(STU PERLIND BERKA UDI KASUS Diajukan U DEPART DUNGAN H AITAN DE
S PADA BA
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK
BERKAITAN DENGAN MENJAGA RAHASIA BANK.
(STUDI KASUS PADA BANK AGRO KANTOR CABANG MEDAN)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
SHEILA ARISTYANI
NIM: 070200347
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN DAGANG
Ketua Departemen Hukum Perdata
DR.Hasim Purba, SH, M.Hum
Nip: 196603031985081001
Pembimbing I PembimbingII
Prof.DR.Tan Kamello,SH,MS Puspa Melati Hasibuan,SH,M.Hum
Nip:196204211988031004 Nip:1968012819940320
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAKSI
Bank sebagai lembaga keuangan harus selalu menjaga kepercayaan masyarakat sebagai nasabah dengan berbagai cara, salah satunya adalah melindungi kerahasiaan mengenai nasabah dan simpanannya disebut dengan Rahasia Bank, dimana dalam penerapan rahasia bank tersebut terdapat hal-hal yang dapat merugikan nasabah. Oleh karena itu penulis mengangkat permasalahan dalam penulisan skripsi ini, adapun permasalahan yang diangkat adalah bagaimana Bank Agro melindungi nasabah dalam rangka menjaga keamanan rahasia bank, dan bagaimana kah hubungan bank dengan nasabah, serta hal-hal apa sajakah yang dapat dimintakan pembukaan rahasia bank dan pihak mana sajakah yang dapat meminta pembukaan rahasia bank.Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum yuridis normatif dan data yang digunakan adalah data skunder , sedangkan bahan hukum yang digunakan meliputi bahan hukum primer, bahan hukum skunder dan bahan hukum tertier, sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis ,metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian library research(penelitian kepustakaan) Pada metode ini agar dapat memperoleh data yang lebih akurat dan dapat membantu melengkapi data dalam penulisan skripsi ini, maka penulis melakukan penelitian lapangan dengan mengambil lokasi penelitian di Bank Agro Kantor cabang Medan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadiran ALLAH SWT serta puji dan
syukur Penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi MUHAMMAD SAW atas
Rahmat dan Karunia-Nya yang telah memberikan penulis kesempatan untuk
memperoleh pendidikan di Fakultas Hukum Sumatera Utara.
Dimana selama waktu Penulis menjalani pendidikan di Fakultas Hukum
Sumatera Utara, Penulis banyak mendapatkan ilmu pengetahuan yang sangat
berharga sampai akhirnya Penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah
satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum di
Fakultas Hukum Sumatera Utara.
Dalam penulisan Skripsi ini, Penulis mengangkat topik mengenai ”
Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Berkaitan dengan Menjaga Rahasia Bank (Studi Kasus Pada Bank Agro Kantor Cabang Medan).”
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak
kekurangan dan tidak sepenuhnya sempurna, yang disebabkan keterbatasan oleh
Penulis dalam menjabarkan data- data yang Penulis dapatkan.
Hingga akhirnya dalam Penulis mendapatkan sangat banyak dukungan,
masukan, serta doa dari berbagai pihak yang mungkin tidak dapat Penulis
jabarkan satu-persatu. Namun dalam kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan
1. Bapak Prof.DR.Runtung Sitepu, SH.M.Hum selaku dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak DR.Hasim Purba, SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr.Tan Kamello, SH.MS selaku Dosen Wali Penulis dan
selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan
Penulis dalam penulisan Skripsi ini.
4. Ibu Puspa Melati Hsb,SH,M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang
telah banyak membantu mengarahkan dan membimbing Penulis dalam
Penulisan Sripsi ini.
5. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Harianto selaku
Kepala Bidang Operasional di Bank Agro kantor cabang Medan yang telah
membantu sebagai narasumber dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Asmin Nasution, SH yang telah banyak membantu dalam
membimbing saya selama perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
7. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua
orang tua Penulis yaitu H. Abdul Halim dan Hj. Fetrina Susanti Miraza,
yang selama ini telah memberikan dukungan moril dan materil kepada
Penulis selama Penulis menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum
Sumatera Utara, serta doa yang tak henti-hentinya diberikan oleh kedua
orang tua Penulis sampai akhirnya Penulis dapat menyelesaikan
8. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kakak berserta suaminya,
adik dari Penulis yaitu Shabrina Masvira Halim dan Muhammad Ichsan
serta Shani Anugrah Syukria Halim, terima kasih atas dukungan selama
Penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas dukungan moril maupun
materil yang diberikan oleh Keluarga Besar H. Kamilludin Miraza serta
doa yang dibeikan oleh orang yang Penulis sayangi,sehingga Penulis dapat
menyelesaikan Penulisan Skripsi ini.
10. Penulis mengucapkam terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
sahabat-sahabat dari Penulis yang telah bersama-sama menjalani
pendidikan di Fakultas Hukum Sumatera Utara yaitu Lira Apriana Sari,
Mutia Sekar Rini, Yuke Dwihidayati, Nindya Sari Usman, semoga kita
dapat selalu menjalani pertemanan ini dan terima kasih atas bantuan serta
dukungan yang kalian berikan sehingga Penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini.
11. Kepada teman-teman STAMBUK 2007 Fakultas Hukum Sumatera Utara
yang telah bersama- sama menjalani pendidikan di Fakultas Hukum
Sumatera Utara, semoga dengan Gelar Sarjana Hukum ini kita dapat
menjadi orang yang sukses.
MEDAN, MEI 2011 HORMAT PENULIS
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
A. . Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
B. . Keaslian Penulisan ... 8
C. Tinjauan Kepustakaan ... 8
D. Metode Penelitian ... 12
E. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II PENGATURAN UMUM MENGENAI BANK MENURUT UU NO 10 TAHUN 1998 ... 16
A. Pengertian Bank ... 16
B. Hukum Perbankan ... 21
C. Jenis-jenis Kelembagaan Perbankan ... 30
BAB III PENGATURAN HUKUM MENGENAI RAHASIA BANK ... 36
B. Dasar Hukum Rahasia Bank ... 42
C. Sanksi Pelanggaran Rahasia bank ... 51
BAB IV MEKANISME HUBUNGAN NASABAH DAN RAHASIA BANK ... 55
A. Sekilas Tentang Bank Agro ... 55
B. Bank Agro Melindungi Nasabah dalam Rangka Menjaga Keamanan Rahasia Bank .. 57
1. Upaya Bank Agro dalam Menjaga Keamanan Rahasia Bank... 57
2. Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Oleh Bank Terkait Rahasia Bank ... 62
C. Persoalan dan Pengecualian Serta Pihak yang Dapat Meminta Pembukaan Rahasia Bank ... 69
BAB V PENUTUP ... 79
A. Kesimpulan ... 79
ABSTRAKSI
Bank sebagai lembaga keuangan harus selalu menjaga kepercayaan masyarakat sebagai nasabah dengan berbagai cara, salah satunya adalah melindungi kerahasiaan mengenai nasabah dan simpanannya disebut dengan Rahasia Bank, dimana dalam penerapan rahasia bank tersebut terdapat hal-hal yang dapat merugikan nasabah. Oleh karena itu penulis mengangkat permasalahan dalam penulisan skripsi ini, adapun permasalahan yang diangkat adalah bagaimana Bank Agro melindungi nasabah dalam rangka menjaga keamanan rahasia bank, dan bagaimana kah hubungan bank dengan nasabah, serta hal-hal apa sajakah yang dapat dimintakan pembukaan rahasia bank dan pihak mana sajakah yang dapat meminta pembukaan rahasia bank.Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum yuridis normatif dan data yang digunakan adalah data skunder , sedangkan bahan hukum yang digunakan meliputi bahan hukum primer, bahan hukum skunder dan bahan hukum tertier, sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis ,metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian library research(penelitian kepustakaan) Pada metode ini agar dapat memperoleh data yang lebih akurat dan dapat membantu melengkapi data dalam penulisan skripsi ini, maka penulis melakukan penelitian lapangan dengan mengambil lokasi penelitian di Bank Agro Kantor cabang Medan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa sekarang bank merupakan barang yang sudah tidak asing lagi
bagi masyarakat yang hidup di negara-negara maju. Bank merupakan mitra dalam
rangka memenuhi kebutuhan keuangan mereka, Bank dijadikan sebagai tempat
untuk melakukan transaksi yang berhubungan dengan keuangan seperti
mengamankan uang, pengiriman uang, melakukan pembayaran atau melakukan
penagihan.
Peranan perbankan pada suatu negara sangat dominan, perbankan sangat
mempengaruhi kegiatan perekonomian pada suatu negara. Oleh karena itu
kemajuan bank pada suatu negara merupakan tolak ukur dalam kemajuan negara
yang bersangkutan, semakin maju suatu negara tersebut maka semakin besar
peranan perbankan dalam mengendalikan nergara tersebut. Artinya keberadaan
dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya.
Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa- jasa bank lainnya.1
Lain halnya dengan di negara-negara berkembang seperti di Indonesia,
pemahaman tentang bank di negeri ini masih kurang, sebagian masyarakat hanya
1
memahami bank sebatas tempat pinjam-meminjam dan menyimpan uang belaka.
Bahkan sebagian masyarakat sama sekali belum memahami bank secara utuh,
sehingga terdapat banyak kekeliruan yang terjadi di masyarakat.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam memenuhi tujuan
pembangunan di Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasrkan Pancasila dan Udang-Undang Dasar 1945, lembaga perbankan
merupakan salah satu sarana yang mempunyai peranan yang penting. Peranan
yang sangat penting ini dikarenakan bank merupakan badan usaha yang
mempunyai fungsi menhimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kembali kepada masyarakat.Bank diharapkan sebagai usaha untuk
dapat menyeimbangkan dan menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
nasional yang pada akhirnya mengarah kepada peningkatan taraf hidup rakyat
banyak di Indonesia.
Oleh karena itu maka sudah sepatutnya lembaga perbankan mendapatkan
pembinaan dan pengawasan secara terus-menerus agar dapat berfungsi seacar
efisien, wajar, sehat dan mampu melindungi dana yang dititipkan oleh
masyarakat kepadanya dengan baik serta mampu menyalurkan dana masyarakat
yang dititipkan masyarakat kepadanya itu kebidang-bidang usaha yang
benar-benar produktif sesuai dengan tujuan pembangunan.
Masyarakat merupakan komponen penting dalam dunia perbankan,
masyarakat yaitu membantu bank menjaga eksistensi suatu bank tersebut. Karena
kepercayaan mutlak dari para nasabahnya yang mempercayakan dana dan
jasa-jasa lain yang dilakukan mereka melalui bank pada khususnya dan dari
masyarakat luas pada umumnya.
Oleh karena itu dalam memberikan jaminan kepercayaan kepada nasabah
muncullahrahasia bank yang ditujukan untuk melindungi nasabah, dan
memunculkan rasa kepercayaan yang penuh dari masyarakat untuk menggunakan
layanan yang disediakan oleh bank.
Timbulnya konsep untuk perlunya merahasiakan keadaan keuangan
nasabah sehingga melahirkan ketentuan hukum mengenai kewajiban rahasia bank.
Bank sebagai lembaga keuangan yang dipercayai oleh masyarakat dihadapkan
pada kewajiban untuk tetap merahasiakan keadaan dan catatan keuangan serta
identitas dari nasabah yang bersangkutan, kewajiban ini erat hubungannya dengan
kepercayaan yang diberikan masyarakat sebagai nasabahnya kepada bank selaku
lembaga keuangan pengelola keuangan atau sumber dana masyarakat. Meskipun
seringkali kewajiaban ini bertentangan karena dilain pihak bank juga
berkewajiban untuk mengungkapkan keadaan, dan catatan keuangan nasabahnya
dalam keadaan-keadaan tertentu.
Rahasia bank akan dapat dipegang teguh apabila ditetapkan bukan
sekedar hanya sebagai kewajiban kontraktual diantara bank dengan nasabah saja
karena bila hanya diwajibkan sebagai kewajiban kontraktual saja maka kewajiban
itu menjadi kurang kuat karena akan mudah untuk melakukan pelanggaran namun
ketentuan ini dilanggar. Dengan dasar pemikiran tersebut maka terdapat ketentuan
yang melandasi mengenai rahasia bank yaitu pada Undang-Undang No 7 Tahun
1992 sebagaiamana telah dirubah menjadi Undang-Undang No 10 Tahun 1998
tentang perbankan.
Hubungan bank dengan nasabah diatur menjadi hubungan yang tidak
hanya kontraktual saja, akan tetapi menjadi hubungan yang mengatur mengenai
kewajiban bank yang tidak dapat membuka rahasia bank dari nasabahnya kepada
pihak lain manapun kecuali jika ditentukan lain oleh perundang-undangan yang
berlaku.
Hal inilah yang dinamakan rahasia bank, dengan demikian istilah rahasia
bank mengacu kepada rahasia dalam hubungan antara bank dengan nasabah,
sedangkan rahasia- rahasia lain yang bukan merupakan rahasia anatara bank
dengan nasabah walupun bersifat rahasia tetapi tidak tergolong rahasia bank
menurut undang-undang perbankan.2
Menurut Pasal 1 angka 16 Undang-Undang No 7 Tahun 1992 yang
menyebutkan bahwa rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman
dunia perbankan wajib dirahasiakan, sedangkan menurut Pasal 1 angka 28
menyebutkan bahwa rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan keterangn mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.3
2
Munir fuady,Hukum Perbankan Modern(berdasarkan UU No 10 tahun 1998),buku kesatu,Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999,halaman 89
3
Jadi dapat dilihat pada Undang-Undang No 7 Tahun 1992 menganut
ruang lingkup terhadap rahasia bank yang luas, bukan hanya keterangan dan
keadaan keuangan nasabah penyimpan dan simpanannya, melainkan juga
keterangan dan keadaan keuangan nasabah debitur atau pinjamannya. Sedangkan
Undang-Undang No 10 Tahun 1998 membatasi mengenai ruang lingkup rahasia
bank menjadi hanya keterangan dan keadaan keuangan nasabah penyimpan dan
simpanannya.
Namun dalam rahasia bank tersebut masih banyak masyarakat yang belum
memahaminya mengenai pengertiannya sampai dengan pelaksanaannya ataupun
penerapannya secara jelas sehingga masih banyak kekeliruan yang timbul di
masyarakat padahal seharusnya konsep ini merupakan konsep yang dapat
melindungi masyarakat sebagai nasabah pada bank.
Dalam prakteknya masih ada kekeliruan tentang pihak mana sajakah yang
dapat membuka identitas nasabahnya dengan mengunakan rahasia bank ini, serta
persoalan yang bagaimanakah yang dapat dimintakan pembukaan rahasia bank
tersebut.
Perlu dibedakan antara pembukaan rahasia bank dengan pembocoran
rahasia bank yang dapat berakibat merugikan nasabah sebagai pemilik identitas
termasuk tentang transaksi keuangan yang mereka lakukan di bank sebagai
lembaga keuangan yang mereka percayakan.
Bank sebagai lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat dihadapkan
dirundingkan. Di satu pihak bank memiliki kewajiban untuk merahasiakan
keadaan dan catatan keuangan nasabahnya yang disebut juga teori rahasia mutlak.
Kewajiban ini timbul dan erat kaitannya dengan kepercayaan yang diberikan
masyarakat atau para nasabahnya kepada bank selaku lembaga keuangan yang
mengelola keuangan atau sumber dana masyarakat.
Kewajiban menjaga rahasia ini sering timbul atas dasar kepercayaan,
dilain pihak juga berkewajiban untuk mengungkapkan keadaan keuangan
nasabahnya dalam keadaan tertentu yang disebut juga teori rahasia bank
nisbi,inilah yang menjadi konflik yang dihadapi bank.
Namun demikian hal tersebut dapat diatasi dengan keterlibatan Menteri
Keuangan yang memberikan izin tertulis kepada pihak-pihak yang termasuk
dalam pengecualian untuk memegang rahasia bank dan untuk permasalahan yang
tidak termasuk ruang lingkup yang haus dijaga rahasia bank tersebut.
Untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran yang timbul dari penerapan
rahasia bank tersebut dan untuk mewujudkan rasa aman bagi nasabah yang telah
mempercayai bank tersebut untuk menyimpankan dana nya kepada bank maka
seluruh kegiatan yang bersangkutan dengan rahasia bank tersebut harus mendapat
pengawasan dari semua aparat penegak hukum.
Berdasarkan masih terdapat masalah-masalah pelaksanaan rahasia bank
dalam prakteknya maka penulis mengangkat judul skripsi PERLINDUNGAN
MENJAGA RAHASIA BANK(STUDI KASUS PADA BANK AGRO KANTOR
CABANG MEDAN)
B.Perumusan Masalah
Adapun permasalahan-permasalahan yang penulis angkat dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut:
A. Bagaimanakah upaya Bank Agro melindungi nasabah dalam rangka
menjaga keamanan rahasia bank dan bagaimana hubungan nasabah dengan
bank.
B. Hal- hal apa sajakah yang dapat dimintakan pembukaan rahasia bank dan
pihak mana saja yang dapat meminta dibukanya rahasia bank tersebut.
C.Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah:
Untuk mengetahui bagaimana bank melindungi nasabah dalam rangka
menjaga keamanan rahasia bank,serta untuk menggambarkan bagaimana
hubungan bank dengan nasabah nya.
Untuk mengetahui persoalan apa saja yang dapat diminta dibukanya
rahasia dan pihak mana saja yang dapat meminta dibukanya rahasia bank.
Adapun manfaat penulisan ini adalah :
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai:
a. Bahan kajian bagi akademis untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan
khususnya hukum perbankan.
b. Sebagai suatu bentuk penambahan literature tentang perbankan terutama
2. Secara praktis, hasil penelitian dapat digunakan:
a. Sebagai suatu bentuk sumbangan pemikiran dan masukan para pihak
yang berkepentingan terutama masyarakat luas tentang penjaminan
keamanan rahasia bank oleh bank.
b. Sebagai pedoman dan masukan bagi pemerintah dan praktisi hukum
dalam menentukan kebijakan dan langkah-langkah untuk memutuskan
dan menyelesaikan perkara yang dihadapi.
D.Keaslian Penulisan
Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Rangka menjaga Rahasia
Bank merupakan judul dari penulisan skripsi ini, sepanjang yang penulis ketahui
dan telah melakukan Inventarisasi judul skripsi di perpustakaan Hukum USU,
maka sripsi yang berjudul: Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam
Menjaga Rahasia Bank, sudah pernah diangkat yaitu antara lain oleh beberapa
mahasiswa di fakultas Hukum USU namun terdapat perbedaan dari penulisan
skripsi yang penulis buat yaitu penulisan skripsi ini dibantu dengan pemikiran dari
penulis, mengumpulkan buku –buku, artikel-artikel, dan melakukan studi
dokumen pada instansi Bank terkait, dengan demikan penulis yakin bahwa skripsi
ini adalah asli dari penulis.
E.Tinjauan Kepustakaan
Pada saat ini istilah bank dimaksudkan sebagai suatu jenis lembaga
keuangan yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup beragam seperti
terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan untuk benda-benda
berharga.
Pengertian bank telah diatur dalam ketentuan Pasal 1 angka 2
Undang-Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-Undang-Undang-Undang
No 10 tahun 1998 tentang perbankan, yaitu ”Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”4
Berikut ini beberapa pendapat mengenai pengertian bank:
a. Menurut Mac Leod: ”Bank is a shop for the sale of credit”( bank adalah
suatu perusahaan kredit)
b. G. M Verrijni Stuart: ”Bank ialah suatu badan yang bertujuan untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan akan kredit, baik dengan uang yang
diperolehnya dari orang lain untuk maksud itu, maupun dengan jalan
memperedarkan alat-alat pertukaran baru berupa uang giral.5
Di Indonesia dikenal dengan adanya ketentuan rahasia bank yang diatur
dalam ketentuan Undang-Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah
menjadi Undang No 10 Tahun 1998, menurut Pasal 1 angka 16
Undang-Undang No 7 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa rahasia bank adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah bank
4
Pasal 1 angka 2 Undang‐Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang‐ Undang No 10 Tahun 1998
5
yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan, sedangkan menurut
Pasal 1 angka 28 menyebutkan bahwa rahasia bank adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan keterangn mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.6
Sedangkan yang dimaksud dengan rahasia bank menurut beberapa sarjana yaitu:
A. Menurut Kasmir
Dikarenakan kegiatan dunia perbankan mengelola uang masyarakat, maka bank wajib pula menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat. Bank wajib menjamin keamanan uang tersebut agar benar-benar aman. Agar keamanan uang nasabahnya terjamin, pihak perbankan dilarang untuk memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya. Dengan kata lain bank harus menjaga rahasia tentang keadaan keuangan nasabah dan apabila melanggar kerahasian ini perbankan akan dikenakan sanksi.7
B. Menurut Adrian Sutedi
Hubungan antara bank dengan nasabahnya ternyata tidaklah seperti
hubungan kontraktual biasa, tetapi dalam hubungan tersebut terdapat pula
kewajiban bagi bank untuk tidak membuka rahasia dari nasabahnya kepada pihak
lain mana pun kecuali jika ditentukan lain oleh perudang-undangan yang berlaku.8
Dalam kaitannya dengan masalah rahasia bank, walaupun rahasia bank
itu sudah diatur dalam perjanjian antara bank dan nasabah ataupun masalah
rahasia bank ini diatur dalam undang-undang, namun kepentingan umum tetap
6
ibid
7
Kasmir, Dasar‐Dasar Perbankan, edisi 1, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, halaman 57
8
harus didahulukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.9Kata kepentingan
umum ada disebutkan dalam sejumlah peraturan perundang-undangan di
Indonesia, dan beberapa diantaranya memberikan batasan pengertian tentang apa
yang dimaksudkan dengan kepentingan umum tersebut.
Salah satu masalah yang sering muncul dan mendapat keresahan
ditengah-tengah masyarakat adalah seringnya bank mengabaikan perlindungan
hukum terhadap nasabah jika berhubungan dengan bank, banyak kasus yang
menunjukkan bahwa kedudukan para nasabah bank tidak dilindungi oleh hukum
dan bahkan tidak banyak mendapat sorotan dari masyarakat.10
Salah satu cara untuk memberikan perlindungan hukum terhadap
nasabah, agar nasabah selalu mendapatkan hak nya adalah dengan melaksanakan
peraturan yang ada dibidang perbankan secara lebih ketat, khususnya peraturan
yang bertujuan melindungi nasabah sehingga dapat dijamin perlindungan
hukumnya.
Perlindungan nasabah dalam kegiatan perbankan merupakan salah satu
yang harus diprioritaskan oleh bank, karena nasabah merupakan pendukung
eksistensi dari suatu bank, bank sangat memerlukan nasabah untuk tetap menjaga
eksistensi nya sehingga bank juga harus selalu memberikan jaminan untuk
keamanan nasabah dengan demikian nasabah akan tetap mempercayai bank.
9
Yunus Husein, Rahasia Bank Privasi Versus Kepentingan Umum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2003, halaman 41
10
F.Metode Penelitian
Untuk mencari dan menemukan suatu kebenaran ilmiah dan untuk
mendapatkan hasil yang optimal dalam melengkapi bahan-bahan bagi penulisan
skripsi ini maka penulis menggolongkan metode penelitian ini kedalam metode
penelitian hukum yuridis normatif, yaitu mengacu kepada norma- norma hukum
yang terdapat dalam peraturan perUndang-Undangan dan putusan putusan
pengadilan serta norma-norma yang ada dalam masyarakat.11
Data yang digunakan adalah data skunder yaitu data yang tidak diperoleh
dari sumber pertama dapat diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku,
hasil penelitian,laporan, surat kabar, makalah.12Sedangkan bahan hukum yang
digunakan meliputi bahan hukum primer, bahan hukum skunder dan bahan hukum
tertier.
Bahan hukum primer yaitu landasan utama yang dipakai dalam rangka
penelitian ini adalah norma atau kaidah dasar yaitu Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Peraturan dasar, Batang Tubuh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Peraturan PerUndang-Undangan,Undang-Undang dan
peraturan yang setaraf, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan peraturan
yang setaraf, Peraturan Daerah, bahan- bahan hukum yang bdelum terkodifikasi,
11
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum,Jakarta,sinar Grafika,2009, hal 105
12
yurisprudensi, traktat, dan bahan hukum peninggalan Belanda yang masih
berlaku.
Bahan hukum skunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer,seperti rancangan Undang-Undang, Kitab Hukum
Perdata, Kitab Hukum Pidana dan Kitab Hukum Dagang. yang mempunyai
relevansi dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.
Bahan hukum tertier yakni bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk
atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan skunder seperti kamus,
ensiklopedia, dan lain sebagainya
Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis yang mengungkapkan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi
objek penelitian. Demikian juga hukum dalam pelaksanaannya dalam masyarakat
yang berkenaan dengan objek penelitian.13
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah metode penelitian library research(penelitian kepustakaan) yaitu dengan
mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku, situs internet, media
massa, dan kamus yang berkaitan dengan skripsi ini yang bersifat teoritis ilmiah
yang dapat dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian dang menganalisa
masalah yang dihadapi.14
13
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke‐20, Bandung, 1994, hal 139
14
Pada metode ini agar dapat memperoleh data yang lebih akurat dan dapat
membantu melengkapi data dalam penulisan skripsi ini, maka penulis melakukan
penelitian lapangan dengan mengambil lokasi penelitian di Bank Agro Kantor
cabang Medan, dalam hal ini penulis melakukan penelitian dengan cara
mengadakan wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara mendalam dengan
tidak membatasi jumlah pertanyaan yang disusun dengan secara terstruktur,akan
tetapi lebih merupakan diskusi antara peneliti dengan narasumber, peneliti juga
menggunakan quesioner terbuka kepada karyawan /staff di Bank Agro yaitu H.
Harianto dengan jabatan kepala bidang operasional pada Bank Agro.
Sedangkan analisis data yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini
adalah metode analisis kualitatif digunakan agar penulis dapat mengerti dan
memahami gejala yang ditelitinya serta bermanfaat untuk melakukan analisis data
secara menyeluruh dan merupakan suatu kesatuan yang integral(holistic),hasil
penelitian dipaparkan secara deskriptif.
Berdasarkan kedua teknik penelitian dan pengumpulan data ini penulis
kemudian mengelola data-data dan bahan-bahan dan selanjutnya disajikan sesuai
dengan pembahasan skripsi ini
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam melakukan pemahaman atas isi dari skripsi
ini maka sistematika penulisan dilakukan secara teratur dan berkaitan satu sama
terbagi atas beberapa sub bab,uraian singkat atas bab dan beberapa sub bab
tersebut diuraikan ,Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:
BAB I:PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang penulisan skripsi , rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode
penelitian, sistematika penulisan
BAB II: PENGATURAN UMUM MENGENAI BANK MENURUT UU NO 10
TAHUN 1998
Bab ini menguraikan tentang pengertian bank, asal-usul dan jenis bank, sejarah
bank dan jenis-jenis bank
BAB III. PENGATURAN HUKUM MENGENAI RAHASIA BANK
Bab ini menguraikan tentang pengertian rahasia bank, dasar hukum rahasia bank,
sanksi pelanggaran rahasia bank
BAB IV:MEKANISME HUBUNGAN NASABAH DAN RAHASIA BANK
Bab ini menguraikan tentang sekilas tentang Bank Agro, Bank Agro melindungi
nasabh dalam rangka menjaga keamanan rahasia bank, persoalan dan
pengecualian serta pihak yang dapat dimintakan pembukaan rahasia bank
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab penutup dimana menguraikan tentang kesimpulan dan
BAB II
PENGATURAN UMUM MENGENAI BANK MENURUT
UU NO 10 TAHUN 1998
A. PENGERTIAN BANK
Di setiap negara lembaga perbankan merupakan inti dari sistem
keuangan. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi
orang-perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara bahkan
lembaga-lenbaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya.
Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank
melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem
pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Di Indonesia masalah yang terkait
dengan bank diatur dalam Undang-Undang No 7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No 10 tahun 1998.
Menurut No 10 tahun 1998 tentang perbankan pada Pasal 1 angka 1 perbankan adalah ”segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.” Sedangkan terdapat pada angka 2 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dan menyalurkannya kepada, masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.15
Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang
bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu
dilakukan dengan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang
15
dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat
pembayaran baru berupa uang giral.16
Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan, dalam arti
luas lembaga keuangan adalah sebagai perantara dari pihak yang mempunyai dana
(surplus of funds) dengan pihak yang kekurangan dana (lack of funds) sehingga
peranan dari lembaga keuangan yang sebenarnya yaitu sebagai perantara
keuangan mayarakat.
Dengan demikian bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan usaha nya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Jasa perbanakan diberikan sebagai pendukung dari kegiatan bank selain
dari kegiatan mengimpun dana dan manyalurkan dana, baik yang berhubungan
langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung. Jasa
perbankan lainnya antara lain meliputi:
1. Jasa pemindahan uang(transfer)
Pemindahan uang(transfer) adalah suatu pelayanan bank kepada
masyarakat dengan bersedia melaksanakan amanat nasabah untuk
mengirimkan uang, baik dalam mata uang rupiah maupun mata uang asing
ditujukan kepada pihak lain(perusahaan,lembaga, perorangan) ditempat
lain baik dalam negeri maupun luar negeri.
2. Jasa penagihan (inkaso)
16
Inkaso adalah pemberian kuasa kepada bank oleh perusahaan atau
perorangan untuk menagihkan atau memintakan persetujuan pembayaran
atau menyerahkan begitu saja kepada pihak yang berangkutan ditempat
lain baik dalam maupun luar negeri atas surat-surat berharga dalam rupiah
atau mata uang asing seperti wesel, cek, kuitansi.
3. Jasa kliring (clearing)
Kliring adalah perhitungan utang piutang anatara peserta secara terpusat di
satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan
surat-surat dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan,
dengan kata lain kliring diartikan sebagai sarana perhitungan warkat
antarbank yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk memperlancar
lalu lintas pembayaran giral.
4. Jasa penjualan mata uang asing (valas)
Pada dasarnya penjualan mata uang asing terjadi karena adanya
permintaan dan penawaran yang disebabkan oleh terjadinya transaksi
perdagangan internasional yang memungkinkan para pihak yang
bersangkutan adalah warga negara asing .
5. Jasa Kotak Pengaman Simpanan (safe deposti box)
Kotak pengaman simpanan atau safe deposit box adalah salah satu
pelayanan yang diberikan bank kepada nasabahnya yaitu dalam bentuk
kotak penyimpanan yang disewakan kepada nasabah dalam ukuran
berharga oleh nasabah, yang kemudian nasabah dapat menyimpan kunci
kotak pengaman simpanan tersebut.
6. Jasa Penerbitan Kartu Bank atau Kartu Kredit(Bank card/ Credit card)
Kartu kredit adalah alat pembayaran sebagai pengganti uang tunai yang
dapat digunakan kapanpun untuk ditukarkan dengan produk maupun jasa
yang diinginkan nasabah pemegang kartu krdit ditempat-tempat yang
dapat menerima kartu kredit sebagai alat pembayaran pengganti uang.
7. Letter of credit
Yang dimaksud dengan Letter of Credit adalah suatu kontrak dimana salah
satu bank bertindak atas permintaan dan perintah dari seorang nasabah
atau pemohon Letter of Credit yang biasanya berkedudukan sebagai
importir untuk melakukan pembayaran kepada pihak pengekspor atau
pihak ketiga atau membayar atau mengaksep wesel-wesel yang ditarik
oleh pihak ketiga, atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan
pembayaran atau untuk mengaksep atau mengabil alih wesel-wesel
tersebut atas dasar penyerahan dokumen tertentu sebelumnya telah
ditentukan asalkan sesuai dengan syarat- syarat yang telah ditentukan.
8. Bank garansi dan referensi bank
Bank garansi adalah jaminan yang diberikan oleh bank dalam arti bank
menyatakan suatu pengakuan tertulis yang isinya menyetujui mengikatkan
diri kepada penerima jaminan dalam jangka waktu tertentu dan
syarat-syarat tertentu apabila kemudian hari ternyata si terjamin tidak memenuhi
Sebagai lembaga keuangan bank juga mempunyai kewajiban untuk menjaga
kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan kesempatan
kerja. Bank mempunyai lima fungsi pokok,yaitu:
1. Menghimpun Dana
Dana yang dihimpun oleh bank terutama berasal dari tiga sumber pokok
yaitu:
a) Dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, deposito, tabungan, dana
endapan L/C, bank garansi, wesel, dan sebagainya;
b) Dari lembaga penanam modal atau lembaga keuangan non bank, seperti
dana pensiun, asuransi, koperasi, reksa dana, dan seabagainya;
c) Dari dana masyarakat lain.
2. Memberi Kredit
Pelaksanaan fungsi pemberian kredit harus memperhitungkan likuiditas
agar tidak membahayakan pemenuhan kewajiban kepada nasabah jika
sewaktu-waktu diperlukan. Kredit dapat berupa kredit jangka pendek,
menengah, dan panjang. Kredit jangka pendek dapat mempengaruhi
langsung terhadap pasar uang, sedangkan kredit jangka menengah dan
jangka panjang dapat mempengaruhi langsung terhadap pasar modal
3. Memperlancar Lalu Lintas Pembayaran
Fungsi ini dilakukan dalam berbagai bentuk, anatara lain pemberian
jaminan bank, pengiriman uang, pembukaan L/C , dan inkaso.
Bank sebagai penerima simpanan giro sering dikatakan sebagai lembaga
yang mempunyai kemampuan menciptakan uang.Dalam konteks demikian
bank sering dikatakan sebagai media kebijakan moneter.
5. Penyedia Informasi, Pemberian Konsultasi, Bantuan Penyelenggara
Administrasi
Informasi suku bunga(investasi), konsultasi investasi, bantuan administrasi
proyek dan sebagainya sudah lazim dilakukan oleh bank-bank sekarang
ini.17
Seluruh fungsi pokok dari bank ini dilaksanakan oleh pengelola bank
dengan sebaik-baiknya, sehingga masyarakat akan mau menyimpankan uangnya
di bank dengan rasa kepercayaan yang tinggi, selain itu bank dalam memenuhi
kepuasan dan kepercayaan dari masyarakat sebagai nasabah mendapatkan fasilitas
balas jasa berupa, bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan,atau balas jasa lainnya.
Karena semakin tinggi fasilitas balas jasa yang ditawarkan bank kepada
masyarakat maka akan menarik minat yang banyak dari masyarakat untuk
menyimpankan uangnya di bank.
B. Hukum Perbankan
Hukum perbankan adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank, baik kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan usaha bank.
17
Muhamad Djumhana mengatakan “Hukum perbankan adalah sebagian
kumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang
meliputi segala aspek, dilhat dari segi esensi dan eksistensinya, serta hubungannya
dengan bidang kehidupan yang lain.”18
Dikatakan lebih lanjut ruang lingkup dari pengaturan hukum perbankan
meliputi:
a) Asas- asas perbanakan, seperti norma efisiensi, keefektivan,
kesehatan bank, profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan
tujuan lembaga perbankan, hubungan hak dan kewajiban bank;
b) Para perilaku perbankan seperti dewan komisaris, direksi dan
karyawan, maupun pihak terafiliasi. Mengenai bentuk badan hukum
pengelola, seperti Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, Koperasi.
Mengenai bentuk kepemilikan, seperti milik pemerintah, swasta,
patungan dengan bank asing,
c) Kaidah-kaidah perbankan yang khusus diperuntukkan untuk
mengatur perlindungan kepentingan umum dari tindakan perbankan
seperti pencegahan persaingan yang tidak sehat,perlindungan
nasabah.
d) Yang menyangkut dengan struktur organisasi yang berhubungan
dengan bidang perbankan seperti eksistensi dari Dewan Moneter
Bnak Sentral.
18
e) Yang mengarah kepada pengamanan tujuan-tujuan yang hendak
dicapai oleh bisnisnya bank tersebut, seperti pengadilan, sanksi
insentif, pengawasan dan lain-lain19
Sementara itu Munir Fuady menyatakan, “Bahwa hukum yang mengatur masalah perbankan disebut hukum perbankan( banking law), yakni seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum, yang mengatur masala-masalah perbankan sebagai lembaga dan aspek kegiatan sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank,perilaku petugas-petugasnya ,hak dan kewajiban,tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan,apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank,eksistensi perbankan, dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia perbankan”.20
Maka secara sederhana bahwa hukum perbankan merupakan seluruh
kaidah hukum yang berkenaan dengan persoalan-persoalan mengenai perbankan
yang memiliki unsur-unsur diantaranya terdiri atas peraturan hukum (norma) dan
asas-asas hukum perbankan, pengertian–pengertian hukum perbankan, struktur
hukum perbankan serta budaya yang berkembang dalam hukum perbankan.
Ketentuan hukum perbankan itu juga mengatur seluruh proses dan cara
melakukan kegiatan keusahaan pada bank. Juga diharapkan dapat mengatur
ketatalaksanaan kelembagaan bank, yang mencakup perizinan, bentuk hukum,
kepengurusan, kepemilikan bank, juga mengatur bangun organisasi yang
menunjang kegiatan usaha bank. Dimuat pula dalam hukum perbankan, ketentuan
pembimbingan dana pengawasan bank oleh Bank Indonesia dan kerahasiaan bank.
Hukum perbankan memiliki sumber hukum yang dapat dibedakan yaitu
sumber hukum dalam arti formal dan sumber hukum dalam arti material. Sumber
19
ibid
20
hukum dalam arti material adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum itu
sendiri, dan itu bergantung dari sudut mana ditinjau nya, apakah dari sudut
pandang ekonomi, sejarah, sosiologi dan lain sebagainya.
Djumhana menyatakan bahwa, “ kebutuhan-kebutuhan terhadap lembaga
perbankan dalam suatu masyarakat itulah yang menimbulkan isi hukum yang
bersangkutan. Sumber hukum dalam arti material baru diperhatikan jika dianggap
perlu untuk diketahui akan asal-usul hukum.”21
Adapun hukum dalam arti formal adalah tempat diketemukannya
ketentuan hukum dan perundang-undangan (tertulis) yang mengatur tentang
perbankan. Tidak sama hal nya dengan hukum perdata, hukum perbankan adalah
hukum yang belum terkodifikasi tetapi bersumber dengan berbagai peraturan
perundang-undangan yang mengatur masalah tertentu, dan juga bersumber kepada
perundang-undangan lainnya diluar peraturan perundang-undangan perbankan dan
kebanksentralan.
Yang menjadi salah satu dari sumber hukum formal mengenai perbankan
yang berlaku sampai pada saat ini antara lain:
1. Undang-Undang Dasar 1945 beserta amandemennya.
2. Undang-undang Pokok di Bidang Perbankan dan Undang-Undang
pendukung sektor ekonomi dan sektor lainnya yang terkait, seperti:
a. Peraturan pokok yaitu Undang-Undan No 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-Undang No 10
21
Tahun 1998, dan Undang- Undang No 23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-Undang No 3
Tahun 2004 dan Undang-Undang No 24 Tahun 2004 tentang Lembaga
Penajamin Simpanan.
b. Peraturan pendukung, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan
Kitab Undang Hukum Dagang maupun Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana serta Undang-Undang-Undang-Undang lainnya yang berkaitan
dan banyak hubungannya dengan kegiatan perbankan.
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Keputusan Menteri Keuangan
6. Peraturan Bank Indonesia
7. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh institusi pemerintah yang tidak
langsung mengurus perbankan, tetapi peraturanya memuat ketentuan yang
erat dengan kegiatan perbankan, misalnya Peraturan Menteri Dalam
Negeri yang mengatur Perbankan Milik Pemerintah Daerah dan keputusan
Ketua Badan Pengawas pasar modal contohnya, aturan tentang Persetujuan
Bank Umum sebagai Kustodian.
Selain itu dalam membentuk suatu hukum perbankan dapat didukung
oleh beberapa faktor lainnya, diantaranya perjanjian-perjanjian yang dibuat
dengan nasabah dengan bank ,ajaran hukum melalui peradilan yang termuat dalam
putusan hakim (yurisprudensi), doktrin-doktrin hukum dan kebiasaan dan
Dilihat dari fungsi utama nya pengaturan hukum perbankan di Indonesia
yaitu mengingat perbankan semakin dominan sebagi sumber investasi hukum
perbankan memiliki tujuan untuk menjaga stabilitas moneter, melakukan
pengawasan dalam rangka menjaga kesehatan dan keamanan maupun sistem
keuangan keseluruhan, agar tercipta praktik perbankan dan persaingan antar bank
yang sehat, melindungi nasabah dan menjaga stabilitas pasar uang, meningkatkan
kegunaan sistem perbankan untuk kehidupan masyarakat atas jasa keuangan yang
berkualitas dengan biaya yang terjangkau.
Tujuan pencapaian program-program pembangunan, khususnya ikut
mengatasi masalah-masalah ekonomi, memberikan kontribusi pada usaha-usaha
yang dapat meningkatkan perekonomian.
Sedangkan dilihat dari sifatnya dalam struktur kaidah hukum dapat
dibedakan atas hukum imperatif(hukum memaksa) dan hukum fakultatif(hukum
mengatur atau hukum pelengkap), pembedaan ini berdasarkan pada kekuatan dari
sanksinya, hukum memaksa itu hukum yang dalam keadaan konkret tidak dapat
disisihkan atau dikesampingkan oleh perjanjian(kontrak) yang dibuat oleh kedua
belah pihak yang berkepentingan itu sendiri,dengan kata lain hukum tersebut
mempunyai paksaan yang mutlak untuk ditaati dalam keadaan bagaimanapun.
Bilamana kedua belah pihak dapat menyelesaikan soal mereka dengan
membuat sendiri suatu peraturan, maka peraturan hukum yang tercantum dalam
pasal bersangkutan, tidak perlu dijalankan, hukum yang mengatur biasanya
atau membuat sendiri peraturan tetapi tidak lengkap, hukum mengatur disebut
juga hukum menambah.22
Apabila dikaitkan dengan sifat hukum perbankan, maka sifat hukum
perbankan merupakan hukum yang memaksa artinya bank dalam menjalankan
kegiatan usaha harus patuh dan taat terhadap aturan hukum yang dibuat dalam
undang-undang, apabila aturan hukum tersebut dilanggar, maka Bank Indonesia
berwenang untuk menindak lanjuti bank yang bersangkutan sampai pada
pemberian sanksi administratif yaitu pencabutan izin usaha bank tersebut.
Walaupun demikian bank dapat menerapkan ketentuan atau kebijakan
umum (self regulation) yang berlaku dalam bank itu sendiri dengan mengacu
ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia dan bank juga diharapkan dalam
melaksanakan kebijakan umum tersebut dapat mempertanggung jawabkannya.
Adapun hal-hal yang dimaksudkan untuk memberikan perlindungan
hukum terhadap nasabah mengingat sebagian sumber pendanaan bank berasal dari
masyarakat nasabah disamping dengan modal bank itu tersendiri, maka perlu
diterapkannya prinsip kehati-hatian bank dan kesehatan bank.
Bank dapat melakukan kegiatan perbankan nya apabila masyarakat selalu
mempercayakan(prinsip keprcayaan) bank untuk menyimpan harta kekayaan nya,
dengan demikan bank dalam memobilisasi dana dari masyarakat tersebut harus
bekerja secara berhati-hati (prinsip kehati-hatian). Ini menandakan bahwa bank
22
dalam menjalankan prinsip kehati-hatian secara tidak langsung memberikan
perlindungan hukum dan jaminan keamanan kepada masyarakat nasabah bank.
Selain itu perlindungan hukum terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan dalam dunia perbankan diwujudkan dengan tindakan konkret atau
diatur dengan norma hukum dan sebagai perwujudan lebih lanjut terhadap
prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan perbankan. Bahkan materi muatan norma hukum
yang mengatur tentang kegiatan perbankan tersebut harus terdapat penjabaran
lebih lanjut mengenai prinsip-prinsip yang diterapkan dalam kegiatan perbankan.
Diadakannya norma hukum yang mengatur kegiatan perbankan tersebut
maka diharapkan tercapainya penjelasan mengenai hak dan kewajiban
pihak-pihak yang berkepentingan dalam kegiatan perbankan ini, sehingga terciptanya
hubungan yang baik dan seimbang serta dapat melindungi kepentingan dari
pihak-pihak terkait dalam kegiatan perbankan tersebut.
Norma hukum digunakan dalam pengaturan kepentingan pihak-pihak
yang terkait dalam dunia perbankan dikarenakan norma hukum memiliki
legitimasi normatif serta memberikan efek penjera bagi pelanggarannya. Dalam
kaitan ini hukum dipandang sebagai statutory instrument, yang berfungsi sebagai
alat mekanis yaitu sengaja secara sadar dipakai untuk mewujudkan
keputusan-keputusan politik masyarakat dan sekaligus menghasilkan hukum yang responsif
terhadap kegiatan perbankan, melalui sarana hukum politik kegiatan perbankan
Politik kegiatan perbankan dengan sendirinya akan mendapatkan
legitimasi dari hukum dan sebaliknya dengan menggunakan sarana hukum maka
kepentingan pihak-pihak terkait dalam kegiatan perbankan dapat diwujudkan,
dengan demikian hukum merupakan insturmen yang berhasil guna dan berdaya
guna yang dimiliki oleh negara utnuk mewujudkan berbagai politik kegiatan
perbankan dalam konteks mewujudkan sistem perbankan nasional yang sehat,
kuat, dan efesien, guna meciptakan kestabilan keuangan nasional.23
Hukum perbankan tidak hanya ditujukan untuk melindungi kepentingan
negara semata melainkan hukum perbankan ditujukan untuk melindung
kepentingan sosial masyarakat banyak pada umumnya dan kepentingan
masyarakat pribadi, dalam hal ini nasabah bank dari perbuatan-perbuatan yang
dapat merugikan masyarakat banyak dan merugikan kegiatan perbankan itu
sendiri.
Sehingga memenuhi tujuan utama dari adanya hukum perbankan yang
diatur secara hukum normatif untuk menjaga keamanan dan kesehatan bank
dengan baik serta sekaligus kesehatan sistem keuangan nasional secara
keseluruhan, selain itu pengaturan secara normatif kegiatan perbankan ini juga
hendaknya melindungi dan menjamin keamanan nasabah dari praktik-praktik
perbankan yang tidak sehat yang jika tidak diatur secara normatif pada gilirannya
akan dapat merugikan masyarakat banyak dan sekaligus menganggu sistem
keuangan nasional secara keseluruhan.
23
Djoni S Gazali, Op.Cit hal 18
C . Jenis –Jenis Kelembagaan Bank
1. Jenis Bank Menurut Fungsi
2. Dengan adanya perubahan atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992 dengan
Undang-Undang No 10 Tahun 1998 maka kita akan mendapatkan
penjelasan tentang jenis-jenis bank menurut fungsinya yaitu antara lain:
a) Bank Umum
Bank Umum adalah bank melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dari
pengertian ini maka dengan sendirinya Bank Umum adalah bank pencipta
uang giral.
b) Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melakukan kegiatan usaha
secara konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dari
pengertian ini maka dengan sendirinya bank Perkreditan Rakyat adalah
bukan bank pencipta uang giral,sebab Bank Perkreditan rakyat tidak ikut
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
c) Bank Umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan
tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan
tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan
tertentun. Kegiatan tertentu dimaksud antara lain melaksanakan kegiatan
pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah atau pengusaha kecil,
pengembangan ekspor nonmigas dan pengembangan pembangunan rumah.
3. Jenis Bank menurut Bentuk Badan Usaha
Menurut bentuk badan usaha, jenis kelembagaan bank dapa berupa:
a. Bentuk hukum suatu Bank Umum dapat berupa:
1) Perseroan Terbatas
2) Koperasi
3) Perusahaan Daerah
b. Bentuk hukum untuk Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa:
1) Perusahaan daerah
2) Koperasi
3) Perseroan Terbatas
4) Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
4. Jenis Bank Menurut Kegiatan Usaha
Menurut kegiatan usaha jenis kelembagaan bank dapat dibedakan menjadi:
a. Bank Konvensional
Yaitu bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan
berdasarkan jenisnya terdiri dari Bank Umum Konvensional dan Bank
Perkreditan Rakyat.
1) Bank Umum Konvensional adalah bank konvensional yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank
dengan dual banking system ( sistem konvensional dan sistem
syariah).
2) Bank Perkreditan Rakyat adalah bank konvensional yang
menjalankan kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran .
b. Bank Syariah
Yaitu bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip-prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank Umum Syariah dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
1) Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran;
2) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam
kegiatan nya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
5. Jenis Bank Dilihat Dari Segi Status
Dilihat dari segi kemampuannya melayani masyarakat bank umum dapat
dibagi dalam dua jenis. Pembagian ini disebut juga pembagian berdasarkan
kedudukan atau status bank tersebut.
Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam
melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk,kualitas pelayanan, maupun
dari segi modal, untuk memperoleh status tertentu diperlukan penilaian-penilaian
dengan kriteria tertentu pula. Jenis bank menurut status nya adalah:
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau
yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan misalnya
travellers cheque, pembukaan dan pembayaran letter of credit, transfer
keluar negeri,inkaso keluar negeri. Yang menjadi persyaratan untuk
menjadi bank devisa ini telah ditentukan oleh Bank Indonesia.
b) Bank non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melakukan transaksi
seperti yang dilakukan oleh bank devisa dengan demikian tidak
diperbolehkan melakukan transaksi sepeti bank devisa,dan hanya bisa
melakukan transaksi dalam negeri saja.
Di setiap negara pada umumnya memiliki satu bank sentral yaitu
merupakan bank yang mengatur berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia
perbankan dan di dunia keuangan, di Indonesia fungsi bank sentral dipegang oleh
Bank Indonesia, fungsi Bank Indonesia selain daripada bank sentral adalah bank
sirkulasi, bank to bank.
Kantor pusat Bank Sentral terletak di Ibu kota negara, di Indonesia Bank
Sentral berada di Jakarta dan mempunyai kantor di seluruh wilayah Indonesia
pada umumnya berada di ibu kota Provinsi serta perwakilan-perwakilan diluar
negeri.
Fungsi Bank Sentral pada setiap negara manapun akan memiliki peranan
yang sangat penting untuk memajukan perkembangan pembangunan dan
Indonesia memliki peranan yang penting di Indonesia, baik dalam melayani
pemerintah, dunia keuangan dan perbankan yang ada di Indonesia dan di seluruh
dunia.
Peranan Bank Sentral disebut juga bank to bank, dimana peranan Bank
Indonesia sebagai bank to bank yaitu mengatur, mengawasi, mengkordinir, serta
memberikan tindakan kepada dunia perbankan.Bank Indonesia juga mengurus
dana yang dihimpun dari masyarakat agar disalurkan kembali kepada masyarakat
agar tercapainya pembangunan nasional.
Kemudian disamping mengurus dana perbankan, Bank Indonesia juga
mengawasi kegiatan perbankan secara keseluruhan. Peranan lainnya dari Bank
Sentral adalah mencetak dan mendistribusikan uang terutama uang kertas dan
logam dan mengendalikan jumlah uang yang beredar dengan maksud menjaga
kestabilan rupiah.
Disamping itu hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah adalah
sebagai pemegang kas pemerintah, pengikutsertaan Bank Indonesia dalam
perencanaan dan pembahasan mengenai masalah ekonomi, perbankan dan
keuangan dan yang berkaitan dengan tugas dan wewenang dari Bank Indonesia.
Begitu pula dengan hubungan Bank Indonesia dengan dunia
internasional yaitu mengatur hubungan keuangan Indonesia dengan luar negeri
seperti misalnya pinjaman luar negeri, melakukan kerja sama dengan Bank Sentral
BAB III
PENGATURAN HUKUM MENGENAI RAHASIA BANK
A. PENGERTIAN RAHASIA BANK
Bank memiliki tuntutan sebagai suatu lembaga keuangan yang
eksistensinya yang sangat ditentukan oleh kepercayaan mutlak dari nasabahnya
yang sudah memberikan kepercayaan kepada bank untuk menyimpankan dananya
kepada bank tersebut.
Mengingat bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem
pembayaran, masyarakat luas berkepentingan atas kesehatan dari sistem-sistem
tersebut. Adapun kepercayaan masyarakat kepada bank merupakan komponen
yang pentik untuk tetap menjaga eksistensi suatu bank, sehingga terpeliharanya
kepercayaan masyarakat kepada perbankan adalah juga kepentingan bank.
Salah satu hal yang dapat dilakukan bank untuk menjaga kepercayaan
dari nasabahnya adalah dengan bank mematuhi kewajiban rahasia bank tersebut,
rahasia bank merupakan suatu konsep yang telah dikenal di negara manapun di
dunia ini yang memiliki lembaga keuangan bank, ini menunjukkan bahwa rahasia
bank merupakan suatu hal yang sangat penting bagi nasabah penyimpan dan
simpanannya maupun bagi bank itu sendiri di negara manapun, sebab nasabah
tidak akan mau menyimpankan dana kepada bank apabila nasabah mengetahui
bahwa bank yang bersangkutan tidak memberikan jaminan bahwa bank tidak akan
menyalahgunakan pengetahuan tentang simpanan dan keuangan nasabahnya.
Konsep rahasia bank itu sendiri muncul untuk tujuan melindungi
Inggris secara bulat memutuskan pendiriannya dalam kasus Tournier v. National
Provincial and Union Bank of England Tahun 1924.
Suatu putusan Pengadilan yang kemudian menjadi landasan hukum yang
dapat digunakan apabila terjadinya kasus mengenai ketentuan rahasia bank di
Inggris, putusan pengadilan ini kemudian menjadi acuan oleh
pengadilan-pengadilan di negara lain yang mengadili kasus mengenai ketentuan rahasia bank.
Bahkan 60 tahun sebelum adanya putusan dalam perkara ini, pihak juri
telah berpendapat bahwa terdapat kewajiban bank untuk tidak boleh
mengungkapkan keadaan keuangan nasabah bank yang bersangkutan kepada
pihak lain, namun pada waktu itu pendirian tersebut belum memperoleh afirmasi
dari putusan-putusan pengadilan berikutnya.24
Seperti halnya pada negara Swiss merupakan salah satu negara yang
memegang teguh untuk tetap menjaga rahasia bank tersebut, di Indonesia juga
merupakan negara yang mewujudkan perlindungan kepentingan nasabahnya
dengan menerapkan rahasia bank dalam dunia perbankan.
Di Indonesia dalam penerapan rahasia bank terdapat dua teori yang
berkaitan yaitu teori rahasia bank yang bersifat mutlak(absolutely theory) dan
teori rahasia bank yang bersifat relatif atau nisbi.
Yang dimaksud dengan teori rahasia bank bersifat mutlak adalah bahwa
bank berkewajiban menyimpan rahasia nasabah yang diketahui oleh bank karena
kegiatan usahanya dalam keadaan apapun,biasa atau dalam keadaan luar biasa,
24
teori ini lebih menonjolkan kepentingan individu yang membuat kepentingan
negara dan masyarakat sering terabaikan.
Sedangkan teori rahasia bank bersifat relatif nisbi adalah bank
diperbolehkan membuka rahasia nasabahnya bila untuk kepentingan mendesak
misalnya kepentingan negara.25 Teori ini lebih menghendaki perbandingan
kepentingan yang mana lebih diutamakan untuk dibuka dan tidak dibukanya
rahasia bank berkaitan dengan kepentingan negara dan kepentingan hukum.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai perbankan di Indonesia
yaitu Undang-Undang No 7 tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menajdi
Undang-Undang No 10 Tahun 1998 ketentuan rahasia bank terdapat pada pasal 1
angka 16 Undang-Undang No 7 tahun 1992 Tentang Perbankan yang dimaksud
dengan ”Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan
dan hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan
wajib dirahasiakan.”26
Kemudian dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang No 7 Tahun 1992
menyatakan bahwa ” Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada
bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib
dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan,kecuali
dalam hal sebagaimana dimaksud Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44.”27
25
Muhamad Djumhana,”Rahasia Bank(Ketentuan dan Penerapannya), PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996,halaman 116
26
Pasal 1 angka 16 Undang‐Undang No 7 tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang‐Undang No 10 Tahun 1998
27
Sementara itu Penjelasan atas Pasal 40 ayat(1) Undang-Undang No 7
Tahun 1992 menguraikan ”kelaziman wajib dirahasiakan oleh bank adalah
seluruh data dan informasi mengenai segala sesuatu yangberhubungan dengan
keuangan dan hal-hal lain dari orang atau badan yang diketahui oleh bank karena
kegiatannya.”
Dengan demikian bahwa lingkup rahasia bank bukan hanya menyangkut
keadaan keuangan dari nasabah yang menyimpan dana pada bank saja,
melainkan pula nasabah lainnya yang menggunakan atau memanfaatkan jasa
perbankan selain jasa penyimpan dana.
Dengan berdasarkan Undang-Undang No 7 Tahun 1992 yang dilindungi
oleh ketentuan kerahasiaan bank adalah baik nasabah kreditur maupun nasabah
debitur, serta nasabah bank lainnya yang juga menggunakan atau memanfaatkan
jasa pelayanan bank.
Demikian pula yang dirahasiakan tidak terbatas hanya menyangkut data
dan informasi mengenai segala sesuatu yang bersangkutan dengan keuangan
pada bank yang bersangkutan melainkan termasuk hal-hal lain dari orang atau
badan yang diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya yang wajib pula
dirahasiakan .
Namun demikian masyarakat menganggap bahwa ruang lingkup yang
berdasarkan Undang-Undang No 7 Tahun 1992 dalam pasal 40 ayat (1) tersebut
terlalu luas karena sampai mencakup kredit yang diberikan oleh bank kepada
nasabah(aktiva bank), masyarakat memiliki anggapan bahwa sebaiknya lingkup
(passiva bank), karena lingkup rahasia bank yang meliputi kredit yang diterima
oleh nasabah(aktiva bank) dirasakan oleh masyarakat sebagai memasung hak
masyarakat untuk mengetahui kredit-kredit macet perbankan yang sangat
mempengaruhi kesehatan perbankan28
Maka dari itu sebagai perwujudan gagasan untuk meningkatkan fungsi
kontrol sosial terhadap institusi perbankan,pemebentuk peruran
oerundang-undang melakukan pembaharuan terhadap Undang-Undang No 7 Tahun 1992
menjadi Undang-Undang No 10 Tahun 1998 terhadap rumusan mengenai ruang
lingkup rahasia bank yang dirumusakan pada Pasal 1 angka 28,yaitu” Rahasia
bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya.”29
Demikian pula Pasal 40 ayat (1) juga mengalami perubahan yaitu ”
Bank wajib merahasiakan keterangan nasabah penyimpan dan simpanannya,
kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam, Pasal 41,Pasal 42, Pasal 43,
Pasal 44 dan pada Pasal 44A.”30
Sementara itu Penjelasan atas Pasal 40 ayat(1) Undang-Undang No 10 Tahun 1998 menyatakan bahwa ” apabila nasabah bank adalah nasabah penyimpan yang sekaligus juga sebagai nasabah debitur, bank wajib tetap merahasiakan keterangan tentang nasabah dalam kedudukannya sebagai nasabah penyimpan. Keterangan nasabah sebagai nasabh penyimpan,bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan bank.”
28
Sutan Remy Sjahdeni, Op.cit halaman497
29
Pasal 1 angka 28 Undang‐Undang No 7 tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang‐Undang No 10 Tahun 1998
30
Sebelumnya berdasakan Undang-Undang No 7 Tahun 1992 bahwa ruang
lingkup rahasia bank meliputi dana simpanan nasabah kreditor31 dan juga kredit
yang diterima oleh nasabah debitur.32 Tetapi pada saat ini ruang lingkup rahasia
bank sudah terbatas hanya terhadap identitas nasabah penyimpan di samping
keadaan simpanan nasabah penyimpan yang bersangkutan. Ini berarti yang
dilindungi rahasia bank tidak hanya meliputi simpanan saja melainkan juga
meliputi identitas nasabah penyimpannya.
Untuk melindungi suatu informasi dikenal adanya hukum kerahasiaan
yaitu hukum yang berisikan kaidah-kaidah yang berkaitan dengan perlindungan
rahasia baik yang menyangkut rahasia yang sifatnya pribadi atau rahasia
pemerintah. Objek dari hukum kerahasiaan adalah meliputi informasi yang terjadi
karena tugas dang funsginya seseorang misalnya dalam hubungan pengacara
dengan kliennya, notaris dengan kliennya, wartawan dengan sumber beritanya dan
sebagainya.
Informasi mengenai kegiatan bank terutama hubungannya antara nasabah
dengan bank merupakan bagian dari rahasia bank, dan rahasia bank merupakan
salah satu dari bagian hukum kerahasiaan, dasar alasan yang melandasi rahasia
bank termasuk dalam hukum kerahasiaan adalah bahwa hukum tersebut dapat
31
Nasabah kreditur atau nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan( Pasal 1 angka 17 Undang‐Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang‐ Undang No 10 Tahun 1998)
32
Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan( Pasal 1 angka 18 Undang‐Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana tela dirubah menjadi Undang‐Undang No 10 Tahun 1998)
mencegah seseorang untuk membocorkan informasi yang diberikan kepadanya
ataupun menyalahgunakan informasi yang ada padanya.
Jika diuraikan mengenai kerahasiaan, pada dasarnya setiap orang baik
sebagai pribadi maupun sebagai profesional dimana seseorang tersebut tidak akan
menghendaki apabila rahasia mengenai dirinya atau keadaan keuangannya
diketahui oleh pihak lain yang akan memanfaatkan informasi yang diketahuinya
dengan maksud yang tidak baik, begitu juga yang terjadi apabila seorang nasabah
yang memiliki kekhawatiran apabila rahasia mengenai keadaan keuangannya
tersebut disalah gunakan oleh orang-orang yang memiliki itikad tidak baik hal
inilah yang merupakan tuntutan seorang nasabah yang sudah mempercayakan
dana nya untuk dismpankan ke bank yang bersangkutan.
Pada saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai rahasia bank
tersebut, salah satu pendapat menyatakan bahwa rahasia bank ini dapat merugikan
masyarakat karena rahasia bank ini digunakan sebagai perlindungan oleh
nasabah-nasabah yang memiliki itikad tidak baik, sedangkan pendapat lain menyatakan
bahwa rahasia bank tersebut harus diterapkan, karna masyarakat sebagai nasabah
ingin mendapatkan jaminan keamanan informasi mengenai keadaan keuangannya
untuk tidak disalahgunakan oleh pihak bank yang bersangkutan.
B. DASAR HUKUM RAHASIA BANK
Di Indonesia sendiri dalam menerapkan ketentuan rahasia bank dengan
menggunakan teori nisbi, maka pemberian informasi mengenai rahasia bank
rahasia bank ini memiliki peraturan perUndang-Undangan yang mengatur tentang
rahasia bank ini.
Sebelumnya ketentuan kerahasiaan bank diatur dalam:
1. Undang-Undang No 23 Tahun 1960 tentang Rahasia Bank
Di dalam Perpu ini tercantum secara jelas mengenai rahasia bank yang
disebutkan dalam Pasal 2 yaitu,” Bank tidak boleh memberikan keterangan
tentang keadaan keuangan nasabahnya yang tercatat padanya dan hal-hal yang
harus dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan.”
Selanjutnya dalam Pasal 3 menyebutkan rahasia bank dapat dibuka dengan alasan
tertentu, seperti demi kepentingan pemeriksaan perpajakan dan kepentingan
peradilan dalam perkara tindak pidana. Pembukaan rahasia bank tersebut hanya
dapat dipenuhi setelah permintaan dari instansi perpajakan dan instansi kejaksaan
serta kehakiman dalam hal ini kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung33
2. Undang-Undang No 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan
Dengan lahirnya Undang-Undang No 14 Tahun 1967 tentang
Pokok-Pokok Perbankan maka Perpu No 23 Tahun 1960 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pada Undang-Undang No 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan
mengatur tentang rahasia bank pada Bab VII yaitu Pasal 36 yaitu ”Bank tidak
boleh memberikan keterangan-keterangan tentang keadaan keuangan nasabah
yang tercatat padanya dan hal-hal lain yang harus dirahasiakan oleh bank menurut
33
kelaziman dalam dunia perbankan kecuali dalam hal-hal yang ditentukan dalam
undang-undang ini."
3. Surat Edaran Bank Indonesia No 3/377/UPPB/PbB,tanggal 11 September