ABSTRAK
KAJIAN VEGETASI DI KANAN-KIRI JALAN SANGGI-BENGKUNAT KM 30 – KM 32 TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN SEBAGAI
HABITAT GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus)
Oleh
Annisa Kurnia
Kajian tumbuhan pakan gajah sumatera(Elephas maximus sumatranus) di kanan-kiri jalan Sanggi-Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dilakukan pada bulan Januari sampai Febuari 2015. Untuk mengetahui kondisi vegetasi dan pakan alami gajah digunakan metode analisis vegetasi garis berpetak. Seratus Sembilan puluh lima spesies yang terdiri dari 102 spesies fase pohon, 100 spesies fase tiang, 74 spesies fase pancang, dan 126 spesies fase semai dan tumbuhan bawah teridentifikasi. Tingkat penguasaan yang tinggi di kanan-kiri jalan Sanggi-Bengkunat terdapat pada Alseodaphne falcata (INP 75,83%) dan Litsea sp (INP 26,29%) pada fase pohon, Aglaia sp (INP 26,473%) dan Clerodendron sp (INP 15,208 %) pada fase tiang, Archidendron bubalinum (INP 12.79%) dan Eugenia sp
(INP 17,33%) pada fase pancang, Clerodendron sp (INP 12,23%) dan Aglaia odoratusima (INP 7,46%) pada fase semai. Tumbuhan bawah dikuasai oleh
Selaginella plana (INP 19,12% dan INP 13,31%) dan Globba sp (INP 17,51% dan INP 12,05%). Dari 195 spesies yang ditemui, 45 spesies merupakan pakan alami gajah sumatera, terdiri dari 19 spesies tumbuhan bawah dan 26 spesies pohon.
ABSTRACT
STUDY OFVEGETATIONINRIGHT-LEFT SIDE OF SANGGI-BENGKUNATROADKM30-KM 32BUKIT BARISAN SELATAN NATIONAL PARK ASA HABITAT OF SUMATRAN ELEPHANTS(Elephas
maximus sumatranus)
By
Annisa Kurnia
Food plant of Sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus) in road side of Sanggi-Bengkunat km 30 – km 32 was conducted in January – Febuary 2015 in collaboration with Bukit Barisan Selatan National Park. Vegetation and natural food plants were analysed by garis berpetak. Of 195 plant species, 102 species were trees, 100 were poles stage, 74 were saplings and 126 seedling. Alseodaphne falcate has highest IVI (75,83%) and Litsea sp (IVI 26,29%) of tree stage, followed by Aglaia sp
(IVI 26,473%) and Clerodendron sp (IVI 15,208 %) in pole stage, Archidendron bubalinum (IVI 12.79%) and Eugenia sp (IVI 17,33%) for sapling and Clerodendron sp (IVI 12,23%) and Aglaia odoratusima (IVI 7,46%) for seedling. Undergrowth were Selaginella plana (IVI 19,12% and IVI 13,31%) and Globba sp (IVI 17,51% dan IVI 12,05%). Of 195 plant species 45 species as natural food plant for Sumatran elephant. Those are 19 species of undergrowth and 26 species trees.
KAJIAN VEGETASI DI KANAN-KIRI JALAN SANGGI-BENGKUNAT KM 30 – KM 32 TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN SEBAGAI
HABITAT GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus)
Oleh
Annisa Kurnia
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEHUTANAN
pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis (Annisa Kurnia) merupakan anak kedua dari
3 bersaudara pasangan Muhamad Amin dan Tri
Andayani, dilahirkan di Bandal Lampung tanggal 25
April 1992.
Pendidikan awal penulis diawali di Taman
Kanak-Kanak Pertiwi tahun 1996, dilanjutkan di Sekolah
Dasar Negeri 1 Sukaraja dan lulus pada tahun 2004.
Tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Gedong Tataan, lulus pada tahun 2007 dan diterima di Sekolah
Menengah Atas Negeri 9 Bandar Lampung hingga tamat pada tahun 2010. Pada
tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung Fakultas
Pertanian Jurusan Kehutanan melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri).
Pada tahun 2013 penulis melakukan Praktek Umum selama ± 1 bulan pada bulan
Juni hingga Agustus 2013 di KPH Unit III Jawa Barat dan Banten. Selanjutnya,
pada bulan Januari hingga Maret tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) Tematik di Desa Labuhan Ratu VII Kecamatan Labuhan Ratu
Selain menjalani perkuliahan sebagai peningkatan hardskill penulis juga aktif
mengikuti organisasi kemahasiswaan sebagai wadah pembelajaran dan
peningkatan kapasistas softskill. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai
anggota muda Himpunan Mahasiswa Jurusan Kehutanan (Himasylva) dan
menjadi anggota pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat Universitas
(UKM-U) Taekwondo Divisi Kesekretariatan (2010-2011). Tahun 2011 terdaftar menjadi
anggota utama. Selain menjadi anggota utama, penulis juga merupakan anggota
pengurus Himasylva Bidang V Kewirausahaan (2011-2012) dan menjadi
Sekretaris Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Taekwondo Tingkat Universitas pada
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa bahagia, Ku persembahkan karya kecil ini untuk
papaku M. Amin dan mamaku Tri Andayani tercinta yang selalu
memberikan doa dan kasih sayangnya sampai saat ini.
Saudara-saudaraku tersayang Arief Pradipta, Aldila Zulisas Rezi
dan Ade Yulistiani
yang menjadi alasan ku untuk selalu bersemangat dan pantang
menyerah, Azigha Fathyuki Sasta yang selalu membuatku tertawa.
Deris Alintio yang selalu menyemangati dan menemaniku.
Terimaksih untuk semua sahabat yang selalu mendoakan dan
SANWACANA
Asslamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat teriring salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Alhamdulillah, atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah yang berjudul “Kajian Vegetasi di Kanan-Kiri Jalan Sanggi-Bengkunat Km 30 – Km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Sebagai Habitat Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)” skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan yang ada pada penulis. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk langkah penulis berikutnya yang lebih baik. Terlepas dari keterbatasan tersebut, penulis mengharapkan skripsi ini akan bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan kemurahan hati dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. selaku ketua jurusan dan pembimbing pertama yang telah memberi bimbingan kepada penulis mulai dari awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.
3. Ibu Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S.Hut, M.P selaku dosen penguji, atas saran dan kritik yang telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.
4. Pihak BBTNBBS yang telah memberi kesempatan untuk penulis melakukan penelitian.
5. Bapak Janji Yanto yang telah meluangkan waktunya untuk membantu saya mengumpulkan data penelitian.
6. Dina Farida Utami, Kurnia Albarkati, Aplita Fitriana, Angga Pramudya dan Bagus Nugraha telah membantu mengumpulkan data.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu saya dalam penyelesaian penyusunan skripsi.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, September 2015
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
E. Kerangka Pemikiran ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Biologi ... 6
B. Daerah Penybaran dan Daerah Jelajah ... 7
C. Ukuran dan Komposisi Kelompok ... 8
D. Habitat ... ... 9
E. Komponen Habitat... ... 9
1. Komponen Biotik ... 9
a. Vegetasi ... 9
b. Makanan ... 10
2. Komponen Fisik ... 12
b. Garam Mineral ... 13
F. Gambaran Umum Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) 13 III. METODE PENELITIAN ... 14
A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 14
B. Alat dan Objek Penelitian ... 14
C. Lokasi Penelitian ... 15
D. Penelitian Pendahuluan ... 15
E. Batasan Penelitian ... 16
F. Jenis Data ... 16
G. Metode Pengumpulan Data ... 19
H. Analisis Data ... 19
1. Vegetasi Hutan ... 19
2. Makanan ... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
A. Struktur Vegetasi dan Komposisi Jenis Sanggi-Bengkunat TNBBS 21 B. Jenis Tumbuhan Pakan Alami Gajah Sumatera ... 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
A. Kesimpulan ... 34
B. Saran ... 35
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Spesies-spesies yang memiliki kontinuitas reproduksi yang ditemukan pada penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi – Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Januari-Februari
2015 ... 22
2. Jenis pohon pakan alami gajah pada penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi – Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas maximus
sumatranus) Januari – Februari 2015 ... 24
3. Jenis tumbuhan bawah pakan alami gajah di km 30 – km 32 Jalan Sanggi – Bengkunat TNBBS, kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi – Bengkunat km 30 – km 32 taman nasional bukit barisan selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas maximus
sumatranus) ... 25
4. Jumlah individu pohon pakan gajah yang ditemukan pada penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera
(Elephas Maximus Sumatranus) Januari-Februari 2015 ... 30
5. Jumlah individu tumbuhan bawah tanaman pakan gajah yang ditemukan pada penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi – Bengkunat km 30 – km 32 taman nasional bukit barisan selasan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas maximus
sumatranus) ... 5
2. Jalan Sanggi – Bengkunat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan . 15
3. Peletakan plot di lokasi penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus
Sumatranus) Januari-Februari 2015 ... 18
4. Desain petak contoh penelitian kajian vegetasi di kanan – kiri jalan Sanggi – Bengkunat km 30 – km 32 sebagai habitat gajah sumatera
(Elephas maximus sumatranus) Januari-Februari 2015 ... 18
5. Feses gajah yang ditemukan pada penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera
(Elephas Maximus Sumatranus) Januari-Februari 2015. ... 27
6. Jejak kaki gajah sumatera yang ditemukan pada penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Januari-Februari 2015... 27
7. Tempat beristirahat gajah yang ditemukan pada penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Januari-Februari 2015... 28
ii
9. Jumlah individu pakan alami gajah di kanan kiri Jalan Sanggi – Bengkunat pada penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus
Sumatranus) Januari-Februari 2015. ... 29
10. Kondisi vegetasi pinggir Jalan Sanggi Bengkunat, terdapat banyak tepusan di sepanjang jalan, vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi – Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus)
Januari-Februari 2015. ... 32
1
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kawasan konservasi terdiri dari kawasan suaka alam termasuk cagar alam dan suaka
margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,
dan taman hutan raya dan taman buru (Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konsevasi Alam, 2006). Salah satu kawasan konservasi yang ada di Indonesia,
tepatnya di Lampung adalah kawasan pelestarian alam berupa taman nasional.
Taman nasional tersebut adalah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan
Taman Nasional Way Kambas (TNWK).
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dengan luas ± 365.800 ha merupakan kawasan
konservasi terluas di Sumatera setelah Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman
Nasional Kerinci Seblat, membentang dari ujung selatan bagian barat Lampung
seluas ± 280.300 ha. Kawasan TNBBS kaya akan flora dan fauna, dengan enam
spesies mamalia yang terancam punah termasuk badak sumatera (Dicerorhinus
sumatrensis), tapir (Tapirus indicus), harimau sumatera (Panthera tigris
sumatrensis), beruang madu (Helarctor malayanus), ajag (Cuon alpinus) dan gajah
sumatera (Elephas maximus sumatranus), yang merupakan mamalia terbesar di dunia
2
Gajah sumatera juga masuk dalam satwa dilindungi menurut Undang-Undang No 5
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan
diatur dalam peraturan pemerintah, yaitu PP 7/1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa. Populasi gajah dari tahun ke tahun mengalami penurunan
sekitar 35 % dari tahun 1992, dan nilai ini merupakan penurunan yang sangat besar
dalam waktu yang relatif pendek. Salah satu penyebabnya yaitu semakin
menyempitnya habitat (Mahanani, Hendarto dan Soeprobowati, 2013). Ancaman
yang dihadapi gajah adalah aktivitas pembalakan liar, penyusutan, dan fragmentasi
habitat, serta pembunuhan akibat konflik dan perburuan. Perburuan biasanya diambil
gadingnya, sedangkan sisa tubuhnya ditinggalkan (World Wide Fund, 2013).
Pemotongan kawasan TNBBS untuk jalan tembus seperti jalan Sanggi-Bengkunat
mengakibatkan fragmentasi kawasan TNBBS. Hal ini mengakibatkan isolasi hidupan
liar yang ada terutama mamalia besar, berhubungan dengan daerah jelajah dan
pergerakan migrasinya yang mendorong kepunahan lokal. Pembuatan jalan tembus
juga mempertinggi kemungkinan dan kesempatan terjadinya gangguan dan tekanan
manusia dari luar kawasan ke seluruh zona TNBBS (Tanto, 2010). Selain itu,
pemotongan kawasan mengakibatkan perubahan vegetasi yang ada di sekitar jalan
dan mempengaruhi jumlah pakan bagi gajah sumatera.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana komposisi jenis dan struktur vegetasi di kanan kiri jalan
3
2. Bagaimana vegetasi di kanan-kiri jalan Sanggi-Bengkunat menyediakan pakan
bagi Gajah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui komposisi jenis dan struktur vegetasi di kanan kiri jalan
Sanggi-Bengkunat.
2. Mengetahui vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi-Bengkunat yang merupakan
tumbuhan pakan gajah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah
1. Memberikan informasi tentang vegetasi di sepanjang jalan Sanggi-Bengkunat.
2. Memberikan informasi tentang tumbuhan pakan gajah di kanan kiri jalan
sanggi-Bengkunat.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak terkait dalam mengelola habitat gajah.
E. Kerangka Penelitian
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) ditujukan untuk melindungi hutan
hujan tropis Sumatera beserta kekayaan alam hayati yang dimilikinya. Kawasan
TNBBS memiliki keterwakilan tipe struktur vegetasi yang lengkap dan tidak terputus.
Salah satu kekayaan alam hayati yang dimiliki TNBBS berupa fauna adalah gajah
4
adalah salah satu dari enam spesies terancam punah menurut Red Data Book IUCN
(Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2012).
Pemotongan kawasan TNBBS oleh jalan tembus seperti jalan Sanggi-Bengkunat
mengakibatkan fragmentasi kawasan TNBBS. Pembuatan jalan tembus juga
mempertinggi kemungkinan terjadinya gangguan dan tekanan manusia dari luar
kawasan ke seluruh zona TNBBS bagi satwa liar termasuk gajah sumatera. Akibat
adanya gangguan dan tekanan manusia dapat mengakibatkan gajah sumatera tidak
lagi menempati habitat alaminya di wilayah Sanggi-Bengkunat. Pemotongan
kawasan oleh jalan tembus juga mengakibatkan perubahan struktur vegetasi dan
ketersediaan pakan yang ada. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
komposisi jenis dan struktur vegetasi di kanan-kiri jalan Sanggi-Bengkunat dan untuk
mengetahui vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi-Bengkunat yang menjadi sumber
pakan gajah sumatera. Pengambilan data dilakukan dengan teknik observasi langsung
dan analisis vegetasi yaitu membuat plot analisis vegetasi dengan metode petak
5
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi
– Bengkunat km 30 – km 32 taman nasional bukit barisan selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus)
Analisis vegetasi
Garis berpetak
Komposisi jenis dan struktur vegetasi
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi
Gajah sumatera merupakan mamalia terbesar di Indonesia dan endemik di pulau
Sumatera, klasifikasi gajah sumatera menurut Fowler dan Mikota (2006):
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Bangsa : Proboscidea
Suku : Elephantidae
Marga : Elephas
Jenis : Elephas maximus L.
Anak jenis : Elephas maximus sumatranus
Gajah sumatera termasuk dalam golongan gajah asia (Elephas maximus maximus),
ciri-ciri morfologi gajah asia dan gajah sumatera tidak jauh berbeda.Bentuk tubuh
besar dan lebar serta tertutup oleh rambut, tebal kulit 2 – 4 cm tetapi sangat
sensitif dan mempunyai belalai yang terdiri dari 40.000 otot yang merupakan
perpanjangan hidung dengan bibir atas. Bentuk kepala membundar mempunyai
sepasang mata yang kecil dan sepasang telinga yang lebar yang berfungsi untuk
7
kecil yang berisi kelenjar minyak. Kaki depan berfungsi sebagai tiang penunjang
tubuh dan kaki belakang berfungsi juga sebagai pendorong tubuh saat bergerak
dan hanya gajah jantan yang mempunyai gading (Hariyanto, 2009).
Gajah memiliki periode gestasi 22 bulan dengan umur mencapai 70 tahun. Belalai
gajah berfungsi untuk mencari atau mendapatkan makanan dan air, serta bisa
digunakan untuk mengenggam dengan ujungnya (Saputra, 2013).
B. Daerah Penyebaran dan Daerah Jelajah
Gajah sumatera merupakan satwa endemik Sumatera, Indonesia, yang tersebar
hampir di seluruh wilayah Sumatera, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera
Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung (Ribai, 2011).
Gajah merupakan mamalia darat paling besar, membutuhkan wilayah jelajah yang
sangat luas. Ukuran wilayah jelajahnya bervariasi antara 32,4–166,9 km2.
Wilayah jelajah gajah sumatera di hutan primer berukuran dua kali lebih luas
dibandingkan wilayah jelajah di hutan sekunder (Hariyanto, 2009).
Yogasara, Zulkarnaini, dan Saam (2012) menyatakan secara alami gajah memiliki
pergerakan yang tetap dan wilayah yang menjadi rute bagi gajah disebut wilayah
jelajah. Wilayah jelajah tidak pernah berubah meskipun kondisinya telah berubah.
Pergerakan gajah pada wilayah jelajahnya akan terus berlangsung secara berulang
setiap periode tertentu, meskipun sudah terpotong oleh pemukiman, lokasi
transmigrasi maupun areal pertanian dan perkebunan. Jarak jelajah gajah bisa
mencapai 7 km dalam satu malam, bahkan pada musim kering atau musim
8
berlari di hutan (untuk jarak pendek) dan di rawa melebihi kecepatan manusia.
Gajah dapat berenang menyeberangi sungai yang dalam dengan menggunakan
belalainya sebagai "snorkel" atau pipa pernapasan.
C. Ukuran dan Komposisi Kelompok
Gajah sumatera berukuran lebih kecil dibandingkan gajah afrika (Loxodorta
africana) (World Wild Fund, 2013). Berat gajah sumatera mencapai 6 ton dan
tinggi 3,5 m. Di habitat alaminya, gajah hidup berkelompok (gregarius). Perilaku
berkelompok ini merupakan perilaku sosial yang sangat penting peranannya
dalam melindungi anggota kelompoknya. Besarnya anggota setiap kelompok
sangat bervariasi tergantung pada musim dan kondisi sumber daya habitatnya
terutama makanan dan luas wilayah jelajah yang tersedia. Jumlah anggota satu
kelompok gajah sumatera berkisar 20-35 ekor, atau berkisar 3-23 ekor (World
Wide Fund, 2014).
Setiap kelompok gajah sumatera dipimpin oleh induk betina yang paling besar,
sementara yang jantan dewasa hanya tinggal pada periode tertentu untuk kawin
dengan beberapa betina pada kelompok tersebut. Gajah yang sudah tua akan
hidup menyendiri karena tidak mampu lagi mengikuti kelompoknya. Gajah
jantan muda dan sudah dewasa dipaksa meninggalkan kelompoknya atau pergi
dengan suka rela untuk bergabung dengan kelompok jantan lain (Hariyanto,
9
D. Habitat
Gajah banyak melakukan pergerakan dalam wilayah jelajah yang luas sehingga
menggunakan lebih dari satu tipe habitat yaitu hutan rawa, hutan rawa gambut,
hutan dataran rendah (0-750 meter di atas permukaan laut) dan hutan hujan
pegunungan rendah (750-1.500 meter di atas permukaan laut). Jenis-jenis vegetasi
pada habitat gajah sumatera antara lain: Gluta renghas, Campenosperma
auriculata, Alstonia spp, Eugenia spp, Gonystilus bancanus, Dyera costulata,
Licuala spinosa, Shorea spp., Alstonia spp., dan Eugenia spp, famili
Dipterocarpaceae, Altingia excelsa, Dipterocarpus spp., Shorea spp., Quercus
spp., dan Castanopsis spp (Badan Perencanaan dan Pembagunan Daerah Kota
Pekan Baru, 2013)
E. Komponen Habitat
Habitat adalah area yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik maupun biotik
yang merupakan suatu kesatuan dan digunakan sebagai tempat hidup dan
berkembang-biaknya satwa liar (Alikodra, 1990).
1. Komponen Biotik a. Vegetasi
Gajah sumatera memiliki persyaratan untuk hidup di alam, antara lain naungan.
Vegetasi yang sering dijadikan naungan dan tempat istirahatnya di siang hari
adalah vegetasi hutan yang lebat (World Wide Fund, 2014).
Analisis vegetasi dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Jenis
10
sedangkan parameter kuantitatif biasanya didapat melalui pengukuran dimensi
tertentu. Analisis vegetasi kuantitatif, parameter mencakup kerapatan, frekuensi,
dan luas penutupan serta indeks nilai penting dari jenis-jenis yang membentuk
vegetasi (Indriyanto, 2006).
Indriyanto (2006) mengemukakan beberapa parameter kuantitatif dalam analisis
komunitas tumbuhan, sebagai berikut:
1) Kerapatan adalah jumlah individu per unit area (luas) atau unit per volume.
2) Frekuensi suatu jenis spesies tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat
ditemukannya suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat.
3) Luas penutupan adalah proporsi atara luas tempat yang ditutup oleh suatu
spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Luas penutupan biasanya
dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas bidang
datar.
4) Indeks Nilai Penting adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk
menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies dalam
komunitas suatu tumbuhan.
b. Makanan
Gajah sumatera termasuk satwa herbivora, membutuhkan ketersediaan pakan
hijauan yang cukup di habitatnya. Habitat yang dibutuhkan oleh gajah,
mempunyai vegetasi pohon untuk makanan pelengkap dalam memenuhi
kebutuhan mineral kalsium guna memperkuat tulang, gigi, dan gading. Makanan
11
atau 5-10% dari berat badannya (Ribai, 2011). Makanan yang dikonsumsi
berbeda untuk setiap tipe hutan, dipengaruhi oleh vegetasi penyusun habitat dan
topografi habitat gajah. Jumlah konsumsi harian gajah yang besar membuat gajah
melakukan aktifitas makan yang aktif (Yudarini, Soma, dan Widyastuti, 2013).
Gajah makan daun atau umbut muda dan berbagai macam palma, tanaman
merambat atau rumput, dan memakan tanaman pertanian seperti jagung, pisang,
sehingga untuk mendapatkan makanan seringkali memasuki daerah pertanian
(Nuzul, 2009).
Gajah merupakan mamalia terestrial yang aktif baik di siang maupun malam hari,
sering mencari makan sambil berjalan di malam hari selama 16-18 jam sehari,
sebagian besar aktif dari 2 jam sebelum petang sampai 2 jam setelah fajar untuk
mencari makan. Gajah cenderung meninggalkan banyak sisa makanan bila
terdapat makanan yang lebih baik (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kota Pekan Baru, 2013)
Jenis tumbuhan atau pohon yang dimakan gajah cukup beragam, gajah juga
memakan berbagai macam bagian dari tanaman tersebut, mulai dari akar, kulit,
buah dan daun. Kawasan Seblat memiliki jenis tanaman yang disukai olehgajah
seperti Colocasia gigantea, Imperata cylindrica, Cynodon dactylon dan
Ichnanthus vicinus. Jenis tanaman pakan yang mendominasi yaitu Angiopteris
avecta, Knema sp, Macaranga gigantea, Macaranga pruinosa, Parkia speciosa,
Mallotus paniculatus (Syarifudin, 2008). Sedangkan di TNBBS Resort
Pemerihan jenis tumbuhan yang paling sering dimakan oleh gajah adalah Alpinia
spp, Imperata cylindrica, Merremia peltata, Costus speciousus, Desmodium
12
2. Komponen Fisik
Komponen fisik dari suatu habitat meliputi:
a. Air
Air adalah komponen penting dan terbesar dalam tubuh hewan. Air sangat
dibutuhkan dalam berbagai fungsi biologis dan metabolisme tubuh seperti
pengaturan suhu tubuh, membantu proses pencernaan, pengaturan tekanan osmose
darah, transport nutrien, hormon dan zat lain yang diperlukan tubuh, pertumbuhan
fetus dan produksi susu. Semakin besar ukuran satwa semakin besar pula
kebutuhan satwa tersebut akan air (Irwan, 2011). Air dipergunakan satwa liar
untuk minum dan berkubang. Sumber-sumber air dapat terdiri dari danau, rawa,
sungai dan mata air (Alikodra, 1990).
Gajah termasuk satwa yang sangat bergantung pada air, sehingga pada sore hari
biasanya mencari sumber air untuk minum, mandi dan berkubang. Seekor gajah
sumatera membutuhkan air minum sebanyak 20-50 liter/hari. Ketika
sumber-sumber air mengalami kekeringan, gajah dapat melakukan penggalian air sedalam
50-100 cm di dasar sungai yang kering dengan menggunakan kaki depan dan
belalainya. Pada waktu berendam di sungai, gajah minum dengan mulutnya.
Sementara, pada waktu di sungai yang dangkal atau di rawa gajah menggunakan
belalainya. Gajah mampu menghisap mencapai 9 liter air dalam satu kali isap
(Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Pekan Baru, 2013).
b. Garam Mineral
Gajah juga membutuhkan garam mineral, seperti: kalsium, magnesium, dan
13
mengandung garam, menggemburkan tanah tebing yang keras dengan kaki depan
dan gadingnya, dan makan pada saat hujan atau setelah hujan (Ribai, Setiawan,
dan Darmawan, 2012).
F. Gambaran Umum Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)
Kawasan Bukit Barisan Selatan ditetapkan sebagai Taman Nasional pada tanggal
14 Oktober 1982 dengan luas 356.800 Ha berdasarkan Surat Pernyataan Menteri
Pertanian No.736/Mentan/X/1982. Batas kawasan TNBBS tidak pernah berubah
sejak ditetapkan sebagai suaka marga satwa melalui Besluit Ban der Gauvemeur
General van Nederlandsch Indie No.48 stbl. 1935 dengan nama Sumatera Selatan
I (SS I). Tanggal 15 Febuari 1990 ditetapkan pula Cagar Alam Laut (CAL) Bukit
Barisan Selatan seluas ±21.600 Ha berdasarkan SK Menhut No.71/Kpts-II/1990
yang terintegrasi dalam pengelolaan TNBBS (Direktoral Jenderal Perlindungan
Hutan dan Pelestarian Alam,2012). Jalan Sanggi-Bengkunat merupakan jalan
tembus yang memotong TNBBS sepanjang 11,5 km. Pembuatan jalan ini
mengakibatkan kawasan TNBBS terfragmentasi dan mengisolasi satwa yang ada
14
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan
kiri Jalan Sanggi-Bengkunat km 30 - km 32, Pesisir Barat, Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan, bekerjasama dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
B. Alat dan Objek Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah hagameter sebagai alat ukur tinggi
pohon, kamera digital Canon Power shoot a2300, pita meter sebagai alat ukur
diameter pohon, Global Positioning System (GPS) untuk mencatat titik koordinat
pengamatan, dan lembar kerja/data. Sedangkan objek dalam penelitian adalah
vegetasi kanan kiri jalan Sanggi Bengkunat Km 30 - km 32 yang melintasi Taman
15
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di km 30 – km 32, sepanjang jalan Sanggi-Bengkunat,
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Gambar 2).
Gambar 2. Jalan Sanggi-Bengkunat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
D. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan telah dilakukan untuk mengetahui lokasi titik jalan aktif
gajah. Lokasi penelitian didapat dari hasil kuisioner yang dibagikan kepada pihak
terkait (N = 10), petugas Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan lembaga
sosial masyarahat. Jalan km 30 - km 32 di jalan Sanggi-Bengkunat, merupakan
16
E. Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini adalah:
1. Objek dalam penelitian ini adalah vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi
-Bengkunat yang melewati Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).
2. Sampel yang diambil adalah vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi-Bengkunat
sebanyak 50 plot.
3. Jarak antar plot adalah ± 500 meter disesuaikan dengan kontur lokasi
penelitian.
4. Vegetasi yang digunakan adalah vegetasi yang aktif dilalui oleh gajah
sumatera yaitu km 30 - km 32.
F. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung, pengamatan
langsung yang dilakukan peneliti yang bukan dari data yang telah ada, seperti data
mengenai kondisi vegetasi yang ada sepanjang jalan Sanggi-Begkunat yang
meliputi spesies, diameter batang, tinggi tumbuhan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dan untuk mendukung data
primer. Data sekunder berupa sumber pakan gajah dari studi literatur dan literatur
17
G. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Pengambilan data primer dilakukan dengan membuat plot analisis vegetasi
(metode jalur berpetak) yaitu menggunakan petak contoh yang letaknya tersebar
merata pada areal penelitian (Indriyanto, 2006). Pembuatan petak contoh di km 30
– km 32 memotong jalan sebanyak 5 jalur. Pada masing-masing jalur dibuat 10
petak contoh dengan 5 petak di kiri dan 5 petak di kanan. Jarak antar petak ±500
meter, sehingga secara keseluruhan dibuat 50 petak contoh sejauh ±2 km dari
jalan (Gambar 3). Penitikan lokasi petak contoh dibantu dengan menggunakan
GPS. Ukuran petak contoh yang dibuat yaitu, untuk pohon dewasa adalah 20 m x
20 m, fase tiang adalah 10 m x 10 m, fase pancang adalah 5 m x 5 m, dan 2 m x 2
m untuk fase semai serta tumbuhan bawah (Gambar 4) (Kusmana, 1997).
Kategori data yang diambil yaitu jenis tumbuhan, diameter batang dan tinggi
pohon. Diameter batang (cm) diukur menggunakan pitameter mengelilingi batang
pohon ( = � ���/�) dan tinggi pohon (m) diukur menggunakan haga, untuk
fase tiang dan pohon, sedangkan fase pancang dan semai hanya nama spesies dan
18
Gambar 3. Peletakan plot di lokasi penelitian kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Januari-Februari 2015.
Arah
rintis
Gambar 4. Desain petak contoh kajian vegetasi di kanan kiri jalan Sanggi - Bengkunat km 30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Januari-Februari 2015.
Keterangan:
Petak A = Petak berukuran 20 m x 20 m untuk pengamatan fase pohon. Petak B = Petak berukuran 10 m x 10 m untuk pengamatan fase tiang. Petak C = Petak berukuran 5 m x 5 m untuk pengamatan fase pancang.
Petak D = Petak berukuran 2 m x 2 m untuk pengamatan fase semai dan tanaman bawah (Kusmana, 1997).
A
B
19
2. Data sekunder
Pengambilan data sekunder dilakukan dengan mendapatkan informasi dari kantor
Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
H. Analisis Data
1. Vegetasi Hutan
Menurut Indriyanto (2006), untuk analisis vegetasi hutan dapat dihitung
menggunakan:
a. Kerapatan
Kerapatan (K) menunjukan jumlah individu dalam suatu petak. Kerapatan tiap
spesies dibedakan berdasarkan tingkat pertumbuhan (semai, pancang, tiang,
pohon dan tanaman selain pohon) perhitungan kerapatan dapat diketahui
berdasarkan rumus:
� =jumlah individu untuk spesies ke − i luas seluruh petak contoh
�� =kerapatan seluruh spesies x kerapatan spesies k − i %
b. Distribusi/Frekuensi
Distribusi/Frekuensi (F) menunjukan jumlah penyebaran tempat ditemukannya
suatu spesies dari semua plot ukur. Dapat dihitung dengan rumus:
� =jumlah petak contoh ditemukan suatu spesies ke − ijumlah seluruh petak contoh
�� = frekuensi spesies ke − i
frekuensi seluruh spesies x %
20
Dominansi (D) digunakan untuk mengetahui spesies yang tumbuh lebih
banyak/mendominasi. Perhitugan dominasi dapat diketahui berdasarkan rumus:
� =jumlah luas bidang dasar ke − iluas petak contoh
�� =dominasi suatu spesies ke − idominasi seluruh spesies x %
d. Indeks Nilai Penting
Indeks nilai penting (INP) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakaiuntuk
menyatakan tingkat dominasi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu
komunitas tumbuhan. Perhitungan INP dapat diperoleh berdasarkan rumus:
INP = KR + FR + DR.
2. Makanan
Data yang diperoleh disampaikan dalam bentuk tabulasi. Identifikasi tumbuhan
34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kajian vegetasi di kanan-kiri jalan Sanggi-Bengkunat km
30 – km 32 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai habitat gajah sumatera
(Elephas maximus sumatranus) diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Total spesies ditemukan 195 spesies tumbuhan terdiri dari fase pohon 102 spesies,
fase tiang 100 spesies, fase pancang 74 spesies, dan fase semai 126 spesies.
Tingkat penguasaan yang tinggi di kanan-kiri jalan Sanggi-Bengkunat terletak
pada Alseodaphne falcata (INP 75,83%) di kanan jalan dan Litsea sp (INP
26,29%) di kiri jalan pada fase pohon, Aglaia sp (INP 26,473%) di kanan jalan
dan Clerodendron sp (INP 15,21 %) di kiri jalan pada fase tiang, Archidendron
bubalinum (INP 12,79%) di kanan jalan dan Eugenia sp (INP 17,33%) di kiri jalan
pada fase pancang, Clerodendron sp (INP 12,23%) di kanan jalan dan Aglaia
odoratusima (INP 7,46%) di kanan jalan. Tumbuhan bawah didominansi oleh
Selaginella plana (INP 19,12% (kanan) dan INP 13,31% (kiri)) dan Globba sp
(INP 17,51% (kanan) dan INP 12,05% (kiri).
2. Terdapat 45 spesies dari 195 spesies tumbuhan yang menjadi sumber pakan alami
35
B. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai pola sebaran aktivitas gajah sumatera di kanan kiri Jalan Sanggi Bengkunat
36
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan satwa liar jilid I. Fakultas Kehutanan IPB:Bogor.
Abdullah, Dahlian dan Mukhlisin. 2009. Preferensi makan gajah sumatera (Elephas maximus sumatrannus) di kawasan hutan cagar alam jantho.
JurnalBiologi Edukasi Volume 1 Nomor 1 Halaman 65-71.
Abdullah dan Japisa, T. 2013. Karakteristik habitat gajah sumatera (elephas maximus sumatranus temminck) pada habitat terganggu di ekosistem hutan seulawah. Jurnal EduBio Tropika Volume 1 Nomor 1 Halaman 1-60.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Pekan Baru. 2013. Mengenal gajah sumatera elephas maximus sumatrensis http://bappeda.pekanbaru. go.id/berita/503/mengenal-gajah-sumatera-elephas-maximus-sumatrensis/ page/1/. Diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pada pukul 12:18 WIB.
Direktoral Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2006. Taman Nasional di Indonesia. Departemen Kehutanan.
Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Kementrian Kehutanan. 2012. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. http://www. ditjenphka/TN.Bukit Barisan Seltan.htm. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2015 pukul 20.00 WIB.
Djufri. 2003. Pemantauan makanan alami gajah sumatera (Elephas maximus sumatraensis) di Taman Hutan Raya Cut Nya’ Dhien Seulawah, Aceh Besar. Jurnal Biodiversitas Volume 4 Nomor 1 Halaman 118-123.
Fadhil, N. 2012. Performance elephant patrol Bukit Barisan Selatan, camp Pemerihan setelah 30 bulan beroperasi. Internal report. WWF Indonesia. Lampung.
37
Hariyanto, M. 2009. Gajah sumatera. http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009/ 07/gajah-sumatera.html. Diakses pada tanggal 12 Januari 2014 pukul 19.27 WIB.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.
Irwan. 2011. Makalah peran air bagi hewan. http://irwansipetualang.blogspot. com/2011/10/makalah-peran-air-bagi-hewan.html. Diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 11.08 WIB
IUCN. 2012. IUCN red list of threatened species. (www.iucnredlist). Diakses tanggal 5 Januari 2014.
Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. PT Penerbit Institut Pertanian Bogor.
Mahanani, A.I., Hendarto, I. B., dan Soeprobowati, T. R. 2013. Daya dukung habitat gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus temmick) di suaka margasatwa Padang Sugihan Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Bioma
Volume 15 Nomor 1 Halaman 1-5.
Nuzul, F. 2009. Gajah Sumatera. http://phanjoel.wordpress.com/2009/11/12/gajah -sumatera/. Diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 10.38 WIB.
Ribai. 2011. Studi perilaku makan alami gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Konservasi Gajah Taman Nasional Way Kambas Kabupaten Lampung Timur. Skripsi Sarjana Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Ribai, Setiawan, A.dan Darmawan, A. 2012.Perilaku menggaram gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Konservasi Gajah Taman Nasional Way Kambas. Jurnal Tengkawang. Volume 2 Nomor 1 Halaman 1-9.
Saputra, G. 2013. Gajah sumatera. http://www.satwa.net/248/gajah-sumatera.html. Diakses tanggal 13 Maret 2014 pukul 08.44 WIB.
Saragih, C. O. 2014. Kajian pakan gajah sumatera (Elephas maximus
sumatranus) di resort pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Skripsi. Sarjana Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Syarifudin, H. 2008. Preferensi hijauan pakan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) studi kasus di kawasan Seblat. Jurnal IlmiahIlmu-Ilmu Perternakan Volume 11 Nomor 4 Halaman 83-92.
38
_________. 2014. http://www.tnbbs.org/. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2014 pukul 14.15
_________ . 2015. http://www.tfcasumatera.org/bukit-barisan-selatan/. Diakses pada tanggal 6 April 2015 pukul 09.50 WIB
Tanto, M. 2010. Mengenal TNBBS. http://tantomedi.blogspot.com/2010/05/ mengenal-tnbbs.html. Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 10.30 WIB.
World Wide Fund (WWF). 2013. Gajah sumatera. http://www.wwf.or.id/. Diakses pada tanggal 13 Januari 2014 pukul 09.20 WIB.
_________. 2014. Mengenal Gajah Sumatera. http://www.wwf.or.id/program/ wilayah_kerja_kami/jawa___sumatera/tessonilobukittigapuluh/focal_specie s/elephants/aboutsum_elephants/. Diakses pada tanggal 13 Januari 2014 pukul 09.30 WIB.
Yudarini, N. D., Soma, I. G., dan Widyastuti, S. 2013. Tingkah laku harian gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus Volume 2 Nomor 4 Halaman 461-468.
Yogasara, F. A., Zulkarnaini dan Saam, Z. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas konflik antara gajah dengan manusia di