i ABSTRAK
Veryawan, NIM. 8156181035. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Make a match dan Minat Belajar Terhadap Kemampuan Berhitung Anak Usia 5-6 Tahun di Raudhatul Athfal Fadnur Aisyah Medan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan kemampuan berhitung anak yang belajar dengan model pembelajaran Make a match dan model pembelajaran ekspositori, (2) Perbedaan kemampuan berhitung anak yang memiliki minat belajar tinggi dan minat belajar rendah dan (3) Interaksi antara model pembelajaran Make a match dengan minat belajar anak terhadap kemampuan berhitung anak. Populasi penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun di Raudhatul Athfal Fadnur Aisyah Medan. Teknik penarikan sampel dengan teknik
purposive sampling. Sampel penelitian ini terdiri dari 2 kelas yaitu satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen yang masing-masing berjumlah 15 anak didik. Teknik pengumpulan data dengan instrumen berupa tes data kemampuan berhitung dan instrumen untuk data minat belajar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan eksperimen semu dengan rancangan faktorial 2 x 2. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji Anava dua jalur
pada taraf signifikan α = 0,05. Hasil penelitian adalah: (1) rata-rata kemampuan berhitung anak yang belajar dengan model pembelajaran make a match adalah �= 28,1 lebih tinggi dari pada kemampuan anak yang belajar dengan model pembelajaran ekspositori adalah � = 26,8 dengan Fhitung = 5,4 > Ftabel = 2,48 (2) rata-rata kemampuan berhitung anak dengan minat belajar tinggi adalah � = 29,8 lebih tinggi dari pada kemampuan berhitung anak dengan minat belajar rendah adalah � = 25,3 dengan Fhitung = 15,1 > Ftabel = 2,48 dan (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap kemampuan berhitung anak dengan Fhitung = 5,7 > Ftabel = 2,48.
ii ABSTRACT
Veryawan, NIM. 8156181035. Effects of Cooperative Learning Model Make a match and Interests Learning Ability Against Childhood Literacy in 5-6 Years Raudhatul Athfal Fadnur Aisyah Medan.
The purpose of this study is to determine: (1) Differences numeracy skills of children who study learning model Make a match and model of expository, (2) Difference numeracy skills of children who have learning interest high and interest in learning low and (3) The interaction between learning model Make a match with the child's interest in learning numeracy skills of children. The study population was children aged 5-6 years in Raudhatul Aisha RA Fadnur Medan. Sampling technique with purposive sampling technique. The study sample consisted of two classes: one class and one class of control experiments, each of which amounted to 15 students. Data collection techniques with the instrument in the form of data numeracy tests and instruments for data interest in learning. This study uses a quantitative method with a quasi-experimental approach with a 2 x 2 factorial design data analysis technique used is a two-lane Anova test at
significant level α = 0.05. The results of the research are: (1) the average
numeracy skills children learn to make a match the learning model is X = 28.1 higher than in the ability of children to learn with expository teaching model is the
X = 26.8 with Fcount = 5.4 > F table = 2.48 (2) average numeracy skills of children with high learning interest is X = 29.8 higher than in the numeracy skills of children with low learning interest is X = 25.3 with Fcount = 15.1 > F table = 2,48 (3) there is no interaction between learning models and interest in learning about numeracy skills of children with Fcount = 5.7 > F table = 2.48.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis ini dengan baik. Dalam proses penyelesaian tesis ini, penulis banyak
menghadapi kendala dan keterbatasan, namun berkat arahan, bimbingan dan
motivasi dosen pembimbing dan narasumber, serta rekan-rekan mahasiswa
pascasarjana akhirnya penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Semoga bantuan
yang diberikan menjadi amal ibadah bagi mereka dan mendapat balasan kebaikan
dari Allah SWT.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri
Medan, Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan beserta semua staf yang telah
memberikan fasilitas dan pelayanan administrasi dengan baik.
2. Ibu Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr.
Yasaratodo Wau, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang penuh
kesabaran memberikan ilmu pengetahuan, pengarahan, bimbingan,
motivasi dan saran dalam penyusunan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd, M.A, M.Sc, Ph.D, Bapak Prof. Dr.
Yusnadi, M.S dan Bapak Prof. Dr. Siman, M.Pd selaku Narasumber yang
telah banyak memberikan sumbangan pikiran sehingga menambah
wawasan pengetahuan penulis dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.
4. Ibu Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dasar dan Bapak Dr. Daulat Saragi, M.Hum selaku Sekretaris Program
Studi Pendidikan Dasar dan staf yang telah banyak membantu penulis
khususnya dalam administrasi perkuliahan selama ini.
5. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan program studi pendidikan dasar yang
telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna bagi penulis
dalam menjalankan tugas sarana dan prasarana sesuai dengan profesi
6. Ibu Ketua Yayasan Pendidikan Fadnur Aisyah yang telah memberikan izin
dan kesempatan untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau
pimpin, termasuk pemanfaatan sarana dan prasarana, serta guru-guru dan
staf administrasi sekolah yang telah banyak membantu penulis dalam
melakukan penelitian ini.
7. Khususnya kepada kedua orang tua saya tercinta Bapak Paimin Saring dan
Ibu Suhartini, serta abang, adik dan seluruh keluarga yang memberikan
motivasi dan dukungan kepada penulis baik secara moril maupun materil.
8. Rekan-rekan mahasiswa program studi pendidikan dasar yang telah
banyak memberikan motivasi dalam upaya menyelesaikan tesis ini.
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam
kesempatan ini yang telah banyak memerikan motivasi maupun kontribusi
dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dari
tesis ini. Untuk itu penulis mengharapkan sumbangan pemikiran maupun kritik
yang konstruktif demi kesempurnaan. Terlepas dari kelemahan dan kekurangan
yang ada, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan dimasa kini dan yang
akan datang. Amin.
Medan, April 2017 Penulis,
iv
2.1.2.Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match di Paud ... 26
2.1.3.Pembelajaran Ekspositori ... 40
2.1.4.Minat Belajar Anak Usia Dini ... 45
2.2. Penelitian Relevan ... 54
2.3. Kerangka Konseptual ... 58
2.4. Hipotesis Penelitian ... 62
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 63
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 63
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 63
3.3. Metode dan Desain Penelitian ... 63
3.4. Defenisi Operasional ... 65
3.5. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ... 66
3.6. Instrumen Pengumpulan Data ... 68
3.7. Tehnik dan Uji Coba Instrumen Penelitian ... 71
3.8. Teknik Analisis Data... 75
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 77
4.1. Hasil Penelitian ... 77
4.3. Pengujian Hipotesis ... 94
4.4. Uji Scheffe ... 97
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 100
4.6. Keterbatasan Penelitian ... 107
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 109
5.1. Simpulan ... 109
5.2. Implikasi ... 110
5.3. Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA ... 114
v
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1.2 Kegiatan Anak Didik dan Guru Dalam Pembelajaran
Berhitung dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Make a match ... 33
Tabel 3.3.1 Desain Penelitian Faktorial 2x2 ... 62
Tabel 3.6.1 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berhitung ... 67
Tabel 3.6.2 Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar... 68
Tabel 4.1.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berhitung Anak yang belajar dengan model pembelajaran Make a match ... 74
Tabel 4.1.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berhitung Anak yang belajar dengan model pembelajaran ekspositori ... 76
Tabel 4.1.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berhitung Anak dengan Minat tinggi ... 77
Tabel 4.1.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berhitung Anak dengan Minat rendah ... 78
Tabel 4.1.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berhitung Anak dengan model pembelajaran Make a match dan Minat tinggi ... 80
Tabel 4.1.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berhitung Anak dengan model pembelajaran Make a match dan Minat rendah ... 81
Tabel 4.1.7 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berhitung Anak dengan model pembelajaran ekspositori dan Minat tinggi ... 82
Tabel 4.1.8 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berhitung Anak dengan model pembelajaran ekspositori dan Minat rendah... 84
Tabel 4.1.9 Rangkuman perhitungandengan formula Lilliefors ... 85
Tabel 4.1.10 Analisis Uji Homogenitas Model Pembelajaran ... 89
Tabel 4.1.11 Analisis Uji Homogenitas Minat Belajar ... 89
Tabel 4.1.12 Analisis Uji Homogenitas Model Pembelajaran dan Minat Belajar ... 90
Tabel 4.1.13 Data Kemampuan Berhitung Anak ... 91
Tabel 4.1.14 Ringkasan Perhitungan Analisis Varians ... 91
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 4.1.1 Histogram Kemampuan Berhitung Anak yang belajar
dengan model pembelajaran Make a match ... 75 Gambar 4.1.2 Histogram Kemampuan Berhitung Anak yang belajar
dengan model pembelajaran ekspositori ... 76 Gambar 4.1.3 Histogram Kemampuan Berhitung Anak dengan minat
tinggi ... 78 Gambar 4.1.4 Histogram Kemampuan Berhitung Anak dengan minat
rendah ... 79 Gambar 4.1.5 Histogram Kemampuan Berhitung Anak dengan model
Pembelajaran Make a match dan minat tinggi ... 80 Gambar 4.1.6 Histogram Kemampuan Berhitung Anak dengan model
Pembelajaran Make a match dan minat rendah ... 82 Gambar 4.1.7 Histogram Kemampuan Berhitung Anak dengan model
Pembelajaran ekspositori dan minat tinggi ... 83 Gambar 4.1.8 Histogram Kemampuan Berhitung Anak dengan model
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Instrumen Observasi Kemampuan Berhitung Anak ... 117
Lampiran 2 Lembar Penilaian Observasi Minat Belajar ... 128
Lampiran 3 RPPH Kelas Eksperimen Make a match ... 130
Lampiran 4 RPPH Kelas Kontrol Ekspositori ... 142
Lampiran 5 Validitas Instrumen Berhitung ... 149
Lampiran 6 Reliabilitas Kemampuan Berhitung ... 151
Lampiran 7 Data Hasil Penelitian Kemampuan Berhitung Anak ... 153
Lampiran 8 Perhitungan Statistik Deskriptif ... 154
Lampiran 9 Uji Normalitas Data ... 166
Lampiran 10 Uji Homogenitas Data ... 171
Lampiran 11 Analisis Anava ... 173
Lampiran 12 Uji Scheffe ... 176
Lampiran 13 Data Kemampuan Berhitung Anak Kelas Eksperimen ... 178
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam
rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan
potensi-potensi dirinya. Hal terdapat dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang di lakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Hal serupa juga sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :
Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Salah satu implementasi dari hak ini, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Pada hakikatnya Pendidikan Anak Usia Dini ialah pendidikan yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan
seluruh aspek kepribadian anak. Pendidikan anak usia dini memberi kesempatan
kepada anak untuk mengembangkan kepribadiannya. Oleh karena itu, pendidikan
2
yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi
kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik dan motorik.
PAUD adalah pendidikan yang cukup penting dalam memberikan kerangka
dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan
keterampilan pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada masa dini tersebut
menjadi dasar untuk proses pendidikan selanjutnya. Salah satu tujuan dari
Pendidikan Anak Usia Dini adalah menjamin mutu pendidikan anak usia dini
dalam rangka memberikan landasan untuk melakukan stimulan pendidikan dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani sesuai dengan
tingkat pencapaian perkembangan anak. Selain itu, tujuan pendidikan anak usia
dini adalah agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan intelektual, sosial dan
emosional sesuai dengan tingkat usianya.
Raudhatul Athfal (RA) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan anak
usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program
pendidikan umum dan pendidikan keagamaan Islam bagi anak usia empat tahun
sampai enam tahun. Program ini bertujuan membantu mengembangkan potensi
baik psikis dan fisik yang meliputi nilai-nilai moral, agama, disiplin, sosial
emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik, motorik dan seni agar anak siap
untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
Masa kanak-kanak merupakan suatu periode pada saat individu mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Banyak ahli menyebutkan bahwa periode ini
sebagai masa keemasan (golden age) dalam kehidupan seseorang. Pada masa ini,
3
mudah menerima apa saja yang disampaikan oleh orang lain. Mengingat betapa
pentingnya periode ini bagi seorang anak maka stimulasi yang tepat sangat
diperlukan.
Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan tahap usia
dan perkembangannya, salah satunya adalah potensi dibidang perkembangan
kognitif. Perkembangan kognitif anak rentang usia 3 sampai 6 tahun, termasuk
dalam kategori perkembangan berpikir praoperasional pada masa ini sifat
egosentris anak semakin nyata. Anak mulai memiliki perspektif yang berbeda
dengan orang lain yang berada disekitarnya. Menurut Piaget (dalam Siregar,
2010) perkembangan kognitif dibagi dalam empat fase yaitu: 1) fase sensorimotor
(usia 0-2 tahun) tahap sensorimotor lebih ditandai dengan aktivitas sensori
(melihat, meraba, merasa, mencium dan mendengar), 2) fase praoperasional (usia
2-7 tahun) anak mulai menyadari bahwa pemahaman tidak hanya melalui kegiatan
sensorimotor tetapi juga bisa melalui kegiatan bersifat simbolis, 3) fase
operasional konkret (usia 7-12 tahun) kemampuan anak untuk berfikir secara logis
sudah berkembang, dengan syarat objek yang menjadi sumber berfikir logis
tersebut hadir secara konkret, dan 4) fase operasi formal (12 tahun-dewasa)
ditandai dengan perpindahan dari cara berfikir konkret ke cara berfikir abstrak.
Oleh karena itu perkembangan berhitung pada anak usia dini berada pada
masa praoperasional (2-7 tahun) pada fase ini akan menjadi permulaan untuk
membangun pengetahuan dan kemampuan potensi untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Menurut Novan (2014) perkembangan kognitif pada anak
4
kemampuan berfikir anak usia dini. Dengan kemampuan berfikirnya anak dapat
mengeksplorasikan dirinya sendiri dan hal-hal yang berada disekitarnya sehingga
mereka memperoleh pengetahuan. Kemampuan kognitif anak berkembang secara
bertahap dan berada di pusat saraf. Kemampuan kognitif ini sangat berperan
dalam membantu anak dalam memecahkan segala permasalahannya. Salah satu
bagian dari perkembangan kognitif yaitu kemampuan berhitung.
National Council of Teacher of Mathematics (Seefeldt & Wasik, 2008)
merumuskan bahwa pembelajaran matematika sangat erat kaitannya dengan
pemahaman akan angka. Ketika kepekaan anak-anak terhadap angka berkembang,
mereka menjadi semakin tertarik pada kegiatan berhitung. Menghitung ini
menjadi landasan bagi kegiatan anak-anak dengan angka. Ketertarikan anak
terhadap berhitung merupakan dasar bagi anak untuk mengembangkan
kemampuannya dalam kegiatan yang diperlukan dalam pendidikan selanjutnya.
Menurut Susanto (2012) kemampuan berhitung adalah kemampuan yang
dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik
perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sesuai
dengan kemampuan anak dapat meningkat ke tahapan pengertian mengenal
jumlah, yaitu berhubungan dengan jumlah dan pengurangan.
Kemampuan yang berhubungan dengan berhitung atau konsep berhitung
permulaan seperti mengenal angka (lambang bilangan), menyebutkan urutan
bilangan, menghitung benda, meniru lambang bilangan, mengenal himpunan
sederhana dengan nilai yang berbeda, penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
5
bilangan dan konsep bilangan dan menciptakan bentuk benda sesuai dengan
konsep bilangan, (Kemdiknas, 2010). Kegiatan berhitung untuk anak usia dini
disebut juga sebagai kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta
(route counting/rational counting). Sriningsih (2008: 63) mengungkapkan bahwa
kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut juga sebagai kegiatan
menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta. Anak menyebutkan urutan
bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda konkret. Pada usia 4 tahun
mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh. Sedangkan usia 5
tahun dapat menyebutkan bilangan sampai seratus.
Berhitungdi Raudhatul Athfal diharapkan tidak hanya berkaitan dengan
kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental, sosial dan emosional.
Pembelajaran berhitung di Raudhatul Athfal hanya diajarkan berhitung awal yaitu
menyebutkan lambang bilangan 1-20, mengurutkan lambang bilangan 1-20,
menghitung benda, meniru lambang bilangan, menghubungkan benda dengan
lambang bilangan, membandingkan dua kumpulan benda dengan konsep lebih
banyak, lebih sedikit, sama atau tidak sama jumlahnya. Oleh karena itu dalam
pelaksanaanya, berhitung di Raudhatul Athfal dilakukan secara menarik dan
bervariasi. Mengingat pentingnya kemampuan berhitung maka berhitung dapat
diberikan melalui berbagai macam cara. Guru juga dapat memilih berbagai
macam model, metode dan media dalam pembelajaran yang sesuai untuk
pembelajaran berhitung.
Menurut Suyanto (2005) berhitung sangat penting dalam kehidupan. Pada
6
bertahap sesuai perkembangan mental anak belajar membilang, mengenal angka
dan berhitung. Anak belajar menghubungkan objek nyata dengan simbol-simbol
matematis. Sebagai contoh, sebuah apel diberi simbol dengan angka 1 dan dua
buah apel diberi simbol dengan angka 2.Cockroft (2007) mengemukakan bahwa
matematika perlu diajarkan kepada anak karena (1) selalu digunakan dalam segala
segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika
yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4)
dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5)
meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan;
dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang.
Aspek perkembangan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah
kemampuan berhitung. Berhitung adalah bagian dari matematika yang diperlukan
untuk menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat berguna bagi
kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan dan lambang bilangan yang
merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan berhitung. Pembelajaran
berhitung anak usia 5-6 tahun di RA Fadnur Aisyah Medan hanya diajarkan
berhitung awal seperti menyebutkan urutan bilangan 1-20, membilang dengan
benda 1-20, meniru lambang bilangan 1-20, menghitung benda 1-20,
memasangkan lambang bilangan dengan benda 1-20, penambahan dan
pengurangan 1-20, membedakan dua kumpulan benda yang sama dan tidak sama
7
Berdasarkan observasi melalui pengumpulan hasil lembar kerja anak yang
berupa hasil analisis data kegiatan pembelajaran dalam perkembangan berhitung
anak yang rendah yaitu 49,45%, pada semester I (ganjil) tahun pelajaran
2016/2017 di RA Fadnur Aisyah Medan. Sehingga perkembangan anak masih
tergolong sangat rendah yaitu dari 62 anak ada 29 anak diantaranya termasuk
dalam daftar belum berkembang (BB), hal ini terlihat ketika melaksanakan
pembelajaran kegiatan berhitung anak masih diam dan belum mampu untuk
menyebutkan atau mengenal bilangan yang ditunjukkan guru. Kemudian ada 22
anak yang termasuk daftar anak mulai berkembang (MB), artinya dalam mengenal
lambang bilangan anak sudah mampu mengenal angka 1-5 saja dan itu masih
dalam proses bimbingan guru, dan 11 anak lainnya termasuk daftar anak
berkembang sesuai harapan (BSH) artinya anak sudah mampu mengenal lambang
bilangan, akan tetapi belum ada anak yang berkembang sangat baik (BSB) yang
termasuk kategori anak mampu mengenal lambang bilangan dengan benar.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar (menurut Slameto
(2010: 54-69) secara garis besar ada dua, yaitu:faktor internal faktor eksternal.
Diantara berbagai faktor tersebut, faktor guru dan minat belajar anak didik yang
diduga berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Model yang
digunakan oleh guru juga akan berdampak terhadap minat belajar anak didik. Jika
guru menggunakan model yang melibatkan anak didik aktif dalam belajar,hal ini
akan mendorong anak didik untuk belajar lebih rajin. Tetapi jika guruhanya
menerangkan meteri pelajaran kepada anak didik tanpa melibatkan anak didik
8
pelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, maka guru dapat
meningkatkan minat anak didik untuk belajar lebih aktif.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dengan memperhatikan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran dimana selama ini kegiatan berhitung di RA Fadnur
Aisyah dilakukan dengan model ceramah bervariasi, artinya guruhanya
memindahkan informasi yang diketahui oleh guru, anak didik diminta
mendengarkan atau berceramah. Model ceramah bervariasi merupakan
pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana guru kurang melibatkan anak
didik dalam kegiatan pembelajaran, guru lebih banyak memberikan
informasi-informasi sedangkan anak didik menunggu, tidak diberi kesempatan untuk
mengeksplorasi, pengalaman belajar anak didik terbatas hanya sekedar
mendengarkan, dan masih rendahnya pengembangan proses berfikir siswa. Hasil
wawancara peneliti dengan guru di RA Fadnur Aisyah,ditemukan dari 3 orang
orang guru kelas lebih banyak menggunakan model ceramah bervariasi atau
metode ekspositori. Model ceramah bervariasi yang demikian dapat menimbulkan
rasa jenuh bagi peserta didik, sehingga tidak maksimal dalam menyerap materi
pelajaran yang sedang berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti temukan di lapangan, yaitu RA
Fadnur Aisyah Medan menunjukkan bahwa kemampuan berhitung anak
cenderung mengalami penurunan dan kurang antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran, terlihat anak kurang memahami konsep sederhana dalam kehidupan
sehari-hari terutama dalam kegiatan berhitung, anak kurang mampu untuk
9
belum mampu untuk menghitung benda, memasangkan lambang bilangan dengan
benda, penambahan dan pengurangan, membedakan dua kumpulan benda yang
sama dan tidak sama jumlahnya, membedakan banyak dan sedikit jumlah
bendanya, sehingga indikator yang diharapkan belum tercapai.
Dari data yang telah tertera di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berhitung perlu ditingkatkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
kemampuan berhitung adalah minat belajar. Kondisi belajar mengajar yang efektif
adalah minat dan perhatian anak didik dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat
yang relatif menetap pada diri anak. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap
belajar sebab dengan minat anak akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Sebaliknya, tanpa minat anak tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya
seorang anak menaruh minat terhadap berhitung, maka ia akan berusaha untuk
mengetahui lebih banyak tentang berhitung. Usman (2008) mengatakan pada
hakikatnya setiap anak berminat terhadap belajar dan guru sendiri hendaknya
berusaha untuk membangkitkan minat belajar anak. Kurangnya minat belajar anak
di RA Fadnur Aisyah karena model pembelajaran yang digunakan guru masih
bersifat model ceramah bervariasi, kurangnya model dan media menjadi salah satu
penyebab kurangnya minat belajar anak pada saat kegiatan berhitung. Minat
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar anak. Minat
yang kuat akan menimbulkan usaha yang kuat, yakin, serius dan tidak mudah
putus asa dalam menghadapi tantangan pembelajaran dalam kelas. Jika seorang
anak memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan
10
Perlu dikembangkan pengajaran yang dapat membentuk minat anak dalam
proses belajar mengajar adalah sebagai alternatif model pembelajaran yang baru.
Pembelajaran yang efektif tersebut harus diimbangi dengan kemampuan guru
dalam menguasai model pembelajaran dan materi yang akan diajarkan. Salah satu
alternatif untuk pengajaran tersebut adalah menggunakan model pembelajaran
Make a match (mencari pasangan). Karena penerapan model pembelajaran Make
a match akan membentuk minat belajar anak dalam kegiatan belajar mengajar.
Model pembelajaran Make a match adalah kegiatan belajar untuk mencari
pasangan kartu soal serta jawaban sebelum batas waktu yang diberikan habis,
anak yang dapat mencocokkan kartunya akan diberi reward. Herdian (2009:118)
mengemukakan bahwa model pembelajaran Make a match (mencari pasangan)
merupakan model yang tepat untuk materi kegiatan berhitung. Menurut
Dharmayuwati (2010), mencari pasangan (Make a match) merupakan salah satu
jenis permainan yang dapat mengasah kognitif anak dan meningkatkan
kemampuannya dalam berhitung. Berhitung bagi sebahagian anak merupakan
sesuatu yang sangat sulit, bahkan menakutkan. Di sisi lain, dunia anak adalah
dunia bermain. Menurut Mayesty (Sujiono, 2013:34), memandang kegiatan
bermain sebagai sarana sosialisasi dimana diharapkan melalui bermain dapat
memberi kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan,
berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Berdasarkan pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa bermain merupakan suatu kebutuhan bagi anak untuk
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, dan melalui bermain anak juga dapat
11
pengetahuan sendiri sehingga dapat mengembangkan kemampuan dan potensi
yang ada pada dirinya. Kegiatan bermain dapat dimodifikasi dengan berbagai
bentuk dan aturan dalam permainan, salah satunya dapat dilakukan dengan model
Make a match, melalui permainan ini guru dapat mengamati sejauh mana
ketertarikan anak untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar, terutama pada
pembelajaran berhitung. Model pembelajaran Make a match adalah pengajaran
dengan cara mencari pasangan kartu yang telah dimiliki dan pasangan bisa dalam
bentuk perorangan. Dengan mengunakan model pembelajaran Make a match
maka anak didik lebih berminat untuk belajar berhitung pada tema kendaraan.
Melalui penerapan model pembelajaran Make a match diharapkan anak
didik menjadi lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berfikir, bertanya
dan mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan anak lain yang menjadikan
anak didik aktif di dalam kelas. Pada penerapan model Make a match diperlukan
media berupa kartu-kartu. kartu tersebut terbagi dalam 2 kelompok.
Kartu-kartu pada kelompok pertama berisi pertanyaan-pertanyaan dan kelompok kedua
berisi jawaban dari setiap pertanyaan. Anak didik secara berkelompok akan
memasangkan kartu-kartu pertanyaan dan jawabannya secara tepat. Anak didik
yang aktif akan berminat untuk belajar, dengan begitu hasil belajarnya juga akan
meningkat.
Dengan memperhatikan banyak faktor yaitu media yang digunakan masih
sederhana yaitu buku berhitung sebagai sumber belajar, model pembelajaran yang
digunakan guru dalam kegiatan berhitung kurang tepat dan masih terlihat
12
diprediksi dapat mempengaruhi kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun, yakni
model pembelajaran dan minat belajar anak yang sejauhmana kedua faktor
tersebut dapat mempengaruhi kemampuan berhitung anak maka perlu dilakukan
penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Make a match
dan Minat Belajar Terhadap Kemampuan Berhitung Anak Usia 5-6 Tahun di RA
Fadnur Aisyah Medan.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan
berhitung anak, antara lain (1) kemampuan berhitung anak yang masih rendah (2)
sumber belajar yang digunakan masih berdasarkan buku teks (3) kurangnya model
pembelajaran yang digunakan guru (4) kurangnya minat belajar anak pada
pembelajaran berhitung.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, permasalahan yang akan
diteliti dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada pengaruh model
pembelajaran Make a match dan minat belajar terhadap kemampuan berhitung
13
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkanbatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan signifikan kemampuan berhitung anak yang
belajar dengan model pembelajaran Make a match dengan anak yang belajar
dengan model pembelajaran ekspositori?
2. Apakah terdapat perbedaan signifikan kemampuan berhitung anak yang
memiliki minat belajar tinggi dengan anak yang memiliki minat belajar
rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran Make a match dengan
minat belajar anak terhadap kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun di RA
Fadnur Aisyah Medan?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Perbedaan kemampuan berhitung anak yang belajar dengan model
pembelajaran Make a match dengan anak yang belajar dengan model
pembelajaran ekspositori.
2. Perbedaan kemampuan berhitung anak yang memiliki minat belajar tinggi
dengan anak yang memiliki minat belajar rendah.
3. Interaksi antara model pembelajaran Make a match dengan minat belajar anak
terhadap kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun di RA Fadnur Aisyah
14
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti atau
bermakna bagi dunia pendidikan, antara lain:
1) Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk:
a) Membantu anak meningkatkan kemampuan berhitung permulaan.
b) Membantu guru dalam merancang variasi model pembelajaran sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
c) Sekolah dalam meningkatkan prestasi anak maupun kompetensi guru pada
sekolah tersebut.
2) Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
pengetahuan khususnya teori-teori yang berkaitan dengan penerapan model
pembelajaran Make a match dalam kegiatan berhitung. Hasil penelitian ini
juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bandingan untuk penelitian
109 BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan pengolahaan, analisis dan pembahasan hasil penelitian yang
dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan:
1. Terdapat perbedaan kemampuan berhitung anak yang belajar dengan model
pembelajaran Make a match lebih tinggi dari pada kemampuan berhitung
anak yang belajar dengan model pembelajaran ekspositori. Hasil dari
ANAVA menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 5,4 > Ftabel = 2,48, dengan taraf
signifikan 0,05. Kemampuan berhitung anak yang belajar dengan model
pembelajaran Make a match lebih tinggi dari pada anak yang belajar dengan
model pembelajaran ekspositori.
2. Terdapat perbedaan kemampuan berhitung anak yang memiliki minat belajar
tinggi lebih tinggi dari pada anak yang memiliki minat belajar rendah. Hasil
dari ANAVA menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 15,1 > Ftabel = 2,48, dengan
taraf signifikan 0,05. Kemampuan berhitung anak yang memiliki minat
belajar tinggi lebih tinggi dari pada anak dengan minat belajar rendah.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Make a match dengan minat
belajar anak terhadap kemampuan berhitung anak.Anak yang memiliki minat
belajar tinggi memperoleh kemampuan berhitung yang lebih baik jika anak
yang belajar dengan model pembelajaran Make a match, sedangkan anak
yang memiliki minat belajar rendah memperoleh kemampuan berhitung yang
110
ANAVA menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 5,7 > Ftabel = 2,48, dengan
taraf signifikan 0,05.
5.2. Implikasi
1. Pengaruh Model Pembelajaran Make a match Terhadap Kemampuan Berhitung Anak
Berdasarkan simpulan pertama dari hasil penelitian ini yang menyatakan
bahwa kemampuan berhitung anak yang belajar dengan model pembelajaran
Make a match lebih tinggi dari pada kemampuan berhitung anak yang belajar
dengan model pembelajaran ekspositori, hasil temuan ini dapat dijadikan
pertimbangan bagi guru anak usia dini untuk menggunakan model pembelajaran
Make a match.
Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Make a
match, anak dilatih untuk dapat mengembangkan keterampilan anak dalam
berhitung dan bekerja sama. Ketika dihadapkan dengan suatu pernyataan, anak
dapat melakukan keterampilan berhitung untuk memilih dan mengembangkan
tanggapannya, tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir melainkan
memahami pada kegiatan berhitung dengan proses berfikir kreatif.
Melalui model pembelajaran Make a match, anak dapat mengkonstruk
pengetahuannya sendiri dengan cara bermain gambar dan angka dengan teman
satu kelompoknya dalam upaya menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru,
guru juga harus dapat memperhatikan situasi dan kondisi tempat pelaksanaan
111
memfasilitasi serta memotivasi anak agar dapat mengembangkan minat belajar
anak.
Hasil penelitian ini juga dapat menjadi pertimbangan bagi guru untuk
memilih model pembelajaran Make a match dalam pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan berhitung. Peran aktif guru dalam pemilihan model
pembelajaran tentunya sangat dibutuhkan, karena dengan kecermatan dan
kesesuaian karakteristik pelajaran dan anak dalam kegiatan belajar menjadi salah
satu faktor dalam melakukan pemilihan model pembelajaran.
2. Pengaruh Minat Terhadap Kemampuan Berhitung Anak
Hasil simpulan berikutnya menunjukkan bahwa anak yang memiliki minat
belajar tinggi memperoleh kemampuan berhitung lebih tinggi apabila belajar
dengan model pembelajaran Make a match. Demikian juga kemampuan berhitung
anak yang memiliki minat belajar rendah akan lebih tinggi apabila belajar dengan
model pembelajaran ekspositori. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik anak maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna,
sehingga pembelajaran akan lebih efektif, efisien dan memiliki daya tarik. Namun
perlu diperhatikan bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling sesuai untuk
setiap karakteristik anak maupun karakteristik pembelajaran. Tetapi hasil
penelitian ini bisa menjadi masukan bagi guru untuk memilih model pembelajaran
112
3. Interaksi Model Pembelajaran Make a match dan Minat Belajar Terhadap Kemampuan Berhitung
Dari hasil penelitian ini terdapat interaksi antara model pembelajaran Make
a match dengan minat belajar terhadap kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun
di RA Fadnur Aisyah Medan, hal ini menggambarkan bahwa ada keterkaitan
antara model pembelajaran yang digunakan guru dengan tingkat minat belajar
anak. Penggunaan model pembelajaran dapat memaksimalkan kemampuan
berhitung anak, baik pada anak yang memiliki minat belajar tinggi maupun minat
belajar rendah akan sangat membantu dalam pencapaian tujuan belajar. Dengan
demikian guru bukan saja memperhatikan model pembelajaran sebagai
cara/tehnik yang tepat dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak namun
juga lebih mengetahui minat belajar anak dan menumbuhkan minat belajar anak
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi anak dalam memperoleh
kemampuan berhitung dengan baik.
5.3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada simpulan, maka
berikut ini diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Dalam upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak, maka guru
disarankan untuk menerapkan model pembelajaran Make a match, karena
model pembelajaran Make a match memberikan anak peluang untuk
berinteraksi dengan teman sebayanya sehingga dapat mengembangkan
113
2. Dalam rangka mengembangkan kemampuan berhitung anak, disarankan agar
guru memperhatikan minat belajar anak. Memberikan perhatian yang lebih
kepada anak yang memiliki minat belajar rendah agar dapat terlibat secara
aktif.
3. Perlu diadakan pelatihan bagi guru dalam meningkatkan kemampuan
merancang dan menerapkan model pembelajaran untuk anak usia dini.
4. Perlu diadakan pendampingan kepada guru dalam merancang dan
menerapkan model pembelajaran Make a match untuk anak usia dini.
5. Bagi peneliti lain. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian
dibidang sejenis atau mereplikasikan penelitian ini hendaknya memperhatikan
keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini dan dapat
menggantikan dengan variabel yang lain.
6. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian dibidang sejenis agar
dapat mengupayakan anak yang memilikiminat belajar tinggi memperoleh
kemampuan berhitung yang tinggi pada setiap model pembelajaran dan
sebaliknya agar dapat juga mengupayakan kepada anak yang memiliki minat
belajar rendah agar memperoleh kemampuan berhitung yang tinggi pula pada
114
DAFTAR PUSTAKA
Copley, Juanita V. 2001. The Young Child and Mathematics. National Association for The Education of Young Cjildren.
Daylir dan Sumartono. 2003. Program Pengembangan Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Depdiknas, 2006. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di TK dan SD. Depdiknas: Jakarta.
Dimyati, Liana. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S.B dan Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fakhruddin, Asef Umar. 2010. Sukses Menjadi Guru TK-PAUD. Yogyakarta: Bening.
Fatimah. 2009. Fun Math: Matematika Asyik Dengan Metode Permodelan.
Bandung: Mizan Group.
Fatmawati, N. 2014. Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education. Jurnal PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta. Vol 8, November 2014.
Hasnimar. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia. Pps UNIMED.
Hidayat, H. (2003). Aktivitas Mengajar di TK. Bandung: Alfa Beta.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2012. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta.
Ismayati, Ani. 2010. Fun Math With Children. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Istarani. (2012). 58 ModelPembelajaran Inovatif. Medan:Media Persada.
115
Jackman Hilda L. 2009. Early Education Curriculum A. Child’s Connection to
The Word. Amerika: Delmar.
Khairani, M. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Lestari, K. W. (2011). Konsep Matematika Untuk Anak Usia Dini. Kementrian Pendidikan Nasional.
Martini, J.2009. Kesulitan Belajar Perspektif Assessmen dan Penanggulangannya. Jakarta: Yayasan Penamas Murni.
Masitoh. 2013. Strategi Pembelajaran TK/RA. Jakarta: Universitas Terbuka.
Maulidiyah. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen di MI Raudlatul Jannah). Jakarta: UIN
Mudjito. 2007. Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di TK. Jakarta: Depdiknas.
Nurhazizah. 2014.Peningkatan Kemampuan Matematika Awal Melalui Strategi Pembelajaran Kinestetik. Jurnal PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta. Vol 8 Edisi 2, November 2014.
Parmadi. 2012. Model Pembelajaran Ekspositori dalam Pembelajaran Matematika, (online) http://farmady4four.blogspot.com
Rusman. 2010. Model-ModelPembelajaran: MengembangkanProfesionalisme guru. Jakarta:Rajawali Pers.
Russefendi. 2005. Dasar-dasar Penelitian dan Bidang Non Eksakta Lainnya.
Bandung: Tarsito.
Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia.
Schwartz. Sydney L. 2005. Teaching Young Children Mathematics. Westport, CT: Praeger.
116
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soejadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Sriningsih, N. 2009. Pembelajaran Matematika Terpadu untuk Anak usia Dini. Bandung: Pustaka Sebelas.
Suharsimi, A. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sujiono, Y.N. 2007. KonsepDasar PAUD. Jakarta: UNJ.
Sujiono, Y. N., dan Bambang S. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks.
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sunariadi. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran dan Gaya Berpikir Terhadap Keterampilan dengan Berbicara Siswa Kelas V SDN 10420 Bandar Setia Percut Sei Tuan. Medan: PPs UNIMED.
Susanto, A. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini(Pengantar dalam BerbagaiAspeknya). Jakarta: Kencana.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Pelajar.
Suyanto, Slamet. 2005. Pembelajaran Untuk Anak TK. Jakarta: Depdiknas.
Suyanto, S. 2005. Dasar–dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat.
Suyanto, S. 2003. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Mas Media BuanaPustaka.
Swandewi, Anom. 2010. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Berbasis Penilaian Portofolio dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Anak Kelompok B TK Ekadasi Denpasar. Jurnal Program Pascasarjana: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
117
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Kencana Aksara.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Grafindo.
Wahab, Azis. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar IPS. Bandung:Alfabeta.