• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA AMBARAWA KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA AMBARAWA KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRACT

DEMOCRACY PRINCIPLE IMPLEMENTATION IN AMBARAWA HEAD VILLAGE ELECTION OF AMBARAWA SUBDISTRICT

PRINGSEWU REGENCY 2012

By

FAJRI AFRIAN FAUZI

Election of Ambarawa head village 2012 happened because the previous head village get the sack as his consequence did breach of immoral. The election of Ambarawa head village 2012 followed by two persons, who are marriage couple.

The aim of this research to find out does democracy principle assembling implemented in election of Ambarawa head village of Pringsewu Regency 2012. Type of research that use is qualitative descriptive Data collecting technique that use are interview and documentation.

Research result shows, democracy principle implementation in Ambarawa head village election 2012 based on Powell's theory, that the government have had represented societv desire prooved by the government held the head village election to acomodate the society desire. Ambarawa"s head village elections is a competitive election, even followed by marriage couple and yet competition still on going to get the position of head village. The election also followed by mature people, although the voter and the candidate fulfill the available requirements. The election was an acquitted election, without imposition to cote a certain candidate but the committee always invite to all society for their particitipation in ths election. The election implemented Society has basic freedom, government give the opportunity to register as committee but many of them just want to be a voter.

Conclusion of this research is democracy principle assembling already implemented and suitable with Powell theory's, but hopefully society not only be a voter but also control the election.

(3)

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA AMBARAWA KECAMATAN AMBARAWA

KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012

Oleh

FAJRI AFRIAN FAUZI

Adanva pelaksanaan pemilihan Kepala Desa Ambarawa 2012 dikarenakan kepala desa sebelumnva diberhentikan akibat pelanggaran terhadap norma kesusialaan. Pemilihan Kepala Desa Ambarawa 2012 diikuti oleh dua orang calon kepala desa. kedua calon kepala desa tersebut adalah sepasang suami istri.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan prinsip -prinsip demokrasi diterapkan dalam pemilihan Kepala Desa di Desa Ambarawa Kabupaten Pringsewu pada Tahun 2012. Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, penerapan prinsip demokrasi dalam pemilihan Kepala Desa Ambarawa 2012 telah bersesuaian dengan teori Powell yang menjadi fokus penelitian dalam hal melihat apakah pemilihan kepala desa tersebut menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Pemilihan Kepala Desa Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu telah memenuhi dan menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Hal ini terlihat dari kesesuaian antara kenyataan yang terjadi pada saat proses pemilihan kepala dsa tersebut dengan prinsip-prinsip demokrasi menurut Powell yang menjadi fokus penelitian ini. Pemerintah telah mewakili keinginan para warga negara, dimana pemerintah desa telah mewakili keinginan masyarakat Desa Ambarawa untuk diadakan pemilihan kepala desa vang baru.

(4)

Pemilihan dilakukan secara bebas dan tidak ada paksaan dalam bentuk apapun kepada masyarakat untuk memilih siapa atau untuk mengikuti pemilihan atau tidak masyarakat bebas untuk memilih siapa calon kepala desa yang paling pantas menurutnya. Para warga negara juga memiliki kebebasan dasar, dimana masyarakat dibebaskan untuk memilih menjadi panitia atau hanya menjadi pemilih saja. Mereka dipersilahkan untuk ambit bagian menjadi panitia bila dirasa mereka tidak keberatan dan tanpa paksaan.

(5)
(6)
(7)
(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... .... iii

DAFTAR GAMBAR ... .... iv

I. PENDAHULUAN ... .... 1

A. Latar Belakang Masalah... .... 1

B. Rumusan Masalah ... .... 7

C. Tujuan Penelitian ... .... 8

D. Keguanaan Penelitian ... .... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... .... 9

A. Tinjauan Tentang Demokrasi ... .... 9

1. Asal usul demokrasi ... .... 11

2. Pemerintah Desa ... .... 12

B. Tinjauan Tentang Desa ... .... 15

1. Tinjauan tentang pemerintah desa... .... 17

2. Pemerintah Desa ... .... 19

C. Tinjauan Tentang Pemelihan Kepala Desa ... .... 21

D. Tahapan Pemilihan Kepala Desa ... .... 30

E. Kerangka Pikir ... .... 33

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... .... 35

B. Fokus Penelitian ... .... 36

C. Jenis Data ... .... 38

D. Sumber informasi ... .... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... .... 39

1. Wawancara ... .... 30

2. Dokumentasi ... .... 40

F. Teknik Pengolahan Data ... .... 40

1. Editing Data ... .... 41

2. Interpretasi Data ... .... 41

(9)

3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi) ... .... 42

IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Desa Ambarawa ... .... 43

B. Keadaan Penduduk ... .... 43

1. Komposisi Masyarakat Menurut Etnis ... .... 44

2. Komposisi Masyarakat Menurut Agama ... .... 44

3. Komposisi Masyarakat Menurut Tingkat Pendidikan ... .... 45

4. Komposisi Masyarakat Menurut Mata Pencaharian ... .... 46

C. Gambaran Mengenai Pemerintahan Desa ... .... 47

1. Bentuk dan Susunan Pemerintah Desa... .... 47

2. Pemerintah Desa Ambarawa ... .... 48

a. Kepala Desa ... .... 48

b. Perangkat Desa ... .... 48

c. Kepala dusun ... .... 49

d. Badan Himpunan Pemekonan ... .... 49

V. HASIL dan PEMBAHASAN A. Pemilihan Kepala Desa Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kecamatan Pringsewu ... .... 50

B. Identitas Responden ... .... 55

1. Usia rata-rata responden ... .... 55

2. Latar Belakang Tingkat Pendidikan Responden ... .... 56

C. Hasil dan Pembahasan Proses Penerapan Prinsip-Prinsip Demokrasi .... 56

1. Pemerintah Mewakili Keinginan Prinsip-Prinsip Demokrasi ... .... 57

2. Pemilihan Kompetitif ... .... 59

3. Diikuti oleh orang dewasa... .... 63

4. Pemilihan Dilakukan Secara Bebas ... .... 66

5. Para warga Negara memiliki kebebasan dasar ... .... 69

VI. SIMPULAN dan SARAN A. SIMPULAN ... .... 72

(10)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demokrasi dikenal dengan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem demokrasi rakyat memberikan kesempatan yang sama dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang dipegang oleh rakyat atau setidak-tidaknya diikut-sertakan dalam pembuatan suatu keputusan politik, pemerintahan atau kenegaraan.

(11)

Menurut Nurhasim (2008:67) memberikan prinsip-prinsip demokrasi sebagai berikut: (1) pemerintah mewakili keinginan para warga Negara, (2) dilakukannya pemilihan kompetitif secara berkala antara calon alternatif, (3) didikuti oleh orang dewasa, baik sebagai pemilih maupun sebagai calon untuk dipilih (4) pemilihan dilakukan secara bebas (5) para warga negara memiliki kebebasan dasar, yaitu kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berkumpul, berorganisasi, dan membentuk partai politik.

Jika melihat dari konsep prinsip dan kriteria demokrasi tersebut, maka demokrasi merupakan aturan untuk mendistribusikan kekuasaan secara adil di antara anggota masyarakat serta memberikan hak yang sama bagi warga negara untuk terlibat dalam pembuatan keputusan serta memiliki hak dan kesempatan seluas mungkin bagi warga negara untuk mendapatkan dan mempertahankan informasi, mengartikulasikan kepentingan serta menggunakan opini.

(12)

3

adat, karena hukum adat masih kental diberlakukan baik dalam pemerintahan, maupun dalam kehidupan sehari-harinya.

Pasal 1 Ayat (12) UU Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan yang dimaksud dengan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Desa juga memiliki kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahannya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Penyelenggaraan pemerintah desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.

(13)

Upaya untuk memperbaiki pemerintahan desa selalu dilakukan dalam bentuk penerapan undang-undang, peraturan daerah, peraturan kabupaten, tapi pelaksanaannya belum optimal. Upaya itu dapat dilihat dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam Undang- undang-undang tersebut pengaturan mengenai desa dibahas secara mendetail dalam peraturan pemerintah Nomor 72 tahun 2005 (dibuat oleh pemerintah pusat) dan ditindak lanjuti dengan pemerintah daerah (disusun oleh anggota DPRD dan Pemerintah daerah). Demokrasi terlihat mulai bergerak dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dan pemerintah daerah kepada pemerintah desa, dengan menyerahkan segala urusannya sesuai dengan aspirasi dan keinginan masyarakat setempat. Pemerintah desa diharapkan telah melakukan upaya untuk menciptakan suasana demokratis dalam pemerintahan terhadap masyarakatnya.

Abdulkarim (2007:114) mengungkapkan bahwa untuk membangun demokrasi sampai tingkat desa merupakan salah satu hal yang penting dan strategis, dimana dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memuat suatu perubahan kebijakan mengenai desa dengan menghadirkan parlemen desa.

(14)

5

dilihat dari kultur masyarakat pedesaan di Indonesia yaitu sifat gotong royong atau cara-cara kekeluargaan dalam mengurus persekutuan hidup termasuk penyelenggaraan desa.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, parlemen desa tidak mengalami perubahan yang esensial dari Undang-undang Nomor 22 tahun 1999. Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, disebutkan bahwa kepala desa adalah seorang pemimpin dari sebuah bagian kecil dari Kabupaten/Kota yang disebut dengan pemerintahan desa. Sebuah desa tak terlepas dari seorang kepala desa yang dipilih oleh masyarakat dan dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin desa yang mereka tempati. Kepala desa disini bertanggung jawab untuk menjaga dan mengurus daerahnya dengan dibantu oleh sejumlah perangkat desa yang ada dibawahnya. Dengan mengikuti persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan seseorang dapat dipilih menjadi seorang kepala desa dengan segala tanggungjawabnya dan konsekuensinya menjadi kepala desa. Adapun tata cara pemilihan kepala desa diatur dalam Pasal 43 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005.

(15)

Pemilihan Kepala Desa yang dilaksanakan di Desa Ambarawa adalah salah satu wujud dari pelaksanaan demokrasi yang ada di Indonesia. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemilihan kepala desa di Desa Ambarawa. Pemilihan kepala desa Ambarawa adalah pemilihan kepala desa yang dilaksanakan karena kepala desa yang lama diberhentikan dari jabatannya dikarenakan alasan pelanggaran terhadap norma kesusialaan. Selama periode kepala desa yang diberhentikan tidak lagi melaksanakan tugasnya, jabatan Kepala Desa dijabat sementara oleh Sekertaris Desa Ambarawa. Sekretaris Desa Ambarawa menjabat sebagai Kepala Desa selama hampir delapan bulan hingga kemudian dilaksanakan Pemilihan Kepala Desa Ambarawa pada tahun 2012.

Pemilihan kepala desa Ambarawa yang dilaksanakan pada tahun 2012 diikuti oleh dua orang calon kepala desa. Kedua calon kepala desa tersebut adalah sepasang suami istri. Hasil Pemilihan desa Ambarawa di menangkan oleh sang suami yaitu Bapak Mas`ud dengan perolehan suara 2786 sedangkan sang str yaitu Suwarn dengan perolehan 2116 suara. Kurangnya calon yang berminat untuk mencalonkan diri sebagai kepala desa sedikit kontras bila dibandingkan dengan pemilihan kepala daerah di tempat lain, karena yang umum terjadi adalah masyarakat desa berlomba-lomba mencalonkan diri sebagai kepala desa.

(16)

7

datang dan menghampiri Balai Pekon Ambarawa dan melakukan ramah tamah dan bincang-bincang biasa, bakhan salah satu calon tidak melaksanakan kampanye dan menyerahkan seluruhnya kepada tim suksesnya.

Hal tersebut cukup unik apabila dilihat dan dibandingkan dengan pemilihan kepala daerah baik di tingkat desa, kabupaten, provinsi, atau bahkan negara. Kedua calon seakan memberikan keputusan murni kepada masyarakat tanpa merasa perlu meyakinkan masyarakat untuk memilih mereka, sehingga dikhawatirkan muncul persepsi bahwa pemilihan kepala desa tersebut hanyalah sebuah upaya formalitas untuk mengisi jabatan kepala desa Ambarawa di Kecamatan Ambarawa pada Kabupaten Pringsewu.

Beranjak dari fakta tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai penerapan prinsip-prinsip demokrasi dalam pelaksanaan pemilihan di Desa Ambarawa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar Belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini, yaitu:

“Bagaimanakah penerapan prinsip-prinsip demokrasi dijalankan dalam

(17)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip demokrasi pada pemilihan Kepala Desa di Desa Ambarawa Kabupaten Pringsewu pada Tahun 2012.

D.Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat salah satu kajian Ilmu Pemerintahan khususnya yang berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip demokrasi di dalam Pemilihan Kepala Desa.

2. Secara Praktis

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

a. Tinjauan Tentang Demokrasi

1. Asal Usul Demokrasi

Gagasan mengenai demokrasi berawal dari kebudayaan Yunani Kuno dan gagasan mengenal kebebasan beragama yangdihasilkan oleh aliran reformasi serta perang-perang agama yang menyusulnya. Sistem demokrasi yang terdapat di negara kota (city state) Yunani Kuno (abad ke 6 sampai abad ke 3 SM) merupakan demokrasi langsung (direct democracy) yaitu suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara yang bertindak berdasarkan proses mayoritas. Miriam Budiarjo (2003:53) berpendapat bahwa gagasan demokrasi boleh dikatakan hilang memasuki abad pertengahan (600-1400) yang masyarakat bercirikan masyarakat feodal.

Budiarjo (2003:54) menjelaskan perkembangan demokrasi yang terpenting pada abad pertengahan menghasilkan suatu dokumen yang penting, yaitu

(19)

dari Inggris. Piagam ini dianggap sebagai tonggak dalam perkembangan gagasan demokrasi.

Perkembangan lainnya di Eropa Barat, menurut Miriam Budiarjo (2003:54-55), yaitu adanya Rainessance yang merupakan aliran yang menghidupkan kembali minat kepada kesusastraan dan kebudayaan. Yunani Kuno yang selama dalam abad pertengahan telah disisihkan. Berawal dari hal tersebut timbulah gagasan mengenai adanya kebebasan beragama serta perlu adanya garis pemisah antara soal-soal agama dan soal-soal keduniawian, khususnya masalah pemerintahan.

Masih menurut Budiarjo (2003:55-56), menjelaskan bahwa penentangan terhadap monarki absolut didasarkan pada mata teori rasionalistis yang umumnya dikenal sebagai social contact (kontak sosial). Pada hakekatnya kontrak sosial merupakan usaha untuk mendobrak dasar dari pemerintahan absolute dan menetapkan hak-hak politik rakyat. Filsuf yang mencetuskan gagasan ini adalah John Locke, bahwa hak-hak politik menurutnya yaitu hak atas hidup, hak atas kebebasan dan hak mempunyai milik. Sedangkan Montesque mencoba menyusun suatu system yang dapat menjamin hak-hak politik, yang dikenal dengan nama Trias Politica.

(20)

11

dan pemisahan kekuasaan tersebut terlihat munculnya ide pemerintahan rakyat atau demokrasi.

2. Definisi Demokrasi

Demokrasi didefinisikan menurut asal kata atau terminologi yaitu “rakyat berkuasa” atau “Government of rule by the people.” Dalam bahasa Yunani

Kuno, demokrasi berasal dari dua suku kata yakni demos yang berarti “rakyat” dan kratos yang berarti “kekuasaan atau berkuasa.”

Mayo dalam Budiarjo (2003:61), memberikan definisi “sistem politik yang demokratis adalah dimana kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan suasana terjamin kebebasan politik.”

Mahfud MD sebagaimana dikutip dari buku Inu Kencana Syafiie (2002:2), mengajukan gagasan bahwa “Negara Demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kekuasaan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi ia berarti sebagai suatu pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat.”

(21)

bersaing untuk memperoleh suara dan hampir seluruh penduduk dewasa dapat memberikan suara.

Demokrasi memiliki banyak arti, namun suatu pengertian yang dapat kita setujui adalah bahwa demokrasi bisa dipakai untuk menunjukkan bahwa kekuasaan yang sebenar-benarnya ditangan rakyat. Dimana demokrasi menolak adanya konsentrasi kekuasaan pada suatu kelompok.

3. Prinsip-Prinsip Demokrasi

Guna mencapai prinsip-prinsip demokrasi perlu diadakannya pendidikan demokrasi. Hal ini menjadi sangat mendasar karena kenyataan hidup di dalam demokrasi masih merupakan teori di Indonesia. Kenyataannya baru pada saat sekarang inilah kita berada pada proses demokrasi menuju demokrasi dalam arti sesungguhnya, karena demokrasi maka demokrasi bukanlah sesuatu yang akan terwujud bagaikan jatuh dari langit, melainkan menyatu dengan pengalaman nyata, usaha dan eksperimentasi kita sehari-hari. Di sinilah persis tempatnya demokrasi memerlukan ideologi yang terbuka yang menolak suatu rumusan ideologi yang sekali untuk selamanya.

(22)

13

Ada beberapa prinsip-prinsip demokrasi yang disebutkan oleh para ahli diantaranya adalah prinsip-prinsip demokrasi menurut Bingham Powell sebagaimana dalam buku Roosa John (2008:68) yaitu:

a. Pemerintah mewakili keinginan para warga negara,

b. Dilakukannya pemilihan kompetitif secara berkala antara calon alternatif,

c. Diikuti oleh orang dewasa, baik sebagai pemilih maupun sebagai calon untuk dipilih.

d. Pemilihan dilakukan secara bebas, dan yang terakhir

e. Para warga negara memiliki kebebasan dasar, yaitu kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berkumpul, berorganisasi dan membentuk partai politik.

Pinsip demokrasi menurut Robert A. Dahl sebagaimana dalam buku Abdulkarim (2007: 54) terdapat 6 prinsip dalam demokrasi yaitu :

(23)

b. Adanya pemilihan yang teliti dan jujur. Demokrasi dapat berjalan dengan baik apabila adanya partisipasi aktif dari warga Negara dan partisipasi tersebut dilakukan dengan teliti dan jujur . suatu keputusan tentang apa yang dipilih didsarkan pengetahuan warganegara yang cukup dan informasi yang akurat dan dilakukan dengan jujur.

c. Adanya hak dipilih dan memilih. Demokrasi berjalan apabila setiap warga Negara mendapatkan hak pilih dan dipilih. Hak memilih untuk memberikan hak pengawasan rakyat terhadap pemerintahan, serta memutuskan pilihan terbaik untuk memutuskan pilihan yang terbaik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai rakyat. Hak dipilih memberikan kesempatan kepada setiap warga Negara yang mempunyai kemampuan dan kemauan serta memenuhi persyaratan untuk dipilih dalam menjalankan amanat dari warga pemilihnya

d. Adanya kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman. Demokrasi membutuhkan kebebasan dalam menyampaikan pendapat, berserikat dengan rasa aman. Apabila warga Negara tidak dapat menyampaikan pendapat atau kritik dengan lugas, maka saluran aspirasi akan tersendat, dan pembangunan tidak dapat berjalan dengan baik.

(24)

15

DPR dan juga rakyat dapat juga mencari informasi. Sehingga antara pemerintah dan DPR mempunyai informasi yang akurat dan memadai. f. Adanya kebebasan berserikat yang terbuka. Kebebasan untuk berserikat

ini memberikan dorongan bagi warga Negara yang merasa lemah, dan untuk memperkuatnya membutuhkan teman atau kelompok dalam bentuk serikat. Adanya serikat pekerja, terbukanya system politik memungkinkan rakyat memberikan aspirasi secara terbuka dan lebih baik.

Selain prinsip-prinsip demokrasi yang dikenal secara universal di Indonesia pun mengenal Prinsip-prinsip demokrasi pancasila dimana Demokrasi pancasila merupakan suatu paham demokrasi yang bersumber pada pandangan hidup atau falsafah hidup bangsa Indonesia yang digali dari kepribadian rakyat Indonesia sendiri.

b. Tinjauan Desa

Desa merupakan salah satu kesatuan terkecil masyarakat dimana masyarakat yang bermata pencaharian didominasi oleh pertanian. Tetapi penulis akan mengemukakan pengertian Desa secara umum. Pengertian Desa menurut Egon E. Berger 1995 :121), yang dikutup dari bukunya Rahardjo yang berjudul Pengantar Sosiologi Pedesaaan dan Pertanian, yaitu:

(25)

Menurut pendapat di atas, setiap pemukiman petani merupakan faktor pertanian dan bukanlah ciri-ciri yang melekat pada desa, sebenarnya ciri utama yang melekat pada desa di tandai adanya keterikatan warga masyarakat terhadap wilayahnya yang menjadi tempat tinggal dan mata pencaharian mereka.

Selanjutnya peneliti akan mengemukakan pengertian desa menurut Haw Widjaja dalam bukunya Pemerintahan Desa dan Marga adalah sebagai berikut:

“Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional berada di daerah Kabupaten” (Widjaja, 2001:65).

Pengertian desa sama dengan nama marga sebagai berikut:

“Marga berasal dari serikat dusun-dusun atau kampung baik atas susunan masyarakat genealogis maupun masyarakat teritorial, berdasarkan keturunan dan tempat dilahirkan. Masyarakat yang dimaksud adalah mereka yang dilahirkan, dibesarkan, hidup dan bermata pencaharian dan meninggal dunia di tempat itu” (Widjaja, 2001: 66).

Sebagaimana yang telah diuraikan oleh pendapat dari beberapa para ahli di atas, maka dari pengertian Desa sesuai dengan pengertian desa berdasarkan pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu :

(26)

17

Secara teoritis, disamping yang telah dirumuskan dalam kesatuan perundang-undangan. Disini juga terlihat bahwa adanya dukungan pemerintah yang diserahkan kepada warga desa untuk mengatur dan mengurus desa berdasarkan potensi desa itu sendiri. Salah satu dari sekian banyak rumusan pengertian desa seperti dikemukakan Siagian dalam bukunya berjudul Pokok-Pokok Pembangunan Desa, Masyarakat Desa sebagai berikut:

“Desa adalah suatu daerah hukum yang ada sejak beberapa keturunan dan mempunyai ikatan sosial yang hidup serta tinggal menetap di suatu daerah tertentu dengan adat istiadat yang dijadikan landasan hukum dan mempunyai seorang pemimpin formal yaitu Kepala Desa. Kehidupan penduduk desa umumnya tergantung dari usaha tani, nelayan dan sering disertai dengan usaha kerajinan tangan dan dagang kecil-kecilan” (Siagian, 1989:3).

Berdasarkan pengertian di atas, desa adalah organisasi pemerintahan terendah yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. Desa juga merupakan wilayah yang berfungsi sebagai tempat tinggal sekelompok masyarakat yang mempunyai aturan-aturan, norma hukum yang harus dipatuhi oleh semua anggota kelompok dalam Sistem Pemerintahan Republik Indonesia.

1. Tinjauan tentang Pemerintahan Desa

(27)

Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa memberikan definisi pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan desa dan badan permusyawarahan desa (BPD) dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system Pemerintahan Negara Republik Indonesia.

Tujuan penyelenggaraan pemerintahan desa dapat dirumuskan dari berbagai segi, yaitu:

a. Jika dilihat dari segi politis, maka bertujuan untuk menjaga tetap tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang dikonstruksikan dalam system pemerintahan yang memberikan peluang turut sertanya dalam mekanisme penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

b. Dilihat dari segi formal dan konstusional yang bertujuan untuk melaksanakan ketentuan dan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan perundangan yang mengatur tentang pemerintah desa.

c. Menurut segi operasional yang bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan di desa, serta dalam pelaksanaan pembangunan dan pendayagunaan masyarakat.

(28)

19

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup: a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak

b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa

c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan atau pemerintah kabupaten/kota

d. Urusan pemerintah lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada pemerintah desa

Definisi pemerintahan desa pada penelitian ini merujuk pada kegiatan pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawarahan Desa (BPD) yaitu kegiatan dalam proses pemilihan kepala desa.

2. Pemerintah Desa

Pemerintah desa dalam Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan definisi tentang pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa. Kepala desa sebagai pemimpin organisasi pemerintahan desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga Negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihan diatur oleh peraturan daerah yang berpedoman kepada peraturan pemerintah.

(29)

pemerintahan desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sekertaris desa sebagai perangkat desa diisi oleh pegawai negri sipil yang memenuhi persyaratan. Sekretaris desa yang selama ini bukan pegawai negeri sipil secara bertahap diangkat menjadi pegawai negeri sipil sesuai dengan perundang-undangan. Perangkat desa lainnya dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 202 Ayat (2) adalah perangkat pembantu kepala desa yang terdiri dari sekertaris desa, pelaksana teknis lapangan, seperti kepala urusan dan unsur kewilayahan seperti kepala dusun.

Pemerintahan desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa memiliki tugas pokok dalam melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum, pembangunan dan pembinaan masyrakat serta menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten.

Menurut Aries Djaenuri (Widjaja,2001:216), untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut pemerintah Desa memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Fungsi Pengaturan, adalah fungsi yang dilaksanakan oleh pemerintah

untuk mengatur tatanan kehidupan pemerintah.

(30)

21

3. Fungsi Pemberdayaan merupakan fungsi yang dilaksanakan pemerintah dalam rangka memandirikan masyarakat. Fungsi ini meliputi kegiatan seperti penyuluhan, pembinan, pemberian fasilitas (bantuan peralatan, bibit, kredit dan lainnya)

4. Fungsi Pembangunan merupakan fungsi yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan peningkatan kemampuan perekonomian masyarakat. Fungsi ini berkaitan dengan aspek-aspek membangun dan memberi kemudahan/ menciptakan iklim yang kondusif terhadap peningkatan aktivitas-aktivitas perekonomian.

5. Fungsi ketentraman dan ketertiban terkait dengan pemberian perlindungan kepada masyarakat dari gangguan yang disebabkan baik yang disebabkan oleh manusia maupun alam.

c. Tinjauan Tentang Pemilihan Kepala Desa

(31)

Berdasarkan pendapat di atas, yang dimaksud dengan pemilihan kepala desa adalah peta rakyat pedesaan untuk menampilkan figur yang dapat melindungi masyarakat desa. Pemilihan kepala desa harus memenuhi syarat-syarat mengenai pemilihan kepala desa.

Talizuduhu Ndaraha dalam (Widjaja,2001:411) mendefinisikan kepala desa adalah kepala organisasi pemerintahan desa yang berkedududkan strategis dan mempunyai tanggung jawab yang luas. Kepala desa sebagaimana yang dimaksudkan pada Pasal 202 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur oleh peraturan daerah yang berpedoman kepada peraturan pemerintah. Calon kepala desa yang memiliki suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan sebagai kepala desa.

Kepala desa terpilih dilantik oleh bupati atau walikota paling lambat 30 hari setelah pemilihan, yang kemudian mengucapkan sumpah atau janji sebelum memangku jabatannya. Sumpah/janji tersebut adalah:

“Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan

memenuhi kewajiban saya selaku kepala desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya, bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-undang Dasar 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan seharusnya yang berlaku bagi desa, daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

(32)

23

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 bahwa masa jabatan kepala desa adalah enam tahun dan hanya dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatannya, ketentuan pembatasan untuk dapat dipilih kembali hanya satu kali untuk masa jabatan berikutnya adalah dengan maksud untuk menghindarkan kemungkinan menurunnya kegairahan dalam penyelenggaraan pemimpinan pemerintahan desa.

Kepala desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang menyangkut karena:

1. Meninggal dunia 2. Atas permintaan sendiri

3. Berakhir masa jabatan dan telah dilantik kepala desa yang baru

4. Tidak lagi dapat memenuhi syarat Undang-Undang atau peraturan pemerintah yang mengaturnya

5. Melanggar supah/janji jabatan 6. Melanggar larangan bagi kepala desa 7. Sebab-sebab lain

Larangan bagi kepala desa yang dimaksud adalah kepala desa dilarang melakukan kegiatan-kegiatan atau melalaikan tindakan-tindakan yang menjadi kewajibannya, yang merugikan kepentingan negara, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat desa.

(33)

Negara Republik Indonesia menurut PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, terdiri atas:

1. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 3. Berkelakuan baik, jujur, adil, cerdas dan berwibawa

4. Tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam suatu kegiatan yang menghianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 seperti G 30 S PKI dan atau kegiatan-kegiatan organisasi terlarang lainnya.

5. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan pasti

6. Tidak sedang menjalankan pidana penjara atu kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun

7. Terdaftar sebagi penduduk dan bertempat tinggal tetap di desa yang bersangkutan sekurang-kurangnya dua tahun terakhir tidak terputus-putus kecuali bagi putra daerah diluar desa yang bersangkutan

8. Sekurang-kurangnya telah berumur 25 tahun dan setinggi-tingginya berumur 60 tahun

9. Sehat jasmani dan rohani

10. sekurang-kurangnya berijazah SLTP atau yang berpengetahuan/ berpengalaman yang sederajat dengan itu

(34)

25

12. memenuhi syarat-syarat lain yang sesuai dengan adat istiadat yang diatur dalam peraturan daerah

Apabila kita melihat syarat menjadi seorang kepala desa yang tercantum dalam PP nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, didalamnya terdapat prinsip-prinsip demokrasi, setidaknya jika dilihat dari prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Powell. Hal ini terlihat dari syarat kedewasaan, kecakapan, keinginan untuk mewakili masyarakat yang lebih banyak, serta kebebasan dalam menjadi calon kepala desa agar dapat terpilih. Indikator ini terlihat jelas alam bunyi persyaratan dalam PP Nomor 72 Tahun 2005 tersebut jika dibandingkan dengan prinsip-prinsip demokrasi yang dikemukakan Powell.

Bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mencalonkan diri sebagai kepala desa, disamping harus memenuhi persyaratan tersebut diatas harus mempunyai surat keterangan persetujuan dari atasannya yang berwenang. Bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau putra daerah yang sebelumnya tidak bertempat tinggal di desa yang bersangkutan, maka setelah terpilih dan diangkat menjadi kepala desa mulai tanggal pelantikan harus bertempat tinggal di desa yang bersangkutan.

Kemudian tata cara pemilihan kepala desa diatur dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1981 sebagai pelaksanaan Undang-Undang No 8 tahun 1979. Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh dari kepanitiaan perlu dibentuk adalah sebagai berikut:

(35)

2. rapat dipimpin oleh kepala desa itu menyusun Panitia Pencalonan Pelaksanaan Pemilihan (P4) Kepala Desa

3. membahas hal ihwal yang berkaitan dengan pemilihan, misalnya pembiayaan

4. hasil rapat tersebut diajukan kepada bupati

Setelah bupati menerima hasil rapat yang disampaikan camat, selanjutnya bupati membentuk dan mengesahkan Panitia Pengawas (P2) Kepala Desa yang terdiri dari panitia-panitia. Kemudian bupati membentuk dan mengesahkan Panitia Pemilihan Kepala Desa yang terdiri dari panitia-panitia kecil, yaitu:

1. Panitia Pencalonan dan Pelaksanaan Pemilihan (p4)

panitia ini ada ditingkat desa yang diketuai oleh Sekertaris Badan Permusyawarahan Desa (BPD). Keanggotaan Panitia ini adalah Badan permusyawaratan Desa (BPD) yang jumlahnya disesuaikan dengan kondisi desa. Apabila sekertaris BPD mencalonkan diri sebagai Kepala Desa maka Ketua panitia ditetapkan oleh Bupati atas usul Camat.

2. Panitia Pengawas (P2)

panitia pengawas diketuai oleh camat dan dua orang Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yaitu Kepolisian, satu dari Angkatan darat, satu dari angkatan Laut dan satu dari angkatan Udara.

3. Panitia Peneliti dan penguji (P3)

Struktur panitia ini terdiri dari Pembina, Ketua, Sekertaris dan beberapa orang anggota

(36)

27

b. Sekertaris : Sub Bagian Desa

c. Anggota : Wakil dari bagian hukum, wakil dari kantor sosial, wakil dari politik, dan wakil dari kantor pembangunan desa

Joko Siswanto dalam “Administrasi pemerintahan Desa” (2004:14)

menguraikan pelaksanaan pemilihan kepala desa adalah sebagai berikut: “Setelah tugas-tugas awal diselesaikan oleh panitia dan telah menentukan tempat hari pemilihan, 7 (tujuh) hari sebelum hari pemilihan dilaksanakan, Panitia Pelaksanaan Pencalonan Pemilihan member tahukan kepada penduduk desa yang berhak memilih dan mengadakan pengumuman-pengumuman ditempat terbuka tentang akan diadakannya pemilihan Kepala Desa”.

Pemilihan harus bersifat langsung, umum, bebas, dan rahasia. Peaksanaan demokrasi harus dijaga dan dijamin. Pemilihan kepala desa dinyatakan sah apabila jumlah yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah seluruh pemilih yang telah disahkan. Bila jumlah pemilih yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya kurang dari 2/3, maka pemilihan kepala desa dinyatakan batal dan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah pembatalan, penitia pemilihan mengadakan pemilihan ulang. Bila dalam pemilihan ulang yang hadir kurang dari ½ dari jumlah pemilih maka ditunjuklah kepala desa oleh bupati.

(37)

peneliti dan penguji. Setelah dikoreksi yang nilainya tertinggi dinyatakan sebagai calon pemenang.

Apabila calon kepala desa hanya 1 (satu), calon tungal maka calon tersebut baru dinyatakan terpilih apabila mendapat dukungan suara sekurang-kurangnya ½ ditambah 1 (satu) dari jumlah suara yang masuk (1/2+1). Meskipun calon tunggal harus juga diadakan pemungutan suara, caranya dengan menggunakan 2 (dua) kotak suara atau 2 (dua) gambar yang berbeda, masing-masing untuk suara yang mendukung dan suara yang tidak mendukung.

Setelah pemungutan suara berakhir pada hari itu juga dilakukan perhitungan suara secara terbuka disaksikan oleh calon kepala desa, Panitia Pengawas dan Panitia Peneliti serta Panitia Penguji. Akhirnya setelah selesai pelaksanaan pemilihan, maka Panitia Pencalonan dan Panitia Pelaksanaan Pemilihan selambat-lambatnya 14 hari dari tanggal pemilihan segera mengajukan berita acara dan laporan pelaksanaan serta pertanggungjawaban biaya pemilihan kepada Bupati melalui camat.

Kepala Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa memiliki wewenang dan kewajiban antara lain:

a. Wewenang Kepala Desa

(38)

29

2. Megajukan rancangan peraturan desa

3. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APBDes untuk dibahas dan ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan desa (BPD)

5. Membina kehidupan masyarakat desa 6. Membina perekonomian desa

7. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif

8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan serta dapat menunjuk kuasa hokum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

9. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan

b. Kewajiban Kepala Desa

1. Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-undang Dasar Negara republic Indonesia 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

3. Memelihara ketertiban dan ketentraman masyarakat 4. Melaksanakan kehidupan demokrasi

(39)

6. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa

7. Menaati dan menegakkanseluruh peraturan perundang-undangan 8. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik

9. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa

10. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa 11. Mendamaikan perselisihan masyarakat desa

12. Mengembangkan pendapatan dan masyarakat desa

13. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai social dan budaya dan adat istiadat.

14. Memberdayakan masyarakat dan lembaga desa

15. Mengembangkan potensi sumber daya alam melestarikan lingkungan hidup.

d. Tahapan Pemilihan Kepala Desa

Agar seorang calon Kepala Desa dapat dipilih menjadi seorang kepala desa dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) diperlukanlah proses tahapan Pemilihan Kepala Desa. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemilihan Kepala Desa, yaitu:

1. BPD memproses pemilihan kepala desa, paling lama 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan kepala desa.

2. Calon Kepala Desa adalah penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi persyaratan :

(40)

31

b. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Pemerintah;

c. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan/atau sederajat;

d. Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun; e. Bersedia dicalonkan menjadi kepala desa;

f. Penduduk desa setempat;

g. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat lima tahun;

h. Tidak dicabut hak pilihnya sesuai dengan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap;

i. Belum pernah menjabat sebagai Kepata Desa paling lama sepuluh tahun atau dua kali masa jabatan.

j. Memenuhi syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;

3. Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat.

4. Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil; Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan melalui tahap pencalonan dan tahap pemilihan.

5. Kepala desa menjabat maksimal dua kali

(41)

kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat.Panitia pemilihan melakukan pemeriksaan identitas bakal calon berdasarkan persyaratan yang ditentukan, melaksanakan pemungutan suara., dan melaporkan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa kepada BPD.

7. Panitia pemilihan melaksanakan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Kepala Den sesuai persyaratan; Bakal Calon Kepala Desa yang telah memenuhi persyaratan ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan.

8. Calon Kepala Desa yang berhak dipilih diumumkan kepada masyarakat ditempat-tempat yang terbuka sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

9. Calon Kepala Desa dapat, melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat; Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang mendapatkan dukungan suara terbanyak; Panitia Pemilihan Kepala Desa melaporkan hasil pemilihan Kepala Desa kepada BPD; Calon Kepala Desa Terpilih sebagaimana dirnaksud pada ayat; ditetapkan dengan Keputusan BPD berdasarkan Laporan dan Berita Acara Pemilihan dari Panitia Pemilihan.

10.Calon Kepala Desa Terpilih disampaikan oleh BPD kepada Bupati/Walikota melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa Terpilih.

(42)

33

belas) hari terhitung tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari BPD.

12.Kepala Desa Terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota paling lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal penerbitan keputusan Bupati/Walikota.

13.Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini akan meneliti bagaimanakah prinsip-prinsip demokrasi telah dijalankan pada saat pemilihan Kepala Desa di Desa Ambarawa kabupaten Pringsewu Tahun 2012? Pemilihan kepala desa dibentuk berdasarkan pada asas pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Pemilihan kepala desa merupakan tindakan hukum yang mencerminkan adanya tindakan prinsip-prinsip demokrasi.

(43)

Desa Ambarawa Kabupaten Pringsewu

Pemilihan Kepala Desa 2011

Prinsip-prinsip Demokrasi

Indikator Prinsip Demokrasi

a. Pemerintah mewakili keinginan para warga negara,

b. Dilakukannya pemilihan kompetitif secara berkala antara calon alternatif,

c. Diikuti oleh orang dewasa, baik sebagai pemilih maupun sebagai calon untuk dipilih.

d. Pemilihan dilakukan secara bebas, dan yang terakhir

e. Para warga negara memiliki kebebasan dasar, yaitu kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berkumpul, berorganisasi dan membentuk partai politik.

(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Menurut Suwandi (2008 :13) Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena social.

Berdasarkan pengertian di atas maka yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang bersifat menggambarkan tentang kejadian yang sedang berlangsung serta hal-hal yang mempengaruhinya.

Tujuan dari penelitian deskriptif menurut Suwandi (2008: 63) adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang bertujuan dalam penelitian deskriptif, yaitu:

1. Untuk mengetahui perkembangan tertentu atau frekuensi tertentu atau frekuensi terjadinya suatu fenomena tertentu.

(45)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yang di gunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif menurut Maleong (2000:6) Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah

Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian untuk merumuskan sebuah gambaran yang tersusun sistematis, factual dan akurat mengenai kejadian nyata, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang akan diteliti yang pada akhirnya dapat mengungkapkan suatu kebenaran.

Deskripsi penelitian kemudian dianalisis oleh peneliti, sehingga kemudian menjadi penelitian deskriptif analitis.

B. Fokus Penelitian

(46)

37

demokrasi adalah prinsip-prinsip demokrasi menurut Powell sebagaimana dalam buku John (2008:68)

a. Pemerintah mewakili para warga Negara, dengan indikator bahwa pemilihan kepala desa tersebut adalah keinginan masyarakat langsung, bukan keinginan dari pihak lain;

b. Dilakukaannya pemilihan kompetitif secara berkala antara calon alternatif, dengan indikator bahwa terdapat dua atau lebih calon kepala desa yang mengikuti pemilihan kepala desa dan proses pemilihan kepala desa tersebut merupakan pemilihan yang dilakukan secara berkala setiap jangka waktu tertentu;

c. Diikuti oleh orang dewasa, 17 tahun ke atas baik sebagai pemilih maupun sebagai calon untuk dipilih, dengan indikator bahwa terdapat syarat usia minimal calon pemilih dan calon terpilih sebagaimana yang umum dipakai di Indonesia, yaitu minimal 17 tahun atau telah atau pernah menikah; d. Pemilihan dilakukan secara bebas, dengan indikator bahwa pemilihan

tersebut terbebas dari intervensi pihak lain, baik berupa paksaan maupun tawaran sejumlah uang atau barang tertentu yang ditawarkan kepada calon pemilih agar memilih salah satu calon;

(47)

Prinsip-prinsip tersebut kemudian dikaitkan dengan kenyataan yang terjadi dalam Pemilihan Kepala Desa Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu Tahun 2012. Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah mengenai Penerapan Prinsip-prinsip Demokrasi dalam Pemilihan Kepala Desa Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Peringsewu

C. Jenis Data

Jenis Data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu 1. Data Primer

Data Primer diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian, berupa hasil wawancara. Pada penelitian ini yang menjadi sumber informasi adalah Bapak Suryo Santoso dan Bapak Daryanto sebagai Ketua dan Sekretaris Pelaksana Pemilihan Kepala Desa Ambarawa, serta Bapak Radiman, Ibu Salimah, Ibu Asiam, dan Bapak M. Ismail sebagai warga Desa Ambarawa.

2. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini adalah hasil rekapitulasi pemilihan Kepala Desa Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Peringsewu tahun 2012.

D. Sumber Informasi

Teknik penentuan informan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui

(48)

39

cirri penelitian ini sendiri yaitu untuk mendapatkan informasi-informasi yang

sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan penelitian ini. Pertama yaitu sumber

informasi yang mewakili data tentang proses pelaksanaan pemilihan Kepala

Desa Ambarawa yaitu Panitia Pemilihan Kepala Desa Ambarawa. Kedua,

sumber informasi yang mewakili data dari masyarakat Desa Ambarawa itu

sendiri, dalam praktiknya di lapangan yang telah diwawancarai dalam

penelitian ini adalah:

1. Bapak Suryo Santoso sebagai Ketua Pemilihan Kepala Desa

2. Bapak Daryanto sebagai Sekretaris Pemilihan Kepala Desa

3. Bapak Radiman sebagai Warga Dusun I

4. Ibu Salimah sebagai Warga Dusun II

5. Ibu Asiam sebagai Warga Dusun III

6. Bapak M. Ismail sebagai Warga Dusun IV

Secara keseluruhan jumlah yang telah diwawancarai sebanyak enam orang. Ini dianggap sudah cukup mewakili ciri keseluruhan orang-orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pemilihan Kepala Desa Ambarawa sehingga dapat diketahui apakah penerapan prinsip-prinsip demokrasi diterapkan atau tidak.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(49)

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan jalan mewawancarai sumber-sumber data dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada sumber informasi. Dalam hal ini peneliti menggunakan pedoman wawancara untuk mempermudah pelaksanaan wawancara yang dilakukan kepada:

1. Bapak Suryo Santoso sebagai Ketua Pemilihan Kepala Desa 2. Bapak Daryanto sebagai Sekretaris Pemilihan Kepala Desa 3. Bapak Radiman sebagai Warga Dusun I

4. Ibu Salimah sebagai Warga Dusun II 5. Ibu Asiam Sebagai Warga Dusun III 6. Bapak M. Ismail sebagai WargaDusun IV

Berdasarkan proses wawancara yang telah dilakukan, peneliti dapat melakukan wawancara dengan semua informan yang telah ditargetkan sebelumnya. Peneliti tidak melakukan penambahan informan karena sudah mendapatkan informasi dari informan yang telah ditargetkan.

2. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data tertulis. Dokumen yang dimaksud berupa nama-nama peserta calon kepala desa, nama-nama pemilih kepala desa yang didapat secara langsung dari Panitia Pemilihan Kepala Desa Ambarawa.

F. Teknik Pengolahan Data

(50)

41

dalam penelitian ini menurut Singarimbun dan Sofyan Effendi (1999:278) adalah sebagai berikut:

1. Editing Data

Editing Data adalah proses dimana peneliti melakukan keterbacaan, konsistensi data yang sudah terkumpul. Proses keterbacaan berkaitan dengan apakah data yang sudah terkumpul secara logis dapat digunakan sebagai justifikasi penafsiran terhadap hasil analisis. Sedangkan konsistensi mencakup keajegan jenis data berkaitan dengan skala pengukuran yang akan digunakan, sehingga kelengkapan yang mengacu pada terkumpulnya data secara lengkap dapat digunakan untuk menjawab masalah yang sudah dirumuskan dalam penelitian

2. Interpretasi Data

Interpretasi data yaitu data yang telah dideskripsikan baik melalui table maupun narasi yang diinterpretasikan untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan sebagai hasil dari penelitian.

G. TeknikAnalisis Data

(51)

hasil penelitian sehingga data tersebut dapat menjawab pertanyaan penelitian/proses menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah diinterprestasikan.

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan informasi data "kasar" yang muncul dari wawancara. Data yang diperoleh dari hasil wawancara di analisa melalui tahapan peminjaman informasi, penggolongan berdasarkan kelompoknya, pengarahan atau diarahkan arti dari data tersebut, membuang yang tidak perlu atau diorganisasikan dengan cara-cara sedemikian rupa hingga kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau memaparkan hasil temuan dalam wawancara terhadap informan. Data yang telah didapat kemudian diklasifikasikan menjadi sebuah bagian-bagian data yang akan disusun secarasis tematis sesuai dengan kajian penelitian serta mengumpulkan dokumen sebagai penunjang data.

3. Penarikan Kesimpu]an (Verifikasi)

(52)

43 1

IV. GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Desa Ambarawa

Desa Ambarawa adalah salah satu desa yang telah berdiri sejak tahun 1930an, Mavoritas penduduk Desa Ambarawa bersuku Jawa. Desa Ambarawa sendiri memiliki batas wilavah sebagai berikut:

a. Utara : Desa Margodadi b.

c. d.

Selatan Timur Barat

: Desa Gunung Sari : Desa AmbarawaTimur : Desa Ambarawa Barat

Secara Administratif Desa Ambarawa berada pada wilayah Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung.

B. Keadaan Penduduk

(53)

Sumber : Pekon Ambarawa Per I Januari 2013

[image:53.595.149.511.193.343.2]

Rincian jumlah penduduk yang telah terdata menurut Etnis yang tersebar di Desa Ambarawa adalah :

Tabel.1 Komposisii masyarakat menurut Etnis

No Etnis Jumlah

1 Jawa 4753 orang

2 Lampung 80 orang

3 Sunda 10 orang

4 Batak 15 orang

5 Padang 4 orang

6 Lain-lain 10 orang

Sumber : Pekon Ambarawa Per I Januari 2013

Dilihat dari tabel di atas, jelas bahwa masyarakat yang berada di Desa Ambarawa mayoritas beretniskan Jawa sebanyak 4902 orang, yang kemudian disusul dengan etnis Lampung 80 orang dan Etnis Batak 15 orang.

2. Komposisi Masyarakat menurut Agama

Rincian.jumlah penduduk yang sudah terdata menurut Agamanya masingmasing di DesaAmbarawa adalah :

Tabe1.2 Komposisi Masyarakat menurut Agama

No Agama Jumlah

1 Islam 5901 orang

2 Kristen 98 orang

3 Katholik 770 orang

4 Hindu 25 orang

(54)

-sekolah dasar, sehingga diperlukan pendidikan politik lebih lanjut agar 45

3. Komposisi Masyarakat menurut Tingkat Pendidikan

[image:54.595.149.511.189.521.2]

Rincian jumlah penduduk yang sudah terdata menurut tingkat pendidikan di Desa Ambarawa adalah :

Tabel.3 Komposisi Masvarakat menurut Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah

1 S-3

-2 S-2 3 orang

3 S-1 22orang

4 D IV

5 D III 10 orang

6 D II 18 orang

7 D I 14orang

8 SLTA 215orang

9 SLTP 240orang

10 SD 450orang

11 Pernah SD tapi Tidak Tamat 78orang 12 Usia7-45tahun tidak pernah

Sekolah

25

13 Belum Sekolah 280

Sumber : Pekon Ambarawa Per I Januari 2013

(55)

seperti di Bandar Lampung, Jakarta. atau menjadi buruh migran ke luar mereka dapat menggunakan hak politiknya dengan lebih bijaksana, dal lain-lain.

4. Komposisi Masyarakat menurut mata pencaharian pokok

[image:55.595.150.499.290.550.2]

Rincian jumlah penduduk vang sudah terdata menurut mata pencaharian di Desa Ambarawa adalah :

Tabel. 4 Komposisi Masyarakat menurut mata pencaharian pokok

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 218 orang

2 Buruh Tani 300 orang

3 Buruh Swasta 376 orang

4 Pegawai Negeri 130 orang

5 Pengrajin 25 orang

6 Pedagang 180 orang

7 Peternak

-8 Montir 10 orang

9 Dokter 1 orang

10 Bidan 4 orang

11 Perawat 15 orang

Sumber : Pekon Ambarawa Per I Januari 2013

(56)

47 negeri. Hal ini berakibat tingkat partisipasi mereka dalam pemilihan kepala desa menjadi tidak dapat dipastikan karena keberadaan mereka yang tidak selalu ada di Desa Ambarawa.

C. Gambaran Mengenai Pemerintahan Desa 1. Bentukdan Susunan Pemerintahan Desa

Struktur Organisasi Desa Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Peringsewu dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang membawahi satu Juru tulis, lima Kaur dan tiga Kadus. Hal ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

A. STRUKTUR ORGANISASI DESA AMBARAWA

KEPALA DESA

BHP JURU TULIS

Kaur Pemerintahan

Kaur Umum

Kaur Keuangan

Kaur Pembangunan

Kaur Kesar

KADUS I KADUS II KADUS III

RT I - VI

RT I - VI

RT I - VI

MASYARAKAT

Gambar 2.Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ambarawa

[image:56.595.140.510.372.724.2]
(57)

a. Kepala Desa

Kepala desa dipilih langsung oleh penduduk Desa Ambarawa dari calon yang memenuhi syarat. Kepala desa memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan bersama Badan Perm usyawaratan Desa (BPD). Pada saat

pelaksanaan kewajibanm-a sebagai kepala desa bertanggung, iawab kepada rakyat melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada bupati dengan tembusan kepada camat.

b. Perangkat Desa 1. Juru Tulis

Kedudukan dari iuru tulis Desa Ambarawa yaitu sebagai staf pembantu kepala desa dan pemimpin secretariat desanya sendiri. Tugasnya yaitu menjalankan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasvarakatan desa serta memberikan pelayanan administrasi kepada kepala desa.

2. Kepala Urusan

Kedudukan dari kepala urusan yaitu sebagai unsur pembantu juru tulis dalam bidang tugasnya. Tugas utamanya yaitu menjalankan kegiatankegiatan secretariat desa dalam bidang tugasnya masing -masing. Kepala urusan di Desa Ambarawater diri dari lima yaitu:

(58)

49

c. Kepala Urusan Umum

d. Kepala Urusan Kesejahteraan Masyarakat e. Kepala Urusan Masyarakat Kepala Dusun 3. Kepala Dusun

Kepala dusun ini sama tugasnya dengan kepala desa yaitu menjalankan pemerintahan, pembangunan yang ada di dalam dusunnya. Kemudian setiap ada yang tidak dimengerti oleh kepala dusun langsung dapat berkonsultasi kepada kepala desa dan setia pada permasalahan harus cepat melapor kepada kepala desa.

4. Badan Himpunan Pemekonan (BHP)

Badan Himpunan Pemekonan adalah badan yang dimiliki oleh Desa Ambarawa yang bertugas mengkoordinasi dusun yang ada di Desa Ambarawa. Badan ini mengkoordinasikan secara langsung para kepala dusun, sehingga urusan dusun yang akan ditujukan kepada balai desa atau kepala desa menjadi lebih mudah dan cepat.

Adapun Struktur Organisasi BHP adalah sebagai berikut:

KETUA BHP AHMAD SOBIRIN

WAKIL KETUA BHP BASRUDIN

SEKRETARISBHP HARTOYO

ANGGOTA BHP 1.MATIUS PULYONO 2.SUGIMAN

[image:58.595.156.521.501.721.2]

3.MUNAJAT 4.MUGIONO 5.MUJIONO

Gambar 3.Struktur Organisasi BHP

(59)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pemilihan Kepala Desa Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu telah memenuhi dan menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Hal ini terlihat dari kesesuaian antara kenyataaan yang terjadi pada saat proses pemilihan kepala dsa tersebut dengan prinsip-prinsip demokrasi menurut Pow-ell vang menjadi fokus pcnelitian ini. Pemerintah tdah mewakili keinginan para warga negara, dimana pemerintah desa telah mewakili keinginan masyarakat Desa Ambarawa untuk diadakan pemilihan kepala desa yang baru..

Pemilihan Kepala Desa juga telah dilakukan secara kompetitif. Hal ini dapat dilihat dari panitia pemilihan kepala desa telah menghadirkan dua calon kepala desa yang memenuhi persyaratan yang diajukan. Pemilihan kepala desa tersebut telah diikuti oleh orang dewasa, dimana hal ini dibuktikan dengan hatas minimal umur atau persyaratan yang kemudian tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Kepala Desa Ambarawa.

(60)

73

desa yang paling pantas menurutnva. Para warga negara juga memiliki kebebasan dasar, dimana masyarakat dibebaskan untuk memilih menjadi panitia atau ham-a men jadi pemilih saja. Mereka dipersilahkan untuk ambil bagian menjadi panitia bila dirasa mereka tidak keberatan dan tanpa paksaan.

Hat yang menarik yang terjadi pada pemilihan kepala desa di Ambarawa adalah meskipun calon kepala desa adalah suami istri, tetapi mereka tetap melaksanakan kampanye dan tetap berusaha agar proses demokrasi letap berjalan. Mereka tetap men jalankan prosedur seperti kampanye, penyampaian visi dan misi, dan lain-lain.

B. Saran

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, Aim.2007. Pendidikun Kewarganegaraan: Membangun Warga Negara yang Demokratis.Jakarta.Grafindo

Baswori dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif: Rineka Cipta. Jakarta

Budiardjo, Miriam.2003. Dasar-dasar Ilmu Politik.Jakarta. Gramedia

Hadi, Sutrisno. 2007. Metodologi Research. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

J.Moloeng Lexy.2000. Metodologi Penelitiun Kualitatif. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

John. Roosa.2008.Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta

Suhurto.Jakarta.Hasta Mitra

Nurhasim, Moch.2008 Model Tata Kelola Pemerintah Desa yang Demokratis.

Jakarta.Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Rahardjo. (1999). Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gadjah Mada Universitv Press.

Siagian. Harbangan.2007. Pokok-pokok Pembungunun Masyarakat Desa.Jakarta.Citra Aditva Bakri

Sosialismanto. Duto. (2001). Hegemoni Negara Politik Pedesaan Jawa.

(62)

76

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dun Kualitatif. Alfabeta. Bandung

Srijanti. A. Rahman.2007.EtikaBerwarga Negara edisiJakarta. Gramedia

Syatiie Kencana, Inu. (2002). Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Widjaja, HAW. (2001). Pemerintahan Desa/marga berdasarkan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 Tentung Pemerintah Daerah . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Zuhro. R. Siti.2010. Demokrasi lokal: perubahan dan kesinamhungan nilai-nilai budava politik lokal di Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Buli.Jakarta.Ombak

Dokumen

Gambar

Tabel.1 Komposisii masyarakat menurut Etnis
Tabel.3 Komposisi Masvarakat menurut Tingkat Pendidikan
Tabel. 4 Komposisi Masyarakat menurut mata pencaharian pokok
Gambar2.StrukturOrganisasiPemerintahanDesaAmbarawaSumber: Pupun Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ambarawa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Komponen biaya transportasi laut dibutuhkan untuk menghitung freight (tarif pengiriman) komoditi ekspor CPO dengan armada kapal nasional baik dengan voyage atau

Berdasarkan permasalahan penelitian di atas, maka tujuan yang di ingin dicapai dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut : Untuk mengetahui apakah

Goal “ flower name is white lily ”, kesimpulan dari Rule 19 dan sub-goals adalah “ flower name is lily ”, kesimpulan dari Rule 14 dan “ life type is perennial ” ,

Problem Based Learning berbantuan video dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan ketrampilannya dalam memecahkan suatu masalah dengan bantuan tayangan video agar siswa

Sebagaimana yang dirumuskan Pasal 378 KUHP, secara yuridis, penipuan berarti perbuatan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : 0156.02/07/POKJA.III/BLP-PU.PR/APBD/2017 tanggal 04 Agustus 2017 dan Berita Acara Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran Nomor

Salah satu bukti kemerosotan yang terjadi adalah pada enkulturasi ketiga sudah tidak dilakukan lagi membahasakan oleh orang tua, sehingga generasi keempat pada

Tidal energy could  convert into  power on  the basiS of height difference (Tidal  Barrages) and  on  the basis  of  flow  speed  (Tidal  Current).  The  studies