• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pengaruh Pencampuran Biodesel Jarak Pagar Dengan Solar Terhadap Perubahan Karakteristik Fisikanya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Pengaruh Pencampuran Biodesel Jarak Pagar Dengan Solar Terhadap Perubahan Karakteristik Fisikanya"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGARUH PENCAMPURAN BIODIESEL JARAK

PAGAR DENGAN SOLAR TERHADAP PERUBAHAN

KARAKTERISTIK FISIKANYA

T E S I S

OLEH

SITI SALEHA LUBIS

057026010 / FIS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

STUDI PENGARUH PENCAMPURAN BIODIESEL JARAK

PAGAR DENGAN SOLAR TERHADAP PERUBAHAN

KARAKTERISTIK FISIKANYA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Dalam Program Studi Magister Ilmu Fisika

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

SITI SALEHA LUBIS

057026010 / FIS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : STUDI PENGARUH PENCAMPURAN BIODIESEL JARAK PAGAR DENGAN SOLAR TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIKANYA

Nama Mahasiswa : SITI SALEHA LUBIS

Nomor Pokok : 057026010

Program Studi : Ilmu Fisika

Menyetujui Komisi Pembimbing

( Dr. Marhaposan Situmorang ) Ketua

( Drs. H. Muhammad Syukur, MS ) Anggota

Ketua Program Studi Direktur Magister Ilmu Fisika Sekolah Pascasarjana

(Dr. Eddy Marlianto, M.Sc) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B, M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 10 September 2007

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Marhaposan Situmorang

Anggota : 1. Drs. H. Muhammad Syukur, MS

2. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc

3. Drs. Anwar Dharma Sembiring, MS

4. Drs. Ferdinan Sinuhaji, M.Si

(5)

ABSTRAK

Biodiesel adalah suatu sumber energi alternatif bahan bakar yang didapat dari minyak nabati setelah melalui proses esterifikasi - transesterifikasi. Biodiesel yang diteliti berasal dari tumbuhan jarak pagar (Jatropa curcas). Kemudian dilakukan pencampuran biodiesel dengan solar untuk mengetahui karakterisasi fisisnya seperti viskositas, densitas, flash point dan nilai kalor. Hasil yang diperoleh dianalisa dan dibandingkan pada hasil penelitian dari berbagai sumber. Diskusi/pembahasan juga dilakukan terhadap persentase yang optimal dari pencampuran yang akan digunakan ke mesin. Seperti yang diperoleh pada pencampuran biodiesel sawit dengan solar yakni sekitar 30 %. Karakteristik fisika yang diperoleh pada hasil pencampuran biodiesel jarak pagar dengan solar dalam penelitian ini adalah viskositas 3,6 – 4,8 cSt, densitas 0,82 – 0,87 g/ml, titik nyala 78 – 160 0C dan nilai kalor 53,67 – 42,05 MJ/kg.

(6)

ABSTRACT

Biodiesel is a source of fuel alternative energy derived from vegetable oil through transesterification esterification process. The biodiesel observed is gained from Jatropha Curcas plant and then biodiesel is mixed with diesel to know the physical characteristics such as viscosity, density, flashpoint and caloric value. The result gained is discussed by comparing it to results of several researches result from several sources. The discussion is also made on optimal percentage of blending to be used with machine. As was achieved for blending of palm oil biodiesel with diesel will be 30 %. The result of physical characteristics of mixing jatropha curcas with diesel in our research is viscocity 3,6 – 4,8 cSt, density 0,82 – 0,87 g/ml, flash point 78 – 160 0C and heating value 53,67 – 42,05 MJ/kg.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Karunia yang diberikanNya kepada penulis sehingga tesis yang diberi judul “Studi Pengaruh Pencampuran Biodiesel Jarak Pagar Dengan Solar Terhadap Perubahan Karakteristik Fisikanya” dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Tesis ini merupakan tugas akhir pada Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Umum Fisika.

Dengan segala kemampuan yang ada penulis mencoba untuk membuat yang terbaik dalam tesis ini, akan tetapi penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan tesis ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatra Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Fisika.

4. Bapak Drs. Nasir Saleh, M.Eng.Sc selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Fisika.

5. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Drs. H. Muhammad Syukur, M.S selaku Anggota Komisi Pembimbing atas arahan dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Seluruh Dosen Staf Pengajar pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu Fisika USU, yang telah banyak mencurahkan ilmunya selama masa perkuliahan.

8. Seluruh Staf Administrasi Sekolah Pascasarjana dan “Bang Mulkan” yang telah dengan penuh kesabaran memberikan pelayanan terbaik di Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu Fisika.

(8)

Secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih dan sayang yang mendalam kepada Ayahanda Drs. Muchtar Lubis, Ibunda Siti Anna, Suami Tercinta Drs. Rustam Effendi yang senantiasa memberikan dorongan dengan penuh kesabaran dan serta mendoakan keberhasilan penulis dalam menyelesaikan Studi ini. Terlebih lagi terima kasih dan sayang yang teramat dalam kepada Anak-anakku tercinta (Reza, Nisa, Ami, Nasrul dan si kecil Robi) yang berkorban untuk selalu ditinggalkan selama penulis mengikuti studi.

Medan, September 2007

(9)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Siti Saleha Lubis 2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 3 Juli 1970 3. Pekerjaan : Guru

4. Agama : Islam

5. Orang Tua

Ayah : Drs. Muchtar Lubis Ibu : Siti Anna Nasution

6. Alamat : Jl. Pasar Baru No. 17 Tembung 7. Pendidikan

SD : Negeri No. 16 Padang Sidempuan, tahun 1976 - 1982 SMP : Negeri 4 Padang Sidempuan, tahun 1982 - 1985 SMA : Negeri 4 Padang Sidempuan, tahun 1985 - 1988 D-3 Fisika : FMIPA UI, tahun 1988 - 1992

S1- Fisika : IKIP Medan, tahun 1993 - 1996

S2 – Fisika : Universitas Sumatera Utara, tahun 2005 – 2007

Medan, September 2007

(10)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan Penelitian ... 4

1.3.Batasan Masalah ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

1.5.Lokasi Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sumber Alternatif Energi Tambahan ... 7

2.2 Biodiesel ... 8

2.3 Biodiesel Jarak Pagar ... 14

2.4 Proses Pembuatan Biodiesel dari Pohon Jarak ... 15

2.5 Karakteristik Biodiesel... 19

2.6 Pembakaran Bahan Bakar Pada Motor Bakar Diesel... 21

2.7 Pencampuran Biodiesel... 26

2.8 Penyimpanan dan Penanganan Biodiesel... 26

2.9 Viskositas ... 27

2.10 Densitas (Rapat Massa) ... 31

2.11 Titik Nyala (flash point)... 31

2.12 Nilai Kalor... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Prosedur Penelitian ... 33

3.2 Sampel... 34

3.3 Pengujian Viskositas ... 35

3.4 Pengujian Densitas ... 36

3.5 Pengujian Titik Nyala (Flash Point) ... 37

(11)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 41 4.1.1 Hasil Pengujian Viskositas Campuran Biodiesel

Jarak Pagar – Solar ... 41 4.1.2 Hasil Pengujian Densitas Campuran Biodiesel

Jarak Pagar – Solar ... 42 4.1.3 Hasil Pengujian Titik nyala Campuran Biodiesel

Jarak Pagar – Solar ... 43

4.1.4 Hasil Pengujian Nilai Kalor Campuran Biodiesel

Jarak Pagar – Solar ... 44 4.1.5 Hasil Penelitian yang di Peroleh dari Beberapa

Sumber / Artikel Ilmiah ... 45 4.2 Pembahasan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 51 5.2. Saran... 52

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Diagram Alir Pembuatan Biodiesel ... 17

Gambar 2.2. Aliran laminer cairan kental ... 28

Gambar 3.1. Diagram Alir Prosedur Penelitian ... 33

Gambar 4.1. Grafik Viskositas dan Komposisi campuran ... 42

Gambar 4.2. Grafik Densitas dan Komposisi campuran... 43

Gambar 4.3. Grafik Titik Nyala dan Komposisi campuran ... 44

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Pengujian Viskositas Dan Komposisi Campuran ... 54

Lampiran 2. Hasil Pengujian Densitas Campuran Biodiesel Jarak – Solar ... 55

Lampiran 3. Hasil Pengujian Titik Nyala Campuran Biodiesel Jarak –Solar 56 Lampiran 4. Hasil Pengujian Nilai Kalor ... 57

Lampiran 5. Hasil Pengujian Viskositas Campuran Biodiesel Jarak –Solar Setelah 30 Hari ... 58

Lampiran 6. Hasil Pengujian Densitas Campuran Biodiesel Jarak – Solar Setelah 30 Hari ………... 59

Lampiran 7. Hasil Pengujian Titik Nyala Campuran Biodiesel Jarak – Solar Setelah 30 Hari ... 60

Lampiran 8. Hasil Pengujian Nilai Kalor Campuran Biodiesel Jarak – Solar Setelah 30 Hari ... 61

Lampiran 9. Spesifikasi Biodiesel Jarak Pagar ... 62

Lampiran 10. Kualitas Biodiesel Hasil Proses Estrans ... 63

Lampiran 11. Karakteristik Biodiesel ... 64

Lampiran 12. Sifat Bahan Bakar Biodiesel Jatropha ... 65

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambahan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan

kesejahteraan masyarakat berdampak pada makin meningkatnya kebutuhan akan

sarana transportasi dan aktivitas industri. Hal ini tentu saja menyebabkan kebutuhan

akan bahan bakar cair juga semakin meningkat. Menurut data automotive Diesel Oil,

konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia sejak tahun 1995 telah melebihi produksi

dalam negeri. Diperkirakan dalam waktu 10-15 tahun ke depan, cadangan minyak

Indonesia akan habis. Perkiraan ini terbukti dengan seringnya terjadi kelangkaan

BBM di beberapa daerah di Indonesia. Atas dasar itulah manusia mulai mencari

sumber-sumber energi alternatif yang keterbatasan kuantitasnya tidak terbatas (dapat

diperbaharui) dan ramah lingkungan.

Biodiesel dapat dibuat dengan mengekstraksi minyaknya dari suatu

tumbuh-tumbuhan seperti minyak yang berasal dari tanaman jarak pagar (jatropha curcas).

Minyak jarak merupakan minyak hasil olahan biji tanaman jarak. Tanaman jarak ini

umumnya tumbuh di negara-negara beriklim tropis maupun subtropis.

Indonesia sebagai negara tropis memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat

dikembangkan sebagai bahan baku untuk produksi energi alternatif untuk mengganti

bahan bakar minyak, baik berupa Bio Ethanol sebagai pengganti premium maupun

(16)

bakar alternatif biodiesel dari minyak jarak pagar (jatropha curcas). Minyak jarak

berpotensi dapat menghemat pemakaian BBM sekitar 100.000 barel/hari (Suara

Merdeka, 24 Oktober 2005). Pengembangan minyak dari tanaman jarak melalui

pendekatan ilmiah di Indonesia dipelopori oleh Dr. Robert Manurung dari Institut

Teknologi Bandung (ITB) dengan fokus ekstraksi minyak dari tanaman jarak. Sejak

tahun 2004 yang lalu. Penelitian ini mendapat dukungan dari Mitsubishi Research

Institut (Miri) dan New Energy and Industrial Technologi Development Organization

(NEDO) dari Jepang (Kompas, 12/5/2005). Setelah dirilis di ITB kemudian diikuti

IPB dan selanjutnya diikuti oleh Lembaga Pemerintah Pusat yaitu BPPT dan oleh

Pemerintah Daerah seperti Pemprov NTT, Pemprov NTB, Pemkab Purwakarta,

Pemkab Indramayu serta oleh BUMN seperti PT. Pertamina, PT. PLN, dan PT.

Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), semua saling bekerja sama untuk

pengembangan minyak jarak sebagai bahan bakar minyak alternatif ini. Setidaknya

ada satu optimisme peluang pasar minyak jarak ini cukup terbuka dengan munculnya

pernyataan Direktur Utama Pertamina yang menyebutkan bahwa pertamina siap

menampung minyak jarak dari masyarakat untuk diproses lebih lanjut sebagai

biodiesel (www.pertamina.com,18/8/2005) Bahkan Jepang yang terikat komitmen

protokol Kyoto bersiap-siap membeli produk energi alternatif dari minyak jarak ini

(Republika, 18/5/2005). Tujuan utama pengembangan Biodiesel ini adalah

lingkungan karena bahan bakar ini bersih, tidak ada sulfur dan gas buangnya tidak

berbahaya bagi manusia dan dapat diperbaharui. Biodiesel mempuyai sifat

(17)

mesin berbasis bahan bakar solar tanpa adanya modifikasi pada mesin. Untuk

mendapatkan Biodiesel dari tanaman jarak pagar terlebih dahulu dilakukan proses

estrans (esterifikasi transesterifikasi) yang bertujuan untuk menurunkan viskositas

minyak jarak dan meningkatkan daya pembakaran sehingga dapat digunakan sesuai

standar minyak diesel untuk kenderaan bermotor. Karena minyak nabati dan bahan

bakar diesel fosil mempunyai perbedaan dasar sifat – sifat fisika – kimia maka agar

kinerja pada system injeksi motor diesel sempurna, dilakukan modifikasi sifat – sifat

fisika – kimia minyak nabati sesuai dengan sifat – sifat fisika kimia bahan bakar

diesel fosil. Caranya adalah dengan menggunakan campuran minyak nabati dengan

bahan bakar diesel fosil. Untuk mengubah komposisi kimianya dilakukan proses

estrans, bahan yang sudah mengalami proses ini disebut biodiesel dan biodiesel inilah

yang dicampurkan kedalam solar sehingga muncul produk B – 10, B – 20 dan

seterusnya.

Bila dibandingkan dengan bahan bakar diesel solar, biodiesel bersifat ramah

lingkungan, dapat diperbaharui (renewable). Biodiesel bersifat ramah lingkungan

karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan solar/diesel

yaitu bebas sulfur, bilangan asap (smoke number) rendah dan tidak menghasilkan

racun.

Biodiesel dari minyak jarak dapat digunakan untuk mengurangi konsumsi

bahan bakar fosil salah satu caranya adalah dengan mencampurkan kedua bahan

bakar tersebut yaitu minyak solar dengan biodiesel. Penggunaan untuk kenderaan

(18)

dimana campuran tersebut akan memberikan variasi terhadap unjuk kerja mesin.

Parameter apa saja yang berubah pada setiap persentase menjadi menarik untuk

diteliti dan dihubungkan dengan unjuk kerja mesin atau ke parameter yang lain.

1.2 Tujuan Penelitian

a. Untuk memperoleh beberapa karakteristik fisika (viskositas, densitas, titik

nyala dan nilai kalor) dari pencampuran biodiesel jarak pagar dan solar.

b. Membandingkan karakteristik Biodiesel dengan hasil temuan para ahli

melalui artikel – artikel ilmiah

1.3 Batasan Masalah

Hal utama yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah perubahan

viskositas, densitas, titik nyala dan nilai kalor dari kedua bahan bakar tersebut dan

campurannya. Pencampuran yang dilakukan adalah peningkatan persentase biodiesel

tiap 10 % terhadap solar murni. Sebagai contoh untuk 10 %, berarti pencampuran

biodiesel 10 % dengan solar 90 %, untuk 20 % berarti pencampuran biodiesel 20 %

dengan solar 80 %, serta pencampuran yang bagaimana seharusnya digunakan pada

(19)

1.4 Manfaat Penelitian

a. Melihat rasio viskositas, densitas, titik nyala dan nilai kalor / beberapa variasi persentasi campuran.

b. Memahami kelebihan dan kekurangan dari masing-masing bahan bakar yang

diuji yaitu : biodiesel, solar, dan campuran dari keduanya.

c. Mendapat informasi data mengenai biodiesel dan campuran biodiesel

dengan solar melalui artikel-artikel ilmiah

1.5 Lokasi Penelitian

a. Pengujian Viskositas, densitas, titik nyala dilakukan di Pusat Penelitian

Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

(20)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Konsumsi bahan bakar fosil khususnya minyak bumi dunia saat ini sangat

tinggi, sedangkan produksi dari bahan bakar fosil tidak meningkat sebanding dengan

konsumsi, sehingga kondisi yang terjadi saat ini adalah permintaan lebih tinggi dari

penyediaan, jadi harga bahan bakar fosil terus meningkat.

Oleh karena itu, perlu bahan bakar sebagai salah satu sumber energi yang

mampu diperbaharui terus dalam jangka waktu yang sangat singkat. Untuk sumber

energi yang terbaharukan non bahan bakar adalah panas bumi, sinar matahari, air, dan

lain-lain. Namun pengembangan teknologi sangat terbatas dan sangat mahal.

Sehingga untuk investasinya sangat tinggi.

Sumber energi yang terbaharukan untuk bahan bakar adalah fuel cell ,

biodiesel dari macam tanaman, dan lain-lain. Pengembangan untuk bahan bakar

biodiesel masih terus berjalan, terutama Indonesia.

Di Indonesia biodiesel sangat cocok untuk dikembangkan, karena kondisi

iklim dari Indonesia mendukung untuk pertumbuhan dari tanam - tanaman yang

dapat menghasilkan biodiesel. Penggunaan biodiesel ini juga akan bermanfaaat dalam

mengurangi konsumsi bahan bakar fosil secara nasional, baik bila digunakan secara

(21)

2.1 Sumber Alternatif Energi Terbarukan

Sumber daya energi terbarukan adalah sumber – sumber energi yang

output-nya akan konstan dalam rentang waktu jutaan tahun. Sumber – sumber energi yang

termasuk dalam kategori terbarukan adalah sinar matahari (langsung), aliran air

sungai, angin, gelombang laut, arus pasang surut, panas bumi dan biomassa. Walupun

panas yang terkandung dalam bumi, gaya gravitasi bulan dan matahari, serta rotasi

bumi berperan dalam pembentukan sumber – sumber energi ini, sumber energi

terbarukan pada dasarnya diturunkan dari radiasi matahari.

Sejak ditemukan sumber energi yang lebih modern, yaitu bahan bakar fosil

dan tenaga nuklir peranan energi terbarukan di berbagai belahan dunia, terutama di

banyak negara maju mengalami penurunan. Namun sejak terjadinya krisis minyak

pada era 1970-an yang dilanjutkan dengan meningkatnya kesadaran terhadap

kelestarian lingkungan global, potensi energi terbarukan sebagai sumber energi

alternatif kembali mendapat perhatian.

Karakteristik energi terbarukan hampir tidak memiliki kesamaan satu sama

lain. Meskipun demikian, teknologi energi terbarukan mempunyai beberapa sifat

umum sebagai berikut.

1. Sumber – sumber energi terbarukan tidak akan habis (khusus untuk biomassa,

agar ketersediaan sumber dayanya dapat berkelanjutan, laju konsumsi dan

(22)

2. Sumber energi terbarukan secara geografis bersifat tersebar (dispersed) dan

umumnya di kembangkan dan di manfaatkan di lokasi sumber energi tersebut

berada, mengingat pertimbangan aspek fisik dan ekonomi.

3. Sumber energi terbarukan mempunyai densitas daya dan energi yang rendah

sehingga perangkat teknologi pemanfaatannya menempati lahan yang relatif

luas.

4. Teknologi – teknologi energi terbarukan pada umumnya memerlukan biaya

kapital tinggi tetapi biaya operasinya rendah.

5. Beberapa teknologi terbarukan bersifat modular sehingga responsif terhadap

pertumbuhan permintaan dan dapat dikonstruksi dalam waktu relatif singkat.

6. Teknologi – teknologi energi terbarukan pada umumnya akrab lingkungan.

2.2 Biodiesel

Biodiesel adalah sejenis sumber energi alternatif bahan bakar yang termasuk

kedalam kelompok bahan bakar nabati (BBN) yang dapat digunakan untuk

menggerakkan motor diesel tanpa mengadakan modifikasi yang banyak terhadap

motor diesel tersebut. Bahan bakunya bisa berasal dari berbagai sumber daya nabati,

yaitu kelompok minyak dan lemak, seperti minyak sawit, minyak kelapa, minyak

kedelai, kacang tanah, jarak pagar hingga minyak goreng bekas.

Ditinjau dari bentuknya bahan bakar nabati bisa berbentuk padat, gas, atau

cair. Seperti juga bahan bakar minyak, BBM cair adalah yang paling luas dan

(23)

- Bioetanol: dibuat dari ubi kayu atau tetes tebu yang digunakan sebagai

pencampuran bensin atau secara murni untuk gasohol.

- Biodiesel-oil: produksi konversi kayu atau lignoselulosa lainnya yang diubah

menjadi bentuk cair melalui proses “pirolisa eksplosif” proses pembakaran

dengan udara terbatas pada tekanan tertentu dimana kayu sudah melunak,

oulet terbuka sehingga terjadi ledakan yang memecahkan dinding sel kayu

dan biodiesel oil keluar dengan sendirinya yang digunakan sebagai bahan

bakar langsung.

- Biodiesel : digunakan untuk sebagai pengganti atau pencampur solar untuk

mobil, alat pertanian, mesin industry yang bermesin diesel.

Biodiesel menjadi penting di Indonesia karena sejak tahun 2005, Indonesia

telah berubah statusnya dari eksportir menjadi net importer BBM yang pada tahun

2005 defisit sekitar 100 juta liter. Ditambah lagi krisis minyak dunia yang menjadikan

harga minyak dunia meningkat dari sebelumnya US$ 22/ barel menjadi US$ 72/

Barel (2006). Dampaknya, biodiesel yang semula sulit bersaing dengan BBM dari

segi harga, kini bisa dimunculkan di pasar sebagai bahan bakar alternative pengganti

BBM, Beberapa alasan Indonesia sudah harus mulai mengembangkan biodiesel atau

BBN diantaranya:

- Harga BBM terus menigkat dan persediaannya di dalam negeri semakin

menurun. Sementara konsumsi setiap tahun terus meningkat sehingga dampak

(24)

- Indonesia memiliki potensi lahan yang sangat luas berupa lahan kristis, lahan

marginal, lahan tidur, dan lahan milik yang belum dimanfaatkan.

- Daya adaptasi tanaman jarak pagar sangat tinggi terhadap jenis tanah dan

kondisi iklim yang ekstrim.

- Produksi biodiesel dari tanaman jarak pagar lebih menguntungkan karena

harganya murah, ramah lingkungan, tanaman sudah dikenal sejak lama, serta

potensi bahan baku dan bangsa pasar cukup besar.

- Biodiesel mempunyai pasar yang cukup besar, antara lain masyarakat luas

pemakai minyak tanah, minyak residu, dan solar, seperti PLN, Pertamina, dan

Industri.

Pengembangan Biodiesel di Indonesia didukung oleh pemerintah dengan

mengeluarkan kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah merupakan bagian dari

kekuatan daya dukung untuk mencapai keberhasilan pengembangan biodiesel di

Indonesia. Hal ini disadari benar oleh pemerintah karena biodiesel jarak pagar

merupakan komoditas baru dan dalam pengembangannya akan melibatkan banyak

pihak (holistik), mulai dari tingkat departemen, kelembagaan negara, pemerintah

daerah, perguruan tinggi, BUMN, perusahaan, LSM, koperasi, hingga masyarakat.

Oleh karena itu, seluruh instansi harus di libatkan dan diikat dengan payung hukum,

yaitu kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah untuk mendukung pengembangan

bahan bakar nabati (BBN) dituangkan mulai dari peringkat hukum tertinggi (Undang

(25)

kepada penunjukan Tim Kerja Tingkat Nasional. Daftar urut kebijakan pemerintah

tersebut, yaitu sebagai berikut.

1. Rencana Undang – Undang RI (sedang dalam proses pembahasan di DPR).

Salah satu insinya adalah menekankan pada peningkatan pemanfaatan energi

baru dan terbarukan.

2. Peraturan Presiden No. 5 / 2006 tanggal 25 Januari 2006 tentang Kebijakan

Ekonomi Nasional. Pokok isinya adalah pada tahun 2005 ditargetkan bahan

energi terbarukan harus sudah mencapai lebih dari 5% dari kebutuhan energi

nasional sedangkan BBM ditargetkan menurun sampai di bawah 20%.

3. Instruksi Presiden No. 1 / 2006 tentang penyediaan dan Pemanfaatan Bahan

Bakar Nabati sebagai bahan Alternatif Pengganti BBM. Isi Inpres tersebut

adalah presiden menginstruksikan kepada 15 Menteri Negara, Gubernur, dan

Bupati / Walikota untuk mengambil langkah – langkah percepatan

pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar alternatif.

4. Deklarasi bersama tanggal 12 Oktober 2005 tentang gerakan nasional

penanggulangan kemiskinan dan krisis BBM melalui rehabilitasi dan reboisasi

10 juta Ha lahan kritis dengan tanaman yang menghasilkan energi pengganti

BBM. Deklarasi tersebut ditandatangani oleh 30 menteri dan menteri negara,

BUMN, perguruan tinggi, dan LSM yang isinya adalah mendukung,

memfasilitasi, dan mengembangkan seluruh aspek yang terkait dalam

(26)

5. Presiden menginstruksikan Menteri Kehutanan untuk memberikan izin

pemanfaatan lahan hutan tidak produktif bagi pengembangan bahan energi

terbarukan.

6. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian nomor : Kep.

11/MEKON/02/2006, tentang tim koordinasi program aksi penyediaan dan

pemanfaatan energi alternatif. Isinya adalah memutuskan pembentukan tim

koordinasi tingkat nasional penyediaan dan pemanfaatan energi alternatif

yang di ketuai oleh Deputi Bidang Koordinasi Energi Sumber Daya Mineral

dan Kehutanan dengan tim pengarah 11 Menteri dan Menteri Negara.

Eksistensi dari biodiesel memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya

penghematan ataupun sebagai subsitusi dari minyak diesel. Biodiesel yang

merupakan minyak nabati diperoleh dari tumbuhan memiliki banyak keunggulan

dibandingkan dengan sumber energi lainnya. Keistimewaan tersebut dapat dilihat dari

aspek ramah lingkungan dengan eksplorasi minyak bumi. Salah satu tanaman yang

banyak di jumpai berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan di

Institut Teknologi Bandung bahwa tanaman jarak memiliki potensi sebagian

penghasil biodiesel, disamping itu tanaman jarak memiliki banyak kelebihan

(27)

Pengembangan biodiesel masih perlu terus dilakukan meskipun harga BBM

kembali normal. Hal ini perlu diteruskan karena:

- Tren kedepan konsumsi BBM ditentukan oleh pasar global yang akan terus

meningkat sesuai dengan pertumbuhan penduduk dan cadangan BBM yang

terus menurun.

- Harga BBM ditentukan oleh pasar global yang rentan akan pengaruh

geo-politik. Pada biodiesel, harga pokok dan tingkat keuntungannya sangat jelas

dan terukur sehingga di masa depan biodiesel dapat diandalkan untuk

stabilitas ekonomi.

- Harga biodiesel di masa depan akan lebih murah bila diproduksi bijinya

berlimpah dan teknologinya sudah efesien. Hal ini dikarenakan seluruh

komponen biaya berasal dari dalam negeri.

- Produksi BBM umumnya berskala besar sedangkan BBN bisa dilakukan

dengan skala kecil sehingga bisa bertahan ketika Negara mengalami

guncangan ekonomi.

Selain itu emisi biodiesel jauh lebih rendah daripada emisi diesel minyak bumi.

Biodiesel mempunyai karakteristik emisi seperti berikut.

1. Emisi karbon dioksida netto (CO2) berkurang 100 %.

2. Emisi sulfur dioksida berkurang 100 %

3. Emisi debu berkurang 40-60 %

4. Emisi karbon monoksida (CO) berkurang 10-50 %

(28)

6. Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) berkurang terutama PAH yang

beracun, benzofloroanthen berkurang 56%, benzapyren berkurang 71 % serta

aldehida dan senyawa aromatik berkurang 13 %.

7. Meningkatkan emisi nitro oksida (NOx) sebesar 5-10 % tergantung umur

kenderaan dan modifikasi mesin.

2.3 Biodiesel Jarak Pagar

Jarak pagar telah lama dikenal masyarakat diberbagai daerah di Indonesia,

yaitu sejak diperkenalkan oleh bangsa Jepang pada tahun 1942-an. Masyarakat

Indonesia diperintahkan untuk menanam jarak pagar di pekarangan. Minyak jarak

pagar ini dimanfaatkan sebagai bahan bakar kenderaan untuk perang pada masa itu.

Beberapa nama daerah (nama lokal) untuk tanaman jarak pagar, antara lain

jarak budeg, jarak gandul, jarak cina (jawa); baklawah, nawaih (NAD); jarak kosta

(Sunda); paku kare (Timor); paleng kaliki (Bugis); kalekhe paghar (Madura); jarak

pager (Bali); lulu mau, paku kase, jarak pageh (Nusa Tenggara); kuman nema (Alor);

jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene (Sulawesi); dan ai huwa

kamala, balacai, kadoto (Maluku)

Tanaman jarak pagar mempunyai nama latin Jatropha Curcas, kandungan

minyak yang paling banyak adalah pada biji tanaman jarak. Biji jarak mengandung

minyak lebih dari 40 % (Wirawan, 2005). Pengolahan biji ini menjadi minyak jarak

mentah (CJO) dapat dilakukan dengan cara sederhana (misalnya diblender) sehingga

(29)

menjadi minyak jarak murni (JO) dengan cara menghilangkan kandungan lemak dan

gum didalamnya.

Minyak jarak pagar alami ini dapat digunakan langsung tanpa proses lanjutan

(Manurung, 2005), misalnya untuk mengoperasikan mesin genset dan mesin

pembangkit listrik, selain itu juga dapat digunakan sebagai minyak bakar, seperti

untuk kompor, penghangat bibit ayam boiler dan lampu penerang. Untuk membuat

biodiesel, minyak jarak murni diolah dengan teknologi estrans mengunakan etanol

atau methanol (Lele, 2005), Biodiesel murni dapat digunakan sebagai pengganti

minyak diesel atau solar maupun dicampur dengan solar untuk bahan bakar

kenderaan bermesin diesel (Wirawan, 2005).

Keuntungan pengggunaan minyak jarak adalah dapat mencegah kebersihan

lingkungan , emisi gas sulfur, Nitrogen dan karbon dari pembakaran minyak jarak

yang mencemari udara dari kecil dibandingkan minyak solar dari bahan bakar fosil.

2.4 Proses Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Jarak

Teknologi pengolahan biodiesel yang umum dikenal adalah transesterifikasi,

teknologi tersebut cocok untuk diterapkan pada minyak sawit, minyak kelapa atau

minyak sejenisnya yang tidak mudah tengik. Untuk minyak jarak atau minyak

sejenisnya yang mudah tengik atau asam, lebih sesuai digunakan teknologi

esterifikasi – transestenfikasi (estrans). Teknologi proses estrans adalah hasil

(30)

kemampuannya dalam mengatasi keasaman minyak jarak pagar sampai batas standar

yang dipersyaratkan.

Dari satu siklus produksi biodiesel dengan proses estrans akan dihasilkan tiga

produk yaitu crude jatropha oil (CJO), Jatropha Oil (JO) dan Biodiesel.

1. CJO (Crude Jatropha Oil) atau minyak jarak mentah

CJO adalah minyak yang belum diberi perlakuan apa-apa (masih asam). CJO

berguna untuk bahan bakar langsung pengganti reside atau minyak tanah .

Penggunaan CJO untuk memasak memerlukan campuran berupa minyak tanah

agar viskositasnya menurun.

2. JO (Jatropha Oil) atau minyak jarak murni

JO adalah minyak yang telah melalui proses esterifikasi sehingga sifat asamnya

hilang. Minyak ini dapat digunakan untuk bahan bakar otomotif putaran rendah (

genset atau alat pertanian).

3. Biodiesel

Biodiesel adalah minyak yang telah melalui proses estrans secara paripurna

sehingga keasaman, viskositas, densitas dan seluruh kriteria kualitasnya telah

memenuhi standar untuk otomotif. Minyak ini digunakan sebagai bahan bakar

(31)
(32)

Gambar 2.1 Diagram Alir Pembuatan Biodiesel

Biodiesel yang dibuat dengan proses estrans dapat diuji kualitasnya dan hasil

seluruh kriteria hasil pengujian dapat disesuaikan dengan harus memenuhi syarat

kualitas biodiesel Internasional menurut ASTM

Pada Tabel 2.1 dapat dilihat kulaitas Biodiesel sesuai dengan standar ASTM.

Tabel 2.1 Kualitas Biodiesel

Parameter Satuan Standar Metode

Indeks setana Min 40 ASTM D-976

(33)

Selain dapat digunakan langsung, biodiesel juga dapat dicampur dengan solar atau

minyak diesel lainnya dengan tujuan untuk mengubah karakteristiknya agar sesuai

dengan kebutuhan. Bahan bakar yang mnengandung biodiesel kerap dikenal “BXX”

yang merujuk pada suatu jenis bahan bakar dengan komposisi XX % Biodiesel dan 1-

XX % minyak diesel. Sebagi contoh, B 100 merupakan biodiesel murni sedangkan B

20 merupakan campuran dari 20 % Biodiesel dan 80 % minyak diesel.

2.5 Karakteristik Biodiesel

Biodiesel memiliki gravitasi spesifik (spesifik gravity) kira-kira 0,88 lebih

berat dibandingkan gravitasi spesifik solar yaitu sekitar 0,82 – 0,87. Oleh karena

perbedaan ini, maka dianjurkan untuk menuangkan biodiesel diatas solar dan bukan

sebaliknya ketika akan dilakukan pencampuran secara mekanik seperti pengadukan

dan sebagainya.

Biodiesel tidak mengandung nitrogen atau senyawa aromatik dan hanya

mengandung kurang dari 15 ppm (part per million) sulfur. Biodiesel mengandung

kira-kira 11 % Oksigen dalam persen berat yang keberadaannya mengakibatkan

berkurangnya monoksida, hidroksida, partikulat dan jelaga. Kandungan energi

biodiesel kira-kira 10 % lebih rendah dibandingkan dengan solar.

Kestabilan yang rendah dari suatu jenis biodiesel dapat meningkatkan

kandungan asam lemak bebas, menaikkan viskositas dan terbentuknya gums dan

(34)

Biodiesel mempunyai sifat melarutkan (solvency). Hal ini dapat menimbulkan

permasalahan, dimana bila digunakan pada mesin diesel sebelumnya telah lama

menggunakan solar dan didalam tangki bahan bakarnya terbentuk sedimen dan kerak,

maka biodiesel akan melarutkan sedimen dan kerak tersebut sehingga dapat

menyumbat saluran dan saringan bahan bakar. Oleh karena itu, bila kandungan

sedimen dan kerak pada tangki bahan bakar cukup tinggi, sebaiknya diganti sebelum

menggunakan biodiesel. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan tidak

menggunakan biodiesel murni melainkan campurannya. Sifat pelarut dari bahan

bakar yang mengandung campuran biodiesel akan semakin berkurang seiring dengan

berkurangnya kadar biodiesel di dalamnya.

Beberapa material seperti kuningan, tembaga, timah, dan seng dapat

mengoksidasi biodiesel dan menghasilkan sedimen. Untuk mencegah hal ini,

peralatan yang bersentuhan langsung dengan biodiesel sebaiknya terbuat dari

stainless steel atau aluminium. Selain berekasi terhadap sejumlah material logam,

biodiesel juga cenderung menyebabkan peralatan yang terbuat dari karet

mengembang sehingga sebaiknya diganti dengan karet sintesis.

Biodiesel murni memiliki sifat pelumas yang sangat baik, bahkan campuran

bahan bakar yang mengandung biodiesel dalam komposisi yang rendah masih

memiliki sifat pelumas yang jauh lebih baik.

Seperti halnya bahan bakar diesel lainnya, biodiesel dapat berubah fasa

menjadi “gel” pada temperatur yang rendah . Biodiesel memiliki temperatur titik

(35)

solar, -35 0C sampai -10 0C sehingga pemakaian biodiesel murni pada daerah

bertemperatur rendah kurang dianjurkan. Untuk menurunkan temperatur titik tuang

biodiesel dapat dilakukan dengan mencampurkan solar, semakin besar solar dalam

campuran, maka semakin rendah temperatur titik tuangnya. Biodiesel memiliki

viskositas dan titik nyala yang lebih tinggi dibandingkan diesel, namun bila dilakukan

pencampuran akan menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna pada mesin.

2.6Pembakaran Bahan Bakar Pada Motor Bakar Diesel

Bahan bakar yang diinjeksikan kedalam selinder berbentuk butir-butir

cairan yang halus. Oleh karena udara di dalam silinder pada saat tersebut sudah

bertemperatur dan bertekanan tinggi, maka butir-butir tersebut akan menguap.

Penguapan butir bahan bakar itu dimulai pada bagian permukaan luarnya yaitu

bagian yang terpanas. Uap bahan bakar yang terjadi itu selanjutnya bercampur

dengan udara yang ada disekitarnya. Proses penguapan itu akan berlangsung terus

selama temperatur sekitarnya mencukupi. Jadi proses penguapan juga terjadi

secara perlahan-lahan. Demikian juga dengan proses pencampurannya dengan

udara. Maka pada suatu saat dimana terjadi campuran bahan bakar-udara yang

baiknya, proses penyalaan bahan bakar dapat berlangsung dengan

sebaik-baiknya. Sedangkan proses pembakaran didalam silinder juga terjadi secara

berangsur-angsur dimana proses pembakaran awal terjadi pada temperatur yang

(36)

disebabkan karena pembakaran berikutnya berlangsung pada temperatur yang

lebih tinggi.

Setiap butir bahan bakar mengalami proses tersebut diatas. Hal ini juga

menunjukkan bahawa proses penyalaan bahan bakar di dalam motor diesel terjadi

pada banyak tempat, yaitu di tempat-tempat dimana terdapat campuran bahan

bakar – udara yang sebaik-baiknya untuk penyalaan. Sekali penyalaan dapat

dilakukan, dimanapun juga baik temperatur maupun tekanan akan naik sehingga

pembakaran dilanjutkan dengan lebih cepat ke semua arah. Jadi untuk

mendapatkan pembakaran yang sempurna di dalam ruang bakar silinder

selamanya diperlukan 2 hal yaitu : tekanan injeksi bahan bakar dari mulut

pengabut dan tahanan kompresi udara didalam ruang bakar silinder yang cukup

tinggi menurut batas tahanan tertentu yang sesuai dengan spesifikasi pabrik

pembuatan motor tersebut.

Pemakaian bahan – bahan diesel harus memenuhi syarat – syarat yang

harus memenuhi syarat – syarat diesel. Syarat – syarat yang harus di penuhi oleh

bahan bakar diesel ialah :

1. Harus dapat menyala tepat pada waktunya.

2. Harus mempunyai kesanggupan melumas katup – katup dan pompa – pompa

bahan bakar

3. Harus mempunyai viskositas rendah dan bebas bahan – bahan padat agar

(37)

4. Tidak mengandung kotoran atau unsur – unsur yang merusak

5. Bebas dari air, di perbolehkan setinggi – tingginya 0,5 %.

6. Berat jenis ± 0,88 gr/ml

7. Titik api lebih dari 650C

8. Nilai pembakaran 10.000 kkal / kg

Tabel 2.2 Data Karakteristik Mutu Solar.

Limits Test Method

N

Alternatively calculated Cetane Index 48 -

(38)

/

D-8 Conradson Carbon Residu % wt (on

10% vol. Botton)

Neutralizition Value : -

* Strong Acid Number mg KOH/gr - Nil

* Total Acid Number mg KOH/gr - 0,6

1

3

Flash Point P.M.c.c.0F 15

0

D-93

Kinerja dari suatu jenis bahan bakar diesel dapat diketahui dari

(39)

- Viskositas, merupakan resistansi suatu fluida yang dialirkan dalam pipa

kapiler terhadap gaya gravitasi, umumnya dinyatakan dalam waktu yang di

perlukan untuk mengalir pada jarak tertentu. Jika viskositasnya tinggi, maka

resistansinya untuk mengalir akan semakin tinggi.

- Bilangan setana, merupakan bilangan yang menunjukkan pada kualitas dan

cepat atau lambatnya suatu bahan bakar untuk menyala. Ini berarti bahan

bakar tersebut akan menyala ketika diinjeksikan kedalam silinder mesin diesel

dengan waktu penundaan penyalaan yang lebih singkat, demikian sebaliknya.

- Titik Tuang (Pour Point), merupakan temperatur terendah minyak/bahan cair

mulai membeku atau berhenti mengalir. Titik tuang di pengaruhi oleh derajat

ketidakjenuhan (angka iodium), semakin tinggi ketidak jenuhan maka titik

tuang semakin rendah. Titik tuang juga di pengaruhi oleh panjang rantai

karbon, semakin panjang rantai karbon maka semakin tinggi titik tuang. Titik

tuang perlu di ketahui khususnya pada saat menstart mesin dalam keadaan

dingin.

- Kadar Residu Karbon (carbon residu), menunjukkan kadar fraksi hidrokarbon

yang mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari range bahan bakar sehingga

cenderung menimbulkan deposit berupa karbon yang tertinggal setelah

penguapan dan pembakaran habis. Keberadaan hidrokarbon ini menyebabkan

menumpuknya residu karbon dalam pembakaran yang akan mengurangi

(40)

- Kadar Air dan Sedimen, menunjukkan persentase kandungan air dan sedimen

yang terkandung dalam bahan bakar. Pada temperatur yang sangat dingin, air

yang terkandung dalam bahan bakar membentuk kristal dan menyumbat aliran

bahan bakar.

- Titik Embun (Cloud Point), merupakan temperatur dimana mulai terlihatnya

cahaya dan berwarna suram relatif terhadap cahaya sekitarnya pada

permukaan minyak ketika didinginkan

- Kadar Sulfur, merupakan persentase yang menunjukkan jumlah sulfur yang

terkandung dalam suatu bahan bakar. Ketika pembakaran berlangsung, sulfur

yang terkandung di dalam bahan bakar juga akan ikut terbakar dan

menghasilkan gas yang bersifat sangat korosif.

- Titik Nyala (Flash Point), merupakan temperatur terendah dimana suatu

bahan bakar dapat terbakar dengan sendirinya (autocombust) akibat tekanan.

Titik nyala yang terlalu rendah dapat menyebabkan kegagalan pada injektor

bahan bakar, pembakaran yang kurang sempurna bahkan ledakan. Semakin

tinggi titik nyala dari suatu bahan bakar, semakin aman penanganan dan

penyimpanan.

(41)

Biodiesel yang diperoleh dari hasil estrans akan terlihat berwarna kuning

bersih yang viskositasnya tidak jauh berbeda dengan minyak solar dapat di

manfaatkan sebagai bahan bakar minyak solar tanpa merusak atau memodifikasi

mesin caranya adalah dengan proses pencampuran Biodiesel dengan solar,

spesifikasi Biodiesel yang akan dicampur atau dimanfaatkan harus sesuai dengan

standart yang telah di tetapkan, karena standart tersebut dapat memastikan bahwa

biodiesel yang dihasilkan dari reaksi pemrosesan bahan baku minyak nabati

sempurna, artinya bebas gliserol, katalis alkohol dan asam lemak bebas, standar

Internasional untuk biodiesel adalah disesuaikan dengan standar ASTM.

2.8Penyimpanan dan Penanganan Biodiesel

Penyimpanan dan penanganan biodiesel lebih mudah dibandingkan diesel.

Untuk penyimpanan biodiesel disyaratkan kontainer dengan tingkat keamanan

tertentu (special safety containers). Hal ini dikarenakan biodiesel memiliki titik

nyala (flash point) yang lebih tinggi di bandingkan diesel sehingga tidak mudah

terbakar.

Bila masa simpan bahan bakar diesel yang di rekomendasikan oleh suplier

adalah sekitar 3 – 6 bulan maka untuk biodiesel murni (pure biodiesel) maupun

biodiesel campuran (biodiesel blend), di rekomendasikan untuk di simpan tidak

(42)

aditif penstabil. Zat aditif ini berupa anti oksidan seperti tokoferol, betakaroten,

dan BHT.

Biodiesel harus disimpan di dalam wadah yang tertutup rapat sehingga

kemungkinan interaksi dengan udara sangat kecil sekali. Wadah yang digunakan

bisa berupa wadah plastik yang tidak tembus cahaya dan kedap udara. Hal ini

untuk mencegah terjadinya oksidasi yang dapat meningkatkan bilangan peroksida

biodiesel. Bilangan peroksida biodiesel (murni campuran) dapat meningkat bila

produk di simpan terlalu lama, terjadi proses oksidasi akibat interaksi dengan

udara atau sinar matahari. Bilangan peroksida berhubungan dengan penyimpanan

sistem bahan bakar pada kendaraan serta mengurangi umur pakai pompa bahan

bakar dan penyaringan. Metanol sisa (dari produksi) yang terdapat dalam

biodiesel akan mengurangi titik nyala biodiesel dan juga dapat mempengaruhi

pompa bahan bakar, segel (seal), dan elastomer kendaraan. Penyimpanan yang

lama dengan kadar air biodiesel yang tinggi (500 ppm) mengakibatkan hidrolisis

pada biodiesel sehingga akan meningkatkan bilangan asam biodiesel. Peningkatan

bilangan asam mengakibatkan pH turun dari sifat korosisnya meningkat.

Biodiesel murni dan campuran harus di simpan pada suhu penyimpanan

yang lebih tinggi di bandingkan titik kabut (cloud point) bahan bakar (standar titik

kabut berbeda untuk setiap negara, misalnya untuk Indonesia adalah maksimun

(43)

2.9 Viskositas

Viskositas (kekentalan) merupakan gesekan yang dimiliki oleh fluida.

Gesekan dapat terjadi diantara partikel-partikel zat cair atau gesekan antara zat cair

dengan dinding permukaan tempat zat cair itu berada. Karena adanya viskositas ini

supaya satu permukaan dapat meluncur di atas permukaan lainnya bila diantara

permukaan permukaan ini terdapat lapisan fluida, haruslah dikerjakan gaya.

Gambar 2.2. memperlihatkan sebagian lapisan zat cair diantara dinding dalam

yang bergerak dengan dinding luar yang diam. Cairan yang bersentuhan dengan

dinding yang bergerak ternyata sama kecepatannya dengan kecepatan dinding

tersebut. Cairan sebelah dinding yang diam juga diam.

Gambar 2.2 Aliran laminer cairan kental

Secara matematis dapat ditulis :

l V A

F =η (1)

Dengan F = gaya pada permukaan zat cair (N)

η = koefisien viskositas fluida (N s/m2)

A = luas cairan (m2)

V = kecepatan dinding yang bergerak (m/s)

(44)

τ =

A F

(2)

dengan τ =tegangan luncur yang bekerja terhadap zat cair (N/m2)

dy

= gradien kecepatan di tiap titik.

Maka dari persamaan (1), (2) dan (3) dapat ditulis :

l

Fluida dengan viskositas tinggi lebih sulit untuk dialirkan dibandingkan

dengan fluida dengan viskositas rendah, viskositas rendah akan mengalir dengan

kecepatan lebih rendah, untuk menurunkan harga viskositas minyak tumbuhan

sehingga mendekati viskositas solar dilakukan proses kimia transesterifikasi.

Kecepatan alir bahan bakar melalui injektor akan mempengaruhi derajat atomisasi

bahan bakar di dalam ruang bakar, selain itu viskositas bahan bakar juga berpengaruh

secara langsung terhadap kemampuan bahan bakar tersebut bercampur dengan udara.

Dengan demikian viskositas bahan bakar yang tinggi tidak diharapkan pada bahan

(45)

Viskositas dinamik disebut juga viskositas absolute, viskositas gas meningkat

terhadap suhu, tetapi viskositas cairan berkurang dengan naiknya suhu. Untuk

tekanan-tekanan yang biasa, viskositas tidak tergantung pada tekanan dan tergantung

pada suhu saja, untuk tekanan yang sangat besar gas-gas dan kebanyakan cairan

menunjukkan variasi viskositas yang tidak menentu terhadap tekanan.

Viskositas kinematik merupakan perbandingan antara viskositas dinamik

(absolute) dengan densitas (rapat massa) fluida.

ρ

Viskositas kinematik berubah terhadap suhu dalam jangka yang lebih sempit

dari viskositas dinamik. Satuan viskositas dinamik (absolute) adalah poise ( P), atau

senti poise (cP). Satuan viskositas kinematik adalah Stoke (St), atau Senti Stoke (cSt)

. 1 P = 100 cP; 1 St = 100 cSt.

Satuan Internasional untuk viskositas dinamik adalah Ns/m sama dengan

kg/ms, sedangkan untuk viskositas kinetik adalah m/s . Dengan demikian diperoleh

hubungan :

2

2

(46)

1 St = 10−4 m / s dan 1 cSt = 102 −6 m2/s

2.10 Densitas (Rapat Massa)

Kerapatan sutau fluida (ρ) dapat didefenisikan sebagai massa per satuan

volume.

V m

=

ρ (7)

Dengan:

ρ = rapat massa ( kg/ m ) 3

m = massa (kg)

v = volume ( m ) 3

2.11 Titik nyala (flash point)

Titik nyala adalah suhu terendah dimana cairan tersebut dapat terbakar ketika

bereaksi dngan udara. Pada temperatur ini uap akan terus terbakar walaupun sumber

nyala api tidak ada lagi. Temperatur yang lebih tinggi, atau titik api didefenisikan

sebagai temperatur pada saat uap terus terbakar setelah dinyalakan. titik nyala sering

digunakan sebagai salah satu parameter untuk mendeskripsikan karakterisktik dari

bahan bakar. Tetapi juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan cairan non bahan

(47)

Bensin dibuat untuk mesin yang dibantu oleh busi. Bahan bakar biasanya

dicampur terlebih dahulu dengan udara sebelum masuk ke ruang bakar. Ketika di

ruang bakar,barulah dinyalakan dengan suhu diatas titik nyalanya.

Solar dirancang untuk mesin dengan kompresi tinggi. Udara dimampatkan

sampai bersuhu diatas titik nyala dari solar. Kemudian bahan bakar tersebut

diinjeksikan sebagai semprotan bertekanan tinggi. Pada mesin diesel tidak ada

sumber nyala api,oleh karena itu mesin diesel membutuhkan titik nyala yang tinggi,

tetapi untuk titik nyala yang terlampau tinggi dapat menyebabkan keterlambatan

penyalaan, sementara apabila titik nyala terlampau rendah akan menyebabkan

timbulnya denotasi yaitu ledakan-ledakan kecil yang terjadi sebelum bahan bakar

dapat masuk ruang bakar.

2.12 Nilai Kalor

Nilai kalor atau heating value adalah jumlah energi yang dilepaskan pada

proses pembakaran per satuan volume atau persatuan massanya. Nilai kalor bahan

bakar menentukan jumlah konsumsi bahan bakar tiap satuan waktu. Makin tinggi

nilai kalor bahan bakar menunjukkan bahan bakar tersebut semakin sedikit

pemakaian bahan bakar. Tidak ada standar khusus yang menentukan nilai kalor

minimal yang harus di miliki oleh bahan bakar mesin diesel. Nilai kalor diperoleh

dari hasil pembakaran sempurna 1 kg bahan bakar sampai bahan bakar tersebut

(48)

Nilai kalor bahan bakar ditentukan berdasarkan hasil pengukuran dengan

kalorimeter dilakukan dengan membakar bahan bakar dan udara pada temperatur

normal, sementara itu dilakukan pengukuran jumlah kalor yang terjadi sampai

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram alir prosedur penelitian

Berikut ini adalah prosedur penelitian pencampuran biodiesel jarak pagar dengan

solar. Biodiesel Solar

Pencampuran Volume

Pengujian Karakteristik Fisika

Viskositas Densitas Titik nyala Nilai Kalor

Data

Penyimpanan 30 Hari

Pengujian kembali karakteristik Fisika

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Prosedur Penelitian Data

(50)

3.2 Sampel

Sampel yang diuji adalah bahan bakar biodiesel jarak pagar, solar dan

campuran keduanya. Biodiesel jarak pagar yang digunakan dalam penelitian ini

diperoleh dari pusat penelitian surfactant dan bioenergy research center – SBRC –

IPB kampus IPB Baranangsiang.Komposisi perbandingan biodiesel jarak – solar yang

diuji adalah biodiesel 100 0/0, solar 100 0/0, biodiesel 90 0/0, dan solar 10 0/0 (B90),

biodiesel 80 0/0 dan solar 20 0/0 (B80), biodiesel 70 0/0 dan solar 30 0/0 (B70),

biodiesel 60 0/0 dan solar 40 0/0 (B60), biodiesel 50 0/0 dan solar 50 0/0 (B50),

biodiesel 40 0/0 dan solar 600/0 (B40), biodiesel 30 0/0 dan solar 70 0/0 (B30), biodiesel

20 0/0dan solar 80 0/o (B20), biodiesel 10 0/0 dan solar 90 0/0 (B10). Biodiesel jarak –

solar dicampur dan diaduk dengan menggunakan alat pengaduk magnetic, setelah

dicampur dalam berbagai komposisi, campuran biodiesel-solar tersebut

dikarakterisasi secara fisis, kemudian sampel-sampel tersebut dicampur dalam wadah

tertutup untuk menghindari oksidasi dengan maksud sebulan kemudian kembali diuji

karakterisasinya untuk mengetahui apakah ada pengaruh terhadap waktu

penyimpanan campuran biodiesel-solar.

Biodiesel yang tersedia adalah 10 liter, maka dibuat total IX percobaan (1

sampel) adalah 2200 ml, maka komposisi campurannya dapat dilihat pada tabel

(51)

Tabel 3.1 Variasi Komposisi Biodiesel

% (Persentase) Biodiesel (ml) Solar (ml)

B.10 220 1980

minyak untuk melewati batas yang telah dikalibrasi pada alat viskositas kinetik pada

suhu 40 0C.

Peralatan yang digunakan ;

(52)

Prosedur kerja :

1. Masukkan paraffin cair kedalam beaker glass 5 liter dan magnet stirrer

panaskan diatas hot plate sampai suhu 40 0C.

2. Pasang thermometer pada setiap statip,masukkan kedalam beaker glass.

3. Masukkan sampel kedalam viscometer sampai tanda garis.

4. Masukkan viscometer yang berisi sampel kedalam beaker glass, dengan cara viscometer digantung pada statip.

5. Hisap statip sampai tanda garis dengan balon pipet, setelah itu dilepas

sambil dilihat stopwatch nya sampai garis batas bawah.

6. Catat hasilnya,ulangi sampai 3 kali ulangan.

7. Untuk semua sampel berikut cuci viscometer dengan N-Hexan.

3.4. Pengujian densitas

Tujuan pengujian densitas adalah untuk mendapatkan perbandingan berat zat

cair dengan volum pada suhu tertentu.

Peralatan yang digunakan adalah :

- Piknometer 50 ml

- Beaker glass

- Tissue

(53)

Prosedur kerja

1. Isi piknometer yang telah kering dengan sampel (yang telah dicairkan).

2. Tempatkan pada water bath selama 30 menit pada suhu 25 0c.

3. Atur volum minyak sampai tanda batas dan tutup.

4. Kosongkan piknometer bilas beberapa kali dengan alkohol kemudian dengan

petroleum eter,biarkan kering sempurna (sampai hilang bau petroleum eter)

dan timbang (B).

5. Hitung berat aquadest pada suhu 25 0C(X) = ( A-B) sebanyak 3 kali.

3.5 Pengujian titik nyala (flash point)

Tujuan adalah untuk mengetahui titik nyala bahan bakar pada temperatur terendah.

Peralatan yang digunakan :

- thermometer khusus AOCS

- sentrifus

- Pensky-martens close up tester, ASTM design D-93-00

- lampu sepertus

- gas dan tungku gas

- stirrer (pengaduk)

(54)

1. Ambil 100 ml biodiesel,masukkan ke dalam wadah contoh Pansky-Martens.

2. Tutup wadah dan dikunci,pasang pengaduk dengan kecepatan 100 rpm.

3. Pasang thermometer 300 0C masukkan kira-kira 5 cm.

4. Nyalakan api gas,tiap-tiap kenaikan suhu 10o C uji dengan menyuluti api pada mulut wadah contoh.

5. Titik nyala ditentukan saat mulut wadah contoh menyala (ada letupan)

meupakan titik nyala contoh.

6. Kemudian lihat thermometer penunjuk suhu dan ini merupakan suhu titik

nyala contoh.

3.6. Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar

Tujuan untuk menentukan nilai kalor bahan bakar campuran biodisel jarak –

solar.

Peralatan yang di gunakan

- Kalorimeter

- Tabung bom

- Tabung gas oksigen

- Alat ukur tekanan gas oksigen

- Termometer dengan pembacaan hingga 1/100 0C

- Pengaduk air

(55)

- Elektromotor pengaduk

- Pengatur penyala

- Kawat penyala

- Tabung tempat bahan – bahan yang akan diukur

- Gelas ukur untuk mengukur jumlah air pendingin

Prosedur kerja

1. Bersihkan tabung bom dari sisa pengujian sebelumnya.

2. Timbang bahan bakar yang akan diukur dengan timbangan, sebesar 0,15 gram.

3. Ukur volume bahan bakar tersebut.

4. Siapkan kawat untuk penyala dengan menggulungnya dan memasangnya pada

tangkai penyala yang terpasang pada penutup bom.

5. Tempatkan cawan berisi bahan bakar pada ujung tangkai penyala.

6. Tutup bom dengan kuat setelah di pasang ring-O dengan memutar penutup

tersebut.

7. Isikan oksigen kedalam bom dengan tekanan 30 bar.

8. Tempatkan bom yang telah terpasang didalam kalorimeter.

9. Masukkan air pendingin sebanyak 1250 ml.

10.Tutup kalorimeter dengan alat penutupnya.

11.Hidupkan pengaduk air pendingin selama 5 (lima) menit sebelum penyalaan di

lakukan.

12.Baca dan catat temperatur air pendingin.

(56)

14.Air pendingin terus diaduk selama 5 (lima) menit setelah penyalaan

berlangsung.

15.Baca dan catat kembali temperatur akhir air pendingin.

16.Matikan pengaduk.

17.Peralatan disiapkan kembali untuk pengujian berikutnya.

18.Lakukan pengukuran untuk suatu bahan bakar yang diuji/diukur.

19.Hasil pengujian adalah harga rata – rata dari pengukuran yang di lakukan.

Rumus – rumus yang di gunakan

Temperatur air dingin sebelum penyalaan T1

Temperatur air pendingin setelah penyalaan T2

Panas jenis bom kalorimeter cv = 73529,6 (J/gr.0C)

Kenaikan temperatur akibat kawat penyala– 0.05 0C

Kenaikan temperatur adalah : (Δt−0,05) 0C

(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Pengujian Viskositas Campuran Biodiesel Jarak Pagar dengan-

Solar

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka diperoleh hasil pengujian

viskositas, densitas mulai dari B-10 sampai B-100 dapat dilihat pada lampiran 1.

Pengukuran viskositas dilakukan tiga kali percobaan dan diambil dirata-ratanya untuk

mendapatkan hasil yang lebih akurat. Solar yang dipakai sebagai campuran dengan

biodiesel juga diuji viskositasnya untuk mengetahui apakah sesuai dengan standar

solar untuk bahan bakar. Pada Gambar 4.1 menunjukan Grafik viskositas terhadap

komposisi campuran, dalam grafik terlihat hubungan yang linier karena semakin

banyak komposisi biodiesel dalam campuran semakin tinggi viskositas. Setelah di

simpan 30 hari (1 bulan) terlihat juga nilai viskositas yang hampir sama (tidak

berubah) sehingga tidak ada perubahan karakteristik/proses kimia campuran bila

campuran boidiesel disimpan selama 30 hari (1 bulan). Data viskositas setelah

(58)

100 K o m p o s i s i S o l a r ( % ) 0

Gambar 4.1 Grafik Viskositas dan Komposisi campuran

4.1.2 Hasil Pengujian Densitas Campuran Biodiesel Jarak Pagar dengan

Solar

Untuk Densitas atau rapat massa (massa persatuan volum) dilakukan

pengukuran dalam berbagai komposisi campuran yakni dari B-10 sampai B-100.

Perhitungan Densitas yaitu pertama diukur massa alat ukur sebelum diisi biodiesel,

massa biodiesel jarak di ukur dari massa alat ukur sesudah diisi biodiesel dikurangi

massa alat ukur sebelum diisi massa biodiesel. Untuk mendapatkan nilai Densitas

yaitu massa biodiesel jarak pervolum alat ukur. Pada Gambar 4.2 terlihat grafik yang

menunjukkan hubungan densitas dengan persentasi campuran.Grafik yang di peroleh

(59)

sekitar 0,8 gr/ml.Setelah campuran biodiesel disimpan selama 30 hari terlihat nilai

densitas yang hampir tidak berubah sehingga baik sebelum ataupun sesudah

penyimpanan grafik yang di tunjukkan adalah grafik linier.

Data-data yang diperoleh dapat di lihat pada lampiran 2 dan setelah sampel di

simpan dalam Lampiran 6.

100 K o m p o si s i S o l a r ( % ) 0

Gambar 4.2 Grafik Densitas dan Komposisi campuran

4.1.3 Hasil Pengujian Titik nyala Campuran Biodiesel Jarak Pagar dengan

Solar

Pengujian flash point adalah untuk mengetahui titik nyala bahan bakar. Titik

nyala campuran biodiesel yang tertera pada tabel dalam Lampiran 3 dapat di lihat

(60)

termometer menunjukkan angka titik nyala/flash point bahan bakar. Pada Gambar 4.3

terlihat grafik yang menyatakan hubungan titik nyala dengan komposisi campuran.

Karena biodiesel memiliki titik nyala yang lebih tinggi dari diesel/solar berarti

semakin banyak komposisi biodiesel dalam campuran maka semakin tinggi titik

nyalanya. Setelah campuran biodiesel disimpan selama 30 hari terlihat nilai titik

nyala yang hampir tidak berubah dengan nilai titik nyala saat sebelum campuran

disimpan. Data yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 7.

100 K o m p o si s i S o l a r ( % ) 0

Gambar 4.3 Grafik Titik nyala dan Komposisi campuran

4.1.4 Hasil Pengujian Nilai Kalor Campuran Biodiesel Jarak Pagar – Solar

Pengukuran pengujian nilai kalor di lakukan dengan alat Bomb

(61)

kalor dari rumus didapat hasil seperti pada tabel Lampiran 4 dan hubungan komposisi

biodiesel dengan nilai kalor di tunjukkan dalam Gambar 4.4. Dari grafik terlihat

semakin banyak komposisi biodiesel semakin kecil nilai kalor bahan bakar. Begitu

juga dengan nilai kalor campuran setelah disimpan selama 30 hari terlihat nilai kalor

yang tidak berubah. Hasilnya juga dapat dilihat melalui grafik dan data yang

diperoleh terdapat pada Lampiran 8.

100 K o m p o si s i S o l a r ( % ) 0

(62)

4.1.5 Hasil penelitian yang di peroleh dari beberapa sumber / artikel

ilmiah

a. Hasil penelitian spesifikasi biodiesel jarak menurut sumber Manurung (2005)

dan Lele (2005). Hasil penelitian dapat dilihat pada Lampiran 9.

b. Hasil penelitian kualitas biodiesel hasil proses estrans menurut sumber

Sudrajat dkk, 2005. Hasil penelitian dapat dilihat pada Lampiran 10.

c. Hasil penelitian karakterisik biodiesel menurut artikel ilmiah dari

polytechnic institute, Departement of Chemical Engineering University of

Conabry, Guinea. Hasil penelitian dapat dilihat pada Lampiran 11.

d. Hasil penelitian sifat bahan bakar biodiesel jatropha menurut artikel D.

Ramesh – Institute Tamil Nadu Agricultural University. Coimbatore,Tamil,

India. Hasil penelitian dapat dilihat pada Lampiran 12.

e. Hasil penelitian biodiesel jenis lain yaitu dari biodiesel sawit sebagai bahan

perbandingan biodiesel jarak terhadap unjuk kerja mesin. Hasil penelitian dapat

dilihat pada Lampiran 13

4.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk pengujian karakteristik fisika dari

campuran biodiesel jarak dengan solar diperoleh bahwa :

1. Pengujian Viskositas Biodiesel Jarak Pagar – Solar

Viskositas solar yang sesuai dengan standar untuk bahan bakar mesin diesel

(63)

viskositas 1,6 – 5,8 cSt pada suhu 100 oF. Viskositas solar yang diuji adalah sebesar

3,55 cSt. Sedangkan viskositas biodiesel jarak pagar hasil proses estrans menurut

sumber (Sudrajat dkk, 2005) pada suhu 40 oC adalah 1,9 – 6,0 cSt. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu biodiesel jarak pagar (B-100) memiliki nilai

viskositas 4,9 cSt pada suhu 40 0C. Ini berarti bahwa viskositas yang digunakan

dalam penelitian sesuai dengan standar biodiesel untuk bahan bakar. Untuk campuran

biodiesel jarak – solar nilai viskositas campuran seharusnya berada dalam rentang

nilai viskositas solar dan viskositas biodiesel agar nantinya dapat digunakan untuk

bahan bakar mesin diesel. Dari data yang diperoleh (pada tabel viskositas) mulai dari

B-10 sampai B-90, nilai viskositas campuran adalah 3,6-4,8 cSt, berarti masih berada

dalam rentang nilai viskositas solar dan biodiesel. Semakin banyak kadar biodiesel

dalam campuran, semakin tinggi nilai viskositas kenaikan nilai viskositas dan

hubungannya dengan komposisi campuran dapat dilihat melalui Gambar 4.1. Sampel

yang telah melalui proses penyimpanan selama 30 hari memiliki angka-angka yang

tidak jauh berbeda dengan sebelum penyimpanan, angka-angka tersebut menyatakan

bahwa proses penyimpanan selama 30 hari tidak mempengaruhi karakteristik fisis

biodiesel campuran. Karena viskositas solar 3,55 cSt dan viskositas campuran 3,6 -

4,8 cSt maka selayaknya agar dapat digunakan pada mesin diesel adalah viskositas

dengan kadar biodiesel yang lebih kecil dibanding solar misalnya 10, 20, dan

B-30 atau viskositas campuran mendekati viskositas solar. Campuran ini lebih

digunakan untuk bahan bakar diesel, karena biodiesel memiliki daya pelumasan lebih

(64)

keawetan mesin pengguna. Viskositas yang terlalu tinggi dapat mempersulit proses

pembentukan buti-butir cairan / kabut saat penyemprotan / atomisasi. Atomisasi yang

kurang baik akan menurunkan daya mesin. Hal ini menyebabkan terjadinya

pembentukan deposit yang berlebihan pada ruang bakar dan bagian-bagian motor

yang bersentuhan dengan hasil pembakaran. Pembakaran menjadi tidak sempurna

kecuali penggunaan kadar biodiesel yang tinggi terlebih dahulu dilakukan modifikasi

pada mesin, sebaliknya viskositas yang terlalu rendah akan dapat mengakibatkan

kebocoran pada pompa injeksi bahan bakar.

2. Pengujian Densitas Biodiesel Jarak Pagar – Solar

Biodiesel lebih berat dibanding dengan solar, ini bisa dilihat dari data untuk

standar ASTM D – 1298 adalah 0,85 – 0,89 g/ml, sedangkan densitas solar menurut

standar ASTM adalah 0,82 – 0,87 g/ml. Densitas solar yang diuji dalam penelitian

adalah 0,8211 g/ml. Untuk campuran biodiesel jarak – solar rentang nilai dapat dilihat

dari Lampiran 2, bahwa campuran tersebut masih sesuai dengan standar untuk bahan

bakar yaitu sesuai dengan standar bahan bakar solar yakni nilai densitas antara 0,82

sampai dengan 0,87 g/ml. Densitas merupakan ukuran dari berat jenis cairan diukur

dari massa per volum. Pengujian densitas untuk mengetahui bagaimana bahan bakar

berhubungan dengan kekentalan bahan bakar. Semakin tinggi konsentrasi campuran,

semakin tinggi nilai densitas dan semakin tinggi pula viskositas campuran bahan

bakar. Sehubungan dengan standar ASTM 1999 untuk biodiesel, biodiesel seharusnya

(65)

biodiesel mempunyai berat jenis lebih dari 0,9 kemungkinan merupakan hasil dari

reaksi yang tidak sempurna dan seharusnya tidak digunakan untuk mesin diesel. Jika

bahan bakar dengan densitas lebih dari 0,9 digunakan dalam mesin diesel yang tidak

dimodifikasi, bahan bakar dapat meningkatkan keausan mesin dan menyebabkan

kerusakan pada mesin, demikian juga dengan densitas campuran biodiesel – solar

seharusnya tidak boleh melebihi densitas biodiesel atau densitas solar tetapi nilainya

berada dalam rentang nilai keduanya untuk mengantisipasi agar mesin menjadi awet.

Angka-angka pada tabel sebelum penyimpanan tidak jauh berbeda dengan

angka-angka setelah sample disimpan, jadi untuk densitas penyimpanan sampel sampai 30

hari (1 bulan) tidak ada pengaruh terhadap data yang diperoleh. Hubungan densitas

dengan komposisi dapat dilihat melalui Gambar 4.2.

3. Pengujian titik nyala/flash point campuran biodiesel jarak pagar – solar

Titik nyala bahan bakar solar menurut ASTM adalah 150 oF atau sekitar 65,5

o

C dan titik nyala solar pada saat penelitian adalah 67 oC. Titik nyala biodiesel lebih

tinggi dibanding solar yakni sekitar 191 oC menurut sumber (Sudradjat dkk, 2005).

Menurut ASTM adalah min 100 oC, sedangkan hasil penelitian untuk B-100 titik

nyala adalah 160oC. Untuk pencampuran biodiesel jarak – solar pada saat B-10 nilai

titik nyala berada diatas nilai titik nyala solar. Semakin banyak komposisi biodiesel

dalam campuran semakin tinggi nilai titik nyala. Ini disebabkan pada biodiesel

mengandung banyak oksigen dibanding solar. Biodiesel memiliki titik nyala lebih

(66)

itulah bila dilakukan pencampuran biodiesel dengan solar akan meningkatkan titik

nyala sehingga pembakaran didalam ruang bakar mesin diesel menjadi sempurna.

Titik nyala yang terlampau rendah dapat menyebabkan kegagalan pada injektor bahan

bakar, pembakaran yang kurang sempurna bahkan ledakan, semakin tinggi titik nyala

dari suatu bahan bakar, semakin aman penanganan dan penyimpanannya. Nilai titik

nyala sebelum dan sesudah penyimpanan tidak diperoleh perbedaan yang signifikan.

Jadi penyimpanan sampel hingga 1 bulan tidak begitu mempengaruhi karakteristik

biodiesel atau campuran biodiesel. Perbedaan yang tidak menyolok ini dapat dilihat

melalui Gambar 4.3.

4. Pengujian nilai kalor bahan bakar.

Tidak ada standar khusus yang ditetapkan oleh standar ASTM untuk

pengukuran nilai kalor bahan bakar. Jika makin tinggi nilai kalor bahan bakar, makin

sedikit pemakaiannya. Nilai kalor biodiesel jarak pagar (B-100) dari hasil penelitian

ini adalah sebesar 41,98 MJ/kg. Nilai kalor campuran mulai B-10 sampai B-90 adalah

53,67 – 42,05 MJ/kg. Berarti semakin banyak komposisi biodiesel campuran semakin

kecil nilai kalornya. Penurunan nilai kalor ini dicantumkan dalam Gambar 4.4 ini

menandakan bahwa solar memiliki nilai kalor yang lebih tinggi dibandingkan dengan

biodiesel.

Nilai kalor bahan bakar menyatakan pemakaian energi yang dikonsumsi oleh

mesin diesel yang disebut konsumsi bahan bakar spesifik. Makin tinggi kandungan

Gambar

Gambar 2.1. Diagram Alir Pembuatan Biodiesel ...........................................
Tabel 2.1.  Kualitas Biodiesel ........................................................................
Tabel 2.2  Data Karakteristik Mutu Solar.
Gambar 2.2. memperlihatkan sebagian lapisan zat cair diantara dinding dalam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dosis 6,7% ml/kgBB/hari memberikan pengaruh paling besar dalam penelitian pengaruh sari tahu berformalin terhadap hati yaitu dosis 6,7ml/kgBB/hari paling banyak

According to Schmitt (2000) Vocabulary Learning Strategies were classified into: 1.) Discovery Strategy and 2.) Consolidation Strategy. Each of the strategy was

Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang berhak untuk disembah) selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.” Kedua Malaikat tersebut

Ez alapján megkülönböztethetünk közvetett (indirekt) és közvetlen vagy egyenes (direkt) adókat. A közvetlen vagy egyenes adó k esetében az adó alanya és az

Dari pengujian statistika tersebut bahwa terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kritis matematis dan kemandirian belajar siswa diperoleh hasil yang signifikan, dimana

Selain itu, tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di masyarakat secara bersama dengan melakukan pekerjaan atau

Pada tahap studi pustaka ini mencari teori yang dapat digunakan sebagai landasan teori / kerangka dalam penelitian seperti teori web responsive , QR Code ,