• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA (Studi Tentang Pelaksanaan Prinsip Partisipasi, Transparansi dan Akuntabilitas di Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA (Studi Tentang Pelaksanaan Prinsip Partisipasi, Transparansi dan Akuntabilitas di Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA (Studi Tentang Pelaksanaan Prinsip Partisipasi, Transparansi dan Akuntabilitas di Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan

Kabupaten Pesawaran)

Oleh

INDAH YULYANTI

Dalam mewujudkan Good Governance ( Tata Pemerintahan Yang Baik), Desa perlu memanagerial pemerintahannya dengan prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas, agar meningkatkan pelayanan Pemerintah Desa terhadap masyarakat, sehingga prinsip ini menjadi metode pemenuhan kepentingan publik, Pemerintah Desa dimana keberadaannya berhubungan langsung dengan masyarakat dan sebagai ujung tombak pembangunan desa semakin dituntut kesiapannya dalam peningkatan pelayanan, dengan demikian prinsip Good Governance ini menjadi penting untuk diterjemahkan dalam penyelenggaraan

(2)

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas di Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Metode penelitian yang digunakan adalah tipe deskriptif, yaitu memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sosial tertentu di Desa Kurungan Nyawa melalui prinsip-prinsip Good Governance . Teknik pengumpulan data diperoleh melalui data primer dan data sekunder, data yang dianalisis bersifat kualitatif yakni menggambarkan dan menguraikan hasil penelitian kedalam bentuk kalimat secara lengkap, sistematis dan dilakukan pembahasan untuk memperoleh suatu pengertian sehingga dapat ditarik kesimpulan.

(3)

ABSTRAK

ANALYSIS PRINCIPLES IMPLEMENTATION OF GOOD GOVERNANCE IN VILLAGE GOVERNANCE

(Study of the implementation of the principles of participation, transparency and accountability in village of Kurungan Nyawa sub district

Gedong Tataan of Pesawaran )

Oleh

INDAH YULYANTI

In realizing good governance, the village needs to manage the government with the principles of transparency, and accountability for the partition of the village government to improve. Service to the community so that this principle be a method of fulfilling the public interest, the village where it’s presence is directly related to community and rural development as the spearhead of getting sued readiness in improving the service, this thus the principle of good government has become very important to be translated in village governance, a problem that arises is how to realize these principles when society has passive character in addition to cultural, barriers and lack of understanding about good governance, both at the level of village government and the community.

Purpose of this study to analyze the principle of participation, transparency and

(4)

method used is descriptive type, which give a picture or a description of a particular social situation in the village life through the principles of good confinement governance. Data collection techniques obtained through primary and secondary data, a qualitative analysis of data that describes and outline the result of research into sentence form a complete, systematic and conducted discussions to gain an understanding allows for interchangeable drawn a conclusion.

The results of this study indicate that the implementation of good governance in the principles of participation,transparency and accountability in Kurungan

Nyawa’s village has not run optimally, it is caused by human resource constraints

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatkan peranan publik ataupun pembangunan, dapat dikembangkan melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita yang kompleks namun sangat dinamis. Pengembangan konsep otonomi daerah dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia telah menjadi keharusan, sebagaimana telah ditetapkan oleh para pendiri negara ini pada UUD 1945 atas berbagai pertimbangan yang dilakukan, baik pada aspek kemajemukan latar belakang suku, agama, budaya ataupun dengan luasnya wilayah tanah air, sehingga pilihan sistem pemerintahan yang desentralistis menjadi pilihan yang paling tepat untuk diterapkan.

(6)

2

Istilah Good Governance berkembang pada awal tahun 1990-an. Menurut Lembaga Administrasi Negara ( LAN ) wujud dari good governance adalah penyelenggaraan pemerintahan yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergian interaksi yang sejajar diantara domain-domain negara, sektor swasta, dan masyarakat. Gagasan kesejajaran ini mengandung arti akan pentingnya peran dan hubungan ketiga institusi ini dalam mengelola sumber daya ekonomi, politik dan kebudayaan yang tersedia dimasyarakat.

Konsep Good Governance menginginkan adanya keterlibatan komponen yaitu pemerintah, rakyat dan swasta untuk terlibat dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pengelolaan sektor publik. Keterlibatan semua komponen itu diperlukan agar penyelenggaraan tata pemerintahan dapat berjalan dengan baik, dimana rakyat dapat mengetahui bagaimana pemerintahan yang bertanggung jawab dan yang terpenting adalah memperkecil adanya tindakan korupsi. Good Governance pada umumnya diartikan sebagai pengelolaan pemerintahan yang

baik. Kata “ baik “ disini dimaksudkan sebagai mengikuti kaidah-kaidah tertentu

sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance, dan kunci utama untuk memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip di dalamnya.

(7)

3

Tangkap (Responsivenes), Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation), Berkeadilan (Equity), Efektifitas dan Efesiensi (Effetiveness and efficiency), Akuntabilitas (Accountability), dan Visi Strategis.

Pemerintahan desa merupakan subsistem dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, berdasarkan Undang-undang No.32 Tahun 2004 dapat disebut sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yuridiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui atau dibentuk dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Kabupaten / Kota. Pemerintahan desa merupakan pemerintahan miniatur Indonesia. Desa kadang disepelekan ternyata memiliki potensi dalam menopang keberlangsungan suatu negara. Apabila desa benar-benar diperhatikan dan terus ditumbuh kembangkan, bukan sebaliknya desa selalu dieksploitasi, baik sumber kekayaan alam maupun tenaga kerja.

Secara historis, desa merupakan embrio bagi terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia. Jauh sebelum negara-negara modern terbentuk, entitas sosial sejenis desa atau masyarakat adat dan lain sebagainya, desa telah menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi penting. Desa merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat, dan hukum sendiri yang mengakar kuat, serta relatif mandiri dari campur tangan entitas kekuasaan dari luar. Ari Dwipayana ( 2006 : 2 )

(8)

4

pembangunan. Desa semakin dituntut kesiapannnya baik dalam hal merumuskan kebijakan desa, merencanakan pembangunan desa yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta dapat memberikan pelayanan rutin kepada masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan desa dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 diarahkan kepada suatu usaha untuk memperkuat kedudukan pemerintahan desa agar semakin mampu menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi membangun serta mampu menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang semakin meluas dan efektif.

Semangat desentralisasi membawa angin segar bagi harapan akan otonomi desa, namun pelaksanaan pemerintahan desa masih menempatkannya pada posisi yang amat tergantung pada pemerintahan di level kabupaten dan propinsi. Pemerintahan Desa merupakan salah satu aspek penting pengelolaan sosial desa. Di tangan lembaga-lembaga pemerintahan desa tergenggamkan dua peran penting: aktor pengemban kehendak untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa di satu sisi, serta agen perpanjangan tangan negara di sisi lain.

Persoalan terbesar dalam penerapan otonomi desa di masa silam pada dasarnya terletak dalam dua hal: penyeragaman desa di seluruh Indonesia secara berlebihan hingga mengabaikan keunikan lokal, serta pemusatan kekuasaan di tangan kepala desa tanpa ada kekuatan formal yang bisa secara efektif mengontrolnya. Kedua hal inilah yang agaknya berusaha dikoreksi oleh UU No. 32 Tahun 2004.

(9)

5

membayangkan kebijakan tertulis yang dirumuskan melalui pemikiran mendalam dan saling memiliki keterkaitan serius antara satu kebijakan dengan kebijakan lain.

Biasanya kebijakan di desa lebih merupakan konvensi yang dibangun, atau jika tidak kebijakan desa lebih berupa cetusan-cetusan pemikiran aparat khususnya Kades yang secara spontan diterapkan sebagai arah gerak-laju desa. Karena itu mungkin kita tak perlu terlalu heran jika nuansa kebijakan di desa cenderung top down ketimbang bottom up yang selalu diidealkan itu, atas dasar itulah penulis

hanya melihat 3 (tiga) aspek penting mengenai prinsip good governance di Desa Kurungan Nyawa yaitu prinsip partisipasi masyarakat, transparansi dan akuntabilitas.

Penerapan 3 (tiga) prinsip tadi akan sangat menentukan bagaimana tata kepemerintahan desa yang baik untuk mewujudkan penyelenggaraan dan pengelolaan pemerintahan yang bersih, demokratis dan efektif yang berlandaskan pada prinsip-prinsip akuntabilitas, partisipatif dan transparan tersebut. Pemerintahan desa yang baik dan bersih pada umumnya berlangsung pada masyarakat yang memiliki kontrol sosial. Kontrol sosial disini adalah adanya pengawasan dari masyarakat terhadap segala aktifitas yang dilakukan aparatur desa. Suatu pengawasan tidak akan berjalan dengan baik jika tidak adanya kerjasama antara pemerintah, swasta dan masyarakat.

(10)

6

untuk menangani apa yang harus diatur. Kooiman dan Salam ( 2002 : 220 ). Berdasarkan pendapat di atas, pemerintah desa seharusnya sudah melakukan perubahan-perubahan dalam tata penyelenggaraan pemerintahan, yakni lebih memberikan ruang kepada masyarakat dan pihak swasta untuk ikut andil dalam menjalankan proses pemerintahan untuk mencapai tujuan bersama, serta aparatur desa yang dituntut untuk benar-benar menjadi seorang pelayan yang baik bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat.

(11)

7

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mendiskripsikan dan menganalisis bagaimana penerapan prinsip good governance di Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pasawaran, Penulis hanya memfokuskan berdasarkan tiga prinsip Good Governance yakni transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi untuk membatasi kajian deskriptif dengan beberapa alasan bahwa tolok ukur demokrasi yang baru dibangun menyebabkan reformasi birokrasi masih belum sesuai dengan tuntutan masyarakat. Terbukanya sistem demokrasi menyebabkan harapan masyarakat yang semakin tinggi dan semestinya diimbangi dengan peningkatan kinerja dengan memfokuskan kualitas sumber daya manusia setempat dengan memanagerial kualitas kelembagaan untuk mencapai efektifitas good governance secara baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah : “Bagaimana penerapan prinsip-prinsip good governance ( prinsip Partisipasi

Masyarakat, Transparansi, dan Akuntabilitas ) dalam praktek penyelenggaraan

pemerintahan Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten

Pesawaran?”

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan di Desa Kurungan Nyawa

(12)

8

D. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran bagi studi ilmu pemerintahan sehingga dapat mengembangkan teori-teori khususnya terhadap teori Good Governance.

2. Secara Praktis

(13)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian mengenai good governance di Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedongtatan Kabupaten Pesawaran maka dapat di simpulkan :

1. Masih minimnya pemahaman Pemerintah Desa Kurungan Nyawa dan masyarakat tentang Good Governance, sehingga pelaksanaan pemerintahan di Desa Kurungan Nyawa ini tidak terpola secara baik sesuai dengan prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas pemerintah desa.

2. Dalam konteks partisipasi, Desa Kurungan Nyawa cenderung menggunakan kedekatan personal dan kekerabatan sehingga partisipasi yang di bangun cenderung bersifat mobilisasi.

3. Dalam konteks transparansi, pemerintah Desa Kurungan Nyawa telah membuka ruang terhadap kejelasan informasi tentang kebijakan pemerintah Desa Kurungan Nyawa namun sebagian masyarakat mengalami ketidakjelasan informasi karena masayarakat tidak mengikuti proses kebijakan dari awal.

(14)

103

kebijakan yang diambil dapat di pertanggung jawabkan bersama secara kelembagaan.

B. Saran

Saran yang dapat di kemukakan penulis untuk Pemerintah Desa Kurungan Nyawa Kecamatan Gedong Tataan adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah Desa Kurungan Nyawa dalam hal ini aparat Desa Kurungan Nyawa harus mempunyai kemampuan dan bekerja sama untuk mengembangkan Desa Kurungan Nyawa sesuai dengan tuntutan perubahan kelembagaan agar desa mampu bersaing dengan desa lainnya. Disini peran aparatur pemerintah tidak hanya sebagai fasilitator melainkan juga sebagai dinamisator dan enterpreneur . Dan untuk menghadapi kondisi yang tidak diinginkan maka Desa Kurungan Nyawa perlu membangun kerjasama dengan desa-desa yang lain dan pihak swasta untuk kemajuan Desa Kurungan Nyawa.

(15)

104

dapat menjalin kerjasama dan membuat jaringan dengan pihak lain untuk mengembangkan dan memajukan wilayahnya.

Referensi

Dokumen terkait

adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan klien yang tercantum pada laporan.. keuangan perusahaan pada akhir periode yang

Sebagai informasi bagi guru mata pelajaran yang bersangkutan agar dapat meningkatkan variasi mengajarnya dalam penyampaian materi agar materi yang disampaikan dapat

Sebagai implementasi dari Undang-Undang serta TAP MPR RI tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Madiun mendirikan Dinas Koperasi dan UKM sebagai instansi yang bertugas

bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 154 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008

27 Rajah berikut menunjukkan keluk permintaan dan penawaran bagi suatu barang di sebuah

Peraturan Walikota Samarinda Nomor 24 Tahun 2008 tentang Penjabaran Fungsi dan Tata Kerja Struktur Organisasi Inspektorat, Badan Perencanaan Daerah dan Lembaga

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, maka Piutang Pajak Daerah yang timbul sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan