• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI ISI TEKS BACAAN SASTRA MELALUI TEKNIK LATIHAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 5 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI ISI TEKS BACAAN SASTRA MELALUI TEKNIK LATIHAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 5 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI ISI TEKS BACAAN SASTRA MELALUI TEKNIK LATIHAN PADA SISWA

KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 5 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh YENI YUNIAR

Masalah dalam penelitian ini ialah peningkatan kemampuan menuliskan kembali isi teks bacaan sastra (dongeng) yang telah didengar pada siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 5 Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tingkat kemampuan siswa dalam menulis menuliskan kembali isi teks bacaan sastra (dongeng) yang telah didengar melalui teknik latihan.

(2)

ii

dan prestasi belajar siswa belum optimal. Pada siklus II dalam proses pembelajaran guru memberikan bimbingan yang lebih intensif lagi kepada siswa, dengan cara membimbing siswa satu per satu. Hasil evaluasi siklus II menunjukkan prestasi belajar siswa meningkat karena sesuai dengan indikator kerja yang menyatakan penelitian tindakan kelas berhasil, jika hasil belajar siswa mencapai kriteria ketuntasan klasikal sebesar 75%.

Hasil penelitian kemampuan menuliskan kembali isi teks bacaan sastra (dongeng) yang telah didengar atau dibaca pada setiap siklus terdapat peningkatan. Prasiklus nilai rata-rata siswa 57,32 siswa yang sudah mencapai KKM 9 orang dengan persentase 36%, siswa yang belum mencapai KKM 16 orang dengan persentase 64%. Siklus I nilai rata-rata siswa 59,6 siswa yang mencapai KKM 11 orang dengan persentase 44%, dan yang belum mencapai KKM 14 orang dengan persentase 56%. Pada siklus II nilai rata-rata siswa 71 siswa yang mencapai KKM 20 orang dengan persentase 80%, siswa yang belum mencapai KKM 5 orang dengan persentase 20%. Hasil yang diperoleh mengalami peningkatan dari prasiklus ke siklus I meningkat 2% dan dari prasiklus ke siklus II sebesar 44%.

(3)

iii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI ISI TEKS BACAAN SASTRA MELALUI TEKNIK LATIHAN PADA SISWA

KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 5 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh YENI YUNIAR

(Penelitian Tindakan Kelas)

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

xix

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI ISI TEKS BACAAN SASTRA MELALUI TEKNIK LATIHAN PADA SISWA

KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 5 NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh YENI YUNIAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

xii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL DALAM ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

SANWACANA ... viii

MOTTO ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

II. KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Menulis ... 6

2.1.1 Pengertian Menulis ... 6

2.1.2 Manfaat Kegiatan Menulis ... 8

2.2 Menyimak ... 9

2.2.1 Pengertian Menyimak ... 9

2.2.2 Tujuan Menyimak ... 10

2.2.3 Langkah-langkah dalam Menyimak ... 11

2.2.4 Jenis-jenis Menyimak ... 11

2.2.4.1 Menyimak Kritis ... 11

2.2.4.2 Menyimak Konsentratif ... 12

2.2.4.3 Menyimak Kreatif ... 12

2.2.4.4 Menyimak Interogatif ... 13

2.2.4.5 Menyimak Eksporatori ... 14

2.3 Kesusastraan ... 14

2.3.1 Pengertian Kesusastraan ... 14

(6)

xiii

2.3.3 Ragam Sastra ... 15

2.3.4 Prosa ... 16

2.3.4.1 Jenis-jenis Prosa ... 16

2.3.4.2 Prosa Fiksi ... 16

1. Dongeng ... 16

2. Cerpen ... 16

3. Novel... 17

2.3.4.3 Struktur Cerita ... 17

1. Tema ... 17

2. Alur ... 17

3. Latar ... 18

4. Penokohan... 18

5. Sudut Pandang ... 18

6. Amanat ... 18

7. Gaya Bahas ... 18

2.4 Teknik Latihan ... 19

2.4.1 Pengertian Teknik Latihan... 19

2.4.2 Tujuan Penggunaan Teknik Latihan ... 20

2.4.3 Keunggulan dan Kelemahan Teknik Latihan ... 20

2.4.3.1 Keunggulan Teknik Latihan ... 20

2.4.3.2 Kelemahan Teknik Latihan ... 21

2.4.3.3 Cara Mengatasi kelemahan Teknik Latihan ... 22

2.5 Kemampuan Menuliskan Kembali Cerita Dongeng yang Didengar atau Dibacakan... 22

III. METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Rancangan Penelitian ... 24

3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 26

3.2.1 Tempat Penelitian ... 26

3.2.2 Waktu Penelitian ... 26

3.3 Subjek Penelitian ... 26

3.4 Sumber Data ... 26

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 27

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.5.2 Alat Pengumpulan Data ... 27

3.6 Prosedur Penelitian ... 27

3.6.1 Perencanaan Tindakan Siklus I ... 27

3.6.2 Pelaksanaan Tindakan ... 28

3.6.3 Pengamatan/Observasi Pelaksanaan Siklus I ... 30

3.6.4 Refleksi ... 30

3.7 Perencanaan Tindakan Siklus II ... 30

3.7.1 Pelaksanan Tindakan Siklus II ... 31

3.7.2 Pengamatan/Observasi Pelaksanaan Siklus II ... 34

(7)

xiv

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 34

1. Tes ... 34

2. Observasi... 34

3. Dokumentasi ... 35

3.8.1 Indikator Penilaian Kemampuan Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan Sastra ... 35

3.8.2 Penjelasan Indikator Penilaian kemampuan Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan Sastra ... 37

3.8.3 Penjelasan Indikator Kegiatan Pembelajaran (Aktivitas Siswa dan Guru) dalam Pembelajaran Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan Sastra... 44

3.9 Langkah-Langkah Menganalisis data 3.9.1 Langkah-Langkah dalam Menganalisis Data Kemampuan Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan sastra ... 44

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Hasil Penelitian ... 46

4.1.1 Proses Belajar Siswa ... 47

4.1.2 Prasiklus ... 48

4.1.3 Siklus I ... 60

4.1.3.1 Perencanaan ... 60

4.1.3.2 Tindakan ... 60

4.1.3.3 Pengamatan ... 63

4.1.3.4 Refleksi ... 73

4.1.4 Siklus II ... 74

4.1.4.1 Perencanaan ... 85

4.1.4.2 Tindakan ... 86

4.1.4.3 Pengamatan... 88

4.1.4.4 Refleksi ... 96

4.2 Pembahasan ... 103

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 113

5.1 Simpulan ... 113

5.2 Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 115

(8)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Indikator Penilaian Kemampuan Menuliskan Kembali Cerita yang

Dibacakan ... 35 3.2 Indikator dan Deskriptor Kegiatan (aktivitas siswa) dalam Pembel-

Ajaran Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan sastra ... 39 3.3 Indikator dan Deskriptor Kegiatan (aktivitas guru) dalam Pembel-

Ajaran Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan sastra ... 40 3.4 Tolok Ukur Penilaian kemampuan Menuliskan Kembali Isi Teks

Bacaan Sastra ... 43 4.1 Kegiatan Pembelajaran (Aktivitas Siswa) Menuliskan Kembali

Isi Teks Bacaan Sastra ... 47 4.2 Hasil Belajar Menuliskan Kembali Isi teks Bacaan sastra ... 56 4.3 Distribusi Kemampuan Menulis Kembali Isi Teks Bacaan Sastra

Sastra Prasiklus ... 62 4.4 Distribusi Kemampuan Menulis Kembali Isi Teks Bacaan Sastra

Sastra Siklus I ... 63 4.5 Hasil Belajar Siswa Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan Sastra ... 64 4.6 Distribusi Kemampuan Menulis Kembali Isi Teks Bacaan Sastra

Sastra Siklus I ... 65 4.7 Distribusi Kemampuan Menulis Kembali Isi Teks Bacaan Sastra

Pada Aspek Kelengkapan Pokok Cerita Siklus I ... 66 4.8 Distribusi Kemampuan Menulis Kembali Isi Teks Bacaan Sastra

Pada Aspek Keefektifan Kalimat Siklus I ... 67 4.9 Distribusi Kemampuan Menulis Kembali Isi Teks Bacaan Sastra

Pada Aspek Kepaduan Paragraf Siklus I ... 68 4.10 Distribusi Kemampuan Menulis Kembali Isi Teks Bacaan Sastra

Pada Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus I ... 69 4.11 Kegiatan Pembelajaran (Aktifitas Siswa) Siklus II ... 72 4.12 Hasil Belajar Menuliskan Kembali Isi Cerita yang didengar... 81 4.13 Distribusi Kemampuan Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan

Sastra pada Aspek Kesesuaian Isi cerita Siklus II ... 87 4.14 Hasil Belajar Siswa Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan sastra ... 88 4.15 Distribusi Kemampuan Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan sastra ... 89 4.16 Hasil Tes Kemampuan Menulis Kembali Isi Teks Bacaan Sastra

Pada Aspek Kelengkapan Pokok Cerita Siklus II ... 90 4.17 Hasil Tes Kemampuan Menulis Kembali Isi Teks Bacaan Sastra

Pada Aspek Keefektifan Kalimat Siklus II ... 91 4.18 Hasil Tes Kemampuan Menulis Kembali Isi Teks Bacaan Sastra

(9)

xvi

4.19 Hasil Tes Kemampuan Menulis Kembali Isi Teks Bacaan Sastra

Pada Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus II... 93

4.20 Data Komulatif Hasil Belajar Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan Sastra ... 95

4.21 Hasil Belajar Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan Sastra ... 96

4.22 Data Ketuntasan Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan Sastra ... 98

4.23 Skor Perolehan Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan Sastra ... 99

4.24 Data Hasil Belajar Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan Sastra Prasiklus ... 102

4.25 Data Hasil Belajar Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan sastra ... 104

4.26 Data Hasil Belajar Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan Sastra Siklus II ... 106

(10)

xi MOTTO

Orang-orang yang baik adalah mereka yang selalu mencoba untuk terus memperbaiki dirinya

(Haji Agus Salim)

Hal Utama yang diperlukan untuk membuat manusia Berbahagia adalah kecerdasan

(11)

v

MENGESAHKAN

1. TIM Penguji

Ketua : Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. ___________

Sekretaris : Sumarti, S.Pd., M.Hum. ___________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Siti Samhati, M. Pd. ___________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003

(12)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat yang telah dilimpahkan

Allah swt, penulis mempersembahkan karya tulis ini, kepada orang-orang terkasih

berikut.

1. Kedua orang tuaku yang telah merawat, membesarkan, dan mendidik dengan

penuh keikhlasan sehingga mendapatkan keberhasilan.

2. Suami tercinta yang selalu memberi semangat dan motivasi serta kebersamaan-

nya hingga memberikan kedamaian dan keberhasilan.

3. Kedua buah hatiku,Yholando Musyaden dan Irfan Jundi Musdayen, yang selalu

memberikan inspirasi dalam mengejar cita-cita di masa yang akan datang.

4. Kakak-kakak dan mertua, dengan segala limpahan kasih sayang, doa, dorongan

semangat untuk keberhasilan anaknya yang tidak mungkin dapat terbalaskan.

4. Dosen-dosenku yang telah membantu menyelesaikan kualiahku.

(13)

iv

Judul PTK : Peningkatan Kemampuan Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan Sastra Melalui Teknik Latihan

Pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama Mahasiswa : Yeni Yuniar

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013076014

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi pembimbing

Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. Sumarti, S.Pd., M.Hum. NIP 196401061988031001 NIP 197003181994032002

2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

(14)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Halangan Ratu, pada tanggal 29 Mei 1977 anak ke empat dari

enam bersaudara, buah cinta dari pasangan Nurwawi dan Rusni (almh).

Pendidikan yang telah peneliti tempuh Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Halangan Ratu

diselesaikan pada tahun 1990, Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI Pejambon

diselesaikan pada tahun 1993, SMEA Swadipha diselesaikan pada tahun1996, D-3

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Lampung, Program Studi Bahasa

dan Sastra Daerah Lampung diselesaikan pada tahun 2001.

Terdaftar sebagai mahasiswa S-1 Dalam Jabatan FKIP Universitas Lampung Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

tahun 2010, melaksanakan PPL/PKM di SMP Negeri 5 Natar Kabupaten Lampung

(15)

viii SANWACANA

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat terselesaikan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Me- nuliskan Kembali Isi Teks Bacaan Sastra Melalui Teknik Latihan pada Siswa Kelas VII semester Ganjil SMP Negeri 5 Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2011- 2012” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada;

1. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, keikhlasan, memotivasi, memberikan pengarahan, serta saran-saran dari penyusunan proposal hingga PTK ini selesai;

2. Sumarti, S.Pd., M.Hum. selaku Pembimbing II, yang telah memberikan bimbing- an, kritik, serta saran demi kesempurnaan PTK ini dan selama perkuliahan memberikan ilmu yang sangat bermanfat;

(16)

mo-ix

tivasi, dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Lampung dengan baik;

4. Drs. Imam Rejana, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Lampung beserta stafnya;

5. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan;

6. Seluruh Staf Administrasi dan Karyawan Tata Usaha Jurusan Pendidikan Ba-hasa dan Seni Universitas Lampung yang membantu dan melayani urusan ad- ministrasi perkuliahan;

7. Dra. Emi Sulasmi selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Natar Kabupaten Lampung Selatan yang memotivasi dan membantu kelancaran dalam penelitian dan penyusunan PTK ini;

8. Keluarga Besar SMP Negeri 5 Natar Kabupaten Lampung Selatan, seluruh dewan guru, karyawan, dan staf Tata Usaha;

9. Kakak-kakak, mertua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa, dan semangat juga dukungan kepadaku;

10. Teman-teman mahasiswa S-1 dalam Jabatan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2010/2011 yang telah memberikan motivasi dan ber- partisipsi dalam menyelesaian PTK ini;

(17)

x

Semoga Allah swt membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, kakak dan teman-teman. Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih banyak ke- kurangan dan kesalahan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan PTK ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.

Bandar Lampung, Maret 2012

Penulis,

(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara Indonesia diajarkan pada jenjang

pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Bahasa Indonesia

diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

secara benar. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

melalui pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Adapun tujuan utama pelajaran

Bahasa Indonesia adalah membantu mengembangkan kemampuan berkomunikasi,

baik secara lisan maupun tertulis. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dilatih

untuk menguasai empat aspek berbahasa, yaitu mendengar, berbicara, membaca,

dan menulis.

Salah satu aspek berbahasa yang akan menjadi bahasan dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah aspek menulis. Menulis merupakan Salah satu aspek keteram-

pilan berbahasa yang cukup penting adalah menulis. Dengan menguasai keteram-

pilan menulis, peserta didik akan mampu menuangkan gagasan sesuai dengan

konteks yang ingin disampaikan kepada pembacanya. Penguasaan aspek keteram-

pilan menulis oleh siswa yang baik dan benar mampu membentuk generasi masa

depan yang kreatif, sehingga mampu melahirkan tulisan yang komunikatif, jelas

(19)

2

Keberhasilan pembelajaran menulis sangat bergantung pada kreativitas guru

dalam mendidik dan menggunakan teknik yang tepat. Pemanfaatan teknik yang

tepat oleh guru akan memudahkan bagi siswa menemukan atau memahami materi

yang diberikan oleh guru sehingga yang materi tersebut mudah dipahami oleh

siswa.

Banyak sekali teknik pembelajaran yang dapat digunakan pada saat kegiatan be-

lajar mengajar berlangsung salah satunya adalah dengan teknik latihan. Pem-

belajaran dengan teknik latihan diharapkan siswa memiliki percaya diri untuk

mengembangkan keterampilan menulis sesuai dengan topik yang akan ditulis oleh

siswa.

Guru harus mampu memotivasi siswa untuk belajar agar tujuan pembelajaran

dapat tercapai secara optimal. Di samping itu guru harus mampu mengubah

pandangan tentang materi pelajaran menulis, khususnya memahami isi berbagai

teks bacaan sastra dengan kompetensi dasar menuliskan kembali dengan bahasa

sendiri dongeng yang pernah dibaca atau didengar yang semula menjenuhkan,

menjadi pelajaran yang diminati dan menarik bagi siswa. Dalam pembelajaran

menulis, khususnya menulis isi teks bacaan sastra ada beberapa hal yang sering

muncul diantaranya, siswa kurang memiliki motivasi terhadap pelajaran

keterampilan menulis, siswa merasa jenuh dengan proses pembelajaran yang

monoton, siswa kurang terampil menulis khususnya menulis kembali cerita yang

di bacakan, selain itu juga siswa kurang percaya diri untuk dapat menuangkan

gagasan-gagasan dalam bentuk tulisan. Hal tersebutlah yang selama ini terjadi di

(20)

3

2011/2012. Oleh karena itu guru harus benar-benar menguasai teknik

pembelajaran yang relevan dengan materi yang dibelajarkan kepada siswa namun

kenyataannya tidak setiap guru mampu memilih metode yang tepat dalam

membelajarkan aspek menulis.

Hal ini yang dijumpai di SMP Negeri 5 Natar, Lampung Selatan. Guru bahasa

Indonesia belum mampu memilih dan menggunakan teknik latihan dalam mem-

belajarkan siswa pada aspek menulis.

Berdasarkan kenyataan di atas penulis ingin melakukan penelitian dengan

menggunakan teknik latihan dalam materi menulis kembali dengan bahasa

sendiri dongeng yang pernah dibaca atau didengar. Dengan penerapan teknik

latihan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis kembali

cerita yang di dengar dengan baik dan benar.

Peneliti memilih teknik latihan karena, dengan teknik ini siswa dapat meng-

gunakan daya berpikirnya yang makin lama makin bertambah, hal ini disebabkan

oleh siswa akan lebih teratur dan teliti dalam menuliskan ide atau gagasannya

dan juga siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih men-

dalam mengenai pembelajaran yang telah di perolehnya. Oleh karena itu, peneliti

menyimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dengan teknik

latihan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil sebagaimana yang diamanatkan da-

lam kurikulum KTSP yaitu, apabila tingkat ketuntasan siswa telah mencapai nilai

(21)

4

bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca atau didengar. KKM untuk mata

pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 5 Natar adalah 65,00.

Pembelajaran menulis kembali cerita/dongeng yang didengar atau yang dibacakan

pada siswa SMP Negeri 5 Natar telah sering diberikan, tetapi hasilnya belum

mampu mencapai kriteria pembelajaran tuntas tersebut. Hal tersebut tampak pada

nilai harian siswa hanya 22% siswa yang mencapai nilai 65 ke atas. Untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis kembali cerita dongeng yang

didengar atau yang dibacakan perlu adanya perubahan dalam pembelajaran ini

khususnya faktor strategi atau teknik yang digunakan.

Menulis kembali cerita dongeng yang didengar atau yang dibacakan merupakan

suatu pembelajaran yang berhubungan dengan kemampuan mendengar yang baik.

Karena dalam hal ini siswa dituntut agar mampu menuliskan kembali cerita yang

di dengar. Apabila siswa memiliki kemampuan menyimak dengan baik, maka

siswa akan paham dengan apa yang diinformasikan pembicara (dalam hal ini

guru). Untuk itu agar proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan

efektif, peneliti memilih teknik latihan untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam menulis kembali cerita dongeng yang didengar atau yang dibacakan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan penelitian ini adalah “bagaimana-

kah peningkatan kemampuan menuliskan kembali isi teks bacaan sastra melalui

teknik latihan pada siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 5 Natar tahun

(22)

5

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis

kembali dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca atau didengar melalui

teknik latihan pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Natar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini dapat memperkaya kajian pembelajaran bahasa

Indonesia pada materi menulis, khususnya menulis kembali cerita dongeng

yang didengar atau yang dibacakan.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Guru

1) Sebagai masukan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa dalam

pelajaran Bahasa Indonesia

2) Memotivasi guru untuk meningkatkan kualitas dan kreativitas dalam proses

pembelajaran di kelas

b. Manfaat Bagi Siswa

1) Untuk memotivasi siswa dalam meningkatkan kemampuan menulis kembali

cerita dongeng yang didengar atau yang dibacakan.

2) Meningkatkan aktivitas dan minat siswa dalam belajar khususnya pada

keterampilan menulis kembali cerita dongeng yang didengar atau yang

(23)

6

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1Menulis

2.1.1 Pengertian Menulis

Keterampilan menulis dalam kehidupan modern ini sangat dibutuhkan. Ke-

terampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Sehubungan dengan hal ini menulis dipergunakan melaporkan, mem-

beritahukan dan mempengaruhi. Menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung tidak secara tatap muka dengan orang lain, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan

ekspresif (Tarigan, 2008 : 3 ). Menulis adalah kegiatan penulisan tunggal jika yang ditulis ialah sebuah karangan yang sederhana, pendek, dan bahannya sudah

siap. Akan tetapi, sebenarnya menulis itu merupakan suatu proses penulisan (Sabarti, 1988 : 2).

Pendapat lain mengatakan menulis dan berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan berulang-ulang. Dengan kata lain tulisan

adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui kegiatan me- nulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya melalui kegiatan berfikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis ( Syafie’ie dalam

(24)

7

Dari beberapa pendapat diatas penulis mengacu pada pendapat Sabarti Akhadiah yang menyatakan bahwa menulis itu merupakan kegiatan penulisan tunggal jika

yang ditulis ialah sebuah karangan yang sederhana, pendek, dan bahannya sudah siap akan tetapi, sebenarnya menulis itu sesuatu proses yaitu proses penulisan.

Menuliskan kembali cerita yang didengar tidaklah mudah. Di samping dituntut kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek terkait lainnya,

misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, dan motivasi yang kuat. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, setiap penulis hendaknya memiliki

tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu keterampilan berbahasa, keterampil- an penyajian, dan keterampilan pewajahan. Ketiga keterampilan ini harus saling menunjang atau isi-mengisi. Kegagalan dalam salah satu komponen dapat meng-

akibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis.

Jadi, sekurang-kurangnya, ada tiga kemampuan yang tergabung dalam kegiatan menulis, sebagai berikut.

1. penguasaan bahasa tulis yang akan berfungsi sebagai media tulisan, meliputi diksi, struktur kalimat, paragraf, ejaan dan sebagainya,

2. penguasaan isi tulisan sesuai dengan alur cerita yang bacakan,

3. penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi

(25)

8

2.1.2 Manfaat Kegiatan Menulis

Manfaat menulis sebagai berikut.

1. dengan menulis siswa dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri-

nya. Siswa dapat mengetahui sampai dimana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu siswa terpaksa berfikir, menggali pe- ngetahuan dan pengalaman yang kadang tersimpan di alam bawa sadar me-

lalui kegiatan menulis siswa mengembangkan gagasan,

2. kegiatan menulis memaksa siswa untuk lebih banyak menyerap, mencari,

serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Dengan demikian kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara tioriti maupun fakta-fakta yang berhubungan,

3. menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta meng- ungkapkannya secara tersurat,

4. melalui tulisan siswa akan dapat meninjau gagasannya sendiri secara objek-

tif, tugas menulis suatu topik mendorong siswa belajar secara aktif,

5. kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan siswa berpikir serta

berbahasa secara tertib.

Kegiatan menulis merupakan upaya penulis untuk mencapai tujuan tertentu.

Oleh karena itu, penulis harus memilih, memilah, dan menyusun tujuan, ke- mudian menuliskannya ke dalam bahasa yang mudah dibaca dan dipahami oleh pembacanya (Jambrohim, dkk 2002). Dengan demikian, dapat dikatakan

(26)

9

Pada saat menulis kita harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pada saat mengutarakan suatu ide/gagasan tentang sesuatu dari pikiran

kita dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam bahasa tulisan itulah yang disebut siswa memahami dongeng yang dibacakan oleh guru di depan kelas.

Pada penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai kemampuan menulis

kembali cerita dongeng yang didengar atau yang dibacakan teknik latihan. Dalam hal ini aspek yang akan dinilai adalah kemampuan siswa menuliskan kembali isi

teks wacana sastra (dongeng Jaka Tarbu) yang dibacakan guru di depan kelas.

2.2 Menyimak

2.2.1 Pengertian Menyimak

Menyimak adalah mendengarkan (memperhantikan) baik-baik apa yang diucap- kan atau dibicarakan orang (W.J.S Poerwadarminta, 1982 : 847). Menyimak ada-

lah suatu proses kegiatan mendengar. Walau mungkin si pendengar tidak me- mahami apa yang didengar. Pada kegiatan menengarkan sudah ada unsur pe- mahaman karena itu belum menjadi tujuan menyimak. Kegiatan menyimak men-

cakup mendengar, mendengarkan, dan disertai ousaha untuk memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan, per-

hatian, dan pengamatan, yang merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak (Tarigan, 1994: 27). Menyimak merupakan suatu proses pengambilan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta

(27)

10

mahami makna komunikasi melalui ujuaran atau bahasa lisan (Anderson dalam Tarigan, 1987: 28).

Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan kalau menyimak pada dasarnya me-

rupakan suatu proses perubahan bentuk bunyi (ujaran) menjadi wujud makna. Karena menyimak merupakan suatu proses mendengar menggunakan indra pen- dengaran, namun bukan berarti saat mendengar seseorang sudah dikatakan sedang

menyimak. Sesungguhnya proses menyimak tidak sekedar mendengar, tetapi lebih dari itu, yaitu mendengar dengan memusatkan perhatian kepada objek yang di-

simak. Proses menyimak merupakan kegiatan mendengarkan yang disengaja da- lam rangka mencapai maksud-maksud tersebut misalnya, untuk tujuan belajar, mengapresiasi sebuah karya sastra, mendapatkan informasi khusus, memecahkan

masalah, atau untuk memahami aspek-aspek sebuah bahasa (Tarigan, 1987: 68).

2.2.2 Tujuan Menyimak

Tujuan menyimak, secara umum adalah agar kita dapat mengerti atau memahami makna kata dari pembicara. Dengan memahami apa yang kita dengarkan (di-

bicarakan), maka kita dapat melakukan penilaian terhadap isi ucapan tersebut. Setelah melakukan penilaian, maka kita dapt memberikn tanggapan atas ucapan tersebut. Tanggapan tersebut dapat dituangkan secara lisan atau tertulis (Tarigan,

(28)

11

2.2.3 Langkah-Langkah dalam Menyimak

Secara umum ada empat langkah dalam menyimak, yaitu 1. mendengarkan bunyi ucapan;

2. mengartikan bunyi ucapan;

3. melakukan penilaian terhadap makna ucapan; 4. melakukan tanggapan atas ucapan tersebut.

Jika keempat tahapan tersebut dapat berjalan dengan baik, maka pembicaraan dapat berjalan dengan baik pula. Semakin baik seseorang menyimak, akan se-makin mudah untuk kita memahami apa yang sedang dibicarakan.

2.2.4 Jenis-jenis menyimak

2.2.4.1Menyimak Kritis

Menyimak kritis adalah kegiatan menyimak yang di dalam proses penyimakannya

sudah terlihat kurangnya keaslian prasangka ketidaktelitian yang akan diamati. Dengan kata lain, si penyimak melakukan suatu penilaian dengan cermat tentang

semua yang telah dikatakan si pembicara, dalam upaya untuk menentukan apakah informasi serta pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh si pembaca itu terpercaya, terandalkan, atau tidak.

(29)

12

2.2.4.2 Menyimak Konsentratif

Menyimak konsentratif merupakan suatu bentuk belajar pemahaman yang di- kerjakan dengan konsentrasi yang penuh terhadap ucapan-ucapan yang disimak-

nya. Meskipun dalam kegiatan menyimak, secara umum, diperlukan adanya suatu konsentrasi, tatapi penekanan konsentrasi dalam menyimak konsentratif ini di- tujukan untuk menjamin ter-capainya tujuan utama dalam aktivitas menyimak

jenis ini.

Adapun tujuan utama dalam menyimak konsentratif adalah untuk menangkap semua pembicaraan, baik dalam bentuk informasi maupun (dalam bentuk lainnya,

agar tumpuan ke arah itu tidak menyimpang dari ide-ide yang sebenarnya.

2.2.4.3 Menyimak Kreatif

Menyimak kreatif merupakan jenis menyimak yang mempunyai hubungan erat dengan imajinasi si penyimak. Dalam menyimak kreatif, imajinasi dan partisipasi

dari si penyimak sangat menentukan hasil yang akan diperolehnya. Sebagai con- toh, seseorang dapat menangkap makna yang terkandung dalam sebuah cerita jika ia mempunyai imajinasi yang baik serta ikut berpartisipasi dalam alur cerita yang

dibacakan tersebut.

Tujuan utama dalam menyimak kreatif ini adalah untuk mencapai suatu pe- nyelesaian masalah, sekaligus memeriksa dan menguji hasil-hasil pemecahan

(30)

13

2.2.2.4 Menyimak Interogatif

Menyimak interogatif adalah jenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentarsi, selektivitas, pemusatan perhatian, dan penilikan, karena si penyimak

harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan ucapan yang di- dengarnya.

Tujuan utama dari aktivitas menyimak interogatif adalah untuk mendapatkan in-

formasi secara detil, dengan cara mempersempit serta mengarahkan pembicaraan sehubungan denganpemerolehan informasi yang telah lalu.

2.2.2.5 Menyimak Eksploratori

Menyimak eksploratori adalah jenis menyimak intensif dengan maksud dan tujuan

yang lebih sempit daripada menyimak interogatif yang merupakan jenis menyimak jenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentarsi, selektivitas, pemusatan perhatian, dan penilikan, karena si penyimak harus

mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan ucapan yang di- dengarnya.

Tujuan utama menyimak eksploratori adalah untuk menentukan hal-hal baru yang menarik atau untuk memperoleh informasi tambahan mengenai sesuatu yang

tengah menjadi bahan pembicaraan yang sedang hangat atau ramai dibicarakan.

(31)

14

yang dibacakan oleh guru, agar dapat menulis kembali cerita tersebut dengan penuh imajinatif .

2.3 Kesusastraan

2.3.1 Pengertian Kesusastraan

Secara etimologis atau asal-usulnya, istilah kesusatraan berasal dari bahasa

Sansekerta, yakni susastra.

1. Su berarti ‘bagus’ atau ‘indah’.

2. Sastra berarti ‘buku’, ‘tulisan’, atau ‘huruf’.

Dengan demikian, susastra berarti tulisan yang bagus atau tulisan yang indah. Istilah kesusastraan kemudian diartikan sebagai tulisan atau karangan yang

mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dalam bahasa yang indah (Aminuddin, 1991: 248). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dirumuskan ciri-ciri kesustraan sebagai berikut.

1. Bahasanya terpelihara baik.

2. Isinya menggambarkan kebenaran dalam kehidupan manusia.

3. Cara menyajikannya menarik sehingga berkesan di hati pembaca.

2.3.2 Fungsi dan Nilai-Nilai Karya Sastra

Secara umum, fungsi sastra dapat digolongkan dalam lima golongan besar.

1. Fungsi rekreatif, yaitu memberikan rasa senang, gembira, serta menghibur.

2. Fungsi didaktif, yaitu mendidik para pembaca karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang ada didalamnya.

(32)

15

4. Fungsi moralitas, yaitu mengandung nilai moral yang tinggi sehingga para pembaca dapat mengetahui moral yang baik dan buruk.

5. Fungsi religiusitas, mengandung ajaran agama yang dapat dijadikan teladan bagi para pembacanya.

2.3.3 Ragam Sastra

Berdasarkan bentuknya, sastra terbagi atas empat bagian:

1. Prosa, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dalam bahasa yang bebas dan panjang dengan penyampaian secara naratif (bercerita). Contohnya cerpen dan novel.

2. Puisi, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dalam bahasa singkat, padat, serta indah. Dalam puisi, bentuknya selalu terikat oleh aturan baku, antara

lain:

a. jumlah larik tiap bait,

b. jumlah suku kata atau kata dalam tiap larik,

c. pola irama pada setiap larik atau bait, dan d. persamaan bunyi kata atau tima.

3. Drama, bentuk sastra yang dilukiskan dalam bahasa bebas dan panjang,

serta dilukiskan dengan menggunakan dialog.

(33)

16

2.3.4 Prosa

Prosa adalah karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita atau narasi. Prosa pada umumnya merupakan cangkokan dari bentuk monolog dengan dialog.

Karena itu, prosa disebut pula teks pencangkokan. Yang dimaksud dengan teks pencangkokan adalah pencerita (pengarang) mencangkokkan pikirannya ke dalam pikiran-pikiran tokoh sehingga timbullah dialog di antara tokoh tokoh-tokoh itu.

Padahal dialog-dialog itu adalah cetusan pikiran pengarangnya seorang diri.

2.3.4.1 Jenis-jenis Prosa

Secara umum, prosa terbagi ke dalam dua jenis, yakni nonsastra dan sastra. yang termasuk dalam prosa nonsastra adalah karangan-karangan yang biasa disebut

dengan karya ilmiah. Dan prosa sastra, terbagi lagi ke dalam dua jenis, yakni prosa fiksi dan nonfiksi.

2.3.4.2 Prosa fiksi meliputi:

1. Dongeng

Dongeng adalah sebuah cerita, tetapi cerita yang biasanya dibumbui dengan hal-hal yang tidak masuk akal atau tidak mungkin terjadi.

2. Cerpen

Cerpen adalah cerita yang menurut wujud pisiknya berbentuk pendek. Ukuran

(34)

17

3. Novel

Novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti sebuah karangan baru

yang kecil. Kemudian kata itu diartikan sebagai sebuah karya sastra dalam bentuk prosa. Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atau problematika kehidupan seseorang atau beberap tokoh.

2.3.4.3 Struktur Cerita

Struktur cerita dibentuk oleh unsur-unsur beikut. 1. Tema

Tema merupakan inti atau ide dasar sebuah cerita. Dari ide dasar itulah ke-

mudian cerita dibngun oleh pengarangnya dengan memanfaatkan unsur-unsur instrinsik seperti plot, penokohan, dan latar.

2. Alur

Alur (plot) merupakan sebagian dari unsur instriksik suatu karya sastra. Alur merupakan pola mengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab

akibat. Pola pengembangan cerita suatu cerpen atau novel tidaklah seragam. Jalan cerita suatu novel terkadang berbelit-belit dan penuh kejutan, kadang juga sederhana.

Secara umum jalan cerita terbagi dalam beberapa bagian; 1) Pengenalan situasi cerita (exposition)

2) Pengungkapan peristiwa (complication) 3) Menuju pada adanya konflik (rising action) 4) Puncak konflik (turning point)

(35)

18

Dalam sebuah alur cerita, konflik merupakan inti. Konflik dapat diartikan sebagai suatu pertentangan. Bentuk-bentuk pertentangan itu, sebagaimana yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari, yang sangat beragam. 3. Latar

Latar (setting) merupakan salah satu unsur instrinsik karya sastra. yang

termasuk dalam latar adalah keadaan tempat, wakttu, dan budaya. 4. Penokohan

Penokohan merupakan salah satu unsur instrinsik karya sastra, disamping tema, plot, setting, sudut pandan, dan amanat. Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh dalam cerita.

5. Sudut Pandang atau Point of view

Sudut Pandang atau Point of view adalah posisi pengarang dalam membawakan

cerita. Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam; 1) Berperan langsung sebagai orang pertama

2) Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat

6. Amanat

Amanat merupakan ajaran moral atau pesan dikatis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu.

7. Gaya Bahasa

Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau

(36)

19

2.4 Teknik Latihan

Teknik latihan sebagai suatu cara mengajar yang dilaksanakan guru, dimana siswa melakukan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau

keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajarinya. Latihan yang praktis, mudah dilakukan, serta teratur dalam pelaksanaannya akan membina siswa dalam meningkatkan penguasaan suatu keterampilan, bahkan mungkin

siswa akan memiliki ketngkasan dengan sempurna. Dengan demikian, siswa akan berprestasi dibidang tertentu.

2.4.1 Pengertian Teknik

Teknik mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran (Roestiyah, 2008: 125). Teknik

adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan agar ter- capai sesuai dengan yang dikehendaki (Poerwadarminta, 2007:740). Dalam

menyampaikan materi pelajaran, seorang guru harus mampu menggunakan dan menguasai beberapa teknik yang tepat agar tujuan tercapai. Dengan teknik latihan diharapkan agar siswa berperan aktif dalam proses belajar mengajar sehingga sis-

wa mampu memahami isi teks bacaan sastra yang dibacakan guru di depan kelas, dengan demikian mereka mampu menuliskan kembali isi cerita yang didengar

tersebut ke dalam suatu tulisan yang imajinatif dan logis.

(37)

20

2.4.2 Tujuan Penggunaan Teknik Latihan

a. Agar siswa memiliki keterampilan motoris/gerak; seperti menghafalkan kata, menulis, mempergunakan alat/membuat suatu benda, melaksanakan

gerak dalam olahraga.

b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, men- jumlahkan, mengurangi, mengenal benda/bentuk dalam tanda baca, mate-

matika, ilmu pasti, dan sebagainya.

c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan dengan hal

lain, seperti menghubungkan sebab-akibat, antara tanda huruf dan bunyi – ng-ny- dan sebagainya.

2.4.3 Keunggulan dan Kelemahan Teknik Latihan

2.4.3.1Keunggulan Teknik Latihan

Pengajaran yang diberikan melalui teknik latihan dengan baik akan selalu meng-

hasilkan hal-hal sebagai berikut (Roestiyah, 2008:125).

1. Anak didik akan dapat menggunakan daya berpikirnya yang makin lama makin bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik

akan menjadi lebih teratur dan lebih teliti dalam mendorong daya ingatannya. Ini berarti daya berpikirnya bertambah.

(38)

21

Agar keunggulan teknik latihan menjadi berhasil guna dan berdaya guna, guru perlu ditanamkan pengertian bagi instruktur maupun siswa ialah.

a) Tentang sifat-sifat suatu latihan, yaitu setiap latihan harus selalu berbeda dengan latihan sebelumnya. Kemudian perlu diperhatikan pula adanya pe-rubahan kondis/situasi belajar yang menuntut daya tangkap/respon yang lebih

baik pada peserta didik/siswa;

b) Guru perlu memperhatikan dan memahami nilai dari latihan itu sendiri serta

kaitannya dengan keseluruhan pelajaran di sekolah. Dalam persiapan se- belum memasuki latihan guru harus memberikan pengertian dan perumusan tujuan yang jelas bagi siswa, sehingga mereka mengerti dan memahami apa

tujuan latihan dan bagaimna kaitannya dengan pelajaran-pelajaran lain yang diterima. Persiapan yanng baik sebelum latihan mendorong/memotivasi siswa

agar responsif yang fungsional, berarti dan bermakna bagi penerima pe- ngetahuan dan tinggal lama dalam jiwanya, karena sifatnya permanen, serta siap untuk digunakan/dimanifestasikan oleh siswa dalam kehidupan.

2.4.3.2Kelemahan Teknik Latihan

1) Dalam latihan sering terjadi cara-cara/gerak yang tidak bisa berubah, karena

merupakan cara yang telah dibakukan. Maka hal ini akan menghambat bakat dan inisiatif siswa.

2) Terkadang latihan itu langsung dijalankan tanpa penjelasan sebelumnya, sehingga siswa tidak pemahaman.

3) Walau tidak mengerti maksud dan tujuan dari latihan, namun siswa tetap me-

(39)

22

4) Suatu latihan yang dijalankan dengan cara tertentu yang telah dianggap baik dan tepat, sehingga tidak boleh diubah, mengakibatkan keterampilan yang

diperoleh siswa umumnya juga menetap/pasti, yang akan merupakan kebiasa- an yang kaku atau keterampilan yang salah.

2.4.3.3 Cara Mengatasi Kelemahan Teknik Latihan

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam teknik latihan ini dapat dilakukan

dengan bermacam-macam, antara lain.

1. Latihan harus memiliki arti yang luas, karenanya: (a) menjelas terlebih da- hulu tujuan latihan tersebut, (b) agar siswa dapat memahami manfaat latihan

itu bagi kehidupan siswa, dan (c) siswa perlus mempunyai sikap bahwa la- tihan ini diperlukan untuk melengkapi belajar;

2. Masa latihan relatif singkat, tetapi harus sering dilakukan pada waktu-waktu tertentu;

3. Latihan harus menarik, gembira, dan tidak membasankan. Untuk itu perlu:

(a) Tiap-tiap kemajuan yang akan dicapai harus jelas, (b) hasil latihan ter- baik dengan sedikit menggunakan emosi;

4. Proses latihan dan kebutuhan-kebutuhan harus disesuaikan dengan proses

perbedaan individual: (a) tingkat kecakapan yang diterima pada satu titik perlu sama, (b) perlu diberikan perorangan dalam dalam rangka menambah

(40)

23

2.5 Kemampuan Menulis Kembali Cerita Dongeng yang Didengar atau yang Dibacakan

Kemampuan berarti memiliki kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan untuk melakukan sesuatu (Depdiknas, 2003:2). Telah dibahas diatas, bahwa menyimak

adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi melalui ujuaran

atau bahas lisan (Tarigan, 1987 : 28). Cerita atau dongeng merupakan bagian dari teks sastra dan teks saatra adalah sebuah teks/bahan bacaan yang berisi ragam

karya sastra. Jadi kemampuan menulis kembali cerita atau dongeng yang di- dengar atau yang dibacakan memiliki arti suatu kesanggupan, kekuatan, ke- cakapan untuk menuangkan pikiran/imajinasi berdasarkan cerita yang telah

(41)

24

III. METODE PENELITIAN

3.1Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian

tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (actin reseach) yang dilaksana-

kan oleh guru di dalam kelas. Penelitian tindakan kelas pada hakikatnya merupa-

kan rangkaian “riset – tindakan – riset – tindakan – riset – tindakan……” yang

dilakukan guna memecahkan permasalahan dan meningkatkan mutu pembelajaran

di dalam kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Kusuma, 2011: 9).

Dalam berbagai penelitian, khususnya penelitian tindakan kelas model penelitian

Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar. Kurt Lewin yang pertama kali

memperkenalkan Action Research atau penelitian tindakan. Konsep pokok

penelitian tindakan kelas terdiri dari empat komponen (perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang

(42)

25

Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang akan berlangsung

secara terus-menerus. Apabila pembelajaran menuliskan kembali isi teks bacaan

sastra dengan menggunakan teknik latihan belum meningkat pada siklus pertama,

penulis akan merencanakan tindakan siklus kedua, dan seterusnya sampai tercapai

hasil yang diharapkan. Dengan demikian, jumlah siklus tidak terikat dan tidak di-

tentukan sampai siklus tertentu.

Pelaksanaan tindakan siklus disesuaikan dengan kebutuhan dan upaya peningkat-

an hasil pembelajaran. Jika terdapat peningkatan dalam pembelajaran yang telah

sesuai dengan indikator, siklus tersebut dapat dihentikan, meskipun masih dalam

siklus kedua. Siklus juga dapat dihentikan apabila dirasa tidak ada perubahan hasil

belajar dalam setiap tahapan yang telah dilalui karena akan menimbulkan ke-

jenuhan pada siswa.

Bagan 3.1

Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi Model Kurt Lewein

Tindakan (acting)

Perencanaan (planning)

Refleksi (reflecting

(43)

26

3.2Pelaksanaan Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 5 Natar, beralamat di Jalan Rajawali Desa

Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. SMP Negeri 5 Natar

memiliki 13 rombongan belajar yang terdir atas 4 ruang kelas VII, 4 ruang kelas

VIII, dan 5 ruang kelas IX.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas sesuai dengan jadwal pelajaran, dan

penelitian akan berlangsung sampai indikator yang telah ditentukan tercapai, yaitu

75% siswa memperoleh nilai sesuai atau melebihi KKM mata pelajaran bahasa

Indonesia pada SMP Negeri 5 Natar tahun pelajaran 2011/2012 yaitu (65,00).

3.3 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII-C SMP Negeri

5 Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/ 2012 dengan jumlah

siswa 25 siswa, yang terdiri atas 9 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

3.4 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data hasil kemampuan menuliskan kembali isi teks

bacaan sastra melalui teknik latihan pada siswa kelas VII-C semester ganjil SMP

(44)

27

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan penelitian ini berlangsung dengan

tes. Tes ini digunakan untuk mengumpulkan data nilai-nilai siswa. Hal ini dilaku-

kan untuk mengetahui tingkat kemampuan menuliskan kembali isi teks bacaan

sastra melalui teknik latihan pada siswa kelas VII-C semester ganjil SMP Negeri 5

Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012.

3.5.2 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah tes tertulis.

3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan daur ulang

atau siklus. Tiap siklus terdiri atas empat kegiatan inti, yaitu: perencanaan, tinda-

kan observasi, dan refleksi. Kegiatan pertama penelitian didahulukan dengan me-

nemukan masalah dan berupaya mencari solusi berupa perencanaan perbaikan

(perenungan). Lalu dilanjutkan dengan tindakan yang telah direncanakan sehingga

menghasilkan perbaikan untuk tindakan selanjutnya pada siklus-siklus berikutnya.

3.6.1 Perencanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini di direncanakan dalam dua siklus yang

(45)

tiap-28

tiap pertemuan terdiri atas lima tahapan pelaksanaan yaitu perencanaan tindakan,

pelaksanaan, pengamatan, refleksi, dan pengumpulan data.

3.6.2 Pelaksanaan Tindakan

Tindakan berlangsung didalam kelas pada jam pelajaran bahasa Indonesia. Siswa

yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII selama 2 (dua) kali

pertemuan (4x40 menit) dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

A. Pertemuan Pertama Siklus I

B. Kegiatan Awal

1) Salam

2) Presensi

3) Apersepsi

4) Guru menginformasikan Kompetensi Dasar (KD), indikator dan

tujuan pembelajaran.

C. Kegiatan Inti

1) Guru dan siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang berkaitan

dengan cara yang dapat efektif dalam pembelajaran menulis kembali

cerita dongeng yang didengar atau yang dibacakan

2) Guru membacakan teks yang berisi dongeng “Jaka Tarub” di depan

kelas.

(46)

29

4) Siswa menuliskan unsur-unsur instrinsik yang terkandung dalam

dongeng Jaka Tarub yang telah dibaca guru di depan kelas yaitu

menentukan tema, alur, latar, penokohan, dan amanat.

5) Siswa mulai melaksanakan latihan yaitu denga menuliskan kembali

isi cerita Jaka Tarub yang telah dibacakan guru di depan kelas

dengan kalimatnya sendiri.

D.Kegiatan Akhir

1) Siswa dan guru melakukan refleksi

2) Siswa menerima tugas rumah

3) Salam.

B. Pertemuan Kedua

1. Kegiatan Awal

1) Salam

2) Guru mengecek kehadiran siswa

3) Guru mengadakan apersepsi

4) Guru mengimformasikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

1. Guru dan siswa mengadakan tanya jawab mengenai pembelajaran

sastra

2. Siswa membacakan di depan kelas hasil kegiatan latihan minggu lalu,

yaitu menuliskan kembali isi cerita dongeng Jaka Tarub yang telah

dibacakan guru dengan kalimatnya sendiri

(47)

30

4. Guru memberi apresiasi pada hasil kerja siswa

5. Setelah seluruh siswa membacakan hasil kerjanya di depan kelas guru

memberikan tugas latihan berikutnya yaitu menentukan unsur-unsur

instrinsik dalam cerita Jaka Tarub.

6. Siswa mengerjakan tugas latihan menentukan unsur-unsur instrinsik

yang terkandung pada cerita Jaka tarub yaitu dengan mencari tema,

alur, latar, penokohan, dan amanat.

3. Kegiatan Akhir

1. Siswa dan guru melakukan refleksi

2. Siswa dan guru menyimpulkan materi pelajaran hari ini

3. Salam.

3.6.3 Pengamatan/Observasi Pelaksanaan Siklus I

Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh guru mata

pelajaran Bahasa Indonesia sebagai kolabor/teman sejawat dan penulis sebagai

peneliti.

3.6.4 Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisi, mencermati, dan mengkaji secara

mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah dilaksanakan pada pembelajaran

menuliskan kembali isi teks bacaan sastra pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 5

Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012 berdasarkan

data-data yang telah dikumpulkan. Kemudian dilakukan evaluasi agar guru dapat

(48)

31

3.7 Perencanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II akan berlangsung didalam kelas pada jam

pelajaran bahasa Indonesia. Siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah

siswa kelas VII-C selama 2 (dua) kali pertemuan (4x40 menit) dengan mengguna-

kan langkah-langkah sebagai berikut.

3.7.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Penelitian tindakan kelas pada siklus II ini akan berlangsung pada jam pelajaran

bahasa Indonesia. Siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas

VII-C dalam dua kali pertemuan (1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x40

menit) dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

A. Pertemuan Pertama Siklus II

1. Kegiatan Awal

1) Salam

2) Presensi

3) Apersepsi

4) Guru menginformasikan Kompetensi Dasar (KD), indikator dan

tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

1) Guru dan siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang berkaitan dengan

cara yang dapat efektif dalam pembelajaran menulis kembali cerita

(49)

32

2) Guru dan siswa membahas tugas latihan yang kedua pada pertemuan

sebelumnya yaitu menentukan unsur-unsur instrinsik dari cerita Jaka

Tarub

3) Siswa mengumpulkan tugas minggu lalu yaitu menentukan tema, alur,

latar, penokohan, dan amanat dari cerita Jaka Tarub

4) Guru membacakan teks yang berisi dongeng “Sang Kancil dengan

Buaya” di depan kelas.

5) Siswa menyimak contoh pembacaan teks cerita “Sang Kancil dengan

Buaya”.

6) Siswa menuliskan unsur-unsur instrinsik yang terkandung dalam

dongeng “Sang Kancil dengan Buaya” yang telah dibaca guru di

depan kelas yaitu menentukan ide pokok cerita setiap paragraf,

merangkai pokok cerita menjadi ringkasan cerita, kepaduan paragraf,

penggunaan ejaan dan tanda baca.

7) Siswa mengerjakan tugas latihan yaitu menuliskan kembali isi cerita

Sang Kancil dan Buaya dengan kalimat yang tepat.

3. Kegiatan Akhir

1) Siswa dn guru melakukan refleksi

2) Siswa menerima tugas rumah

3) Salam

B.Pertemuan Kedua

1. Kegiatan Awal

1. Salam

(50)

33

3. Guru mengadakan apersepsi

4. Guru mengimformasikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

1. Guru dan siswa mengadakan tanya jawab mengenai pembelajaran

sastra

2. Siswa membacakan di depan kelas hasil kegiatan latihan minggu lalu,

yaitu menuliskan kembali isi cerita yang dibacakan (dongeng Sang

Kancil dengan Buaya)

3. Siswa yang lain menanggapi hasil kerja temannya

4. Guru memberi tugas yang kedua yaitu menentukan unsur-unsur

instrinsik pada cerita Sang Kancil dengan Buaya

5. Siswa menentukan unsur-unsur instrinsik dalam cerita Sang Kancil

dengan Buaya yaitu menentukan ide pokok cerita setiap paragraf,

merangkai pokok cerita menjadi ringkasan cerita, kepaduan paragraf,

penggunaan ejaan dan tanda baca.

6. Guru memberi apresiasi pada hasil kerja.

3. Kegiatan Akhir

1. Siswa dan guru melakukan refleksi

2. Siswa dan guru menyimpulkan materi pelajaran hari ini

(51)

34

3.7.2 Pengamatan/Observasi Pelaksanaan Siklus II

Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh guru mata

pelajaran Bahasa Indonesia dan penulis sebagai peneliti.

3.7.3 Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, mencermati, dan mengkaji secara

mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang

telah dikumpulkan.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh melalui langka-langkah sebagai berikut.

1. Tes

Tes dilakukan pada saat pembelajaran materi menulis kembali cerita

dongeng yang didengar atau yang dibacakan dengan latihan. Tes yang

dilakukan adalah tes tertulis.

2. Observasi

Observasi digunakan untuk mengetahui apakah contoh cerita yang dibacakan

guru di kelas lebih efektif. Pedoman observasi atau peng- amatan ini di isi

selama pembelajaran berlangsung dengan cara memberi tanda ceklis (√) pada

setiap aspek yang diamati siswa dengan kategori (keadaan kelas) apakah

(52)

35

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengupulkan hasil lembar kerja siswa.

Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data-data yang men- dukung

permasalahan yang akan diteliti.

3.8.1 Indikator Penilaian Kemampuan Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan

Sastra

Indikator penilaian menceritakan kembali teks bacaan sastra yang didengar adalah

siswa dapat menuliskan kembali isi cerita sesuai dengan isi cerita yang telah di

dengar, mampu menentukan pokok-pokok cerita, menulis cerita dengan

menggunakan kalimat efektif, kepaduan antar paragraf, dan penggunaan ejaan

yang tepat.

Tabel 3.1

Indikator Penilaian Kemampuan Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan Sastra pada Siswa Kelas VII-C Semester Gnjil

SMP Negeri 5 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012

No Indikator Deskriptor Penilaian Skor

1 Kesesuaian Isi Cerita

yang Ditulis dengan Cerita yang

Didengar

Siswa mampu menuliskan kembali isi cerita dengan sangat tepat, hanya terdapat 1-3 isi cerita yang kurang sesuai dengan cerita yang didengar

4

Siswa dapat menuliskan kembali isi cerita dengan tepat, namun masih terdapat 4-7 isi cerita yang kurang sesuai dengan cerita yang didengar

3

Siswa dapat menuliskan kembali isi cerita namun kurang tepat, karena terdapat 8-10 isi cerita yang kurang sesuai dengan cerita yang didengar

2

Siswa belum dapat menuliskan kembali isi cerita dengan tepat, karena terdapat ≥ 10 isi cerita yang kurang sesuai dengan cerita yang didengar

[image:52.595.115.513.484.750.2]
(53)

36

No Indikator Deskriptor Penilaian Skor

2 Kelengkapan pokok

cerita Siswa mampu menuliskan pokok-pokok cerita dengan sangat tepat, hanya terdapat

1pokok cerita yang belum tepat 4

Siswa dapat menuliskan pokok-pokok cerita dengan tepat, namun masih

terdapat 2-3 dari pokok cerita yang belum tepat

3

Siswa dapat menuliskan pokok-pokok cerita, namun kurang tepat, karena

terdapat 4-5 dari pokok cerita yang belum tepat

2

Siswa belum dapat menuliskan pokok-pokok cerita, karena terdapat ≥ 6 dari

pokok cerita yang belum tepat 1

3 Keefektifan Kalimat Siswa mampu menuliskan kembali isi

cerita yang didengar dengan

menggunakan kalimat efektif, hanya terdapat 1-3 kalimat yang kurang efektif

4

Siswa dapat menuliskan kembali isi cerita yang didengar dengan menggunakan kalimat efektif, namun masih terdapat 4-7 kalimat yang kurang efektif

3

Siswa dapat menuliskan kembali isi cerita yang didengar dengan menggunakan kalimat efektif, namun masish terdapat 8-10 kalimat yang kurang efektif

2

Siswa belum dapat menuliskan kembali isi cerita yang didengar dengan

menggunakan kalimat efektif, karena terdapat ≥ 10 kalimat yang kurang efektif

1

4 Kepaduan Paragraf Siswa mampu menuliskan kembali cerita

yang didengan dengan memperhatikan hubungan antarkalimat bertautan dan berurutan dengan tepat , hanya terdapat 1 paragraf yang kurang tepat

4

Siswa dapat menuliskan kembali cerita yang didengan dengan memperhatikan hubungan antarkalimat bertautan namun masih terdapat 2 paragraf yang belum berurutan dan bertautan dengan tepat

(54)

37

No Indikator Deskriptor Penilaian Skor

Siswa dapat menuliskan kembali cerita yang didengan dengan memperhatikan hubungan antarkalimat, namun terdapat 3 pargaraf yang belum bertautan dan berurutan dengan tepat

2

Siswa belum dapat menuliskan kembali cerita yang didengan dengan

memperhatikan hubungan antarkalimat, karena terdapat ≥ 4 parafrag cerita yang ditulis tidak bertautan dan tidak berurutan

1

5 Ketepatan

penggunaan ejaan dan tanda baca

Dalam menuliskan kembali isi cerita yang didengar siswa mampu

menggunakan ejaan dan tanda baca dengan sangat tepat, hanya terdapat 1-3 kalimat yang ditulis dengan kurang tepat

4

Dalam menuliskan kembali isi cerita yang didengar siswa dapat menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat, namun terdapat 4-7 kalimat yang ditulis dengan kurang tepat

3

Dalam menuliskan kembali isi cerita yang didengar siswa ejaan dan tanda baca yang digunakan belum tepat, karena terdapat 7-10 kalimat yang ditulis dengan kurang tepat

2

Dalam menuliskan kembali isi cerita yang didengar siswa belum dapat menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat, karena terdapat ≥10 kalimat yang ditulis dengan kurang tepat

1

Jumlah Skor 20

3.8.2 Penjelasan Indikator Penilaian Kemampuan Menuliskan Kembali Isi

Teks Bacaan Sastra

1. Kesesuaian Isi Cerita yang ditulis dengan yang Dibacakan

Dalam menulis cerita dituntut kesesuaian dengan cerita yang terjadi di-

dalamnya tidak boleh menyimpang dari isi cerita tersebut. Jadi, apabila cerita

(55)

38

skor 4. Apabila cerita yang ditulis sangat sesuai dengan cerita yang di dengar,

maka siswa mendapat skor 3. Apabila cerita yang ditulis sangat sesuai dengan

cerita yang di dengar, maka siswa mendapat skor 2. Apabila cerita yang ditulis

sangat sesuai dengan cerita yang di dengar, maka siswa mendapat skor 1.

2. Kelengkapan Pokok-Pokok cerita

Pokok dalam sebuah cerita merupakan tema atau suatu yang dapat

dikembangkan untuk menjadi sebuah cerita. Dalam penulisan cerita siswa

harus menentukan terlebih dahulu pokok-pokok dari cerita tersebut, setelah itu

baru dirangkai menjadi sebuah cerita yang utuh. Jadi apabila dalam

menentukan pokok-pokok cerita siswa sudah sangat tepat, maka siswa

mendapatkan skor 4, apabila siswa sudah mampu menentukan pokok-pokok

dengan tepat maka mendapatkan skor 3, apabila dalam menentukan

pokok-pokok cerita namun kurang tepat maka siswa mendapat skor 2, apabila dalam

siswa tidak mampu menentukan pokok-pokok cerita maka siswa mendapat

skor 1.

3. Keefektifan Kalimat

Kalimat dalam paragraf haruslah efektif, agar informasi yang disampaikan

dapat lebih jelas dan tidak minimbulkan penafsiran ganda bagi pembaca.

Adapun ciri-ciri kalimat efektif adalah kessepadanan, kepararelan, ketegasan,

kehematan, kecermatan, dan kelogisan. Jadi, apabila kalimat yang digunakan

sangat efektif, maka siswa skor 4. Apabila kallimat yang digunakan efektif,

siswa mendapat skor 3. Apabila kalimat yang digunakan kurng efektif, siswa

mendapat skor 2. Apabila kalimat yang digunakan tidak efektif, siswa

(56)

39

4. Kepaduan Paragraf

Paragraf dikatakan koherensi apabila paragraf itu mengandung kepaduan yang

baik. Kepaduan yang baik terjadi apabila semua kalimat penjelas mendukung

kalimat utama. Jadi, apabila hubungan antar kalimat bertautan dan berurutan

dengan tepat, maka siswa mendapata skor 4. Apabila hubungan antarkalimat

kurang bertautan dan berurutan dengan tepat, maka siswa mendapat skor 3.

Apabila hubungan antarkalimat tidak bertautatan dan berurutan dengan tepat,

maka siswa mendapat skor 2. Apabila hubungan antarkalimat tidak bertautan

dan tidak dapat dipahami, maka siswa mendapat skor 1.

5. Ketepatan Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Penggunaan ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tetapi

yang lebih utama berkaitan dengan cara penulisan huruf menjadi satuan yang

lebih besar, misalnya kata, kelompok kata, atau kalimat. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa ejaan adalah ketentuan yang mengatur penulisan

huruf menjadi satuan yang lebih besar. Dalam penelitian ini, indikator

ketepatan penggunaan ejaan dibatasi pada penggunaan huruf kapital dalam

kalimat dan tanda titik yang dipakai dibelakang singkatan nama orang dan

akhir kalimat. Jadi, apabila dalam paragraf penggunaan ejaan dan tanda baca

dalam paragraf sangat tepat, maka siswa mendapat skor 4. Apabila dalam

paragraf penggunaan ejaan dan tanda baca dalam paragraf tepat, maka siswa

mendapat skor 3. Apabila dalam paragraf penggunaan ejaan dan tanda baca

dalam paragraf kurang tepat, maka siswa mendapat skor 2. Apabila dalam

paragraf penggunaan ejaan dan tanda baca dalam paragraf tidak tepat, maka

(57)
[image:57.595.111.513.170.754.2]

40

Tabel 3.2

Indikator dan Deskriptor Kegiatan (Aktifitas Siswa) dalam Pembelajaran Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan Sastra Melalui Teknik Latihan

Siswa SMP N.5 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

No Indikator Sub Indikator Deskriptor Skor

1 Aktivitas

Siswa 1) Perhatian Siswa Dalam poses pembelajaran seluruh siswa memperhatikan

materi yang di sampaikan 5

Dalam poses pembelajaran hanya 15-20 siswa yang memperhatikan materi pelajaran yang sedang disampaikan

4

Dalam poses pembelajaran hanya 10-15 siswa yang memperhatikan materi pelaajaran

3

Dalam poses pembelajaran hanya 4-9 siswa yang memperhatikan materi pelajaran

2

Dalam poses pembelajaran kurang dari 3 siswa yang memperhatikan materi pelajaran

1

2)Partisipasi

Siswa Dalam poses pembelajaran seluruh siswa aktif

berpartisipasi 5

Dalam poses pembelajaran hanya 15-20 siswa yang aktif

berpartisipasi 4

Dalam poses pembelajaran hanya 10-15 siswa yang aktif

berpartisipasi 3

Dalam poses pembelajaran hanya 4-9 siswa yang aktif berpartisipasi

2

Dalam poses pembelajaran kurang dari 3 siswa yang aktif berpartisipasi

(58)

41

No Indikator Sub Indikator Deskriptor Skor

3) Kesungguhan/

Ketekunan belajar

Dalam poses pembelajaran seluruh siswa mengikuti materi dengan tekun dan sungguh-sungguh

5

Dalam poses pembelajaran hanya 15-20 siswa yang mengikuti materi dengan tekun dan sungguh-sungguh

4

Dalam poses pembelajaran hanya 10-15 siswa yang mengikuti materi dengan tekun dan sungguh-sungguh

3

Dalam poses pembelajaran hanya 4-9 siswa yang mengikuti materi dengan tekun dan sungguh-sungguh

2

Dalam poses pembelajaran kurang dari 3 siswa yang mengikuti materi dengan tekun dan sungguh-sungguh

[image:58.595.114.514.83.424.2]

1

Tabel 3.3

Alat Penilaian Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Menuliskan Kembali Isi Teks Bacaan Sastra

Melalui Teknik Latihan Siswa Kelas VII SMP N.5 Natar Lampung Selatan

Tahun Pelajaran 2011/2012

No. ASPEK YANG DIAMATI SKOR

I. PRAPEMBELAJARAN

1 Mempersiapkan siswa untuk belajar 1 2 3 4 5

2 Melakukan kegiatan apersepsi 1 2 3 4 5

II. KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A. Penguasaan Materi Pembelajaran

3 Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 1 2 3 4 5

4 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang

(59)<

Gambar

Tabel   3.1 Indikator Penilaian Kemampuan Menuliskan Kembali Cerita yang
Tabel 3.1   Indikator Penilaian Kemampuan Menuliskan Kembali
Tabel 3.2 Indikator dan Deskriptor Kegiatan (Aktifitas Siswa) dalam Pembelajaran
Tabel 3.3 Alat Penilaian Kegiatan Guru dalam Pembelajaran
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data, kesimpulan penelitian ini adalah (1) respon siswa terhadap jurnal reflektif memproleh rata-rata skor sebesar 3,36 sehingga dapat disimpulkan

Namun pada putusan bawaslu terhadap sengketa verifikasi Partai Bulan Bintang merupakan sengketa verifikasi partai politik peserta pemilu yang dilihat dari segi

Jangkang, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Kode Pos: 55584, Telp. Tiap – tiap konseli mengakui jika kejadian tersebut merupakan pertama kali mereka lakukan. Rokok elektrik

These themes included teacher’s purposes of using L1 to give instruction, to manage the classroom, to give feedback to students, to check comprehension, to convey meaning, to

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh PBL model Eggen dan Kauchak pada konteks penstabilan pH air kolam renang terhadap kinerja guru dalam merencanakan dan

Selain itu, bentonit memiliki dua lapisan interlayer yang berbeda sehingga bentonit mempunyai kemampuan tukar kation yang tinggi, karena bentonit merupakan

Kehendak-Nya telah dikaruniakan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Isi Terhadap Lirik Lagu “Kepak Sayap Burung Garuda”

Konstruksi motor induksi tidak ada bagian rotor yang bersentuhan dengan bagian.. stator, karena dalam motor induksi tidak ada komutator dan