• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGATURAN HUKUM MENGENAI

A. Pengertian Rahasia Bank

Bank memiliki tuntutan sebagai suatu lembaga keuangan yang eksistensinya yang sangat ditentukan oleh kepercayaan mutlak dari nasabahnya yang sudah memberikan kepercayaan kepada bank untuk menyimpankan dananya kepada bank tersebut.

Mengingat bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran, masyarakat luas berkepentingan atas kesehatan dari sistem-sistem tersebut. Adapun kepercayaan masyarakat kepada bank merupakan komponen yang pentik untuk tetap menjaga eksistensi suatu bank, sehingga terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada perbankan adalah juga kepentingan bank.

Salah satu hal yang dapat dilakukan bank untuk menjaga kepercayaan dari nasabahnya adalah dengan bank mematuhi kewajiban rahasia bank tersebut, rahasia bank merupakan suatu konsep yang telah dikenal di negara manapun di dunia ini yang memiliki lembaga keuangan bank, ini menunjukkan bahwa rahasia bank merupakan suatu hal yang sangat penting bagi nasabah penyimpan dan simpanannya maupun bagi bank itu sendiri di negara manapun, sebab nasabah tidak akan mau menyimpankan dana kepada bank apabila nasabah mengetahui bahwa bank yang bersangkutan tidak memberikan jaminan bahwa bank tidak akan menyalahgunakan pengetahuan tentang simpanan dan keuangan nasabahnya.

Konsep rahasia bank itu sendiri muncul untuk tujuan melindungi kepentingan nasbah yang bersangkutan, hal ini bermula ketika Court of Appeal

Inggris secara bulat memutuskan pendiriannya dalam kasus Tournier v. National

Provincial and Union Bank of England Tahun 1924.

Suatu putusan Pengadilan yang kemudian menjadi landasan hukum yang dapat digunakan apabila terjadinya kasus mengenai ketentuan rahasia bank di Inggris, putusan pengadilan ini kemudian menjadi acuan oleh pengadilan-pengadilan di negara lain yang mengadili kasus mengenai ketentuan rahasia bank. Bahkan 60 tahun sebelum adanya putusan dalam perkara ini, pihak juri telah berpendapat bahwa terdapat kewajiban bank untuk tidak boleh mengungkapkan keadaan keuangan nasabah bank yang bersangkutan kepada pihak lain, namun pada waktu itu pendirian tersebut belum memperoleh afirmasi dari putusan-putusan pengadilan berikutnya.24

Seperti halnya pada negara Swiss merupakan salah satu negara yang memegang teguh untuk tetap menjaga rahasia bank tersebut, di Indonesia juga merupakan negara yang mewujudkan perlindungan kepentingan nasabahnya dengan menerapkan rahasia bank dalam dunia perbankan.

Di Indonesia dalam penerapan rahasia bank terdapat dua teori yang berkaitan yaitu teori rahasia bank yang bersifat mutlak(absolutely theory) dan teori rahasia bank yang bersifat relatif atau nisbi.

Yang dimaksud dengan teori rahasia bank bersifat mutlak adalah bahwa bank berkewajiban menyimpan rahasia nasabah yang diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya dalam keadaan apapun,biasa atau dalam keadaan luar biasa,

       24

 Sutan Remy Sjahdeni”Rahasia Bank: Berbagai Masalah Di Sekitarnya” diambil dari Djoni 

teori ini lebih menonjolkan kepentingan individu yang membuat kepentingan negara dan masyarakat sering terabaikan.

Sedangkan teori rahasia bank bersifat relatif nisbi adalah bank diperbolehkan membuka rahasia nasabahnya bila untuk kepentingan mendesak misalnya kepentingan negara.25 Teori ini lebih menghendaki perbandingan kepentingan yang mana lebih diutamakan untuk dibuka dan tidak dibukanya rahasia bank berkaitan dengan kepentingan negara dan kepentingan hukum.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai perbankan di Indonesia yaitu Undang-Undang No 7 tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menajdi Undang-Undang No 10 Tahun 1998 ketentuan rahasia bank terdapat pada pasal 1 angka 16 Undang-Undang No 7 tahun 1992 Tentang Perbankan yang dimaksud dengan ”Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan.”26

Kemudian dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang No 7 Tahun 1992 menyatakan bahwa ” Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan,kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44.”27

       25

 Muhamad Djumhana,”Rahasia Bank(Ketentuan dan Penerapannya), PT Citra Aditya Bakti, 

Bandung, 1996,halaman 116 

26 Pasal 1 angka 16 Undang‐Undang No 7 tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi 

Undang‐Undang No 10 Tahun 1998  27

 Pasal 40 ayat (1) Undang‐Undang No 7 tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi 

Sementara itu Penjelasan atas Pasal 40 ayat(1) Undang-Undang No 7 Tahun 1992 menguraikan ”kelaziman wajib dirahasiakan oleh bank adalah seluruh data dan informasi mengenai segala sesuatu yangberhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain dari orang atau badan yang diketahui oleh bank karena kegiatannya.”

Dengan demikian bahwa lingkup rahasia bank bukan hanya menyangkut keadaan keuangan dari nasabah yang menyimpan dana pada bank saja, melainkan pula nasabah lainnya yang menggunakan atau memanfaatkan jasa perbankan selain jasa penyimpan dana.

Dengan berdasarkan Undang-Undang No 7 Tahun 1992 yang dilindungi oleh ketentuan kerahasiaan bank adalah baik nasabah kreditur maupun nasabah debitur, serta nasabah bank lainnya yang juga menggunakan atau memanfaatkan jasa pelayanan bank.

Demikian pula yang dirahasiakan tidak terbatas hanya menyangkut data dan informasi mengenai segala sesuatu yang bersangkutan dengan keuangan pada bank yang bersangkutan melainkan termasuk hal-hal lain dari orang atau badan yang diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya yang wajib pula dirahasiakan .

Namun demikian masyarakat menganggap bahwa ruang lingkup yang berdasarkan Undang-Undang No 7 Tahun 1992 dalam pasal 40 ayat (1) tersebut terlalu luas karena sampai mencakup kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah(aktiva bank), masyarakat memiliki anggapan bahwa sebaiknya lingkup daripada rahasia bank tersebut hanya meliputi dana simpanan nasabah saja

(passiva bank), karena lingkup rahasia bank yang meliputi kredit yang diterima oleh nasabah(aktiva bank) dirasakan oleh masyarakat sebagai memasung hak masyarakat untuk mengetahui kredit-kredit macet perbankan yang sangat mempengaruhi kesehatan perbankan28

Maka dari itu sebagai perwujudan gagasan untuk meningkatkan fungsi kontrol sosial terhadap institusi perbankan,pemebentuk peruran oerundang-undang melakukan pembaharuan terhadap Undang-Undang No 7 Tahun 1992 menjadi Undang-Undang No 10 Tahun 1998 terhadap rumusan mengenai ruang lingkup rahasia bank yang dirumusakan pada Pasal 1 angka 28,yaitu” Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.”29

Demikian pula Pasal 40 ayat (1) juga mengalami perubahan yaitu ” Bank wajib merahasiakan keterangan nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam, Pasal 41,Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44 dan pada Pasal 44A.”30

Sementara itu Penjelasan atas Pasal 40 ayat(1) Undang-Undang No 10 Tahun 1998 menyatakan bahwa ” apabila nasabah bank adalah nasabah penyimpan yang sekaligus juga sebagai nasabah debitur, bank wajib tetap merahasiakan keterangan tentang nasabah dalam kedudukannya sebagai nasabah penyimpan. Keterangan nasabah sebagai nasabh penyimpan,bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan bank.”

       28

 Sutan Remy Sjahdeni, Op.cit halaman497 

29 Pasal 1 angka 28 Undang‐Undang No 7 tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi 

Undang‐Undang No 10 Tahun 1998  30

 Pasal 40 ayat(1) Undang‐Undang No 7 tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang‐

Sebelumnya berdasakan Undang-Undang No 7 Tahun 1992 bahwa ruang lingkup rahasia bank meliputi dana simpanan nasabah kreditor31 dan juga kredit yang diterima oleh nasabah debitur.32 Tetapi pada saat ini ruang lingkup rahasia bank sudah terbatas hanya terhadap identitas nasabah penyimpan di samping keadaan simpanan nasabah penyimpan yang bersangkutan. Ini berarti yang dilindungi rahasia bank tidak hanya meliputi simpanan saja melainkan juga meliputi identitas nasabah penyimpannya.

Untuk melindungi suatu informasi dikenal adanya hukum kerahasiaan yaitu hukum yang berisikan kaidah-kaidah yang berkaitan dengan perlindungan rahasia baik yang menyangkut rahasia yang sifatnya pribadi atau rahasia pemerintah. Objek dari hukum kerahasiaan adalah meliputi informasi yang terjadi karena tugas dang funsginya seseorang misalnya dalam hubungan pengacara dengan kliennya, notaris dengan kliennya, wartawan dengan sumber beritanya dan sebagainya.

Informasi mengenai kegiatan bank terutama hubungannya antara nasabah dengan bank merupakan bagian dari rahasia bank, dan rahasia bank merupakan salah satu dari bagian hukum kerahasiaan, dasar alasan yang melandasi rahasia bank termasuk dalam hukum kerahasiaan adalah bahwa hukum tersebut dapat

       31

Nasabah kreditur atau nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di 

bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan( 

Pasal 1 angka 17 Undang‐Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang‐

Undang No 10 Tahun 1998)  32

 Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan 

berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank 

dengan nasabah yang bersangkutan( Pasal 1 angka 18 Undang‐Undang No 7 Tahun 1992 

sebagaimana tela dirubah menjadi Undang‐Undang No 10 Tahun 1998)   

mencegah seseorang untuk membocorkan informasi yang diberikan kepadanya ataupun menyalahgunakan informasi yang ada padanya.

Jika diuraikan mengenai kerahasiaan, pada dasarnya setiap orang baik sebagai pribadi maupun sebagai profesional dimana seseorang tersebut tidak akan menghendaki apabila rahasia mengenai dirinya atau keadaan keuangannya diketahui oleh pihak lain yang akan memanfaatkan informasi yang diketahuinya dengan maksud yang tidak baik, begitu juga yang terjadi apabila seorang nasabah yang memiliki kekhawatiran apabila rahasia mengenai keadaan keuangannya tersebut disalah gunakan oleh orang-orang yang memiliki itikad tidak baik hal inilah yang merupakan tuntutan seorang nasabah yang sudah mempercayakan dana nya untuk dismpankan ke bank yang bersangkutan.

Pada saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai rahasia bank tersebut, salah satu pendapat menyatakan bahwa rahasia bank ini dapat merugikan masyarakat karena rahasia bank ini digunakan sebagai perlindungan oleh nasabah-nasabah yang memiliki itikad tidak baik, sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa rahasia bank tersebut harus diterapkan, karna masyarakat sebagai nasabah ingin mendapatkan jaminan keamanan informasi mengenai keadaan keuangannya untuk tidak disalahgunakan oleh pihak bank yang bersangkutan.

Dokumen terkait