• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH: ROTASI PEKERJAAN DAN JOB RELEVANT INFORMATION SEBAGAI VARIABEL MODERATING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH: ROTASI PEKERJAAN DAN JOB RELEVANT INFORMATION SEBAGAI VARIABEL MODERATING"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH: ROTASI PEKERJAAN

DAN JOB RELEVANT INFORMATION SEBAGAI VARIABEL MODERATING

Oleh IRA PUSPITA

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Selain itu untuk menguji rotasi pekerjaan dan job relevant information sebagai variabel moderating.

Populasi dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja perangkat Daerah (SKPD) yaitu pejabat eselon III dan IV. Penelitian dilakukan di Kota Bandar Lampung, Kota metro, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kabupaten Way Kanan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada 140 responden, namun hanya 83 responden yang mengisi kuesioner. Pengolahan data menggunakan alat bantu SmartPLS 2,0.

Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah, tetapi tidak diperkuat oleh rotasi pekerjaan dan job relevant information sebagai variabel moderating.

(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF BUDGETARY PARTICIPATION ON PERFORMANCE OF LOCAL GOVERNMENT OFFICIALS: JOB ROTATION AND JOB

RELEVANT INFORMATION AS MODERATING VARIABLE

By

IRA PUSPITA

This study aims to examine the effect of budgetary participation on

performance of local government officials. In addition to testing the job rotation and job relevant information as a moderating variable.

The population in this study is the Regional Task Force (SKPD) which is consist of echelon III and echelon IV. In order to achieves the objective of the study, this research was conducted in the Bandar Lampung, Metro, Way Kanan, and Lampung Selatan. The data was collected by distributing questionnaires to 140 respondents, but only 83 respondents who fill out questionnaires. Data were tested analysed SmartPLS 2,0.

Results of analysis of this study indicate that budget participation affects the performance of local government officials, but its not moderated by job rotation and job relevant information as a moderating variable

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Lampung pada tanggal 11 Juni 1992, dan merupakan anak keempat dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Dirhamsyah dan Ibu Sri Jumiati.

Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Kartika II-5 Bandar Lampung pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 25 Bandar Lampung dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2007. Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2010 di SMA Negeri 3 Bandar Lampung.

(8)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahiim Alhamdulillahirrobbil’alamin

Kupersembahkan karya penuh perjuanganku ini kepada:

Allah SWT

Papa dan Mamaku yang paling aku cintai

Terima kasih atas do’a, bimbingan, dan kasih sayangnya selama ini Terima kasih untuk segalanya

(9)

MOTO

Sesungguhnya Allah Tidak akan merubah keadaan suatu

kaum kecuali mereka berusaha

mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri

(

QS. Ar Ra’dad Ayat 11)

You are the captain of your soul and the master of your fate

(Napoleon Hill)

(10)

SANWACANA

Assalammualaikum Wr.Wb.

Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Rotasi Pekerjaan dan Job Relevant

Information Sebagai Variabel Moderating”dapat terselesaikan dengan optimal.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penelitian ini:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

3. Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bantuan, saran, motivasi, arahan, dukungan penuh dan waktunya selama penyusunan skripsi ini dan selama masa perkuliahan;

(11)

5. Bapak Yuliansyah, S.E., M.S.A., Ph.D., Akt. selaku Dosen Penguji Utama yang telah memberikan bantuan, saran, arahan dan waktunya dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Yeni Agustina, S.E., M.Sc., Akt. selaku Dosen Pembimbing Akademik;

7. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah membantu penulis dalam menimba ilmu dan memperluas wawasan selama penulis menyelesaikan pendidikan di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

8. Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, Pak Sobari, Pak Leman, Mba Sri, Mpok, Mas Yana, Mas Yono, Mas Edi, dan staf yang lainnya;

9. Rasa hormat dan terima kasih secara khusus saya hanturkan kepada kedua orangtua tercinta, Bapak Dirhamsyah dan Ibu Sri Jumiati. Kemudian Nenekku terkasih Nur Siah terima kasih untuk semuanya yang telah diberikan. Untuk do’a, bimbingan, dan kasih sayangnya, mudah-mudahan kalian selalu diberi kesehatan;

10. Ketiga kakak perempuanku Shinta Krisna D., Sisca Mia A., dan Melda Fitri Y. serta adikku satu-satunya Muhammad Panca Kurniawan terima kasih telah memberikan dukungan, semangat, dan doa senantiasa untukku; 11. Sahabat tercinta semasa SMA Ayu, Wanda, Dias, Hani, Rosani, Mona,

Monic, Nisa, Rina, Winda, Iqbal, Prima, Afrian¸ Gigih terima kasih untuk segala dukungan dan waktu untuk saling berbagi cerita selama ini.

12. Sahabat tercinta semasa kuliah Ayu, Dila, Sisi, Iing, Fara, Nurul, dan Devi terima kasih atas semangat, candaan, pengalaman, dan pengetahuan yang telah diberikan kepadaku.

(12)

14. Kakak – kakak tercinta Akuntansi 2009 Kak Ones, Kak Benawa, Kak Ari, Mbak Nana, Mbak Ria, Kak Rey, Mbak Ade, Mbak Sarah, dan Kak Danepo terima kasih untuk selalu memberikan bimbingan dan motivasi kepadaku selama ini;

15. Keluarga besar Himakta FEB Unila periode kepengurusan 2012/2013; 16. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan dan

penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Terima kasih untuk orang yang sudah terlibat atau melibatkan dirinya dalam kehidupanku, dan orang-orang yang terlewat disebutkan tetapi memiliki arti yang sama pentingnya bagi kehidupanku, penulis mengucapkan terima kasih.

Semoga karya ini bermanfaat dan membantu pihak-pihak yang berkepentingan.

Wassalammualaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 7

2.1.1 Teori Kontingensi (contingency theory)... 7

2.1.2 Partisipasi Penyusunan Anggaran ... ... 8

2.1.3 Kinerja Aparat Pemerintah Daerah ... . ... 10

(14)

2.1.5 Job Relevant Information (JRI)... 14

2.2. Penelitian Terdahulu ... . 16

2.3. Model Penelitian ... ... . 18

2.4. Pengembangan Hipotesis ... ... . 19

2.4.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran dengan Kinerja Aparat Pemda... 19

2.4.2 Partisipasi Penyusunan Anggaran dengan Kinerja Aparat Pemda dengan Rotasi Pekerjaan sebagai Variabel Moderating ... 20

2.4.3 Partisipasi Penyusunan Anggaran dengan Kinerja Aparat Pemda dengan Job Relevant Information sebagai Variabel Moderating... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel ... ... 23

3.2. Data Penelitian ... 25

3.2.1 Jenis dan Sumber Data ... ... 25

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... ... 25

3.3. Operasional Variabel Penelitian ... 26

3.3.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran... 26

3.3.2 Kinerja Aparat Pemerintah Daerah... 26

3.3.3 Rotasi Pekerjaan... ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskriptif Data ... . 33

4.2. Demografi Responden ... 34

(15)

4.3.1 Model Pengukuran ... … 37

4.3.1.1Uji Realibilitas... 38

4.3.1.2Uji Validitas ... 39

4.3.1.2.1 Analisis Faktor ... 39

4.3.1.2.2 Uji Validitas Konvergen ... 42

4.3.1.2.3 Uji Validitas Diskriminan ... 42

4.3.1.3Pengukuran Model Struktural ... 44

4.4 Pembahasan ... 46

4.4.1 Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Partisipasi Penyusunana Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah... 46

4.4.2 Hasil Uji Hipotesis Rotasi Pekerjaan Memoderasi Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah... 47

4.4.3 Hasil Uji Hipotesis Job Relevant Information Memoderasi Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah... 48

BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan ... 50

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 51

5.3. Saran ... 51

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Persentase Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner... 18

Tabel 4.1.1 Deskriptif Data... ... 34

Tabel 4.2 Demografi Responden... 34

Tabel 4.3 Parameter model pengukuran data menggunakan PLS... 38

Tabel 4.3.1 Quality Criteria (Composite Reliability, Cronbach’s Alpha)... 39

Tabel 4.3.2 Job Relevant Information (JRI) - initial factor solution Rotated Component Matrix... 40

Tabel 4.3.3 Rotasi Pekerjaan - initial factor solution Rotated Component Matrix... 40

Tabel 4.3.4 Rotasi Pekerjaan (RP)– final factor solutionRotated Component Matrixa.... 41

Tabel 4.3.5 Quality Criteria (AVE)... 40

Tabel 4.3.6 Cross Loadings... ... 40

Tabel 4.3.7 Laten Variabel Korelasi... 42

Tabel 4.3.8 Koefisien Jalur Variabel Moderating... 43

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyusunan anggaran dalam sektor pemerintahandiantaranya adalah pemerintah daerah merupakan hal yang wajar untuk dipublikasikan anggarannya, karena anggaran tersebut harus diinformasikan kepada publik dan didiskusikan untuk mendapatkan masukan mengenai anggaran tersebut. Berbeda dengan sektor swasta yang informasi anggarannya dirahasiakan. Anggaran yang terdapat di sektor pemerintahan adalah proses suatu penentuan jumlah alokasi dari program dan aktivitas-aktivitas yang akan direalisiasikan.Menurut Hansen dan Mowen (2004) dalam Hafiz (2007), anggaran adalah “rencana keuanganuntuk masa depan, rencana tersebut mengidentifikasi tujuan dan tindakan yangdiperlukan untuk mencapainya”. Perancangan anggaran disusun dengan kerjasama dan partisipasi penuh dari pimpinan pada semua tingkatan karena anggaran yang bersifat partispatif akan berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

(18)

2

terlibatnya aparat pemerintah daerah dalam penyusunan anggaran akan sangat dibutuhkan suatu komunikasi antara atasan dan bawahan untuk saling menukar informasi. Karena manajer bawah mengetahui kebutuhan masyarakat dilapangan sesuai tugas pada bagiannya dan informasi yang dimiliki lebih akurat.

Partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan dapat meningkatkan kinerja seorang manajerial di suatu perusahaan publik.Pencapaian kinerja dalam anggaran akan terlihat dari rencana strategis tercapai dan tujuan dari anggaran tersebut tercapai. Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara

keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Veithzal dan Ahmad, 2009:14).

Dalam pencapaian rencana strategis dan pencapaian dari tujuan anggaran di dalam pemerintahan daerah pegawai di rotasi kerja pada umumnya dikarenakan

(19)

3

pilihan bagi organisasi agar pegawainya dapat menyesuaikan dengan perubahan kondisi kerja.

Partisipasi dalam penyusunan anggaran juga akan lebih efektif jika sesuai dengan job relevant information(JRI), karena job relevant information merupakan salah satu variabel yang dapat memprediksi lingkungan dan juga tindakan yang lebih selektif. Job relevant information meningkatkan kinerja melalui pemberian perkiraan yang lebih akurat mengenai lingkungan sehingga dapat dipilih rangkaian tindakan efektif yang terbaik (Kren, 1992 dalam Hafridebri, 2013). Oleh karena itu, dengan adanya job relevant information akan mempermudah manajer untuk memprediksi lingkungan secara tepat.

(20)

4

1.2 Perumusan dan Batasan Masalah

1.2.1 Perumusan Masalah

1. Apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah?

2. Apakah dengan adanya job relevant information dan rotasi pekerjaan dapat memoderasi pengaruh partispasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah?

1.2.2 Batasan Masalah

Mengenai penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti, maka peneliti

memfokuskan kepada masalah yang akan diteliti, agar masalah yang akan diteliti memiliki arah yang jelas. Berikut adalah batasan masalah yang ditentukan oleh peneliti adalah:

1. Penelitian ini dilakukan pada beberapa pemerintah daerah yang dapat mewakili seluruh Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung.

2. Terdapat empat variabel dalam penelitian ini, yaitu partisipasi penyusunan anggaran, kinerja aparat pemerintah daerah, rotasi pekerjaan, dan job relevant information.

(21)

5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah disampaikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:

1) Untuk mengetahui pengaruh antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial yang diterapkan pada organisasi sektor publik. 2) Untuk mengetahui sejauh mana rotasi pekerjaan sebagai variabel

moderating mempengaruhi partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial yang diterapkan pada organisasi sektor publik

3) Untuk mengetahui sejauh mana Job Relevant Informationsebagai variabel moderating mempengaruhi partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial yang diterapkan pada organisasi sektor publik.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, serta tujuan penelitian, maka maka manfaat dari penelitian ini adalah:

1.3.2.1Manfaat Teoretis

Penelitian ini memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu akuntansi sektor publik tentang bagaimana rotasi pekerjaan dan job relevant information

(22)

6

1.3.2.2Manfaat Praktis

(23)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Kontingensi (Contingency Theory)

Teori kontingensi adalah teori kesesuaian pimpinan yang berarti menyesuaikan pemimpin dengan kondisi yang tepat. Teori yang dikemukakan oleh fiedler’s ini berpendapat bahwa kinerja pemimpin ditentukan dari pemahamannya terhadap situasi dimana mereka memimpin. Teori kontingensi dapat digunakan untuk menganalisis desain dan sistem akuntansi manajemen untuk memberikan

informasi yang dapat digunakan perusahaan untuk berbagai macam tujuan (Otley, 1980dalam Wulandari, 2011). Dimana terdapat beberapa keterlibatan dari variabel yang ada, salah satunya adalah variabel moderating, yaitu jenis variabel yang bisa memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dan

dependen.Suatu variabel independen dan dependen bisa menghasilkan hubungan negatif atau positif tergantung pada variabel yang memoderasinya.Pendekatan ini dapat memberikan informasi mengenai sifat hubungan yang ada di dalam suatu partisipasi anggaran dengan kinerja berbeda antara situasi dengan situasi lainnya.

(24)

8

organisasi tempat sistem kontrol tersebut akan beroperasi.Brownell (1982) menelaah beberapa penelitian dan menemukan pengaruh faktor kondisional sebagai variabel moderasi terhadap hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Faktor kondisional tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat variabel yaitu kultur, organisasional, interpersonal, dan individual. Sumarno (2005); Suhartono dan Solichin, (2006) dalam Husin (2012) meneliti hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan menggunakan variabel kontingensi sebagai pemoderasi, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel kontingensi menjadi pemoderasi terhadap hubungan antara variabel tersebut. Pendekatan teori kontingensi yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengevaluasi hubungan partispasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah. Faktor kontingensi yang dipilih adalah rotasi pekerjaan dan job relevant information.

2.1.2 Partisipasi Penyusunan Anggaran

(25)

9

(Azhar, 2009). Partisipasi memiliki peranan yang penting dalam suatu organisasi dimana dalam sebuah partisipasi orang yang ikut serta dalam menyusun sebuah program, tujuan, dan sekalipun anggaran.

Siegel dan Marconi (1989) menyatakan bahwa partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran dapat menimbulkan inisiatif pada mereka untuk menyumbangkan ide dan informasi, meningkatkan kebersamaan dan merasa memiliki, sehingga kerjasama di antara anggota dalam mencapai tujuan meningkat. Mereka akan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi atas keikutsertaan mereka dengan memberikan kontribusi dalam bentuk pendapat. Anggaran dalam sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas

pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari uang publik (Mardiasmo, 2005:61). Sedangkan anggaran menurut Adrianto (2008) adalah anggaran yang telah disusun memiliki peranan sebagai perencanaan dansebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran dipakai sebagai suatu sistem

pengendalianuntuk mengukur kinerja manajerial. Partisipasi penganggaran

menggunakan enam instrumen yang dikembangkan oleh Milani (1975), meliputi:

1. Keikutsertaan dalam penyusunan anggaran 2. Kelogisan merevisi anggaran

(26)

10

Keterlibatan para pimpinan suatu organisasi terkait dengan penyusunan anggaran adalah sebuah partisipasi untuk menentukan tujuan organisasi tersebut, ketika diaplikasikan dalam perencanaan, partisipasi berarti melibatkan pimpinan tingkat bawah dan menengah untuk menyusun langkah, serta membuat keputusan

mengenai tujuan operasi organisasi (Husin, 2012). Oleh karena itu bisa

disimpulkan, ikut terlibatnya aparat pemerintah daerah dalam menyusun anggaran dapat menambah ilmu mereka mengenai suatu anggaran dan juga memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat mengenai anggaran yang disusun oleh pemerintah.

2.1.3 Kinerja Aparat Pemerintah Daerah

Kinerja aparat pemerintahan merupakan suatu sistem yang bertujuan

untukmembantu atasan dalam menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukurfinansial dan non finansial, dimana kinerja dapat diukur dari seberapa jauhkemampuan kinerja dalam mencapai target yang dianggarkan. Menurut Dwiyanto (2002) dalam Nor (2007), pada instansi pemerintah, kinerja pelayanan publik merupakan salah satu dimensi strategis dalam menilai keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dewasa ini. Pemerintah daerah memiliki peluang untuk merumuskan kebijakan dan program sesuai aspirasi masyarakat di

daerahnya. Sehingga, salah satu faktor penting dari keberhasilan otonomi daerah adalah implikasinya terhadap perbaikan kinerja pelayanan publik. Dalam

(27)

11

berdasarkan kemampuan aparat dalam melaksanakan tugas-tugas manajerial, menurut Mahoney (1963) dalam Wulandari (2011) terdapat beberapa indikator mengenai kinerja manajerial yang meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staf, negosiasi, pengawasan, representasi, dan keseluruhan kinerja.

Menurut Mahsun (2006) ada beberapa elemen pokok dalam kinerja yaitu :

1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi.

2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja.

3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.

4. Evaluasi kinerja/feed back, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, dan akuntabilitas. Dengan mengevaluasi kinerja maka akan menghasilkan seberapa besar tingkat partisipasi dalam pemyusunan anggaran dalam pemerintahan sektor publik.

(28)

12

2.1.4 Rotasi Pekerjaan (Job Rotation)

Hasibuan (2003:104) dalam Andriani (2013) mengemukakan bahwa “Rotasi jabatan adalah perubahan tempat atau jabatan karyawan tetapi masih pada rangking yang sama di dalam organisasi itu, istilah-istilah yang sama dengan Rotasi jabatan adalah mutasi, pemindahan dan transfer”. Rotasi pekerjaan di dalam pemerintahan daerah pada umumnya terjadi karena pergantian pemimpin, namun ada juga faktor lain yaitu dengan prestasi kerja dan latar belakang

pendidikan. Selain alasan tersebut alasan pegawai di rotasi kerja dalam instansi pemerintahan hanya badan pertimbangan jabatan dan kepangkatan (baperjakat) yang mengetahuinya dimana baperjakat tersebut terdiri dari Sekretaris Daerah, BKD, dan Inspektorat. Rotasi pekerjaan diperkirakan dapatmemberikan kepuasan kerja dan meningkatkan produktifitas kerja yang tertinggiketika penambahan dan pengkayaan pekerjaan secara bersama-sama dapat diterapkanuntuk mendesain suatu sistem kerja yang sesuai (Andriani, 2013). Semakin baik kinerjaSumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini aparat pemerintah daerah akan semakin menunjang tercapainya tujuan dan sasaran pemerintah daerah, sehingga perhatian untuk pengembangan SDM yang dimiliki sangat diperlukan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rotasi pekerjaan (job rotation) sebagai perpindahan karyawan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dalam suatu pemerintahan daerah untuk meminimalisir kejenuhan kerja dan sebagai media pengembangan

kemampuan pegawai.

(29)

13

1. Menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan jabatan yang ada dalam organisasi, sehingga dapat menjamin terjadinya kondisi

ketenagakerjaan yang stabil (personal stability).

2. Membuka kesempatan untuk pengembangan karir. Tujuan ini dimaksudkan untuk mendorong atau merangsang tenaga kerja agar berupaya menjangkau karir yang lebih tinggi, yang berarti pula bahwa mereka akan berusaha

mencurahkan kemampuannya yang ditopang oleh semangat kerja yang tinggi. 3. Memperluas dan menambah pengetahuan.Memperluas wawasan dan

pengetahuan merupakan kebutuhan yang perlu mendapat perhatian dalam satu organisasi. Dengan demikian tenaga kerja yang ada, wawasan dan pengetahuannya tidak terbatas atau terpaku hanya pada satu bidang tertentu saja. Dengan rotasi jabatan berarti terbuka kesempatan bagi tenaga kerja untuk memperluas wawasan dan pengetahuannya dalam organisasi yang bersangkutan.

4. Menghilangkan kejenuhan terhadap suatu jabatan. Apabila seorang tenaga kerja terus menerus dari tahun ke tahun memegang jabatan yang sama, maka akan menimbulkan kebosanan dan kejenuhan yang akibatnya sangat

berbahaya. Kebosanan dan kejenuhan akan menimbulkan tenaga kerja yang bersangkutan terjebak pada rutinitas kerja dan menurunkan gairah serta semangat kerjanya. Untuk itu perlu terus diupayakan adanya penyegaran-penyegaran.

(30)

14

6. Membuka kesempatan terjadinya persaingan dalam meningkatkan prestasi kerja.

7. Sebagai pelaksanaan sanksi terhadap pelanggaran. Apabila seorang tenaga kerja melakukan pelanggaran atau tidak mampu memperlihatkan prestasi yang baik, rotasi jabatan dapat dijadikan alat untuk menghukum.

2.1.5 Job Relevant information (JRI)

Job Relevant Information diidentifikasikan sebagai salah satu informasi yang membantu manajer untuk memperbaiki pemilihan tindakan melalui upaya yang diinformasikan dengan baik, baik yang bersumber dari lingkungan eksternal maupun internal perusahaan, selain informasi yang mempengaruhi keputusan (Kren, 1992 dalam Hafridebri, 2013). Informasi job relevant membantu memberikan pengetahuan yang lebih baik bagi manajer mengenai alternatif keputusan dan tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Menurut Leslie Kren (1992) dalam Rakib Husin (2012) indikator job relevant information yaitu:

1. Informasi berkenaan tugas dan jabatan

2. Informasi untuk keputusan yang optimal

3. Informasi untuk mengevaluasi alternatif-alternatif keputusan penting

4. Informasi untuk mendukung keputusan yang dibuat

JRI juga dapat meningkatkan prestasi kerja jika dihubungkan dengan penyusunan anggaran, karena JRI dapat dijadikan sebagai suatu cara untuk memprediksi situasi lingkungan dan juga tindakan selektif yang lebih menguntungkan

(31)

15

maka akan mencapai tujuan yang diingikan dalam hal ini dianggarkan, karena memiliki prestasi kerja yang memuaskan itu artinya kinerja manajerialnya otomatis akan meningkat.

Menurut Rakib Husin (2012) ada dua keuntungan yang dapat diperoleh dari adanya transfer informasi dari bawahan kepada atasan yaitu:

1. Atasan dapat mengembangkan strategi yang lebih baik yang dapat disampaikan kepada bawahan sehingga kinerja akan meningkat

2. Dari informasi yang diberikan bawahan kepada atasan akan memperoleh tingkat keputusan yang lebih baik atau lebih sesuai bagi organisasi.

(32)

16

anggaran sehingga akan mengurangi terjadinya asimetris informasidalam hubungan antara manajer atas dan manajer bawah.

2.2 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti dan Tahun Penelitian

Judul Penelitian Hasil Penelitian

Arifah Nur Sabrina (2009) Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran

Candra Sinuraya (2009) Pengaruh partisipasi

(33)

17

Rakib Husin (2012) Pengaruh Partisipasi

Anggaran Terhadap

Pengaruh job rotation

terhadap motivation dan

dampaknya pada kinerja karyawan pada PT. Mashill Internasional Finance

job rotation atau rotasi pekerjaan secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.

Hafridebri (2013) Pengaruh partisipasi

anggaran terhadap kinerja

nilai probability sebesar

0,073 > alpha 0,05 maka partisipasi anggaran tidak berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial.

Novi Andriani (2013) Persepsi Kesesuaian

Kompensasi Dan Rotasi Pekerjaan Terhadap Kinerja Karyawan Pt Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi Ix Jember

kecukupan kompensasi dan rotasi pekerjaan berpengaruh terhadap kinerja karyawan di PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi IX Jember.

Pada penelitian ini peneliti memodifikasi dari penelitian sebelumnya yaitu

(34)

18

dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan variabel moderating dan sampel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan peneliti adalah pemerintah daerah yang dapat mewakili seluruh Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung yaitu pemerintah daerah yang laporan keuangannya sudah dinyatakan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).Penelitian ini juga berusaha mengembangkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggabungkan variabel-variabel moderasi yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Sebagai alasan dilakukannya penelitian tentang pengaruh partisipasi anggaran. Kinerja pemerintahan daerah akan dipengaruhi oleh partisipasi penyusunan anggaran dengan kedua faktor pemoderasi rotasi pekerjaandan job relevant

informationantara kedua variabel tersebut.

2.3 Model Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan rumusan penelitian, diidentifikasi satu variabel independen yaitu partisipasi penyusunan anggaran, satu variabel dependen yaitu kinerja aparat pemerintah daerah sedangkan rotasi pekerjaan dan job relevant information sebagai variabel perantara atau variabel moderating. Rotasi pekerjaan dapat berpangaruh positif atau negatif terhadap hubungan antara penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah begitu pula job relevant

(35)

19

information dapat mempengaruhi hubungan antara penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah.

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran dengan Kinerja Aparat Pemda

Partisipasi anggaran adalah tingkat seberapa jauh keterlibatan dan pengaruh individu didalam menetukan dan menyusun anggaran yang ada dalam bagiannya, baik secara periodik maupun tahunan. Partisipasi anggaran menunjukkan pada lingkup yang luas bagi aparat pemerintah daerah dalam memahami anggaran oleh unit kerjanya dan pengaruh tujuan pusat pertanggungjawaban anggaran mereka. Sedangkan kinerja aparat pemerintah adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu pimpinan dalam menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial.

Partisipasi penyusunan anggaran dilakukan untuk meningkatkan kinerja organisasi dengan hasil yang nantinya akan meningkatkan efektivitas suatu organisasi. Handoko (1998) dalam Nor (2007) menyatakan partisipasi sebagai alatpencapaian tujuan, partisipasi juga sebagai alat untuk mengintegrasikan kebutuhanindividu dan organisasi.Menurut Sinaga dan Siregar, (2009), partisipasi dalam penyusunan angggaran merupakan pendekatan manajerial yang umumnya dinilai dapat meningkatkan kinerja manajerial. Partisipasi dalam penyusunan anggaran yang melibatkan setiaplapisan manajemen diyakini mampu

(36)

20

Al Azhar (2009) melakukan penelitian tentang partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah dan menunjukkan bahwa adanya pengaruh yangsignifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah dan menyebutkan bahwa semakin tinggi partisipasi anggaran maka semakin meningkat kinerja aparat pemerintah daerah. Selanjutnya menurut Nur Endah Wulandari (2011) partisipasi penyusunan anggaran

berpengaruh positif terhadap kinerja aparat pemerintah daerah.Sementara itu Arifah Nur Sabrina (2009) menemukan adanya pengaruh negatif antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukan, maka hipotesis yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

H1: Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah.

2.4.2 Partisipasi Penyusunan Anggaran dengan Kinerja Aparat Pemda

dengan Rotasi Pekerjaan sebagai Variabel Moderating

Menurut Sumarwoto (2011) dalam Fatmawati et al. (2012), pengertian rotasi kerja adalah memutar atau menggilir penempatan pejabat struktural maupun fungsional dari satu jabatan tertentu ke jabatan lainnya yang ditetapkan dalam sebuah

kebijakan yang bersifat Compulsary. Karena di setiap individu dalam suatu organisasi memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, maka suatu

(37)

21

termotivasi dalam bekerja. Dalam hal partisipasi penyusunan anggaran tingkat kinerja sangat berpengaruh terhadap rencana strategi yang akan dilaksanakan atau direalisasikan. Rotasi pekerjaan akan menimbulkan suatu motivasi dalam bekerja sehingga akan meningkatkan kinerja pegawai dalam mencapai tujuan dari

organisasi tersebut.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Edwan (2013) yang memperoleh hasil penelitian bahwa rotasi pekerjan berpengaruh positif

terhadapmotivasi kerja karyawan dan implikasinya terhadap kinerja karyawan PT. MashillInternasional Finance. Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukan, maka hipotesis yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

H2: Rotasi pekerjaanmemoderasi pengaruh partisipasi penyusunan anggaranterhadap kinerja aparat pemerintah daerah

2.4.3 Partisipasi Penyusunan Anggaran dengan Kinerja Aparat Pemda

dengan Job Relevant Information sebagai Variabel Moderating

(38)

22

anggaran pada dasarnya merupakan perwujudan dari bentukketerlibatan para manajer dalam penyusunan anggaran secara keseluruhan dandiharapkan cepat meningkatkan kinerja manajerial (Adrianto, 2008).

Penelitian ini didukung oleh Rakib Husin (2012) dan Mock et al (1999) dalam Adrianto (2008)dengan mengemukakan bahwa job relevant information berperan sebagai variabelmoderating berpengaruh positif antara partisipasipenyusunan anggaran dankinerja manajerial. Sementara menurut Cecep Hidayat Edwan (2013) menyatakan bahwa job relevant information tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukan, maka hepotesis yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

(39)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang

terdapat di pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung. Pemilihan dinas

dilakukan dengan alasan yaitu instansi tersebut merupakan satuan kerja pemerintah,

yang berarti menyusun, menggunakan dan melaporkan realisasi anggaran atau

sebagai pelaksana anggaran dari pemerintah daerah (Abdullah, 2004).

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiyono,2006;73). Teknik pemilihan dan penentuan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metodepurposive sampling yaitu pemilihan sekelompok subyek

didasarkan atas ciri-ciri atausifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut

paut yang erat dengan ciri-ciriatau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Sutrisno Hadi, 1996).

Sampel ditentukan dengan syarat sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah dua

(40)

24

a) Pemerintah Kota Bandar Lampung

b) Pemerintah Kota Metro

c) Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan

d) Pemerintah Kabupaten Way Kanan

Adapun kriteria sampel pemerintah daerah provinsi dan instansi yang dipilih

adalah hanya pemerintahan daerah dengan kriteria laporan keuangan beberapa

tahun terakhir dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) karena

pemerintahan daerah yang beropini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

memiliki laporan keuangan yang wajar yang sudah sesuai dengan standar

akuntansi yang berlaku, sehingga peneliti ingin melihat apakah dengan opini

tersebut partisipasi dalam penyusunan anggaran di instansi yang terkait baik.

2. SKPD yang akan menjadi sampel penelitian adalah SKPD yang mewakili

profit center, cost center, dan administration center, yaitu:

a) Dinas Pendapatan Daerah sebagai profit center

b) Dinas Perhubungan sebagai profit center

c) Dinas Pendidikan sebagai cost center

d) Dinas Kesehatan sebagai cost center

e) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah sebagai administration

center

Pemilihan SKPD diatas dianggap dapat mewakili seluruh SKPD yang ada

pada Pemerintah Kabupaten/Kota yang ada se-Provinsi Lampung yang

digolongkan berdasarkan pusat pertanggungjawabannya.

3. Aparat pemerintah daerah yang menjadi responden dalam penelitian ini

(41)

25

Sub Bidang/ Kepala Seksi. Karena rata-rata pejabat level tengah dan bawah

yang bertanggung jawab pada penyusunanan anggaran pada setiap unit kerja

di SKPD.

3.2 Data Penelitian

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yaitu data

penelitian yangdiperoleh secara langsung dari sumbernya (responden) dengan cara

menyebarkan kuesioner kepada responden (Indriantoro dan Supomo, 2013).

Kuesioner yang disebar berisi pertanyaan mengenai partisipasi penyusunan anggaran,

kinerja aparat pemerintah daerah, rotasi pekerjaan, dan job relevant information.Data

primer diperoleh secara langsung dari responden yang menjabat sebagai setingkat

Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, dan Kepala Sub Bidang/ Kepala Seksi.

3.2.2 Teknik Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner.Kuesioner yang berisi pertanyaan terstruktur tersebut akan diberikan

kepada responden yaitu ke setiap SKPD secara langsung, kemudian responden dapat

memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan opininya. Kuesioner

penelitian ini diserahkan langsung kepada responden atau meminta bantuan salah satu

pegawai untuk mengkoordinir penyebaran dan pengumpulan kuesioner

tersebut.Dengan cara seperti ini tingkat pengembalian kuesioner dapat lebih

(42)

26

3.3 Operasional Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan empat variabel yang akan diukur dengan

menggunakan instrumen-instrumen yang diadopsi dari literatur yang telah digunakan

sebelumnya oleh penelitian terdahulu, yaitu partisipasi penyusunan anggaran, kinerja

aparat pemerintah, rotasi pekerjaan, dan job relevant information.

Partisipasi Anggaran. Varibel bebas (independent variable) adalah variabel yang

mepengaruhi variabel lain baik secara positif maupun negatif (Sekaran, 2006).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah partisipasi anggaran (budgetary

participation). Partisipasi anggaran adalah tingkat seberapa jauh keterlibatan dan

pengaruhindividu (manajer) didalam menentukan dan menyusun anggaran yang ada

dalam divisi atau bagiannya, baik secara periodik maupun tahunan. Instrumen yang

digunakan untuk mengukur variabel ini diadopsi dari Millani (1975) yang banyak

digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Ada enam item pertanyaan yang dipakai

untuk mengukur partisipasi. Variabel ini diukur dengan model skala likert, yaitu

mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap

pertanyaan yang diajukan dengan skor 5 (SS=Sangat Setuju); 4 S=Setuju); 3 (KS=

Kurang Setuju); 2 (TS=Tidak Setuju); dan 1 (STS=Sangat Tidak Setuju).

Kinerja Aparat Pemerintah Daerah. Variabel terikat (dependent variable)

merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti (Sekaran, 2006). Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah kinerja aparat pemerintah daerah (managerial

(43)

27

dikembangkan oleh Mahoney et al. (1963) diukur dengan menggunakan sembilan

item. Setiap responden diminta untuk menjawab sembilan item pertanyaan yang

menyangkut tingkat kinerja manajerial disetiap bidang yang meliputi: perencanaan,

investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staff (staffing),

negoisasi, perwakilan/ representasi, dan kinerja secara keseluruhan. Variabel ini

diukur dengan model skala likert, yaitu mengukur sikap dengan menyatakan setuju

atau ketidaksetujuannya terhadap pertanyaan yang diajukan dengan skor 5

(SS=Sangat Setuju); 4 S=Setuju); 3 (KS= Kurang Setuju); 2 (TS=Tidak Setuju); dan

1 (STS=Sangat Tidak Setuju).

Rotasi Pekerjaan (Job Rotation). Variabel moderating adalah variabel perantara

yang bisa memperlemah atau memperkuat kedua variabel independen dan dependen.

Variabel moderating yang pertama mengenai rotasi pekerjaan. Menurut Kandar

(2011)rotasi merupakan perpindahan karyawan namun lebih pada perpindahan tempat

kerja dengan lingkup dan tugas pekerjaan yang cenderung berbeda agar para

karyawan terhindar dari rasa jenuh atau produktifitas yang menurun. Adapun

indikator yang digunakan untuk mengukur rotasi pekerjaan yaitu sebagai berikut

(Supratman, 2012):

1) Kemampuan karyawan (Employee’s Ability)

2) Pengetahuan karyawan (Employee’s Knowledge)

3) Kebosanan/kejenuhan karyawan (Employee’s Boredom)

Daftar pertanyaan tersebut terdiri dari delapan item pertanyaan yang digunakan untuk

mengetahui tingkat rotasi pekerjaan terhadap organisasi tempat mereka bekerja.

(44)

28

dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pertanyaan yang

diajukan dengan skor 5 (SS=Sangat Setuju); 4 S=Setuju); 3 (KS= Kurang Setuju); 2

(TS=Tidak Setuju); dan 1 (STS=Sangat Tidak Setuju).

Job Relevant Information. Variabel moderating yang kedua adalahJob Relevant

Information.Kern mendefinisikan job relevant information sebagai informasi yang

tersedia bagi manajer untuk meningkatkan efektivitas keputusan yang berkaitan

dengan tugas, definisi inilah kemudian digunakan dalam penelitian saat ini. Variabel

informasi yang berhubungan dengan tugas diukur dengan menggunakan instrument

O’Reilly yang dikembangkan oleh Kren (1992). Empat item pertanyaan.Variabel ini

diukur dengan model skala likert, yaitu mengukur sikap dengan menyatakan setuju

atau ketidaksetujuannya terhadap pertanyaan yang diajukan dengan skor 5

(SS=Sangat Setuju); 4 S=Setuju); 3 (KS= Kurang Setuju); 2 (TS=Tidak Setuju); dan

1 (STS=Sangat Tidak Setuju).

3.4 Metode Analisis Data

PLS dikembangkan pertamakali oleh Herman Wold pada tahun 1966 sebagai metode

umum untuk mengestimasi path modelyang menggunakan konstruk laten dengan

multiple indikator (Ghozali, 2006). Keuntungan denganmenggunakan PLS adalah

PLS merupakan metode analisis yang powerful oleh karena tidakmengasumsikan data

harus dengan skala tertentu dan jumlah sampel kecil (Ghozali, 2006). Menurut

Ghozali (2006) PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan

SEM berbasis covariance menjadi berbasis varian. Selanjutnya, Menurut Husin

(2012) PLS dapat sekaligus menganalisis konstruk yang dibentuk dengan indikator

(45)

29

untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten.Pengujian hipotesis

dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan alat analisis Partial Least Square

(PLS) dengan menggunakan software SmartPLS. Dengan menggunakan instrument

kuisioner untuk mengumpulkan data yang kemudian akan dianalisis.

3.4.1 Uji Kualitas Data

3.4.1.1 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur kuisioner yang merupakan indikator dari

variabel atau konstruk. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi

responden dalam menjawab item pertanyaan dalam kuesioner. Instrumen yang

terdapat di penelitian ini dinyatakan valid jika data yang diperoleh bisa menjawab

tujuan penelitian yang akan dicapai dengan akurat. Jika instrumen penelitian yang

sama bisa stabil ketika digunakan kembali pada penelitian selanjutnya maka

instrumen tersebut dapat dinyatakan reliable.

Uji reliabilitas dilakukan dengan Partial Least Square (PLS) agar dapat menganalisis

Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability. Composite reability yang mengukur

suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam ukuran yaitu internal consistency

dan Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability memiliki nilai lebih dari 0,7, berarti

menunjukan tingkat reliabilitas yang cukup baik (Ghozali, 2006).Suatu konstruk atau

variabel dikatakan realiabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 seperti

yang dikemukakan oleh Nunnaly (1968) dalam Ghozali (2005). Pengujian validitas

dilakukan dengan menghitung korelasi masing-masing pernyataan pada tiap variabel

(46)

30

3.4.1.2 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu kuesioner

dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pada penelitian ini tahap pertama dilakukan

analisis faktor dengan ketentuan jika setiap pertanyaan memiliki nilai loading faktor>

0,4, maka kuesioner dikatakan valid (Ghozali, 2008). Convergent validity dari model

pengukuran dengan model reflektif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item

score/component score dengan construct score yang dihitung dengan PLS.Validitas

convergent dihitung dengan melihat skor Average Variance Extracted (AVE).Nilai

validitas convergentdinyatakan sangat baik apabila skor AVE di atas 0.5 (Henseler et

al, 2009).

Ukuran reflektif dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk

yang ingin diukur. Namun demikian untuk penelitian tahap awal dari pengembangan

skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,60 dianggap cukup (Chin, 1998 dalam

Ghozali, 2006). Discriminant validity dari model pengukuran dengan reflektif

indikator dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk. Jika

korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk

lainnya, maka akan menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada

blok yang lebih baik daripada ukuran blok lainnya. Metode lain untuk menilai

discriminant validity adalah membandingkan nilai square root of Average Variance

Extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk lainnya dalam

(47)

31

besar daripada nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model,

maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik.

3.4.2 Model Struktural

Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk endogen,

Stone-Geiser Q-Square test untuk predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari

koefisien parameter jalur struktural (Ghozali, 2008:26). Penilaian R-square sama

dengan interpretasi pada regresi.

1. Coefficient of Determination (R2)

Teknik pengukuran ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa konstruk endogen diuji

untuk menguatkan hubungan antara konstruk eksogen dengan mengevaluasi R2. R2

berfungsi untuk mengukur hubungan antara variabel laten terhadap total varians.

Nilai R2berada diantara 0 (nol) dan 1 (satu) semakin mendekati 1 maka semakin besar

variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi dalam variabel independen, ini

berarti semakin tepat garis regresi tersebut untuk mewakili hasil observasi yang

sebenarnya (Ghozali, 2006).

2. Path Coefficient

Tes Path Coefficient (ß) dilakukan untuk meyakinkan bahwa hubungan antar

konstruk kuat. Cara ini dinilai melalui prosedur bootstrap dengan menggunakan 500

pergantian (e.g. Chenhall, 2004; Solihin et al, 2010 dalam Husin, 2012). Hubungan

antar konstruk dapat dikatakan kuat apabila path coefficient lebih besar dari 0,01.

(48)

32

signifikan apabila path coefficient berada pada level 0,050 (Urbach dan Ahlemann,

2010).

3.5 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis atas partisipasi anggaran, kinerja aparat pemerintah daerah, rotasi

pekerjaan, dan job relevant information. dilakukan dengan membandingkan hasil

path coeficient dengan t-tabel.Dengan ketentuan, hipotesis dikatakan sangat

signifikan apabila T hitung > T tabel pada derajat kebebasan 1%. Hipotesis dikatakan

signifikan apabila T hitung > T tabel pada derajat kebebasan 5%. Jika dikatakan

lemah apabila T hitung > T tabel pada derajat kebebasan 10%. Sedangkan hipotesis

dikatakan tidak signifikan atau ditolak apabila T hitung < T tabel pada derajat

(49)

50

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah di kelima Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mewakili Kab/ Kota se-Provinsi Lampung yaitu Kota Bandar Lampung, Kota Metro, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kabupaten Way Kanan. Kemudian penelitian ini menganalisis rotasi pekerjaan dan job relevant information sebagai varaiabel yang memoderasi pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Berdasarkan data 83 pejabat eselon III dan IV,

peneliti menganalisis data tersebut dengan menggunakan Structural Equation

Modeling (SEM), khususnya SmartPLS.

(50)

51

partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah, sehingga hipotesisi ketiga ditolak.

Berdasarkan hasil analisa diatas menunjukan bahwa terdapat pengaruh langsung antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah yang berarti rotasi pekerjaan1, rotasi pekerjaan2, dan job relevant information bukan variabel pemoderasi yang dapat memperkuat pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa partisipasi penyusunan anggaran dapat mempengaruhi kinerja aparat pemerintah daerah tanpa ada faktor pemoderasi yang bisa

memperkuat hubungan antar variabel.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sampel yang digunakan dalam penelitian ini mengambil Kabupaten atau Kota yang beropini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)di Provinsi Lampung. Peneliti tidak mengikutsertakan Kabupaten atau Kota yang beropini Wajar Dengan Pengecualian (WDP)dan tidak memberikan pendapat(disclaimer) sebagai sampel dalam penelitian ini.

5.3 Saran

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukriy. 2004. Perilaku Oportunistik Legislatif dalam Penganggaran Daerah: Pendekatan Principal-Agent Theory. Makalah Disajikan pada

Seminar Antarbangsa di Universitas Bengkulu. Bengkulu. 4-5 Oktober

2004.

Adrianto, Yogi. 2008. Analisis Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap kinerja Manajerial dengan Kepuasan Kerja, Job Relevant Information dan

Kepuasan Kerja sebagai Variabel Moderating. Tesis, Program Pasca Sarjana

Magister Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang.

Andriani, N. 2013. Persepsi Kesesuaian Kompensasi Dan Rotasi Pekerjaan Terhadap Kinerja Karyawan Pt Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi Ix

Jember. Skripsi, Universitas Jember. Jember.

Azhar, A. 2009. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat pemerintah Daerah: Komitmen Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan

Sebagai Variabel Moderating. Jumal Ekonomi, Desember,Vol. 17 No. 3.

Brownell, P. dan M. McInnes. 1986. Budgetary Participation, Motivation, and

Managerial Performance.The Accounting Review, Vol. LXI October: 587-

600.

Chenhall, R.H. and P. Brownell. 1988. The Effect of Participative Budgeting on Job Satisfaction and Performance: Role Ambiguity as an Intervening Variable.

Accounting Organizations and Society. Vol. 13, No. 3. pp. 225-233

Darlis, Edfan. 2002. Analisis pengaruh Komitmen Organisasional dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dengan

Senjangan Anggaran. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5 No. 1.

Edwan, Cecep Hidayat. 2013. Pengaruh Job rotation Terhadap Motivation dan Dampaknya pada Kinerja Karyawan Pada PT. Mashill Internasional

(52)

Fatmawati, et al. 2012. Pengaruh Budaya Organisasi Dan Rotasi Pekerjaan Terhadap Motivasi Kerja Serta Implikasinya Pada Kinerja Pegawai IAIN

AR-RANIRY Banda Aceh. Skripsi. Universitas Syiah Kuala.

Galuh Worohapsari. 2005. Pengaruh Partisipasi penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Locus of Control dan Budaya Organisasi sebagai

Variabel Moderating. Skripsi, tidak di Publikasikan, Universitas

Diponegoro. Semarang.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, cetakan

IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. 2006. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial

Least Square.Semarang: Badan Penerbit-UNDIP.

Ghozali, I. 2008. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial

Least Square PLS. Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.

Hafiz, F. W. 2007. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Cakra Compact Alumunium

Industries.Skripsi.Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hafridebri. 2013. Pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial melalui

komitmen tujuan anggaran dan job relevant information sebagai variabel

intervening. Skripsi, Universitas Negeri Padang. Padang.

Hulland, J. 1999. Use of Partial Least Squares (PLS) in Strategic Management

Research: A Review of Four Recent Studies. Strategic Management Journal

20 (2): 195-204.

Husin, R. 2012. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Pimpinan dengan Desentralisasi, Budget Goal Commitment dan Job-Relevant Infortamtian

Sebagai Variabel Moderating. Tesis S2. Universitas Brawijaya. Malang.

Indriantoro, Nur dan Supomo Bambang. 2013.Metodologi Penelitian Bisnis, BPFE

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kren, L. 1992. Budgetary Participation and Managerial Performance: The Impact of

Information and Environmental Volatility, The Accounting Review, Juli,

Vol.67 No. 3, hal. 511-526.

Mahoney, T.A. Jardee dan S, J. Caroll. 1963. Development of Managerial Performance : AResearch Approach. Southwestern Publishing, Co. Cincinati, Ohio.

Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta

Milani, K. 1975. The Relationship of Participation in Budget Setting to Industrial

Supervisor Performance and Attitude: A Field Study, The Accounting

(53)

Nor, Wahyudian. 2007. Desentralisasi dan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating Dalam Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan

Kinerja Manajerial. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar.

Otley, D. 1999. Performance Management: A Framework for Management Control

System Research, Management Accounting Research, Vol. 10. pp.363-382.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Republik Indonesia. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2006 Tentang Kinerja Instansi Pemerintah.

Sabaruddinsah.2009. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja

dan Kepuasan Kerja dengan Job Relevant Information Sebagai Variabel

Intervening.Vol. 3.No. 1.Jurnal Optimal.

Sabrina, Nur.2009.Pengaruh partisipasi penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi

Sebagai Variabel Moderating.Skripsi. Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Bumi Aksara: Jakarta.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business : Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Buku 2. Salemba Empat : Jakarta.

Siegel, G. dan H. R. Marconi. 1989. Behavioral Accounting. South Western

Publishing, Co. Cincinnati, OH.

Sinuraya, Candra. 2009. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajer: Peran Kecukuan Anggaran dan Job-relevant Information

sebagai Variabel Intervening. Jurnal Akuntansi, Universitas Kristen

Maranatha Bandung, Volume 1 Nomor 1 Mei 2009.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suhartono, Ehrmann. dan Solichin, Mochammad. 2006. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Instansi Pemerintah Daerah

dengan Komitmen Organisasi Sebagai Pemoderasi. Simposium Nasional

Akuntansi X. Makasar.

Sumarno, J. 2005. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial,

(54)

Supratman, Budi R..2012. Pengaruh Kebijakan Promosi Jabatan dan Rotasi Pekerjaan Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Iskandar Muda Medan.Skripsi.Universitas Sumatera Utara. Medan.

Susilawati M. 1998.Dampak Gaya Kepemimpinan, Ketidakpastian Lingkungan, dan Informasi Job-Relevant terhadap Perceived Usefulness Sistem

Penganggaran. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 1. No.2 (Juli) pp.

219-238.

Urbach, N. and F. Ahlemann. 2010. Structural Equation Modeling in Information

Systems Research Using Partial Least Square. Journal of Information

Technology Theory and Application, 11 (2): 5-39.

Wulandari, Nur Endah. 2011. Pengaruh Penyusunan Anggaran Terhadao Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasi

Sebagai Variabel Moderating. Skripsi, tidak di publikasikan, Universitas

Referensi

Dokumen terkait

FREQUENCY DIVIDER 125MHz. CLOCK

Program aplikasi ini dapat berguna untuk menggantikan tugas seorang mekanik dalam mengatasi kerusakan sepeda motor yang berupa anjuran-anjuran teknis, namun program ini belum

Peserta PLPG menyiapkan bahan media pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang di ampu di sekolah masing-masing.. Peserta PLPG membawa Surat Tugas dari

Penulisan tesis ini bertujuan mengetahui secara jelas bagaimana kedudukan dan hubungan hukum antara peternak plasma dan perusahaan inti, juga untuk mengetahui

[r]

III IV.. Namun demikian, penambatan menyeluruh juga berhasil tertambat kesisi aktif enzim. Penambatan menyeluruh baik digunakan jika sisi aktif enzim tidak diketahui

Setelah dilakukan evaluasi terhadap dokumen penawaran yang masuk dan dinyatakan lengkap serta memenuhi syarat dengan melalui tahapan Koreksi Aritmatika, Pembuktian

Baru-baru ini rakyat Indonesia digemparkan lagi oleh pemberitaan tentang FPI di media massa, salah satunya berita yang dirilis pada portal media online antaranews.com, tanggal