• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

UPAYA BANK MENJAGA KEAMANAN RAHASIA BANK DALAM RANGKA PERLINDUNGAN TERHADAP NASABAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

OLEH

CITRA BUANA PUTRI SIREGAR 040200040

DEPARTEMEN : HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

UPAYA BANK MENJAGA KEAMANAN RAHASIA BANK DALAM RANGKA PERLINDUNGAN TERHADAP NASABAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

OLEH

CITRA BUANA PUTRI SIREGAR 040200040

DEPARTEMEN : HUKUM EKONOMI

Ketua Departemen,

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH NIP : 131 570 455

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Dr. Sunarmi, SH, M.Hum NIP : 131 570 455 NIP : 131 835 566

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan segenap keikhlasan hati, penulis panjatkan puji syukur kepada

Allah SWT, Rabb penentu jalan hidup manusia Yang Maha Agung dan yang telah

menghantarkan penulis hingga di batas ini.

Tulisan ini penulis turunkan adalah untuk mengakhiri tugas penulis

sebagai seorang mahasiswa guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum, jurusan Ekonomi, Universitas

Sumatera Utara Medan.

Penulis sangat menyadari bahwa kehadiran karya kecil ini tidak terlepas

dari perhatian, bimbingan, dorongan dan bantuan dari semua pihak, untuk itu

izinkanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Runtung Sitepu, SH, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Syafruddin, SH, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Bapak M. Husni, SH, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

(4)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, selaku Ketua Jurusan Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, dan juga

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I.

6. Ibu Dr. Sunarmi, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang banyak

memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

8. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih

sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan segala

kritikan dan saran yang bersifat konstruktif guna penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Desember 2007

Penulis,

(5)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... i

Daftar Isi ... iii

Abstrak ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 4

D. Keaslian Penulisan ... 4

E. Tinjauan Kepustakaan ………... 5

F. Metode Penulisan ……….. 7

G. Sistematika Penulisan ……… 7

BAB II KETENTUAN TENTANG RAHASIA BANK DALAM UU NO. 10 TAHUN 1998 ... 9

A. Bank Sebagai Lembaga Kepercayaan Masyarakat... 9

B. Pengertian dan Latar Belakang Rahasia Bank... 11

C. Hal yang Wajib Dirahasiakan dan Pengecualiannya... 17

D. Dasar Hukum Rahasia Bank... 30

BAB III HUBUNGAN ANTARA RAHASIA BANK DENGAN PERLINDUNGAN TERHADAP NASABAH... 36

A. Hubungan Bank dengan Nasabah ... 36

(6)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

C. Rahasia Bank dalam Praktek………. 52

BAB IV UPAYA BANK MENJAGA KEAMANAN RAHASIA BANK……….. 58

A. Upaya Bank Menjaga Rahasia Bank... 58

B. Sanksi terhadap Pelanggaran Rahasia Bank... 65

BAB V PENUTUP... 71

A. Kesimpulan... 71

B. Saran... 73

(7)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

UPAYA BANK MENJAGA KEAMANAN RAHASIA BANK DALAM RANGKA PERLINDUNGAN TERHADAP NASABAH

*) Bismar Nasution **) Sunarmi

***) Citra Buana P. Siregar

Abstrak

Perbankan merupakan pokok dari sistem keuangan setiap negara, karena perbankan merupakan salah satu motor penggerak pembangunan bangsa. Dalam rangka menghindari terjadinya penyalahgunaan keuangan nasabah maka dibuat aturan khusus yang melarang bank untuk memberikan informasi tercatat kepada siapapun berkaitan dengan keuangan nasabah, simpanan dan penyimpanannya yang diatur dalam Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan kecuali dalam hal – hal tertentu yang disebutkan secara tegas di dalam undang – undang tersebut. Hal inilah yang disebut dengan “Rahasia Bank”. Skripsi ini mengemukakan permasalahan bagaimana upaya bank di dalam menjaga keamanan rahasia bank, serta bagaimana sanksi terhadap pelanggaran rahasia bank.

Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian normatif dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library research) disertai dengan mengumpulkan data dan membaca referensi melalui peraturan, majalah, internet dan sumber lainnya, kemudian diseleksi data – data yang layak untuk mendukung penulisan.

Kepercayaan masyarakat atas lembaga perbankan tumbuh dan berkembang, dikarenakan pada lembaga tersebut adanya satu unsur berupa kerahasiaan bank. Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal – hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan tidak boleh secara terbuka diungkapkan kepada pihak masyarakat. Undang – Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 telah mewajibkan penerapan rahasia bank demi tetap menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan, akan tetapi dalam prakteknya masih sulit dijalankan karena belum ada keseragaman dalam penentuan kategori yang termasuk rahasia bank. Pelanggaran terhadap ketentuan ini termasuk ke dalam tindak pidana perbankan, yang dapat dikenakan sanksi pidana maupun perdata.

Kesimpulan dalam skripsi ini adalah bahwa rahasia bank merupakan hal yang penting karena bank sebagai lembaga kepercayaan wajib merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan nasabah penyimpan dan simpanannya. Key-note :

- Rahasia Bank

- Perlindungan Nasabah

*) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II

(8)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan merupakan pokok dari sistem keuangan setiap negara, karena

perbankan merupakan salah satu motor penggerak pembangunan seluruh bangsa.

Tidak dapat disangkal bahwa di dalam mencapai tujuan pembangunan nasional,

yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan

Undang – Undang Dasar 1945, perbankan mempunyai peran yang sangat penting.

Sebagai salah satu motor penggerak pembangunan bangsa, lembaga

perbankan mempunyai peran yang sangat strategis karena bank mempunyai fungsi

untuk menghimpun dana dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan

dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang

membutuhkannya. Bank diharapkan dapat menyerasikan, menyelaraskan dan

menyeimbangkan unsur pemerataan pembangunan dan hasil – hasilnya,

pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional yang pada akhirnya mengarah

kepada peningkatan taraf hidup masyarakat banyak.

Perbankan dituntut untuk dapat bekerja secara profesional, dapat membaca

dan menelaah, serta menganalisis semua kegiatan dunia usaha serta perekonomian

nasional. Oleh karena itu maka lembaga perbankan perlu dibina dan diawasi

secara terus – menerus agar dapat berfungsi dengan efisien, sehat, wajar, mampu

bersaing dan dapat melindungi dana yang disimpankan oleh nasabah dengan baik

(9)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

produksi yang benar – benar produktif sesuai dengan sasaran pembangunan.

Sehingga dana yang disalurkan dalam bentuk pinjaman tersebut tidak sia – sia.

Sebaliknya nasabah yang mempercayakan dana simpanannya untuk

dikelola oleh pihak bank juga harus mendapat perlindungan dari tindakan yang

dapat merugikan nasabah yang mungkin dilakukan pengelola bank. Selain itu

untuk menjaga nama baik nasabah, maka harus diatur kapan dan dalam hal yang

bagaimana bank diperkenankan untuk memberikan informasi kepada pihak ketiga

mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal – hal lain

dari nasabah yang diketahui oleh bank. Nasabah hanya akan mempergunakan jasa

bank untuk menyimpan dananya apabila ada jaminan dari bank bahwa pihak bank

tidak akan menyalahgunakan pengetahuannya tentang simpanan dan keadaan

keuangan nasabahnya.

Dalam rangka menghindari terjadinya penyalahgunaan keuangan nasabah

maka dibuatlah aturan khusus yang melarang bank untuk memberikan informasi

tercatat kepada siapapun berkaitan dengan keadaan keuangan nasabah, simpanan

dan penyimpanannya sebagaimana diatur dalam Undang - Undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perbankan kecuali dalam hal – hal tertentu yang disebutkan

secara tegas di dalam undang – undang tersebut. Hal inilah yang disebut dengan

“Rahasia Bank”.

Pembangunan ekonomi suatu negara di samping memerlukan program

pembangunan yang terencana dan terarah untuk mencapai sasaran pembangunan,

(10)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

besar. Peningkatan pembangunan ekonomi ataupun pertumbuhan ekonomi perlu

ditunjang dengan peningkatan dana pembangunan. Umumnya suatu negara

mengalami keterbatasan dalam penyediaan dana pembangunan, untuk itu

diperlukan mobilisasi dana dari masyarakat1

Berdasarkan hal tersebut maka penulis merasa perlu pengkajian untuk

melihat sejauh apa upaya hukum yang dilakukan oleh pihak bank untuk

memberikan rasa aman kepada nasabah dalam menitipkan dananya dengan . Di sinilah diperlukannya peranan

perbankan, terutama dikarenakan kemampuannya untuk menggali sumber –

sumber dana dari dalam dan luar negeri serta menyalurkannya dalam bentuk

pinjaman kepada para pelaku usaha yang membutuhkannya, agar mampu menjadi

salah satu katalisator penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

Oleh karena itu kelancaran dan keamanan kegiatan perbankan haruslah

mendapat perhatian yang sungguh – sungguh dari semua aparat penegak hukum,

karena apabila terjadi tindak pidana dalam bidang perbankan akan menyebabkan

kerugian yang sangat besar bagi negara. Oleh sebab itu segala usaha preventif

maupun reprensif harus digalakkan untuk menanggulangi kejahatan perbankan

tersebut.

Pelanggaran terhadap rahasia bank merupakan salah satu bentuk kejahatan.

Yang menjadi masalah bukan hanya karena adanya pembocoran rahasia, akan

tetapi kenyataan bahwa rahasia bank itu kadang kala dijadikan sebagai tempat

berlindung bagi penyelewengan administrasi dan kolusi pada perbankan.

1

(11)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

mengangkat judul “Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam

Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah”.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah upaya bank menjaga keamanan rahasia bank ?

2. Bagaimanakah sanksi terhadap pelanggaran rahasia bank ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan pembahasan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan bank dalam menjaga keamanan

rahasia bank.

2. Untuk mengetahui sanksi yang diberikan apabila terjadi pelanggaran terhadap

rahasia bank.

Manfaat penulisan yang dapat diambil dari skripsi ini antara lain yaitu agar

dapat memberi masukan dalam ilmu pengetahuan, khususnya bagi dunia

perbankan yang berkenaan dengan rahasia bank.

D. Keaslian Penulisan

Upaya Bank Dalam Menjaga Keamanan Rahasia Bank Sebagai Wujud

Perlindungan Terhadap Nasabah yang diangkat menjadi judul skripsi ini

merupakan hasil karya penulis melalui pemikiran, referensi dari buku – buku,

(12)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

bukan merupakan jiplakan ataupun merupakan judul skripsi yang sudah pernah

diangkat sebelumnya oleh orang lain.

E. Tinjauan Kepustakaan

Yang dimaksud dengan rahasia bank yaitu :

a. Menurut Munir Fuady.

Hubungan antara bank dengan nasabah ternyata tidaklah seperti

hubungan kontraktual biasa. Akan tetapi dalam hubungan tersebut

terdapat pula kewajiban bagi bank untuk tidak membuka rahasia

nasabahnya kepada pihak lain manapun kecuali jika ditentukan lain

oleh perundang – undangan yang berlaku. Hal ini dinamakan rahasia

bank. Dengan demikian, istilah rahasia bank mengacu pada rahasia

dalam hubungan antara bank dengan nasabahnya.2

b. Menurut Kasmir.

Dikarenakan kegiatan dunia perbankan mengelola uang masyarakat,

maka bank wajib menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat.

Bank wajib menjaga keamanan uang tersebut agar benar – benar aman.

Agar keamanan uang nasabahnya terjamin, pihak perbankan dilarang

untuk memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang

keadaan keuangan dan hal – hal lain dari nasabahnya. Dengan kata lain

2

(13)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

bank harus menjaga rahasia tentang keadaan keuangan nasabah dan

apabila melanggar kerahasiaan ini perbankan akan dikenakan sanksi.3

c. Menurut Sutan Remy Syahdeni.

Untuk dapat memelihara dan meningkatkan kadar kepercayaan

masyarakat terhadap suatu bank pada khususnya dan perbankan pada

umumnya adalah ”dapat tidaknya bank dipercaya oleh nasabah yang

menyimpan dananya dan atau menggunakan jasa – jasa lainnya dari

bank tersebut untuk tidak mengungkapkan keadaan keuangan dan

transaksi nasabah serta keadaan lain dari nasabah yang bersangkutan

kepada pihak lain”.4

Dalam rangka untuk menghindari kemungkinan terjadinya

kekurangpercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan, yang pada saat ini

tengah gencar melakukan ekspansi untuk mencari dan menjaring nasabah, maka

perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan terhadap kemungkinan terjadinya

kerugian sangat diperlukan. Tidak dapat disangkal bahwa memang telah ada

political will dari pemerintah untuk melindungi kepentingan nasabah bank,

terutama nasabah penyimpan dana. Ini dibuktikan dengan dikeluarkannya Undang

– Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, selain yang Dalam hal ini prinsip kerahasiaan bank sangat

penting dalam menjaga kepercayaan masyarakat.

3

Kasmir, Dasar – Dasar Perbankan, (Jakarta : PT Rajawali Grafindo Persada, 2002), hal 57.

4

(14)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

diatur dalam Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang – Undang

Nomor 10 Tahun 1998.5

F. Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah tergolong ke

dalam jenis penelitian normatif dengan pengumpulan data secara studi pustaka

(library research) disertai mengumpulkan dan membaca referensi melalui

peraturan, majalah, internet kemudian data – data yang layak diseleksi untuk

mendukung penulisan.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam 5 (lima) bab, dimana masing –

masing bab dibagi atas beberapa sub bab. Urutan bab tersebut tersusun secara

sistematik dan saling berkaitan antara satu sama lain. Uraian singkat atas bab –

bab dan sub bab tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan, yang menguraikan tentang latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

keaslian penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini merupakan bab yang berisi ketentuan tentang rahasia bank

dalam Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998, bab ini menguraikan

tentang bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat, pengertian dan

5

(15)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

latar belakang rahasia bank, hal yang wajib dirahasiakan dan

pengecualiannya, dasar hukum rahasia bank.

BAB III : Bab ini merupakan bab yang berisi tentang hubungan antara rahasia

bank dengan perlindungan terhadap nasabah, bab ini menguraikan

tentang hubungan bank dengan nasabah, mekanisme perlindungan

terhadap nasabah, rahasia bank dalam praktek.

BAB IV : Bab ini merupakan bab yang berisi tentang upaya bank dalam menjaga

keamanan rahasia bank, bab ini menguraikan tentang upaya bank

menjaga rahasia bank, sanksi terhadap pelanggaran rahasia bank.

BAB V : Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan terhadap

skripsi dan saran – saran yang mungkin berguna bagi perkembangan

(16)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

BAB II

KETENTUAN TENTANG RAHASIA BANK DALAM UNDANG – UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998

A. Bank sebagai Lembaga Kepercayaan Masyarakat

Industri perbankan selain penuh dengan peraturan perundang – undangan,

juga mendasarkan kepada kepercayaan masyarakat, bahkan kepercayaan

masyarakat inilah yang merupakan pilar dan unsur utama yang harus selalu dijaga

dan dipelihara. Di Indonesia hal itu telah diatur dan merupakan satu kewajiban

yang perlu dilaksanakan oleh industri perbankan.

Bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat yang akan menjembatani

potensi, dan sumber – sumber dana yang dimiliki masyarakat dengan berbagai

kegiatan ekonomi/pembangunan. Dengan demikian pengelolaan bisnisnya harus

berdasarkan pada norma perbankan yang sehat, tetap memperhatikan unsur

sebagai agen pembangunan serta sebagai lembaga penghubung (perantara)

keuangan yang dapat dipercaya masyarakat, sehingga dengan demikian mereka

harus menjauhkan diri dari sikap spekulatif. Tuntutan seperti itu mengingat bisnis

perbankan melibatkan dana masyarakat, serta bisnis yang berjangka panjang

dengan melandaskan pada kepercayaan masyarakat.6

Masyarakat berhubungan dengan lembaga perbankan karena adanya

kepercayaan, yaitu bahwa perbankan akan memberikan keuntungan terhadap

nasabahnya, baik itu berupa keuntungan materi misalnya berupa bunga atas

6

(17)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

simpanannya, maupun keuntungan bukan materi seperti keamanan atas barang

berharga (dana) yang dititipkan/disimpan di bank tersebut. Dari hal itu timbullah

adanya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan yang saling

berkaitan, yaitu saling mempercayai. Salah satu bentuk dari saling mempercayai

adalah bahwa apa – apa yang diketahui oleh bank dari diri nasabahnya akan

dirahasiakan dan tidak akan dibuka kepada siapapun kecuali atas dasar peraturan

hukum yang berlaku. Kondisi demikian inilah maka perbankan mendapat julukan

sebagai lembaga kepercayaan (agent of trust). Di lain pihak perbankan juga

merasa yakin dan percaya, bahwa nasabahnya datang dari kalangan masyarakat

yang mempunyai reputasi dan kredibilitas baik.7

Adanya kerahasiaan tersebut merupakan salah satu pemenuhan atas

kebutuhan nasabah (masyarakat). Nasabah (masyarakat) membutuhkan rasa aman,

dan dengan kerahasiaannya itulah salah satu daya tarik bagi nasabah untuk

menyimpan uang, dan berhubungan dengan lembaga keuangan bank. Karena bila

kerahasiaan data nasabah tidak dapat dijamin oleh bank, maka nasabah akan

merasa enggan untuk berhubungan dengan bank.

Kepercayaan masyarakat atas lembaga perbankan tumbuh dan

berkembang, dikarenakan pada lembaga tersebut adanya satu unsur berupa

kerahasiaan bank. Dengan adanya kerahasiaan itulah maka masyarakat tertarik

untuk menyimpan dana dan menggunakan jasa – jasa perbankan.

8

7

Ibid. Hal 114.

8

(18)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

Ketentuan rahasia bank diperlukan karena perbankan harus melindungi

nasabahnya. Bank yang membocorkan informasi yang dikategorikan rahasia bank

layak dikenakan sanksi berat. Meskipun demikian ketentuan itu tidaklah bisa kaku

serta ketat tanpa kekecualian. Ketentuan ini dapat dikesampingkan saat

kepentingan umum (masyarakat) tampak bakal dirugikan oleh oknum tertentu.

Disinilah terlihat bahwa kepentingan masyarakat menjadi prioritas utama karena

kepentingan masyarakat harus dilindungi, yaitu perbankan bukanlah lembaga

yang bisa dijadikan tempat untuk penyalahgunaan kewenangan atau tempat kerja

sama mereka yang melanggar hukum dalam menjalankan kegiatan mengambil

dana dari masyarakat melalui hal yang tidak wajar.9

Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan

dan hal – hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan

tidak boleh secara terbuka diungkapkan kepada pihak masyarakat. Dalam

hubungan ini yang menurut kelaziman wajib dirahasiakan oleh bank, adalah

seluruh data dan informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan

keuangan, dan hal – hal lain dari orang, dan badan yang diketahui oleh bank

karena kegiatan usahanya.

B. Pengertian dan Latar Belakang Rahasia Bank 1. Pengertian Rahasia Bank

10

9

Muhamad Djumhana. Op cit. Hal 115.

10

(19)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

Dengan demikian, istilah rahasia bank mengacu kepada rahasia dalam

hubungan antara bank dengan nasabahnya. Sedangkan rahasia – rahasia lain yang

bukan merupakan rahasia antara bank dengan nasabah, sungguhpun juga bersifat

”rahasia” tidak tergolong ke dalam istilah ”rahasia bank” menurut Undang –

Undang Perbankan. Rahasia – rahasia lain yang bukan rahasia bank tersebut,

misalnya rahasia mengenai data dalam hubungan dengan pengawasan bank oleh

Bank Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) dan Pasal 33

Undang – Undang Perbankan.11

Sedangkan menurut Pasal 1 angka 16 Undang – Undang Nomor 7 Tahun

1992, rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan

hal – hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib

dirahasiakan. Undang – undang ini dapat dikatakan menganut kerahasiaan bank

yang lebih luas dibandingkan dengan yang dianut oleh Undang – Undang Nomor Pasal 1 angka 28 Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan menyebutkan bahwa : ”rahasia bank adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan

simpanannya”. Undang – undang ini membatasi atau mempersempit hal – hal

yang wajib dirahasiakan oleh bank, yakni hanya sebatas pada keterangan dan

keadaan keuangan nasabah penyimpan dana saja. Sehingga keterangan dan

keadaan keuangan nasabah selain sebagai nasabah penyimpan dana bukan

merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan oleh bank.

11

(20)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

10 Tahun 1998, sebab yang dilindungi bukan hanya keterangan dan keadaan

keuangan nasabah penyimpan dana dan simpanannya saja melainkan juga

keterangan dan keadaan keuangan nasabah debitur atau pinjamannya.

Kerahasiaan informasi yang terlahir dalam kegiatan perbankan ini

diperlukan baik untuk kepentingan bank maupun untuk kepentingan nasabah itu

sendiri. Oleh karenanya lembaga perbankan harus memegang teguh keterangan

yang tercatat padanya. Ketentuan ini juga berlaku bagi pihak terafiliasi dalam

kegiatan operasional perbankan tersebut. Yang dimaksud dengan pihak terafiliasi

adalah12

a. Anggota Dewan Komisaris, Direksi, Pejabat, atau karyawan bank (bagi bank

yang berbentuk Perseroan Terbatas); :

b. Anggota Pengurus dan Badan Komisaris, Direksi, Pejabat, atau Karyawan

bank (bagi bank yang berbadan hukum koperasi sesuai peraturan perundang –

undangan yang berlaku);

c. Pihak yang memberikan jasanya kepada bank yang bersangkutan, termasuk

konsultan, konsultan hukum, akuntan, dan penilai;

d. Pihak yang berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia turut

mempengaruhi pengelolaan bank.

Bank sebagai lembaga keuangan yang dipercaya oleh masyarakat

dihadapkan pada dua kewajiban yang saling bertentangan dan sering kali hal ini

tidak dapat dirundingkan. Di satu pihak bank mempunyai kewajiban untuk tetap

12

(21)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

merahasiakan keadaan dan catatan keuangan nasabahnya yang disebut juga

dengan teori rahasia mutlak (absolute theory), kewajiban ini timbul erat kaitannya

dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat atau para nasabahnya kepada

bank selaku lembaga pengelola keuangan atau sumber dana masyarakat.

Kewajiban menjaga rahasia ini sering timbul atas dasar kepercayaan. Di sisi lain

pihak bank juga berkewajiban untuk mengungkapkan keadaan dan catatan

keuangan nasabahnya dalam keadaan – keadaan tertentu yang disebut juga teori

rahasia bank nisbi / relatif (relative theory) dimana bank diperbolehkan membuka

rahasia nasabahnya bila untuk suatu kepentingan mendesak, misalnya untuk

kepentingan negara. Disinilah munculnya konflik yang dihadapi oleh pihak bank.

Kondisi yang demikian itu dapat disiasati dengan turun tangannya Menteri

Keuangan memberikan izin tertulis kepada pihak tertentu seperti pihak perpajakan

untuk pemeriksaan pajak, pihak kejaksaan dan kepolisian dalam penanganan

kasus hukum. Izin tertulis ini dapat dipergunakan untuk mengetahui keterangan

seseorang yang berhubungan dengan rahasia bank karena ada alasan tertentu yang

berhubungan dengan kepentingan lembaga tersebut di atas.13

Pada dasarnya setiap orang, baik sebagai pribadi maupun sebagai

pengusaha tidak menginginkan keadaan mengenai pribadinya termasuk keadaan

keuangannya diketahui oleh orang lain. Tiap – tiap kepentingan dari setiap orang

2. Latar Belakang Rahasia Bank

13

(22)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

itu harus mendapat perhatian dan dihormati sepenuhnya oleh siapapun juga

termasuk negara. Untuk itu, jika perlu dilindungi dengan mempergunakan hukum

pidana yaitu sejauh kepentingan itu secara langsung maupun tidak langsung, juga

mempunyai arti bagi masyarakat atau negara. Bagi seorang pengusaha

kerahasiaan ini sangatlah penting artinya demi menunjang kelancaran

perusahaannya, karena tanpa hal ini setiap orang atau pengusaha akan dengan

mudah mempelajari keuangan perusahaan yang nantinya akan dapat dipergunakan

untuk mempersulit atau menjatuhkan usahanya. Keadaan ini benar – benar

disadari oleh dunia perbankan sehingga bank merasa perlu untuk merahasiakan

keadaan keuangan nasabahnya yang dipercayakan kepadanya. Tindakan ini dalam

dunia perbankan dikenal dengan sebutan ”Rahasia Bank”.

Guna melindungi suatu informasi dikenal adanya hukum kerahasiaan.

Hukum kerahasiaan adalah hukum yang berisikan kaidah – kaidah yang berkaitan

dengan perlindungan rahasia bank yang menyangkut rahasia perdagangan, rahasia

yang sifatnya pribadi atau mengenai rahasia pemerintahan. Objek dari hukum

kerahasiaan ini meliputi informasi yang terjadi karena suatu tugas dan fungsi

jabatan seseorang, dan atau karena suatu kegiatan. Informasi yang harus

dirahasiakan karena tugas dan jabatan misalnya informasi dalam hubungan pasien

dengan dokter, klien dengan pengacaranya, notaris atau rohaniawan. Sedangkan

informasi yang harus dirahasiakan karena kegiatannya, misalnya informasi bisnis

(23)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

daftar pelanggan; rencana bisnis dan sebagainya atau seorang wartawan yang

harus merahasiakan sumber beritanya.14

Pelanggaran atas hukum kerahasiaan terjadi, bila

Kewajiban untuk menyimpan rahasia sebuah informasi bersumber kepada

kewajiban moral serta tuntutan kepentingan masyarakat untuk terbentuknya suatu

hubungan berdasarkan rasa saling percaya. Semua itu merupakan azas terpenting

dan berhubungan secara intrinsik dengan tugas dan fungsi sesuatu jabatan /

pekerjaan.

Informasi mengenai kegiatan bank terutama mengenai hubungan antara

nasabah dengan bank merupakan bagian dari rahasia bank itu dan hal itu

merupakan salah satu bagian yang dilindungi oleh hukum kerahasiaan. Dasar yang

melandasi hukum kerahasiaan ini adalah bahwa hukum tersebut dapat mencegah

seseorang untuk membuka atau membocorkan informasi yang diberikan

kepadanya atau menyalahgunakan informasi yang diketauinya tersebut. Dengan

demikian bila terjadi pembocoran atau pembukaan informasi secara melawan

hukum atau menyalahgunakan informasi tersebut maka ketentuan hukum dapat

dikenakan kepada si pelaku pembocoran atau penyalahgunaan informasi tersebut.

15

a. Informasi itu dapat dikategorikan mempunyai nilai rahasia atau untuk

dirahasiakan, maksudnya informasi tersebut bukan merupakan hal yang

lumrah atau telah menjadi pengetahuan umum;

:

14

Muhamad Djumhana. Op cit. Hal 129.

15

(24)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

b. Informasi tersebut diberikan kepada pihak tertentu (seperti bank) dalam

kondisi si penerima mempunyai kewajiban untuk merahasiakannya;

c. Adanya penggunaan atau pembukaan informasi secara tidak sah.

Oleh karena itu agar terhindar dari adanya penyelewangan –

penyelewengan ini, maka bank harus melindungi kerahasiaan mengenai nasabah

dan simpanannya. Rahasia bank mutlak diperlukan bukan hanya untuk nasabah

saja, melainkan juga mutlak diperlukan bagi kepentingan bank itu sendiri yakni

untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat yang menyimpankan uangnya di

bank. Masyarakat hanya akan mempercayakan dananya pada bank apabila ada

jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan keuangan

nasabah tidak akan disalahgunakan.

C. Hal Yang Wajib Dirahasiakan dan Pengecualiannya 1. Hal Yang Wajib Dirahasiakan

Dalam menentukan hal – hal (informasi) yang termasuk rahasia bank

tidaklah mudah dan sampai saat ini belum ada satu keseragaman mengenai hal –

hal (informasi) apa saja yang dapat dikategorikan sebagai suatu yang masuk

kategori untuk dirahasiakan oleh bank dari informasi dan data – data seorang

nasabah. Penentuan ini perlu untuk dapat dilindungi oleh hukum kerahasiaan.

Hukum kerahasiaan berkaitan dengan perlindungan rahasia – rahasia, baik yang

menyangkut perdagangan, rahasia yang sifatnya pribadi atau mengenai

pemerintahan. Rahasia bank adalah salah satu bagian yang dilindungi oleh hukum

(25)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

Menyangkut rahasia bank terkait pula pihak – pihak yang berhubungan

dengan bank tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Pihak yang

secara langsung yaitu mereka yang bekerja atau mempunyai hubungan erat

dengan bank seperti anggota komisaris. Adapun pihak yang secara tidak langsung

yaitu mereka yang mempunyai keterkaitan dengan kegiatan bank seperti konsultan

hukumnya, akuntan publiknya dan pihak jasa penilai (appraisal). Mereka semua

terikat pada rahasia jabatannya.

Rahasia jabatan adalah menyangkut informasi yang diterima seseorang

dari pihak lain dalam rangka hubungan profesinya. Rahasia jabatan yang

berhubungan dengan perbankan, seperti yang telah disebutkan di atas yaitu

konsultan hukum, akuntan publik, dan pihak jasa penilai (appraisal). Mereka

diwajibkan untuk memegang rahasia pihak yang berhubungan dengannya (klien).

Tetapi ketatnya pemegang rahasia tersebut sering pula dipakai di luar jalur hukum

seperti untuk menutupi kejahatan kliennya.

Penentuan hal – hal yang termasuk kategori rahasia bank harus berpijak

pada16

a. Kelaziman operasional perbankan :

Operasional perbankan yang utama adalah menghimpun dana masyarakat

serta memberikan kredit. Dalam operasinya tersebut sudah lazim bank

mengadakan pencatatan – pencatatan data – data, dan informasi jalannya

usaha yang dilakukan serta dalam hubungannya dengan nasabahnya.

16

(26)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

Keadaan keuangan nasabah yang tercatat padanya, ialah keadaan mengenai

keuangan yang tercatat pada bank yang meliputi segala simpanannya yang

tercantum dalam semua pos pasiva, dan segala pos aktiva yang merupakan

pemberian kredit dalam pelbagai macam bentuk kepada yang bersangkutan.

Hal – hal lain yang harus dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam

dunia perbankan, ialah segala keterangan orang, dan badan yang diketahui

oleh bank karena kegiatan usahanya, yaitu meliputi : pemberian pelayanan,

dan jasa dalam lalu – lintas uang, baik dalam maupun luar negeri;

pendiskontoan, dan jual beli surat berharga; dan pemberian kredit.

b. Apakah pembocoran / pembukaan informasi akan merugikan pemilik

informasi (nasabah) atau menguntungkan pihak lain. Namun selalu ada

pertanyaan tentang informasi seperti apa yang akan menimbulkan akibat

kerugian itu. Meskipun agak kabur, kriteria ini jelas menunjuk kalangan

perbankanlah sebagai sumber keputusan utama untuk menentukan informasi

manakah yang harus diperlakukan sebagai hal yang konfidensial.

c. Pihak pemilik informasi (nasabah) harus yakin secara wajar bahwa informasi

itu benar – benar belum diketahui masyarakat luas.

Dari hal – hal yang dikemukakan di atas, maka sekarang dapat ditarik

sebuah kesimpulan bahwa informasi yang dapat dirahasiakan tidak harus

(27)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009 2. Pengecualiannya

Pengecualian dalam hal rahasia bank ini tercantum dalam Pasal 40 ayat (1)

Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang menyebutkan

bahwa bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan

simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana diatur dalam Pasal 41, Pasal 41 A,

Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44 dan Pasal 44 A.

Kata “kecuali” diartikan sebagai pembatasan terhadap berlakunya rahasia

bank. Mengenai keterangan yang disebutkan dalam pasal – pasal tadi bank boleh

tidak merahasiakannya (boleh mengungkapkannya).17

a. Untuk Kepentingan Perpajakan (Pasal 41)

Keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya itu boleh

diungkapkan dalam hal – hal sebagai berikut :

Mengenai pembukaan rahasia bank untuk kepentingan perpajakan ini

diatur dalam ketentuan Pasal 41 ayat (1) Undang – Undang Nomor 10 Tahun

1998 yang menentukan bahwa, “Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank

Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan perintah

tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti –

bukti tertulis serta surat – surat mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan

tertentu kepada pejabat pajak”.18

17

Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2000), hal 79.

18

(28)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

Untuk pembukaan atau pengungkapan rahasia bank, Pasal 41 ayat (1)

Undang – undang Nomor 10 Tahun 1998 menetapkan unsur – unsur yang wajib

dipenuhi sebagai berikut19

1) Pembukaan Rahasia Bank itu untuk kepentingan perpajakan. :

2) Pembukaan Rahasia Bank itu atas permintaan tertulis Menteri Keuangan.

3) Pembukaan Rahasia Bank itu atas perintah tertulis Pimpinan Bank

Indonesia.

4) Pembukaan Rahasia Bank itu dilakukan oleh Bank dengan memberikan

keterangan dan memperlihatkan bukti – bukti tertulis serta surat – surat

mengenai keadaan keuangan Nasabah Penyimpan yang namanya

disebutkan dalam permintaan tertulis Menteri Keuangan.

5) Keterangan dengan bukti – bukti tertulis mengenai keadaan keuangan

Nasabah Penyimpan tersebut diberikan kepada pejabat pajak yang

namanya disebutkan dalam perintah tertulis Pimpinan Bank Indonesia.

Pengecualian untuk kepentingan perpajakan bagi kerahasiaan bank yang

diatur dalam Pasal 41 ayat (1) tersebut merupakan paksaan hukum demi

kepentingan umum, yaitu kepentingan negara serta kepentingan masyarakat.

b. Untuk Penyelesaian Piutang Bank (Pasal 41 A)

Dalam Pasal 41 A Undang – undang Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan

bahwa untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan

Urusan Piutang dan Lelang Negara / Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan

19

(29)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan

Lelang Negara / Panitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan

dari bank mengenai simpanan nasabah debitur. Izin tersebut diberikan20

1) atas permintaan tertulis dari Kepala BUPLN / Ketua PUPN dengan

menyebutkan :

:

a). nama dan jabatan pejabat BUPLN / PUPN yang meminta keterangan;

b). nama nasabah debitor yang bersangkutan yang diperlukan keterangan; dan

c). alasan diperlukannya keterangan dari nasabah debitor tersebut.

2) izin tersebut dengan sendirinya :

a). diberikan secara tertulis;

b) menyebutkan nama dan jabatan pejabat BUPLN / PUPN yang meminta

keterangan;

c). menyebutkan nama nasabah debitor yang akan dimintai keterangan

berkaitan dengan utang bank yang diserahkan kepada BUPLN / PUPN;

dan

d) mencantumkan keperluan keterangan tersebut dikaitkan dengan urusan

penyelesaian piutang bank.

c. Untuk Kepentingan Peradilan Pidana (Pasal 42)

Pemeriksaan di Pengadilan Negeri meliputi perkara pidana dan perkara

perdata. Ketentuan yang berhubungan dengan pembukaan rahasia bank dalam

20

(30)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

hukum acara pidana diatur pada Pasal 170 Undang - Undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Hukum Acara Pidana, yaitu21

Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Menteri Keuangan

dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa atau hakim untuk memperoleh

keterangan dari bank tentang keadaan keuangan tersangka / terdakwa pada bank.

Izin sebagaimana dimaksud di atas diberikan secara tertulis atas permintaan

tertulis dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung atau Ketua

Mahkamah Agung. Permintaan sebagaimana dimaksud di atas harus menyebutkan :

”Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya

diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban

untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang

dipercayakan kepada mereka.”

”Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan

tersebut.”

Kalangan perbankan diakui oleh peraturan perundang – undangan Nomor

7 Tahun 1992 tentang Pokok – pokok Perbankan, diwajibkan untuk menyimpan

rahasia. Tanpa izin tertulis dari Menteri Keuangan, mereka tidak boleh membuka

yang menyangkut rahasia bank. Dengan demikian bila tidak izin maka mereka

dapat mengajukan untuk dibebaskan dari kewajiban untuk menjadi saksi suatu

perkara.

21

(31)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

nama dan jabatan polisi, jaksa atau hakim, nama tersangka / terdakwa, sebab –

sebab keterangan diperlukan dan hubungan perkara pidana yang bersangkutan

dengan keterangan – keterangan yang diperlukan.22

d. Untuk Kepentingan Pemeriksaan Peradilan Perdata (Pasal 43)

Pasal 43 Undang – Undang Perbankan menyatakan, dalam perkara perdata

antara bank dengan nasabahnya, Direksi Bank dapat menginformasikan kepada

pengadilan di depan hakim tentang keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan

dan memberikan keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut.23

Dalam penjelasan pasal tersebut dinyatakan bahwa informasi mengenai

keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan dapat diberikan oleh bank kepada

Pengadilan tanpa izin Menteri. Karena pasal ini tidak diubah oleh Undang –

Undang Nomor 10 Tahun 1998, maka penjelasannya perlu disesuaikan. Yang

memberi izin tersebut bukan lagi Menteri, melainkan adalah Pimpinan Bank

Indonesia.24

Ketentuan ini merupakan landasan hukum dan alasan dapat dibukanya atau

diterobosnya ketentuan rahasia bank untuk kepentingan penyelesaian perkara

perdata antara bank dan nasabahnya di pengadilan. Untuk itu direksi dari bank

yang bersangkutan dapat memberikan keterangan mengenai keadaan keuangan

dari nasabah tersebut.25

22

Marulak Pardede, Hukum Pidana Bank, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995), hal 59.

23

Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia (Simpanan, Jasa dan Kredit), (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2006), hal 106.

24

Muhamad Djumhana. Loc cit. Hal 152.

25

(32)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

e. Untuk Kepentingan Tukar – Menukar Informasi Antar Bank (Pasal 44)

Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank, direksi bank dapat

memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain. Tukar menukar

informasi antar bank dimaksudkan untuk memperlancar dan mengamankan

kegiatan usaha bank, antara lain guna mencegah kredit rangkap serta mengetahui

keadaan dan status dari suatu bank lain. Dengan demikian bank dapat menilai

tingkat resiko yang dihadapi, sebelum melakukan sesuatu transaksi dengan

nasabah atau dengan bank lain. Ketentuan mengenai tukar menukar informasi

tersebut diatur lebih lanjut oleh Bank Indonesia, yang antara lain mengatur

mengenai tata cara penyampaian dan permintaan informasi serta bentuk dan jenis

informasi tertentu yang dapat dipertukarkan, seperti indikator secara garis besar

dari kredit yang diterima nasabah, agunan, dan masuk tidaknya debitur yang

bersangkutan dalam daftar kredit macet.26

1) informasi bank, untuk mengetahui keadaan dan status bank dalam rangka

melakukan kerjasama atau transaksi dengan bank;

Informasi antar bank tersebut antara

lain berupa :

2) informasi kredit untuk mengetahui status dan keadaan debitor bank guna

mencegah penyimpangan pengelolaan perkreditan;

3) informasi pasar uang, untuk mengetahui tingkat suku bunga dan kondisi

likuiditas pasar.

Sebelumnya Bank Indonesia telah mengatur ketentuan tata cara tukar –

menukar informasi antar bank sebagaimana dalam Surat Keputusan Direksi Bank

26

(33)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

Indonesia Nomor 27/6/UPB masing – masing tanggal 25 Januari 1995, disebutkan

bahwa yang dimaksud dengan tukar – menukar informasi antar bank adalah

permintaan pemberian informasi mengenai keadaan kredit yang diberikan bank

kepada debitor tertentu dan keadaan serta status suatu bank.

Informasi antar bank ini hanya dapat dilakukan oleh Anggota Direksi atau

pejabat yang memperoleh penunjukan sebagaimana diatur oleh ketentuan internal

masing – masing bank. Ada dua bentuk permintaan informasi antar bank, yaitu27

a. Bank Umum kepada Bank Umum.

:

1) permintaan informasi kepada bank lain

Bank dapat meminta informasi kepada bank lain mengenai keadaan debitor

tertentu secara tertulis dari Direksi bank dengan menyebutkan secara jelas

tujuan penggunaan informasi yang diminta.

Permintaan informasi mengenai keadaan kredit dapat dilakukan oleh :

b. BPR kepada BPR.

Bank yang dimintai informasi wajib memberikan informasi secara tertulis

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk nasabah yang masih tercatat

sebagai debitor aktif (nasabah aktif) cukup dengan menegaskan bahwa

nasabah yang dimaksud adalah debitor bank yang bersangkutan. Sedangkan

untuk nasabah yang tidak lagi tercatat sebagai debitor aktif (nasabah tidak

aktif) informasinya dapat meliputi :

a. data debitor;

b. data pengurus;

27

(34)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

c. data agunan;

d. data jumlah fasilitas kredit yang diberikan;

e. data keadaan kolektibilitas terakhir.

Informasi yang diterima oleh bank peminta, bersifat rahasia dan wajib

digunakan sesuai dengan tujuan penggunaan sebagaimana disebutkan dalam

surat permintaan informasi. Bank yang melanggar akan dikenakan sanksi

administratif yang dapat menurunkan tingkat kesehatan bank.

2) Permintaan informasi melalui Bank Indonesia

Bank dapat meminta informasi mengenai nasabah debitor kepada Bank

Indonesia atau keadaan dan status suatu bank melalui Bank Indonesia secara

tertulis dengan menyebut secara jelas tujuan penggunaan informasi yang

diminta.

Informasi mengenai bank yang dapat diberikan oleh Bank Indonesia tersebut

meliputi :

a. nomor dan tanggal akta pendirian dan izin usaha;

b. status / jenis usaha;

c. tempat kedudukan;

d. susunan pengurus;

e. permodalan;

f. neraca yang telah diumumkan;

g. pengikutserataan dalam kliring; dan

(35)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

Bank yang melanggar ketentuan ini dikenakan sanksi administratif yang dapat

menurunkan tingkat kesehatan bank.

f. Untuk Kepentingan Pihak Lain yang ditunjuk Nasabah (Pasal 44 A ayat 1)

Pemberian keterangan atas persetujuan nasabah penyimpan untuk

kepentingan pihak lain sebagaimana disebutkan dalam Pasal 44 A ayat (1)

Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 bahwa atas permintaan, persetujuan,

atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis, bank wajib

memberikan keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan pada bank yang

bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan tersebut.

Berdasarkan ketentuan Pasal 44 A ayat (1) tersebut bank wajib

memberikan keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan kepada pihak

yang ditunjuknya, asalkan ada permintaan, atau persetujuan, atau kuasa tertulis

dari nasabah penyimpan yang bersangkutan, misalnya kepada penasehat hukum

yang menangani perkara nasabah penyimpan.

g. Untuk Kepentingan Penyelesaian Kewarisan (Pasal 44 A ayat 2)

Apabila nasabah penyimpan telah meninggal dunia, maka ahli waris yang

sah dari nasabah penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan

mengenai simpanan nasabah penyimpan tersebut.28

28

Y. Sri Susilo. Op cit. Hal 38.

Pengecualian ini disebutkan

dalam Pasal 44 A ayat (2) yang merupakan ketentuan baru yang ditambahkan

(36)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

Sebagai pelaksanaan Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998,

pengecualian rahasia bank juga diatur dalam peraturan Gubernur Bank Indonesia

Nomor : 2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah

Atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank. Lahirnya peraturan Gubernur Bank

Indonesia ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa rahasia bank yang

diperlukan sebagai salah satu faktor untuk menunjang kepercayaan nasabah

penyimpan, dimungkinkan dibuka untuk kepentingan perpajakan, penyelesaian

piutang bank, kepentingan peradilan dalam perkara pidana, dalam perkara perdata

antara bank dengan nasabahnya, dalam rangka tukar menukar informasi antar

bank, atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah, dan permintaan ahli

waris yang sah dari nasabah yang telah meninggal dunia.29

Selain pengecualian – pengecualian yang telah diuraikan di atas, maka

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga diberikan kewenangan dalam

membuka rahasia bank. Kewenangan tersebut didasarkan pada Surat Mahkamah

Agung No. KMA/694/R.45/XII/2004 perihal pertimbangan hukum atas

pelaksanaan kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dengan

ketentuan rahasia bank yang ditandatangani oleh Ketua Mahkamah Agung

Republik Indonesia tanggal 2 Desember 2004. Surat Keputusan Mahkamah

Agung RI tersebut diterbitkan sebagai jawaban atas Surat Gubernur Bank

Indonesia No. 6/2/GBI/DHk/Rahasia, tanggal 8 Agustus 2004 yang meminta

29

(37)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

pertimbangan hukum dari Mahkamah Agung untuk menjawab persoalan

kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam membuka rahasia bank.30

Pemberian kewenangan untuk menerobos rahasia bank kepada Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah suatu terobosan hukum yang tepat dalam

upaya mencegah dan menindak tindak pidana di bidang perbankan.31

Terdapat beberapa ketentuan yang menjadi dasar hukum sebagai landasan

bagi rahasia bank agar dapat berlaku secara yuridis formal. Adapun yang

merupakan dasar hukum berlakunya rahasia bank adalah Pasal 40 sampai dengan

Pasal 45 Undang – undang Perbankan, yaitu sebagai berikut

D. Dasar Hukum Rahasia Bank

32

Pasal ini menjelaskan bahwa apabila nasabah penyimpan yang sekaligus

juga sebagai nasabah debitur, bank wajib merahasiakan keterangan tentang

nasabah dalam kedudukannya sebagai nasabah penyimpan. Walaupun demikian, :

Pasal 40

(1) Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan

simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal

41 A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 44 A.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tersebut berlaku juga

bagi pihak terafiliasi.

30

Hermansyah. Op cit. Hal 118.

31

Ibid. Hal 119.

32

(38)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

pemberian data dan informasi kepada pihak lain dimungkinkan yaitu berdasarkan

Pasal 41, Pasal 41 A, Pasal 42, Pasal 43, dan Pasal 44.

Pasal 41

(1) Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan

Menteri Keuangan berwenang untuk mengeluarkan perintah tertulis kepada

bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti – bukti tertulis

serta surat – surat mengenai keadaan keuangan Nasabah Penyimpan tertentu

kepada pejabat pajak.

(2) Perintah tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), haruslah

menyebutkan nama pejabat pajak, dan nama nasabah wajib pajak yang

dikehendaki keterangannya.

Pasal ini menjelaskan bahwa dalam hal kepentingan perpajakan, bank

dapat menginformasikan keterangan – keterangan dan bukti – bukti tertulis atas

permintaan Menteri Keuangan melalui Pimpinan Bank Indonesia, dan

pengecualian ini merupakan paksaan hukum demi kepentingan umum.

Pasal 41 A

(1) Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan

Urusan Piutang dan Lelang Negara / Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan

Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan

Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan

(39)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

(2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan secara tertulis atas

permintaan tertulis dari Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara /

Ketua Panitia Urusan Piutang Negara.

(3) Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus menyebutkan

nama dan jabatan pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia

Urusan Piutang Negara, nama nasabah debitur yang bersangkutan, dan alasan

diperlukannya keterangan.

Pasal ini menjelaskan bahwa untuk penyelesaian piutang bank yang

diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan

Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin secara tertulis kepada

Pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara

untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah debitur.

Pasal 42

(1) Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Pimpinan Bank

Indonesia dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa atau hakim untuk

memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka atau

terdakwa pada bank.

(2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tersebut diberikan secara

tertulis atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia,

(40)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

(3) Permintaan tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus

menyebutkan nama dan jabatan polisi, jaksa, atau hakim, nama tersangka atau

terdakwa, alasan diperlukannya keterangan dan hubungan perkara pidana yang

bersangkutan dengan keterangan yang diperlukan.

Pasal ini menjelaskan bahwa untuk kepentingan pidana, Pimpinan Bank

Indonesia dapat memberikan izin tertulis kepada polisi, jaksa, atau hakim

sepanjang permintaan tersebut telah memenuhi ketentuan sebagaimana yang

dimaksud dalam ayat (3).

Pasal 42 A

Pasal ini mengatur bahwa bank wajib memberikan keterangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, dan Pasal 42.

Pasal 43

Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, direksi bank yang

bersangkutan dapat menginformasikan kepada Pengadilan tentang keadaan

keuangan nasabah yang bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang

relevan dengan perkara tersebut.

Pasal ini menjelaskan bahwa dalam hal perkara perdata antara bank

dengan nasabahnya, maka bank dapat memberikan informasi keuangan nasabah

yang dalam perkara tersebut serta keterangan lain yang bersangkutan dengan

(41)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

Pasal 44

(1) Dalam rangka tukar – menukar informasi antar bank, direksi bank dapat

memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tukar – menukar informasi sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Bank Indonesia.

Pasal ini menjelaskan bahwa dalam rangka tukar – menukar informasi

antar bank, maka direksi bank dapat memberitahukan keadaan keuangan

nasabahnya kepada bank lain dengan tujuan untuk memperlancar dan

mengamankan kegiatan usaha bank, antara lain guna mencegah terjadinya kredit

rangkap serta untuk mengetahui keadaan dan status dari suatu bank.

Pasal 44 A

(1) Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari Nasabah Penyimpan yang

dibuat secara tertulis, bank wajib memberikan keterangan mengenai simpanan

Nasabah Penyimpan pada bank yang bersangkutan kepada pihak yang

ditunjuk oleh Nasabah Penyimpan tersebut.

(2) Dalam hal Nasabah Penyimpan telah meninggal dunia, ahliwaris yang sah

dari Nasabah Penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan

mengenai simpanan Nasabah Penyimpan tersebut.

Pasal ini merupakan ketentuan yang baru ditambahkan dalam Undang –

undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang mengatur mengenai

(42)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

nasabah penyimpan, maka bank diperbolehkan / dapat memberikan informasi

mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tersebut apabila ia meninggal

dunia kepada ahli warisnya.

Pasal 45

Pihak yang merasa dirugikan oleh keterangan yang diberikan oleh bank – bank

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, dan Pasal 44

tersebut diatas, berhak untuk mengetahui isi keterangan tersebut dan dapat

meminta pembetulan jika terdapat kesalahan dalam keterangan yang

diberikan.

Pasal ini menjelaskan bahwa apabila permintaan pembetulan oleh pihak

yang merasa dirugikan akibat keterangan yang diberikan oleh bank, maka masalah

tersebut dapat diajukan oleh pihak yang bersangkutan ke Pengadilan yang

(43)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

BAB III

HUBUNGAN ANTARA RAHASIA BANK DENGAN PERLINDUNGAN TERHADAP NASABAH

A. Hubungan Bank dengan Nasabah

Hubungan antara bank dengan nasabah didasarkan kepada dua unsur yang

saling terkait, yaitu hukum dan kepercayaan. Sebuah bank hanya bisa melakukan

kegiatan dan mengembangkan banknya apabila masyarakat percaya untuk

menempatkan uangnya pada produk – produk perbankan yang ada pada bank

tersebut. Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut bank dapat menghimpun

dana dari masyarakat untuk ditempatkan pada banknya dan memberikan jasa –

jasa perbankan.

Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau

bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Dapat dilihat bahwa undang – undang tersebut mengemukakan fungsi utama

perbankan Indonesia sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.

Berdasarkan dua fungsi utama dari sebuah bank yaitu fungsi pengerahan

dana dan fungsi penyerahan dana maka terdapat dua hubungan hukum antara bank

dengan nasabah, yaitu33

a. Hubungan hukum antara bank dengan nasabah penyimpan dana :

33

(44)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

Artinya bahwa bank menempatkan dirinya sebagai peminjam dana milik

masyarakat. Bentuk hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana

dapat terlihat dari hubungan hukum yang muncul dari produk – produk

perbankan, seperti deposito, tabungan, giro dan lain sebagainya.

Bentuk hubungan hukum itu dapat tertuang dalam bentuk peraturan bank

yang bersangkutan dan syarat – syarat umum yang harus dipatuhi oleh setiap

nasabah penyimpan dana. Syarat – syarat tersebut harus disesuaikan dengan

produk perbankan yang ada, karena syarat dari satu produk perbankan tidak akan

sama dengan syarat dari produk perbankan yang lain.

Dalam produk perbankan seperti tabungan dan deposito maka ketentuan –

ketentuan dan syarat – syarat umum yang berlaku adalah ketentuam – ketentuan

dan syarat – syarat umum hubungan rekening deposito dan hubungan rekening

tabungan.

b. Hubungan hukum antara bank dengan nasabah debitur

Artinya bahwa bank sebagai lembaga penyedia dana bagi para debiturnya.

Bentuknya dapat berupa kredit, seperti kredit modal kerja, kredit investasi,

ataupun kredit usaha kecil.

Dasar hubungan hukum antara bank dengan para nasabahnya adalah

hubungan kontraktual. Hubungan kontraktual ini terjadi pada saat nasabah

(45)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

hubungan hukum seperti nasabah membuka rekening tabungan, deposito dan

produk perbankan lainnya.34

Dalam praktek perbankan yang dilakukan selama ini, termasuk di

Indonesia, penyerahan dana oleh nasabah untuk disimpan oleh bank selalu

mengandung pengertian bahwa bank yang menerima simpanan berhak untuk

memakai dana tersebut sekehendaknya untuk keperluan apapun juga dan nasabah

penyimpan dana sementara tidak mempunyai hak apapun mengenai tujuan

pemakaian dana tersebut oleh bank.35

Hak nasabah penyimpan dana semata – mata hanya berupa hak untuk

menagih dan mendapatkan kembali dana tersebut. Praktek perbankan selama ini

bersikap bahwa uang atau dana yang telah diserahkan oleh nasabah penyimpan

dana kepada bank adalah uang milik bank. Hal ini berarti bahwa dana yang

disimpan oleh nasabah merupakan kekayaan bank selama dalam penyimpanan

bank.36

Dalam praktek perbankan juga berlaku ketentuan bahwa nasabah

penyimpan dana yang menyimpan atau meminjamkan uangnya kepada bank

dilakukan bukan dengan cuma – cuma, artinya pihak bank harus memberikan

34

Ibid. Hal 33.

35

Ibid. Hal 37.

36

(46)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

bunga kepada nasabah penyimpan dana tersebut. Dalam hukum Indonesia, hal ini

diatur dalam Pasal 1765 Kitab Undang – undang Hukum Perdata.37

a. Hubungan Kontraktual

Hubungan antara bank dengan nasabah penyimpan dana selain diliputi

asas – asas umum dari hukum perjanjian juga asas – asas khusus, antara lain :

Dasar hubungan hukum antara bank dengan para nasabah adalah hubungan

kontraktual. Begitu seorang nasabah menjalin kontrak antara bank dan

nasabah maka perikatan yang timbul adalah perikatan atas dasar kontrak.38

Bank dengan pemegang rekeningnya mempunyai hubungan kontraktual

yang sangat terbatas. Secara hukum hubungan ini biasanya adalah hubungan

debitur (bank) dengan kreditur (pemegang rekening). Kadang – kadang

kontrak ini dinyatakan secara tertulis, tetapi lebih sering tidak tertulis, dan

kebiasaan perbankan yang sudah mapan, undang – undang perbankan, serta

anggaran dasar lainnya memberikan kerangka aturan – aturan dan ketentuan –

ketentuan di dalam mana transaksi – transaksi diselenggarakan.39

Kontrak adalah perjanjian bisnis yang berlaku menurut hukum. Pada

umumnya dapat dikatakan bahwa kontrak hanya berlaku jika pihak – pihak

37

Dalam Pasal 1765 Kitab Undang – undang Hukum Perdata disebutkan : “Adalah diperbolehkan memperjanjikan bunga atas peminjaman uang atau lain barang yang menghabis karena pemakaian”.

38

Marulak Pardede, Penelitian Hukum tentang Aspek – aspek Hukum Likuidasi dalam Usaha Perbankan, (Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, 1996), hal 11.

39

(47)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

yang membuat kontrak itu mempunyai wewenang hukum untuk membuat

perjanjian.

Menurut Setiawan40

Namun kadang kala hubungan tersebut dapat terjadi sebagai kontrak

campuran. Namun dalam hal – hal tertentu terdapat ciri perjanjian pemberian

kuasa maupun sebagai perjanjian pinjam – meminjam. :

”Hubungan kontraktual antara bank dan nasabah merupakan suatu kontrak campuran. Ia menampakkan ciri – ciri perjanjian pemberian kuasa (lastgeving), sebagaimana diatur dalam Pasal 1792. Tampil pula dalam bentuk perjanjian penitipan barang ex Pasal 1694. Untuk sebahagian terbesar muncul sebagai perjanjian pinjam – meminjam yang diatur oleh Pasal 1754 dan seterusnya dari Kitab Undang – undang Hukum Perdata. Selanjutnya dapat dicatat pula sebagai perjanjian untuk melakukan pekerjaan, atau memberikan jasa – jasa tertentu ex Pasal 1601”.

41

Menurut Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 simpanan adalah dana

yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian

penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan

dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.42

Dari definisi yang diberikan oleh undang – undang tersebut dapat ditarik

suatu kesimpulan bahwa dana yang disimpan dalam bank dilakukan oleh

masyarakat dengan adanya suatu perjanjian. Dengan demikian maka Undang –

Undang Nomor 10 Tahun 1998 melihat hubungan hukum antara bank dan

nasabah penyimpan adalah sebagai suatu hubungan kontraktual.

40

Muhamad Djumhana. Op cit. Hal 104.

41

Marulak Pardede II. Op cit. Hal 12.

42

(48)

Citra Buana Putri Siregar : Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah, 2007.

USU Repository © 2009

Hubungan hukum yang paling banyak terjadi antara bank dengan nasabah

adalah hubungan pemberian kredit. Bank bertindak sebagai kreditur dan

nasabah bertindak sebagai debitur. Di antara keduanya lazim ditandatangani

surat perjanjian membuka kredit.

Pada dasarnya, perjanjian pemberian kredit antara bank dengan nasabah

tunduk kepada ketentuan Pasal 1754 dan seterusnya dari Kitab Undang –

undang Hukum Perdata tentang pinjam – meminjam, khususnya Pasal 1756

tentang pinjam – meminjam uang. Namun perlu dicatat bahwa surat

persetujuan membuka kredit tidak hanya memuat ketentuan perihal pinjam –

meminjam uang saja sehingga oleh karena itu hubungan hukum tersebut tidak

hanya dikuasai oleh ketentuan Pasal 1756 dari Kitab Undang – undang

Hukum Perdata saja melainkan juga tunduk kepada perjanjian yang secara

khusus disepakati oleh kedua belah pihak serta asas – asas umum hukum

perjanjian.

Sistem hukum perjanjian Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam

buku ketiga Kitab Undang – undang Hukum Perdata menganut asas kebebasan

berkontrak (contract vrijheid), dimana para pihak dapat memperjanjikan lain

daripada apa yang ditentukan oleh peraturan perundang – undangan asalkan

tidak bertentangan dengan ketertiban umum serta kesusilaan.

Ada pendapat yang mengemukakan bahwa perjanjian kredit adalah

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian penulis dapat disimpulkan bahwa Undang-Undang Perbankan membatasi rahasia bank hanya tentang keadaan keuangan nasabah penyimpan dana saja namun tetap ada

Anggota Dewan Komisaris, Direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan

Tanggung jawab bankir terhadap rahasia bank pada saat izin operasional/. bank berakhir menurut Undang Undang No 7 Tahun1992 junto

Ketentuan rahasia bank di Indonesia terdapat dalam undang – undang perbankan. Dasar hukum dari ketentuan rahasia bank di Indonesia yang pertama adalah Undang – Undang

Kesimpulan dari tulisan karya ilmiah ini adalah bahwa UU No.10 Tahun 1998 belum memberikan kepastian hukum mengenai bentuk perlindungan rahasia bank yang

undang perbankan diatur beberapa kondisi dimana bank diperbolehkan membuka rahasia data nasabah dan simpanannya. Adapun pengecualian terhadap rahasia bank sebagai berikut:

Pada periode sebelum tahun 1998 pengaturan rahasia bank diatur sejak tahun 1960 dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia

Pengaturan perlindungan terhadap kerahasiaan dan keamanan data pribadi nasabah bank di Indonesia diatur dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagai-