• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pelaksanaan Program Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Pelaksanaan Program Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PELAKSANAAN PROGRAM POS KESEHATAN PESANTREN (POSKESTREN) DI PONDOK PESANTREN AR-RAUDHATUL

HASANAH MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh

NUR ASWAT NIM. 091000108

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KAJIAN PELAKSANAAN PROGRAM POS KESEHATAN PESANTREN (POSKESTREN) DI PONDOK PESANTREN AR-RAUDHATUL

HASANAH MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat

Oleh

NUR ASWAT NIM. 091000108

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Program Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) merupakan salah satu Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) di lingkungan pondok pesantren, dengan prinsip dari, oleh dan untuk warga pondok pesantren, yang mengupayakan pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan), dengan binaan puskesmas setempat

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang pelaksanaan program poskestren di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dan Diskusi Kelompok Terarah (DKT), sedangkan untuk data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen. Informan dalam penelitian ini berjumlah 32 orang, yang terdiri dari 24 orang informan santri dan santriwati, 1 orang informan ustadz/ustadzah, dan 1 orang informan karyawan pesantren yang dalam hal ini bertindak sebagai pengguna poskestren. Selanjutnya adalah para pejabat dan staf yang berhubungan dengan pelaksanaan program yaitu: 1 Staf Bina Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 1 Staf UKS Dinas Kesehatan Kota Medan, 1 Petugas UKS Puskesmas Simalingkar, 1 Kepala Bidang Kesejahteraan Pesantren, 1 Ketua Poskestren dan 1 petugas kesehatan Poskestren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koordinasi pihak pesantren dengan puskesmas dalam pelaksanaan program poskestren tidak berjalan dengan baik. Puskesmas hanya ikut berpartisipasi dalam kegiatan penjaringan kesehatan yang dilakukan pada setiap tahunnya bagi santri dan santriwati baru di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah. Namun karena kesadaran warga pondok pesantren akan kesehatan sudah baik mengakibatkan kegiatan pelayanan kesehatan tetap berjalan.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Puskesmas Simalingkar, Dinas kesehatan Kota Medan dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan koordinasi dengan pihak Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, seperti melakukan pemantauan dan pembinaan yang berhubungan dengan peningkatan program poskestren yang telah ada, sehingga tidak timbul anggapan yang menyatakan bahwa poskestren yang sudah dibentuk tidak mendapat perhatian.

(5)

ABSTRACT

Boarding School Program Health Post (Poskestren) is one of power sourced Public Health Efforts (UKBM) in the boarding school, the principle of, by and for the citizens of the boarding school, which sought promotive and preventive without prejudice to the curative aspects and rehabilitation,with the local health center guidance.

This research is a qualitative research study that aimed to get a more in-depth information about the implementation of the poskestren program at boarding school Ar-Raudhatul Hasanah Medan, North Sumatra. The primary data obtained through indepth interview and Focus Group Discussion (FGD), while for the secondary data obtained through document reviews. Informans in this study amounted to 31 people, consists of 24 students, 1teacher, and 1 employeeboarding school which in this case acts as a user of poskestren. The other is the officials and staff associated with the implementation of the program, consisting of 1 Health Care Staff Development North Sumatra Health Office, 1 City Health Office staff UKS Medan, 1 Officer UKS Simalingkar Health Center, 1 Head of Welfare boarding, 1 Chairman of Poskestren and 1health worker of Ar-Raudhatul Hasanah Poskestren.

The results showed that the coordination of the school with health center in the implementation of the program poskestren not go well. Only health center participating in the health crawl conducted every year for new students in the boarding school Ar-Raudhatul Hasanah. The awareness of citizens of the boarding school about health is good, health service activity is still running.

Based on the results of the study, expected to Health Center, City Health office and Province Health office to improve coordination with the Boarding School Ar-Raudhatul Hasanah, such as monitoring and guidance relating to the improvement of existing programs poskestren, so no assumption that arise poskestren had formed no attention.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Aswat

Tempat/Tanggal Lahir : Kuala Simpang/21 November 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Kota Lintang, Desa Landuh, Kuala Simpang, Aceh Tamiang

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1995-1996 : TK Nusa Indah Kuala Simpang 2. 1996-2002 : SD Negeri 1 Kuala Simpang 3. 2002-2005 : SMP Negeri 1 Kuala Simpang 4. 2005-2008 : SMA Negeri 1 Kejuruan Muda 5. 2009-Sekarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kajian Pelaksanaan Program Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Terutama kepada Ibu Dr. Juanita, SE., M.Kes selaku dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Penguji dan Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Penguji I yang selalu memberikan masukan dan bimbingannya dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Heldy BZ, MPH selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji II.

(8)

4. Bapak dr. Fauzi, SKM selaku dosen Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan sekaligus Dosen Penguji III yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes, selaku dosen Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah banyak memberikan masukan serta saran-saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini serta memberikan dukungan dan bimbingan selama penulis menjalani pendidikan.

6. Para dosen dan staf di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

7. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara beserta seluruh stafnya yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan beserta seluruh stafnya yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian di wilayah kerjanya.

9. Kepala Puskesmas Simalingkar beserta stafnya yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10. Bapak Drs. Rasyidin Bina selaku Pimpinan Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan beserta seluruh keluarga besar Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan tempat penelitian ini dilakukan.

(9)

12. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Sufril Mahdi dan Ibunda Juriah yang selalu memberikan doa, kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materil.

13. Saudara-saudara tersayang, Kakanda Safrizal SEI dan Adinda Mawaddah yang selalu memberi semangat.

14. Kepada Amrul Hasibuan ST, yang setia menemani, memberikan dukungan, bantuan dan semangat kepada penulis.

15. Teman-teman angkatan 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Terkhusus kepada teman-teman dan kakak-kakak Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang tidak bisa disebutkan satu per satu dan semua pihak yang telah banyak membantu dan memberikan semangat serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dan menghitungnya sebagai amal ibadah serta selalu memberi ridho dan berkah-Nya kepada kita semua. Amin.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari para pembaca. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.

Medan, April 2013 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Puskesmas ... 10

2.1.1 Definisi Puskesmas ... 10

2.1.2 Visi dan Misi Puskesmas ... 10

2.1.3 Tujuan ... 11

2.1.4 Fungsi Puskesmas ... 11

2.1.5 Upaya dan Azas Penyelenggaraan ... 12

2.1.5.1 Upaya ... 12

2.1.5.2 Azas Penyelenggaraan ... 14

2.1.6 Pengembangan Fungsi Puskesmas di Perkotaan ... 18

2.1.7 Sasaran Upaya Kesehatan Puskesmas di Perkotaan Berdasarkan pada Tatanan/Kawasan ... 22

2.1.7.1 Tatanan Pemukiman/Rumah Tangga di Kawasan Kumuh ... 22

2.1.7.2 Tatanan Tempat Kerja Industri/kawasan Industri ... 22

2.1.7.3 Tatanan Tempat-Tempat Umum ... 22

2.1.7.4 Tatanan Institusi Pendidikan ... 23

2.2 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) ... 23

2.2.1 Sasaran ... 24

2.3 Keputusan Bersama Tiga Menteri Tentang Peningkatan Kesehatan Pada Pondok Pesantren dan Institusi Agama Lainnya ... 24

2.4 Pesantren ... 26

2.5 Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) ... 28

2.5.1 Tujuan Poskestren ... 28

2.5.2 Sasaran Poskestren ... 29

(11)

2.5.4 Fungsi Poskestren ... 29

2.5.5 Manfaat Poskestren ... 30

2.6 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman Penyelenggaraan dan pembinaan Poskestren ... 31

2.7 Fokus Penelitian ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

3.1 Jenis Penelitian ... 45

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 45

2.1.1 Lokasi Penelitian ... 45

2.1.2 Waktu Penelitian ... 45

3.3 Informan Penelitian ... 45

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 46

3.5 Triangulasi ... 46

3.6 Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 48

4.1 Gambaran Umum Poskestren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan ... 48

4.2 Karakteristik Informan ... 50

4.2.1 Karakteristik Informan Pengguna Poskestren ... 50

4.2.2 Karakteristik Informan Pelaksana Program ... 51

4.3 Pelaksanaan Program Poskestren di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 52

4.3.1 Pernyataan Informan Tentang Tujuan Program Poskestren di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 52

4.3.2 Pernyataan Informan Tentang Pelayanan Kesehatan di Poskestren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 53

4.3.3 Pernyataan Informan Tentang Kader Kesehatan di Poskestren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 55

4.3.4 Pernyataan Informan Tentang Sarana dan Prasarana Kesehatan di Poskestren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 56

4.3.5 Pernyataan Informan Tentang Pendanaan Kesehatan di Poskestren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 58

4.3.6 Pernyataan Informan Tentang Frekuensi Penyuluhan Kesehatan di Poskestren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 60

4.3.7 Pernyataan Informan Tentang Frekuensi Pertemuan yang Membahas Poskestren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 62

(12)

4.3.9 Pernyataan Informan Tentang Output Program Poskestren

di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 65

4.3.10 Pernyataan Informan Tentang Hambatan dalam Pelaksanaan Program Poskestren di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 66

4.4 Pelaksanaan Diskusi Kelompok Terarah... 68

4.4.1 Hasil DKT Tentang Gerakan Jumat Bersih di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 69

4.4.2 Hasil DKT Tentang Kawasan Bebas Rokok di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 69

4.4.3 Hasil DKT Tentang Kebersihan Perorangan di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 70

4.4.4 Hasil DKT Tentang Sampah di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 71

4.4.5 Hasil DKT Tentang Rujukan Santri/santriwati di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 72

BAB V PEMBAHASAN ... 74

5.1 Masukan (input) ... 74

5.1.1 Kader ... 74

5.1.2 Sarana Poskestren ... 76

5.1.3 Dukungan Pendanaan ... 78

5.2 Proses (process)... 80

5.2.1 Frekuensi Penyuluhan ... 80

5.2.2 Frekuensi Pertemuan ... 82

5.2.3 Frekuensi Pembinaan ... 83

5.3 Keluaran (output) ... 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 88

6.1 Kesimpulan ... 88

6.2 Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Pedoman Diskusi Kelompok Terarah (DKT) Surat Permohonan Izin Penelitian

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Distribusi Informan Pengguna Poskestren Berdasarkan

Karakteristik ... 50

Tabel 4.2 Distribusi Informan Pelaksana Program Berdasarkan Karakteristik ... 51

Tabel 4.3 Matriks Pernyataan Informan Tentang Tujuan Program Poskestren di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 52 Tabel 4.4 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pelayanan Kesehatan di

Poskestren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 53 Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kader Kesehatan di

Poskestren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 55 Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sarana dan Prasarana

Kesehatan di Poskestren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 56 Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pendanaan Kesehatan

di Poskestren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 58 Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan Tentang Frekuensi Penyuluhan

Kesehatan di Poskestren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 60 Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan Tentang Frekuensi Pertemuan

yang Membahas Poskestren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 62 Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan Tentang Frekuensi Pembinaan

Kesehatan di Poskestren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 63 Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Tentang Output Program

Poskestren di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 65 Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan Tentang Hambatan dalam

Pelaksanaan Program Poskestren di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 67 Tabel 4.13 Matriks Hasil DKT Tentang Gerakan Jumat Bersih di

(14)

Tabel 4.14 Matriks Hasil DKT Tentang Kawasan Bebas Rokok di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 70 Tabel 4.15 Matriks Hasil DKT Tentang Kebersihan Perorangan di

Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 70 Tabel 4.16 Matriks Hasil DKT Tentang Sampah di Pesantren

Ar-Raudhatul Hasanah... 71 Tabel 4.17 Matriks Hasil DKT Tentang Rujukan Santri/santriwati di

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

ABSTRAK

Program Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) merupakan salah satu Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) di lingkungan pondok pesantren, dengan prinsip dari, oleh dan untuk warga pondok pesantren, yang mengupayakan pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan), dengan binaan puskesmas setempat

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang pelaksanaan program poskestren di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dan Diskusi Kelompok Terarah (DKT), sedangkan untuk data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen. Informan dalam penelitian ini berjumlah 32 orang, yang terdiri dari 24 orang informan santri dan santriwati, 1 orang informan ustadz/ustadzah, dan 1 orang informan karyawan pesantren yang dalam hal ini bertindak sebagai pengguna poskestren. Selanjutnya adalah para pejabat dan staf yang berhubungan dengan pelaksanaan program yaitu: 1 Staf Bina Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 1 Staf UKS Dinas Kesehatan Kota Medan, 1 Petugas UKS Puskesmas Simalingkar, 1 Kepala Bidang Kesejahteraan Pesantren, 1 Ketua Poskestren dan 1 petugas kesehatan Poskestren Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koordinasi pihak pesantren dengan puskesmas dalam pelaksanaan program poskestren tidak berjalan dengan baik. Puskesmas hanya ikut berpartisipasi dalam kegiatan penjaringan kesehatan yang dilakukan pada setiap tahunnya bagi santri dan santriwati baru di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah. Namun karena kesadaran warga pondok pesantren akan kesehatan sudah baik mengakibatkan kegiatan pelayanan kesehatan tetap berjalan.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Puskesmas Simalingkar, Dinas kesehatan Kota Medan dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan koordinasi dengan pihak Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, seperti melakukan pemantauan dan pembinaan yang berhubungan dengan peningkatan program poskestren yang telah ada, sehingga tidak timbul anggapan yang menyatakan bahwa poskestren yang sudah dibentuk tidak mendapat perhatian.

(17)

ABSTRACT

Boarding School Program Health Post (Poskestren) is one of power sourced Public Health Efforts (UKBM) in the boarding school, the principle of, by and for the citizens of the boarding school, which sought promotive and preventive without prejudice to the curative aspects and rehabilitation,with the local health center guidance.

This research is a qualitative research study that aimed to get a more in-depth information about the implementation of the poskestren program at boarding school Ar-Raudhatul Hasanah Medan, North Sumatra. The primary data obtained through indepth interview and Focus Group Discussion (FGD), while for the secondary data obtained through document reviews. Informans in this study amounted to 31 people, consists of 24 students, 1teacher, and 1 employeeboarding school which in this case acts as a user of poskestren. The other is the officials and staff associated with the implementation of the program, consisting of 1 Health Care Staff Development North Sumatra Health Office, 1 City Health Office staff UKS Medan, 1 Officer UKS Simalingkar Health Center, 1 Head of Welfare boarding, 1 Chairman of Poskestren and 1health worker of Ar-Raudhatul Hasanah Poskestren.

The results showed that the coordination of the school with health center in the implementation of the program poskestren not go well. Only health center participating in the health crawl conducted every year for new students in the boarding school Ar-Raudhatul Hasanah. The awareness of citizens of the boarding school about health is good, health service activity is still running.

Based on the results of the study, expected to Health Center, City Health office and Province Health office to improve coordination with the Boarding School Ar-Raudhatul Hasanah, such as monitoring and guidance relating to the improvement of existing programs poskestren, so no assumption that arise poskestren had formed no attention.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi setiap penduduk. Selain sebagai hak asasi, kesehatan juga merupakan investasi, untuk itu harus diperjuangkan oleh semua pihak, tidak hanya bidang kesehatan saja, namun juga oleh berbagai jajaran (lintas sektor). Hal ini diperkuat oleh konstitusi organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 28 H ayat 1, yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Selain itu Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan juga menjelaskan dengan tegas tentang hak dan kewajiban pemerintah maupun masyarakat yang berkenaan dengan pemenuhan akan kesehatan.

(19)

Berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 telah ditetapkan Visi Kementerian Kesehatan yaitu: Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan, dengan salah satu strateginya adalah pemberdayaan masyarakat dan swasta melalui kerja sama nasional dan global (Bapelkes Cikarang, 2012).

Pentingnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, telah diakui oleh semua pihak. Hasil pengamatan, pengalaman lapangan sampai peningkatan cakupan program yang dikaji secara statistik, semuanya membuktikan bahwa peran serta masyarakat amat menentukan keberhasilan, kemandirian, dan kesinambungan pembangunan kesehatan. Sebagaimana yang terkandung dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 174 ayat 1 dan 2 tentang Peran Serta Masyarakat bahwa masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Mencakup keikutsertaan secara aktif dan kreatif (Undang-Undang Kesehatan, 2009).

(20)

(Pondok Obat Desa), Pos UKK (Pos Upaya Kesehatan Kerja), TOGA (Tanaman Obat Keluarga), Dana Sehat, Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), dan lain sebagainya (Depkes RI, 2006).

Inti kegiatan poskestren adalah memberdayakan masyarakat pesantren baik santri maupun guru agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Konsep pemberdayaan masyarakat pesantren ini adalah memperkenalkan mereka akan permasalahan yang mereka hadapi yang dilakukan oleh mereka sendiri. Sehingga masalah yang ditemukan benar-benar dirasakan dan disepakati oleh mereka (Bapelkes Cikarang, 2012). Sebagaimana menurut Mahyuliansyah (2010) bahwa santri-santri yang berada di pondok pesantren merupakan anak didik yang pada dasarnya sama saja dengan anak didik di sekolah-sekolah umum yang harus berkembang dan merupakan sumber daya yang menjadi generasi penerus pembangunan yang perlu mendapat perhatian khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya.

Pondok Pesantren pada awal berdirinya mempunyai pengertian yang sederhana, yaitu tempat pendidikan santri-santri untuk mempelajari pengetahuan Agama Islam di bawah bimbingan seorang guru/ustadz/kyai dengan tujuan untuk menyiapkan santri-santri menguasai ilmu Agama Islam dan siap mengajarkan Agama Islam dengan mendirikan pesantren baru untuk memperbanyak jumlah kader dakwah Islamaiyahnya (Mahyuliansyah, 2010).

(21)

jumlah tersebut yang merupakan santri pesantren kombinasi dan modern sebanyak 2.057.814 orang atau 59,4% dan santri pesantren tradisional sebanyak 1.406.519 orang atau 40,6% (Depag, 2005).

Keberadaan pondok pesantren ditengah-tengah masyarakat Indonesia sudah dirasakan manfaatnya sejak dulu. Sejarah perkembangan pondok pesantren tidak lepas dari sejarah bangsa ini dalam meraih kemerdekaan. Seiring perjalanan waktu, kebutuhan akan pondok pesantren yang dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat di bidang agama dan pendidikan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Dalam upaya mendukung hal tersebut, kebutuhan fasilitas penunjang sangatlah dibutuhkan. Salah satu kebutuhan tersebut adalah tersedianya sarana pelayanan kesehatan yang memadai (Muqowis, 2009).

Kesehatan adalah salah satu pilar yang berpengaruh terhadap kualitas hidup sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka diharapkan lembaga pendidikan pondok pesantren memiliki sarana pendukung kesehatan bagi warga pesantren sebagai sarana penunjang bagi para santri untuk meningkatkan kepedulian serta partisipasi seluruh warga pesantren dalam berperilaku hidup bersih dan sehat sehingga kualitas sumber daya manusia meningkat (Isnaini, 2011).

(22)

hidup bersih dan sehat bagi para santri dan masyarakat pondok pesantren serta masyarakat lingkungannya (Mahyuliansyah, 2010).

Pada umumnya kondisi kesehatan di lingkungan pondok pesantren masih memerlukan perhatian dari pelbagai pihak, baik dalam aspek pelayanan kesehatan, perilaku sehat maupun aspek kesehatan lingkungannya. Berikut beberapa poin permasalahan kesehatan secara umum di pondok pesantren. (1) Berkaitan dengan kesehatan lingkungan: (a) sampah yang berserakan di lingkungan pesantren (b) lantai asrama jarang dipel (c) bak mandi jarang dikuras dan (e) kasur tidak dijemur. (2) Bekaitan dengan masalah tingkah laku: (a) piring tidak segera dicuci sebelum dan sesudah makan (b) sisa makanan yang berserakan di asrama (c) pakaian yang sudah digunakan bergantungan di dalam asrama (d) santri tidur di lantai, tanpa selimut dan alas tidur (e) ember sabun, sepatu dan sandal diletakkan sembarangan di dalam asrama (f) bantal sering dipakai bersama-sama dan (g) sesudah Buang Air Besar (BAB) tidak cuci tangan dengan sabun. (3) Berkaitan dengan masalah gizi: (a) mie instan dijadikan makanan pokok (b) menu makanan kurang bervariasi (c) santri tidak sarapan pagi (d) mengambil porsi makanan yang tidak sesuai, dan (4) Berkaitan dengan masalah sarana dan prasarana: (a) ruang asrama tidak sesuai dengan jumlah penghuni dan (b) kurangnya tempat menjemur pakaian (Muslim, 2012).

(23)

Mengingat bahwa pondok pesantren merupakan wadah yang potensial dalam meningkatkan sumber daya manusia, maka perlu didukung oleh kebijakan pemerintah dan berbagai program kesehatan, khususnya upaya pelayanan kesehatan melalui poskestren, yang diperkuat dengan adanya Keputusan Bersama Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri dalam Negeri No. 1067/Menkes/SKB/VIII/2002, Nomor 385 Tahun 2002 dan Nomor 37 Tahun 2002 tentang Peningkatan Kesehatan Pondok Pesantren dan Instituti Keagamaan lainnya. Selanjutnya pada tahun 2006 Menteri Kesehatan menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 867/Menkes/SK/X/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Poskestren.

Di sekolah-sekolah formal, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sudah berkembang dengan baik. Sedangkan di pondok pesantren dikembangkan poskestren yang merupakan salah satu wujud UKBM di lingkungan pondok pesantren, dengan prinsip dari, oleh dan untuk warga pondok pesantren, yang mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan), yang diharapkan menjadi wadah warga pondok pesantren untuk mengatasi persoalan kesehatan yang masih banyak dijumpai di pondok pesantren, yang selanjutnya diikuti dengan binaan puskesmas setempat (Depkes RI, 2006).

(24)

kesehatan masyarakat dan gizi kepada pengunjung poskestren dan masyarakat sekitar, (4) menganalisis hasil kegiatan poskestren, menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan poskestren, (5) menerima konsultasi atau rujukan dalam menangani berbagai kasus kesehatan yang tidak dapat ditanggulangi oleh kader poskestren, dan (6) membantu pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan yang dibutuhkan poskestren (Depkes RI, 2006).

(25)

memanfaatkan sumber daya yang terdapat di pesantren tanpa adanya pembinaan dan koordinasi dengan pihak puskesmas setempat.

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan pelaksanaan program pelayanan kesehatan adalah penelitian yang dilakukan oleh Subchairanur (2004), menunjukkan bahwa pencapaian tujuan pelayanan kesehatan belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dimana masih terdapat beberapa aspek kegiatan yang belum terlaksana. Sedangkan penelitian yang behubungan dengan program upaya kesehatan di lingkungan pendidikan atau sekolah adalah penelitian Samira (2011) yang menunjukkan adanya pengaruh pembinaan lingkungan sekolah sehat dan ketenagaan dengan pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui pelaksanaan program poskestren yang ada di pondok pesantren Ar-raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 867 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Poskestren dalam upaya terwujudnya kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

1.2 Rumusan Masalah

(26)

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program poskestren yang diberlakukan di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Dapat memberikan informasi kepada stakeholder dalam hal ini Dinas kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan Kota Medan tentang bagaimana pelaksanaan kebijakan program poskestren di Pondok Pesantren Ar-raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara dalam upaya terwujudnya kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

2. Sebagai masukan bagi pihak Puskesmas Simalingkar dan Pondok Pesantren Ar-raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara tentang bagaimana pelaksanaan kebijakan program poskestren dalam upaya terwujudnya kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

3. Sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan sekaligus menambah wawasan secara nyata bagi penulis.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Definisi Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelayanan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004).

2.1.2 Visi dan Misi Puskesmas 1. Visi

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

2. Misi

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

(28)

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya (Depkes RI, 2004).

2.1.3 Tujuan

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat (Depkes RI, 2004).

2.1.4 Fungsi Puskesmas

Terdapat tiga fungsi puskesmas, yaitu:

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektoral termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat

(29)

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, meliputi:

1. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi

(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan

kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya (Depkes RI, 2004).

2.1.5 Upaya dan Azas Penyelenggaraan 2.1.5.1Upaya

1. Upaya Kesehatan Wajib

(30)

untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:

a. Upaya promosi kesehatan b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana d. Upaya perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular f. Upaya pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni:

a. Upaya kesehatan sekolah b. Upaya kesehatan olah raga

c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat d. Upaya kesehatan kerja

e. Upaya kesehatan gigi dan mulut f. Upaya kesehatan jiwa

g. Upaya kesehatan mata h. Upaya kesehatan usia lanjut

(31)

2.1.5.2Azas Penyelenggaraan

1. Azas pertanggungjawaban wilayah

Azas pertanggungjawaban wilayah mengandung arti puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk itu puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut:

a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan.

b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

c. Membina setiap usaha kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.

d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.

2. Azas pemberdayaan masyarakat

Azas pemberdayaan masyarakat mengandung arti puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain:

a. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina Keluarga Balita (BKB). b. Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD)

(32)

d. Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos kesehatan pesantren (Poskestren)

e. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok pemakai air (Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)

f. Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)

h. Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM)

i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga (TOGA), pembinaan pengobatan tradisional (Battra)

3. Azas keterpaduan

Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang harus diperhatikan, yakni:

a. Keterpaduan lintas program

Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas, antara lain:

1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan dan pengobatan.

(33)

3) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi kesehatan dan kesehatan gigi.

4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, Kesehatan jiwa dan promosi kesehatan.

b. Keterpaduan lintas sektor

Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha, antara lain:

1) Upaya kesehatan sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan dan agama.

2) Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, agama dan pertanian.

3) Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan PLKB.

4) Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha, PKK dan PLKB. 5) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan

(34)

4. Azas rujukan

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun horizontal antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas, ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni:

a. Rujukan upaya kesehatan perorangan

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam:

1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (misal operasi) dan lain-lain.

2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.

3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medik spesialis di puskesmas.

b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat

(35)

upaya kesehatan wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam:

1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.

2) Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan dan penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam.

3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain usaha kesehatan sekolah, usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan jiwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada dinas kesehatan kabupaten/kota (Depkes RI, 2004).

2.1.6 Pengembangan Fungsi Puskesmas di Perkotaan

Secara konseptual puskesmas didaerah perkotaan tidak beda dengan puskesmas lain di Indonesia, yaitu sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama baik aspek upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan (Kepmenkes No 128/MENKES/KEP/II/2004). Konsep dasar puskesmas tersebut meliputi pengertian, visi, misi, fungsi, upaya dan azas penyelenggaraan (Depkes RI, 2005).

(36)

pelayanan kesehatan. Kebutuhan masyarakat akan jenis pelayanan diperkotaan berbeda sesuai karakteristik masyarakat. Pengembangan fungsi puskesmas antara lain:

1. Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja Melalui fungsi ini puskesmas diharapkan dapat menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk yang dilakukan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, agar kegiatan yang dilaksanakan berwawasan kesehatan. Kegiatan fungsi pertama ini dilaksanakan dalam bentuk:

a. Surveilans

Surveilans yang dilakukan oleh puskesmas perkotaan tidak hanya surveilans yang bersifat rutin seperti surveilans penyakit menular, penyakit tidak menular, surveilans faktor risiko, surveilans hidup bersih dan sehat, dan surveilans gizi.

b. Penyuluhan kesehatan

Sasaran penyuluhan adalah masyarakat/institusi yang ada di wilayah kerja dalam upaya promosi dan pencegahan terhadap berbagai masalah kesehatan yang mungkin muncul akibat dampak negatif pembangunan di wilayah tersebut. c. Kerja sama lintas sektoral

(37)

2. Fungsi pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat

Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. Kegiatan fungsi kedua ini meliputi:

a. Pemberdayaan perorangan

Bentuk pemberdayaan perorangan diperkotaan dapat diwujudkan dalam bentuk (1) peran serta menjadi kader kesehatan dalam tatanan keluarga, dan masyarakat melalui kegiatan posyandu, gerakan sehat, kader mengamat jentik dan lain-lain. (2) penggalangan dana maupun sumbangan pemikiran disesuaikan dengan kondisi setempat untuk kepentingan kesehatan.

b. Pemberdayaan kelompok

Pemberdayaan kelompok dimaksudkan agar kelompok masyarakat dapat ikut memperjuangkan kepentingan kesehatan di wilayah yang masih menemui berbagai masalah kesehatan dimana masyarakat setempat tidak mampu mengatasi masalah tersebut secara mandiri.

c. Pemberdayaan masyarakat

(38)

3. Fungsi pusat pelayanan kesehatan strata pertama Pengembangan yang dapat dilakukan antara lain: a. Jenis pelayanan kesehatan

Untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan, puskesmas dapat mengembangkan jenis pelayanan yang telah ada dengan kegiatan baru seperti Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), pelayanan Santun Usia Lanjut, pelayanan pencegahan penyalahgunaan Napza, penanganan masalah kesehatan dan seksual, pelayanan konsultasi kesehatan, pelayanan HIV/AIDS, ruang rehidrasi, ruang rawat inap dan lain-lain.

b. Pengembangan tata cara pelayanan

Mengingat tuntutan dan kebutuhan masyarakat perkotaan akan pelayanan yang komperhensif, maka perlu dipikirkan untuk mengembangkan tata cara pelayanan seperti:

1) Pelayanan 24 jam/gawat darurat 2) Pelayanan sore hari

3) Pelayanan dengan sarana penunjang lengkap 4) Pelayanan konsultasi/konseling

5) Pelayanan on call/konsultasi via telepon 6) Posyandu sore hari

7) Penyuluhan kesehatan sore/malam hari 8) Kunjungan rumah sesuai kebutuhan

(39)

2.1.7 Sasaran Upaya Kesehatan Puskesmas di Perkotaan Berdasarkan pada Tatanan/Kawasan

2.1.7.1Tatanan Pemukiman/Rumah Tangga di Kawasan Kumuh

Penduduk di kawasan kumuh perkotaan merupakan masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan perorangan maupun masalah kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan di kawasan kumuh perkotaan antara lain: segi epidemiologis, lingkungan pemukiman, demografi, perilaku dan pengetahuan penduduk, dan pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2005).

2.1.7.2Tatanan Tempat Kerja Industri/Kawasan Industri

Tatanan tempat kerja yang perlu mendapat perhatian salah satunya adalah kawasan industri. Hal tersebut berkaitan dengan dampak kegiatan industri yang dapat menimbulkan berbagai pencemaran lingkungan yang berpengaruh pada kesehatan. Dampak ini dapat terjadi pada pekerja maupun masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri (Depkes RI, 2005).

2.1.7.3Tatanan Tempat-Tempat Umum

Beberapa tempat-tempat umum yang menjadi sasaran pelayanan kesehatan antara lain:

a. Tatanan pasar

(40)

b. Tatanan tempat pariwisata

Dunia pariwisata dan hiburan merupakan salah satu faktor makin meningkatnya masalah kesehatan, mengingat berbagai kegiatan yang dilakukan baik oleh wisatawan maupun masyarakat di lingkungan tersebut.

c. Tatanan terminal/stasiun/pelabuhan

Terminal/stasiun/pelabuhan adalah tempat umum yang berpotensi terhadap penularan berbagai penyakit, mengingat tingginya mobilitas dan interaksi antar manusia (Depkes RI, 2005).

2.1.7.4Tatanan Institusi Pendidikan

Tatanan institusi pendidikan/sekolah sebagai suatu institusi tempat berkumpulnya banyak orang dalam waktu yang cukup lama, dari aspek kesehatan perlu mendapat perhatian. Khususnya kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat sekolah.

Siswa sekolah merupakan kelompok rawan yang sangat mudah terpengaruh gaya hidup tidak sehat di sekitarnya. Namun melalui tatanan sekolah, siswa dapat dijadikan kader-kader kesehatan (Depkes RI, 2005).

2.2 Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM)

(41)

UKBM adalah salah satu wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainya seperti Polindes, POD (pos obat desa), Pos UKK (pos upaya kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), dana sehat, dan lain sebagainya.

2.2.1 Sasaran

Sasaran UKBM adalah: 1. Individu/Toma berpengaruh 2. Keluarga dan perpuluhan keluarga

3. Kelompok masyarakat : generasi muda, kelompok wanita, angkatan kerja, dll 4. Organisasi masyarakat: organisasi profesi, LSM, dll

5. Masyarakat umum: desa, kota, dan pemukiman khusus

2.3 Keputusan Bersama Tiga Menteri Tentang Peningkatan Kesehatan Pada Pondok Pesantren dan Institusi Keagamaan Lainnya

(42)

daya manusia, untuk itu perlu didukung dengan berbagai program di bidang kesehatan

Keputusan Bersama tiga menteri ini mengatur berbagai hal, diantaranya: 1. Kerjasama dalam upaya peningkatan kesehatan pada pondok pesantren dan

institusi keagamaan lainnya. Departemen Kesehatan, Departemen Agama dan Departemen dalam Negeri melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Pengembangan sistem pelayanan kesehatan pada pondok pesantren dan institusi keagamaan lainnya yang meliputi: bentuk pelayanan kesehatan, cara pembiayaan kesehatan, dan cara pengelolaan kesehatan yang dilaksanakan secara efektif dan efisien.

b. Pengangkatan tenaga kesehatan oleh pondok pesantren dan institusi keagamaan lainnya atas persetujuan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dan diakui sebagai pelaksanaan Masa Bakti. c. Pendirian dan pengembangan Klinik Kesehatan atau institusi pelayanan

kesehatan yang sesuai dengan keadaan setempat. d. Penyusunan pedoman-pedoman yang diperlukan.

2. Untuk teknis pelaksanaan amar kedua Keputusan Bersama ini dibentuk kelompok kerja di lingkungan Departemen Kesehatan, Departemen Agama dan Departemen Dalam Negeri, yang ditetapkan secara bersama-sama atau sendiri-sendiri oleh masing-masing departemen.

(43)

2.4 Pesantren

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Agama Islam yang dalam kegiatannya mengembangkan fungsi peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT; pengembangan keilmuan yang bermanfaat; dan pengabdian terhadap Agama Islam masyarakat dan negara. Selain itu pengertian sederhana lainnya tentang pesantren adalah tempat pendidikan santri-santri untuk mempelajari pengetahuan Agama Islam di bawah bimbingan seorang kyai/ustadz/guru dengan tujuan untuk menyiapkan para santri sebagai kader dakwah Islamiah, yang menguasai ilmu Agama Islam dan siap menyebarkan Agama Islam di pelbagai lapisan masyarakat (Depkes RI, 2006).

Warga pondok pesantren adalah kyai atau sebutan lain (dan keluarga), santri, ustadz/ustadzah (dan keluarga), serta pengelola (dan keluarga).

Sesuai dengan tujuan utamanya, maka materi yang diajarkan di pondok pesantren pada umumnya terdiri dari materi agama yang digali langsung dari kitab-kitab klasik berbahasa Arab yang ditulis oleh para ulama yang hidup pada masa pertengahan. Semenjak perang kemerdekaan, terjadi perubahan mendasar dalam sistem pendidikan pondok pesantren. Perubahan tersebut di antaranya dengan diperkenalkannya sistem madrasah dalam proses belajar-mengajar, yang kemudian mulai diajarkannya materi umum. Dengan demikian pondok pesantren tidak lagi sepenuhnya tergolong pendidikan jalur luar sekolah, tetapi juga masuk jalur sekolah.

(44)

pengembangan masyarakat. Masuknya program pengembangan masyarakat, keterampilan, pendidikan umum termasuk kesehatan, dianggap sebagai pelengkap dari pendidikan di pondok pesantren.

Secara garis besar, pondok pesantren dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu:

1. Pondok Pesantren Salafi/Salafiah (Tradisional)

Pondok pesantren salafiah merupakan pondok pesantren yang hanya menyelenggarakan pengajaran kitab klasik dan pengajaran Agama Islam. Umumnya, lebih mendahulukan dan mempertahankan hal-hal yang bersifat tradisional dalam sistem pendidikan maupun perilaku kehidupannya, serta sangat selektif terhadap segala bentuk pembaharuan, termasuk kurikulum pengajarannya.

2. Pondok Pesantren Khalafi/Khalafiah (Modern)

(45)

3. Pondok Pesantren Salafi-Khalafi (Perpaduan Tradisional dan Modern)

Pondok pesantren salafi-khalafi merupakan perpaduan pondok pesantren yang dalam kegiatannya memadukan metode salafi dan khalafi, memelihara nilai tradisional yang baik dan akomodatif terhadap perkembangan yang bersifat modern.

2.5 Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)

Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) merupakan salah satu UKBM di lingkungan pondok pesantren, dengan prinsip dari, oleh dan untuk warga pondok pesantren, yang mengupayakan pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan), dengan binaan puskesmas setempat (Depkes RI, 2006).

2.5.1 Tujuan Poskestren Tujuan Umum:

Terwujudnya kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

Tujuan Khusus:

1. Meningkatnya pengetahuan warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya tentang kesehatan

2. Meningkatnya sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya.

(46)

4. Terpenuhinya pelayanan kesehatan dasar bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya (Depkes RI, 2006).

2.5.2 Sasaran Poskestren

Sasaran Poskestren adalah sebagai berikut:

1. Warga pondok pesantren: santri, kyai, pimpinan, pengelola, dan para pengajar di pondok pesantren termasuk wali santri.

2. Masyarakat di lingkungan pondok pesantren.

3. Tokoh masyarakat: tokoh Agama Islam, pimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pimpinan organisasi kemasyarakatan lainnya di lingkungan pondok pesantren.

4. Petugas kesehatan dan stakeholders lainnya (Depkes RI, 2006).

2.5.3 Ruang Lingkup Kegiatan Poskestren

Ruang lingkup kegiatan poskestren meliputi pelayanan kesehatan dasar secara komperhensif, yaitu upaya promotif, preventif, tanpa meninggalkan upaya rehabilitatif dan kuratif, serta upaya pemberdayaan warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam bidang kesehatan (Depkes RI, 2006).

2.5.4 Fungsi Poskestren

(47)

2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan desa kepada warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya (Depkes RI, 2006).

2.5.5 Manfaat Poskestren

1. Bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya

a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi, pengetahuan dan pelayanan kesehatan dasar.

b. Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan.

c. Mendapatkan informasi awal tentang kesehatan.

d. Dapat mewujudkan kondisi kesehatan yang lebih baik bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya.

2. Bagi kader poskestren

a. Mendapatkan informasi lebih awal tentang kesehatan.

b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya untuk membantu warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di lingkungannya.

3. Bagi puskesmas

a. Dapat mengoptimalkan fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

(48)

c. Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga, dan dana melalui pemberian pelayanann kesehatan secara terpadu.

4. Bagi sektor lainnya

a. Dapat memfasilitasi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam pemecahan masalah sektor terkait.

b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing sektor (Depkes RI, 2006).

2.6 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Poskestren

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 867 Tahun 2006 ini merupakan peraturan yang membahas tentang pedoman penyelenggaraan dan pembinaan poskestren. Mengingat adanya Keputusan Bersama Tiga Menteri (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Agama Republik Indonesia Dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia) Nomor 1067/Menkes/SKB/VIII/2002 Nomor 385 Tahun 2002 Nomor 37 Tahun 2002, untuk itu Keputusan Menteri Kesehatan ini merupakan peraturan yang bersifat operasional.

Keputusan menteri Kesehatan ini mengatur beberapa hal, antara lain: 1. Pengorganisasian

(49)

b. Pengelola poskestren

Struktur organisasi poskestren ditetapkan melalui musyawarah warga pondok pesantren pada saat pembentukan poskestren. Struktur organisasi tersebut bersifat fleksibel, sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan, dan kemampuan sumber daya yang ada. Struktur organisasi minimal terdiri dari: Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Kader poskestren yang merangkap sebagai anggota. Kriteria pengelola poskestren antara lain sebagai berikut:

1) Diutamakan berasal dari warga pondok pesantren dan tokoh masyarakat setempat.

2) Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi masyarakat.

3) Bersedia bekerja sukarela bersama masyarakat.

c. Kader poskestren dipilih oleh pengurus poskestren dan santri pondok pesantren yang bersedia secara sukarela, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan poskestren. Kriteria kader poskestren antara lain sebagai berikut:

1. Berasal dari santri pondok pesantren.

2. Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat. 3. Bersedia bekerja secara sukarela.

2. Kegiatan

(50)

pelayanan kuratif dan beberapa pelayanan preventif tertentu seperti imunisasi dan pemeriksaan kesehatan berkala dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan tersebut, secara rinci sebagai berikut:

a. Upaya promotif, antara lain: 1) Konseling kesehatan

2) Penyuluhan kesehatan, antara lain: PHBS, penyehatan lingkungan, gizi, penyakit menular, TOGA.

3) Olah raga teratur

b. Upaya preventif, antara lain: 1) Pemeriksaan kesehatan berkala 2) Penjaringan kesehatan santri 3) Imunisasi

4) Kesehatan lingkungan dan kebersihan diri 5) Pemberantasan nyamuk dan sarangnya c. Upaya kuratif, antara lain:

1) Pengobatan terbatas 2) Rujukan kasus

d. Upaya rehabilitatif, antara lain:

(51)

3. Waktu Penyelenggaraan

Penyelenggaraan poskestren pada dasarnya dapat dilaksanakan secara rutin setiap hari atau ditetapkan sesuai kesepakatan bersama.

4. Tempat Penyelenggaraan

Tempat Penyelenggaraan kegiatan promotif dan preventif dapat dilaksanakan di lingkungan pondok pesantren dan sekitarnya. Adapun untuk pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan di ruang tersendiri, baik menggunakan salah satu ruangan pondok pesantren atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar. Tempat penyelenggaraan sekurang-kurangnya dilengkapi dengan:

1) Tempat pemeriksaan

2) Tempat konsultasi (gizi, sanitasi, dll) 3) Tempat penyimpanan obat

4) Ruang tunggu

Selain sarana tersebut diatas, poskestren perlu dilengkapi dengan: a. Peralatan

1) Peralatan medis yang disesuaikan dengan jenis pelayanan yang disediakan 2) Peralatan non medis seperti: pencatatan, meja, kursi, tempat tidur, lemari, dan

lain-lain sesuai kebutuhan. b. Obat-obatan

(52)

5. Tugas dan Tanggung Jawab Para Pelaksana

Terselenggaranya pelayanan poskestren melibatkan banyak pihak. Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam menyelenggarakan poskestren adalah sebagai berikut:

a. Kader poskestren (Santri Husada)

Kader poskestren merupakan ujung tombak di poskestren. Selain sebagai pelaksana, para kader poskestren diharapkan dapat berfungsi antara lain sebagai: penggerak masyarakat, pemberi semangat, penggagas kegiatan, maupun suri tauladan. Jumlah kader untuk setiap poskestren minimal 3% dari jumlah santri atau disesuaikan dengan kebutuhan dan kegiatan yang dikembangkan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader poskestren antara lain:

1) Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kewenangannya, misalnya memberikan vitamin, tablet besi (Fe) dan oralit.

2) Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan dan gizi. 3) Mengukur tinggi dan berat badan.

4) Memeriksa tajam penglihatan.

5) Melakukan pencatatan pada buku catatan poskestren. 6) Mengadakan pemutakhiran data sasaran poskestren.

7) Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.

b. Pengelola poskestren

(53)

3) Menggalang dukungan dana dan menjalin kemitraan 4) Menyediakan kebutuhan poskestren

c. Petugas puskesmas

Poskestren merupakan salah satu UKBM binaan puskesmas. Kehadiran tenaga kesehatan puskesmas yang diwajibkan dalam pembinaan di poskestren hanya satu kali dalam sebulan. Peran petugas puskesmas antara lain sebagai berikut:

1) Membimbing dan membina kader dalam pengelolaan poskestren termasuk melakukan orientasi dan pelatihan.

2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Sesuai dengan kehadiran wajib puskesmas, pelayanan kesehatan oleh petugas puskesmas hanya dilakukan satu kali dalam sebulan.

3) Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan masyarakat dan gizi kepada pengunjung poskestren dan masyarakat sekitarnya.

4) Menganalisis hasil kegiatan poskestren, menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan poskestren.

5) Menerima konsultasi atau rujukan dalam menangani berbagai kasus kesehatan yang tidak dapat ditanggulangi oleh kader poskestren.

(54)

6. Pembiayaan a. Sumber biaya

Pembiayaan berasal dari berbagai sumber, antara lain: 1) Masyarakat

a. Iuran pengguna/pengunjung poskestren

b. Iuran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat

c. Sumbangan/donatur dari perorangan atau kelompok masyarakat, termasuk dari alumni pondok pesantren dan wali murid/santri

d. Dana sosial keagamaan, misalnya: zakat, infak, dan sedekah 2) Swasta/Dunia Usaha

Peran aktif swasta/dunia usaha juga diharapkan dapat menunjang pembiayaan poskestren. Bantuan yang diberikan dapat berupa dana, sarana, prasarana, atau tenaga yang dapat bertindak sebagai sukarelawan poskestren.

3) Hasil Usaha

(55)

4) Pemerintah

Bantuan dari pemerintah terutama pada tahap awal pembentukan, yakni berupa dana stimulan atau bantuan lainnya, baik dalam bentuk sarana maupun prasarana poskestren.

b. Pemanfaatan dan Pengelolaan Dana

Dana yang diperoleh poskestren digunakan untuk membiayai kegiatan poskestren, antara lain untuk: (1) Biaya operasional poskestren, (2) bantuan biaya rujukan bagi yang membutuhkan, dan (3) modal usaha. Sedangkan pengelolaan dana dilakukan oleh pengelola dan kader poskestren. Dana harus disimpan di tempat yang aman dan jika mungkin dapat mendatangkan hasil. Untuk keperluan biaya rutin disediakan kas kecil yang dipegang oleh kader yang ditunjuk. Setiap pemasukan dan pengeluaran harus dicatat dan dikelola secara bertanggung jawab.

7. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan oleh kader segera setelah kegiatan dilaksanakan. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan format yang ada, antara lain

a. Buku catatan sasaran poskestren, yang mencatat jumlah seluruh warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya.

b. Buku catatan rekapitulasi kegiatan pelayanan poskestren.

c. Buku catatan kegiatan pertemuan yang diselenggarakan oleh poskestren. d. Buku catatan kegiatan usaha, apabila poskestren menyelenggarakan kegiatan

usaha.

(56)

f. Dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan poskestren yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal pelaporan, poskestren tidak berkewajiban melaporkan kegiatannya kepada puskesmas ataupun kepada sektor lainnya. akan tetapi, jika puskesmas atau sektor lainnya membutuhkan data maka mereka harus mengambilnya langsung ke poskestren. Untuk itu harus ada petugas khusus yang bertanggung jawab untuk mengambil data hasil kegiatan poskestren.

8. Pembinaan dan Pengembangan Poskestren

Pembinaan Poskestren dilaksanakan secara terpadu oleh puskesmas dan stakeholders terkait lainnya yang dilakukan secara berkala, baik langsung maupun tidak langsung. Pembinaan yang dilakukan adalah Peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi pengelola dan kader poskestren serta pembinaan administrasi, termasuk pengelolaan keuangan. Hal ini dilakukan demi memelihara kelangsungan hidup dari poskestren.

(57)

poskestren tersebut memang lahir dari prakarsa masyarakat sekitar dan warga pondok pesantren.

Dukungan pemerintah antara lain dapat berupa fasilitas, bimbingan teknis, dan obat-obatan. Dengan demikian, fungsi pembinaan dari pemerintah terhadap poskestren pada hakekatnya tetap ada. Selanjutnya, fungsi pembinaan dari pemerintah tersebut perlu dikoordinasikan dan diorganisasikan. Unsur-unsur yang berperan dalam pembinaan poskestren tidak terbatas pada komponen instansi pemerintah saja, tetapi juga dapat melibatkan unsur-unsur lainnya, seperti: Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), swasta/dunia usaha, tokoh masyarakat, dan sebagainya.

Poskestren yang sudah berjalan dengan baik, seyogyanya segera diarahkan untuk meningkatkan pelayanannya. Terutama jika sumber daya manusia dan dana yang ada cukup atau memadai untuk meningkatkan pelayanan poskestren.

Peningkatan pelayanan ini harus dilandasi oleh kebutuhan kesehatan dari warga pondok pesantren. setelah itu, baru didukung oleh ketersediaan dan keterampilan sumber dayanya. Oleh karena itu, upaya peningkatan pelayanan poskestren ini harus mencakup langkah-langkah berikut:

(58)

b. Bersama kader poskestren menetapkan pilihan pelayanan tambahan dan menyusun prioritas sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dana serta tenaga yang ada. Dari kegiatan ini kemudian dapat ditetapkan satu atau beberapa pelayanan kesehatan tambahan dalam rangka meningkatkan pelayanan poskestren.

c. Menyediakan tenaga dan dana puskesmas untuk dapat memberikan tambahan bantuan teknis kepada poskestren.

d. Melatih kader poskestren dalam pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan tambahan.

e. Bersama kader poskestren menyempurnakan sistem pencatatan dan pelaporan sehingga mencakup pelayanan kesehatan tambahan.

Jika hal-hal tersebut di atas telah dilaksanakan, maka puskesmas kembali kepada jalur semula, yaitu melanjutkan kegiatan pembinaan. Hanya saja, cakupan dari upaya pembinaan itu, kini bertambah luas (Depkes RI, 2006).

2.7 Fokus Penelitian

(59)
[image:59.612.109.545.82.369.2]

Gambar 2.1 Fokus Penelitian

Berdasarkan gambar di atas, dapat dirumuskan definisi fokus penelitian sebagai berikut:

1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan program poskestren dengan baik, meliputi: kader, sarana poskestren, dan dukungan pendanaan, dengan definisi sebagai berikut:

a. Kader adalah santri-santri yang berada di pondok pesantren yang akan membantu kegiatan pelayanan kesehatan di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah yang dalam hal ini telah mendapatkan pelatihan dari petugas puskesmas.

b. Sarana poskestren adalah seluruh bahan, peralatan, serta fasilitas yang digunakan dalam program poskestren di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah bagi warga pondok pesantren.

Output: 1. Gerakan

Jumat Bersih 2. Kawasan

bebas rokok 3. Kebersihan

perorangan 4. Adanya dana

sehat 5. Sampah

tidak berserakan 6. Jumlah

rujukan santri/santri wati Proses: 1.Frekuensi penyuluhan 2.Frekuensi pertemuan 3.Frekuensi pembinaan Input:

1. Kader 2. Sarana

Poskestren 3. Dukungan

(60)

c. Dukungan pendanaan adalah dukungan uang yang digunakan dalam pelaksanaan program poskestren di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah bagi warga pondok pesantren.

2. Proses (process) adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, meliputi: frekuensi penyuluhan, frekuensi pertemuan, serta frekuensi pembinaan, dengan defenisi sebagai berikut:

a. Frekuensi penyuluhan adalah seberapa sering penyampaian pesan-pesan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan pihak pondok pesantren guna meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku santri dan masyarakat pondok pesantren mengenai kesehatan jasmani, mental dan sosial.

b. Frekuensi pertemuan adalah seberapa sering kegiatan koordinasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan pihak pondok pesantren bertujuan untuk membahas berbagai hal yang berhubungan dengan program poskestren seperti: saling tukar informasi tentang poskestren, pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi, dan evaluasi program.

(61)

3. Keluaran (output) adalah hasil dari suatu program poskestren dengan adanya pelayanan kesehatan, baik kesehatan masyarakat maupun kesehatan perorangan, meliputi: Gerakan jumat bersih, kawasan bebas rokok, kebersihan perorangan, adanya dana sehat, sampah tidak berserakan, dan jumlah rujukan santri/santriwati, dengan defenisi sebagai berikut:

a. Gerakan Jumat Bersih yaitu kegiatan membersihkan lingkungan pesantren oleh warga pondok pesantren yang dilakukan pada setiap hari Jumat.

b. Kawasan bebas rokok adalah adanya penetapan daerah-daerah yang tidak boleh ada warga pesantren ataupun pengunjung yang melakukan aktivitas merokok di lingkungan pesantren.

c. Kebersihan perorangan adalah tindakan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisiknya dan psikisnya, misal: kebersihan tangan, kebersihan rambut, kebersihan kuku, kebersiha

Gambar

Gambar 2.1 Fokus Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi
Tabel 4.2 Distribusi
Tabel 4.3 Matriks
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka dengan menggunakan metode forward chaining dan aplikasi microsoft visual basic, user dapat mengetahui pengaruh yang terjadi terhadap tingkat suku bunga pada saat menginput

Bagi calon penyedia jasa konsultan peringkat 1 selanjutnya akan di undang untuk mengikuti Klarifikasi dan Negosiasi Biaya pada tanggal 7 Juni 2013, di ruang Sekretariat

LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA APBD DAN PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN. Semester Pertama Semester Pertama Prognosis

Peserta didik mengumpulkan berbagai literatur tentang teknik dan gaya serta menyanyikan lagu daerah bentuk vokal group berdasarkan hasil eksplorasi peserta didik masing-masing..

Faktor plasenta pada peneltian ini salah satu faktor yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan BBLR terutama Plasenta previa, yang disebabkan lepasnya sebagian

nan ekonomi dan pOlitik diperkirakan telah memasuki datar,an, kehidupan para pengikut tarekat, dan bukan mustahil telah menyentuh sendi dasar ajaran taqlid atau

maka dengan ini kami tetapkan Pemenang Pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Puskesmas Sukamerindu pada lingkungan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma adalah sebagai berikut

I-ong time ago, there was only the sun that brightened tl. It did not set and there was no night. the Creator olthe universe came to visit. FIe saw men working