• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKALIAN DAN AKAR KUADRAT UNTUK OPERATOR SELF-ADJOINT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKALIAN DAN AKAR KUADRAT UNTUK OPERATOR SELF-ADJOINT"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PERKALIAN DAN AKAR KUADRAT UNTUK OPERATOR SELF-ADJOINT

Oleh YULI KARTIKA

Misalkan adalah operator pada ruang Hilbert disebut operator self-adjoint

jika = . Jika T self adjoint maka ( ), bernilai riil. Perkalian pada operator self adjoint dapat dilakukan jika : dan : operator positif dan komutatif( = )maka positif. Sedangkan untuk akar kuadrat, jika self-adjoint, maka operator positif karena ( ), = ( ), ( ) 0. disebut akar kuadrat dari jika = dan ditulis = . Setiap operator linear self adjoint terbatas dan positif : mempunyai akar kuadrat positif, yang tunggal. Operator bersifat komutatif dengan setiap operator linear terbatas : dengan = .

(2)

1.1 Latar Belakang

Dalam analisis fungsional, ada banyak topik yang dapat dipelajari yang mengacu pada ruang, misalnya ruang Banach, ruang Hilbert dan lain-lain. Konsep ruang Hilbert meliputi ruang vektor, ruang bernorma, ruang metrik dan ruang pre-hilbert. Ruang bernorma merupakan ruang vektor yang dilengkapi dengan suatu norma. Ruang bernorma yang sudah lazim dibicarakan yaitu ruang bernorma yang dilengkapi inner product(hasil kali dalam). Ruang hasil kali dalam yang bersifat lengkap disebut sebagai ruang Hilbert ✦. Lengkap di sini berarti setiap barisan

Cauchy-nya konvergen.

MisalkanXdanYmasing–masing adalah ruang bernorm. Suatu pemetaan T yang mengaitkan setiap unsur di domainD(T) Xdengan unsur tunggaly Y disebut operator. Operator – operator pada ruang Hilbert yaitu operator linear terbatas, operator kompak, operator tertutup, operator self adjoint dan sebagainya. Operator linear merupakan suatu pemetaan dari ruang bernorma ke ruang bernorma. Misalkan adalah operator pada ruang Hilbert disebut operatorself

(3)

Selain operator dalam matematika juga dikenal fungsi. Fungsi adalah pemetaan setiap anggota sebuah himpunandaerah asal (dinamakan sebagai domain) kepada anggota himpunan yang lain atau daerah kawan (dinamakan sebagai kodomain). Sedangkan himpunan dari semua peta di daerah kodomain dinamakan dengan daerah hasil (range). Jika ada dua buah fungsi bisa dioperasikan dengan operasi pengurangan, penjumlahan, perkalian, akar kuadratnya dan lain – lain maka hal tersebut menjadi menarik jika diterapkan pada operator.

Dari beberapa operator yang telah dibahas sebelumnya yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah operator positif yang berkaitan erat dengan sifat operator yang self adjoint. Dalam hal ini akan dipertimbangkan semua operator self

adjointyang linear dan terbatas. Dalam penelitian ini akan dibatasi pada perkalian dan akar kuadrat pada ruang Hilbert.

1.2 Tujuan Penelitian

(4)

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan tambahan pengetahuan kepada peneliti dan pembaca tentang perkalian operatorself–adjointdan akar kuadrat pada ruang Hilbert.

(5)

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berfikir dalam melakukan penelitian dan akan mempermudah dalam hal pembahasan hasil utama pada bab berikutnya. Adapun teori - teori tersebut mencakup pejelasan ruang vektor, ruang metrik, ruang bernorm, ruang Banach, operator linear, operator pada ruang Hilbert dan lain sebagainya.

2.1 Ruang Vektor

Secara umum, misalkan terdapat suatu himpunan tak kosong dan suatu lapangan bilangan real maka diperoleh definisi suatu ruang vektor sebagai berikut.

Definisi 2.1.1 Ruang Vektor

Diketahui( , +) grup komutatif dan( , , . )lapangan dengan elemen identitas 1. disebut ruang vektor (vector space ) atas jika ada operasi luar * antara keduanya sehingga untuk setiap dan menentukan dengan tunggal yang memenuhi sifat–sifat :

1. ( + ) = + ;

(6)

3. ( . ) = ( );

4. 1 = ;

untuk setiap , dan , (Darmawijaya, 2007).

Anggota ruang vektor disebut vektor (vector) sedangkan anggota – anggota disebut skalar.

Ruang vektor yang dimaksudkan yaitu ruang vektor atas sistem bilangan real atau atas sistem bilangan kompleks . Karena pembicaraan pada ruang vektor real atau ruang vektor kompleks, maka penulisan skalar (bilangan nol) ditulis dengan 0 sedangkan vektor nol ditulis dengan . Selanjutnya, sifat – sifat dasar ruang vektor diberikan dalam teorema berikut ini.

Teorema 2.1.2

Jika suatu ruang vektor atas lapangan , maka berlaku pernyataan–pernyataan berikut :

1. Untuk setiap , terdapat tepat satu sehingga + = ; 2. Jika z dan + = , maka = ;

3. = untuk setiap skalar ; 4. 0 = untuk setiap ; 5. ( 1) = untuk setiap ;

(7)

2.2 Ruang Vektor Bagian

Misalkan di dalam suatu ruang vektor terdapat suatu himpunan bagian tak kosong maka dapat terbentuk suatu ruang vektor bagian. Berikut ini akan dijelaskan tentang definisi suatu ruang vektor bagian.

Definisi 2.2.1 Ruang Vektor Bagian

Diketahui ruang vektor atas lapangan dan . Jika himpunan terhadap operasi–operasi yang sama dengan operasi di juga merupakan ruang vektor atas , maka disebut ruang vektor bagian (vector sub - space) dari (Darmawijaya, 2007).

Jika merupakan himpunan bagian tak kosong pada ruang vektor berlaku sifat seperti ditunjukkan dalam Teorema berikut.

Teorema 2.2.2

Diketahui ruang vektor atas lapangan dan . Himpunan merupakan ruang vektor bagian jika hanya jika untuk setiap , dan , berlaku

+ .

(8)

Teorema berikut dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu himpunan bagian dari ruang vektor merupakan ruang vektor bagian dari ruang vektor tersebut.

Teorema 2.2.3

Jika ruang vektor atas lapangan dan , masing - masing ruang vektor bagian maka

+ = { + , },

merupakan ruang vektor bagian yang memuat dan sebagai ruang vektor bagiannya (Darmawijaya, 2007).

Selanjutnya, dapat dilihat dalam teorema berikut yang mendukung tentang ruang vektor bagian.

Teorema 2.2.4

Jika ruang vektor terhadap lapangan dan , masing- masing ruang vektor bagian dan = { } , maka untuk setiap + terdapat dengan

tunggal dan sehingga = + (Darmawijaya, 2007).

(9)

Diberikan ruang vektor atas lapangan . Jika diberikan sebarang , , , dan , , , maka dapat dipahami bahwa

= = + + +

merupakan anggota . Selanjutnya, mengingat ruang vektor, maka diperoleh teorema berikut.

Teorema 2.2.5

Diberikan ruang vektor atas lapangan . Jika dan , , untuk setiap = 1,2, , maka benar bahwa :

1. + = ( + ) ;

2. ( ) = ( ) ;

3. ( ) = ;

4. ( ) ( ) = (Darmawijaya, 2007).

2.3 Kombinasi Linear, Bebas Linear, dan Merentang

Pada bagian sebelumnya dijelaskan tentang bentuk jumlahan maka bentuk jumlahan tersebut dapat dijelaskan sebagai kombinasi linear dan selengkapnya dijelaskan dalam Definisi 2.3.1

Definisi 2.3.1 Kombinasi Linear

(10)

= + + +

dengan , , , (Friedberg, 1989).

Selanjutnya, koleksi semua kombinasi linear vektor – vektor , , ,

dinotasikan dengan span [ , , , ]. Jika suatu vektor merupakan kombinasi linear dari vektor-vektor pada ruang vektor maka berkaitan dengan kejadian ini diperoleh definisi merentang dan bebas linear berikut.

Definisi 2.3.2 Merentang

Jika , , , adalah vektor – vektor pada ruang vektor dan jika masing – masing vektor pada dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear , , , maka vektor–vektor ini merentang (Anton, 1987).

.

Definisi 2.3.3 Bebas Linear

Diberikan ruang vektor ruang vektor atas lapangan . Vektor-vektor , , , atau , , , dikatakan bebas linear (linearly independent) jika , , , dan

+ + + =

berakibat = = = = 0(Darmawijaya, 2007).

(11)

Teorema 2.3.4

Diberikan ruang vektor ruang vektor atas lapangan . Vektor-vektor , , , bebas linear jika dan hanya jika setiap persamaan

=

berakibat = untuk setiap (Darmawijaya, 2007).

2.4 Basis

Selanjutnya berdasarkan pengertian pada bagian 2.3, maka dapat disusun pengertian mengenai basis yang dijelaskan pada definisi berikut.

Definisi 2.4.1 Basis

Jika adalah sebarang ruang vektor dan = { , , , } merupakan himpunan berhingga dari vektor – vektor pada , maka disebut basis untuk jika :

1) bebas linear;

2) merentang (Anton, 1987).

2.5 Fungsi Linear

(12)

Definisi 2.5.1

Diberikan dua ruang vektor dan , masing-masing atas lapangan yang sama. Fungsi : disebut fungsi linear jika

1. fungsi aditif (additive)

( + ) = ( ) + ( )untuk setiap , , dan 2. fungsi homogen (homogeneous)

( ) = ( )untuk setiap dan vektor (Darmawijaya, 2007).

Berdasarkan Definisi 2.5.1 maka dapat dipahami teorema berikut ini.

Teorema 2.5.2

Diberikan dua ruang vektor dan , masing-masing atas lapangan yang sama ( atau C). Fungsi : merupakan fungsi linear jika dan hanya jika untuk sebarang skalar , dan vektor , , berlaku

( + ) = ( ) + ( ).

(Darmawijaya, 2007)

(13)

Definisi 2.5.3

Diketahui dan , masing – masing ruang vektor.Jika : merupakan fungsi linear, maka = ( ) merupakan ruang bagian di dalam . Himpunan

disebut ruang jelajah (range space) fungsi (Darmawijaya, 2007).

Selanjutnya, pada Teorema di bawah ini akan diterangkan sifat–sifat dasar fungsi linear .

Teorema 2.5.4

Diketahui dan , masing – masing ruang vektor atas lapangan yang sama. Jika : merupakan fungsi linear maka

1. ( ) = ( )untuk setiap ;

2. ( ) = ( ) ( )untuk setiap , ;

3. ( ) = , dengan dan masing – masing menyatakan vektor nol;

4. ( ) = ( )untuk setiap skalar , , , dan vektor –vektor , , , (Darmawijaya, 2007).

Pada Teorema di bawah ini akan dijelaskan mengenai ruang nol (null space). Teorema 2.5.5

Diketahui dan , masing – masing ruang vektor.Jika : merupakan fungsi linear, maka

(14)

masing–masing merupakan ruang bagian di dalam . Selanjutnya, himpunan

disebut ruang nol (null space) fungsi (Darmawijaya, 2007).

2.6 Matriks

Vektor dapat dituliskan sebagai

= ( , , , )

yang selanjutnya disebut dengan vektor baris dan dapat ditulis sebagai

=

yang disebut dengan vektor kolom.

Definisi 2.6.1 Matriks

Matriks didefinisikan sebagai suatu susunan persegi panjang dari bilangan – bilangan yang diatur dalam baris dan kolom. Matriks ditulis sebagai berikut:

=

Susunan di atas disebut matriks m kali n (ditulis m xn) karena memilikki m

(15)

Berikut dijelaskan beberapa jenis matriks antara lain matriks identitas, matriks skalar.

Definisi 2.6.2 Matriks Identitas

Matriks identitas berordo yang ditulis atau adalah matriks bujur sangkar yang mempunyai angka–angka satu sepanjang diagonal utama (diagonal dari kiri atas menuju kanan bawah) dan nol tempat yang lainnya.

Definsi 2.6.3 Matriks Skalar

Untuk setiap skalar , matriks bujur sangkar

= =

disebut matriks skalar (Hadley, 1992).

2.7 Ruang Metrik

(16)

Definisi 2.7.1 Ruang Metrik

Diberikan sebarang himpunan tak kosong

1. Fungsi : × → yang memenuhi sifat–sifat a) ( , ) ≥ 0untuk setiap , ∈ ;

b) ( , ) = 0jika dan hanya jika = ; c) ( , ) = ( , ) untuk setiap , ∈ , dan

d) ( , ) ≤ ( , ) + ( , ) untuk setiap , , ∈ ;

disebut metrik (metric) atau jarak (distance) pada .

2. Himpunan dilengkapi dengan suatu metrik dituliskan dengan ( , ) disebut ruang metrik (metric space). Jika metriknya telah diketahui (tertentu), maka ruang metrik cukup ditulis dengan .

3. Anggota ruang metrik ( , ) disebut titik (point) dan untuk setiap , ∈ bilangannonnegatif ( , )disebut jarak (distance) titik dengan titik (Darmawijaya, 2007).

Definisi 2.8.3 Ruang Metrik Lengkap

(17)

2.8 Barisan

Untuk suatu ruang metrik ( , ) barisan di dalam ditulis dengan { }, dapat diartikan sebagai fungsi dari ke .

Definisi 2.8.1 Barisan

Barisan{ }di dalam ruang metrik ( , )dikatakan konvergen (convergent) jika ada ∈ sehingga untuk setiap bilangan > 0terdapat bilangan asli > (bergantung pada ) , sehingga untuk setiap bilangan asli berlaku

( , ) <

dikatakan barisan { } konvergen ke atau barisan { } mempunyai limit untuk → ∞ dan dituliskan dengan

lim

→ ( , ) = 0

atau

lim → = .

Sedangkan titik disebut titik limit barisan { }. Barisan yang tak konvergen dikatakan divergen (divergent) (Darmawijaya, 2007).

Berikut ini akan dijelaskan mengenai contoh dari barisan konvergen, Contoh 2.1 :

Akan dibuktikan bahwa lim = 0 merupakan barisan yang konvergen

dalam

(18)

Untuk setiap > 0maka terdapat ∈ sedemikian sehingga berlaku:

1 <

Jika > ´maka ≤ < ,sehingga diperoleh

1

− 0 = 1<

Oleh karena itu, barisan konvergen ke 0 dalam .

Selanjutnya, teorema di bawah ini berhubungan dengan barisan konvergen dan titik limit.

Teorema 2.8.2

Jika barisan { }. di dalam suatu ruang metrik ( , ) konvergen, maka titik limitnya tunggal (Darmawijaya, 2007).

2.9 BarisanCauchy

Untuk membuktikan bahwa suatu barisan merupakan barisan konvergen memerlukan definisi yang dapat digunakan untuk mengetahuinya, minimal dengan perkiraan limit. Definisi tersebut berguna untuk mengukur kekonvergenan jika limit tidak dapat diperkirakan. Pengukuran yang dimaksud adalah pengukuran

(19)

Definisi 2.9.1 BarisanCauchy

Barisan { }di dalam ruang metrik ( , ) disebut barisan Cauchy atau barisan fundamental jika untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan asli sehingga untuk setiap dua bilangan asli , > , maka berlaku |{ } − { }| ≤ dinotasikan denganlim , → |{ } − { }| = 0(Darmawijaya, 2007).

Berikut ini akan dijelaskan mengenai contoh dari barisanCauchy. Contoh 2.2 :

Misalkan{ } = suatu barisan, akan ditunjukkan bahwa adalah barisan

Cauchy.

Penyelesaian :

Misalkan { } = adalah suatu barisan. Untuk setiap > 0 terdapat suatu

∈ sedemikian sehingga > dan berlaku > karena , >

diperoleh

Jadi, barisan{ } = merupakan barisanCauchy.

(20)

Teorema 2.9.2

Setiap barisan yang konvergen di dalam ruang metrik ( , )merupakan barisan

Cauchy(Darmawijaya, 2007).

2.10 Ruang Bernorma

Ruang linear juga merupakan ruang metrik. Berikut terlebih dahulu akan diperlihatkan definisi ruang linear yang diikuti dengan pendefinisian ruang linear bernorma.

Definisi 2.10.1 Ruang Bernorma

Diberikan ruang linear fungsi ∈ → ‖ ‖ ∈ yang mempunyai sifat - sifat :

1.‖ ‖ ≥ 0, untuk setiap ∈ ;

‖ ‖ = 0, jika dan hanya jika = 0( 0 vektor nol);

2.‖ ‖ = | |‖ ‖, untuk setiap skalar α dan ∈ ;

3.‖ + ‖ ≤ ‖ ‖ + ‖ ‖, untuk , ∈ ;

(21)

2.11 Ruang Banach

Teori ruang bernorma, merupakan salah satu konsep penting yang diperoleh dari kegunaan ruang metrik pada ruang linear atau ruang vektor.

Definisi 2.11.1 Ruang Banach

Ruang Banach (banach space) adalah ruang bernorma yang lengkap (sebagai ruang metrik yang lengkap) (Darmawijaya, 2007).

2.12 Ruang Hilbert

Pada suatu ruang vektor yang berdimensi hingga dapat didefinisikan suatu hasil kali antara vektor-vektor pada ruang vektor yang didefinisikan secara aksiomatis. Definisi berikut akan diberikan pada suatu ruang vektor atas lapangan real dan ruangpre–Hilbert.

Definisi 2.12.1 RuangPre - Hilbert

Diketahui ruang linear

1. Fungsi → dengan rumus

( , ) ∈ → 〈 , 〉 ∈

yang memenuhi sifat–sifat :

(a)〈 , 〉 = 〈 , 〉;

(22)

(c)〈 + , 〉 = 〈 , 〉 + 〈 , 〉;

untuk setiap , , ∈ dan skalar α dan

(d)〈 , 〉 > 0jika dan hanya jika ≠ 0;

disebutinner productataudot-product, atauscalar productpada .

2. Ruang linear yang diperlengkapi dengan suatuinner productdisebut ruang

pre - Hilbert (pre - Hilbert space) atau ruang inner-product (inner product space) (Darmawijaya, 2007).

Definisi 2.12.1 telah menjelaskan berkaitan dengan ruang Pre – Hilbert. Selanjutnya, akan dijelaskan definisi ruang Hilbert.

Definisi 2.12.2 Ruang Hilbert

Ruang Hilbert (Hilbert space) adalah ruang pre Hilbert yang lengkap (Darmawijaya, 2007).

Untuk lebih memahami pengertian ruang Hilbert, dapat dilihat pada contoh berikut.

Contoh 2.3 :

ℓ merupakan ruang Hilbert terhadapinner product:

〈 , 〉 =

(23)

Bukti :

Untuk setiap = { }; = { }, ̃= { }; ∈ℓ dan skalar yang memenuhi sifat–sifat :

(a)〈 , 〉 = ∑ = ∑ ̅ = 〈 , 〉;

(b)〈 , 〉 = ∑ = ∑ = 〈 , 〉;

(c)〈 + , ̃〉 = ∑ ( + ) ̅ = ∑ ̅ + ∑ ̅ = 〈 , ̃〉 + 〈 , ̃〉;

untuk setiap , , ∈ dan skalar α dan

(d) ≠ 0 ada sehingga ada ≠ 0 〈 , 〉 = ∑ ̅=∑ ‖ ‖ > 0

Jadi tanda 〈.,. 〉tersebut merupakaninner–productdan oleh karena itu padaℓ merupakan ruanginner–productterhadap 〈., . 〉.

Contoh 2.4 :

Ruang linear dan merupakan ruang Hilbert terhadapinner product:

〈 , 〉 =

untuk setiap = { , ,…, }, = { , , …, } ∈ ( ).

(24)

(m) (n) < atau (m) (n) < .

Oleh karena itu, jikam, n ≥ maka berlaku :

(m) (n) <

untuk setiap ∈ . Jadi untuk setiap ∈ , (n) merupakan barisanCauchy. Oleh karena itu, (n) konvergen ke suatu bilangan

lim (n)− = 0 lim (n) = .

Kemudian dibentuk barisan = { } dan diperoleh :

− (n) = (m) − (n)

= lim ∑ (m) − (n) < (2.1)

yang berarti (n) konvergen ke . Selanjutnya untuk,n≥

‖ ‖ = − (n) (n) + (n) < ∞ (2.2)

atau = ℓ .

Berdasarkan (2.1) dan (2.2) dapat disimpulkan bahwa terbuktiℓ merupakan ruang

(25)

2.13 Operator Linear

Operator merupakan operator dalam fungsi real yaitu fungsi dari ruang vektor ke ruang vektor. Selanjutnya akan dibahas mengenai operator linear.

Definisi 2.13.1 Operator Linear

Suatu pemetaan dengan daerah asal ( ) dan daerah hasil ℜ( )adalah suatu operator linear jika memenuhi:

1. ( ) danℜ( ) berada pada ruang vektor atas lapangan yang sama;

2. Untuk semua , ∈ ( ) dan skalar berlaku ( + ) = ( ) + ( ) dan ( ) = ( ) (Darmawijaya, 2007)

2.14 Operator Pendamping

Operator yang dimaksudkan disini yaitu operator dari ruang Hilbert ke ruang Hilbert. Definisi berikut ini menjelaskan tentang operator pendamping atau operator adjoint terhadap operator lain, karena berdasarkan sifat – sifat khusus operator pendamping maka operator dapat dibedakan jenis–jenisnya.

Definisi 2.14.1 Operator Adjoint

Diberikan dua ruang Hilbert dan K. Untuk setiap operator ∈ ( , ) terdapat ∗∈ ( , ) sehingga

〈 ( ), 〉 = 〈 , ∗( )〉

(26)

Definisi 2.14.1 didukung dengan Teorema berikut.

Teorema 2.14.2

Diketahui dan K masing- masing ruang Hilbert. Untuk setiap ∈ ( , ) terdapat ∗∈ ( , )tunggal sehingga untuk setiap ∈ dan ∈ berakibat

〈 ( ), 〉 = 〈 , ∗( )〉

(Darmawijaya, 2007).

(27)

Selanjutnya akan dijelaskan beberapa jenis operator ∈ ( ) = ( , ) pada ruang Hilbert ditinjau berdasarkan hubungannya dengan operator ∗. adalah operator identitas pada ( = ,untuk setiap ∈ ) (Darmawijaya, 2007)

2.15 Operator pada Ruang Hilbert

Beberapa jenis operator pada ruang Hilbert ∈ ( ) = ( , ) ditinjau berdasarkan hubunganngya dengan operator ∗. I adalah operator identitas pada

( = ,untuk setiap ∈ ).

Definisi 2.15.1 Operator pada Ruang Hilbert

Diketahui suatu ruang Hilbert ∈ ( ) disebut : 1. Operator isometrik (isometric operator) jika ∗ = ; 2. Operator uniter (unitary operator) jika ∗ = ∗= ; 3. Operator mandiri (self adjoint operator) jika ∗= ;

4. Operator proyeksi (projection operator) jika ∗= dan = ;

5. Operator normal (normal operator) jika ∗ = ∗(Darmawijaya, 2007).

Definisi 2.15.2

Misalkan : → operator linear terbatas pada ruang Hilbert Kompleks . MakaHilbert- operator adjoint ∗: → dapat didefinisikan dengan

〈 ( ), 〉 = 〈 , ∗( )〉untuk semua , ∈ ;

(28)

Definisi 2.15.3

Operator linear terbatas : → pada ruang Hilbert dapat juga ditulis :

1. Self-adjointatauHermitianjika ∗= ; 2. Uniter jika bijektif ∗= ;

3. Normal jika ∗= ∗ (Kreyszig, 1989).

2.16 KetidaksamaanCauchy – Schawrtz

Berkaitan dengan norma yang berlaku pada suatu ruang vektor. Berikut ini akan dijelaskan mengenai teorema-teorema yang berlaku pada norma, salah satunya yaitu ketidaksamaanCauchy-Scwartz.

Teorema 2.16.1

Jika dan adalah vektor pada sebuah ruang hasil kali dalam maka : 〈 , 〉 ≤ 〈 , 〉〈 , 〉

(Anton, 1987).

2.17 Barisan Monoton

Berikut definisi dan teorema barisan monoton naik dan monoton turun

Definisi 2.17.1 Barisan Monoton

barisan monoton dari operasi linear self adjoint pada ruang Hilbert . Barisan pada ruang Hilbert disebut barisan monoton naik jika

(29)

atau monoton turun jika

≥ ≥ ≥

barisan monoton naik seperti yang dimiliki (A sama dengan teorema yang ada dari barisan monoton turun) (Kreyszig, 1989).

Teorema 2.17.2

Misalkan ( ) barisan pada operator linear self adjoint terbatas pada ruang Hilbert kompleks seperti ditunjukan

≤ ≤ ≤ ≤ ≤

(30)

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dengan menggunakan buku – buku penunjang, internet dan bahan yang berhubungan dengan karya tulis ini. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Menginventaris literatur yang berhubungan dengan penelitian.

2. Menuliskan definisi–definsi beserta contohnya.

3. Mempelajari dan memahami definisi–definsi yang mendukung.

4. Menggunakan definisi – definisi dan istilah sebagai acuan melakukan penelitian dan dalam memperoleh hasil utama penelitian ini.

5. Melakukan penelitian tentang perkalian operator self-adjoint pada ruang Hilbert.

(31)

Gambar 3.1 Diagram Penelitian

Menginventaris literatur yang berhubungan dengan penelitian

Menuliskan definisi – definsi Ruang vector, ruang Hilbert, Ruang Banach, ruang Metrik, operator pada ruang Hilbert, operator self -adjointdll

Mempelajari dan memahami definisi–definsi yang dituliskan

Menggunakan definisi – definisi dan istilah sebagai acuan melakukan penelitian dan dalam memperoleh hasil utama penelitian ini

Melakukan penelitian tentang perkalian operator self-adjoint pada ruang Hilbert

Melakukan penelitian tentang akar kuadrat operator self-adjoint pada ruang Hilbert

(32)

5.1 Simpulan

Dari pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa perkalian dapat dilakukan jika

✁ ✂✁ dan ✁ ✂✁ operator positif dan komutatif ( ✄ ) maka positif. Sedangkan untuk akar kuadrat disebut akar kuadrat positif dari dan

ditulis ✄ dengan tunggal dan operator bersifat komutatif dengan setiap operator linear terbatas ✁ ✂✁ dan ✁ ✂✁ operator positif dengan

✄ .

5.2 Saran

(33)

(Skripsi)

OLEH YULI KARTIKA

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(34)

OLEH YULI KARTIKA

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(35)

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji hanya untuk Allah SWT. Rabb semesta alam yang senantiasa memberikan rahmat, inayah, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapatmenyelesaikan skripsi ini dengan judul Perkalian dan Akar Kuadrat untuk Operator Self- Adjoint. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Jurusan Matematika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak karena individu semata, tetapi karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muslim Ansori, selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberikan ide dan membimbing penulis;

2. Ibu Fitriani, S.Si., M.Sc., selaku Pembimbing II sekaligus pembimbing akademik, telah memberikan ilmu dan membimbing penulis;

(36)

6. Dosen, staf dan karyawan jurusan Matematika serta civitas akademika FMIPA;

7. Mamak dan Bapak terima kasih tiada terhingga atas kasih sayang, cinta dan doa doa tulus, tak mampu penulis membayar semuanya semoga Allah memberikan hal yang jauh lebih baik dari sisi-Nya;

8. Kakang, yayuk dan adikku, Kang Sukirno, Yuk Mar, Yuk Ti, dan adikku Hendi terimakasih atas kasih sayang dan semangatnya;

9. Keponakkanku Fahri, Alya, Syifa, Rahma, dan Furqon terimakasih atas keceriaannya;

10. Untuk para guru penulis yang telah membimbing, mengajari ilmu, dan menjadi sahabat semoga Allah mengganti kebaikan kalian dengan hal yang lebih baik dari sisiNya;

11. Saudara – saudaraku yang menginspirasi, memberikan semangat untuk penulis Mba Umil, Akh Yusman, Akh Sidik, Akh Afif, Akh Praw, Nita, Uli, dan Ayu;

12. Saudara saudaraku di pondok Al Hams dan DT, Novianti, Aulia L, Nur Rohmah, Dwi R, Fera S, Yuliana E, Alifah Z, Nining A, Lidya U, Devi S, Ade H, Aulia F, Puji L, Desta, Mba Iik, Mba Dew, Mba Asih, Mb Irma terimakasih atas cinta, kasih sayang, ukhuwah, semangat, doa dan kebersamaanya dalam menggapai mimpi;

(37)

15. Untuk adik-adiku dan keluarga kecil di Unila semoga tetap semangat menuntut ilmu dan memperbaiki diri;

16. Keluarga Besar HIMATIKA, ROIS FMIPA, BIROHMAH, FSLDK Unila dan tim ikhlas, cerdas dan bersahabat terimakasih atas kebersamaannya. Penulis menyadari karya tulis ini masih banyak kekurangan. Dan akhirnya kepada semua pihak penulis mohon maaf jika penulis banyak melakukan kesalahan dan terima kasih atas segala cinta dan ilmu yang didedikasikan semoga Allah SWT memberi balasan yang jauh lebih baik dari SisiNya. Aamiin

Bandar Lampung, Desember 2012 Penulis,

(38)

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku kuserahkan

padaMu ya Allah , Rabb Semesta Alam (Q.S Al an am: 162)

B

ekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin

akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada

(Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu

diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

(QS. At Taubah : 105)

Ikhlas dan sabar

Suksesnya perjalanan menuju Allah sudah dimulai sejak awal dengan

kembali kepada Allah (Ibnu Athailah)

Hidup hanyalah kesempatan membuat pilihan segalanya digulirkan dan

digilirkan. Apapun yang kita pilih, ujungnya adalah tanggung jawab

Memikul tanggung jawab apapun pasti melelahkan

Tak ada hidup yang tidak melelahkan

yang membedakan hanya

(39)

Judul Penelitian : PERKALIAN DAN AKAR KUADRAT UNTUK OPERATORSELF – ADJOINT

Nama Mahasiswa : Yuli Kartika

NPM : 0617031071

Jurusan : Matematika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Bandar Lampung, 2012 Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muslim Ansori Fitriani, S. Si, M. Sc.

NIP 19720227 199802 1 001 NIP 19840627 200604 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Matematika

(40)

Allah SWT

Keluargaku Tercinta

Mamak dan Bapak yang tercinta,Kakang,yayukku dan Adiku

Guru

guruku

Keluarga kecilku di Unila

Dan untuk Ikhwatifillah yang bersama

sama berjuang dalam Dakwah ini

(41)

Penulis dilahirkan di Gumuk mas pada tanggal 13 Juli 1988, merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan ibu Suminah dan bapak Amat Siswadi.

Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SD Negeri 2 Gumuk mas pada tahun 2000, kemudian melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 1 Pagelaran dan diselesaikan pada tahun 2003. Selanjutnya, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Pringsewu dan diselesaikan pada tahun 2006.

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Penelitian

Referensi

Dokumen terkait