Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
PENGARUH KOMPETENSI KEPEMIMPINAN DALAM
PENGORGANISASIAN KESIAPSIAGAAN DAN
PENGGERAKAN KETANGGAPDARURATAN
BENCANA TERHADAP KINERJA PETUGAS
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS
KESEHATAN REGIONAL
SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
EDDIE RAHARJA
077035001/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
SE K O L AH
P A
S C
A S A R JA
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
PENGARUH KOMPETENSI KEPEMIMPINAN DALAM
PENGORGANISASIAN KESIAPSIAGAAN DAN
PENGGERAKAN KETANGGAPDARURATAN
BENCANA TERHADAP KINERJA PETUGAS
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS
KESEHATAN REGIONAL
SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Konsentrasi Manajemen Kesehatan Bencana pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
EDDIE RAHARJA
077035001/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
Judul Tesis : PENGARUH KOMPETENSI KEPEMIMPINAN DALAM PENGORGANISASIAN
KESIAPSIAGAAN DAN PENGGERAKAN KETANGGAPDARURATAN BENCANA TERHADAP KINERJA PETUGAS PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN REGIONAL SUMATERA UTARA
Nama Mahasiswa : Eddie Raharja Nomor Pokok : 077035001
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Manajemen Kesehatan Bencana
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, SE, MSi) ( Ketua
Drs. Amru Nasution, MKes) Anggota
Ketua Program Studi,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS
Direktur,
(
) Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
Telah diuji pada Tanggal : 2 Juli 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, SE, MSi Anggota : 1. Drs. Amru Nasution, M.Kes.
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
PERNYATAAN
PENGARUH KOMPETENSI KEPEMIMPINAN DALAM
PENGORGANISASIAN KESIAPSIAGAAN DAN
PENGGERAKAN KETANGGAPDARURATAN
BENCANA TERHADAP KINERJA PETUGAS
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS
KESEHATAN REGIONAL
SUMATERA UTARA
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 18 Juni 2009
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
ABSTRAK
Penelitian survei eksplanatori ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi kepemimpinan dalam pengorganisasian kesiapsiagaan dan penggerakan ketanggapdaruratan krisis kesehatan bencana terhadap kinerja petugas Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Kesehatan Regional Sumatera Utara. Tingkat kompetensi kepemimpinan diukur dari 5 variabel kompetensi kepemimpinan, yaitu nilai-nilai organisasi, keteladanan, kerjasama tim, standar baku, dan komunikasi.
Populasi penelitian ini seluruh unsur pimpinan siaga bencana yang tergabung dalam organisasi Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara yang berstatus pegawai negeri (TNI, Polri dan Sipil), berjumlah 61 orang terdiri dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumut, Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, Kesehatan Kodam I/BB, Rumah Sakit Putri Hijau, Kesehatan Lantamal I Belawan, Rumah Sakit Lantamal I Belawan, Kesehatan Kosek Hanudnas III, Rumah Sakit Lanud Medan, Kedokteran Kepolisian dan Kesehatan Kepolisian Polda Sumut, Rumah Sakit Bhayangkara Medan dan Tebing Tinggi. Pengumpulan data melalui kuisioner terstruktur, wawancara terhadap pimpinan puncak dan FGD yang berpedoman pada kuisioner. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2009 sampai dengan Juni 2009. Analisis data menggunakan uji regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi kepemimpinan nilai-nilai
organisasi (X1) berpengaruh secara positif dan signifikan ( = 0,027) terhadap kinerja petugas, kompetensi kepemimpinan standar baku (X4) berpengaruh secara positif dan
signifikan ( = 0,013) terhadap kinerja petugas, dan tingkat kompetensi
kepemimpinan komunikasi (X5) berpengaruh secara positif dan signifikan ( = 0,011) terhadap kinerja petugas PPK Kesehatan Regional Sumatera Utara.
Kesimpulan dan implikasi yang penting dalam penelitian ini adalah dapat diasumsikan bahwa tingkat kompetensi kepemimpinan komunikasi (X5), menunjukkan paling berpengaruh secara positif dan signifikan ( = 0,011) dalam mengoptimalisasikan kinerja petugas PPK Kesehatan Regional Sumatera Utara.
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
ABSTRACT
The purpose of this explanatory survey study conducted from March to June 2009 is to analyze the influence of leadership competency in organizing the alertness and initiating the emergency response to the disaster-caused health crisis on the performance of the working staff of Sumatera Utara Regional Health Crisis Prevention Center. The level of leadership competency was measured through 5 (five) variables of leaderships competency such as values of organization, role model, teamwork, established standard, and communication.
The population for this study were 61 leaders of disaster-alert groups of Sumatera Utara Regional Health Crisis Prevention Center who serve as civil-servants in Sumatera Utara Provincial Health Service, Adam Malik General Hospital, Health Division of Naval Base I Belawan, Naval Base I Belawan Hospital, Health Division of National Air Defence Sector Command III, Medan Air Base Hospital, Medical and Health Division of Sumatera Utara Police Departement, Bhayangkara Hospital Medan and Bhayangkara Hospital Tebing Tinggi. The data for this study were obtained through structured questionnaire-based interviews and focus group discussion. The data obtained were analyzed through multiple linear regression test at the level of confidence of 95%.
The results of this study shows that the variable of organization values (X1)
has a positive and significant influence with = 0.027; the variable of establish standard (X4) has a positive and significant influence with = 0.013; and the
variable of communication (X5) has a positive and significant influence with =
0.011 that can optimize the performance of the working staff of Sumatera Utara Regional Health Crisis Prevention Center.
The important implication of this study is that the variable of communication (X5) can be assumed as the most influencing variable in the performance of working
staff and the most significant factor in optimizing the performance of the working staff of Sumatera Utara Regional Health Crisis Prevention Center.
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap alhamdulillahi rabbil’alamin, atas segala rahmat, karunia,
ijin dan ridlo-Nya, sehingga tesis yang berjudul: “Pengaruh Kompetensi
Kepemimpinan dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan dan Penggerakan
Ketanggapdaruratan Bencana terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan Regional Sumatera Utara” dapat diselesaikan. Dalam menyusun tesis ini,
peneliti mendapatkan berbagai masukan, saran, pendapat, kritik, bantuan, dorongan,
bimbingan, dari berbagai pihak dan keluarga.
Peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan, dan selaku guru yang dengan penuh kesabaran
membimbing dan memahamkan filosofis metode penelitian yang baik dan
benar.
4. Prof. Dr. Ida Yustina, MSi, selaku Sekretaris Program Studi Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan, dan selaku guru yang dengan penuh kesabaran
membimbing dan memahamkan filosofis kepemimpinan yang baik dan
benar.
5. Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, SE, MSi, selaku Ketua Pembimbing, dan
selaku guru yang dengan penuh kesabaran membimbing, memahamkan
materi tesis dan mengarahan ke arah pola pikir dan pola tindak dalam
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
6. Drs. Amru Nasution, MKes, selaku Anggota Pembimbing, dan selaku
guru yang dengan penuh kesabaran membimbing dan memahamkan
materi tesis dari aspek filosofi kebijakan publik yang baik dan benar.
7. Dr. Muslih Lutfi, Drs, MBA, IDS, selaku Pembanding, dan selaku guru
sekaligus penguji yang dengan penuh kesabaran membimbing dan
memahamkan filosofi materi tesis, metode penelitian kuantitatif yang baik
dan benar.
8. Drs. Amir Purba, MA, selaku Pembanding, dan selaku guru sekaligus
penguji yang dengan penuh kesabaran membimbing dan memahamkan
filosofi materi tesis dan metode penelitian yang baik dan benar.
9. Dr. Drs. Kintoko Rochadi, MKM, selaku Pendamping tidak formal, yang
dengan penuh kesabaran memberikan masukan, kritik, saran dan pendapat
demi penyempurnaan tesis.
10.dr. Candra Safei, SpOG, selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumut,
yang telah secara tulus ikhlas memberikan kesempatan meneliti
di lingkungan kerjanya, dan membangun kerjasama dalam meningkatkan
peran PPK Kesehatan Regional Sumatera Utara dalam penanggulangan
krisis kesehatan.
11.dr. Jamaluddin Sambas, MARS, selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Pusat H. Adam Malik, yang telah secara tulus ikhlas memberikan
kesempatan meneliti di lingkungan kerjanya, dan membangun kerjasama
dalam meningkatkan peran PPK Kesehatan Regional Sumatera Utara
dalam penanggulangan krisis kesehatan,
12.Kolonel. Kes. Tjahaja Indra Utama, SpAn, selaku Kepala Kesehatan
Kodam I/BB, yang telah secara tulus ikhlas memberikan kesempatan
meneliti di lingkungan kerjanya, dan membangun kerjasama dalam
meningkatkan peran PPK Kesehatan Regional Sumatera Utara dalam
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
13.Isteri tercinta drg. Hasanah Bahrah, beserta anak-anak tercinta Teguh,
Vidya, Hestia, Gladia dan Ayub yang sangat besar peranannya dalam suka
dan duka, yang selalu memberikan dukungan dorongan moril dan do’a.
14.Seluruh sejawat, rekan kerja di Biddokkes Polda Sumut yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, dalam membantu kegiatan operasional
penyusunan tesis.
15.Rekan-rekan mahasiswa Prodi AKK Konsentrasi Manajemen Kesehatan
Bencana, yang selalu tukar pikiran dalam memberikan masukan demi
penyempurnaan naskah tesis ini.
Peneliti menyadari sepenuhnya, bahwa tesis ini masih banyak kekurangan,
kelemahan, keterbatasan dalam penelitian dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu
mohon saran masukan demi perbaikan tesis ini.
Medan, 18 Juni 2009
Peneliti,
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
RIWAYAT HIDUP
Eddie Raharja, lahir di Surakarta, 28 Oktober 1955, beragama Islam,
bertempat tinggal di Kompleks Perum Pamen Polda Sumut No. 4, Jl. SM. Raja
Km.10,5 No. 60, Medan-20148. Dikarunia seorang isteri drg. Hasanah Bahrah,
dengan 5 orang anak, yaitu Teguh Iman Raharja (Polri, Medan), Vidya Puspitasari
Raharja, ST, MT (Yogyakarta), Hestia Puspitasari Raharja (F.MIPA
UN.Yogyakarta), Gladia Puspitasari Raharja (FK UII, Yogyakarta), dan Ayub
Basaldi Nugraha Raharja (FK USU, Medan).
Riwayat pendidikan umum, SDN Puri 3 Pati, Jateng (1968), SMPN 2 Klaten,
Jateng (1971), SMAN 1 Klaten, Jateng (1974), Sarjana (S1) Kedokteran Gigi, UGM
Yogyakarta (1979), dan Pendidikan Profesi Dokter Gigi, UGM Yogyakarta (1981).
Riwayat pendidikan militer/polisi, Sekolah Perwira ABRI (Bandung, 1981),
Sekolah Perwira Polri (Sukabumi, 1982), Sekolah Lanjutan Perwira Polri (Jakarta,
1991), Sekolah Staf dan Pimpinan Polri (Lembang, 1997), dan Sekolah Staf dan
Pimpinan Administrasi Tingkat Tinggi Polri (Lembang, 2005). Riwayat pelatihan
militer/polisi, Pendidikan Manajemen Bedah Perang (Ladokgi TNI AL, 1983),
Kursus Lanjutan Kedokteran Gigi Forensik (Mabes Polri, 1985).
Pengalaman berorganisasi, Ketua Senat Mahasiswa FKG UGM (1978-1981),
Sekretaris PDGI Cabang Kedu (1982-1995), Ketua DVI Regional Barat I
(2005-2009), Kalakhar DVI Prov. Sumut (2007-(2005-2009), Penasehat PERSI Prov. Sumut
(2008-2009), Penasehat PDDI Prov. Sumut (2007-2009), Wakil Ketua PPK
Kesehatan Regional Sumut (2007-2009).
Riwayat pekerjaan/jabatan, Asisten Ahli Muda Anatomi Hewan F. Biologi
UGM (1977-1981), Asisten Ahli Madya Bedah Minor FKG UGM (1980-1981), Kasi
Kedokteran-Kesehatan Polwil Kedu (1981-1991), Kelompok Ahli di Dinas
Kedokteran-Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
Kesehatan Polda Sulteng (1995-1997), Kepala Dinas Kedokteran-Kesehatan Polda
Daerah Istimewa Yogyakarta (1997-2002), Kepala Dinas/Bidang Kedokteran dan
Kesehatan Polda Kaltim (2002-2004), Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan
Polda Sumut (2004-2009), dan Kepala Departemen Sumberdaya Manusia dan
Penelitian Rumah Sakit Polri Pusat (2009 -sekarang).
Tanda penghargaan, Mahasiswa Teladan UGM (Mendikbud, 1979), Satya
Lencana Kesetiaan 8 tahun (Kapolri, 1995), Satya Lencana Kesetiaan 16 tahun
(Kapolri, 1998), Satya Lencana Kesetiaan 24 tahun (Kapolri, 2005) Satya Lencana
Dwijasistha (Menhankam/Pangab, 1995), Satya Lencana Yana Utama (Presiden,
2004) dan Bintang Bhayangkara Narariya (Presiden, 2006).
Riwayat kepangkatan/Golongan, Lettu Pol/IIIb (1981), Kapten Pol/IIId
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1 Kompetensi Kepemimpinan dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana ... BAB 3. METODE PENELITIAN... 37
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
BAB 4. HASIL PENELITIAN... 51
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 51
4.2. Profil Responden... 77
4.3. Deskripsi Variabel Penelitian... 78
4.4. Uji Validitas dan Realibilitas... 81
4.5. Uji Prasyarat untuk Regresi Linear Berganda... 83
4.6 Uji Regresi Linear Berganda... 84
BAB 5. PEMBAHASAN... 93
5.1. Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan... 93
5.2. Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Nilai-nilai Organisasi terhadap Kinerja Petugas... 96
5.3 Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Keteladanan terhadap Kinerja Petugas... 97
5.4. Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Kerjasama Tim terhadap Kinerja Petugas... 99
5.5. Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Standar Baku terhadap Kinerja Petugas... 100
5.6. Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Komunikasi terhadap Kinerja Petugas... 102
5.7. Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan terhadap Kinerja Petugas... 103
5.8. Keterbatasan Penelitian... 104
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 106
6.1. Kesimpulan... 106
6.2. Saran... 107
DAFTAR PUSTAKA... 110
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Jadwal Penelitian ... 38
3.2. Responden Unsur Pimpinan Manajemen Siaga Bencana PPK Kesehatan Regional Sumut ... 39
3.3. Metode Pengukuran Variabel Bebas (X1) dan Variabel Terikat (Y) ... 43
4.1. Pimpinan Manajemen PPK Regional Sumut (2007) ... 58
4.2. Unsur Pimpinan Manajemen PPK Kesehatan Regional Sumut (2009) ... 59
4.3. Petugas Terlatih Siaga Bencana Pada Penanggulangan Krisis Kesehatan Bencana di Provinsi Sumut (2008) ... 59
4.4. Petugas Terlatih Siaga Bencana yang Dapat Dikerahkan di Provinsi Sumut (2008) ... 60
4.5. Jumlah Petugas Kesehatan Terlatih Siaga Bencana di Provinsi Sumut Berdasarkan Jenis Pelatihan ... 61
4.6. Profil Responden PPK Kesehatan Regional Sumut ... 77
4.7. Data Distribusi Frekuensi Indikator Variabel Kompetensi Kepemimpinan ... 79
4.8. Data Distribusi Frekuensi Indikator Variabel Kinerja ... 80
4.9 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Alat Ukur ... 82
4.10. Hasil Uji Multikolinearitas ... 83
4.11. Hasil Analisis Heteroskedastisitas Berdasar Koefisien Alpha ... 84
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
4.13. Hasil Analisis Anova ... 85
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1. Potensi Bencana Gempabumi di Sumatera Utara ... 2
2.1. Karakteristik Dasar Kompetensi... 17
2.2. Model Strategi Operasional Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana... 30
2.3. Kerangka Konsep ... 32
4.1. Struktur Organisasi PPK Regional Sumut ... 57
4.2. Rantai Penggorganisasi Kesehatan Lapangan Siaga Bencana PPK Kesehatan Regional Sumut ... 62
4.3. Pengorganisasian Siaga Bencana Dinkes Prov.Sumut-HEIOU... 64
4.4. Struktur Organisasi Siaga Bencana RSUP H.Adam Malik... 66
4.5. Rantai Pengorganisasian Siaga Bencana Kesdam I/BB ... 70
4.6. Rantai Pengorganisasian Siaga Bencana Keslantamal I/Blw... 71
4.7. Rantai Pengorganisasian Siaga Bencana Kes.TNI AU ... 73
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Uji Coba Kuisioner Tesis ...
2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ...
3 Kuisioner Tesis ...
4 Hasil Kuisioner Tesis ...
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peristiwa gempabumi dan tsunami di Aceh dan Sumatera Utara (26/12/2004)
dengan kekuatan 9,1 SR (Skala Richter) dan gempabumi di Nias (28/03/2005) dengan
kekuatan 8,7 SR, merupakan gempabumi paling dahsyat ke tiga dan ke tujuh di dunia
sejak tahun 1900, telah menimbulkan krisis kesehatan dan tantangan pemberdayaan
potensi lembaga/instansi kesehatan secara terpadu. Berdasarkan kejadian bencana
tersebut, ternyata Provinsi Sumatera Utara, merupakan wilayah yang berpotensi
terjadinya bencana gempabumi yang besar di masa mendatang. Hal ini tentunya
memerlukan tindakan antisipasi kesiapsiagaan bencana.
Departemen Kesehatan menetapkan Pusat Penangggulangan Krisis (PPK)
Kesehatan Regional Sumatera Utara pada tahun 2006, sebagai salah satu dari
sembilan regional bantuan pelayanan kesehatan di Indonesia. Tujuan regionalisasi,
adalah untuk (1) kesiapsiagaan penanggulangan krisis kesehatan secara efektif dan
efisien guna pengerahan sumberdaya yang cepat, tepat dan terpadu pada tanggap
darurat; (2) pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan akibat bencana dan
pemecahan permasalahan krisis kesehatan. Untuk itu diperlukan pemimpin yang telah
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
mampu mengoptimalisasikan kinerja petugasnya secara benar dalam pelaksanaan
kesiapsiagaan dan ketanggapdaruratan bencana.
Ancaman gempabumi mendapat perhatian yang luas, karena sifatnya
mendadak, dapat diprediksi, namun sulit ditentukan waktu terjadinya. Prediksi
didasarkan atas pantauan aktivitas seismik, catatan sejarah dan pengamatan. Data
pada kejadian gempabumi Aceh-Sumatera Utara menunjukkan, (1) penanganan krisis
kesehatan terhadap korban 120.000 orang meninggal, 93.088 orang hilang, 4.632
orang luka-luka; (2) pengerahan dan penggunaan tenaga militer asing sejumlah 5.600
orang, TNI 6.200 orang, 195 LSM internasional, dan 38 LSM nasional, 15 LSM PBB
(Depkes, 2007 dan Djalal, 2008).
Sumber: Laboratoire de Geologie, Ecole Normale Supe´rieure, Paris, France (2004)
Gambar 1.1. Potensi Bencana Gempabumi di Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara, merupakan wilayah yang ber-potensi bencana
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
kota-kota yang terletak pada daerah jalur patahan, seperti Tarutung, Padang
Sidempuan, Sibolga, Gunung Sitoli, dll pemukiman penduduk di lereng bukit,
di pantai barat dan di sebelah barat pegunungan Bukit Barisan. Hal ini jika
diperhatikan menurut beberapa ahli (Mulyadi, dkk, 2006; Tarigan, 2006; Menneg
Ristek, 2007; Susanto, 2006 dan Tarigan, 2006) dari (1) kejadian di Provinsi
Sumatera Utara, yang tercatat sejak tahun 1843 hingga tahun 2005 ada 15 kali
kejadian besar; (2) terletak pada jalur patahan atau Sesar Besar Sumatera atau Sesar
Semangko yang aktif, merupakan sesar geser jenis dekstral, berasosiasi dengan zona
tumbukan di sebelah barat Pulau Sumatera, memanjang mulai dari Aceh melalui
Tarutung, sebelah barat Danau Toba, Padang, wilayah sekitar Kerinci, Bengkulu
sampai Lampung dan berasosiasi dengan munculnya pegunungan Bukit Barisan.
Sesar ini sering menimbulkan bencana gempa bumi di Tarutung; (3) dibatasi
pertemuan dua lempeng tektonik, Eurasia, Hindia-Australia dengan 19 patahan, yang
selalu mengalami pergerakan dan merupakan bagian paling depan dari lempeng
benua Eurasia, lempeng ini ditekan lempeng Pasifik dengan kecepatan 58-60 mm per
tahun; (4) terletak pada deretan gunung berapi Pasifik atau Pasific Ring of Fire,
dengan empat jalur tektonik, yaitu subduksi-megathrust Simeulue-Nias-Mentawai,
patahan Renun-Toru-Angkola, jalur busur belakang pantai timur, jalur tektonik
Andaman-Nikobar.
Setiap bencana gempa bumi yang besar, selalu menimbulkan krisis
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
(2) sarana pelayanan kesehatan rusak; (3) tenaga kesehatan yang menjadi korban;
(4) kemampuan sumberdaya setempat tidak mampu menanggulangi jumlah korban,
karena tingginya angka kesakitan dan angka kematian (angka kematian kasar, AKK
lebih dari 1 per 10.000 penduduk per hari dan angka kematian balita, AKB lebih dari
2 per 10.000 balita per hari) akibat bencana yang memerlukan bantuan yang serius;
dan (4) besarnya setiap bencana, diukur dari jumlah kematian, kerusakan, dan biaya
(UNDP, UNDRO, 1992; Depkes, 2001 dan Depkes, 2006).
Provinsi Sumatera Utara ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI sebagai
Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Kesehatan Regional Sumatera Utara dalam
mengantisipasi krisis kesehatan secara efektif dan efisien yang terencana, terpadu,
terkoordinasi dan menyeluruh, serta mempunyai kemampuan merespon dengan
segera melalui pengerahan sumberdaya kesehatan secara cepat, tepat dan terpadu.
Pengorganisasian tersebut merupakan keterpaduan dari institusi Dinas Kesehatan
Provinsi Sumut, Kesehatan Kodam I/BB, Kedokteran dan Kesehatan Polda Sumut,
dan Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik (Depkes, 2007, UU No. 24 Tahun
2007, PP No. 21 Tahun 2008).
Adapun wilayah kerja organisasi PPK Kesehatan Regional Sumatera Utara,
meliputi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau
dan Provinsi Riau Kepulauan. Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
terpadu, PPK Kesehatan Regional Sumut berperan dominan dari sektor pelayanan
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
Regionalisasi bantuan pelayanan krisis kesehatan, didasarkan kepada
pertimbangan (1) adanya rumah sakit rujukan/pendidikan (teaching hospital),
(2) daerah tersebut memiliki akses transportasi ke beberapa wilayah, (3) daerah
tersebut memiliki sumberdaya manusia kesehatan yang sangat memadai, dan
(4) daerah tersebut memiliki sarana penunjang yang baik (Depkes, 2006). Adapun
fungsi PPK Kesehatan Regional, bertindak sebagai (1) pusat dukungan operasional
kesehatan, (2) pusat pengendali bantuan kesehatan, (3) pusat rujukan kesehatan, dan
(4) pusat informasi kesehatan (Depkes, 2006). Dengan demikian PPK Regional ini
dilengkapi, dengan (1) sumberdaya manusia yang terlatih, (2) peralatan medis dan
obat-obatan yang memadai dan (3) sarana-prasarana penunjang tugas operasional,
langsung dari Departemen Kesehatan RI.
Dalam kesiapsiagaan krisis kesehatan bencana, diperlukan penciptaan
organisasi siaga bencana terpadu dalam wadah Pusat Penanggulangan Krisis (PPK)
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, guna pengumpulan, penyiapan dan pengerahan
sumberdaya secara cepat, tepat, terpadu dan mendorong kemandirian masyarakat.
Keterpaduan siaga bencana ini memerlukan adanya kompetensi kepemimpinan untuk
mengoptimalisasikan kinerja organisasi. Adapun unsur-unsur pengorganisasian siaga
bencana sektoral, terdiri dari (1) Health Emergency Information and Operational
Support Unit (HEIOU) dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumut; (2) Siaga Bencana dari
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik; (3) Kesehatan Lapangan Siaga Bencana
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Sumut, sesuai bidang tugas pokok, fungsi
dan perannya meliputi (1) tim penilaian cepat (rapid health assessment, RHA);
(2) tim reaksi cepat (TRC); (3) tim bantuan kesehatan dan (5) siaga bencana rumah
sakit; (5) tim identifikasi korban bencana atau DVI (Depkes RI, 2006; dan Depkes
RI, 2007).
Kinerja organisasi PPK Regional Sumatera Utara, bertujuan mencapai Visi:
“Terwujudnya penanganan krisis kesehatan dan masalah kesehatan lain secara cepat,
tepat dan terpadu menuju masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat”. Dan Misi,
yaitu (1) menggerakan upaya penanganan krisis dan masalah kesehatan lain yang
lebih bernuansa pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan daripada tanggap darurat
dan rehabilitasi; (2) memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata dan terjangkau secara profesional; (3) meningkatkan keterpaduan
penyelenggaraan penanganan krisis dan masalah kesehatan lain; (4) menumbuhkan
kemandirian masyarakat dalam penanganan krisis dan masalah kesehatan lainnya;
dan (5) menyediakan informasi secara cepat, tepat dan akurat untuk penanganan
krisis dan masalah kesehatan lain.
Keterlambatan bantuan pelayanan kesehatan di daerah bencana, menurut
Departemen Kesehatan (2006), disebabkan karena faktor jarak, faktor geografis, dan
faktor mobilisasi sumberdaya manusia. Mobilisasi, merupakan pengerahan
sumberdaya secara cepat, pengumpulan dan penyiapan sumberdaya secara tepat, dan
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
prabencana, secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh guna
mengantisipasi krisis kesehatan akibat bencana (UU Nomor 24/2007; PP Nomor
21/2008).
Pada pengerahan sumberdaya Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan yang
perlu dipersiapkan adalah (1) tim reaksi cepat (TRC) yang terdiri dari unit pelayanan
medik, surveilans epidemiologi/sanitarian, disertai dengan petugas komunikasi, yang
mampu bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah ada informasi kejadian bencana;
(2) tim survei cepat, yang mampu digerakkan kurang dari 24 jam; (3) tim identifikasi
korban bencana (DVI); dan (4) tim bantuan kesehatan, yang diberangkatkan sesuai
kebutuhan, setelah ada informasi dari tim reaksi cepat dan tim survei cepat (PP
Nomor 21/2007; Depkes, 2007).
Pada pengerahan sumberdaya Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan,
diperlukan adanya standar manajemen krisis kesehatan bencana, meliputi
(1) kebijakan dalam penanganan krisis, bahwa setiap korban perlu mendapatkan
pelayanan kesehatan kedaruratan dan identifikasi korban meninggal;
(2) pengorganisasian dilaksanakan oleh PPK Kesehatan yang terpadu dengan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah, (3) mekanisme pengelolaan bantuan, terutama
sumberdaya manusia, obat dan perbekalan kesehatan; dan (4) pengelolaan data dan
informasi penanganan krisis kesehatan (Depkes RI, 2007).
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi PPK
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
penanggulangan bencana dan otonomi daerah; (2) faktor resiko bencana, yang
meliputi kerawanan bencana, kerentanan dan kapasitas kelembagaan pemerintah dan
masyarakat, (3) kesiapan unsur-unsur siaga bencana pada institusi/lembaga kesehatan
sektoral dan (4) faktor kompetensi kepemimpinan dalam pelaksanaan tugas siaga
bencana (Hupatea dan Thoha, 2008; Menneg Ristek, 2007; PP No. 41/2007; UU No.
24/2007; dan PP No. 21/2008).
Berdasarkan pendapat para ahli (seperti Agung, 2007; Chowdory, 2000;
Adair, 2008; Folkman dan Zenger, 2003), dapat diketahui beragamnya kompetensi
kepemimpinan, namun yang paling mendasar dari indikator kompetensi
kepemimpinan, adalah pelaksanaan dari nilai-nilai organisasi, keteladanan, kerjasama
tim, standar baku, dan komunikasi. Dengan demikian, efektivitas kompetensi
kepemimpinan dalam pengorganisasian kesiapsiagaan dan penggerakan
ketanggapdaruratan bencana ditentukan oleh seberapa jauh seorang pemimpin
mampu melaksanakan nilai-nilai organisasi, keteladanan, kerjasama tim, standar
baku, dan koordinasi yang dapat mendorong optimalisasi pelaksanaan tugas bawahan.
Berdasarkan pendapat para ahli (Robbins, 2007; Rivai 2008; Mangkunegera,
1995; Wibowo, 2008; Sedarmayanti, 2007; Gibson dkk, 1994; UU Nomor 24/2007;
dan PP Nomor 21/2008), dapat dirumuskan bahwa kinerja petugas dalam siaga
bencana penanggulangan krisis kesehatan merupakan proses kerja dalam pemenuhan
kebutuhan pelayanan kesehatan dan pemecahan permasalahan krisis kesehatan
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
pengerahan sumberdaya manusia (orientasi hasil dalam membangun kemandirian
masyarakat, orientasi ketepatan, orientasi kecepatan, dan keterpaduan).
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan bahwa variabel
kompetensi kepemimpinan dalam pengorganisasian kesiapsiagaan krisis kesehatan
bencana (proses internal sektoral) dan penggerakan ketanggapdaruratan krisis
kesehatan bencana (proses respon eksternal multisektoral), mempunyai indikator
(a) nilai-nilai organisasi, (b) keteladanan, (c) kerjasama tim, (d) standar baku, dan (e)
komunikasi.
Merujuk uraian di atas, maka penelitian ini berusaha untuk menganalisis
pengaruh kompetensi kepemimpinan dalam pengorganisasian kesiapsiagaan krisis
kesehatan bencana (proses internal sektoral) dan penggerakan ketanggapdaruratan
krisis kesehatan bencana (merespon eksternal multisektoral) terhadap optimalisasi
kinerja petugas (proses kerja dan hasil kerja) pada organisasi PPK Kesehatan
Regional Sumatera Utara.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, dapat dirumuskan
penelitian sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh kompetensi kepemimpinan dalam
pengorganisasian kesiapsiagaan dan penggerakan ketanggapdaruratan krisis
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
dan komunikasi) terhadap kinerja (proses kerja dan hasil kerja) petugas Pusat
Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, adalah untuk:
(1) Mengetahui dan menganalisis kompetensi kepemimpinan:
(a) Dalam proses internal sektoral menciptakan organisasi siaga bencana
untuk kesiapsiagaan krisis kesehatan bencana dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dan pemecahan
permasalahan krisis kesehatan.
(b) Dalam merespon eksternal multisektoral untuk mobilisasi (pengerahan
dan penggunaan) sumberdaya siaga bencana terpadu pada
ketanggapdaruratan krisis kesehatan bencana.
(2) Mengidentifikasi dan menganalisis variabel-variabel kompetensi
kepemimpinan dalam pengorganisasian siaga bencana dan penggerakan
sumberdaya siaga bencana dalam ketanggapdaruratan krisis kesehatan
bencana, yang paling dominan mempengaruhi kinerja petugas Pusat
Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara.
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
Kompetensi kepemimpinan dalam pengorganisasian kesiapsiagaan dan
penggerakan ketanggapdaruratan krisis kesehatan bencana (nilai-nilai
organisasi, keteladanan, kerjasama tim, standar baku dan komunikasi), diduga
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja (proses kerja dan
hasil kerja) petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional
Sumatera Utara.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
(1) Manfaat akademis
Sumbangan pengembangan ilmu manajemen kinerja dan dapat menjadi
dasar penelitian manajemen bencana selanjutnya.
(2) Manfaat praktis
Dapat memberikan masukan yang berarti bagi organisasi PPK Kesehatan
Regional Sumut, khususnya pengembangan kompetensi kepemimpinan
pada fase kesiapsiagaan bencana, meliputi penciptaan organisasi siaga
bencana sektoral dan pengerahan sumberdaya pada siaga siaga bencana
secara terpadu pada ketanggapdaruratan bencana, dalam rangka
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kinerja
Kinerja, berasal dari kata performance, menurut Robbins (2007: 243), adalah
sebagai hasil akhir aktivitas. Menurut Rivai (2008: 14), kinerja adalah hasil atau
tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam
melaksanakan tugas dibanding dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil
kerja, target, atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati bersama. Menurut Mangkunegara (1995: 45), baik buruknya kinerja tidak
hanya dilihat dari tingkat kuantitas yang dapat dihasilkan petugas dalam bekerja, akan
tetapi juga diukur dari segi kualitas sesuai dengan tanggungjawabnya.
Menurut Wibowo (2008: 7), sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih
luas, bukan hanya hasil akhir, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan
berlangsung. Menurut Atkinson dalam Wibowo (2008: 75), kinerja merupakan fungsi
motivasi dan kemampuan. Mangkunegara (2000, dalam Wikipedia, 2009) kinerja
(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
Menurut Sedarmayanti (2007: 259), kinerja berarti (1) perbuatan, pelaksanaan
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
prestasi seseorang berkenan dengan tugas yang diberikan kepadanya. Ukuran kinerja,
ada 2 jenis, yaitu berorientasi pada hasil dan berorientasi pada proses. Ukuran kinerja
yang berorientasi kepada hasil, yaitu produktivitas, efisiensi, efektivitas, kepuasan,
dan keadilan. Ukuran kinerja yang berorientasi proses, yaitu responsif,
responsibilitas, akuntabilitas, keadaptasian, kelangsungan hidup, keterbukaan/
transparansi, dan empati (Ratminto dan Winarsih, 2005: 179-181). Proses kerja atau
penyelenggaraan penanggulangan bencana dilaksanakan secara terencana, terpadu,
terkoordinasi dan menyeluruh, dan hasil kerja pada penanggulangan bencana adalah
cepat, tepat dan terpadu (UU Nomor 24/2007 dan PP Nomor 21/2008)
Kesimpulannya, kinerja petugas siaga bencana adalah proses kerja yang
terencana, terpadu, terkoordinasi, menyeluruh untuk mencapai responsibilitas,
akuntabilitas, transparansi, dan keadaptasian, serta hasil kerja yang cepat, tepat,
terpadu dan membangun kemandirian masyarakat, untuk mencapai produktivitas,
efisiensi, kepuasan dan keadilan.
Kinerja merupakan perwujudan keberhasilan petugas dan organisasinya dalam
mencapai tujuan. Pada praktek, banyak faktor yang mempengaruhi kinerja, menurut
Gibson, Ivancevich dan Donnely (1994, dalam Rivai V 2008:16), meliputi
(1) harapan akan imbalan; (2) dorongan; (3) kemampuan, kebutuhan, dan sifat;
(4) persepsi tugas; (5) imbalan internal dan eksternal; dan (6) persepsi terhadap
imbalan dan kepuasan kerja. Menurut Hersey, dkk dalam Wibowo (2008: 77), kinerja
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
dukungan sarana, kompetensi, peluang, standar, dan umpan balik. Menurut Rivai V
(2008: 21), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja petugas, adalah kemampuan
(ability) dan motivasi. Kemampuan dipengaruhi oleh pengetahuan dan ketrampilan.
Motivasi dipengaruhi oleh perilaku dan situasi. Mathis dan Jackson (2001, dalam
Wikipedia, 2009), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja,
yaitu (1) kemampuannya, (2) motivasi, (3) dukungan yang diterima, (4) keberadaan
pekerjaan yang dilakukannya, dan (5) hubungannya dengan organisasi.
Menurut Gibson (1987, dalam Wikipedia, 2009), ada 3 faktor yang
berpengaruh terhadap kinerja, yaitu (1) faktor individu, yakni kemampuan,
ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi
seseorang; (2) faktor psikologi, yakni persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi,
dan kepuasan kerja; dan (3) faktor organisasi, yakni struktur organisasi, desain
pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan. Menurut Agung (2007: 119),
optimalisasi kinerja bisnis, sangat dipengaruhi oleh adanya kompetensi
kepemimpinan, kompetensi teknik dan kompetensi personal. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada faktor yang mempengaruhi kinerja individu, yaitu antara lain
kompetensi kepemimpinan.
2.2. Kompetensi Kepemimpinan dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
Sumberdaya manusia, merupakan faktor yang paling dominan atau rohnya
suatu organisasi. Untuk keberhasilan suatu organisasi diperlukan sumberdaya
manusia yang mempunyai kualitas dan berkinerja tinggi, guna mencapai visi, misi
secara berkesinambungan. Sumberdaya berkualitas menurut Lako dan Sumaryati
(2002, dalam Puslitbang BKN, 2004), minimal mempunyai empat karakteristik, yaitu
(1) memiliki kompetensi (pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, dan pengalaman);
(2) komitmen pada organisasi; (3) selalu bertindak cost-effectiveness dalam setiap
aktivitasnya; dan (4) congruence of goals, bertindak selaras antara tujuan pribadinya
dengan tujuan organisasi.
Kompetensi, adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan
suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas ketrampilan dan pengetahuan serta
didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut (Wibowo, 2008: 86).
Kompetensi, adalah kemampuan dan karakter yang dimiliki oleh seorang Pegawai
Negeri Sipil berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan
dalam pelaksanaan tugasnya secara profesional, efektif dan efisien (Kepmenkes No.
267/Menkes/SK/III/2008). Menurut Mustopadidjaja (2008: 23), pengetahuan adalah
informasi yang dimiliki oleh seseorang dalam suatu bidang tertentu. Ketrampilan,
adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas tertentu, baik mental ataupun fisik.
Perilaku seseorang dipengaruhi 2 faktor, menurut Hutapea dan Thoha (2008:
41), yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, terdiri dari konsep diri,
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
pekerjaannya. Faktor eksternal, adalah lingkungan tempat seseorang bekerja. Ada
lima karaktersitik dasar yang mempengaruhi kompetensi seseorang, menurut Spencer
dan Spencer (1993 dalam Puslitbang BKN, 2004), Judisseno (2008: 52) yaitu
(1) motive, adalah konsistensi berfikir mengenai sesuatu yang diinginkan dan
dikehendaki oleh seseorang, sehingga menyebabkan suatu kejadian. Motif tingkah
laku seperti mengendalikan, mengarahkan, membimbing, memilih untuk menghadapi
kejadian atau tujuan tertentu; (2) traits, adalah naluri yang secara konsisten dapat
memberikan respon yang cepat dan tepat terhadap keadaan atau informasi yang
diterima, atau karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi
atau situasi tertentu; (3) self concept, sikap perilaku, sistem nilai atau persepsi diri
atau imajinasi seseorang, yang dianut dan dipercayai dapat menguatkan dan
meyakinkan sesuai dengan harapannya, serta dapat menuntun menjadi individu yang
efektif di berbagai lingkungan kerja, jika keyakinan tersebut didukung rasa percaya
diri yang besar, misalnya kepemimpinan; (4) knowledge, sekumpulan informasi dan
pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu; dan (5) skills,
kemampuan untuk mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas fisik atau mental
tertentu nyata dilakukan.
Menurut Juddisseno (2008: 53), untuk menjadi juara, seseorang harus dibekali
dan dikuatkan oleh faktor-faktor yang tersembunyi dalam diri manusia, yaitu motive,
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
kompetensi ini satu dengan yang lain saling berhubungan membentuk tiga unsur,
yaitu intent, action dan outcome (Gambar 2.1).
Gambar 2.1 Karakteristik Dasar Kompetensi
Sumber : Judisseno (2008 : 49)
Ciri dan Karakter Pribadi
Tindakan Terampil
Unjuk Kerja Dan Hasil Akhir
Motif, Konsep Diri,
Ciri Diri, Pengetahuan
Ketrampilan Kinerja ACTION
INTENS OUTCOME
Gambar 2.1. Karakteristik Dasar Kompetensi
Orang dalam aktivitasnya memerlukan adanya kompetensi, yang menurut
Hutapea dan Thoha (2008), kompetensi ada 3 jenis, yaitu (1) kompetensi teknis, lebih
menekankan kepada pencapaian efektivitas kerja, (2) kompetensi perilaku (konsep
diri, ciri diri dan motif individu), yang lebih menekankan kepada perilaku produktif
yang harus dimiliki dan diperagakan oleh petugas, agar dapat berprestasi, dan
(3) kompetensi pengetahuan dan ketrampilan individu, lebih ditujukan kepada
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
Bentuk kompetensi menurut Bennis dan Nanus (1985, dalam Mustopadidjaja,
2008), adalah kemampuan (ability) untuk mengelola atensi (visi), komunikasi,
kepercayaan dan komitmen.
Perilaku dapat diubah dengan mengkombinasikan, (1) tindakan penguatan
(reinforcement), berupa pelaksanaan penegakan peraturan perundang-undangan,
imbalan dan hukuman; (2) pengulangan (repetition), berupa pemberian umpan balik
terhadap setiap peragaan petugas; dan (3) pengarahan (coaching) kepada petugas
yang bermasalah dan belum ada kemajuan kompetensinya (Hutapea dan Thoha, 2008:
43).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000, tentang Pendidikan
dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), menjelaskan konsep kompetensi,
adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS, berupa
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan
tugas. Dengan melihat batasan tersebut, menurut Mustopadidjaja AR (2008), maka
kompetensi petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera
Utara, masuk dalam konteks penyelenggaraan Sistem Administrasi Negara Republik
Indonesia (SANKRI), yang mengklasifikasikan kompetensi ke dalam 4 (empat) jenis,
yaitu:
(1) Kompetensi Teknis (technical competance), yaitu kompetensi mengenai
bidang yang menjadi tugas pokok organisasi. Kompetensi ini, antara lain
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
pelaksanaan kebijakan dan tugas instansi, penerapan sistem dan
prinsip-prinsip akuntabilitas.
(2) Kompetensi Manajerial (manajerial competence), kompetensi yang
berkaitan dengan berbagai kemampuan manajerial yang dibutuhkan dalam
menangani tugas-tugas organisasi. Kompetensi ini, meliputi antara lain
dalam hal kemampuan menerapkan konsep dan teknik perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian, koordinasi dan evaluasi kinerja unit
organisasi, juga kemampuan dalam melaksanakan prinsip-prinsip good
governance dalam manajemen pemerintahan.
(3) Kompetensi Sosial (social competence), kemampuan melakukan
komunikasi yang dibutuhkan oleh organisasi dalam pelaksanaan tugas
pokoknya. Kompetensi ini, antara lain secara internal memotivasi
sumberdaya manusia dalam meningkatkan produktivitas kerja, secara
eksternal melaksanakan kemitraan, kolaborasi, pengembangan jaringan
kerja dengan berbagai lembaga dalam rangka meningkatkan citra dan
kinerja organisasi.
(4) Kompetensi Intelektual/Stratejik, kemampuan untuk berfikir secara
stratejik dengan visi jauh kedepan. Kompetensi ini meliputi kemampuan
merumuskan visi, misi, dan strategi dalam rangka mencapai tujuan
organisasi sebagai bagian integral dari pembangunan nasional;
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
pengambilan keputusan yang logis dan sistematis; memahami paradigma
pembangunan yang relevan dalam upaya mewujudkan good governance
dan mencapai tujuan bangsa dan bernegara; serta kemampuan dalam
menjelaskan kedudukan, tugas, fungsi organisasi instansi dalam
hubungannya dengan SANKRI.
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
kompetensi meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap perilaku, kemampuan, dan
pengalaman yang mempengaruhi kinerja individu dalam pelaksanaan tugas.
Kompetensi meliputi kompetensi teknis, kompetensi manajerial, kompetensi sosial
dan kompetensi intelektual/strategis, yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan
individu.
2.2.2. Kepemimpinan
Kepemimpinan, adalah proses yang sangat penting dalam setiap organisasi,
karena menentukan sukses atau gagalnya sebuah organisasi (Muchlas M, 2005: 314).
Kepemimpinan, terbangun dari interdependensi unsur pemimpin, unsur kondisi
masyarakat termasuk orang yang dipimpin, dan unsur perkembangan lingkungan
strategis yang senantiasa mengalami perubahan (Mustopadidjaja, 2008: 27). Menurut
Sulistyani, 2008 (21-27), dalam memfasilitasi dinamika proses yang berlangsung
(bencana), seorang pemimpin perlu memiliki modal utama, yakni ability
(kemampuan), capability (kesanggupan), personality (kepribadian), di samping itu
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
Kepemimpinan menurut Stoner (1996: 153), memerlukan perilaku yang
menyatukan dan merangsang pengikut untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam
situasi tertentu. Menurut Draft (2002: 50), kepemimpinan, adalah kemampuan
mempengaruhi orang yang mengarahkan kepada pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Rivai V (2008: 2), kepemimpinan secara luas meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya,
intepretasi peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas untuk
mencapai sasaran, memelihara hubungan kerjasama, dan kerja kelompok, perolehan
dukungan dan kerjasama dari pihak luar atau organisasi. Menurut Robbins (2006:
432), kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju
pencapaian sasaran dan pengaruh ini bersifat formal dalam peringkat manajerial suatu
organisasi.
Menurut Kotter dalam Robbins (2006: 431), kepemimpinan berkaitan dengan
penanggulangan perubahan, sedangkan manajemen berkaitan dengan penanggulangan
kompleksitas atau kerumitan. Kepemimpinan menurut Daft (2007: 8), adalah fungsi
manajemen menggunakan pengaruh untuk memberikan motivasi kepada karyawan,
sehingga mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan pada dasarnya berarti
kemampuan untuk menentukan secara benar apa yang harus dikerjakan
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
Menurut Gibson, dkk (1985: 334), suatu upaya penggunaan jenis pengaruh
bukan paksaan (concoersive) untuk memotivasi orang-orang mencapai tujuan
tertentu. Kepemimpinan merupakan upaya mempengaruhi kegiatan pengikut melalui
proses komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu. Davis dan Newstrom (1999:
152-155), berpendapat bahwa kepemimpinan yang berhasil, menggunakan 3 (tiga)
ketrampilan, yakni ketrampilan teknis, ketrampilan manusiawi, dan ketrampilan
konseptual, merupakan suatu proses mengatur dan membantu orang lain agar bekerja
dengan benar untuk mencapai tujuan.
Kepemimpinan, adalah merangsang orang-orang dalam organisasi agar
berkinerja tinggi. Kepemimpinan meliputi motivasi dan berkomunikasi dengan para
pekerja, baik individu maupun kelompok (Bateman dan Snell, 2008: 22).
Kepemimpinan, menurut Danim S (2003: 53), adalah setiap tindakan yang dilakukan
oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasikan dan memberi arah kepada
individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara praktis, menurut
Mustopadidjaja AR (2008), kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu seni
memobilisasi orang-orang lain (bawahan dan pihak lain) pada suatu upaya untuk
mencapai aspirasi dan tujuan organisasi.
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan, merupakan kemampuan untuk menentukan secara benar apa yang
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
koordinasi, mobilisasi, dan penanggulangan perubahan, karena dipengaruhi
lingkungan yang dinamis.
2.2.3. Kompetensi Kepemimpinan
Menurut Agung (2007: 23), kepemimpinan selalu berbasis manusia dan
proses, tidak selalu dihitung secara kuantitatif dan berujung pada hasil, namun
merupakan cara untuk memanusiakan manusia pekerja, agar menemukan talenta
terbaiknya, yang kelak akan melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Menurut Agung
(2007: 117), kompetensi kepemimpinan mempunyai tiga indikator, yaitu nilai-nilai
perusahaan, kerjasama tim dan keteladanan, serta dilandasi dengan kompetensi
teknikal (dengan indikator standar baku) dan kompetensi personal (dengan indikator
komunikasi), guna mencapai kompetensi bisnis, mengoptimalkan kinerja.
Manajemen dan kepemimpinan, ibarat dua sisi mata uang, tidak terpisahkan.
Kepemimpinan kuat namun manajemen lemah, akan terjadi inefisiensi dalam
mencapai tujuan. Manajemen kuat namun kepemimpinan lemah, akan terjadi loyalitas
rendah dan konflik meningkat.
Menurut Chowdury (dalam Mustopadidjaja, 2008), manajemen Abad 21 akan
tergantung pada 3 faktor, yaitu kepemimpinan, proses dan organisasi. Kepemimpinan
adalah pemimpin yang mempunyai kompetensi, berupa kemampuan mengembangkan
peoplistic communication, emotion and belief, multi skill, dan next mentality. Proses
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
fire prevention, direct interaction, dan effective globalization. Organisasi Abad 21,
adalah yang komit terhadap kualitas sumberdaya manusia.
Kepemimpinan menurut Adair (2008: 17), mencakup 3 konsep, yaitu “tugas,
tim dan individu”, dalam lingkaran saling terkait, sehingga merupakan satu kesatuan
konsep action centered leadership (ACL). Individu, dapat berkontribusi secara baik
dan bermanfaat bagi pelaksanaan tugas maupun bekerjasama dalam tim, apabila
kebutuhannya diperhatikan. Tim, dipelihara kebutuhannya, yaitu kebutuhan dalam
menyelesaikan tugas, dan kebutuhan mempertahankan kesatuan sosial kohesif atau
kebutuhan pemeliharaan tim. Tugas (KBBI, 2001: 1215), adalah yang wajib
dikerjakan atau yang ditentukan untuk dikerjakan, atau pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab seseorang.
Tantangan kepemimpinan, menurut Kouzer dan Posner (2002: 23), diperlukan
adanya 5 praktek kepemimpinan dan 10 komitmen kepemimpinan. Lima praktek
kepemimpinan, meliputi (1) keteladanan, (2) menginspirasi visi bersama, (3) menguji
proses, (4) memungkinkan orang lain bertindak dan (5) menyemangati jiwa. Sepuluh
komitmen kepemimpinan, yaitu (1) beri contoh dalam membangun dan meyakinkan
terhadap nilai-nilai bersama; (2) beri contoh dengan menyelaraskan tindakan dengan
nilai-nilai bersama; (3) lihat masa depan dengan membayangkan peluang yang
menggairahkan dan luhur; (4) kumpulkan orang ke dalam visi bersama dengan
memperhatikan aspirasi bersama; (5) cari peluang melalui pencarian cara-cara
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
ambil resiko dengan terus menerus menghasilkan kemenangan-kemenangan kecil dan
belajar dari kesalahan; (7) pupuk kolaborasi dengan mempromosikan tujuan bersama
dan membangun kepercayaan; (8) perkuat orang lain dengan membagi kekuasaan dan
keleluasaan; (9) akui kontribusi dengan menunjukkan penghargaan bagi pencapaian
individu; dan (10) rayakan nilai-nilai dan kemenangan dengan menciptakan semangat
komunitas.
Kompetensi kepemimpinan, menurut Folkman dan Zenger (2003), dapat
dikelompokkan ke dalam lima klaster, yaitu: karakter, kemampuan personel,
ketrampilan interpersonal, fokus pada hasil dan memimpin perubahan organisasi.
Menurut Keputusan Kepala BKN No. 46A Tahun 2003, kompetensi kepemimpinan
adalah kemampuan untuk menggerakan, memberdayakan, membimbing,
mengarahkan, mendidik serta mengambil keputusan yang positif bagi staf dan
pegawainya menuju ke tujuan organisasi.
Ada 3 dasar kompetensi yang perlu dibangun, guna keberhasilan organisasi,
menurut Zwell dalam Alwi (2005), yaitu kompetensi kepemimpinan, kompetensi
karyawan dan budaya organisasi yang mampu memaksimumkan kompetensi. Ada 5
(lima) kategori yang harus dimiliki oleh pemimpin dan bawahan, yaitu (1) task
achievement, kompetensi yang berkaitan dengan keberhasilan menjalan tugas jabatan;
(2) relationship, kompetensi yang berhubungan dengan proses komunikasi, kerjasama
dan pemuasan kebutuhan orang; (3) personal attributes, kompetensi intrinsik individu
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
(4) manajerial, kompetensi yang spesifik terkait dengan pengelolaan, supervisi, dan
pengembangan orang; dan (5) kepemimpinan, kompetensi yang berhubungan dengan
kemampuan orang untuk menggerakan orang lain ke arah visi, misi dan tujuan
organisasi.
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi kepemimpinan merupakan kemampuan individu atau seseorang yang
ditetapkan sebagai pemimpin dalam struktur organisasi untuk melaksanakan tugas
secara benar, yang dilandasi pengetahuan, ketrampilan, pengalaman yang didukung
sikap kerja ke arah visi, misi dan tujuan organisasi.
2.2.4. Kompetensi Kepemimpinan dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Bencana
Pengorganisasian, adalah salah satu fungsi manajemen, menurut Terry (2006:
39), pengorganisasian adalah pekerjaan manajer untuk pembagian pekerjaan dalam
tugas operasional, mengelompokkan tugas-tugas operasional dalam posisi
operasional, menggabungkan posisi operasional dan otorisasi yang tepat. Otorisasi
menurut KBBI (2001: 805), pemberian kekuasaan yang sah yang diberikan kepada
lembaga dalam masyarakat yang memungkinkan para pejabatnya menjalankan
fungsinya; hak melakukan tindakan. Pengorganisasian menurut Sedarmayanti (2007:
140), merupakan pengembangan organisasi untuk memperbaiki efektivitas organisasi
agar berfungsi dan menjawab perubahan.
Pengorganisasi, menurut Robbins dan Coulter (1999), adalah mendesain
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
pelaksana pekerjaan, pengelompokan tugas, mekanisme pelaporan, tingkatan
pengambilan keputusan. Pengorganisasian menurut Bateman dan Snell (2007: 21),
adalah menciptakan organisasi yang dinamis, dengan mengumpulkan dan
mengkoordinasikan manusia, keuangan, hal-hal fisik, hal yang bersifat informasi, dan
sumberdaya lainnya yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Aktivitas-aktivitas
pengorganisasian, meliputi rekruitmen sumberdaya manusia, menentukan tanggung
jawab pekerjaan, mengelompokan pekerjaan, menyusun dan mengalokasi
sumberdaya, menciptakan kondisi untuk bekerjasama untuk mencapai kesuksesan.
Pengorganisasian, merupakan proses pembagian tugas-tugas dan tanggung
jawab serta wewenang sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan
sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pengorganisasian meliputi penciptaan struktur, mekanisme dan prosedur kerja, uraian
kerja serta penempatan personil pada posisi yang sesuai dengan kemampuannya.
Organisasi merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
maka susunan, bentuk serta besar kecilnya organisasi harus disesuaikan dengan tujuan
yang telah ditetapkan tersebut (Sulipan, 2009).
Di dalam pengorganisasian, menurut Sulipan (2009), ada dua asas pokok yaitu
asas koordinasi dan asas hierarki. Asas koordinasi adalah sistem pengaturan dan
pemeliharaan tata hubungan agar tercipta tindakan yang sama dalam rangka mencapai
tujuan bersama. Koordinasi ini dapat berjalan dengan benar, maka diperlukan tiga
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010.
arah; (2) adanya kesediaan bekerja sama antara anggota karena merasa adanya tujuan
bersama yang ingin dicapai; dan (3) adanya filsafat serta keyakinan yang sama yang
dihayati oleh semua anggota. Asas hierarki adalah suatu proses pewujudan koordinasi
dalam organisasi. Di dalam usaha itu akan terjadi suatu tingkatan tugas, wewenang
dan tanggung jawab. Di dalam hierarki ini diperlukan adanya: kepemimpinan,
pendelegasian wewenang dan pembatasan tugas.
Kesiapsiagaan bencana, menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007,
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan (proses internal) untuk mengantisipasi
bencana, melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna. Dalam fase kesiapsiagaan bencana, tindakan yang paling dominan
adalah pelatihan dan perencanaan kontinjensi, yang diselenggarakan secara terencana,
terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh.
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa
kompetensi kepemimpinan dalam pengorganisasian kesiapsiagaan bencana, adalah
kemampuan menciptakan dan/atau mendesain struktur organisasi secara benar (proses
internal sektoral), yaitu organisasi siaga bencana untuk mengantisipasi krisis
kesehatan secara efektif dan efisien, secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan
menyeluruh.
2.2.5. Kompetensi Kepemimpinan dalam Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana
Menurut Terry (2006: 39) penggerakan adalah tindakan untuk mengusahakan