perkuliahan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Alkhafi Maas Siregar, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika dan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan FMIPA Unimed. Serta ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen serta Staf Pegawai Jurusan Fisika, terkhusus Ibu Hafiana, SE yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama perkuliahan.

(5)

v

Teristimewa kepada kedua orangtua penulis yaitu Ayahanda Ponan Mulia dan Almarhuma Ibu Legiyem yang telah mendidik, mendo’akan disetiap sujudnya dan memberikan motivasi yang tidak terkira besarnya baik secara moril maupun materi, beserta kakak dan abang (Leli Mulia, Heri Mulia, Tumiatik, S.Pd, Marlia Sastro, M.Hum, Lina Mulia, S.Pd, Sudarma J. A, S.Pd, Lusi Tutur Mulia, S.H, Lela Mulia, S.Pd, dan Ariandi serta sanak saudara) yang telah memberikan motivasi dan dukungan moril maupun materi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan studi di Unimed ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat terdekat penulis, terutama Fitrah Yani Pasaribu, Nurhalimah Sirait, Rahma Khairani Putri Retno Utami, Siti Annisa, Sitty Sugma Aldila, dan Utami Putri. Terima kasih juga penulis ucapkan terima kepada teman-teman seperjuangan, Fisika Dik B 2012 yang telah memberikan ide-ide selama perkuliahan. Selain itu, penulis ucapkan terima kasih kepada ibu kos Fida Nasution beserta saudara satu kos (kak Rasyidah, M.Pd, Nolawati Matondang, Anis, Ayu, dan Dinda Sinaga) yang telah banyak memotivasi, memberikan masukan-masukan serta nasehat kepada penulis. Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, September 2016

Penulis,

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

RIWAYAT HIDUP ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Batasan Masalah 8

1.4 Rumusan Masalah 8

1.5 Tujuan Penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 9

1.7 Definisi Operasional 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1 Kerangka Teoritis 10

2.1.1 Model Pembelajaran 10

(7)

vii

2.1.2 Keterampilan Proses Sains 19

2.1.2.1 Pengertian Keterampilan Proses Sains 19

2.1.2.2 Indikator Keterampilan Proses Sains 20

2.1.3 Pembelajaran Konvensional 24

2.1.4 Hasil Penelitian Relevan 25

2.2 Kerangka Konseptual 28

2.3 Hipotesis Penelitian 31

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 32

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 32

3.2.1 Populasi Penelitian 32

3.2.2 Sampel Penelitian 32

3.3 Variabel Penelitian 32

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 33

3.4.1 Jenis Penelitian 33

3.4.2 Desain Penelitian 33

3.5 Prosedur Penelitian 34

3.6 . Instrumen Penelitian 36

3.6.1 Tes Kemampuan Keterampilan Proses Sains 36

3.6.2 Validitas Tes 37

3.6.2.1 Validitas Isi 37

3.6.2.2 Validitas Ramalan 38

3.6.2.3 Realibilitas Tes 39

3.6.2.4 Tingkat Kesukaran Tes 40

3.6.2.5 Daya Pembeda 41

3.7 Teknik Analisis Data 42

3.7.1 Uji Normalitas 42

3.7.2 Uji Homogenitas 43

3.7.3 Pengujian Hipotesis ( Uji t ) 44

(8)

viii

3.7.3.2 Uji Kemampuan Postes 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian 46

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian 46

4.1.1.1 Hasil Analisis Butir Soal Keterampilan proses sains 46 4.1.1.2 Deskripsi Skor Pretest Kelas Konrol dan Eksperimen 47

4.1.1.3 Uji Normalitas Data 50

4.1.1.4 Uji Homogenitas Varians 50

4.1.1.5 Uji Beda Rata-rata Kelas Kontrol dan Eksperimen 51

4.1.2 Analisis Hasil Postest 51

4.1.2.1 Deskripsi Skor Postest Kelas Konrol dan Eksperimen 52

4.1.2.2 Uji Hipotesis 55

4.1.3 N-gain Hasil Belajar 56

4.1.4 Hubungan Nilai Hasil Belajar terhadap Model Pembelajaran 56 4.1.5 Perlakuan dalam Pelaksanaan Penelitian 57 4.1.6 HubunganPretest, Aktivitas Belajar, danPostest 60

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 67

5.1. Saran 67

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman 2.1 Dampak-Dampak Instruksional dan PengiringInquiry Training 18 2.2 Bagan Perbedaan Model Pembelajaran Inquiry Training dengan

Pembelajarn Konvensional 31

3.1 Skema Rencana Penelitian 35

4.1 Diagram Batang FrekuensiPretestKelas Kontrol dan Eksperimen 47 4.2 Hasil Pretes Keterampilan Proses Sains siswa Pada Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol Tiap Indikator 49

4.3 Diagram Batang FrekuensiPostestKelas Kontrol dan Eksperimen 52 4.4 HasilPostestKeterampilan Proses Sains siswa Pada Kelas Eksperimen

dan Kontrol Tiap Indikator Soal Keterampilan Proses Sains 54 4.5 Hubungan Nilai Hasil Belajar terhadap Model Pembelajaran 57 4.6 Rerata Observasi Keterampilan Proses Sains pada setiap pertemuan 59 4.7 Perbandingan Pengamatan Keterampilan Proses Sains pada

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman 2.1 Sintaks Model PembelajaranInquiry Training 15

2.2 Indikator Keterampilan Proses Sains 22

3.1Two Group Pretes – Posttes Design 33 3.2 Spesifikasi Tes Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains 36

3.3 Perhitungan Validitas Ramalan 38

3.4 Hasil Perhitungan Realibilitas Tes 39

3.5 Tingkat Kesukaran Tes 40

3.6 Perhitungan Daya Pembeda 41

4.1 Deskripsi Skor Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen 47 4.2 Nilai rerata pretes tiap kategori soal Indikator keterampilan

proses sains kelas kontrol dan kelas eksperimen 48

4.3 Persentase siswa yang menjawab benar per indikator

keterampilan proses sains kelas eksperimen dan kelas kontrol 49

4.4 Hasilpost-testkelas eksperimen dan kelas kontrol 50 4.5 Nilai rerata postes kategori butir soal Indikator keterampilan

proses sains kelas kontrol dan kelas eksperimen 50

4.6 Persentase siswa yang menjawab benar per indikator

keterampilan proses sains kelas eksperimen dan kelas kontrol 51

4.7 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 52 4.8 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 53

4.9 Hasil Uji Hipotesis Pretes Siswa 53

4.10 Hasil Uji Hipotesis Postes Siswa 55

4.11 Aktivitas Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Eksperimen

Pada Pertemuan I, II, dan III 58

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas 72

Ekperimen

Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa 106

Lampiran 3. Bahan Ajar 119

Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 133

Lampiran 5. SoalPretestdanPostest 145

Lampiran 6.Instrumen Penilaian SoalPretestdan Postest 148 Lampiran 7. Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains dan Rubrik 151

Lampiran 8. Dafta Nama Siswa sebagai Sampel 154

Lampiran 9. Validitas Ramalan 155

Lampiran 10. Realibilitas Tes 158

Lampiran 11. Tingkat Kesukaran Tes 161

Lampiran 12. Daya Pembeda 164

Lampiran 13. Tabulasi Pretest Kelas Eksperimen 166

Lampiran 14. Tabulasi Pretest Kelas Kontrol 168

Lampiran 15. Tabulasi Postes Kelas Eksperimen 170

Lampiran 16. Tabulasi Postes Kelas Kontrol 172

Lampiran 17. Perhitungan Rata-Rata, Varians Dan Standar Deviasi 174

Lampiran 18. Uji Normalitas 177

Lampiran 19. Uji Homogenitas 181

Lampiran 20. Uji Hipotesis 185

(12)

xii

Lampiran 24. Peningkatan Aktivitas Keterampilan Proses Sain

Pada Pertemuan I, II, dan III 198

Lampiran 22.Rekapitulasi Penilaian Penilaian Aktivitas Keterampilan

Proses Sains 199

Lampiran 23. Hubungan Pretest, Aktivitas, dan Postest 201

Lampiran 27. Peningkatan Nilai Tes Hasil Belajar Berdasarkan Indikator

Pada Kelas eksperimen dan kontrol 203

Lampiran 28. Daftar Nilai Kritis untuk Uji Lilifors 205

Lampiran 29. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva 0 ke z 206

Lampiran 30. Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi F 207

Lampiran 31. Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi t 208

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sains pada hakekatnya dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Carin dan Evans (Rustaman, 2003) bahwa sains sebagai produk berarti dalam sains terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, teori-teori yang sudah diterima kebenarannya dan sains sebagai proses berarti seluruh kegiatan dan sikap untuk mendapatkan dan mengembangkan pengetahuan.

Fisika adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan metode ilmiah dalam prosesnya. Dengan demikian maka proses pembelajaran fisika bukan hanya memahami konsep-konsep fisika semata, melainkan juga mengajar siswa berpikir konstruktif melalui fisika sebagai keterampilan proses sains, sehingga pemahaman siswa terhadap hakikat fisika menjadi utuh, baik sebagai proses maupun sebagai produk.

Berdasarkan uraian di atas, seharusnya proses pembelajaran fisika berisi kegiatan-kegiatan yang membuat siswa dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan untuk memecahkan suatu masalah. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya dengan merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (Permendiknas No. 22 tahun 2006).

(14)

2

mengakibatkan siswa lebih banyak menunggu tanpa berbuat sesuatu untuk menemukan sendiri konsep-konsep fisika. Guru lebih banyak berbuat, sementara siswa hanya menunggu informasi yang disampaikan. Kondisi seperti ini mengakibatkan suasana belajar yang kurang interaktif sehingga siswa menjadi pasif.

Permasalahan lain yang terjadi dalam proses pembelajaran fisika adalah tidak terlaksananya kegiatan laboratorium di sekolah. Berdasarkan hasil angket, 69% siswa menyatakan bahwa kegiatan di laboratorium tidak dilaksanakan, dan 31% siswa menyatakan jarang melakukan kegiatan praktikum di laboratorium. Hasil wawancara dengan guru menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana laboratorium yang tidak mendukung, dalam arti tidak semua alat dan bahan untuk semua materi fisika tersedia. Padahal kegiatan laboratorium memiliki peran penting dalam pendidikan sains, karena dapat memberikan metode ilmiah siswa. Siswa dilatih untuk membaca data secara objektif dan dari data yang diperoleh berupa fakta-fakta, maka dapat diambil suatu kesimpulan. Melalui percobaan-percobaan dalam kegiatan laboratorium siswa akan melaksanakan proses belajar aktif, memperoleh pengalaman langsung sehingga siswa dapat mengembangkan berbagai keterampilan psikomotorik yang sebenarnya sudah ada dalam diri siswa. Dalam kegiatan laboratorium siswa dapat membangun pengetahuan atau pemahaman konsep sesuai data dan fakta yang diperoleh melalui kegiatan percobaan yang dilakukan.

Proses sains diturunkan dari langkah-langkah yang dilakukan saintis ketika melakukan penelitian ilmiah, langkah-langkah tersebut dinamakan keterampilan proses Mundilarto (2002) di kutip Widiyanto (2009). Keterampilan proses sains sangat penting dimiliki siswa karena sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalam masyarakat sebab siswa dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah.

(15)

3

menemukan, dan memahami fisika itu sendiri sehingga siswa dapat membangun konsep-konsep fisika atas dasar nalarnya sendiri yang kemudian dikembangkan atau mungkin diperbaiki oleh guru yang mengajar. Model yang cocok untuk pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat meningkatkan keterampilan proses sains adalah model pembelajaraninquiry training.

Menurut Joyce (2011) model pembelajaraninquiry training dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya.

Model pembelajaran inquiry training pada hakikatnya merupakan pembelajaran yang mempersiapkan anak untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, dan membandingkan apa yang ditemukan dengan apa yang ditemukan orang lain.

Hasil pembelajaran utama dari inquiry training adalah proses-proses yang melibatkan aktifitas observasi, mengumpulkan dan mengoganisasi data, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan menguji hipotesis, merumuskan penjelasan, dan menggambarkan kesimpulan. Hal ini sesuai dengan pencapaian indikator pada keterampilan proses sains.

(16)

4

kesulitan untuk memecahkan dan mencari solusi mengapa sesuatu itu bisa terjadi.

Sehubungan dengan itu Robert (dalam Hamalik, 2004) mengatakan penemuan terjadi apabila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Seorang siswa harus menggunakan segenap kemampuannya, dan bertindak sebagai seorang ilmuwan yang melakukan eksperimen dan mampu melakukan proses mental berinquiryyang digambarkan dengan tahapan-tahapan yang dilalui.

Rendahnya kemampuan siswa dalam mata pelajaran fisika terjadi di SMA Negeri 1 Hinai. Berdasarkan wawancara, guru menyatakan hanya 75% siswa tuntas dalam pembelajaran fisika dengan rata-rata 78 dan 25% tidak tuntas dengan nilai rata-rata 71, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dipenuhi adalah 75. Dari angket yang disebarkan kepada 50 orang siswa, diperoleh hasil bahwa ternyata dalam proses pembelajaran fisika 46% guru menggunakan media atau alat peraga saat melakukan simulasi di depan kelas dan dalam proses pembelajaran di kelas guru mendominasi 64% untuk menjelaskan materi dengan menghubungkan terhadap kehidupan sehari-hari. Hal tersebut menunjukan bahwa proses pembelajaran berpusat pada guru (teacher center) yang mengakibatkan kurangnya kesempatan siswa memiliki pengalaman belajar aktif dan nyata. Sehingga berdampak pada hasil belajar yang masih di bawah rata-rata dan kemampuan siswa dalam memahami materi fisika, serta berdampak pada minat siswa terhadap pelajaran fisika yang terbukti pada hasil angket yang menunjukkan 76% siswa menyatakan fisika itu pelajaran yang sulit dan kurang menarik.

(17)

5

keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep–konsep dan prinsip–prinsip dan mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri (Nurhadi, 2003).

Pembelajaran dengan metode inkuiri di laboratorium sangat efektif dalam mengembangkan keterampilan proses sains siswa sekolah (Khan, 2011). Semua kegiatan inkuiri melibatkan keterampilan proses yang meliputi keterampilan proses dasar, keterampilan pengukuran dan perhitungan, keterampilan perencanaan eksperimen, dan keterampilan mengolah serta menyajikan data (Nur, 2011 di kutip dari Deta dkk 2013). Kegiatan belajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri lebih bersifat aktif karena ada sejumlah proses mental yang dilakukan siswa, belajar inkuiri lebih kompleks, banyak menuntut aktivitas berpikir dan tidak jarang pula menuntut aktivitas fisik seperti tanya jawab, berdiskusi, mengadakan percobaan, bersimulasi, mengadakan penelitian sederhana, memecahkan masalah, dan sebagainya (Ibrahim, 2003 di kutip Yulianti dkk, 2012).

(18)

6

Berdasarkan hasil penelitian diatas, untuk memudahkan dalam mewujudkan suatu proses penyelidikan yang berorientasi inquiry, maka diperlukan kegiatan praktikum yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Dengan kegiatan praktikum, diharapkan siswa dapat merancang sendiri praktikum pada materi listrik dinamis melalui petunjuk guru yang disajikan dalam bentuk lembar kerja siswa. Hal ini dilakukan agar siswa lebih terampil sehingga dapat membentuk keterampilan proses sains dan pencapaian hasil belajar siswa meningkat sejalan keterampilan proses yang didapat.

Model pembelajaran inquiry training merupakan salah satu kelompok model pembelajaran yang dapat diterapkan kurikulum 2013 dan kurikulum satuan tingkat pendidikan. Karena aktivitas belajar model pembelajaran inquiry trainingtidak terlepas dari pengajuan pertanyaan yang terkait dengan permasalahan, perumusan hipotesis terkait dengan pertanyaan yang diperlukan untuk melakukan percobaan dalam upaya menjawab pertanyaan yang diajukan, dan upaya mengolah data yang diperoleh membutuhkan penalaran berdasarkan konsep yang ada. Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan ciri utama pembelajaran saintifik dan dapat digunakan untuk membentuk keterampilan inovatif. Meskipun sekolah SMA Negeri 1 Hinai masih menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan, namun penggunaan model pembelajaraninquiry training dapat diterapkan, karena dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training dapat membuat pembelajaran berpusat pada siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan dari kurikulum satuan tingkat pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaraninquiry training.

(19)

7

siswa kelas X SMA Negeri 1 Hinai potensi kemampuan berpikir kreatif. Oleh karena itu, peneliti memilih populasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Hinai.

Pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai untuk materi pelajaran tertentu juga terkait dengan karakteristik materi tersebut. Listrik dinamis merupakan salah satu materi pokok dalam pembelajaran fisika. Karakteristik dari materi listrik dinamis adalah permasalahan faktual, konseptual, dan prosedural. Hal ini sejalan dengan model pembelajaran inquiry training yang dapat menyelesaikan permasalahan yang bersifat konseptual dan prosedural. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dipilih materi listik dinamis yang akan diajarkan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Hinai.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian mengenai model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada meteri Listrik Dinamis, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Trainingterhadap Hasil Belajar Siswa (Keterampilan Proses Sains) di SMA Negeri 1 Hinai”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu:

1. Pembelajaran yang digunakan cenderung masih berpusat pada guru (teacher centered)

2. Kegiatan praktikum jarang dilaksanakan, sehingga keterampilan proses sains menjadi pasif dan tidak terlihat.

3. Proses pembelajaran lebih sering menggunakan metode ceramah dan simulasi, serta pembelajaran yang berlangsung masih konvensional dengan mencatat dan latihan soal.

4. Salah satu materi fisika yang sulit dipahami oleh siswa adalah Listrik Dinamis.

(20)

8

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian diSMA Negeri 1 Hinai kelas Xini yakni:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Inquiry

Training.

2. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan proses

sains siswa.

3. Materi yang akan diajarkan adalah materi pokok Listrik Dinamis.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian di SMA Negeri 1 Hinai pada materi pokok Listrik Dinamis Kelas X Semester II T.P. 2015/2016 adalah :

1. Bagaimana keterampilan proses sains siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaraninquiry training?

2. Bagaimana keterampilan proses sains siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran konvensional?

3. Apakah ada pengaruh akibat penggunaan model pembelajaraninquiry training terhadap keterampilan proses sains siswa?

1.5 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, didapat tujuan penelitian di SMA Negeri 1 Hinai pada materi pokok Litrik Dinamis Kelas X Semester II T.P. 2015/2016 adalah:

1. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaraninquiry training.

(21)

9

3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran inquiry trainingterhadap keterampilan proses sains siswa.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi hasil belajar fisika berupa keterampilan proses sains dengan menggunakan model pembelajaraninquiry training pada materi listrik dinamis.

2. Sebagai bahan informasi alternatif pemilihan model pembelajaran pada materi listrik dinamis.

1.7 Definisi Opersional

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat suatu defenisi operasional sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Inquiry Training merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar berangkat dari fakta menuju teori yang dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat (Joyce, 2011).

(22)

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Hinai maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan model berbasis masalah sebelum diberikan perlakuan rata-rata pretest sebesar 39,84 dan setelah diberikan perlakuan rata-rata-rata-rata postest siswa sebesar 72,9.

2. Pembelajaran secara konvensional sebelum diberikan perlakuan rata-rata pretest sebesar 40,78 dan setelah diberikan perlakuan rata-rata postest siswa sebesar 58,44.

3. Terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa pada materi Fluida Dinamis di kelas XI semester II SMA Negeri 1 Kisaran, hasil uji hipotesis thitung> ttabelyaitu 6,47 > 1,67.

1. Terdapat Perbedaan hasil postes keterampilan proses sains siswa yang diberi pembelajaran dengan model Inquiry training dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Kelas ekperimen memperoleh rata-rata 67,85 dan kelas kontrol memperoleh rata-rata 60,57. Perbedaan ini disebabkan karena penerapan model pembelajaran yang berbeda. Model pembelajaran Inquiry training menjadikan siswa lebih aktif dalam menemukan dan mencari solusi dari suatu permasalahan, sedangkan pembelajaran konvensional cenderung menjadikan siswa lebih pasif dalam kegiatan pembelajaran.

(23)

67

satu materi, sehingga sangat tidak lazim jika hanya dengan beberapa waktu dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh di SMA Negeri 1 Hinai, maka peneliti memberikan saran :

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih melatih siswa dalam mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena yang didemonstrasikan kepada siswa dengan aturan model pembelajaran inquiry training. Hal ini bertujuan agar siswa mampu mendapatkan petunjuk untuk menjawab penyebab terjadinya fenomena tersebut.

2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan jumlah siswa dalam pembagian kelompok saat menerapkan model pembelajaran Inquiry Training. Jumlah siswa yang disarankan peneliti adalah 4 sampai 5 orang setiap kelompok dengan tujuan agar siswa lebih efektif dalam berkeja di kelompoknya dan peneliti dapat lebih baik dalam memantau aktifitas siswa. 3. Peneliti selanjutnya hendaknya terlebih dahulu memotivasi siswa atau

(24)

69

DAFTAR PUSTAKA

Abungu, Hesbon E., Okere, Mark I.O., and Samuel W. Wachanga. 2014. The Effect of Science Process Skills Teaching Approach on Secondary School Students’ Achievement in Chemistry in Nyando District, Kenya. Journal of Educational and Social Research MCSER Publishing, Rome-Italy, 6(4).

Arends, R.I. 2009.Learning to teach. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Cain, S. E and Evans, J. M. 1990. Sciencing An Involvement Approach to

Elementary Science Methods 3rd edition.Columbus: Merrill Pubhlishing. Company A Bell & Howell Information Company.

Dimyati dan Mudjiono. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Z. 2006.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

E. Rahayu., Susanto, H., dan D. Yulianti. 2011. Pembelajaran Sains Dengan Pendekata Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Semarang : Jurusan Fisika FMIPA UNNES. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (7): 106-110.

Hamalik. 2004. Inovasi Pendidikan: Perwujudannya Dalam Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: YP. Permindo.

Joyce, B., Weil, M., and Calhoun, E. 2011. Model –Model Pembelajaran, Edisi Kedelapan.Yogyakarta : Pustaka Belajar

Khalid, Abida and Azeem, Muhammad. 2012. Constructivist VS Traditional: Effective Instructional Approach In Teacher Education. International Journal Of Humanities and Social Science. Lahore-Pakistan, 2(5).

Khan, Muzaffar and Iqbal, Muhammad Zafar. 2011. Effect of Inquiry Lab Teaching Method on the Development of Scientific Skills Through the Teaching of Biology in Pakistan. Language in India, 11(1): 169-178.

Hidayat, M.I dan Harahap, M. B.2015. Efek Model Inquirí Training Berbasis Multimedia Lectora dan Kemampuan Berpikir Formal Terhadap Hasil Relajar Físika Siswa. Medan : dikfis pascasarjana unimed, 4(1).

Hosnan, M. 2014.Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

(25)

70

Pandey, A., Nanda, G.K., and Ranjan, V. 2011.Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Scince Students in India. Journal of Innovative Research in Education, 1(1): 7-20.

Rustaman, N. 2003.Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Sanjaya, W. 2011.Srategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses pendidikan. Jakarta: Kencana

Sudjana., N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Syarifudin, M. R. 2011. Implementasi Pembelajaran Model Latihan Inkuiri (Inquiry Training Model) Untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah dan Prestasi Belajar Fisika 6 siswa kelas VIIIE SMPN 18 Malang. Malang: Universitas Negeri Malang.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Trisno, Yusuf Kendek dan Marungkil Pasaribu. Pengaruh Model Pembelajaran Training Inquiry Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Kalor Siswa SMP Negeri 9 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako, 1(2) .

U.A. Deta., Suparmi, S., dan Widha. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Dan Proyek, Kreativitas, Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9 (2013) 28-34.

Widayanto. 2009. Pengembangan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Siswa Kelas X Melalui Kit Optik. Semarang : Jurusan Fisika FMIPA UNNES. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5: 1-7.

Y. Subagyo., Wiyanto., dan P. Marwoto. 2009. Pembelajaran Dengan Pendekatan KeterampilanProses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Suhu Dan Pemuaian. Semarang: Jurusan Fisika FMIPA UNNES. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, (5 ): 42-46.

Referensi

Dokumen terkait

Teknologi pengeringan yang relatif baru yaitu dengan menggunakan radiasi dengan panjang gelombang yang lebih besar dari infa r e d dan lebih kecil dari gelombang

Berdasarkan hasil pembehasan senamtiasa terlihat adanya peningkatan dari pra siklus ke siklus 1, dari pra siklus ke siklus 2 maupun siklus 1 ke siklus 2 ditinjau dari rata-rata

[r]

 Melakukan permainan peran tentang pelaksanaan bentuk kepatuhan terhadap kebiasaan, tata tertib, tradisi,dan adat dalam kehidupan di sekolah,keluarga, dan masyarakat sekitar

The writer will use a psychoanalytic approach theory as the approach to analyze this movie because the major character Walter Black that suffers major

Hasil perhitungan menggunakan analisis sensitivitas laba menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap perubahan tingkat profitabilitas Bank Central Asia dan Bank

Dengan berkembangnya bidang jasa Event Organizer pada saat perusahaan akana. menyelenggarakan suatu event maka semua penyedia jasa event akan

Pada suhu 70°c, warna tempe yang dihasilkan adalah coklat dengan tekstur kering rnerata. Jenis