• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBATALAN PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT OLEH MAHKAMAH AGUNG (Studi Putusan No. 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg dan No. 522 K/Pdt.Sus/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBATALAN PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT OLEH MAHKAMAH AGUNG (Studi Putusan No. 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg dan No. 522 K/Pdt.Sus/2012)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PEMBATALAN PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT OLEH MAHKAMAH AGUNG

(Studi Putusan No. 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg dan No. 522 K/Pdt.Sus/2012)

Oleh: Birsye Niadora

Putusan pernyataan pailit No. 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. diajukan keberatan oleh Debitor Pailit dengan menyertakan memori kasasi yang memuat alasan keberatan atas putusan pernyataan pailit tersebut. MA dalam putusannya No. 522 K/Pdt.Sus/2012. mengabulkan permohonan kasasi Debitor Pailit dan membatalkan putusan pernyataan pailit. Penelitian ini mengkaji dan membahas tentang alasan permohonan kasasi terhadap Putusan Pernyataan Pailit No. 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. dan pertimbangan MA dalam putusan No. 522 K/Pdt.Sus/2012. yang membatalkan putusan pernyataan pailit serta akibat hukum atas pembatalan putusan pernyataan pailit tersebut.

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan normatif-terapan dengan tipe pendekatan studi kasus. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi dokumen. Pengolahan data dilakukan dengan cara pemeriksaan data, rekonstruksi data dan sistematisasi data yang selanjutnya dilakukan analisis secara kualitatif.

(2)

dan membatalkan putusan pernyataan pailit dengan pertimbangan bahwa Pengadilan Niaga telah salah dalam menerapkan hukum yang berlaku karena permohonan pernyataan pailit seharusnya menjadi upaya terakhir setelah dilakukan pelelangan umum melalui Kantor Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara Surakarta. Untuk itu, permohonan pernyataan pailit tersebut dilandasi oleh itikad tidak baik karena tidak memperhatikan asas keseimbangan dan tujuan utama dikeluarkannya UUK-PKPU. Akibat hukum atas pembatalan putusan pernyataan pailit adalah status hukum Debitor Pailit dipulihkan dalam keadaan semula yaitu menjadi tidak berada dalam keadaan pailit, berakhirnya tugas pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit yang dilakukan Kurator dan Termohon Kasasi bertanggung jawab terhadap biaya kepailitan dan imbalan jasa Kurator.

(3)

PEMBATALAN PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT OLEH MAHKAMAH AGUNG

(Studi Putusan No. 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg dan No. 522 K/Pdt.Sus/2012)

Oleh

BIRSYE NIADORA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 12 Agustus 1993 dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Riza Fahlipi, S.H. dan Ibu Yuniarti.

Penulis mengawali pendidikan di TK Bayangkari Nanggroe Aceh Darussalam yang diselesaikan pada tahun 1999, SD Negeri 1 Langkapura Bandar Lampung pada tahun 2005, SMP Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2008, SMA Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2011. Penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN pada tahun 2011.

(7)

PERSEMBAHAN

Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan skripsiku ini kepada:

Papa Riza Fahlipi, S.H. dan Mama Yuniarti,

Yang selama ini telah banyak berkorban, selalu berdoa dan menantikan keberhasilanku

Kepada adikku tersayang Andika Lambarindo,

Yang selalu memberikan semangat, mendukung, dan mendoakanku Almamater tercinta Universitas Lampung

(8)

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

(QS. Ar- Rad 13:11)

Pekerjaan besar tidak dihasilkan dari kekuatan, melainkan oleh ketekunan (Samuel Johnson)

Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya

(Abraham Lincoln)

(9)

SANWACANA

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pembatalan Putusan Pernyataan Pailit Oleh Mahkamah Agung (Studi Putusan No. 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg dan No. 522 K/Pdt.Sus/2012)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

(10)

5. Ibu Yulia Kusuma Wardani, S.H., L.L.M., selaku Pembimbing II yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

6. Ibu Yennie Agustin, M.R., S.H., M.H., selaku Pembahas I yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini;

7. Ibu Dianne Eka Rusmawati S.H., M.Hum, selaku Pembahas II yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini;

8. Bapak Armen Yasir, S.H.,M.Hum., selaku Pembimbing Akademik, yang telah membantu Penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

9. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi Penulis;

10. Teristimewa untuk kedua orang tuaku Papa Riza Fahlipi, S.H. dan Mama Yuniarti yang tiada henti memberikan kasih sayang, semangat dan doa yang tak pernah putus untuk kebahagian dan kesuksesanku;

11. Adik-adikku Andika Lambarindo, Wenda Yulisa dan Chandra Anwar, terima kasih karena selalu mendoakan dan menyemangatiku;

12. Untuk semua keluarga besarku, terima kasih untuk perhatian dan doa-doa serta motivasi dalam pembuatan skripsi ini;

(11)

14. Angga Adiyama Dasa Putra, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

15. Sahabat-sahabatku tersayang Esti Yuliani, Novita Anggraini, Shafiratunnisa, Zuliyani, Yola Dwi Anggraeni, Eva Rohmaniyah, Yuniar Ana Fitri, Rani Utami, Chelsilia Hernidons, Jimmy Septian, Try Gilbert Hutagalung, Annisaa Toriqi, Aisyah Muda Cemerlang, Andre Jevi Surya, Pratika Asti, Mutiara Fitri Rani Putri, Nadya Oktami, Martha Sri W, Ririn, terimakasih untuk persahabatan selama ini semoga kita bisa tetap saling membantu dan menyemangati satu sama lain;

16. Teman-teman seperjuangan Jurusan Perdata dan seluruh teman-teman Fakultas Hukum angkatan 2011, terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan masa perkuliahan ini.

17. Keluarga besar BEM-U Kabinet Kritis Melayani, UKMF PSBH, Tim NMCC UP 2012, kalian adalah keluarga yang luar biasa, terima kasih untuk kebersamaan, pengalaman dan ilmu yang berharga yang tidak Penulis temukan dalam perkuliahan;

18. Teman-teman KKN dan warga Desa Bojong, Kecamatan Sekampung Udik, Lampung Timur. Debby, Devi, Chairman, Danny, Aris, Delsen, Anton, Pak Lurah Bojong, Bu Roro, Bunda, Om Mahmud, Bang Arif, Nyaik terima kasih untuk kebersamaannya selama 40 hari;

(12)

membacanya, khususnya bagi Penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP

MOTO

HALAMAN PERSEMBAHAN SANWACANA

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 5

C. Ruang Lingkup ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Kepailitan ... 8

1. Pengertian Pailit dan Kepailitan ... 8

2. Dasar Hukum Kepailitan ... 10

3. Syarat-Syarat Mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit ... 12

4. Pihak-Pihak yang Berhak Mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit ... 15

5. Tata Cara Pengajuan Permohonan Pernyataan Pailit ... 18

(14)

2. Peninjauan Kembali ... 30

C. Kerangka Pikir ... 31

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34

B. Tipe Penelitian ... 34

C. Pendekatan Masalah ... 35

D. Sumber Data dan Jenis Data ... 35

E. Metode Pengumpulan data ... 37

F. Metode Pengolahan Data ... 38

G. Analisis Data ... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Alasan Permohonan Kasasi atas Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga ... 39

1. Permohonan Kasasi Diajukan dalam Jangka Waktu yang Ditentukan dalam UUK-PKPU ... 40

2. Putusan Pernyataan Pailit Diucapkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga Melebihi Jangka Waktu yang Ditetapkan dalam UUK-PKPU ... 41

3. Majelis Hakim Pengadilan Niaga Telah Salah dan Keliru dalam Menerapkan Hukum Karena Kurangnya Subjek Hukum dalam Permohonan Pernyataan Pailit ... 42

4. Majelis Hakim Pengadilan Niaga Telah Salah dan Keliru dalam Menerapkan Hukum Karena Tidak Mempertimbangkan Keberatan Para Termohon Pailit ... 44

(15)

B. Pertimbangan Mahkamah Agung atas Pembatalan Putusan

Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga ... 53 1. Permohonan Pernyataan Pailit Merupakan Upaya

Terakhir (Ultimum Remidium) dalam Penyelesaian

Utang Debitor Kepada Kreditor ... 54 2. Permohonan Pernyataan Pailit yang Diajukan Oleh

Pemohon Pailit Dilandasi pada Itikad Tidak Baik ... 56 C. Akibat Hukum atas Pembatalan Putusan Pernyataan Pailit

Pengadilan Niaga ... 58 1. Kedudukan Hukum Debitor Pailit Berubah Menjadi

Tidak Pailit ... 59 2. Berakhirnya Tugas Pengurusan dan/atau Pemberesan

yang Dilakukan Kurator atas Harta Pailit ... 60 3. Biaya Kepailitan dan Imbalan Jasa Kurator Menjadi

Tanggung Jawab Termohon Kasasi ... 62

V. KESIMPULAN

Kesimpulan ... 64

DAFTAR PUSTAKA

(16)

A. Latar Belakang

Seseorang atau badan hukum yang sedang menjalankan kegiatan usaha tentu saja membutuhkan tambahan dana agar usaha yang dimiliki semakin berkembang. Tambahan dana itu dapat diperoleh melalui lembaga bank atau lembaga non-bank. Lembaga bank yang menyalurkan pinjaman dana kepada masyarakat biasanya dalam bentuk kredit. Secara umum, penyaluran kredit adalah kegiatan bisnis meminjamkan dana kepada masyarakat berdasarkan pinjam-meminjam yang disertai dengan bunga yang sudah ditentukan dan wajib dilunasi bersama utangnya pada akhir jangka waktu yang sudah ditentukan.1

Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh bank dalam rangka menyalurkan kredit kepada calon penerima kredit (debitor) yaitu prospek usaha yang akan dibiayai dan jaminan yang diberikan. Apabila kredit itu disertai dengan jaminan maka setidaknya nilai jaminan itu sama dengan jumlah kredit yang diterima oleh debitor. Jaminan itu dapat berupa barang bergerak (hak gadai dan hak fidusia), barang tidak bergerak (hak tanggungan dan hak hipotik) atau jaminan orang yaitu pihak ketiga yang akan melunasi utang jika debitor wanprestasi. Hal ini bertujuan untuk meyakinkan bank bahwa kredit yang

1

(17)

2

dimohonkan oleh debitor itu layak dan dapat dipercaya karena kemungkinan kredit akan sulit dilunasi dan cenderung macet.2

Apabila setelah mendapatkan tambahan dana ternyata usaha yang dijalankan debitor tidak berkembang dan kesulitan melunasi utangnya maka debitor dapat melakukan penyelesaian utang-piutang melalui pengadilan yang berwenang yaitu dengan proses penundaan kewajiban pembayaran utang atau kepailitan.

Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. Istilah pailit dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang oleh pengadilan dinyatakan berhenti membayar utangnya.3 Sedangkan istilah kepailitan yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, selanjutnya disingkat UUK-PKPU, adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan/atau pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas. Dari pengertian pailit di atas, terdapat unsur utang yang menunjukkan bahwa kepailitan timbul atas dasar adanya perjanjian utang-piutang yang dilakukan antara debitor (orang yang mempunyai utang) dan kreditor (orang yang mempunyai piutang) sebelumnya. Kepailitan merupakan upaya yang dilakukan kreditor untuk memperoleh hartanya kembali (piutang) melalui pengadilan yang berwenang.

Seorang debitor yang tidak membayar utangnya yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit melalui permohonan pernyataan pailit yang diajukan ke pengadilan niaga pada pengadilan negeri. Permohonan itu dapat diajukan oleh

2

Ibid., hlm. 312. 3

(18)

debitor itu sendiri, kreditor atau pihak lain. Permohonan pernyataan pailit harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Ayat (1) UUK-PKPU yaitu seorang debitor mempunyai 2 (dua) atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Apabila syarat-syarat untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit itu terpenuhi maka pengadilan niaga mengabulkan permohonan pernyataan pailit dan menyatakan debitor dalam keadaan pailit.

Upaya hukum yang dapat dilakukan terhadap putusan pernyataan pailit itu adalah kasasi ke Mahkamah Agung. Pada tingkat kasasi, Majelis Hakim tidak memeriksa kembali perkara tersebut namun hanya terbatas memeriksa penerapan hukum yang telah dilakukan oleh pengadilan niaga. Permohonan kasasi itu dapat diajukan oleh debitor, kreditor atau pihak lain yang merasa tidak puas terhadap putusan pernyataan pailit. Permohonan kasasi yang diajukan wajib melampirkan memori kasasi yang berisi alasan-alasan pengajuan kasasi.

Mahkamah Agung yang telah mempelajari permohonan kasasi tersebut, akan menetapkan tanggal sidang pemeriksaan yang dilakukan paling lambat 20 (dua puluh) hari sejak permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung dan putusan atas permohonan kasasi diucapkan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.

(19)

4

pengadilan niaga. Hal ini membuktikan bahwa tidak selamanya putusan Mahkamah Agung akan menguatkan putusan pernyataan pailit pengadilan niaga seperti yang terjadi pada perkara kepailitan dengan putusan Mahkamah Agung Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012 yang akan dijadikan kajian dan pembahasan dalam penelitian ini. Putusan Mahkamah Agung pada tingkat kasasi ini lahir dari adanya upaya hukum terhadap Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. yang merupakan putusan atas permohonan pernyataan pailit dari kreditor terhadap debitor. Perkara itu berawal dari perjanjian utang-piutang antara Tuan Jung Dianto dan Nyonya Lily Eriani Budiono (Debitor) dengan PT. Bank Internasional Indonesia (Kreditor) pada tanggal 28 Agustus 2007 dengan jangka waktu sampai tanggal 25 September 2011. Setelah utang tersebut jatuh waktu, Debitor tidak melunasi utangnya kepada Kreditor walaupun telah diberikan beberapa kali somasi dan ternyata Debitor juga memiliki utang kepada Kreditor lain yaitu PT. Bank UOB Indonesia Cabang Solo yang juga telah jatuh waktu. Atas dasar itulah PT. Bank Internasional Indonesia (Pemohon Pailit) mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap pasangan suami istri Tuan Jung Dianto dan Nyonya Lily Eriani Budiono (Para Termohon Pailit) ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang. Hasil dari Putusan Pengadilan Niaga Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. mengabulkan permohonan pernyataan pailit dari Pemohon Pailit dan menyatakan Para Termohon Pailit berada dalam keadaan pailit.

(20)

Para Termohon Pailit, Mahkamah Agung melalui Putusan Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012 mengabulkan permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi (Para Termohon Pailit) dan mengeluarkan putusan yang isinya bukan menguatkan hasil putusan pengadilan niaga yang menyatakan Para Termohon Pailit berada dalam keadaan pailit, melainkan membatalkan Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. tersebut.

Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012. yang berisi pembatalan Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. maka kajian dalam penelitian ini adalah alasan Mahkamah Agung dalam membatalkan putusan pernyataan pailit pengadilan niaga tersebut. Hal inilah yang membuat Penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012. Hasil penelitian ini penulis tuangkan dalam skripsi yang berjudul “Pembatalan Putusan Pernyataan Pailit oleh Mahkamah Agung (Studi Putusan Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg dan Putusan Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012)”.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pertimbangan Mahkamah Agung dalam membatalkan putusan pernyataan pailit pengadilan niaga? Untuk itu, pokok bahasan dalam penelitian ini adalah:

1. Alasan permohonan kasasi atas putusan pernyataan pailit pengadilan niaga. 2. Pertimbangan Mahkamah Agung atas pembatalan putusan pernyataan pailit

(21)

6

3. Akibat hukum atas pembatalan putusan pernyataan pailit pengadilan niaga.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi lingkup pembahasan dan lingkup bidang ilmu. Lingkup pembahasan adalah mengkaji Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012. yaitu mengenai alasan permohonan kasasi atas putusan pernyataan pailit pengadilan niaga, pertimbangan Mahkamah Agung atas pembatalan putusan pernyataan pailit pengadilan niaga dan akibat hukum atas pembatalan putusan pernyataan pailit pengadilan niaga. Sedangkan lingkup bidang ilmu adalah hukum keperdataan (ekonomi), khususnya hukum kepailitan.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Memperoleh analisis lengkap, rinci dan sistematis mengenai alasan

permohonan kasasi atas putusan pernyataan pailit pengadilan niaga.

2. Memperoleh analisis lengkap, rinci dan sistematis mengenai pertimbangan Mahkamah Agung atas pembatalan putusan pernyataan pailit pengadilan niaga.

(22)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini mencakup manfaat teoritis dan praktis yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu dibidang hukum ekonomi yang berkenaan dengan hukum kepailitan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian ini secara praktis adalah:

a. Sebagai upaya pengembangan kemampuan dan pengetahuan hukum bagi Penulis khususnya mengenai pertimbangan Mahkamah Agung atas pembatalan putusan pernyataan pailit pengadilan niaga.

b. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan khususnya bagi mahasiswa Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Kepailitan 1. Pengertian Pailit dan Kepailitan

Kepailitan secara etimologi berasal dari kata pailit. Istilah pailit berasal dari kata Belanda yaitu failliet yang mempunyai arti ganda yaitu sebagai kata benda dan sebagai kata sifat. Istilah failliet sendiri berasal dari Perancis yaitu faillite yang berarti pemogokan atau kemacetan pembayaran.4

Sedangkan dalam bahasa Indonesia pailit diartikan bangkrut. Pailit adalah suatu keadaan dimana seorang debitor tidak membayar utang-utangnya yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih.5

Menurut R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, pailit adalah keadaan seorang debitor apabila ia telah menghentikan pembayaran utang-utangnya. Suatu keadaan yang menghendaki campur tangan Majelis Hakim guna menjamin kepentingan bersama dari para kreditornya.6

Martias gelar Iman Radjo Mulano mengemukakan pailit sebagaimana yang ditentukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Pdt) yaitu seluruh harta dari kekayaan debitor menjadi jaminan untuk seluruh utang-utangnya. Pailit merupakan penyitaan umum atas seluruh kekayaan debitor untuk kepentingan

4

Victor Situmorang & Soekarso, 1994,Pengantar Hukum Kepailitan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 18.

5

Zaeny Asyhadie, 2005,Hukum Bisnis Proses dan Pelaksanaannya di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 225.

6

(24)

kreditor secara bersama-sama.7 Siti Soemarti Hartono mengartikan dengan lebih sederhana yaitu pailit berarti mogok melakukan pembayaran.8

Kartono mengartikan kepailitan sebagai suatu sitaan umum dan eksekusi atas seluruh kekayaan debitor untuk kepentingan semua kreditornya.9 Sedangkan pengertian kepailitan berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, selanjutnya disingkat UUK-PKPU, adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan/atau pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas.

Berdasarkan definisi atau pengertian yang diberikan para sarjana di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kepailitan merupakan suatu keadaan dimana seorang debitor berhenti membayar utang-utangnya kepada kreditor. Debitor itu dapat dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga atas permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh debitor itu sendiri atau kreditor. Terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit tersebut, pengadilan niaga dapat menunjuk Kurator untuk melakukan pengurusan dan/atau pemberesan terhadap harta debitor pailit. Kurator kemudian membagikan harta debitor pailit kepada para kreditor sesuai dengan piutangnya masing-masing.

Istilah pailit berbeda dengan istilah penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). PKPU adalah suatu keadaan dimana seorang debitor tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang

7

Martias gelar Iman Radjo Mulano, 1969,Pembahasan Hukum; Penjelasan-Penjelasan Istilah-Istilah Hukum Belanda Indonesia untuk Studi dan Praktik, PD. Sumut, Medan.

8

Siti Soemarti Hartono, 1981,Pengantar Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran, Seksi Hukum Dagang FH UGM, Yogyakarta.

9

(25)

10

sudah jatuh waktu dan dapat ditagih. Namun, dalam skripsi ini Penulis tidak membahas mengenai PKPU melainkan hanya membahas mengenai pailit dan kepailitan.

2. Dasar Hukum Kepailitan

Pengaturan mengenai kepailitan di Indonesia telah ada sejak berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel) Buku III tentang Ketidakmampuan Pedagang yang hanya berlaku bagi pedagang dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (Reglement op de Rechtsvordering Staatblads 1847-52 jo. 1849-63) Buku III Bab VII tentang Keadaan Nyata-Nyata Tidak Mampu yang berlaku bagi orang-orang bukan pedagang. Dua aturan kepailitan tersebut kemudian dicabut dan diganti dengan Undang-Undang tentang Kepailitan (Faillissements Verordening Staatblads 1905 Nomor 217 jo. Staatblads 1906 Nomor 348) yang berlaku bagi semua orang, baik pedagang maupun bukan pedagang, baik perseorangan maupun badan hukum.

(26)

menjadi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998, namun perubahan tersebut belum juga memenuhi perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat sehingga dibentuk Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UUK-PKPU).

UUK-PKPU ini mempunyai cakupan lebih luas baik dari segi norma, ruang lingkup materi, maupun proses penyelesaian utang-piutang. Cakupan yang lebih luas tersebut diperlukan karena adanya perkembangan dan kebutuhan hukum dalam masyarakat sedangkan ketentuan yang selama ini berlaku belum memadai sebagai sarana hukum untuk menyelesaikan masalah utang-piutang secara adil, cepat, terbuka dan efektif. Beberapa pokok materi baru yang diatur dalam UUK-PKPU ini antara lain diatur secara tegas mengenai batasan dalam pengertian utang dan pengertian jatuh waktu, mengenai syarat-syarat dan prosedur permohonan pernyataan pailit dan permohonan PKPU termasuk pemberian jangka waktu secara pasti bagi pengambilan putusan atas permohonan pernyataan pailit dan PKPU, oleh karena itu undang-undang ini masih berlaku sampai sekarang karena sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat.

Tujuan dikeluarkannya UUK-PKPU adalah untuk:

a. Menghindari pertentangan apabila ada beberapa kreditor pada waktu yang sama meminta pembayaran piutangnya dari debitor;

(27)

12

c. Menghindari adanya kecurangan yang dilakukan oleh debitor sendiri seperti melarikan harta kekayaan debitor untuk melepaskan tanggung jawab terhadap kreditor;

d. Membagikan harta debitor secara adil dan seimbang menurut besar atau kecilnya piutang masing-masing kreditor.10

3. Syarat-Syarat Mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit

Syarat-syarat untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit ke pengadilan niaga merupakan hal yang sangat penting karena apabila permohonan pernyataan pailit tidak memenuhi syarat-syarat yang terdapat dalam UUK-PKPU maka pengadilan niaga tidak akan mengabulkan permohonan pernyataan pailit tersebut.

Berdasarkan Pasal 2 Ayat (1) UUK-PKPU yang menyebutkan bahwa Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Ayat (1) UUK-PKPU di atas maka syarat-syarat untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap debitor adalah sebagai berikut:

a. Debitor memiliki dua kreditor atau lebih

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Ayat (1) UUK-PKPU seorang debitor dapat dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga apabila mempunyai dua kreditor atau lebih (concursus creditorum). Syarat ini merupakan pelaksanaan dari ketentuan

10

(28)

Pasal 1132 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa harta kekayaan debitor merupakan jaminan bersama bagi para kreditor dan hasil penjualan harta debitor harus dibagikan kepada kreditor sesuai dengan jumlah piutangnya, kecuali jika diantara kreditor itu berdasarkan undang-undang harus didahulukan dalam pembagiannya.11

Ada 3 macam kreditor yang dikenal dalam KUH Perdata yaitu:

(1) Kreditor konkuren adalah para kreditor yang memperoleh pelunasan berdasarkan pada besarnya piutang masing-masing. Para kreditor konkuren mempunyai kedudukan yang sama atas pelunasan utang dari harta debitor tanpa ada yang didahulukan.

(2) Kreditor preferen adalah kreditor yang oleh undang-undang diberikan hak istimewa untuk mendapatkan pelunasan piutang terlebih dahulu dibandingkan kreditor lainnya. Hak istimewa ini diberikan berdasarkan sifat piutangnya yang harus didahulukan.

(3) Kreditor separatis adalah kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yaitu hipotek, gadai, hak tanggungan dan fidusia. Kreditor separatis ini dipisahkan dan tidak termasuk dalam pembagian harta debitor pailit. Kreditor ini dapat mengeksekusi sendiri haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Akan tetapi, hak eksekusi jaminan utang tersebut tidak dapat dilakukan oleh kreditor separatis setiap waktu, kreditor harus menunggu dengan jangka waktu

11

(29)

14

penangguhan paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal putusan atas permohonan pernyataan pailit diucapkan.12

b. Syarat adanya utang

Pihak yang mengajukan permohonan pernyataan pailit harus dapat membuktikan bahwa debitor itu mempunyai utang kepadanya. UUK-PKPU mendefinisikan utang dalam Pasal 1 angka 6 yaitu sebagai kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib terpenuhi oleh debitor, bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapatkan pemenuhannya dari harta kekayaan debitor.

c. Salah satu utang telah jatuh waktu dan dapat ditagih

Pasal 2 Ayat (1) UUK-PKPU menyebutkan bahwa syarat utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Dalam Penjelasan Pasal 2 Ayat (1) UUK-PKPU yaitu kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah diperjanjikan, percepatan waktu penagihannya sebagaimana diperjanjikan, pengenaan sanksi atau denda oleh instansi yang berwenang maupun karena putusan pengadilan, arbiter, atau majelis arbitrase.

Suatu permohonan pernyataan pailit haruslah dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit telah dipenuhi. Oleh karena itu, apabila dalam sidang pengadilan terbukti bahwa ada satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih serta tidak dapat

12

(30)

dibayar oleh debitor maka pengadilan menyatakan bahwa debitor dalam keadaan pailit.13

4. Pihak-Pihak yang Berhak Mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit Salah satu pihak yang terlibat dalam perkara kepailitan adalah pihak pemohon pailit yaitu pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit ke pengadilan niaga. Pihak-pihak pemohon pailit berdasarkan ketentuan Pasal 2 Ayat (1) UUK-PKPU yaitu Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Ayat (1) UUK-PKPU di atas maka dapat disimpulkan bahwa pihak-pihak yang berhak mengajukan permohonan pernyataan pailit ke pengadilan niaga adalah sebagai berikut:

a. Debitor sendiri

Permohonan pernyataan pailit yang diajukan sendiri oleh debitor (voluntary petition) menandakan bahwa permohonan pernyataan pailit bukan saja dapat diajukan untuk kepentingan para kreditornya tetapi dapat pula diajukan untuk kepentingan debitor sendiri. Debitor harus dapat mengemukakan dan membuktikan bahwa ia memiliki lebih dari satu kreditor dan tidak membayar salah satu utang kreditornya yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Tanpa membuktikan hal itu maka pengadilan akan menolak permohonan pernyataan pailit tersebut.

13

(31)

16

b. Seorang atau lebih kreditor

Syarat seorang kreditor untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit tentu sama dengan syarat yang harus dipenuhi debitor dalam mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap dirinya karena landasan bagi keduanya adalah Pasal 2 Ayat (1) UUK-PKPU.

Selain itu, UUK-PKPU juga mengatur mengenai pihak-pihak diluar perjanjian utang-piutang antara debitor dan kreditor yang bisa mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap debitor-debitor tertentu, yaitu:

a. Kejaksaan

Permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh kejaksaan diatur dalam ketentuan Pasal 2 Ayat (2) UUK-PKPU. Kejaksaan dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit untuk kepentingan umum dengan syarat bahwa ketentuan dalam Pasal 2 Ayat (1) UUK-PKPU terpenuhi dan tidak ada pihak yang mengajukan permohonan pernyataan pailit atas debitor itu.

Kepentingan umum dalam Penjelasan Pasal 2 Ayat (2) UUK-PKPU adalah kepentingan bangsa dan negara dan/atau kepentingan masyarakat luas misalnya: (1) Debitor melarikan diri;

(2) Debitor menggelapkan bagian dari harta kekayaan;

(3) Debitor mempunyai utang kepada Badan Usaha Milik Negara atau badan usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat;

(32)

(5) Debitor beritikad tidak baik atau tidak koperatif dalam menyelesaikan masalah utang-piutang yang telah jatuh waktu;

(6) Dalam hal lainnya yang menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum.

Adapun tata cara pengajuan permohonan pernyataan pailit oleh kejaksaan adalah sama dengan permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh debitor atau kreditor, hanya saja permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh kejaksaan dilakukan tanpa menggunakan jasa advokat.

b. Bank Indonesia

Permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh Bank Indonesia diatur dalam ketentuan Pasal 2 Ayat (3) UUK-PKPU. Apabila debitor merupakan bank maka permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Bank Indonesia. Pengajuan permohonan pernyataan pailit tersebut harus didasarkan atas penilaian kondisi keuangan dan perbankan secara keseluruhan.

c. Bapepam

(33)

18

d. Menteri Keuangan

Menteri Keuangan dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit apabila debitor merupakan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang kepentingan publik berdasarkan ketentuan dalam Pasal 2 Ayat (5) UUK-PKPU.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pihak-pihak pemohon pailit dapat dilakukan oleh debitor atau kreditor dari perjanjian utang-piutang itu sendiri ataupun pihak lain (lembaga pemerintah) yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan perjanjian utang-piutang antara debitor dan kreditor.

5. Tata Cara Pengajuan Permohonan Pernyataan Pailit

Dalam perkara kepailitan, apabila kreditor tidak memperoleh pelunasan piutangnya yang telah jatuh waktu dari debitor maka kreditor itu dapat melakukan penyelesaian utang-piutang melalui pengadilan niaga dengan mengajukan permohonan pernyataan pailit. Penyelesaian utang-piutang melalui pengadilan ini memudahkan kreditor untuk mendapatkan piutangnya kembali dari debitor yang beritikad tidak baik atau sebaliknya yaitu melindungi debitor dari kreditor yang ingin mendapatkan piutangnya kembali dengan cara menguasai harta debitor tanpa memperhatikan kepentingan kreditor lainnya.14

Pengadilan niaga merupakan pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan peradilan umum. Pengadilan niaga diberikan kewenangan untuk menangani seluruh perkara yang berhubungan dengan permohonan pernyataan pailit dan PKPU. Selain itu pengadilan niaga juga diberikan kewenangan untuk memeriksa

14

(34)

dan memutuskan perkara lain dibidang perniagaan.15 Berdasarkan Penjelasan UUK-PKPU bahwa tujuan utama dibentuknya pengadilan niaga adalah agar dapat menjadi sarana hukum bagi penyelesaian utang-piutang antara debitor dan kreditor secara cepat, adil, terbuka dan efektif.

Pengadilan niaga yang pertama kali di Indonesia dibentuk di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang pembentukannya berdasarkan ketentuan Pasal 281 Ayat (1) Perpu Nomor 1 Tahun 1998. Pada saat pertama kali dibentuk, pengadilan ini berwenang untuk menerima permohonan Kepailitan dan PKPU yang meliputi seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan Pasal 281 Ayat (2) Perpu Nomor 1 Tahun 1998, pembentukan pengadilan niaga dilakukan secara bertahap dengan Keputusan Presiden. Kemudian dengan Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1999 pemerintah membentuk pengadilan niaga pada 4 (empat) wilayah pengadilan negeri lainnya yaitu di Pengadilan Negeri Ujung Pandang, Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan Negeri Surabaya dan Pengadilan Negeri Semarang.

Dengan dibentuknya 4 (empat) pengadilan niaga tersebut maka pembagian wilayah yurisdiksi relatifnya adalah sebagai berikut:16

a. Daerah hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Ujung Pandang meliputi wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi tengah, Sulawesi Utara, Maluku dan Irian Jaya.

b. Daerah hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan meliputi wilayah Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Daerah Istimewa Aceh.

15

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, 2000,Seri Hukum Bisnis: Kepailitan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 136.

16

(35)

20

c. Daerah hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya meliputi wilayah Provinsi Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. d. Daerah hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang meliputi

wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dengan pembagian kewenangan tersebut maka Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hanya terbatas pada daerah hukum yang meliputi Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Lampung, Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat.

(36)

a. Debitor, dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan oleh kreditor, Kejaksaan, Bapepam, Bank Indonesia atau Menteri Keuangan;

b. Kreditor, dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan oleh debitor dan terdapat keraguan jika syarat untuk dinyatakan pailit telah terpenuhi.

Apabila dalam sidang pemeriksaan terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit telah terpenuhi maka permohonan pernyataan pailit tersebut harus dikabulkan. Fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana tersebut adalah fakta dua atau lebih kreditor dan fakta utang yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar.

Selama putusan pernyataan pailit belum diucapkan, setiap kreditor, kejaksaan, Bank Indonesia, Bapepam atau Menteri Keuangan dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan debitor dan menunjuk Kurator sementara (Balai Harta Peninggalan atau orang yang ditunjuk pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta pailit) untuk mengawasi pengelolaan usaha debitor, pembayaran kepada kreditor dan pengalihan kekayaan debitor.

Putusan pernyataan pailit harus diucapkan paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan. Hal ini merupakan perwujudan dari asas peradilan cepat, murah dan sederhana.

(37)

22

permohonan pernyataan pailit tersebut diajukan suatu upaya hukum. Dari rumusan pasal di atas dapat disimpulkan bahwa putusan atas permohonan pernyataan pailit mempunyai sifat “dapat dilaksanakan terlebih dahulu” yang sering disebut dengan

putusan serta-merta (uitvoerbaar bij voorraad).17 Putusan serta-merta yaitu suatu putusan yang dapat dilaksanakan atau dieksekusi terlebih dahulu meskipun putusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal 16 UUK-PKPU juga menentukan Kurator berwenang untuk melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan atas harta pailit sejak tanggal putusan atas permohonan pernyataan pailit diucapkan meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Berdasarkan dua pasal tersebut, jelas bahwa putusan atas permohonan pernyataan pailit merupakan putusan yang serta-merta.

Pelaksanaan putusan serta-merta mempunyai kelemahan dan kelebihan. Beberapa kelebihan dari putusan serta-merta yaitu:

a. Dilaksanakannya eksekusi dari putusan serta-merta merupakan pengamalan asas peradilan yang bersifat murah, cepat dan sederhana.

b. Putusan serta-merta merupakan sarana untuk mempermudah dan memperlancar proses acara peradilan.

c. Putusan serta-merta merupakan salah satu sarana untuk melindungi kreditor dari sikap debitor yang beritikad tidak baik.18

Kelemahan dari putusan serta merta yaitu jika putusan tersebut dibatalkan oleh Mahkamah Agung maka segala tindakan hukum yang telah dijalankan

17

Ibid., hlm. 101.

18

(38)

sehubungan dengan putusan itu sulit untuk dipulihkan ke keadaan semula.19 Hal ini berhubungan dengan tindakan yang telah dilakukan Kurator dalam pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit namun berdasarkan Pasal 16 Ayat (2) UUK-PKPU ditentukan bahwa segala tindakan hukum yang telah dilakukan Kurator adalah tetap sah dan mengikat para pihak sehingga tidak perlu mengembalikan ke keadaan semula.20

6. Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit

Putusan pernyataan pailit pengadilan niaga akan membawa akibat bagi debitor dan kreditor. Akibat hukum dari putusan pernyataan pailit itu diatur dalam Pasal 21 UUK-PKPU yaitu meliputi seluruh kekayaan debitor pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. Debitor yang dinyatakan pailit kehilangan segala hak perdatanya untuk mengurus dan menguasai harta kekayaan yang telah dimasukkan ke dalam harta pailit namun debitor yang dinyatakan pailit itu tetap dapat melakukan perbuatan hukum yang menyangkut dirinya karena kepailitan hanya berakibat pada harta kekayaan debitor pailit, bukan mengenai diri pribadi debitor pailit.

Apabila seorang debitor pailit itu sudah menikah maka kepailitan juga berlaku bagi istri atau suaminya yang menikah atas dasar persatuan harta. Ketentuan ini mengakibatkan seluruh harta istri atau suami yang termasuk ke dalam persatuan harta juga terkena sita kepailitan. Namun ketentuan ini tidak berlaku bagi harta bawaan dari istri atau suami dan harta yang merupakan hadiah atau warisan.21

19

Ibid.

20

Ibid., hlm. 105.

21

(39)

24

Untuk perusahaan yang bukan badan hukum yaitu Firma dan Persekutuan Komanditer (CV) kepailitan tidak dijatuhkan kepada persekutuannya tetapi yang dinyatakan pailit adalah sekutunya. Para sekutu masing-masing bertanggung jawab sepenuhnya terhadap perikatan-perikatan persekutuan tersebut maka utang-utang yang tidak dibayar oleh persekutuan adalah utang-utang-utang-utang dari para sekutu Firma dan CV.22 Apabila CV mengalami kepailitan maka yang bertanggung jawab secara hukum adalah sekutu komplementer karena sekutu komplementer merupakan sekutu pengurus yang bertanggung jawab atas jalannya persekutuan, sedangkan tanggung jawab sekutu komanditer hanya terbatas pada sejumlah modal yang disetorkan saja.23

Pasal 69 Ayat (1) UUK-PKPU menentukan bahwa Kurator berwenang melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit untuk kepentingan kreditor dan debitor dengan pengawasan Hakim Pengawas. Pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit itu dilaksanakan sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.

Dalam hal debitor pailit adalah perusahaan yang berbadan hukum yaitu Perseroan Terbatas maka berdasarkan ketentuan Pasal 104 UUK-PKPU yang menentukan bahwa atas persetujuan panitia kreditor sementara, Kurator dapat melanjutkan usaha debitor yang dinyatakan pailit walaupun terhadap putusan pernyataan pailit tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Dari ketentuan pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang dinyatakan pailit kehilangan haknya untuk mengurus perusahaan itu namun kepailitan tidak secara langsung membuat perusahaan itu berhenti menjalankan operasional perusahaan karena Kurator yang

22

Adrian Sutedi, 2009,Hukum Kepailitan, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm. 26.

23

(40)

akan mengambil alih perusahaan itu dengan melanjutkan usaha debitor pailit.24 Dengan diteruskannya usaha debitor pailit itu maka ada beberapa keuntungan yang diperoleh yaitu:

a. Dapat menambah harta debitor pailit dengan keuntungan-keuntungan yang mungkin diperoleh dari perusahaan itu;

b. Ada kemungkinan debitor pailit akan dapat membayar utang-utangnya secara penuh;

c. Ada kemungkinan tercapainya suatu perdamaian.25

Apabila dalam masa pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit itu ternyata putusan pernyataan pailit dibatalkan oleh Mahkamah Agung karena adanya upaya hukum kasasi atau peninjauan kembali maka pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit yang telah dilakukan Kurator sebelum pembatalan putusan itu adalah tetap sah dan mengikat debitor. Setelah putusan pernyataan pailit itu dibatalkan maka Majelis Hakim menetapkan jumlah biaya kepailitan yang timbul dan imbalan jasa Kurator.26 Biaya-biaya tersebut dibebankan kepada pemohon pailit dan debitor dalam perbandingan yang ditetapkan oleh Majelis Hakim. Untuk pelaksanaan pembayaran biaya kepailitan dan imbalan jasa Kurator tersebut, Kurator dapat memohonkan kepada Ketua Pengadilan untuk mengeluarkan penetapan eksekusi. Terhadap penetapan biaya dan pemberesan ini tidak dapat diajukan upaya hukum apapun untuk melawannya.

24

Adrian Sutedi,Loc. Cit.

25

Zainal Asikin, 2000,Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 54.

26

(41)

26

B. Upaya Hukum terhadap Putusan Pernyataan Pailit

Setelah pengadilan niaga menjatuhkan putusan pernyataan pailit terhadap debitor maka upaya yang dapat dilakukan terhadap putusan tersebut adalah upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung atau peninjauan kembali. Apabila ada pihak yang merasa tidak puas terhadap putusan pernyataan pailit itu maka pihak tersebut dapat melakukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung dengan jangka waktu 8 (delapan) hari setelah putusan pernyataan pailit itu diucapkan dan setelah lewat dari jangka waktu pengajuan kasasi maka putusan pernyataan pailit itu mempunyai kekuatan hukum tetap. Terhadap putusan pernyataan pailit yang mempunyai kekuatan hukum tetap tersebut dapat dilakukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.

Berdasarkan uraian di atas maka upaya hukum terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kasasi

(42)

mengenai hasil pembuktian yang bersifat penghargaan terhadap suatu kenyataan tidak dapat dipertimbangkan atau tidak termasuk dalam pemeriksaan kasasi.27

Dalam perkara kepailitan, upaya hukum kasasi dapat diajukan oleh debitor atau kreditor yang merupakan pihak pada persidangan tingkat pertama dan kreditor lain yang bukan merupakan pihak pada persidangan tingkat pertama karena merasa tidak puas terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit sebagaimana ketentuan Pasal 11 Ayat (3) UUK-PKPU.

Permohonan kasasi ke Mahkamah Agung diajukan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 8 (delapan) hari setelah tanggal putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan. Permohonan kasasi itu wajib menyampaikan memori kasasi yang memuat alasan-alasan diajukannya kasasi, jika hal ini tidak dipenuhi oleh pemohon kasasi maka permohonan kasasi yang diajukan tidak dapat diterima oleh Mahkamah Agung karena memori kasasi merupakan suatu syarat mutlak untuk dapat diterimanya permohonan kasasi.

Mahkamah Agung yang telah mempelajari permohonan kasasi akan menetapkan tanggal sidang pemeriksaan yang dilakukan paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima Mahkamah Agung dan putusan atas permohonan kasasi harus diucapkan paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.

27

(43)

28

Putusan Mahkamah Agung tingkat kasasi dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:28

a. Permohonan kasasi tidak dapat diterima

Apabila suatu permohonan kasasi tidak memenuhi syarat formal untuk mengajukan kasasi seperti dilampauinya tenggang waktu mengajukan kasasi, surat kuasa khusus kasasi tidak memenuhi syarat, tidak ada atau terlambat mengajukan memori kasasi maka hal demikian dapat diklasifikasikan bahwa permohonan kasasi dinyatakan tidak dapat diterima.

b. Permohonan kasasi ditolak

Permohonan kasasi dari pemohon kasasi yang ditolak oleh Mahkamah Agung dapat disebabkan olehjudex factitidak salah menerapkan hukum. Pemohon kasasi dalam memori kasasi mempersoalkan tentang kejadian atau hal yang tidak merupakan wewenang Majelis Hakim kasasi. Penolakan permohonan kasasi juga dapat disebabkan karena pemohon kasasi dalam mengajukan memori kasasi tidak relevan dengan pokok perkara.

c. Permohonan kasasi dikabulkan

Permohonan kasasi yang dikabulkan disebabkan alasan-alasan atau keberatan-keberatan yang dikemukakan pemohon kasasi dalam memori kasasi dibenarkan oleh Mahkamah Agung bahwa judex facti telah salah dan tidak tepat dalam penerapan hukum atau karena alasan-alasan hukum lain. Apabila permohonan kasasi dikabulkan karena alasan dari pemohon kasasi atau karena alasan hukum lain maka Mahkamah Agung akan membatalkan putusan judex facti. Dengan

28

(44)

demikian, ada dua kemungkinan dalam putusan akhirnya yaitu Mahkamah Agung menyerahkan perkara tersebut ke pengadilan lain yang berwenang memeriksa dan memutuskannya atau Mahkamah Agung memutus sendiri perkara yang dimohonkan itu dan putusannya bersifat final.

Pasal 30 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung menyebutkan Mahkamah Agung dapat membatalkan putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan peradilan karena:

a. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang

Pengertian tidak berwenang dapat diartikan berdasarkan kompetensi relatif dan kompetensi absolut misalnya pengadilan niaga telah mengadili perkara Kepailitan dan PKPU seolah-olah merupakan kewenangannya. Sedangkan alasan kasasi yang disebabkan judex facti melampaui batas wewenang adalah judex facti telah mengadili melebihi kewenangan yang ditentukan dalam undang-undang yang dapat diartikan bahwa dalam putusannya judex facti telah mengabulkan lebih dari apa yang dituntut Penggugat dalam surat gugatannya.

b. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku

(45)

30

c. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan

Persyaratan formal yang tidak dipenuhi oleh Majelis Hakim dalam melakukan tugas peradilan merupakan alasan bagi Mahkamah Agung untuk menyatakan batalnya perbuatan Majelis Hakim itu.29

2. Peninjauan Kembali

Dalam Pasal 14 Ayat (1) UUK-PKPU ditentukan bahwa terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat diajukan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung. Permohonan Peninjauan Kembali dapat diajukan apabila ditemukan bukti baru dan apabila dalam putusan yang bersangkutan terdapat kekeliruan Majelis Hakim dalam menerapkan hukum.30

Tata cara pengajuan permohonan Peninjauan Kembali terhadap putusan pernyataan pailit hampir sama dengan tata cara pengajuan permohonan kasasi di Mahkamah Agung. Pemohon Peninjauan Kembali wajib menyampaikan bukti pendukung yang menjadi dasar pengajuan permohonan Peninjauan Kembali dan putusan atas permohonan Peninjauan Kembali diucapkan oleh Mahkamah Agung paling lambat 30 hari setelah permohonan Peninjauan Kembali diterima Panitera Mahkamah Agung.

29

Ibid., hlm. 202.

30

(46)

C. Kerangka Pikir

Untuk memperjelas pembahasan ini maka penulis membuat kerangka pikir sebagai berikut:

Permohonan pernyataan pailit ke pengadilan niaga

Putusan Pengadilan Niaga No. 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg.

(Mengabulkan permohonan pernyataan pailit)

Upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung

Putusan MA No. 522 K/ Pdt.Sus/2012 (Membatalkan Putusan Pengadilan Niaga No.

02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg.)

Akibat Hukum Alasan

Permohonan Kasasi

Pertimbangan MA Debitor

(Tn. Jung Dianto dan Ny. Lily Eriani Budiono)

Kreditor (PT. Bank Internasional

(47)

32

Berdasarkan skema tersebut dapat dijelaskan bahwa:

Perkara kepailitan ini berawal dari perjanjian utang-piutang antara Debitor (Tuan Jung Dianto dan Nyonya Lily Eriani Budiono) dengan Kreditor (PT. Bank Internasional Indonesia) dalam bentuk perjanjian kredit. Dalam pelaksanaan perjanjian tersebut Debitor tidak melakukan pembayaran utang kepada Kreditor tepat waktu sesuai dengan perjanjian walaupun telah diberikan somasi oleh Kreditor. Pada saat utang itu jatuh waktu dan dapat ditagih, Debitor tidak melunasi utang tersebut dan ternyata Debitor juga memiliki utang kepada Kreditor lain yang juga telah jatuh waktu. Hal inilah yang mendorong Kreditor untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang karena syarat untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit telah terpenuhi yaitu debitor mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Permohonan pernyataan pailit yang diajukan itu diterima oleh pengadilan niaga dan melalui Putusan Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. pengadilan niaga mengabulkan permohonan pernyataan pailit dan menyatakan Debitor berada dalam keadaan pailit.

(48)
(49)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang disebut juga dengan penelitian hukum teoritis atau penelitian hukum dogmatik karena tidak mengkaji pelaksanaan atau implementasi hukum.31 Penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji isi Putusan Pengadilan Niaga Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg., Putusan Mahkamah Agung Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012., bahan-bahan pustaka dan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas yaitu berkaitan dengan alasan permohonan kasasi atas putusan pernyataan pailit pengadilan niaga, pertimbangan Mahkamah Agung atas pembatalan putusan pernyataan pailit pengadilan niaga dan akibat hukum atas pembatalan putusan pernyataan pailit pengadilan niaga.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi secara lengkap dan jelas mengenai alasan permohonan kasasi

31

(50)

atas putusan pernyataan pailit pengadilan niaga, pertimbangan Mahkamah Agung atas pembatalan putusan pernyataan pailit pengadilan niaga dan akibat hukum atas pembatalan putusan pernyataan pailit pengadilan niaga yang dilihat dari Putusan Pengadilan Niaga Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg., dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012.

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif-terapan dengan tipe judicial case study yaitu pendekatan studi kasus hukum karena suatu konflik yang tidak dapat diselesaikan oleh para pihak berkepentingan sehingga diselesaikan melalui putusan pengadilan.32 Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini akan mengkaji Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. yang menyatakan Debitor berada dalam keadaan pailit kemudian putusan tersebut diajukan kasasi oleh Debitor ke Mahkamah Agung dan melalui Putusan Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012. Mahkamah Agung membatalkan putusan pernyataan pailit pengadilan niaga tersebut.

D. Sumber Data dan Jenis Data

Berkaitan dengan permasalahan dan pendekatan masalah yang digunakan maka penelitian ini menggunakan sumber data kepustakaan. Sedangkan jenis datanya adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui bahan pustaka dengan cara

32

(51)

36

mengumpulkan dari berbagai sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder terdiri dari:33

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum atau bagi para pihak berkepentingan seperti putusan Majelis Hakim dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini, antara lain:

a. KUH Perdata;

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang beserta Penjelasannya;

c. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah;

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung;

e. Putusan Pengadilan Niaga Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg.; f. Putusan Mahkamah Agung Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012;

g. Peraturan perundang-undangan lainnya yang memiliki kaitan dengan objek penelitian.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yaitu berupa literatur hukum.

33

(52)

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:34

1. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan dalam penelitian hukum normatif. Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder yaitu melakukan serangkaian kegiatan studi dokumentasi dengan cara membaca dan mengutip literatur-literatur, mengkaji peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

2. Studi Dokumen

Studi dokumen yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang tidak dipublikasikan secara umum tetapi boleh diketahui oleh pihak tertentu. Studi dokumen dilakukan dengan mengkaji Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012.

34

(53)

38

F. Metode Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah melalui cara pengolahan data dengan cara-cara sebagai berikut:35

1. Pemeriksaan data

Pemeriksaan data yaitu proses meneliti kembali data yang diperoleh dari berbagai kepustakaan yang ada, menelaah isi Putusan Pengadilan Niaga Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul sudah cukup lengkap, sudah benar dan sudah sesuai dengan masalah.

2. Rekonstruksi data

Rekonstruksi data yaitu menyusun ulang data secara teratur, beruntutan, logis sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.

3. Sistematisasi data

Sistematisasi data yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah.

G. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif yaitu menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis, kemudian ditarik kesimpulan sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai jawaban dari permasalahan yang dibahas.36

35

Ibid., hlm. 126.

36

(54)

A. Alasan Permohonan Kasasi atas Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga

Putusan pernyataan pailit adalah putusan yang diberikan oleh pengadilan niaga atas permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh debitor atau kreditor yang memenuhi persyaratan karena terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana untuk dinyatakan pailit sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, selanjutnya disingkat UUK-PKPU.

(55)

40

keberatan atas putusan pernyataan pailit tersebut kepada Panitera Pengadilan Niaga sebagaimana ditentukan dalam Pasal 12 Ayat (1) UUK-PKPU.

Penelitian ini mengkaji putusan Mahkamah Agung Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012. yang mengabulkan permohonan kasasi Debitor Pailit yang merasa keberatan terhadap putusan pernyataan pailit pengadilan niaga dalam putusannya Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. Arti hukumnya adalah putusan Mahkamah Agung Nomor 522 K/Pdt.Sus/2012. membatalkan putusan pernyataan pailit pengadilan niaga. Dengan demikian, Debitor Pailit demi hukum tidak berada dalam keadaan pailit atau harus dipulihkan pada keadaan semula.

Berdasarkan putusan kasasi tersebut, termuat alasan Debitor Pailit dimana dalam hal ini bertindak sebagai Para Pemohon Kasasi dalam mengajukan permohonan kasasi yang dimuat memori kasasi terhadap putusan pernyataan pailit pengadilan niaga adalah sebagai berikut:

1. Permohonan Kasasi Diajukan dalam Jangka Waktu yang Ditentukan dalam UUK-PKPU

Para Pemohon Kasasi mengajukan permohonan kasasi masih dalam tenggang waktu 8 (delapan) hari sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 11 Ayat (2) UUK-PKPU) oleh karenanya sah secara hukum dapat diterima.

(56)

pailit Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. diucapkan pada tanggal 11 Juni 2012 oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang dan permohonan kasasi diajukan oleh Debitor Pailit pada tanggal 19 Juni 2012 dengan menyertakan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga tersebut. Termohon Kasasi (Pemohon Pailit) pada tanggal 21 Juni 2012 telah diberitahu tentang memori kasasi dari Para Pemohon Kasasi dan selanjutnya Termohon Kasasi tersebut mengajukan kontra memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada tanggal 28 Juni 2012.

Dengan demikian, berdasarkan alasan hukum di atas Para Pemohon Kasasi secara sah telah mengajukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung melalui Panitera Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang sesuai dengan ketentuan Pasal 11 Ayat (2) UUK-PKPU sehingga permohonan kasasi tersebut patut dan benar untuk dapat diterima.

(57)

42

Berdasarkan hal tersebut, Pengadilan Niaga telah mengucapkan putusan pernyataan pailit dalam jangka waktu 84 (delapan puluh empat) hari terhitung sejak tanggal 19 Maret 2012 sampai tanggal 11 Juni 2012. Apabila mengacu pada ketentuan Pasal 8 Ayat (5) UUK-PKPU seharusnya Pengadilan Niaga mengucapkan putusan pernyataan pailit selambat-lambatnya pada tanggal 18 Mei 2012 yang masih dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit diucapkan. Dengan demikian, Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga Nomor 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg. telah melebihi jangka waktu yang ditentukan dalam Pasal 8 Ayat (5) UUK-PKPU sehingga hal ini dapat mengakibatkan pembatalan terhadap putusan pernyataan pailit tersebut.

3. Majelis Hakim Pengadilan Niaga Telah Salah dan Keliru dalam Menerapkan Hukum Karena Kurangnya Subjek Hukum dalam Permohonan Pernyataan Pailit

(58)

putusannya dinyatakan tidak diterima karena subjek hukum gugatan tidak lengkap (plurium litis consortium).

Alasan kasasi di atas merupakan keberatan dari Para Pemohon Kasasi terhadap pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Niaga yang memberikan pertimbangkan bahwa di dalam Badan Usaha CV tidak ada pemisahan modal yang tegas dan berdasarkan alat bukti surat yang autentik bahwa perjanjian kredit antara Pemohon Pailit dan Para Termohon Pailit tidak menyinggung-nyinggung nama CV. Mahkota Mas Pratama yang diberikan sebagaimana surat bukti T.I.II 2 dan 3 tentang Akta Pendirian Anggaran Dasar dan Perubahan Anggaran Dasar maka mengenai surat bukti T.I dan T.II.1 tentang Appraisal CV. Mahkota Mas Pratama hanyalah merupakan upaya Pemohon Pailit untuk mengetahui asset-asset usaha yang dimiliki oleh Para Termohon Pailit. Oleh karena itu, Majelis Hakim Pengadilan Niaga memberikan pertimbangkan bahwa dalil dari kuasa hukum Para Termohon Pailit tidak beralasan dan haruslah dikesampingkan.

Dalam Persekutuan Komanditer terdapat 2 (dua) sekutu yaitu sekutu komanditer dan sekutu komplementer. Berdasarkan ketentuan Pasal 19 Ayat (1) KUHD bahwa sekutu komanditer hanya bertanggung jawab kepada sekutu komplementer dengan menyerahkan sejumlah pemasukan sedangkan sekutu komplementer adalah sekutu aktif yang dapat mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga.37

CV merupakan suatu persekutuan yang memiliki harta kekayaan persekutuan yang tidak dipisahkan dari harta kekayaan pribadi sekutu. Hal ini merupakan

37

(59)

44

tanda bahwa CV merupakan suatu persekutuan yang tidak berbadan hukum maka CV bukanlah suatu subjek hukum. Untuk itu, CV tidak memiliki kecakapan maupun kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama CV, hal ini juga mengakibatkan CV tidak memiliki kapasitas untuk dijatuhkan pailit karena yang dapat dijatuhkan pailit adalah hanya subjek hukum, baik pribadi maupun badan hukum.38

Dengan demikian, pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam menerima permohonan pernyataan pailit adalah dapat dibenarkan dan permohonan yang diajukan oleh Pemohon Pailit dapat diterima karena subjek hukum gugatan sudah lengkap yaitu Tuan Jung Dianto dan Nyonya Lily Eriani Budiono sebagai sekutu dari CV. Mahkota Mas Pratama serta tidak perlu mengikutsertakan nama CV. Mahkota Mas Pratama sebagai Termohon Pailit karena bukan merupakan subjek hukum.

4. Majelis Hakim Pengadilan Niaga Telah Salah dan Keliru dalam Menerapkan Hukum Karena Tidak Mempertimbangkan Keberatan Para Termohon Pailit

Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang telah salah dan keliru dalam penerapan hukumnya dengan tidak memberikan pertimbangkan perihal keberatan Termohon Pailit I dan II (Para Pemohon Kasasi) dalam hal permohonan pernyataan pailit sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 jo. Pasal 20 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, selanjutnya disingkat UUHT. Dalam Pasal 6 jo. Pasal 20 UUHT ditentukan bahwa apabila debitor cidera janji maka pemegang Hak Tanggungan mempunyai hak untuk menjual

38

(60)

objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum, dalam hal ini melalui Kantor Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) Surakarta dan bukan dengan melalui permohonan pernyataan pailit. Dengan demikian, Majelis Hakim Pengadilan Niaga yang tidak mempertimbangkan keberatan Para Termohon Pailit sehubungan dengan UUHT adalah telah melanggar ketentuan hukum yang berlaku.

Alasan kasasi di atas merupakan keberatan dari Para Pemohon Kasasi terhadap pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Niaga yang memberikan pertimbangkan bahwa keberatan Kuasa Hukum Para Termohon Pailit yang menyatakan Pemohon Pailit agar menempuh penjualan objek jaminan dengan pelelangan di muka umum adalah tidak beralasan dan haruslah ditolak karena menjual objek Hak Tanggungan melalui pelelangan atau mengajukan permohonan pernyataan pailit merupakan sikap yang dapat ditentukan oleh Pemohon Pailit sendiri.

(61)

46

Berdasarkan hal di atas, upaya Kreditor dalam mengajukan permohonan pernyataan pailit ke pengadilan niaga adalah tidak tepat. Kreditor sebagai pemegang Hak Tanggungan dapat menjual objek Hak Tanggungan melalui pelelangan umum sebagaimana ketentuan dalam Pasal 6 jo. Pasal 20 UUHT yang dalam hal ini melalui Kantor Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) Surakarta dan bukan melalui permohonan pernyataan pailit ke pengadilan niaga. Dengan demikian, Majelis Hakim Pengadilan Niaga telah salah menerapkan hukum yang berlaku karena tidak mempertimbangkan keberatan Para Termohon Pailit sehubungan dengan UUHT.

5. Majelis Hakim Pengadilan Niaga Telah Salah dan Keliru dalam Menerapkan Hukum Karena Tidak Mempertimbangkan Syarat Untuk Mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit

Majelis Hakim Pengadilan Niaga telah salah dan keliru perihal pertimbangan hukumnya mengenai bukti dari Pemohon Pailit (Vide bukti P.35, P.36, P.37, dan P.38) tidak ditandatangani oleh Bank Indonesia (BI) dan BI tidak didengar keterangannya di muka persidangan. Dengan demikian, dalam perkara ini adanya kreditor lain tidak dibuktikan oleh Pemohon Pailit menurut syarat-syarat pembuktian yang telah ditetapkan oleh Putusan Mahkamah Agung No. 44 K/N/1999 yaitu antara lain:

a. Data BI tentang adanya kreditor lain harus akurat dan tidak diperoleh sebelum pengajuan permohonan pernyataan pailit di pengadilan niaga;

b. BI wajib hadir di persidangan untuk memperkuat alasannya.

(62)

Pailit sehubungan dengan syarat untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) UUK-PKPU, yaitu bukti yang diajukan oleh Pemohon Pailit (bukti Nomor P.35 yaitu surat dari PT. Bank UOB Indonesia kepada PT. BII mengenai kebenaran informasi dari BI No. 12/SLO/BB/JAN/063 tertanggal 31 Januari 2012) bersifat hanya informasi mengenai konfirmasi dari PT. Bank UOB Indonesia atas permintaan PT. BII (Pemohon Pailit) dan bukan merupakan keterangan yang dikeluarkan oleh BI sebagaimana Putusan Mahkamah Agung RI No. 26 K/N/1999 tanggal 31 Agustus 1999.

Bahwa konfirmasi tersebut di atas tidak mutakhir dan tidak akurat karena data tentang kreditor lain tersebut diperoleh sebelum perkara yang bersangkutan diajukan. Dalam perkara ini, permohonan pernyataan pailit diajukan pada tanggal 19 Maret 2012 sementara surat konfirmasi dari PT. Bank UOB Indonesia dikeluarkan pada tanggal 31 Januari 2012. Sehubungan dengan hal ini, Para Termohon Pailit setuju dan sependapat dengan Putusan Mahkamah Agung No. 26 K/N/1999 tanggal 31 Agustus 1999 yaitu sebagai berikut:

a. Informasi adanya kreditor lain diperoleh dari BI yang bersifat tertulis dan ditandatangani oleh BI;

b. BI harus didengar keterangannya dimuka pengadilan dengan sumpah untuk menguatkan keterangannya tentang adanya kreditor lain;

c. Data tentang adany

Referensi

Dokumen terkait

Senin 2-3 SEMINAR USULAN PENELITIAN YUNI PANTIWATI 3.20 G1. Jumat 1-2 PEMAGANGAN BIOLOGI ROIMIL

Biaya gudang adalah sebesar 20 satuan harga untuk tiap komputer yang disimpan dari bulan yang lalu ke bulan berikutnya. Diandaikan bahwa pada permulaan pesanan

Memberikan wawasan umum desain interior kepada mahasiswa menyangkut peranan desain di dalam meningkatkan mutu interior baik didalam kerangka memecahkan persoalan kinerja

Ketika responden memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan harapan responden (siswa), maka mereka mempertimbangkan berbagai faktor yang terdapat dalam komponen

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 tingkat konsep diri berada pada kategori sedang dengan prosentase 68% sebanyak 34 anak asuh; 2 tingkat dukungan sosial berada pada kategori

Siswa di Pekanbaru. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang mengikuti pembelajaran

Hal ini terlihat dari ketentuan yang mengatakan bahwa ^ dalam hal tindak pidana pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, 4 dan 5 dilakukan oleh

oleh orang lain karena pekerjaannya serabutan. Aku ingin suamiku bekerja yang layak misalnya perusahaan atau yang sejenis”. Kemudian konselor melanjutkan konfrontasi agar